pengaruh harga, volume perdagangan, dan volatility saham

advertisement
PENGARUH HARGA, VOLUME PERDAGANGAN, DAN VOLATILITY
SAHAM TERHADAP BID-ASK SPREAD SAHAM PADA INDEKS LQ45
Lukman Dwi Adisetia
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga, volume
perdagangan, dan volatility harga saham dalam indeks LQ45. Sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 19 perusahaan yang tergabung
indeks LQ45 secara berturut-turut selama periode 2008-2010. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan program SPSS 17. Pengambilan saham dilakukan cara
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga saham berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread, volume perdagangan
saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread, dan volatility harga
saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread. Hasil penelitian
mengenai pengaruh harga saham dan pengaruh volatility harga saham
terhadap bid-ask spread adalah konsisten dengan penelitian sebelumnya, sedangkan pengaruh volume perdagangan saham terhadap bidask spread tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya.
Kata Kunci
: bid-ask spread, harga saham, volume perdagangan saham, volatility harga saham
Abstract
The purpose of this study is to determine the effect of the stock price,
trading volume, and volatility of stock prices in the LQ45 index. The samples in this study were 19 companies that joined LQ45 respectively during the period 2008-2010. The analysis technique used is multiple linear
regression analysis using SPSS 17. Stock retrieval is done using purposive sampling. These research results indicate that the negative effect on
the stock price bid-ask spreads, trading volume has a positive effect on
bid-ask spreads, and volatility of stock prices has a positive effect on the
bid-ask spread. The results on the effect of stock prices and the effect of
stock price volatility on the bid-ask spread is consistent with previous
studies, whereas the effect of trading volume on the bid-ask spread is not
consistent with previous research.
Keywords
: bid-ask spread, stock price, trading volume, stock price
volatility
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan tempat
pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Fungsinya adalah untuk membiayai secara
langsung kegiatan perusahaan. Masyarakat
diikutsertakan
langsung
didalamnya yaitu dengan menanamkan
dananya ke dalam suatu perusahaan
dengan cara membeli saham dari
perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Menurut Husnan
287
288
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
(2003:3) pasar modal didefinisikan
sebagai sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (atau sekuritas)
jangka
panjang
yang
bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities,
maupun
perusahaan
swasta. Dengan demikian, pasar modal
juga bisa diartikan sebgai pasar untuk
memperjualbelikan
sekuritas
yang
umumnya memiliki umur ekonomis lebih
dari satu tahun.
Pasar modal memiliki peran
besar bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua
peran sekaligus yaitu fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi
pasar modal yaitu pasar menyediakan
fasilitas
mempertemukan
dua
kepentingan: pihak yang memiliki
kelebihan dana (investor) dan pihak
yang memerlukan dana (issuer).
Sementara itu, pasar modal dikatakan
memiliki fungsi keuangan, karena
memberikan
kemungkinan
dan
kesempatan memperoleh imbal hasil
bagi pemilik dana, sesuai dengan
karateristik investasi yang dipilih
(Darmadi, 2006:2).
Dalam transaksi saham di pasar
modal terjadi proses pembelian saham
dan penjualan saham. Proses transaksi
jual-beli ini menciptakan adanya ask
price dan bid price. Ketika investor ingin
membeli saham, maka broker akan
mengajukan harga yang dimintanya
(ask). Sebaliknya bid price terjadi
apabila broker memberikan harga
penawaran (bid) saat investor ingin
menjual sahamnya. Selisih antara
harga tertinggi yang trader (pemegang
saham) bersedia membeli suatu saham
dengan harga jual terendah yang trader
bersedia menjual saham ini disebut
dengan istilah bid-ask spread.
Informasi wajib diketahui oleh
investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Keputusan investasi ini
berkaitan erat dengan pemilihan
investasi yang paling menguntungkan
dengan tingkat risiko tertentu. Informasi
ini dapat memperkecil ketidakpastian
dalam pasar modal.
Informasi mengenai harga saham
dan volume perdagangan saham
merupakan informasi yang dapat
dijadikan
pertimbangan
dalam
berinvestasi. Bagi investor yang ingin
membeli saham perlu memperhatikan
ask price, sebaliknya bila ingin menjual
saham investor perlu memperhatikan
bid price. Dengan kata lain bid-ask
spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk pengambilan
keputusan apakah menjual atau
menahan suatu saham. Sementara itu,
likuiditas tercermin dari volume perdagangan saham. Harga saham yang
selalu tinggi serta volume perdagangan
saham yang besar menunjukkan bahwa
saham tersebut digemari investor yang
berarti saham tersebut cepat diperdagangkan. Hal ini berdampak pada
menurunnya biaya pemilikan saham
(inventory holding), dan selanjutnya
mempersempit bid-ask spread.
Risiko investasi dan ketidakpastian dapat terlihat dari fluktuasi harga
saham atau volatility harga saham.
Harga
saham
yang
fluktuatif
menandakan bahwa risiko investasi
saham yang dihadapi oleh dealer akan
menjadi besar. Oleh karena itu, dealer
menutupi kerugian yang mungkin terjadi
dengan spread yang lebih besar.
Dengan kata lain, semakin besar
volatility harga saham maka bid-ask
spreadnya juga akan semakin besar.
Studi empiris mengenai perilaku
pasar saham beserta pelakunya selalu
menarik dan telah banyak dilakukan
oleh berbagai pihak dengan tujuan
masing-masing. Salah satu obyek
perilaku pasar saham adalah perilaku
bid-ask spread harga saham, khusunya
yang berhubungan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Berdasarkan
289
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Fatmawati dan Asri (1999) aktivitas
stock split berpengaruh terhadap
presentase bid-ask spread. Selain itu,
ditemukan pula bahwa harga saham,
volume perdagangan, dan varian return
saham berpengaruh terhadap bid-ask
spread. Tumirin (2005) yang meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi bidask spread menemukan bahwa liquidity,
closing price, dan volume berpengaruh
negatif signifikan terhadap bid-ask
spread. Abdul Halim dan Nasuhi
Hidayat (2000) menemukan bahwa
volume perdagangan dan/atau return
saham berpengaruh dengan arah
negatif terhadap bid-ask spread.
Hasil penelitian yang berbeda
ditunjukkan pada penelitian Ramantha
(2006) dan Ambarwati (2008). Pada
hasil penelitian Ramantha (2006)
membuktikan bahwa volatility harga
saham yang berpengaruh negatif
signifikan terhadap bid-ask spread.
Sedangkan pada penelitian Ambarwati
(2008) yang meneliti pengaruh volume
perdagangan, varian return saham, dan
return saham terhadap bid-ask spread
saham pada perusahaan manufaktur
yang tergabung dalam indeks LQ45
periode tahun 2003-2005 menemukan
bahwa return saham berpengaruh
positif terhadap bid-ask spread. Hasil
penelitian Ambarwati ini tidak konsisten
dengan teori bid-ask spread, yaitu
semakin besar volatility return saham
maka investasi pada perusahaan itu
dinilai tinggi (Jogiyanto, 2003:238).
Risiko saham yang semakin tinggi
menyebabkan
dealer
berusaha
menutupnya dengan spread yang lebih
besar.
Adanya
perbedaan
hasil
penelitian inilah yang merupakan
menjadi salah satu latar belakang yang
mendorong penulis mengambil masalah
ini.
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah harga saham berpengaruh
terhadap bid-ask spread pada
Indeks LQ45?
2. Apakah
volume
perdagangan
saham berpengaruh terhadap bidask spread pada Indeks LQ45?
3. Apakah volatility harga saham
berpengaruh
terhadap
bid-ask
spread pada Indeks LQ45?
Peneliti hanya meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi bid-ask
spread ditinjau dari proksi-proksi
keuangan yaitu harga saham, volume
perdagangan saham, dan volatility
harga saham. Sedangkan sampel yang
akan diambil adalah perusahaanperusahaan yang mempunyai data
closing price (harga saham), bid price,
ask price, dan volume perdagangan
pada Indeks LQ45 selama periode
2008–2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Bid-Ask Spread
Bid-ask
spread
merupakan
selisih antara bid price dengan ask
price. Hamilton (1990) dikutip oleh
Fatmawati
dan
Asri
(1999:267)
membedakan spread menjadi dua
model yaitu dealer spread dan market
spread. Dealer spread merupakan
selisih antara harga bid dengan harga
ask yang menyebabkan dealer ingin
memperdagangkan sekuritas dengan
aktivanya sendiri. Sedangkan market
spread merupakan perbedaan antara
highest-bid dengan lowest-ask yang
terjadi pada saat tertentu.
Jenis spread yang lebih sesuai
diteliti di BEI adalah market spread. Hal
ini dikarenakan aktivitas di BEI lebih
bersifat competitive order matching
market atau dikenal dengan orderdriven market system dimana investor
hanya
diperbolehkan
untuk
menyerahkan order jual-beli dan
290
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
melakukan transaksi melalui broker.
Dengan kata lain investor tidak dapat
langsung melakukan transaksi di lantai
bursa. Sementara itu dalam pasar
sekunder seperti NYSE, AMEX, atau
OTC,
dealer
lebih
mendominasi
sebagai
perantara
perdagangan
(Fatmawati dan Asri, 1999:268).
Stoll (1978) dikutip dalam
Tumirin (2005:63) menyatakan bahwa
bid-ask spread merupakan fungsi dari
tiga komponen biaya yang berasal dari
tiga komponen biaya yaitu:
1. Biaya
Pemilikan
Saham
(Inventory Holding Cost)
Biaya pemilikan saham menunjukkan trade-off antara memiliki
sedikit saham. Banyak sedikitnya
saham dan memiliki terlalu sedikit
saham juga ditunjukkan oleh
lamanya trader memgang saham
tersebut.
Opportunity
cost
merupakan bagian terbesar dari
biaya kepemilikan saham.
2. Biaya
Pemrosesan
Pesanan
(Order Processing Cost)
Biaya
pemrosesan
saham
meliputi biaya untuk persiapan
membeli atau menjual saham yang
meliputi
biaya
administrasi,
pelaporan, proses komputer dan
lain-lain. Jenis biaya ini dapat
diobservasi secara langsung.
3. Biaya Asimetri Informasi
Biaya asimetri informasi terjadi
karena dua pihak trader yang tidak
sama dalam memiliki dan mengakses informasi. Pihak pertama,
adalah informed trader atau pihak
yang memiliki informasi lebih banyak, pihak kedua, adalah uninformed trader atau pihak yang memiliki informasi yang lebih sedikit.
Perbedaan dalam hal informasi ini
menyebabkan terdapatnya risiko
bagi pihak yang kurang memiliki
informasi, sehingga untuk menutup
kerugiannya dicerminkan dalam
bid-ask spread. Bid-ask spread
merupakan selisih harga beli tertinggi oleh pedagang saham bersedia membeli dengan harga jual
terendah oleh pedagang saham
bersedia menjual saham tersebut.
Kajian Penelitian Terdahulu
Ambarwati (2008) meneliti pengaruh volume perdagangan, varian return saham, dan return saham terhadap
bid-ask spread saham pada 20 perusahaan manufaktur yang tergabung
dalam indeks LQ45 periode tahun
2003-2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid-ask
spread. Sebaliknya, hipotesis mengenai
volume perdagangan saham dan varian
return saham diterima. Hasil penelitian
membuktikan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh negatif
signifikan, sedangkan varian return dan
return saham berpengaruh positif
signifikan terhadap bid-ask spread.
Penelitian
Tumirin
(2005)
bertujuan untuk menganalisis informasi
mengenai variabel akuntansi kuartalan,
variabel pasar, arus kas operasi bid-ask
spread. Penelitian ini menggunakan
684 sampel yang terdiri atas 521
laporan keuangan kuartalan interim dan
163 laporan keuangan kuartalan
keempat. Hasilnya adalah variabel
akuntansi dalam pengumuman laporan
keuangan kuartalan yang mempengaruhi bid-ask spread secara signifikan
adalah likuiditas. Sementara itu closing
price dan volume yang merupakan
variabel pasar berpengaruh negatif
signifikan terhadap bid-ask spread.
Ramantha (2006) meneliti tentang pengaruh volume perdagangan
dan volatility harga saham terhadap bidask spread pada 20 saham teraktif yang
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta
periode Juni-Juli 2006. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa volume perda-
291
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
gangan saham berpengaruh negatif
signifikan terhadap bid-ask spread,
demikian juga dengan volatility harga
saham yang berpengaruh negatif
signifikan terhadap bid-ask spread.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
teori bid-ask spread.
Penilitian Halim dan Hidayat
(2000) bertujuan untuk mengkonfirmasikan apakah biaya pemilikan saham
(inventory holding costs) berpengaruh
positif terhadap bid-ask spread pada
pasar modal di Indonesia. Sampel
penelitian ini adalah tiga buah perusahaan rokok yang terdaftar di BEJ
dengan model koreksi kesalahan (error
correction model) atau ECM. Hasil
dalam penelitian ini adalah volume perdagangan dan/atau return berpengaruh
negatif terhadap bid-ask spread baik
dalam bentuk absolut maupun relatif.
Dengan kata lain pengaruh biaya
kepemilikan saham adalah positif
dengan bid-ask spread.
Fatmawati dan Asri (1999)
meneliti pengaruh stock split terhadap
likuiditas saham yang diukur dengan
besarnya bid-ask spread di Bursa Efek
Jakarta. Penelitian ini mengambil 30
sampel perusahaan yang melakukan
stock split selama Juli 1995 sampai Juni
1997. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa aktivitas split berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat harga
saham,
volume
turnover
dan
presentase spread.
Pengembangan Hipotesis
Harga saham adalah harga
yang terbentuk di pasar saham. Harga
saham yang senantiasa naik menandakan bahwa return yang diberikan juga
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa saham tersebut disukai oleh investor.
Akibatnya pedagang tidak perlu memegang saham tersebut terlalu lama,
sehingga menurunkan biaya kepemilikan saham tersebut. Oleh karena itu,
dengan menurunnya biaya kepemilikan
saham maka bid-ask spread menyempit. Stoll (1989) yang dikutip dalam
Halim dan Hidayat (2000:70) menyatakan, biaya pemilikan saham berpengaruh positif (secara searah) terhadap bidask spread. Tumirin (2005) melakukan
studi empiris mengenai pengaruh
variabel-variabel
akuntansi
dan
variabel-variabel pasar terhadap bidask spread. Hasilnya menunjukkan
bahwa spread berhubungan negatif
dengan harga saham. Hasil penelitian
ini juga serupa dengan penelitian Halim
Hidayat (2000). Berdasarkan teori dan
hasil penelitian tersebut maka hipotesis
pertama dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H1 :
Harga
saham
mempunyai
pengaruh negatif terhadap bid-ask
spread.
Volume perdagangan diartikan
sebagai jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada hari tertentu
(Halim
dan
Hidayat,
2000:73).
Perdagangan saham yang aktif dapat
dilihat dari volume perdagangan saham
yang besar pula. Hal ini menunjukkan
bahwa saham tersebut digemari
investor, sehingga saham tersebut
capat diperdagangkan. Kondisi ini
menyebabkan pedagang tidak perlu
memeegang terlalu lama memegang
saham,
yang dapat mengakibatkan
penurunan biaya kepemilikan saham.
Oleh karena itu, semakin cepat
perdagangan saham, maka semakin
besar pula volume perdagangan
saham. Beberapa penelitian terdahulu
yaitu Tumirin (2005), Ambarwati (2008),
Halim dan Hidayat (2000), Ramantha
(2006), dan Fatmawati dan Asri (1999)
sama-sama
menunjukkan
bahwa
volume
perdagangan
saham
berpengaruh negatif terhadap bid-ask
spread. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian tersebut
maka hipotesis
kedua dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
292
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
H2 : Volume perdagangan saham
mempunyai
pengaruh
negatif
terhadap bid-ask
spread.
Harga saham yang berfluktuasi
disebut dengan volitilitas harga saham.
Volatility harga saham dalam hal ini
mewakili risiko saham yang disinyalir
dapat mempengaruhi besar kecilnya
bid-ask
spread
saham.
Menurut
Jogiyanto (2000:238) semakin besar
volatility return saham maka investasi
pada perusahaan itu dinilai tinggi.
Risiko saham yang semakin tinggi
menyebabkan
dealer
berusaha
menutupnya dengan spread yang lebih
besar. Howe dan Lin yang dikutip oleh
Chandra (2003:25) menemukan bukti
bahwa
volatility
harga
saham
berpengaruh positif terhadap bid-ask
spread. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian tersebut
maka hipotesis
ketiga dalam penelitian ini dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
H3 : Volatility harga saham mempunyai
pengaruh positif terhadap bid-ask
spread.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan teori yang telah
disampaikan, maka pengaruh harga
saham, volume perdagangan saham,
dan volatility harga saham terhadap bidask spread dapat ditunjukkan dengan
rerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN
Populasi, Pengambilan Sampel dan
Sampel
Populasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dalam indeks LQ45 dari periode
2008-2010. Sampel merupakan sebagian dari elemen-elemen populasi.
Penelitian ini adalah penelitian sampel
yang dilakukan dengan metode purposive sampling. Pertimbangan yang diambil peneliti dalam memutuskan untuk
mengambil sampel dari perusahaan
yang tergabung dalam LQ45 yaitu antara lain:
1. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan dan
termasuk dalam indeks LQ45
selama enam periode berturut-turut
yaitu dari periode 2008-2010.
2. Perusahaan-perusahaan
yang
mempunyai closing price (harga
saham), bid price, ask price, dan
volume perdagangan saham selama periode tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan teknik pengumpulan data
secara dokumentasi. Dokumentasi yang
dikumpulkan langsung dari sumber
yang diperoleh melalui Pojok Bursa
Efek Indonesia (BEI) Universitas Islam
Indonesia untuk tahun 2008-2010. Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut dilakukan pembahasan dan
penganalisaan secara sistematis dan
obyektif.
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
1. Bid-Ask Price
Bid-ask
spread
merupakan
selisih harga beli tertinggi (bid)
tertinggi yang trader bersedia untuk
membeli dengan harga jual (ask)
293
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
terendah yang trader bersedia untuk
menjual
saham
tersebut.Variabel dependen dalam pengujian bid-ask price adalah ask
price dikurangi bid price dibagi
dengan rerata ask price ditambah
bid price yang dirumuskan sebagai
berikut:
2. Harga Saham
Harga saham adalah harga penutupan
(closing
price)
perdagangan harian saham selama
periode penelitian. Penelitian ini
menggunakan harga saham harian
pada saat harga penutupan (closing price).
3. Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham
didefinisikan sebagai banyaknya
jumlah
saham
yang
diperdagangkan per hari. Penelitian
ini
menggunakan
volume
perdagangan saham harian.
4. Volatility Harga Saham
Volatility harga saham adalah
fluktuasi harga saham sekuritas
atau portofolio dalam waktu tertentu. Risiko saham sering dihubungkan dengan penyimpangan
atau deviasi dari return saham
yang diharapkan. Deviasi standar
merupakan
alat
ukur
yang
digunakan untuk menghitung risiko
yang berhubungan return yang diharpakan. Untuk mengukur volatility harga saham (variance) maka
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
DS
: deviasi standar
Xit : harga saham hari ke-t
it : rata-rata harga saham
n : jumlah periode pengamatan
Alat Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah
hasil estimasi regresi yang dilakukan menunjukkan hubungan
yang valid atau atau tidak bias.
Pengujian asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan heterokedasitas
2. Analisis Regresi Berganda
Model analisis dalam penelitian
ini adalah model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai
berikut:
Keterangan:
BAS
: bid-ask spread
α
: konstanta
β1, β2, dan ,β3 : koefisien regresi
P
: harga saham
VOL : volume perdagangan saham
VP
: volatility harga saham
ε
: error
ANALISIS DATA
Pengujian Asumsi Klasik
1. Pengujian Normalitas
Uji normalitas adalah alat
analisis untuk mengetahui apakah
suatu data berasal dari populasi
yang sama. Proses pengujian
normalitas
dilakukan
dengan
dengan One-Sample KolmogorovSmirnov Test, dengan kriteria jika
nilai signifikansi lebih kecil daripada
nilai alpha 0,05 maka nilai residual
terstandarisasi berdistribusi tidak
normal. Sebaliknya jika nilai
signifikasi lebih besar daripada nilai
alpha 0,05 maka nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal
294
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
(Sunyoto,
2012:121).
Hasil
pengujian ini dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Uji Normalitas dengan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
N
a,,b
Normal Parameters
Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Standardized
Residual
10643
0,0000000
0,99985904
0,013
0,007
-0,013
1,311
0,064
Berdasarkan tabel 1 diketahui
bahwa nilai signifikansi adalah
sebesar 0,064 yang artinya lebih
besar daripada nilai alpha 0,05
maka disimpulkan nilai residual terstandarisasi telah berdistribusi
normal.
2. Pengujian Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Jika nilai
VIF di bawah 10 maka tidak terjadi
multikolinieritas dan sebaliknya,
dan sebaliknya jika nilai VIF di atas
10 maka terdapat gejala multikolinieritas (Suliyanto, 2011:90). Ringkasan pengujian multikolinieritas
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel
2. Uji Multikolinieritas
dengan Metode VIF
Model
Ln_Harga
Ln_Volume
Ln_Volatility
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0,399 2,506
0,781 1,281
0,470 2,128
Berdasarkan tabel 2 diketahui
bahwa nilai VIF pada ketiga
variabel tersebut adalah 2,506;
1,281; dan 2,128, yang berarti tidak
lebih dari angka 10. Kesimpulannya
adalah model regresi tidak memiliki
masalah multikolinieritas.
3. Pengujian Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model
regresi
terjadi
ketidaksamaan
varians
dari
residual
satu
pengamatan ke pengamatan lain.
Dalam
penelitian
ini
untuk
mendeteksi
terjadinya
heteroskedastisitas
dilakakuan
dengan dengan metode Spearman
Rank,
yaitu
dengan
mengkorelasikan nilai residual tidak
terstandarisasi dengan masingmasing variabel independen. Jika
signifikansi korelasi kurang dari
0,05 maka pada model regresi
terjadi
masalah
heteroskedastisitas, dan begitu
juga
sebaliknya
(Suliyanto,
2011:113).
Hasil
pengujian
heteroskedastisitas dengan metode
Spearman Rank dapat ditampilkan
pada tabel 3.
Tabel
3. Uji Multikolinieritas
dengan Metode Spearman Rank
LN_Harga
LN_Volume
LN_Volatility
Correlation
Coefficient
Sig. (1-tailed)
Correlation
Coefficient
Sig. (1-tailed)
Correlation
Coefficient
Sig. (1-tailed)
UR
-0,005
0,295
0,002
0,438
-0,003
0,393
Berdasarkan
tabel
3
diketahui bahwa nilai signifikansi
pada ketiga variabel tersebut adalah 0,295; 0,438; dan 0,393. Dari
hasil tabel 3 dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terjadi
295
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
heteroskedasitas, karena nilai signifikasi variabel independen lebih
dari nilai alpha 0,05.
4. Pengujian Autokorelasi
Pendeteksian
gejala
autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson,
yaitu dengan cara melihat nilai
Durbin-Watson
(DW).
Dasar
pengambilan keputusan apakah
terjadi autokorelasi atau tidak
adalah (1) jika nilai DW dibawah -2,
berarti terjadi autokorelasi positif;
(2) jika nilai DW berada di antara -2
dan
+2,
berarti
tidak
ada
autokorelasi; dan (3) jika nilai DW
di
atas
+2,
berarti
terjadi
autokorelasi
negatif
(Sunyoto,
2012:146). Ringkasan pengujian
multikolinieritas dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4. Uji Autokorelasi dengan Uji
Durbin-Watson
Model
Durbin-Watson
1
1.661
Dari Tabel 4 diketahui bahwa
nilai DW sebesar 1.661. Angka ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi pada model regresi,
karena nilai DW berada di antara -2
dan +2.
Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan proses pengolahan
data hasil regresi yang didapatkan
dapat ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Regresi Secara Parsial
Model
Unstandardized
Coefficients
(Constant)
B
-2,284
Std. Error
0,071
LN_Harga
Standar
dized
Coeffici
ents
Beta
t
Sig.
-32,191
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
-0,389
0,007
-0,676
-57,205
LN_Volume
0,067
0,004
0,152
17,951
LN_Volatilit
y
0,365
0,005
0,790
72,630
Persamaan regresi yang dapat
dibentuk berdasarkan tabel diatas
adalah LnBAS = -2,284 - 0,389
LnHarga + 0,067 LnVolume + 0,365
LnVolatility + ε
Berdasarkan model regresi di
atas maka dapat dikemukakan bahwa
konstanta sebesar -2,284 menunjukkan
bahwa jika variabel harga saham,
volume perdagangan, dan volatility
harga saham dianggap konstan maka
rata-rata bid-ask spread saham adalah
sebesar -2,284%. Angka koefisien
harga saham adalah sebesar -0,389;
volume perdagangan saham sebesar
0,067; dan volatility harga saham
sebesar
0,365.
Angka
koefisien
tersebut artinya jika harga saham naik
sebesar 1%, maka diharapkan bid-ask
spread juga meningkat sebesar -0,389,
begitu pula sebaliknya.
Untuk menguji apakah harga
saham, volume perdagangan saham,
dan volatility harga saham berpengaruh
terhadap bid-ask spread saham, maka
dalam penelitian ini menggunakan
analisis
regresi
linier
berganda.
Ketepatan regresi dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi (R2), nilai statistik
F dan nilai statistik t.
Uji Determinasi (R2)
Uji determinasi (R2) digunakan
untuk mengukur kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi (R2)
dinyatakan dalam presentase yang
nilainya berkisar antara 0 dan 1. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam
menjelaskan
variasi
variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel
independen
memberikan
hampir
semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel
296
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
dependen. Hasil uji determinasi (R2)
dapat diilustrasikan pada tabel 6.
Tabel 6. Uji Determinasi (R2)
R
R
Square
0,639a
0,408
Adjusted
R
Square
0,408
Std. Error
of the
Estimate
0,39348
Pada tabel 6 ditunjukkan bahwa
nilai koefisisen determinasi (R2) adalah
sebesar 0,408, artinya bahwa 40,8%
variasi bid-ask spread dapat dijelaskan
oleh variasi dari harga perdagangan
saham, volume perdagangan saham,
dan volatility harga saham, sedangkan
sisanya sebesar 59,2% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain di luar model penelitian
ini. Dengan kata lain, hubungan antara
dari perdagangan saham, volume
perdagangan saham, dan volatility
harga saham yang berpengaruh
terhadap bid-ask spread adalah positif.
Uji F
Pengujian berikutnya dilakukan
dengan uji F. Uji model regresi ini
dilakukan untuk memastikan bahwa
model
penelitian
yang
telah
dirumuskan dapat diterapkan dalam
penelitian ini. Uji model regresi ini
dilakukan
dengan
menggunakan
statistik F, dimana hasil signifikan dari
F hitung harus dibawah tingkat
signifikan alpha yang telah ditetapkan
sebesar 2,5 %. Jika signifikansi dari F
hitung lebih besar dari 0,025 maka
model tidak bisa digunakan untuk
memprediksi bid-ask spread saham.
Hasil pengujian ini dapat dilihat dari
tabel 7.
Tabel 7. Uji F atau Uji Anova
Model
Regressio
n
Residual
Total
Sum of
Square
s
1135,18
0
1647,16
6
2782,34
6
df
3
1063
9
1064
2
Mean
Squar
e
378,39
3
0,155
F
Sig.
2.444,03
3
0,00
a
0
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh
nilai Fhitung sebesar 2.444,033 dengan
tingkat probabilitas (signifikan) 0,000
(0%). Oleh karena probabilitas jauh
lebih kecil dari α = 0,025 (5%), maka
model regresi linier berganda dapat
digunakan untuk memprediksi bid-ask
spread saham atau dengan kata lain
harga saham, volume perdagangan
saham, dan volatility harga saham
secara bersama-sama berpengaruh
terhadap bid-ask spread.
Uji Hipotesis
1. Uji t
Untuk menguji variabel yang
berpengaruh (variabel independen)
terhadap variabel dependen secara
individual (parsial) maka digunakan
uji t. Adapun kriteria pengujian uji t
adalah sebagai berikut yaitu jika
signifikansi lebih kecil dari 0,025
maka hipotesis 1, 2, atau 3 diterima
berarti ada pengaruh signifikan
variabel
independen
secara
individual
terhadap
variabel
dependen; dan jika signifikansi
lebih besar dari 0,025 maka
hipotesis 1, 2, dan 3 ditolak berarti
tidak ada pengaruh signifikan
variabel
independen
secara
individual
terhadap
variabel
dependen.
a. Hasil Uji Pengaruh Harga
Saham
terhadap
Bid-Ask
Spread
Berdasarkan tabel 7 nilai
diketahui bahwa probabilitas
(signifikansi)
harga
saham
sebesar 0,000 jauh lebih kecil
dari α = 0,025, dan variabel
harga saham memiliki koefisien
regresi sebesar -0,389. Hasil ini
menunjukkan bahwa
harga
saham berpengaruh negatif
signifikan
terhadap
bid-ask
spread, sehingga hipotesis 1
297
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
yang menyatakan harga saham
berpengaruh negatif terhadap
bid-ask spread diterima.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa semakin
tinggi harga suatu saham maka
bid-ask spreadnya semakin
kecil. Harga saham yang tinggi
menunjukkan saham tersebut
mempunyai return yang tinggi
sehingga
diminatinya
oleh
investor. Akibatnya pedagang
tidak perlu memegang saham
tersebut terlalu lama, sehingga
menurunkan biaya kepemilikan
saham tersebut. Oleh karena itu,
dengan
menurunnya
biaya
kepemilikan saham maka bidask spread menyempit.
Hasil
penelitian
ini
mendukung penelitian Tumirin
(2005)
yang
menemukan
hubungan
yang
negatif
signifikan antara closing price
dengan bid-ask spread. Selain
itu, hasil penelitian ini juga
konsisten
dengan
hasil
penelitian Halim dan Hidayat
(2000)
yang
membuktikan
bahwa
harga
(return)
berpengaruh negatif terhadap
bid-ask spread.
b. Hasil Uji Pengaruh Volume
Perdagangan Saham terhadap
Bid-Ask Spread
Sementara
itu,
tingkat
probabilitas (signifikansi) volume
perdagangan saham adalah
sebesar 0,000 atau lebih kecil
dari α = 0,025, dan variabel
harga saham memiliki koefisien
regresi sebesar 0,067. Hasil ini
menunjukkan bahwa volume
perdagangan
saham
berpengaruh positif signifikan
terhadap
bid-ask
spread,
sehingga hipotesis 2 yang
menyatakan
volume
perdagangan
saham
berpengaruh negatif terhadap
bid-ask spread ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa
semakin
besar
volume
perdagangan
saham
maka
semakin besar pula bid-ask
spreadnya. Volume saham yang
besar
menunjukkan
bahwa
saham tersebut digemari oleh
investor. Keadaan ini membuat
dealer tidak langsung menjual
saham tersebut melainkan tetap
menahannya sampai jangka
waktu
tertentu.
Hal
ini
mengakibatkan bid-ask spread
saham menjadi lebih besar
karena
biaya
kepemilikan
saham yang ditanggung dealer
juga semakin banyak. Semakin
tinggi bid-ask spread, maka
semakin
besar
tingkat
kompensasi
dealer,
karena
dealer membeli saham dengan
harga bid yang lebih rendah
daripada
true
price,
dan
menjualnya dengan harga ask
yang lebih tinggi daripada true
price. Dealer berusaha menutup
biaya
kepemilikan
saham
tersebut dengan tingkat bid-ask
spread yang lebih besar. Hasil
penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian terdahulu
yaitu Tumirin (2005), Ambarwati
(2008), Halim dan Hidayat
(2000), Ramantha (2006), dan
Fatmawati dan Asri (1999) yang
menunjukkan bahwa volume
perdagangan
saham
berpengaruh negatif terhadap
bid-ask spread.
c. Hasil Uji Pengaruh Volatility
Harga Saham terhadap BidAsk Spread
Tingkat
probabilitas
(signifikansi) volatility harga
saham adalah sebesar 0,000
298
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
atau lebih kecil dari α = 0,025,
dan variabel harga saham
memiliki
koefisien
regresi
sebesar
0,365.
Hasil
ini
menunjukkan bahwa volatility
harga
saham
berpengaruh
positif signifikan terhadap bidask spread, sehingga hipotesis
3 yang menyatakan volatility
harga
saham
berpengaruh
positif terhadap bid-ask spread
diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi volatility harga
saham maka semakin besar
pula
bid-ask
spreadnya.
Semakin tinggi volatility harga
saham menunjukkan semakin
besar
pula
risiko
saham
tersebut. Risiko saham yang
semakin tinggi yang disebabkan
oleh pergerakan naik-turunnya
harga saham menyebabkan
dealer berusaha menutupnya
dengan spread yang lebih
besar. Hal ini mengakibatkan
dealer menahan saham tersebut
sampai jangka waktu tertentu
sehingga biaya kepemilikan
saham meningkat dan begitu
juga bid-ask spread semakin
melebar. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian
Ambarwati
(2008)
yang
menyatakan
bahwa
varian
return (volatility) harga saham
berpengaruh positif terhadap
bid-ask spread.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Dewi Ari. 2008.
“Pengaruh
Return
Saham,
Volume Perdagangan Saham
dan Varian Return Saham
terhadap
Bid-Ask
Spread
Saham
pada
Perusahaan
Manufaktur yang Tergabung
dalam Indeks LQ45 Periode
Tahun
2003-2005”.
Jurnal
Siasat Bisnis (April), hal. 27-38.
Chandra, Ardha. 2003. Pengaruh Harga
Saham,
Volume
perdagangan,dan
Volatility
Harga Saham terhadap Bid-Ask
Spread
(Studi
pada
Perusahaan-Perusahaan yang
Melakukan Stock Split di Bursa
Efek Jakarta Periode Juni 1999September
2002).
Tesis.
Semarang:
Universitas
Diponegoro.
Darmadi, Tjiptono. dan Fakhruddin,
Hendy M. 2006. Pasar Modal di
Indonesia Pendekatan Tanya
Jawab.
Jakarta:
Salemba
Empat.
Fatmawati, Sri dan Asri, Marwan. 1999.
“Pengaruh Stock Split terhadap
Likuiditas Saham yang Diukur
dengan
Besarnya
Bid-Ask
Spread di Bursa Efek Jakarta”
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Oktober. hal, 93-110.
Halim, Abdul dan Hidayat, Nasuhi.
2000. “Studi Empiris Tentang
Pengaruh Volume Perdagangan
dan Return Terhadap Bid-Ask
Spread Saham Industri Rokok
di Bursa Efek Jakarta dengan
Model
Koreksi
Kesalahan”
Jurnal
Riset
Akuntansi
Indinesia (Januari), hal. 69-85.
Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori
Portofolio
dan
Analisis
Sekuritas. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Jogiyanto,
Hartono.
2003.
Teori
Portofolio Dan Analisis Investasi,
Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Ramantha, I Wayan. 2006. “Pengaruh
Volume
Perdagangan
dan
Volatility Harga Saham terhadap
Bid-Ask Spread pada Saham
Teraktif di Bursa Efek Jakarta”
299
Kindai Volume 9 Nomor 4, Oktober – Desember 2013
Jurnal
Aplikasi
Manajemen
(Desember) hal 479-484.
Suliyanto.
2011.
Ekonometrika
Terapan: Teori dan Aplikasi
dengan SPSS. Yogyakarta:
Andi.
Sunyoto, Danang. 2012. Analisis
Validitas dan Asumsi Klasik.
Yogyakarta: Gava Media.
Tumirin. 2005. “Analisis Variabel
Akuntansi Kuartalan, Variabel
Pasar, dan Arus Kas Operasi
yang Mempengaruhi Bid-Ask
Spread” JAAI (Juni), hal 61-75.
Download