1 analisis pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian

advertisement
ANALISIS
PELAKSANAAN
PROGRAM
PENCEGAHAN
DAN
PENGENDALIAN INFEKSI DI RSUP RATATOTOK BUYAT TAHUN 2017
Renatta M. Nelwan*, Chreisye K. F. Mandagi*, Harvani Boky*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Pelayanan Rumah Sakit rentan akan penyebaran infeksi nosokomial atau Healthcare-associated
Infections (HAIs). Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) merupakan sebuah
program yang wajib dilaksanakan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSUP Ratatotok Buyat.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Wawancara mendalam dan observasi dokumen dilaksanakan untuk memperoleh informasi
mendalam terkait pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSUP
Ratatotok Buyat terhadap 7 informan yaitu direktur rumah sakit, ketua komite PPI, anggota
komite PPI, perawat IPCN, 2 perawat IPCLN serta 1 perawat yang tidak termasuk dalam komite
PPI. Metode analisa data menggunakan metode triangulasi yang terdiri atas triangulasi sumber
dan triangulasi metode. Pelaksanaan pelatihan, pengembangan, dan pendidikan bagi komite PPI
masih belum optimal karena belum terlatihnya anggota dalam pelatihan PPI dasar dan pelatihan
PPI lanjutan. Pemenuhan sarana prasarana dan fasilitas sering mengalami ketidakcukupan dan
keterlambatan penyediaan. Pelaksanaan monitoring sudah rutin namun evaluasi dan pelaporan
komite PPI masih rendah terbukti dengan jarangnya diadakan pertemuan serta belum
rampungnya pelaporan program tahun 2016 dan 2017. Anggota komite memahami tugas dan
tanggung jawab sebagai pelaksana program PPI. Faktor kepemimpinan dalam program PPI
dimiliki oleh pimpinan, ketua komite, IPCN dan IPCLN, faktor komitmen belum sepenuhnya
dimiliki seluruh anggota komite karena beberapa anggota tidak terlibat secara aktif, komunikasi
formal jarang dilaksanakan serta faktor kuantitas bagi program PPI masih belum mencukupi dan
kualitas SDM belum sesuai kompetensi pelatihan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUP
Ratatotok Buyat secara keseluruhan belum terlaksana dengan baik.
Kata Kunci: Manajemen, Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Rumah Sakit.
ABSTRACT
Hospital services are vulnerable to the spread of nosocomial infection or healthcare-associated
infections (HAIs). Infection Prevention and Control Program (PPI) is a program that must be
implemented in every health service facility in Indonesia to minimize the risk of spreading
infection. The purpose of this study was to analyze the implementation of infection prevention and
control program (PPI) at RSUP Ratatotok Buyat. This research was a descriptive study with
qualitative research method. In-depth interviews and document observation were carried out to
obtain in-depth information regarding the implementation of the Infection Prevention and Control
(PPI) program at RSUP Ratatotok Buyat on 7 informants (i.e. hospital director, PPI committee
chairman, PPI committee member, IPCN nurse, 2 IPCLN nurses and 1 nurse not included in the
PPI committee). Data were analyzed using triangulation method that consist of source
triangulation and methodological triangulation. Implementation of training, development, and
education for PPI committees was found not optimal due to the lack of trained members in basic
PPI training and advanced PPI training. Fulfillment of infrastructure and facilities often
experienced insufficient and delayed provision. The study revealed that the implementation of
monitoring had been done regularly; however, the evaluation and reporting of PPI committees
was low as evidenced by the rarely held meetings and unfinished reporting of programs in 2016
and 2017. Committee members understood the duties and responsibilities of implementing PPI
programs. Leadership factor in PPI program was owned by leader, committee chairman, IPCN
and IPCLN. Commitment factor was not fully owned by all committee members, as some members
were not actively involved. Formal communication was rarely implemented and quantity factor for
PPI program was inadequate. The study also revealed that human resource quality was not
suitable to competence training. Based on the research findings, it can be concluded that the
1
implementation of infection prevention and control program in RSUP Ratatotok Buyat in overall
was not done well.
Keywords: Management, Infection Prevention and Control Program, Hospital.
meminimalisir
PENDAHULUAN
Masalah
kesehatan
yang
turut
risiko
penyebaran
infeksi. Selain peran teknis, faktor
mengancam secara global adalah terkait
manajemen
emerging infectious disease dan re-
diperlukan dalam keberhasilan Program
emerging
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
infectious
disease,
yang
merupakan
Rumah
dihantarkan oleh perubahan lingkungan
Kementrian Kesehatan mengeluarkan
seperti
sebuah acuan bagi manajemen program
iklim
(climate
Pada
PPI
demografi
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
sistem
pelayanan
kesehatan masyarakat.
Setiap institusi pemberi layanan
kesehatan
270/Menkes/SK/III/2007
Tentang
Pedoman
Program
Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
memerangi setiap permasalahan yang
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
ada dan hendak terjadi. Salah satu
Kesehatan Lainnya.
pelayanan
untuk
Menteri
siap
fasilitas
dituntut
Keputusan
2008
change), gaya hidup, faktor sosial dan
serta
dalam
tahun
yang
menurut Lindgren dkk, (2012) dapat
perubahan
Sakit.
unsur
kesehatan
yang
Penelitian yang dilakukan oleh
berperan strategis dalam pembangunan
Molina tentang Analisis Pelaksanaan
kesehatan
Sakit.
Program Pencegahan dan Pengendalian
Pelayanan Rumah Sakit rentan akan
Infeksi Nosokomial di Rumkital Dr.
pelbagai masalah, ancaman dan risiko,
Mintoardjo
termasuk
mendapati
bahwa
penyebaran infeksi nosokomial atau
manajemen
yang
Healthcare-associated
komitmen,kepemimipinan,komunikasi,
adalah
Rumah
risiko
klinis
seperti
Infections
Jakarta
2012,
faktor-faktor
terdiri
dan
bahwa sebanyak 4.6%-9.3%
pasien
program Pencegahan dan Pengendalian
yang
infeksi
Infeksi di Rumkital Dr. Mintohardjo
nosokomial atau HAIs (Huis dkk, 2012).
masih rendah karena program tersebut
mengalami
Program
pelaksanaan
dan
belum menjadi prioritas utama dan
Pengendalian Infeksi (PPI) merupakan
karena singkatnya jabatan manajemen
sebuah
puncak.
program
Pencegahan
dalam
dari
(HAIs). Studi di Eropa menemukan
dirawat
kerjasama
Tahun
yang
wajib
Data
hasil
Riset
Fasilitas
dilaksanakan disetiap fasilitas pelayanan
Kesehatan tahun 2011 menunjukkan
kesehatan
bahwa 51,7% rumah sakit di Indonesia
di
Indonesia
untuk
2
telah memiliki komite penanggulangan
di
infeksi
hanya
mengikuti pelatihan PPI dasar dan hanya
sekitar 84% yang meyelenggarakan
perawat pelaksana atau IPCN yang
secara aktif.
diikutsertakan
nosokomial,
namun
RSUP
lanjutan.
Ratatotok
Buyat
dalam
Dalam
belum
pelatihan
hasil
PPI
penelitian
METODE PENELITIAN
dokumen ditemui bahwa sertifikat hanya
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
pula dimiliki oleh IPCN untuk pelatihan
menggunakan
penelitian
PPI lanjutan. Berdasarkan Keputusan
penelitian
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
kualitatif.
metode
Lokasi
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum
Nomor
Pusat (RSUP) Ratatotok Buyat. Waktu
Tentang Pedoman Manajerial Program
penelitian dilaksanakan pada bulan April
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
– Juli 2017. Informan dalam penelitian
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
ini
Kesehatan
berjumlah
7
orang
diperikirakan
berkompeten
memberikan
informasi,
yang
270/Menkes/SK/III/2007
Lainnya,
setiap
anggota
untuk
komite PPI dan tim PPI wajib untuk
meliputi
mengikuti pelatihan PPI dasar dan
Direktur Rumah Sakit, Ketua Komite
pelatihan PPI lanjutan serta memiliki
PPI, anggota komite PPI, IPCN, IPCLN
sertifikat pelatihan.
sebanyak 2 orang, dan Penanggung
Sosialisasi yang diberikan komite PPI
Jawab Ruangan/ Instalasi/ Bagian yang
kepada petugas kesehatan dan seluruh
tidak termasuk dalam anggota komite
staf masih jarang dilaksanakan, hal ini
PPI. Jenis data yang dikumpulkan dalam
dikuatkan dengan pernyataan informan
penelitian ini adalah data primer dan
bukan anggota PPI yang menilai bahwa
data sekunder. Metode yang digunakan
sosialisasi masih jarang dibuat sehingga
untuk
data
beberapa petugas sering lupa mematuhi
adalah metode triangulasi yang terdiri
Standar Operasional Prosedur (SOP) PPI
atas triangulasi sumber dan triangulasi
dengan baik. Para informan anggota
metode.
komite turut menyatakan salah satu
pemeriksaan
keabsahan
kendala yang mereka rasakan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaksanaan
Pelaksanaan Pelatihan, Pendidikan,
kepatuhan
dan Pengembangan
ditingkatkan dan diingatkan lagi.
Melalui
hasil
wawacara
mendalam
Setiap
program
staf
informan
yang
dalam
PPI
yaitu
masih
perlu
wawancara
bersama informan ditemukan bahwa
mendalam menyatakan bahwa informasi
seluruh anggota komite PPI dan tim PPI
pencegahan dan pengendalian Infeksi
3
turut diberikan kepada pasien, keluarga
menyediakan akibat jarak yang jauh
pasien dan pengunjung rumah sakit.
serta sedikitnya jumlah permintaan, juga
Pasien dan keluarga pun diberitahu
kesalahan
pihak
bahwa
terlambat
mengusulkan
setiap
petugas
yang
akan
melakukan tindakan pada pasien wajib
komite
PPI
yang
permintaan
kepada pihak manajemen.
melakukan tindakan 5 moment of hand
Berdasarkan
wawancara
hygiene (lima saat mencuci tangan)
mendalam dan observasi dokumen yang
sehingga pasien dapat pula mengawasi
dilakukan, ditemui bahwa anggaran dan
kepatuhan petugas.
dana
bagi
kegiatan
PPI
telah
dikhususkan dalam Rencana Kerja dan
Pemenuhan Sarana, Prasarana dan
Anggaran (RKA). Proses penyusunan
Fasilitas
RKA
Melalui hasil wawancara mendalam
pelaksanaan progam kerja yang telah
disimpulkan bahwa proses penyediaan
disusun, perhitungan saat ini dapat
sarana prasarana bagi program PPI di
dijadikan tolak ukur apakah dalam tahun
RSUP-RB masih mengalami berbagai
yang akan datang pelaksanaan progam
kendala. Kendala yang dikemukakan
kerja dapat dilaksankan dengan baik
masing-masing
informan
seperti
(Annur, 2011).
keterlambatan
penyediaan
sarana,
adalah
langkah
awal
dari
ketersediaan formulir surveilans yang
Pelaksanaan
kadang tidak mencukupi, serta kualitas
dan Pelaporan
beberapa sarana prasarana yang kurang
Dalam hasil wawancara mendalam dan
baik.
observasi langsung yang dilakukan,
Berdasarkan penelitian diamati bahwa
diketahui
dari segi kualitas, sarana prasarana dan
monitoring program PPI di RSUP
fasilitas program PPI masih memadai,
Ratatotok Buyat memiliki mekanisme
namun dari segi kecukupan program
yang sesuai. Proses surveilans setiap
masih menemui kendala. Keterlambatan
hari rutin dilaksanakan IPCLN untuk
penyediaan sarana setelah ditelusuri
memonitor
melalui wawancara mendalam sering
mencakup surveilans kejadian infeksi
disebabkan
terlibat,
manajemen
permintaan
oleh
baik
yang
tepat
Monitoring,
bahwa
adanya
Evaluasi
pelaksanaan
kejadian
HAIs
pihak-pihak
yang
pemasangan jarum infus (plebitis), ILO
kesalahan
pihak
dan ISK,
tidak
memproses
waktu,
serta mengamati kepatuhan
petugas terhadap tindakan 5 Moment of
pihak
Hand Hygiene menggunakan formulir
distributor penyedia yang terlambat
checklist. Kegiatan monitoring tim PPI
4
di RSUP Ratatotok Buyat sesuai dengan
pedoman tugas tanggung jawab komite
acuan
Minimal
PPI RSUP Ratatotok Buyat yang sesuai
(SPM) Rumah Sakit dalam Kepmenkes
dengan pedoman manajerial. Lulusnya
Nomor
kelompok
Standar
129
Pelayanan
tahun
2008
yang
kerja
Pencegahan
dan
menyaratkan tersedianya pencatatan dan
Pengendalian Infeksi dalam penilaian
pelaporan infeksi nosokomial di rumah
akreditasi rumah sakit pada tahun 2016
sakit dengan frekuensi pengumpulan
turut menunjukkan bahwa program PPI
data setiap hari dan periode analisis
di rumah sakit ini berjalan sesuai
setiap satu bulan.
tupoksi.
Pelaksanaan Evaluasi dan Pelaporan
Beberapa kendala dalam tugas
komite PPI di RSUP Ratatotok Buyat
dan tanggung jawab komite PPI seperti;
ditemui masih rendah akibat jarangnya
belum
pelaksanaan
pelatihan PPI dasar maupun pelatihan
rapat
komite
untuk
terlatihnya
lanjutan,
anggota
penyediaan
dalam
membahas pelaksanaan program. Dalam
PPI
observasi pun tidak ditemukan adanya
prasarana dan fasilitas yang kadang
dokumen laporan pelaksanaan program
mengalami
komite PPI untuk tahun 2016 dan tahun
tindakan tenaga medis dan staf yang
2017. Hasil penelitian yang sama oleh
masih kurang disiplin menerapkan SOP
Molina (2012) dengan judul Analisis
pencegahan dan pengendalian infeksi.
keterlambatan,
sarana
serta
Pelaksanaan Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial di
Komitmen
Rumkital Dr.Mintohardjo Tahun 2012
Dalam
menyimpulkan bahwa pelaksanaan tugas
dilaksanakan, para informan anggota
komite PPI di Rumkital Dr.Mintohardjo
komite PPI menilai pimpinan rumah
masih rendah terbukti dengan tidak
sakit menunjukkan komitmen untuk
terlaksananya kegiatan rapat, sosialisasi,
pelaksanaan program PPI di RSUP
pengawasan dan umpan balik.
Ratatotok
wawancara
Buyat.
mendalam
Menurut
yang
Wijaya
(2012) dalam Sri (2015) komitmen
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung
dapat
Jawab
mengembangkan
Melalui hasil wawancara mendalam
peningkatan kinerja, dan pemahaman
terlihat para informan anggota komite
terhadap nilai dan tujuan rumah sakit
PPI
untuk menjaga kesesuaian antara visi
mengetahui tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Dalam observasi
dan misi.
dan telaah dokumen didapati dokumen
5
ditingkatkan
sistem
dengan
monitoring
Para
informan
menyatakan
bahwa
cukup. Hasil penelitian serupa oleh
komite PPI berupaya penuh dalam setiap
Lelonowati dkk (2015) berjudul Kinerja
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab,
IPCLN
namun dua informan menilai sebagian
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit,
anggota tidak melibatkan diri secara
yang menyatakan bahwa semua IPCLN
aktif. Ketidakaktifan anggota menjadi
yang telah dipilih oleh manajemen
indikator kurangnya komitmen yang
didasarkan pada tingkat kemampuan,
berdampak buruk pada faktor kerjasama
pendidikan
dan pelaksanaan tugas bersama.
leadership, diamati dari lamanya masa
dalam
dan
Pencegahan
mempunyai
dan
jiwa
kerja mereka yang rata-rata di atas 5
tahun.
Kepemimpinan
Informan
menilai
direktur
terus
memonitor keadaan rumah sakit dan
Komunikasi dan Kerjasama
mengusung perbaikan non fisik dan fisik
Dalam wawancara mendalam ditemukan
yang
bahwa anggota komite PPI RSUP
turut
terkait
pencegahan
dalam
program
pengendalian
infeksi.
Ratatotok
Buyat
lebih
sering
Kebijakan pimpinan dalam membentuk
berkomunikasi dengan direktur dalam
program PPI di RSUP Ratatotok Buyat
bentuk informal dan pelaporan data.
juga berdampak baik, dimana setiap
Menurut Kapp (1999) dalam Lelonowati
informan berpendapat bahwa terdapat
(2015), proses komunikasi yang menjadi
perbedaan saat sebelum dan sesudah
kunci
program
segi
kegiatan sosialisasi, pertemuan rutin
pengetahuan maupun pelaksanaan tugas
yang disepekati bersama dan tatap muka
para tenaga kesehatan di rumah sakit.
langsung antara pimpinan dan bawahan.
PPI
berjalan,
dari
keberhasilan
program
seperti
Ketua komite adalah seorang dokter
Pelaksanaan rapat komite PPI
yang juga diangkat sebagai PJ ruang
masih jarang dilaksanakan, sehingga
kebidanan (VK), delapan perawat yang
komunikasi formal untuk program PPI
diangkat sebagai IPCLN masing-masing
belum terjalin optimal. Dalam observasi
turut menjabat sebagai Penanggung
dokumen
Jawab (PJ) ruangan, sedangkan IPCN
undangan dan notulen rapat komite
adalah seorang perawat purna waktu
untuk
yang juga pernah menjabat sebagai PJ
menyatakan bahwa rapat pembahasan
ruangan, sehingga mereka yang terpilih
PPI digabungkan dengan rapat bidang
telah memiliki pengalaman kerja dan
pelayanan,
berkemampuan
khusus komite PPI juga perlu diadakan
kepemimpinan
yang
6
tidak
tahun
yang
pula
2017.
ditemukan
Pimpinan
seharusnya
rapat
agar seluruh anggota dapat terlibat
dan
tim
PPI
dalam pembahasan program yang lebih
kuantitasnya.
mendalam.
ditemukan
perlu
ditambahkan
Dalam
penelitian
bahwa
kualitas
SDM
pelaksana program Pencegahan dan
Kuantitas dan Kualitas SDM
Pengendalian
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
kurang akibat belum semua komite
bahwa
diikutsertakan dalam pelatihan yang
ketenagaan
komite
Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Infeksi
(PPI)
masih
disyaratkan.
(PPI) masih kurang dari segi kuantitas
maupun kualitas yang ada. Dalam SK
KESIMPULAN
struktur organisasi terlihat tidak ada
1. Pelaksanaan
pelatihan,
perbedaan yang jelas antara anggota
pengembangan
komite PPI dan anggota tim PPI,
terkait program PPI masih kurang
padahal seharusnya anggota komite
karena anggota komite PPI belum
berbeda
sepenuhnya
dengan
anggota
tim
PPI.
dan
pendidikan
diikutsertakan
dalam
Temuan penelitian ini sesuai dengan
pelatihan PPI dasar maupun pelatihan
hasil penelitian Molina (2012) dengan
PPI lanjutan.
judul Analisis Pelaksanaan Program
2. Pemenuhan sarana, prasarana dan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
fasilitas bagi pelaksanaan Program
Nosokomial
Rumkital
PPI kerap menemui berbagai kendala
yang
seperti keterlambatan ketidakcukupan
menemukan bahwa struktur organisasi
sarana. Dukungan dana dan anggaran
komite PPI di rumah sakit tersebut tidak
sudah
dibedakan antara anggota komite PPI
program PPI telah dimasukkan dalam
dan Tim PPI
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).
di
Dr.Mintohardjo Tahun 2012
baik
karena
kebutuhan
Kurangnya kuantitas SDM bagi
3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
program PPI belum berdampak besar
pelaporan masih rendah terbukti
saat ini, mengingat RSUP Ratatotok
dengan
Buyat berklasifikasi tipe C dengan
pertemuan rapat komite PPI, serta
jumlah kunjungan pasien yang masih
belum rampungnya pengolahan data
sedikit. Berbagai hal yang ditemukan
dan dokumen pelaporan komite untuk
seperti belum optimalnya pelaksanaan
tahun 2016 dan 2017.
monitoring, evaluasi, dan pelaporan,
4. Pengetahuan
serta kurangnya keterlibatan beberapa
jarangnya
dan
diadakan
pemahaman
anggota komite PPI terhadap tugas
anggota menandakan bahwa komite PPI
7
dan tanggung jawab masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
sudah cukup baik.
Anonymous. 2007. Keputusan Menteri
5. Faktor komitmen dan kepemimpinan
Kesehatan
RI
Nomor
terhadap pelaksanaan program PPI
270/MENKES/SK/III/2007 Tentang
cukup baik, Faktor komunikasi dan
Pedoman
kerjasama serta faktor kuantitas dan
Pencegahan
kualitas SDM masih kurang baik,
Infeksi di Rumh Sakit dan Fasilitas
terlihat dari ketidakaktifan sebagian
Pelayanan
anggota komite, belum sesuainya
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
kompetensi
setiap
anggota
serta
Manajerial
dan
Program
Pengendalian
Kesehatan
Lainnya.
Anonymous. 2008. Keputusan Menteri
struktur organisasi komite PPI dan
Kesehatan
RI
Nomor
tim PPI yang masih digabungkan.
129/Menkes/SK/II/ 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah
SARAN
Sakit.
1. Bagi manajemen RSUP Ratatotok
Kesehatan RI.
Buyat,
perlu
pengikutsertaan
diusulkannya
seluruh
Jakarta:
Kementrian
Annur FAH. 2011. Proses Penyusunan
anggota
Rencana
Kerja
dan
Anggaran
dalam pelatihan PPI dasar dan
(RKA) di Kabupaten Kudus. Skripsi
pelatihan PPI lanjutan
Diterbitkan
2. Bagi komite PPI, perlu adanya
kesadaran
yang
lebih
pentingnya
program,
memperbaiki
komunikasi
koordinasi
terhadap
Semarang:Universitas
Diponegoro.
akan
Badan Penelitian dan Pengembangan
serta
Kesehatan. 2012. Laporan Rifaskes
dan
2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan
pihak
RI.
manajemen.
Departemen
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian
Kesehatan
Pedoman
RI.
Manajerial
ini dapat dijadikan referensi untuk
Pencegahan
mengembangkan penelitian lebih
Infeksi
lanjut terhadap pelaksanaan program
Fasilitas
Pelayanan
Pencegahan
Lainnya.
Jakarta:
dan
Pengendalian
Infeksi di rumah sakit maupun
fasilitas
pelayanan
dan
di
2008.
Program
Pengendalian
Rumah
Sakit
dan
Kesehatan
Departemen
Kesehatan RI.
kesehatan
Kartika YS, Hariyant T, Pujiastuti L.
lainnya.
2015.
Manusia
Faktor
dan
Sumber
Daya
Komitmen
Manajemen yang Mempengaruhi
8
Surveilans Infeksi Nosokomial di
Penyebab
Rumah Sakit Paru Batu. JKB,
Surveillance Infeksi Nosokomial di
(Online),
2,
RSUD Dr. Iskak Tulungagung.
(http://dx.doi.org/10.21776/ub.jkb.2
JKB, (Online), Vol. 28, No.2,
015.028.02.12, diakses 09 April
(http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php
2017).
/jam/article/viewFile/814/763,
Vol.
28,
No.
Lindgren E, Andersson Y, Suk JE,
Sudre
B,
Semenza
Monitoring
JC.
EU
diakses 10 Mei 2017
2012.
Emerging
Infectious Disease Risk Due To
Climate Change. Science, (Online),
Vol.
336,
No.
6080,
(http://science.sciencemag.org/cont
ent/336/6080/418.short, diakses 26
Maret 2017).
Molina, VF. 2012. Analisis Pelaksanaan
Program
Pencegahan
dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial
di
Rumkital
Jakarta
Dr.
Tahun
diterbitkan.
Mintohardjo
2012.
Jakarta:
Tesis
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Mustariningrum
DLT,
Koeswo
M,
Ahsan. 2015. Kinerja IPCLN dalam
Pencegahan
dan
Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit: Peran
Pelatihan,
Motivasi
Kerja
dan
Supervisi. JAM, (Online), Vol 13,
No.4,
(http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php
/jam/article/view/814, diakses 09
Maret 2015).
Mustariningrum
Rokhmad
DLT,
K.
Koeswo
2015.
Kurangnya
M,
Faktor
9
Kinerja
10
Download