keragaman herpetofauna pada ekosistem mangrove

advertisement
KERAGAMAN HERPETOFAUNA PADA EKOSISTEM MANGROVE TAMAN
NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI DI RESORT LANOWULU
KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN
Herpetofauna diversity of Mangrove Ecosystems in Rawa Aopa Watumohai National
Wildlife At Lanowulu Resort District of Tinanggea Southern Konawe.
Yonrivan Setiawan, La Ode Siwi, Zulkarnain
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo
ABSTRAK
YONRIVAN SETIAWAN, (D1B5 11 085). Keragaman Herpetofauna Pada Ekosistem
Mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Di Resort Lanowulu Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Dibawah bimbingan La Ode Siwi sebagai
Pembimbing I dan Zulkarnain sebagai Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi herpetofauna serta untuk mengetahui tingkat
keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis herpetofauna yang berada pada kawasan
mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) di Resort Lanowulu
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini dilakukan pada ekosistem
mangrove TNRAW di Resort Lanowulu yang berlangsung selama 3 bulan yakni bulan
Februari 2016 sampai dengan April 2016. Sampel penelitian ini adalah seluruh herpetofauna
yang berada pada ekosistem mangrove TNRAW di Resort Lanowulu. Data dikumpulkan
dengan menggunakan Teknik VES (Visual Encounter Survey). Hasil penelitian menunjukan
bahwa; 1). Semua jenis herpetofauna yang berada pada lokasi tersebut merupakan informasi
jenis baru bagi pihak TNRAW 2). Kekayaan jenis menunjukkan nilai 3,64 sehingga tingkat
kekayaan jenis pada ekosistem mangrove TNRAW di Resort Lanowulu cukup tinggi,
sedangkan keanekaragaman herpetofauna menunjukkan nilai 1,52 sehingga tingkat
keanekaragaman pada kawasan tersebut sedang, penyebaran jumlah individu jenis sedang,
dan kestabilan komunitas sedang, serta Indeks kemerataan cenderung sangat rendah karena
nilai indeks kemerataan mendekati nilai 1 yaitu 0,69.
Hasil penelitian juga terungkap bahwa untuk menjaga kelestarian herpetofauna pada
ekosistem mangrove TNRAW di Resort Lanowulu agar tetap lestari adalah; 1). Menjaga
keaslian ekosistem mangrove; 2). Memberikan pendidikan dan penyuluhan sejak usia dini
mengenai herpetofauna serta satwa liar lainnya 3). Memberikan penyuluhan bagi masyarakat
mengenai cara pembukaan lahan atau hutan yang baik supaya tidak menimbulkan
dampak yang lebih besar terhadap kelangsungan hidup reptil dan amfibi maupun satwa liar
lainnya.
Kata Kunci: Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Keragaman Herpetofauna, Ekosistem
mangrove.
ABSTRACT
YONRIVAN SETIAWAN, (D1B5 11 085). Herpetofauna diversity of Mangrove
Ecosystems in Rawa Aopa Watumohai National Wildlife At Lanowulu Resort District of
Tinanggea Southern Konawe. Under the guidance by La Ode Siwi as a Supervisor I and
Zulkarnain as a Supervisor II.
This study aims to identify the herpetofauna also to determine the level of diversity, evenness
and species richness of herpetofauna located at mangrove areas in Rawa Aopa Watumohai
National Wildlife (TNRAW) Lanowulu resort District of Tinanggea Southern Konawe. This
research was conducted in mangrove ecosystem TNRAW in Lanowulu Resort for 3 months ,
from February 2016 until April 2016. The sample was the whole of herpetofauna that located
in mangrove ecosystem in Lanowulu Resort TNRAW. Data was collected by VES techniques
(Visual Encounter Survey). The results showed that; 1). All herpetofauna types who found at
locations are new information for TNRAW 2). Value of species richness was 3,64, which
mean the level of species richness in mangrove ecosystem Lanowulu Resort TNRAW quite
high, while the diversity of herpetofauna shows 1.52 value so that the level of diversity in
region were medium, for individual distributing also is medium, and the stability of
communities is being low, as well as evenness Index tend very low that showed 0,69 value
The results also revealed that the way in order to preserve herpetofauna in mangrove
ecosystem Lanowulu Resort TNRAW : 1). Keeping the authenticity of mangrove ecosystems;
2). Providing education and counseling from an early age about the herpetofauna as well as
other wildlife 3). Providing information to the public about how clearing land or forests well
so not to cause a greater impact on the reptiles life and amphibians also other wildlife.
Keywords: Rawa Aopa Watumohai National Wildlife, Herpetofauna Diversity, mangrove
ecosystem.
PENDAHULUAN
Herpetofauna adalah kelompok fauna
yang terdiri
dari reptil dan amfibi.
Herpetofauna merupakan salah satu potensi
keanekaragaman hayati hewani yang
masyarakat luas masih belum begitu
menyadari.
Penelitian
tentang
keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan
herpetofauna memiliki peranan penting
dalam studi konservasi fauna terutama kajian
taksonomi serta ekologi. Penelitian tersebut
akan bermuara kepada keselarasan antara
manusia sebagai agen pengubah dengan
ekosistemnya, di mana lingkungan di sekitar
kita juga merupakan habitat bagi makhluk
hidup lainnya. Selain itu pengetahuan tentang
jenis-jenis fauna yang terdapat pada area
tertentu merupakan kunci untuk memahami
keanekaragaman hayati yang ada (Das, 1997
dalam Eprilurahman et al., 2009 ).
Selama ini penelitian herpetofauna
telah dilakukan di berbagai lokasi di
Indonesia. Hampir di seluruh pulau utama
seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan Papua
telah dilakukan kegiatan
eksplorasi mengenai herpetofauna. Namun
demikian masih banyak wilayah yang belum
tereksplorasi (Epilurahman et al., 2009).
Salah satunya adalah di kawasan ekosistem
mangrove Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (TNRAW) di Resort Lanowulu,
Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe
Selatan, yang masih belum memiliki
database herpetofauna secara lengkap karena
belum
adanya
penelitian
mengenai
herpetofauna secara intensif pada lokasi
tersebut. Hal ini membuka kesempatan yang
besar untuk mengetahui keanekaragaman,
kemerataan, serta kekayaan jenis.
herpetofauna di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian
mengenai keragaman herpetofauna pada
ekosistem mangrove TNRAW di Resort
Lanowulu,
Kecamatan
Tinanggea,
Kebupaten Konawe Selatan.
Kawasan TNRAW terletak di
provinsi Sulawesi tenggara dengan batas
administrasi pemerintah mencakup 4 wilayah
kabupaten diantaranya Kolaka, Konawe,
Konawe Selatan, dan Bombana. kawasan
TNRAW secara nasional yaitu sebagai
kawasan peestarian alam dan kawasan srategi
nasional atau kawasan lingkungan hidup.
Sedangkan secara internasional TNRAW
selain terletak dalam zona wallacea juga
telah ditetapkan dalam Ramsar Site pada
tanggal 6 Maret 2011 sebagai Wetland
International Importance” (BTNRAW,
2013). Pentingnya penelitian ini didadsarkan
karena Herpetofauna memiliki peran penting
dalam
menjaga
keseimbangan
dan
keberlangsungan ekosistem kawasan. Bahkan
nantinya, data itu dapat memberikan daya
tarik dan nilai tambah tersendiri pada
kawasan tersebut (Primack et al.,1998 dalam
Eprilurahman et al., 2009).
Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1. Jenis-jenis herpetofauna apa saja yang
berada pada ekosistem mangrove Taman
nasional Rawa Aopa Watumohai.
2. Bagaimana
keanekaragaman
jenis
herpetofauna yang berada pada ekosistem
mangrove Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi
jenis
spesies
herpetofauna
pada
ekosistem
mangrove Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai.
2. Mengetahui
keanekaragaman,
kemerataan serta kekayaan jenis
herpetofauna
pada
ekosistem
mangrove Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai.
Adapun kegunaan dari penelitian
adalah :
1. Diharapkan dapat membantu tindakan
konservasi flora fauna dalam
pencapaian fungsi kawasan pada
ekosistem mangrove Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai.
2. Memberikan
informasi
keanekaragaman jenis herpetofauna
yang
berada
pada
ekosistem
mangrove Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai.
3. Sebagai
referensi
yang
dapat
digunakan
pada
penelitian
herpetofauna selanjutnya.
herpetofauna pada kawasan tersebut dan pada
akhirnya informasi mengenai herpetofauna
pada ekosistem mangrove di Resort
Lanowulu TNRAW dapat tersedia dalam
data lengkap.
Kerangka Pikir
Pengamatan
herpetofauna
menggunakan alat diantaranya yaitu Buku
Panduan identifikasi (Yanuarefa et al., 2012
dan Lubis, 2008), kamera digital, headlamp,
roll meter, tali plastik/raffia, tali karmantel,
patok, gunting, GPS, kompas, peta lokasi
penelitian, jam (pengukur waktu), webbing,
alat jebakan (Bubu, Pancing) alat suntik,
kantong sampel, alat P3K dan alat tulis
menulis. Bahan yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
herpetofauna
diantaranya dari spesies reptilia, dan
amfhibia, alkohol 70%, serta tally sheet.
Herpetofauna
Merupakan
penggabungan dari dua kelompok fauna yaitu
kelmpok reptil dan kelompok amfibi, di
Sulawesi
pada
umumnya
penelitian
mengenai herpetofauna sangat jarang
dilakukan sehingga perlu adanya penelitianpenelitian lanjutan untuk mengkaji mengenai
jenis ataupun spesies herpetofauna yang ada
disulawesi khusunya di Sulawesi Tenggara.
Khususnya di Sulawesi Tenggara ada
beberapa tempat yang menjadi fokus
penelitian mengenai herpetofauna ini salah
satunya adalah Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (TNRAW) diman TNRAW
menyediakan banyak ekosistem yang dapat
mendukung tingkat kehidupan berbagai
spesies yang ada didalamnya, tipe-tipe
ekosistem tersebut diantaranya adalah
ekosistem savanna, ekosistem hutan hujan
tropis, ekosistm rawa, dan ekosistem
mangrove. Namun pada penelitian kali ini
yang menjadi titik fokus dalam hal penelitian
mengenai herpetofauna ini adalah kawasan
mangrove TNRAW yang berada di Resort
Lanowulu. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari jenis-jenis herpetofauna yang ada
pada kawasan tersebut serta untuk
mengetahui
tingkat
keanekaragaman,
kemerataan,
serta
kekayaan
jenis
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada Ekosistem
mangrove TNRAW, di Reseort Lanowulu,
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe
Selatan. Pelaksanaan penelitian yaitu pada
bulan Februari sampai April 2016.
Alat dan Bahan
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan individu Herpetofauna yang
terdapat pada ekosistem mangrove Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai di Resor
Lanowulu Kecamatan Tinanggea Kabupaten
Konawe Selatan. Sedangkan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan Herperofauna yang terpantau
atau yang diamati pada luasan 40 ha
berdasarkan luas wilayah kerja Resort
Lanowulu di wilayah Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang yang digunakan pada
penelitian ini berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif merupakan
pengumpulan data dengan melihat bentuk
fisik dari herpetofauna yang ditemukan mulai
dari corak warna dan bentuk tubuh,
sedangkan data kuantitatif adalah jenis data
yang di dapatkan berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan yaitu berupa data
jumlah individu dan jumlah jenis reptil yang
ditemukan.
Sumber data yang dikumpulkan
berupa data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan adalah nama jenis,
jumlah individu jenis, waktu ditemukan,
koordinat
lokasi
ditemukan,
indeks
keanekaragaman jenis reptil dan amfibi,
kemerataan jenis reptil dan amfibi, dan
indeks kekayaan jenis reptil dan amfibi yang
berada pada ekosistem mangrove TNRAW
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe
Selatan. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari instansi terkait yaitu data
spasial kawasan Hutan Mangrove TNRAW
Resort Lanowulu Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan, data curah
hujan, topografi, dan aksesibilitas dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara.
Teknis Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data reptil dan amfibi
dilakukan dengan metode VES
(Visual Encounter Survey) yaitu
metode yang menggabungkan dua
tehnik penggambilan sampel yaitu
dengan mengunakan purpossif dan
pasif
sampling.
Metode
ini
dikombinasikan dengan teknik pitfall
trap yaitu teknik pengumpulan data
reptil
dengan
menggunakan
perangkap atau jebakan. Metodemetode ini umum digunakan untuk
menyusun daftar, menentukan tingkat
keanekaragaman, kekayaan jenis,
serta memperkirakan kemerataan
jenis reptil yang ditemukan.
2. Pencarian reptil dan amfibi dilakukan
dengan membuatan jalur. Jalur yang
dibuat adalah jalur transek dari arah
barat ke timur, pemilihan lokasi di
sesuaikan dengan keadaan tempat
yang
berpotensi
memiliki
herpetofauna di dalamnya diantaranya
pada tumpukan serasah, lubang kecil
didalam tanah, perakaran tanaman
mangrove, serta batang tanaman
mangrove yang dianggap menjadi
jalur pergerakan atau lokasi yang
dianggap sebagai tempat berjemur
reptil dengan panjang jalur penelitian
harus dilewati berjarak 1000-1500
meter
(berdasarkan
luasan
keseluruhan
lokasi
penelitian).
Penerapan metode di lapangan adalah
dengan melakukan pengamatan di
setiap jalur di fokuskan pada tempat
yang dianggap menjadi mikrohabitat
herpetofauna.
Pengamatan
dan
penangkapan reptil dilakukan selama
2 jam pada pagi dan malam hari.
Pengamatan akan dilakukan pada dua
waktu yang berbeda yaitu pada pagi
hari pukul (08:00–10:00 WITA)
dengan terfokus pada lokasi-lokasi
yang menjadi tempat berjemur reptil
dan pada malam hari pukul (19:00–
21:00 WITA) dengan menggunakan
penerang berupa cahaya senter yang
diarahkan pada setiap mikrohabitat
jenis herpetofauna (4 jam × 7 jalur).
3. Pada
pagi
hari,
dilakukan
pemasangan jebakan yang diletakkan
pada lokasi yang memiliki potensi
dimana terdapat herpetofauna dan
selanjutnya dilakukan pengontrolan
setiap 3 jam. Pencatatan data habitat
berupa:
tanggal
dan
waktu
pengambilan data.
4. Setiap individu yang ditemukan
dilakukan
pencatatan
koordinat
menggunakan
GPS
(Global
Positioning System). Individu yang
ditemukan pada lokasi pengamatan
akan di indentifikasi secara langsung
menggunakan
buku
panduan
identifikasi herpetofauna. Data primer
berupa nama jenis, jumlah individu
jenis, waktu ditemukan, posisi,
koordinat lokasi ditemukan dicatat
dalam tally sheet.
Variabel Penelitian
Variable yang diamati pada peneltian
ini meliputi jenis herpetofauna yang diamati,
dan
jumlah
individu
herpetofauna,
keanekaragaman, kemerataan, serta kekayaan
jenis Herpetofauna.
1. Jenis Herpetofauna
Data jenis reptil dan amfibi
didapatkan dengan mengidentifikasi jenis
herpetofauna yang di temukan baik secara
langsung dengan menggunakan jebakan
maupun secara tidak langsung dengan
menggunakan gambar yang didapatkan di
lokasi penelitian.
2. Jumlah Jenis Herpetofauna
Data jumlah jenis herpetofauna
didapatkan melalui perhitungan total jenis
herpetofauna yang ditemukan.
individu dari setiap jenis yang teramati
(Magurran 1988 dalam Nusantara, 2012).
Analisis data yang diperoleh merupakan data
tabulasi di lapangan dimana pengamatan
dilakukan secara langsung untuk mengetahui
potensi herpetofauna yang terlihat dan
dianalisis untuk menetukan hasil dari data
tabulasi diantaranya yaitu indeks kelimpahan
jenis, indeks keanekaragaman
jenis,
kemerataan jenis, dan indeks kekayaan jenis.
Adapun Jenis rumusnya sebagai berikut :
1. Ukuran keanekaragaman jenis ditentukan
berdasarkan kelimpahan individu dari
setiap jenis yang teramati (Magurran 1988
dalam Nusantara, 2012). Dalam penelitian
ini
indeks
keanekaragaman
yang
digunakan adalah indeks Shannon-Wiener
yaitu :
H′=−Σ ln
Dengan:
H’ = Indeks Keanekaragaman
Shannon–Wiener.
Pi = Proporsi jenis ke-i.
Tabel
I.
Klasifikasi
Nilai
Keanekaragaman Shannon – Wiener
Nilai Indeks
Kategori
Shanon Wiener
3. Jumlah Indidvidu Herpetofauna
Jumlah individu suatu herpetofauna
yang
didapatkan
berdasarkan
hasil
perjumpaan
secara
langsung
yaitu
penangkapan secara langsung menggunakan
jebakan ataupun dengan menggunakan
gambar.
˂I
Keanekaragaman
rendah
penyebaran
jumlah tiap individu
jenis
rendah,
dan
kestabilan
komunitas
rendah.
I-3
Keanekaragaman
sedang,
penyebaran
jumlah individu jenis
sedang, dan kestabilan
komunitas sedang.
Analisi Data
Data reptil dan amfibi yang diperoleh
dianalisis
secara
kuantitatif
untuk
mendapatkan nilai keanekaragaman jenis.
Kesamaan komunitas reptil berdasarkan
lokasi pengamatan. Ukuran keanekaragaman
jenis ditentukan berdasarkan kelimpahan
Indeks
\
˃3
Keanekaragaman tinggi,
penyebaran
jumlah
individu tiap jenis tinggi
dan kestabilan individu
komunitas tinggi.
2. Kemerataan jenis (evenness) merupakan
suatu konsep yang menunjukan derajat
kemerataan kelimpahan individu antara
setiap jenis (Santosa 1995 dalam
Nusantara, 2012). Penentuan nilai
kemerataan
jenis
menggunakan
persamaan:
E= ′/ln
jenistersebutmerupakan catatan baru pada
ekosistem mangrove TNRAW di Resort
Lanowulu,
Kecamatan
Tinanggea,
Kabupaten Konawe Selatan.Jumlah jenis
reptil dan amfibi yang ditemukan pada
ekosistem mangrove TNRAW di Resort
Lanowulu disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.Jenis herpetofauna yang dijumpai
pada ekosistem mangrove TNRAW
di Resort Lanowulu tahun 2016.
Dengan:
E = Indeks Kemerataan Jenis.
H’ = Indeks Keanekaragaman ShannonWiener.
S = Jumlah jenis yang ditemukan.
besarnya indeks seregaman bersikar
antara 0-1, dimana:
˃2
= Keseragaman jenis tinggi
1,5 – 2 = Keseragaman jenis sedang
1 – 1,5 = Keseragaman jenis rendah
<1
= Keseragaman Sangat Rendah
No
3. Indeks kekayaan jenis Margalef digunakan
untuk menduga besarnya kekayaan jenis
di lokasi penelitian. Persamaan indeks
Indeks margalef adalah sebabagai berikut
(Yusuf, 2012):
Dmg = S1/inN
Dengan:
Dmg = Indeks kekayaan margalef,
N= Total jumlah jenis individu,
S=∑ Jenis yang ditemukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total individu reptil yang ditemukan
pada keseluruhan jalur selama pengamatan
sebanyak 13 individu. Jumlah individu yang
berhasil ditemukan adalah 9 jenis dari 7
suku yaitu: 2 jenis Agamidae, 2 jenis
Scincidae, 1 jenis Dicroglossidae, 1 jenis
Bufonidae, 3 jenis Ranidae, 1 jenis
varanidae, dan 1 jenis Crocodilia. Semua
1
2
3
Nama
Lokal
Talewelewe
Nggorai
Salakara
5
Kadal
Hitam
Kadal
Kebun
-
6
-
7
-
8
Biawak
9
Buaya
Muara
4
Nama Spesies
Draco becarri
Hidrosaurus
amboinensis
Emoia atrocostata
Eutropis
multifasciata Kuhl
Occidozyga lima
Ingerophrynus
parvus
Odarana hossi
Varanus salvator
Laurenti
Crocodylus porosus
Schneider
Sumber :Data Primer Hasil Pengamatan.
Berdasarkan dari hasil rekapitulasi
data herpetofauna yang ditemukan dilokasi
penelitian diketahui bahwa famili Agamidae,
dan Scincidae, memiliki komposisi jenis
maupun individu terbanyak yaitu masingmasing memiliki 3 dan 4 individu sementara
untuk jenisnya Agamidae dan Scincidae
memiliki jenis terbanyak yaitu masingmasing memiliki 2 jenis, sedangkan terendah
adalah famili Dicroglossiadae, Bufonidae,
dan Varanidae, masing-masing sebanyak 1
individu dan untuk jenisnya famili .
Dicroglossiadae, Ranidae, Bufonidae,
Varanidae dan Crocodylidae memiliki
jumlah jenis terendah yaitu masing-masing
memiliki 1 jenis. Sebanyak 13 individu reptil
dan amfibi yang ditemukan, jenis Eutropis
multifsciata Kuhl, memiliki jumlah individu
terbanyak yaitu 3 individu dan paling sedikit
yaitu jenis Draco beccari, Emoia arocostata,
Hidrosaurus amboinensis, Occidozyga lima,
Ingerophrynus parvus, Varanus salvator
Laurenti, Crocodylus porosus Schneider,
masing-masing sebanyak 1 individu.
Berdasarkan
informasi
dari
masyarakat sekitar kawasan mangrove
diketahui terdapat jenis-jenis reptil dan
amfibi yang sering mereka jumpai di lokasi
penelitian tetapi tidak dijumpai pada saat
penelitian.Jenis-jenis reptil tersebut yaitu:
Python reticulatus (ularsawo). Dari 9 jenis
yang diketemukan di lokasi penelitian ada 2
jenis
yangtermasukkategoriRed
least
menurutIUCNCITES (ATCN 2004) yaitu
jenis
Hydrosaurus
amboinensis
dan
Crocodylus porosus Schneider.
Tabel 10menunjukkan bahwa reptil
dari famili Scincidae memiliki jumlah jenis
dan individu terbanyak.Kadal
kebun
(Eutropis multifasciata) adalah salah satu
jenis reptil dari famili Scincidae yang
memiliki penyebaran paling luas dengan
jumlah individu terbanyak yaitu 4
individu.Menurut Cox et al. (1998 dalam
Yusuf, 2008) mengatakan bahwa kadal
kebun memakan berbagai jenis invertebrata
dan dapat berasosiasi di sekitar tempat
tinggal
manusia.Mattison
(2005)
menyatakan bahwa kadal merupakan reptil
yang memakan berbagai jenis invertebrata.
Hal ini menunjukkan kemampuan yang baik
dari famili Scincidae untuk beradaptasi pada
kondisi habitat yang beragam. Berbeda
dengan
familiVaranidae,
Dicroglossidae,Bufonidae, Ranidae, dan
Crocodylidae yang hanya ditemukan satu
jenis. Reptil yang menghabiskan sebagian
besar hidupnya di sekitar air ini ditemukan
hanya masing-masing satu jenis saja..
Sedikitnya perjumpaan jenis dari famili
Varanidae,
Dicroglossidae,Bufonidae,
Ranidae, dan Crocodylidae ini diduga selain
waktu dan cakupan lokasi yang sempit juga
sifat dari jenis ini yang sensitif akan
keberadaan manusia.
Sedikitnya perjumpaan jenis di lokasi
penelitian pada ekosistem mangrove
TNRAW di Resort Lanowulu disebabkan
oleh waktu pengamatan, serta kondisi cuaca
pada saat pengamatan.Kondisi seperti ini bisa
saja mengakibatkan biasnya pengamatan
dimana pengamatan dilokasi ini dilakukan
setelah hujan sehingga perjumpaan jenis di
lokasi ini sedikit. Sementara itu, pengamatan
juga relatif pendek yaitu hanya satu jam
sehingga data yang diperoleh tergolong
sedikit.
Secara
keseluruhan,
nilai
keanekaragaman jenis reptil dan amfibi pada
ekosistem mangrove TNRAW di Resolt
Lanowulu berdasarkan Indeks ShannonWiener di seluruh lokasi jalur penelitian
sebesar 1,52 berdasarkan nilai indeks
keanekaragaman jenis herpetofauna pada
ekosistem mangrove TNRAW di Resort
Lanowulu menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman herpetofauna pada kawasan
tersebut sedang, penyebaran jumlah individu
jenis sedang, dan kestabilan komunitas
sedang ini disebabkan karena kawasan
tersebut
merupakan
kawasan
yang
dimanfaatkan para nelayan sekitar untuk
mencari ikan serta pada kawasan tersebut ada
2 (dua) dermaga kapal yang sering digunakan
oleh masyarakat namun karena kawasan
tersebut merupakan kawasan konservasi jadi
semua aktivitas yang ada semua tetap dalam
pengawasan pihak BTNRAW baik dalam
pengontrolan pemanfaatan hasil oleh
masyarakat maupun menyangkut dengan
kelestarian alam sehingga secara tidak
langsung sebagian dari ekosistem tersebut
sudah terinteraksi oleh manusia, sedangakan
nilai indeks kemerataan jenis di seluruh
lokasi penelitian adalah 0.69. Indeks
kemerataan di seluruh lokasi pengamatan
menunjukkan bahwa herpetofauna yang ada
cenderung sangat rendah dan tidak ada jenis
yang sangat dominan.Hal ini ditunjukkan
oleh nilai kemerataan mendekati nilai 1.
Tabel
6.
Jumlah
individu,
indeks
keanekaragaman dan indeks
kemerataan herpetofauna pada
ekosistem mangrove TNRAW di
Resort Lanowulu.
Semua
Jalur
Jumlah Spesies
9
Jumlah Individu
13
Famili
Indeks Keanekaragaman
Shannon
7
1.52
Indeks Kemerataan
0.69
Sumber :Data Primer Hasil Pengamatan
Selama
pengambilan
data
di
lapangan, terjadi penambahan jenis sampai
pada pengamatan kesembilan yaitu 7 jenis,
lalu stagnan sampai pengamatan hari kedua
belas. Penambahan jenis, baru ditemukan
pada pengamatan terakhir sebanyak 2 jenis
sehingga total jenis yang ditemukan sampai
pada pengamatan terakhir sebanyak 9 jenis.
Informasi dari masyarakat menambah daftar
jenis yang ada dilokasi penelitian menjadi
10jenis yaitu dengan adanya laporan
keberadaan ular Python dari famili
Phytonidae namun tidak dimasukkan dalam
data
penelitian
dikarenakan
bukti
dokumentasi dari reptil tersebut tidak
ditemukan.
Kemerataan
herpetofauna
yang
didapatkan pada lokasi penelitian cenderung
rendah disebabkan oleh jumlah individu
setiap jenis reptil yang dijumpai sedikit dan
hampir sama, yaitu rata-rata hanya dijumpai
satu individu pada setiap jalur. Apabila setiap
jenis memiliki jumlah individu yang sama,
maka komunitas tersebut mempunyai nilai
kemerataan yang maksimum (Santosa
1995dalam Yusuf, 2008). Pada jalur
peneltitan pada ekosistem mangrove
TNRAW di Resort Lanowulu terdapat jenis
yang dijumpai jauh lebih banyak dari jenis
lainnya yaitu kadal kebun ( Eutropis
multifasciata).
Dominasi kadal kebun di ekosistem
mangrove TNRAW di Resort Lanowulu
karena kadal kebun memiliki kemampuan
adaptasi yang lebih baik daripada jenis reptil
lainnya, ditunjukan dengan jenis pakannya
yang beragam bahkan memakan sisa-sisa
makanan manusia.Kadal kebun banyak
dijumpai pada habitat tanah terbuka dan juga
lembab.Hal ini diduga karena adanya
keterkaitan
dengan
keberadaan
pakan.Menurut Cox et al,.(1998 dalam
Yusuf, 2008), kadal kebun ini merupakan
jenis reptil yang memakan berbagai jenis
invertebrata dan dapat berasosiasi disekitar
tempat tinggal manusia. Seperti fauna pada
umumnya, reptil bergantung pada mahluk
hidup lainnya sebagai sumber makanan
(Goin
et
all,.1971dalam
Yusuf,
2008).Hampir semua jenis-jenis reptil yang
dijumpai pada sekitar ekosistem mangrove
TNRAW di Resort Lanowulu merupakan
karnivora dan memiliki pakan khusus. Reptil
karnivora mendapatkan energinya dengan
cara memakan hewan lain. Sedikitnya
sumber pakan pada ekosistem mangrove
diduga menjadi faktor yang menyebabkan
jenis-jenis reptil dan amfibi tersebut tidak
banyak dijumpai.
Jenis-jenis reptil dan amfibi yang
dijumpai memiliki kepadatan yang rendah,
rendahnya kepadatan reptil dan amfibi pada
lokasi penelitian diduga karena jenis-jenis
tersebut hanya berada di satu tipe ekosistem
yaitu ekosistem mangrove. Campbell (2004),
menjelaskan
bahwa
kondisi
tersebut
merupakan
cara
untuk
mengurangi
persaingan
antar
individu
sehingga
memperoleh pembagian sumberdaya yang
lebih baik. Selain persaingan antar individu
dalam satu jenis, persaingan biasa terjadi
antar jenis yang berbeda.
Pada jalur
ekosistem
mangrove
diduga
terjadi
persaingan
antara
sesama
kelompok
scincidae atau bahkan dengan kelompok lain
seperti Agamidae, Crocodyliadae, Bufonidae,
Dicroglossidae, dan Varanidae karena
makanannya secara umum sama yaitu
bermacam-macam invertebrata yang terlihat
baik itu di air, ditanah atau perakaran
maupun di pohon
Banyaknya individu kadal kebun
(Eutropis multifasciata) kawasan mangrove,
menunjukan
cukupnya
daya
dukung
lingkungan ( carrying capacity) terhadap
jenis tersebut dan juga jenis reptil lain yang
merupakan
pemangsanya,
misalnya
Crocodylus porosus . Sebaliknya, sedikitnya
individu jenis Draco beccari, Emoia
arocostata, Occidozyga lima, Ingerophrynus
parvus,
Varanus
salvator
Laurenti,
danHidrosaurus amboinensis, pada kawasan
ekosistem mangrove TNRAW di Resort
Lanowulu, menunujukkan kurangnya daya
dukung lingkungan terhadap jenis-jenis
tersebut.
5.4. Kekayaan jenis Herpetofauna
Kekayaan jenis (Species Richness)
diukur dengan Indeks Kekayaan Jenis
Margalef.Nilai indeks digunakan untuk
mengetahui kekayaan jenis dalam suatu
komunitas. Hasil analisis menunjukkan
bahwa secara umum ekosistem mangrove
TNRAW di Resort Lanowulu mempunyai
kekayaan dan keanekaragaman jenis
herpetofauna yang tinggi, hal ini terlihat dari
tingginya nilai indeks kekayaan jenis (DMg)
sebesar 3,64.
Dibandingkan dengan hasil penelitian
lainnya yang pernah dilakukan di Sulawesi,
jumlah jenis reptile dan amfibiyang
ditemukan relatif sedikit. Gillespie etal.
(2005) melaporkan 55 jenis reptil diSuaka
Margasatwa Lambusango dan sekitarnya
(Pulau Buton, Sulawesi Tenggara)sementara
Wanger etal. (2011) melaporkan 54 jenis
reptil di Taman NasionalLore Lindu.
Perbedaan jumlah ini antara lain disebabkan
oleh waktu survei dan luasan lokasi
pengamatan. Gillespie et al., (2005) dan
Wanger et al., (2011) melakukan penelitian
secara berulang selama 3 tahun dengan
waktu pengamatan rata-rata satu bulan setiap
tahunnya. Sementara itu, survei lapang pada
penelitian ini hanya dilakukan selama 15 hari
(4 Maret 2016 sampai 18 Maret 2016)
dengan cakupan lokasi yang relatif sempit.
Perolehan jenis di ekosistem mangrove
TNRAW di Resort Lanowulu diduga akan
bertambah apabila dilakukan pengambilan
data lebih lama dengan cakupan lokasi yang
luas. Kusrini (2009) menyatakan bahwa
kurva penambahan jenis dapat digunakan
untuk mengetahui apakah waktu yang
digunakan dalam survei sudah mendapatkan
jumlah spesies yang memadai sehingga pada
kondisi kurva yang stabil atau mendatar
menunjukkan semakin besar kemungkinan
peneliti memperoleh semua jenis pada lokasi
tersebut.Hasil analisis pendugaan kekayaan
jenis menggunakan
Indeks Margalef
menunjukkan bahwa jumlah jenis yang
ditemukan dilokasi penelitian berada
dibawah
pendugaan
sehingga
masih
memungkinkan adanya penambahan jenis
apabila dilakukan penelitian lebih lajut
dengan penambahan jalur pengamatan dan
waktu pengmatan.Mobilitas herpetofauna
yang tinggi menjadi faktor dari perjumpaan
jenis reptil di kawasan ini.Oleh karena itu,
jumlah jenis reptil yang ditemukan pada
penelitian ini belum bisa menggambarkan
keanekaragaman jenis herpetofauna yang
sesungguhnya pada lokasi penelitian.
Jenis ular phyton yang diperoleh dari
informasi masyarakat belum dapat dipastikan
mengenai jenis tersebut karena pada saat
pengamatan hanya menemukan kotoran dari
ular tersebut. Menurut Lang dan Vogel
(2005) terdapat 2 jenis Python di Sulaweis
yaitu Python molurus (P.molurus molurus
dan P. molurus bivittatus) serta Python
reticulatus (P.reticulatus reticulatus, P.
reticulatus jampeanus, dan P. reticulatus
saputrai).
5.5.
Pemanfaatan
dan
Konservasi Herpetofauna
Ancaman
Reptil merupakan salah satu bagian
dari tingginya kekayaan hayati yang dimiliki
Indonesia (Iskandar et al., 2006dalam Yusuf,
2008),
yang
dapat
diambil
manfaatnya.Menurut
Gibbons
et
al.,
(2000dalam Yusuf, 2008) disebutkan
manfaat yang bisa diambil dari reptil
diantaranya untuk bahan makanan, obatobatan tradisional, hewan peliharaan. Di
berbagai tempat di Indonesia reptil
digunakan sebagai pemberantas hama.
Bagian-bagian yang diperdagangkan yaitu
kulit daging dan reptil hidup sebagai
peliharaan (Madiastuti dan Suhartono 2003).
Pengambilan langsung dari alam
merupakan salah satu ancaman terhadap
kelangsungan hidup reptil di Indonesia,
terutama kura-kura yang sangat sensitive
apabila diambil dari alam, karena kelompok
kura-kura memiliki resiko kematian telur dan
anakan yang tinggi dan memerlukan waktu
yang lama untuk bisa berepropduksi
(TRAFFIC Southeast Asia 2001). Di sekitar
lokasi penelitian tidak dijumpai kegiatan
pemanfaatan reptil dan amfibi yang
dimanfaatkan secara langsung oleh penduduk
sekitar kawasan mangrove TNRAW di
Resort Lanowulu.. Menurut informasi dari
pihak BTNRAW, tidak ada aktivitas
perburuan mengenai reptil dan amfibi pada
kawasan tersebut adapun informasi mengenai
penangkapan jenis reptil pada kawasan
tersebut itu terjadi karena reptil tersebut telah
masuk kedalam
pemukiman warga dan
kemudian memakan ternak-ternak warga.
Pada lokasi penelitian di ekosistem
mangrove TNRAW di Resort Lanowulu,
kawasan tersebut telah menjadi tempat bagi
para warga sekitar untuk menopang hidup
mereka
sehari-hari
yaitu
dengan
memanfaatkan kawasan tersebut sebagai
tempat untuk mencari ikan serta biota laut
lainnya untuk kemudian dijual ataupun
dimakan sendiri bersama keluarga. Jika
kegiatan ini terus dilakukan tanpa adanya
pengawasan dari pihak BTNRAW itu sendiri
maka tanpa kita sadari keadaan ini bisa
menjadi salah satu ancaman terhadap
kelestarian satwaliar terutama reptil dan
amfibi,
karena
kegiatan
tersebut
akanmengubah struktur dan komposisi yang
heterogen dalam ekosistem. Kegiatan
tersebut akan menyebabkan habitat dari reptil
dan amfibi akan terganggu sehingga
menyebabkan pergeseran dari kelompokkelompok reptil dan amfibi yang menyukai
habitat mangrove kemudian akan bergeser
ketempat lain untuk mencari habitat lainnya
yang serupa untuk dijadikan tempat tinggal
yang
secara
tidak
langsung
akan
menyebabkan
rusaknya
keseimbangan
ekosistem mangrove TNRAW di Resort
Lanowulu. Menghadapi dampak dari masalah
tersebut pemerintah harus mau dan mampu
membimbing masyarakat yang menopangkan
hidupnya pada kawasan ekosistem mangrove
TNRAW di Resort Lanowulu dengan
menggunakan teknologi dan keilmuan
terbaru dunia kehutanan dalam hal
pemanfaatan sumberdaya
alam
yang
berasaskan kelestarian hutan baik dari segi
ekonomi,ekologi, dan sosial budaya sehingga
tidak menyebabkansemakin cepatnya dan
semakin luasnya habitat reptil dan amfibi
yang hilang dan rusak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jumlah reptil dan amfibi yang ditemukan
selama pengamatan sebanyak 13 individu.
Jumlah individu yang berhasil ditemukan
adalah 9 jenis dari 7 suku yaitu: 2 jenis
Agamidae, 2 jenis Scincidae, 1 jenis
Dicroglossidae, 1 jenis Bufonidae, 3 jenis
Ranidae, 1 jenis varanidae, dan 1 jenis
Crocodilia.
.Semua
jenis
tersebut
merupakan catatan baru pada ekosistem
mangrove TNRAW di Resort Lanowulu,
Kecamatan
Tinanggea,
Kabupaten
Konawe Selatan.
2. Secara keseluruhan, nilai keanekaragaman
jenis reptil dan amfibi pada ekosistem
mangrove TNRAW di Resolt Lanowulu
berdasarkan nilai indeks keanekaragaman
jenis herpetofauna pada ekosisem
mangrove TNRAW di Resort Lanowulu
adalah 1.52, Indeks kemerataan mendekati
nilai 1 yaitu 0.69 sedangkan untuk
kekayaan jenis cukup tinggi yaitu dengan
nilai 3.64.
Saran
1. Penelitian
lanjutan
sebaiknya
dilaksanakan di areal yang belum
diteliti secara menyeluruh di kawasan
Taman Nasional Rawa aopa Watumohai.
2. Dalam pengelolaan Kawasan Taman
Nasional Rawa Aopa Warumohai,
sebaiknya pemerinta terkait memberikan
penyuluhan atau pendidikan lingkungan
dan konservasi mengenai fauna sejak
dini
terhadap
anak-anak sekolah
mengenai reptil dan satwa liar lainnya,
dan penyuluhan masyarakat mengenai
cara pembukaan lahan atau hutan
yang baik supaya tidak
menimbulkan dampak yang lebih besar
terhadap kelangsungan hidup reptil dan
amfibi maupun satwa liar lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, K.B (2010). Sebaran Keanekaragaman
Spesies Reptil Pada Beberapa Tipe
Habitat Di Taman Nasional Lore
Lindu Sulawesi Tengah. Bogor :
Departemen
Konservasi
Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata
Fakultas
Kehutanan
Institut
Pertanian Bogor.
Asian Turtle Conservation Network. 2004.
Amendments to Appendices I and
II
of
the
Convention
http://www.asianturtlenetwork.org/
library/lawsandCITES.htm
[12
Januari 2016].
Balai
Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai.
2013.
Buku
Informasi
Kawasan
Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai.
Sulawesi Tenggara
Eprilurahman,
R
(2009).
Studi
Keanekaragaman
Reptil
dan
Amfibi di Kawa san Ekowisata
Linggo Asri, Pekalongan, Provinsi
Jawa Tengah. Yogyakarta :
Fakultas Biologi, Universitas
Gadjah Mada.
Gillespie GR, Howard SD, Lockie D,
Scroggie M, Boeadi. 2005.
Herpetofaunal
richness and
community structure of offshore
islands of Sulawesi, Indonesia.
Biotropica. 37(2): 289-290.
Hamidy, A. Mulyadi. 2007. Herpetofauna Di
Pulau
Waigeo.
Museum
Zoologicum Bogoriense Bidang
Zoologi, Pusat Penelitian Biologi
Lembaga
Ilmu
Penetahuan
Indonesia, Bogor.
Lang RD, Vogel G. 2005. The Snake of
Sulawesi; A field guide to the land
snakes
of
Sulawesi
with
identification keys. Frankfrut (DE):
Edition Chimaria
Mardiastuti A, Soehartono T. 2003. Di
dalam: Kusrini MD, Mardiastuti A,
Fitri A, editor. Konservasi Amfibi
dan Reptil di Indonesia. 131-144.
Bogor: Indonesian Reptile and
Amphibian Trade Association
(IRATA).
Mirza D. Kusrini, Adininggar U. Hasanah U,
Endarwin E, 2008. Pengenalan
Herpetofauna.
Bogor
:
Departemen
Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas
Kehutanan
Institut
Pertanian Bogor.
Nusantara, A (2014). Keanekaragaman
Reptil Di Sekitar Kawasan Suaka
Margasatwa
Nantu
Provinsi
Gorontalo. Bogor : Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan
Dan
Ekowisata
Fakultas
Kehutanan
Institut Pertanian
Bogor.
Purwanti, R (2011). Nilai Manfaat Hutan
Mangrove Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai : Balai Penelitian
Kehutanan, Makasar.
Putranto, D.I. Yuda, P. Zahida, F. (2013).
Keanekaragaman Reptil Impor Di
Yogyakarta (Diversity of Imported
Reptiles in Yogyakarta).
Yuniar, D & Noer, M.I (2012). Jenis-Jenis
Reptilia Di Pusat Pendidikan Dan
Konservasi Alam Bodogol, Bogor,
Jawa Barat. Bogor : Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika Dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas Negeri Jakarta.
Yusuf, L.R (2008). Studi Keanekaragaman
Jenis Reptil Pada Beberapa Tipe
Habitat Di Eks-HPH PT RKI
Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
Departemen
Konservasi
Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata
Fakultas
Kehutanan
Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Yuwono FB. 1998. Di dalam: Erdelen W,
editor. Conservation Trade and
Sustainable Use of Lizards and
Snakes in Indonesia-Mertensiella
7:9-15.
Germany:
Reinbac
Download