BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi masa Komunikasi

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi masa
Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication,
sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang
menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass
communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa
(mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa
mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu
yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam
waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi
yang sama. 1
Bnyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli
komunikasi. Banyak ragam dan titik takan dikemukakanya. Tetapi, dari sekian
banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain.
Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym (tidak dikenal) melalui
media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) atau elektronik (radio, televisi), sehingga
pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 2
1
2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994. Hal 188
Ibid. Hal 189
11
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitner
adalah “mass communication is massage communicated through a mass medium to
large number of people”. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media pada sejumlah besar orang. 3
Lalu McQuail mengungkapkan ciri-ciri yang terdapat pada komunikasi
massa. 4
1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan satu organisasi
formal,
dan
“sang
pengirim”
seringkali
merupakan
komunikator
perofesional.
2. Hubungan antar pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali
bersifat interaktif.
3. Pesan dari komunikasi massa merupakan suatu produk dan komoditi yang
mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai
“kegunaan”.
4. Komunikasi massa seringkali mencakup kontak secara serentak antara satu
pengirim dengan banyak penerima. Penerima merupakan bagian dari
khlayak luas.
5. Komunikasi massa dapat menciptakan pengaruh yang luas dalam waktu
yang singkat dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang secara
serentak.
3
4
Ibid, Hal. 188
Denis McQuail. Teori Komunikasi Massa suatu pengantar. Hal. 33
12
Sebenarnya komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk menyampaikan pesan
yang ditujukan pada sasaran. Tetapi, komunikasi juga berarti “makna” dan peroses.
Oleh karena itu, ketika seseorang mengirim pesan sebenarnya ada makna yang
terkandung didalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran komunikasi
tersebut. Karena ada pengiriman pesan yang berupa makna tadi kepada sasaran, maka
komunikasi juga merupakan sebuah peroses yang mengkaitkan banyak pihak.
Persepsi manusia merupakan sebuah peroses interaksi atau negosiasi. Kita
mencoba mencocokan stimulus eksternal dengan pola-pola internal pemikiran dan
konsep. Bila kecocokan bisa dibuat, kita kemudian mempersepsi suatu, dan kita
memberinya makna. Kegagalan untuk meliat makna dari apa yang kita persepsi
membawa kita pada keadaan mengalami disorientasi.
Pencocokan tersebut dikontrol oleh kebudayan kita yang didalamnya polapola atau konsep-konsep internal pemikiran dikembangkan sebagai hasil dari
pengalaman kultural kita.
Hal ini berarti bahwa manusia dan kebudayaan yang berbeda akan
mempersepsi realitas secara berbeda. Karena, itu persepsi bukan semata-mata
merupakan sebuah proses pisiolagis didalam diri individu, persepsi pun merupakan
masalah kebudayaan.
Sedangkan definisi dari komunikasi massa menurut Defleur dan Dennis
adalah suatu proses yang komunikator-komunikator menggunakan media untuk
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-
13
makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda
dengan melalui berbagai cara.
Saat ini perkembangan media massa elektronik, khususnya televisi sangat
pesat di Indonesia. Dalam jangkau sepuluh tahun terakir, di Indonesia telah berdiri
lebih dari sepuluh setasiun televisi swasta. Setiap setasiun televisi berlomba untuk
terus mengudara dengan menayangkan program-program yang menarik.
2.1.1. Unsur-Unsur Komunikasi Massa
Harold D. Lasswell memformulasikan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut ”Who Says What in Which Channelto Whom With What
Effect?”
1. Unsur who (sumber atau komunikator). Sumber utama dalam
komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang
bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized
person). Yang dimaksud dimaksud dengan lembaga dalam hal ini
adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio, televisi, majalah, dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud institutionalized person adalah
redaktur surat kabar (sebagai contoh). Melalui tajuk rencana
menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia
memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara
tanpa fasilitas lembaga. 5
Pers adalah suatu lembaga sosial. Dalam UU RI no 40 tahun
1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: ”Pers adalah lembaga
sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
5
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta. PT. Orasindo. 2000. Hal. 10 -12
14
megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam
bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik,
dan segala jenis saluran yang tersedia.” bentuk institusi media massa
dipertegas lagi pada pasal 1 ayat (2) yang menyatakan: ” Perusahaan
pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha
pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor
berita, serta perusahaan media lainnya
yang secara khusus
menyelenggarakan, menyiarkan atau menyalurkan informasi.”
Ciri-ciri khusus institusi (lembaga) media massa sebagai berikut:
a. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud
informasi,
pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan
respon terhadap kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu.
b. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu
dengan orang lain: dari pengirim ke penerima, dari anggota audien
ke anggota audien lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan
institusi masyarakat terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik
jaringan komunikasi, melainkan juga merupakan saluran tatacara
dan pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnya yang
patut atau berkemungkinan untuk mendengar sesuatu dan kepada
siapa ia harus mendengarnya.
c. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam
lingkungan publik, dan merupakan institusi yang terbuka bagi
semua orang untuk peran serta sebagai penerima (atau dalam
kondisi tertentu sebagai pengirim). Institusi media juga mewakili
kondisi publik, seperti yang tampak bilamana media massa
menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik
15
(opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan masalah
pribadi, pandangan ahli, atau penilaian ilmiah).
d. Partisipasi anggota audien dalam institusi pada hakikatnya bersifat
sukarela, tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Bahkan
lebih bersifat suka rela daripada beberapa institusi lainnya,
misalnya pendidikan, agama atau politik. Partisipasi anggota
audien lebih mengacu pada mengisi waktu senggang dan santai,
bukannya berkenaan dengan pekerjaan dan tugas. Hal tersebut
dikaitkan juga dengan ketidakberdayaan formal institusi media:
media tidak dapat mengandalkan otoritasnya sendiri dalam
masyarakat,
serta
tidak
mempunyai
organisasi
yang
menghubungkan pemeran-serta ”lapisan atas” (produsen pesan)
dan pemeran-serta ”lapisan bawah” (audien).
e. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena
ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan
pembiayaan.
f. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan,
namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara
karena adanya kesinambungan pemakaian media, mekanisme
hukum, dan pandangan-pandangan menentukan yang berbeda
antara negara yang satu dengan lainnya. 6
Komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan
sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper. Yaitu berperan
untuk menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua
informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami oleh audien-nya. Bitner
menyatakan bahwa pelaksanaan peran gate keeper dipengaruhi oleh:
6
McQuail. Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1987. Hal 2
16
ekonomi; pembatasan legal; batas waktu; etika pribadi dan profesionalitas;
kompetisi diantara media; dan nilai berita.
2. Unsur says what (pesan). Pesan-pesan komunikasi massa dapat
diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau
audien yang sangat banyak. Pesan-pesan itu berupa berita, pendapat,
lagu, iklan, dan sebagainya. Karakteristik pesan-pesan komunikasi
massa sebagai berikut:
a. publicly. Pesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak
ditujukan kepada orang perorang secara eksklusif, melainkan
bersifat terbuka, untuk umum atau publik.
b. rapid. Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai
audien yang luas dalam waktu yang singkat serta simultan.
c. transient. Pesan-pesan komunikasi massa untuk memenuhi
kebutuhan segera, dikonsumsi sekali pakai dan bukan untuk
tujuan yang bersifat permanen. Pada umumnya, pesan-pesan
komunikasi
massa
cenderung
dirancang
secara
timely,
supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional.
3. Unsur in which channel (saluran atau media). Unsur ini menyangkut
semua peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan
komunikasi massa. Media yang mempunyai kemampuan tersebut
adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan sebagainya.
4. Unsur to whom (penerima; khalayak; audien). Penerima pesan-pesan
komunikasi massa biasa disebut audien atau khalayak. Orang yang
membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton televisi,
browsing internet merupakan beberapa contoh dari audien. 7
Menurut Charles Wright, mass audien memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut:
7
McQuail. Teori Komunikasi Massa ed.,Nurudin. Komunikasi Massa. Jakarta. Malang. 1987, 2003.
Hal. 2
17
a. Large yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa
berjumlah banyak, merupakan individu-individu yang tersebar
dalam berbagai lokasi;
b. Heterogen yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa
terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, beragam dalam hal
pekerjaan, umur, jenis kelamin, agama, etnis, dan sebagainya;
c. Anonim yaitu anggota-anggota dari mass audien umumnya tidak
saling mengenal secara pribadi dengan komunikatornya.
5. Unsur with what effect (dampak). Dampak dalam hal ini adalah
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audien sebagai akibat
dari keterpaan pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan
dampak atau perubahan ini ke dalam tiga kategori, yaitu: perubahan
dalam ranah pengetahuan; sikap; dan perilaku nyata. Perubahan ini
biasanya berlangsung secara berurutan. 8
2.1.2. Ciri-ciri komunikasi massa
Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa, menurut Elizabeth Noelle Neumann
adalah sebagai berikut:
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis;
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi;
3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan
anonim;
4. Mempunyai publik yang secara tersebar. 9
8
9
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta. PT. Orasindo. 2000. Hal. 10 -12
Jalaludin Rakhmat. Pisikologi komunikasi. Edisi Revisi. 1994. hal 205
18
Pesan-pesan media tidak dapat dilakukan secara langsung artinya jika kita
berkomunikasi melalui surat kabar, maka komunikasi kita tadi harus diformat sebagai
berita atau artikel, kemudian dicetak, didistribusikan, baru kemudian sampai ke
audien. Antara kita dan audien tidak bisa berkomunikasi secara langsung,
sebagaimana dalam komunikasi tatap muka. Istilah yang sering digunakan adalah
interposed. Konsekuensinya adalah, karakteristik yang kedua, tidak terjadi interaksi
antara komunikator dengan audien. Komunikasi berlangsung satu arah, dari
komunikator ke audien, dan hubungan antara keduanya impersonal.
Karakteristik pokok ketiga adalah pesan-pesan komunikasi massa bersifat
terbuka, artinya pesan-pesan dalam komunikasi massa bisa dan boleh dibaca,
didengar, dan ditonton oleh semua orang. Karakteristik keempat adalah adanya
intervensi pengaturan secara institusional antara si pengirim dengan si penerima.
Dalam berkomunikasi melalui media massa, ada aturan, norma, dan nilai-nilai yang
harus dipatuhi. Beberapa aturan perilaku normatif ada dalam kode etik, yang dibuat
oleh organisasi-organisasi jurnalis atau media.
Dengan demikian, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai ”suatu jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan
anonim melalui media massa cetak atau elektrolit sehingga pesan yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat”.
Komunikasi
terbagi
menjadi
komunikasi
Intrapersonal,
komunikasi
Interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi masa.
19
Komunikasi masa menjadi salah satu komunikasi terbesar melibatkan masyarakat
banyak.
2.1.3
Fungsi Komunikasi Massa
Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder,
interpreter, dan encoder. Komunikasi massa men decode lingkaran sekitar untuk kita,
mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan
juga efek-efek dari hiburan. Komunikasi massa mengiterprestasikan hal-hal yang di
decode sehingga dapat menjaga berlangsungnya intreksi serta membantu anggotaanggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng encode
pesan-pesan yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta
menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. 10
Fungsi komunikasi massa dapat dibagi menjadi lima, yaitu: 11
1.
Pengawasan (surveillance)
Fungsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media massa menyampaikan informasi
kepada kita mengenai bencana alam, krisis ekonomi, ancaman terhadap
negara, dan sebagainya.
10
Wiryanto, Teori Komunikasi, 2000 : 10
11
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005 : 15
20
2) Pengawasan Instrumental (instrumental surveillance)
Pengawasan jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang
berguna bagi kehidupan sehari-hari. Contohnya berita tentang film-film di
bioskop, harga kebutuhan pokok, dan sebagainya.
2.
Interpretasi (interpretation)
Fungsi ini erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan. Media
massa tidak hanya menyajikan fakta dan data tetapi juga informasi beserta
interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contohnya seperti komentar
radio atau siaran televisi, rencana surat kabar, dan sebagainya.
3.
Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di
dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran
perseorangan.
4.
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values)
yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan
nilai-nilai suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran
masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka
seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa
yang penting.
21
5.
Hiburan
Tampak jelas pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa
lainnya seperti surat kabar dan majalah memiliki rubrik hiburan seperti cerita
pendek, cerita panjang, dan cerita bergambar.
2.2. TV Sebagai Media Komunikasi Massa
Perkembangan media televisi begitu cepat, karena sebagai media massa
dirasakan sangat besar manfaatnya, dimana suatu peristiwa yang terjadi dibelahan
bumi yang berbeda, dalam waktu bersamaan dapat diikuti khalayak di belahan bumi
yang lain, dengan jumlah penonton yang relatif tidak terbatas jumlahnya. Maka
dengan kondisi semakin berkembangnya teknologi komunikasi ini, menyebabkan
abad ini sebagai abad informasi.
Televisi sebagai media massa dengan kelebihan yang dimiliki bersifat audio
visual, bersama media cetak dan radio (audiotif) merupakan teritunggal media massa,
yang mempunyai pengaruh dan dengan sendirinya akan membentuk kekuatan yang
besar, hanya saja sebagai akibatnya khususnya media massa televisi, merupakan
suatu tantangan bagi para pengelolanya.
Hal tersebut nerarti khalayak penonton mempunyai berbagai pilihan untuk
menonton program siaran televisi. Dengan terjadinya persaingan program siaran tadi,
tentu saja harus mendapatkan perhatian khusus bagi mereka yang berkecimpung pada
22
media penyiaran ini, dalam arti untuk terus menerus berupaya meningkatkan program
siarannya, kalu tidak ingin ditinggalkan penontonya. 12
Sinetron merupakan bagian dari televisi yang merupakan media massa
elektronik audio visual. Maka dalam melihat efek sinetron terlebih dahulu kita
melihat efek televisi terhadpa efek media massa kepada khalayaknya.
Sebagai sebuah bentuk kesenian, sinetron adalah sama dengan media artistik
lainnya, karena ia memiliki sifat-sifat dasar dasari media lain tersebut yang terjalin
dalam sunnanya yang berama. Tetapi antara sinetron dan media lain terdapat
kesamaan, sinetron adalah sesuatu yang unik yang dibedakan dari segenap media
lainnya karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap. Sinetron melebihi
drama karena ia empunyai kemampuan ajaib dalam mengambil sudut pandang yang
bermacam-macam, gerak, waktu dan karena rasa ruang yang tak terbatas yang bisa
ditimbulkan. 13
2.3. Pengertian Program Drama
Perkataan drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti : berbuat,
berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan perbuatan,
tindakan atau beraksi. Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah “sandiwara”. Istilah ini
diambil dari bahasa Jawa “sandi” dan “warah” yang berarti pelajaran yang diberikan
secara diam-diam atau rahasia. (sandi artinya rahasia dan warah artinya pelajaran).
12
Darwanto Sastro Subroto. Produksi Acara Televisi. Duta wacana university pres. Yogyakarta. 1994.
Hal. 13-14
13
Drs Alatas Fahmi. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa. (YKPMD). Jakarta. 1997. hal. 30-32.
23
Istilah sandiwara radio, sandiwara televisi, sandiwara pentas menunjukkan bahwa
kata sandiwara dapat menggantikan kata drama. 14
Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau
apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang
kesenian yang mandiri.
Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan
puisi dan prosa. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis karya
sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan
mempunyai kemungkinan dipentaskan.
Drama pentas adalah jenis kesenian mandiri, yang merupakan integrasi antara
berbagai jenis kesenian seperti musik tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni
kostum, seni rias, dan sebagainya. Moulton memberikan definisi drama (pentas)
sebagai hidup manusia yang dilukiskan dengan action. Hidup manusia yang
dilukiskan dengan action itu terlebih dahulu dituliskan, maka drama, baik naskah
maupun pentas, berhubungan denagan bahasa sastra.
Arti lain dari drama biasa diungkapkan sebagai suatu kualitet komunikasi,
situasi action (dan segala apa saja yang terlibat dalam pentas baik secara obyektif atau
subyektif, nyata atau khayalan).
14
Definisi drama Http//www.Organisasi.Org/ arti-definisi-pengertian drama.organisasi.Org
komunitas dan perpustakaan online Indonesia.com/diakses jum’at, 26 juni 2009.
24
Program drama merupakan pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai
kehidupannya, karakter yang diperankan oleh pemain atau artis yang melibatkan
konflik dan emosi.
Pengertiannya adalah, jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan
perilaku manusia sehari-hari. Jenis cerita drama jika mengikuti teori Aristoteles,
hanya digolongkan menjadi tragedy, komedi, dan gabungan antara tragedy dan
komedi.
Drama (Fiksi) ialah Format acara televisi yang diproduksi dengan kreatifitas
imajinasi dari kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasikan ulang. Format
tersebut merupakan interpretasi kisah kehidupan yg diwujudkan dalam suatu runtutan
cerita dalam sebuah
adegan.
Cerita drama adalah sebuah format acara televise yang diproduksi melalui
proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi dan direkayasa dan
dikreasikan ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan
yang diwujudkan dalam suatu runttutan cerita dalam sejumlah adegan. Adeganadegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi
atau imajinasi khayalan para kreatornya.
Pada umumnya setting untuk acara drama berbentuk realis, meskipun
sebagian darinya merupakan tiruan yang disesuaikan “kenyataan” merupakan unsur
utama dalam mengekspresikan program acara drama. Bilamana kenyataan yang
dibuat sendiri tidak selalu menghasilkan set yang efektif untuk acara drama. Set
dekorasi drama harus mengarah pada usaha mendukung memperkaya konten dari
25
acara. Sejalan dengan keberadaannya, peranan penting dari set acara drama
membangkitkan dan mendukung penampilan artis dalam memainkan peran dengan
wajar. 15
2.3.1 Jenis Program Drama
Program televisi yang termasuk dalam program Drama adalah
sinema
elektronik (sinetron) dan film.
2.3.1.1. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian.
a. Sinetron
Di Negara lain disebut dengan Opera Sabun, namun di Indonesia disebut
Sinetron. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh
secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri
tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung
terbuka dan sering sekali tanpa penyelesaian (open- ended). Ceritanya cenderung
dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya.
b. Film
Televisi serimg menayangkan film sebagai salah satu jenis pro- gram
yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun film disini adalah
film layer lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Karena tujuan
pembuatannya adalah untuk layer lebar (thater) maka biasanya film baru bias
ditayangkan di televise setelah terlebih dahulu dipertunjukan di bioskop atau
15
Prof. Dr. Herman J. Waluyo. Drama Teori dan Pengajarannya. Hanindita, 2001, hal 2.
26
bahkan setelah film itu didistribusikan atau dipasarkan dalam bentuk VCD
atau DVD. Sedangkan. 16
2.3.1.2. Drama Komedi
Terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
a.
Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para
pemain, melainkan karena situasinya.
b.
Komedi Slapstic, Cerita lucu yang diciptakan dengan adegan
menyakiti para pemainnya, atau dengan gerak vulgar dan kasar.
c.
Komedi Satire, Cerita lucu yang penuh sindiran tajam.
d.
Komedi Farce, Cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan
kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu.
16
Definisi drama Http//www.Organisasi.Org/ arti-definisi-pengertian drama.organisasi.Org
komunitas dan perpustakaan online Indonesia.com/diakses jum’at, 26 juni 2009.
27
2.3.2 Sinetron komedi
Di Indonesia, televisi merupakan medium paling favorit bagi para pemasang
iklan, dan karena itu mampu menarik Investor untuk membangun televisi. Kalau
sebelum tahun 1998 jumlah stasiun televise swasta hanya ada enam maka sejak tahun
1998-2008 jumlah televisi swasta telah menjadi 13. Kini penonton televise Indonesia
memiliki banyak pilihan dalam menikmati berbagai program acara televisi.
Sinetron menjadi salah satu andalan program acara stasiun televisi untuk
menarik banyak pemirsa. Sinetron juga harus dibuat menarik sehingga memiliki ciri
khas tersendiri. Ciri khas ini dapat menjadi stimuli bagi pemirsa sehingga dapat
menimbulkan persepsi pemirsa.
Sinetron adalah sinema elektronik, pertunjukan sandiwara (Drama), dibuat
khusus untuk penayangan di media elektronik seperti televisi. Sinetron merupakan
suatu media komunikasi massa pandang dan dengar. Pembuatanya melalui proses
produksi yang panjang, dengan melibatkan banyak orang. Gambar diambil dengan
menggunakan kamera elektronik dan direkam dengan mengunakan kaset video.
Sinetron dapat di masukkan kedalam salah satu kategori drama. Derama
adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan perilaku manusia
sehari-hari. Jenis cerita drama jika mengikuti teori Aristoteles, hanya digolongkan
menjadi teragedi, komedi, dan gabungan antara tragedi dan komedi, drama
laga/action, melodrama, dan drama sejarah. 17
17
Elizabeth Lutters. Kunci Sukses Menulis Skenario.2004. hal. 35-37
28
Islam KTP termasuk kedalam drama komedi. Jenis drama komedi ini dapat
digilongkan menjadi beberapa jenis lagi, yaitu komedi situasi, komedi slapstic,
komedi satire, dan komedi faree. Dari keempat jenis drama komedi ini Islam KTP
masuk kedalam sinetron komedi situasi.
Sinetron komedi merupakan satu genre yang terdiri dari karakter-karakter
yang tetap di dalam suatu format dimana terdapat satu atau lebih jalan cerita yang
bersifat humor. Sinetron komedi merujuk pada pentingnya tokoh dalam memeahkan
narasi tersebut, ciri tokoh itulah yang membuat kita tertawa, ciri yang juga kerap
memunculkan masalah dan solusi. 18
2.4. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, pristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 19
Menurut Pearce, W. B. definisi persepsi adalah sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan,
mengartikan,
menguji,
dan
memberikan
reaksi
kepada
rangsangan pancaindra atau data. 20
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory indrawi).
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi.
Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan
sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.
18
Greme Burton, membincangkan televisi: pengantar studi televisi, Jalasutra, Yogyakarta, hal 181
Jalaluddin Raakhmat. Psikologi komunikasi. Bandung. 1984. hal 51.
20
Alex Sobur. Psikologi Umum. 2003. Hal. 446
19
29
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) addalah
inti persepsi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat,
tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. 21 Persepsilah yang menentukan
kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat
kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka
berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya smakin cendrung membentuk kelompok
budaya atau kelompok identitas.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, persepsi ditentukan oleh beberapa factor yang
berasal dari stimulus, yaitu:
1.Perhatian (attention)
Proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimuli lainya melemah.
Sedangkan atensi yang dipengaruhi oleh factor eksternal. Yakni atribut-atribut
objek yang dipersepsi seperti gerakan, kontras, kebaruan, dan perulangan objek yang
dipersepsi.
Menurut Aaker danMayer, menyaring atensi atau perhatian dijalankan pada
beragam tingkat usaha dan kesadaran “pada tingkat yang ekstrim adalah peruses
pencarian aktif (active search) dimana penerima mencari informasi. Ia mungkin
mencari pendapat teman-teman atau melalui majalah yang sebenarnya tidak dibaca.
Pada tingkat lain, dapat diistilahkan sebagai pencarian pasif (passive search).
Seseorang mencari informasi hanya dari sumber-sumber yang biasa menerpanya
21
Ibid. hal 446
30
selama ini. Pada tingkat akhir, disebut perhatian pasif (passive attention). Pada
tingkat ini penerima mempunyai sedikit kebutuhan informasi dan tidak berusaha
untuk mencarinya.” 22
2. Penafsiran (interpretation)
Penafsiran merupakan peroses dimana penerima memberi arti terhadap pesan
yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan meliat kontesnya, dan
mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang
dipersepsi. 23
Penafsiran peribadi didasarkan pada pengalaman masa lalu si penerima,
asumsi tentang perilaku manusia, pengetahuan mengenai keadaan lingkungan orang
lain, suasana hati / keinginan / kemauan pada saat itu, serta harapan.
Seorang individu dalam menafsirkan sesuatu tidak sama dengan individu
lainya, dikarnakan setiap individu mengorganisasi rangsangan yang diterimanya
sesuai dengan kenyataan yang ada pada dirinya, dan bermacam-macam penafsiran
akan muncul pada setiap individunya walaupun setimulinya sama.
3. Pengetahuan (kognitif)
Kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsikan khlayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Yang termasuk kegiatan psikis pengetahuan adalah gejala-
22
David Aaker and Mayer. Advertising Management, Prentice Hall Inc. New Jersey. 1996. Hal. 218
Ibid. Hal. 101
23
31
gejala seperti: pengamatan, tanggapan, ingatan, asosiasi, fantasi, berfikir dan
intlegnsi. 24
Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu
khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitifnya. Melalui media massa dapat diperoleh berbagai informasi
tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah dikunjungi. Hai ini berkaitan
dengan usaha-usaha memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang
lingkungan eksternal.
Berdasarkan uraian sejumlah oprasionalisasi tentang persepsi tersebut, maka
persepsi khalayak menjadi variabl akibat penggunaan media yang mengakibatkan
berbagai efek psikologis.
Penelitian melihat sejumlah efek yang ditimbulkan oleh isi tayangan sinetron
komedi Islam KTP dalam menyajikan tayangan sitkom yang lucu dan menarik. Maka
peneliti mengambil responden yaitu mahasiswa Universitas Mercu Buana khususnya
mahasiswa non muslim. Alasanya karena banyak mahasiswa Universitas Mercu
Buana baik yang muslim ataupun non muslim yang menonton sinetron Komedi Islam
KTP. Persepsi dari mahasiswa non muslim akan membuat persepsi yang timbul
menjadi beragam. Ini merupakan suatu alasan penulis untuk memilih mahasiswa
Universitas Mercu Buana khususnya non muslim ini sebagai sampel dalam penelitian
tugas akhir ini.
24
Alisuf satri. Pengantar psikologi umum dan perkembanganya. Pedoman Ilmu Jaya. 2000. Hal. 40
32
Gambar 1
Proses Persepsi
( Alex Sobur. Pisikologi umum, hal 449) 25
Terjadinya
Stimulasi alat
indra
Stimulasi alat
indra diatur
Stimulasi alat
indra dievaluasi
-ditafsirkan
1. Terjadinya stimulasi alat indra (Sensory Stimulation)
Alat indra distimulasi ( dirangsang). Contoh saat kita
mendengar music, saat kita merasakan telapak tangan yang berkeringat
ketika berjabat tangan.
2. Stimulasi terhadap alat indra diatur
Rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai
prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip
proximity atau kemiripan; orang atau pesan yang secara fisik mirip
sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatuan (
unity ). Prinsip lain adalah kelengkapan (closure); kita memandang
atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang lengkap. Dalam
membayangkan prinsip-prinsip ini, hendaklah kita ingat bahwa apa
yang kita persepsikan, juga kita tata kedalam suatu pola yang
25
Alex Sobur. Psikologi Umum. 2003. hal. 449
33
bermakna bagi kita. Pola ini belum tentu benar atau logis dari segi
objektif tertentu.
3. Stimulasi Alat Indra Dditafsirkan-Dievaluasi
Proses
perceptual
adalah
penafsiran-evaluasi.
Kita
menggabungkan kedua istilah ini untuk menegaskan bahwa keduanya
tidak bisa dipisahkan. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata
didasarkan pada rsngsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, system nilai,
keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat
itu, dan sebagainya yang ada pada kita. 26
Rangsangan atau stimuli yang muncu dari sinetron komedi Islam KTP
mungkin timbul karena situasi-situasi lucu yang diciptakan penulis naskah.
Tapi tentu tidak hanya itu. Isi sinetron ini tidak hanya sekedar tema cerita, tapi
juga alur cerita, karakter tokoh dalam cerita, music, bahasa, dialog, acting
pemain, juga gambar. Secarah keseluruhan isi dari sinetron ini memberikan
cukup banyak stimuli kepada pemirsanya. Sehingga perhatian penuh pada
sinetron ini tidak berkurang.
2.4.1 Faktor-faktor penyebab perbedaan persepsi
Proses persepsi dijelaskan oleh para filsuf psikolog bahwa manusia secara
alamiah ingin mengetahui dunia diluar dirinya dan seberapa tepat mereka
26
Ibid. hal. 449-451.
34
menggambarkannya. Pegalaman tersebut sangat bergantung pada alat indra, tanpa alat
indra, tidak ada kontak dengan dunia luar. 27
Meskipun banyak stimuli berbeda-beda yang sampai kepada kita tentang
masalah yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatas pada saat-saat tertentu.
Pemutasan persepsi ini disebut “perhatian”. Atensi atau disebut juga perhatian adalah
peruses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimuli lainya melemah.
Ada dua faktor yang bisa menarik atensi atau perhatian sesorang, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal contohnya seperti gerakan-gerakan
yang mengandung perhatian, intensitas sitimuli, kebaruan (novelty) suatu program
acara, dan perulangan. 28
Sedangkan faktor internal terbagi dua, yaitu faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis. Faktor biologis contohnya rasa lapar, rasa haus, rasa kantuk, hasrat
sex, dan sebagainya. Sedangkan faktor sosiopsokologi contohnya kebudayaan,
pengalaman, pendidikan, kebiasaan, tingkat kehidupan, dan sebagainya.
Karena itulah persepsi tiap orang berbeda-beda, karena tiap orang tidak
memiliki faktor-faktor tersebut diatas yang sama. Bahkan seorang anak kembarpun
bisa memilikipersepsi yang berbeda. Persepsi itu bersifat komplexs. Tidak ada
hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di “luar sana” dengan pesan yang
27
Ibid. hal. 448.
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung 2001 Remaja Rosda Karya. 1994.
hal. 52-53.
28
35
akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di luar dapat sangat berbeda dengan
apa yang mencapai otak kita.
Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu
aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan terutama
penafsiran atas suatu rangsangan agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat
ekonomi, pekerjaan dan cita rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi
persepsi seseorang terhadapsuatau realitas. Dengan demikian persepsi itu terikat oleh
budaya (culture-bound). 29 Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek, atau
lingkungan bergantung pada system nilai yang kita anut.
Larry A. samovar dan Richard E. Porter, mengemukakan unsur budaya yang
secara langsung mempengaruhi persepsi ketika kita berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain, yakni ;
1. Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes)
2. Pandangan dunia (worldview)
3. Organisasi social (social organization) 30
Banyak sekali factor yang membuat suatu persepsi berbeda-beda dari setiap
individu. Faktor biologis, faktor sosiopsikologis, atau faktor budaya, ternyata juga
menjadi penyebab persepsi berbeda-beda. Berbagai faktor akan mempengaruhi reaksi
orang terhadap media massa. Faktor ini meliputi organisasi personal psikologis
individu seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang pengalaman;
29
30
Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. 2000. hal. 98.
S. Djuarsa sendjaja, Ph.D., Dkk. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. 2002. Hal. 725.
36
kelompok-kelompok sosial dimana individu menjadi anggota; dan hubunganhubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian
informasi. Diduga orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar,
tetapi sering menonton televisi. Eksekutif dan kaum bisnis menyenangi rublik niaga
dalam surat kabar atau majalah. Telah diteliti bahwa kelompok menengah (middle
class) cendrung menyukai acara pendidikan, berita, dan informasi.
Melihat latar belakang pemirsa sinetron komedi Islam KTP dari kelurahan
Larangan, Tangerang, tidaklah mengherankan apabila persepsi yang timbul
beranekaragam. Sampel akan segaja diambil dari tingkat usia pemirsa yang berbeda
dari anak berusia 15 tahun sampai orang tua yang berusia 45 tahun. Banyaknya
pendatang dari berbagai daerah di Indonesia dengan budaya yang berbeda, yang
menetap dikelurahan ini, tentu saja akan menimbulkan persepsi yang beragam pula.
Masih banyak lagi faktor lain yang telah disebutkan akan membuat persepsi pada
tayangan komedi Islam KTP jadi berbeda-beda.
2.5. Penggunaan media massa
Apa yang mendorong kita untuk menggunakan media? Mengapa kita senang
acara X dan membenci acara Y? Bila anda kesepian, mengapa anda lebih senang
mendengarkan musik kelasik dalam radio daripada membaca novel? Apakah media
massa berhasil memenuhi kebutuhan kita?. 31
31
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. 2001. hal. 205.
37
Ahli komunikasi menyebutkan dua fungsi media massa (aliran bifungsional).
Media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi - menurut Weiss; atau
hiburan dan informasi- menurut W Ibur Sehramm. Yang lain menyebutkan:
pengawasan lingkungan, hubungan sosial, hiburan dan transmisi cultural-seperti
dirumuskan oleh Harold Lasswell dan Charles Wright. 32
Sebagian orang menyatakan bahwa terpaan media lebih merupakan kegiatan
yang kebetulan dan amat dipengaruhi faktor external. Sebagian lain memandang
pemuasan kebutuhan dengan media begitu kecil dibandingkan dengan kebutuhan
khalayak sehingga factor motivasional hampir tidak berperanan dalam menentukan
terpaan media. Sebagian lagi berpendirian bahwa, walaupun ada pemuasan potensial
dalam komunikasi massa, seseorang tidak begitu berhasil dalam menemukan
pemuasan karena media massa tidak memberikan petunjuk tentang potensi ganjaran
yang dapat diberikanya.
Harus diakui bahwa lingkungan eksternal memainkan peranan penting dalam
menentukan terpaan media. Walaupun demikian ini tidak berarti bahwa factor-faktor
personal tidak mempengaruhi penggunaan media. Seseorang cendrung menyukai
media tertentu atau acara tertentu dari berbagai komunikasi massa yang ada. Agak
sukar menjelaskanya bahwa kesukaan seseorang hanya berdasarkan kebetulan saja.
Melihat begitu banyak orang yang secara setia membaca surat kabar, menonton
televisi atau membaca novel, secara pisikologis seseorang dapat menyimpulkan
32
Ibid. hal. 208
38
bahwa iya memperoleh kepuasan dalam menggunakan media, betapapun kecinya
pemuasan yang dapat dilakukan media.
Menurut
teori
behaviorisme “low
o effects”
perilaku
yang tidak
mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi; artinya seseorang tidak akan
menggunakan media massa bila media massa tidal memberikan pemuasan pada
kebutuhannya. 33 Jadi jelas seseorang menggunakan media massa karena didorong
oleh motif-motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa.
Seseorang mencari kesenangan, media massa dapat memberikan hiburan. Seseorang
mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan
diri dari kenyataan. Seseorang kesepian, dan media massa berfungsi sebagai sahabat.
Tentu saja hiburan, ketenangan, dan persahabatan dapat juga diperoleh dari sumbersumber lain seperti sahabat, hobi, atau tempat ibadat.
Sinetron komedi Islam KTP ditonton banyak pemirsa. Mereka tentu memiliki
alasan tersendiri mengapa menonton tayangan tersebut. Sinetron komedi ini dianggap
memberikan hiburan, memberikan kesempatan melarikan diri dari kenyataan, dapat
menjadi sahabat bagi pemirsa, sekaligus tanpa disadari dapat menjadi kontrol
lingkungan atas perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
33
Ibid. Hal. 207.
Download