jurnal ilmiah kohesi - Makarioz Science Institute

advertisement
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERUBAHAN MASA PUBERTAS DI
SMA NEGERI 3 BINJAI TAHUN 2014
ADE IRA ZAHRYANI
DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI
ABSTRACT
Sexual maturity and the occurrence of body shapes are very influential in the life of
adolescent psychiatric, while the teenagers' attention is so great on his appearance that they
often worry about his body shape is less proportional. When they are prepared and informed
about the change they will not experience anxiety and other negative reactions, but if they
lack information, they will experience a negative experience. The purpose of this research is
to know the correlation between knowledge and attitude of adolescent about puberty at SMA
N 3 Binjai Year 2014 This research design is analytic with cross sectional approach. The
population of this study is all teenagers in SMA N 3 Biinjai 2014 number of 251 respondents.
The sample technique used Random Sampling with 251 respondents. Data collection tools
are questionnaires. Data analysis using univariate and bivariate analysis using statistic test.
Correlation of Kendall "s Tau. Result of research of adolescent knowledge about puberty in
SMA N 3 Binjai 2014 majority in category enough 44 respondent (61,1%) then in good
category a number of 28 respondents (38,9%), and less category no. Attitude of adolescent
about puberty SMA N 3 Binjai 2014 majority in enough category 45 respondents (62,5%),
good category 27 respondents (37,5%) and less category no. Conclusions from this study
that adolescent knowledge of changes in puberty in SMA N 3 Binjai majority is sufficient.
Keywords: Knowledge, Attitude, Physiology Puberty
PENDAHULUAN
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar
237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja berusia 10-24 tahun yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,7%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa
(49,3%).1Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberpa
ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam bahasa Inggris
adolescene). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa
anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah
adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai
masa pubertas. Pada masa pubertas dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada
masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan
lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja. Pubertas merupakan
periode yang singkat, namun bagi sebagian orang dianggap sebagai periode yang sulit bagi
remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologi remaja di masa selanjutnya.
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2
tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan
terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja,
sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka
sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proposional tersebut. Apabila mereka
sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka
tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainya, tetapi bila mereka kurang
1
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Menurut laporan
WHO di tahun 2012, setiap tahunnya tercatat 16 juta remaja melahirkan di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia berdasarkan laporan RISKESDES 2013,
terdapat kehamilan pada umur kurang dari 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan
kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar (1,97%).Di Jawa Tengah perempuan
yang hamil di bawah usia 16 tahun adalah 27,84%. Di Kota Surakarta 5,28% kehamilan di
Surakarta berusia kurang dari 15 tahun. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di SMA N 3 Binjai didapatkan informasi jumlah seluruh siswa/siswi kelas 12
berjumlah 251 orang yang diantaranya 122 siswa dan 129 siswi. Dengan melakukan
wawancara pada 10 siswa dan siswi kelas 12 di SMA N 3 Binjai, didapatkan 4 (40%)
diantaranya yang mengerti tentang masa pubertas. Sedangkan 6 siswa yang lain tidak
mengerti. Mereka yang tidak mengerti tentang pubertas hanya mengatakan perubahan
pubertas ditandai dengan perubahan fisik, perubahan sifat, serta mulai tertarik dengan
lawan jenis. Dari 6 siswa yang tidak mengerti Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang Perubahan FisiologisPubertas Di Kelas 12 di SMA N 3 Binjai (Erlinda, Ani
Nur Fauziah) 40 mengerti 3 siswi mengatakan mereka antusias dengan masa pubertas, 3
diantaranya merasa biasa saja dalam menghadapi masa pubertas, tetapi diantara mereka
ada yang sedikit takut dalam menghadapi perubahan masa pubertas.Berdasarkan latar
belakang dan studi pendahuluan di atas peneliti tertarik untukmelakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Masa Pubertas di Kelas
12 SMA N 3 Binjai tahun 2014”.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalaui mata
dan telinga (Notoadmojo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, didalam diri orang tersebut terjadi terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness
(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek), b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. C. Evaluation (menimbang-nimbang)
terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi, d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Rogers,
1974) Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).
Remaja dan Pubertas
Pengertian Kata remaja berasal dari bahasa Inggris “teenager” yakni manusia usia 13-19
tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang artinya tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan (Ali, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai
oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis.
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara
masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24
tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja
adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa
2
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini
(Romauli, 2009). Remaja adalah suatu masa ketika individu yang berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual (Sarwono, 2006). Monks, Knoer dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15
tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita,
2006). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah
adolescence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai
masa pubertas (Soetjiningsih, 2004). Ciri-Ciri Umum Masa Remaja adalah Masa Yang
Penting Pada masa ini adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta
akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode
lainnya. Baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang serta pentingnya bagi remaja
karena adanya akibat fisik dan akibat psikologis (Deswita, 2006). Masa Transisi Merupakan
tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya, maksudnya, apa yang
telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan
datang. masa Perubahan Selama masa remaja perubahan sikap dan perilaku sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. (Romauli, 2009). Perubahan yang terjadi pada masa remaja
memang beragam, tetapi ada perubahan yang terjadi pada semua remaja.Emosi yang tinggi
Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social menimbulkan
masalah baru. Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola tingkah
laku. Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.remaja menghendaki dan menuntut
kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan resikonya dan meragukan
kemampuannya untuk mengatasinya. (Romauli, 2009). Masa Bermasalah Setiap periode
memiliki masalah sendiri, masalah masa remaja termasuk masalah yang sulit diatasi, baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan karena pada masa remaja dia ingin mengatasi
masalahnya sendiri, dia sudah mandiri.Masa Pencarian Identitas Menyesuaikan diri dengan
standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja dari pada individual. Bagi remaja
penyesuaian diri dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah penting.
Secara bertahap, mereka mulai mengharapkan identitas diri dan tidak lagi merasa puas
dengan adanya kesamaan dalam segala hal dengan teman-teman sebayanya. (Wong, et al
2009). Masa Munculnya Ketakutan Persepsi negative terhadap remaja seperti tidak dapat
dipercaya, cenderung merusak dan perilaku merusak, mengindikasikan pentingnya
bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula terhadap kehidupan remaja
muda yang cenderung tidak simpatik dan takut bertanggung jawab.Masa Yang Tidak
Realistik Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan keinginannya, dan
bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Apabila dalam hal cita-cita yang tidak
realistic ini berakibat pada tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja. (Wong,
et al 2009). Masa Menuju Masa Dewasa Saat usia kematangan kian dekat, para remaja
merasa gelisah untuk meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan
harus bersiap-siap menuju usia dewasa disisi lainnya (Gunawan, 2011).
Pengertian Menstruasi
Adalah pelepasan dinding endometrium yang disertai dengan pendarahan yang terjadi
secara berulang setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan (Aulia, 2009).Menstruasi atau
haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan
dipengaruhi oleh hormon reproduksi. (Aulia, 2009) Darah yang keluar dari rahim berisikan
jaringan sel telur yang sudah mati, hormon prostaglandin, dan zat pengencer fibrinolysin
yang berasal dari lapisan dinding rahim yang luruh. Prostaglandin yang memeras otot rahim
untuk mendorong darah haid keluar, dan itu pula yang membangkitkan rasa nyeri perut
selama haid berlangsung. Sedangkan zat pengencer darah dalam haid yang menjadikan
darah haid tidak membeku (Nadesul, 2010).
3
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Jarak antara hari
pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi bulan berikutnya disebut siklus
menstruasi (BKKBN, 2010). Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan
berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya,
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari (Chaerani, 2006). Siklus menstruasi pada setiap
orang tidak sama. Siklus menstruasi yang normal sekitar 24-31 hari tetapi ada juga yang
kurang atau lebih dari siklus menstruasi yang normal. Siklus ini tidak selalu sama setiap
bulannya. Perbedaan siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres dan
usia. Pada masa remaja biasanya memang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju
atau mundur beberapa hari. (Chaerani, 2006). Pada masa remaja, hormon-hormon
seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur,
walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor stres atau kelelahan (BKKBN,
2010). Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat
terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. (Chaerani, 2006). Umumnya darah yang hilang akibat
menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml per
harinya. Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk menampung
darah yang keluar. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari untuk mencegah agar
tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan lainnya (Chaerani, 2006).
Banyak sedikitnya darah yang keluar selama haid ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: 1)
Ketebalan lapisan dinding rahim terbentuk setiap daur siklus haid. Ini dipengaruhi oleh
aktivitas hormon. Semakin aktif hormonnya, semakin tebal lapisan endometrium yang
terbentuk, sehingga semakin banyak darah yang harus dikeluarkan. Sebaliknya, semakin
tipis lapisan endometrium terbentuk, semakin sedikit darah yang harus dibuang selama haid.
2) Ada tidaknya obat-obatan, jamu, bahan berkhasiat yang dikonsumsi, serta adakah pula
suatu penyakit pada organ reproduksi. 3) Proses pembekuan darah tubuh ikut menentukan
banyak sedikitnya haid yang keluar. Fase-fase dalam siklus menstruasi Setiap siklus
menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase ini merupakan hasil
kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus.
(Nadesul, 2010). Rata-rata terdapat sekitar 300.000 calon telur yang belum matang/folikel
(follicles) di kedua indung telur selama masa pubertas. Normalnya, hanya satu atau
beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum
menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan
dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi.
(Nadesul, 2010). Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi. Pada permulaan siklus,
sebuah kelenjar di dalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating
Hormone (FSH) ke dalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh
didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada
sel telur lainnya dan menjadi dominan hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang
disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. (Nadesul, 2010) Hormone estrogen
bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan
kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur
tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina
untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim (Chaerani, 2006).
Pada hari pertama menstruasi, terjadi perdarahan akibat peluruhan dinding rahim
(endometrium) yang disebabkan oleh penurunan level hormon progesteron. Hal ini terjadi
karena ovum (sel telur) yang dilepas pada siklus sebelumnya tidak mengalami pembuahan,
sehingga dinding rahim yang dimaksudkan untuk menangkap ovum yang terbuahi tidak
diperlukan lagi. (Chaerani, 2006). Peluruhan dinding rahim ini berlangsung selama beberapa
hari, atau rata-rata lima hari. Pada saat perdarahan menstruasi ini berlangsung, hormon
FSH (Follicle Stimulating Hormone) serta hormon LH (Luteinizing Hormone) mulai dilepas
oleh tubuh, yang berfungsi untuk mematangkan ovum yang akan dilepas pada siklus ini.
Saat ovum matang, tubuh mengalami peningkatan hormon estrogen, dan hormon FSH dan
LH mengalami penurunan. (Nadesul,2010) Dengan hormon estrogen ini, dinding rahim baru
4
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
perlahanlahan terbentuk. Seiring dengan meningkatnya estrogen, lendir leher rahim, yang
berfungsi untuk membantu aliran sperma, mulai terbentuk. Pada saat level hormon estrogen
mencapai puncaknya ketebalan dinding rahim juga mencapai maximum, produksi lendir
leher rahim juga mencapai maximum dan leher rahim berada dalam kondisi terbuka dan
dalam keadaan lembut. (Nadesul,2010) Setelah tahap pra-ovulasi dalam siklus menstruasi,
setelah estrogen mencapai titik puncaknya dan mulai menurun, terjadi pengeluaran hormon
LH dan FSH yang tinggi secara mendadak yang disebut juga sebagai LH Surge, dan hal ini
menyebabkan folikel ovum untuk pecah dan mendorong ovum itu sendiri untuk keluar dari
ovarium. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan
LH. (Nadesul,2010) Setelah ovum dilepaskan dari ovarium, folikel yang ada membentuk
corpus luteum yang mulai melepaskan hormon progesteron. Hormon inilah yang
menyebabkan kenaikan suhu basal tubuh dibandingkan suhu basal tubuh di hari - hari
sebelumnya (thermal shift). Selepas ovulasi, progesteron dan sedikit estrogen menahan
dinding rahim agar tidak luruh. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi pembuahan pada sel telur
yang dilepaskan tadi, maka dinding rahim akan dapat menangkapnya dan terjadilah
kehamilan. Selepas ovulasi, produksi lendir leher rahim mengalami penurunan drastis dan
posisi leher rahim mulai menutup dan tidak lagi lembut. Lama kelamaan, corpus luteum
menjadi hancur produksi progesteron menurun sehingga tidak kuat menahan dinding rahim,
terjadilah peluruhan (Chaerani, 2006).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi
Menstruasi terjadi sebagai akibat proses panjang interaksi antar hormon dalam tubuh
wanita, keseimbangan hormon dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : Asupan Nutrisi Pola
makan merupakan wujud perilaku manusia pada makanan. Pola makan yang salah dengan
tinggi lemak, karbohidrat dan protein akan meningkatkan berat badan yang lebih dan hal ini
secara langsung akan meningkatkan status gizi pada kondisi lebih (obesitas pun dapat
terjadi). (Nadesul,2010) Penerapan pola makan yang berlebih tentunya akan meningkatkan
kerja organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir
pada keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan tersebut. Dan hal ini tentunya
akan berdampak pada fungsi sistem hormonal pada tubuh. Adanya gangguan dari fungsi
sistem hormonal dari tubuh tersebut tentunya akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh
secara maksimal termasuk organ seksual perempuan baik berupa peningkatan progesteron,
estrogen, FSH dan LH sendiri akan berdampak pada gangguan siklus haid yang terlalu
cepat maupun siklus haid yang pendek. Sedangkan pada penerapan pola makan yang
kurang sendiri (paling banyak diterapkan pada perempuan) akan mempengaruhi
kemampuan kerja organ tubuh secara langsung dimana tubuh tidak memiliki kemampuan
yang normal karena energi yang sebahagian besar bersumber dari makan tidak mencukupi
dan hal ini juga tentunya akan mempengaruhi maksimalisasi kerja organ sendiri. (Chaerani,
2006). Kondisi Psikologis Menstruasi tidak lancar bisa disebabkan banyak faktor, salah
satunya adalah stres psikologis. Banyak penelitian menemukan adanya hubungan nafsu
makan tinggi dengan the level of psychological events and behaviour. Saat menstruasi tidak
lancar, wanita bisa mengalami emotional hunger yaitu keinginan mengisi perut yang kuat
sekali, biasanya makanan camilan energi dan lemak tinggi, karbohidrat olahan dan
sederhana tinggi. Secara fisiologis, Anda mungkin tidak lapar, lambung tidak kosong dan
tubuh belum memerlukan makanan (biological hunger). Wanita harus mengelola stres
psikologis dengan baik agar menstruasi bisa lancar kembali (Gunawan, 2011).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap
remaja tentang masa pubertas. Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul
antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertasdi bawah ini :
5
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pengetahuan Remaja tentang
Sikap Remaja Terhadap
Masa Pubertas
Masa Pubertas
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian ini di rencanakan akan dilakukan di SMA N 3 Binjai tahun 2014 dengan
alasan diharapkan Klinik tersebut merupakan salah satu alasan praktek mahasiswa Akbid
Kharisma Husada Binjai diperkirakan dapat memenuhi sampel penelitian.
Waktu Penelitian
waktu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah selama 6 bulan yang di mulai dari
periode Januari sampai Juni 2014.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit dalam pengamatan yang akan dilakukan.
Populasi pada penelitian ini adalah semua Remaja SMA N 3 Binjai Kecamatan Binjai
Selatan sejak pada bulan Januari sampai dengan Juni 2014. Yang dilakukan dengan
pembagian kusioner pada Remaja di SMA N 3 Binjai Kecamatan Binjai Selatan.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Metode Penggumpulan Data
Metode pengumpulan data uji dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
diambil dari pengumpulan data yang dilakukan di SMA N 3 Binjai Kecamatan Binjai Selatan
tahun 2014.
Tekhnik Pengolahan Data
Metode Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulak data yang
dilakukan dalam penelitian. data yang terkumpul di olah secara manual dengan langkahlangkah sebagai berikut :
Editing adalah upaya untu kmemeriksakan kembali kebenaran data yang diperoleh at
au dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
Tabulasi (Tabulating) yaitu mempermudah analisa data dan pengolahan serta penga
mbilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk table distribusi frekuensi.
Teknik Analisa Data
Analisa data yang dilakukandenganmelihatpersentase data yang terkumpul
yang disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang dilakukan dengan membahas ha
sil penelitian berdasarkan teori dan kepastian yang ada (Hidayat,2010).
HASIL PENELITIAN
SMA N 3 Binjai merupakan salah satu sekolah yang ada di kota Binjai. Yang terdiri dari 3
tingkatan kelas, kelas 10 kelas 11 kelas 12. Setiap kelasnya terdiri dari kelas A sampai F.
Di SMA N 3 Binjai sendiri telah memberikan informasi tentang pubertas pada siswa-siswinya
melalui guru BK. Di SMA N 3 Binjai ini mata pelajaran BK 1 minggu sekali.Pada penelitian
mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang perubahan fisiologi
pubertas di kelas 12 SMA N 3 Binjai, dilakukan terhadap remaja kelas 12 yang menempuh
pendidikan di SMA tersebut dengan jumlah responden 251 remaja kelas 12.Remaja kelas
6
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
12 di SMA N 3 Binjai sudah mendapatkan informasi masa pubertas dalam mata pelajaran
biologi yang diberikan 2 kali dalam seminggu. Namun masih banyak yang belum paham
tentang masa pubertas tersebut.
Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Berdasarkan PengetahuanRemaja tentang masa
pubertas di SMA N 3 BinjaiTahun 2014
Frekuensi
Presentase
No. Pengetahuan
(f)
(%)
1.
Baik
116
46,22
2.
Cukup
135
53,78
3.
Kurang
0
0.0
Total
251
100
Tabel ini Menunjukkan pengetahuan remaja tentang masa pubertas SMA N 3 Binjai
tahun 2014 mayoritas dalam kategori cukup 44 responden (61,1%) kemudian dalam kategori
baik sejumlah 28responden (38,9%).
No.
1.
2.
3.
Total
Tabel Distribusi Frekuensi Sikap remaja tentang masa pubertas
di SMA N 3 BinjaiTahun 2014
Frekuensi
Presentase
Sikap
(f)
(%)
Baik
121
48,2
Cukup
130
51,79
Kurang
0
0,0
251
100
Hasil penelitian 72 responden sikap remaja tentang masa pubertas hun 2014
mayoritas dalam kategori cukup 45 responden (62,5%), kategori baik 27 responden (37,5%).
tabel Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Masa Pubertas di SMA N
3 BinjaiTahun 2014
Sikap
Hubungan
Total
Kurang
Cukup
Baik
0
0
0
0
Kurang
0%
0%
0%
0%
0
60
95
155
Pengetahuan
Cukup
0%
23,29%
37%
60,29%
0
75
21
96
Baik
0%
30,49%
7,76%
38,25%
0
135
116
251
Total
0%
53,78%
46,22%
100%
Hasil Penelitian diatas menunjukkan adanya hubungan pada tingkat pengetahuan siswi
SMA N 3 Binjai dengan sikap mereka dalam menghadapi perubahan fisiologi yang terjadi
pada masa pubertas.
PEMBAHASAN
Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Perubahan Masa pubertas di SMA Negri 3 Binjai Tahun 2014 maka pembahasan dari hasil
penelitian di atas sebagai berikut :
7
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Perubahan masa pubertas
Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan Remaja Tentang Masa Pubertas di SMA N 3
Binjaitahun 2014. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang
masa pubertas di SMA N 3 Binjai mayoritas dalam kategori cukup yaitu 53,78%. Hal ini
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan bahwa remaja yang memiliki karakteristik yang
hampir sama akan saling tukarin formasi. Dalam kategori baik sejumlah 116 responden
(46,22%). Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat kecerdasan remaja yang lebih tinggi
daripada yang lainnya, dan kategori kurang tidak ada. Melihat kenyataan tersebut dapat
dilihat bahwa pengetahuan responden tentang masa pubertas mayoritas sudah dalam
kategori cukup meskipun antara responden berpengetahuan baik dan kurang sebanding.
Harapan yang diinginkan mayoritas berpengetahuan baik namun hasilnya belum bisa seperti
yang diharapkan. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan
perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penginderaan yang telah
dilakukan responden mayoritas berada dalam kategori cukup 95 responden (37%) kemudian
dalam kategori baik sejumlah 21 responden (7,76%) dan kategori kurang tidak ada.
Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang perubahan fisik pubertas yaitu misal masa puber pada wanita dengan
ciri-ciri payudara membesar, pada masa puber laki-laki dengan ciri-ciri tumbuhnya jakun.
Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan meliputi pengalaman, sumber informasi,
pemahaman. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan meliputi lingkungan dan
sosial budaya. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku orang maupun kelompok.
Sehingga remaja bisa mendapatkan pengetahuan melalui informasi yang didapatkan
disekitar lingkungannya. Jika lingkungan remaja itu baik maka pengetahuan yang dimiliki
cukup baik meskipun tidak menutup kemungkinan adanya seseorang yang lingkungannya
baik tetapi memiliki kecenderungan tidak mau menerima informasi dari lingkungannya
sehingga pengetahuan yang dimiliki juga kurang. Begitu juga dengan pengetahuan remaja
tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai ini bisa dengan sendirinya didapatkan melalui
informasi yang diberikan oleh gurunya melalui mata pelajaran biologi. Sikap Remaja
Tentang Masa Pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun 2017 Hasil penelitian 251 responden sikap
remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun 2017 mayoritas dalam kategori
cukup 130 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan
Fisiologis Pubertas Di SMA N 3 Binjai 155
(Erlinda, Ani NurFauziah) 155
responden(60,29%). Hal ini disebabkan karena pengalaman pribadi seperti remaja tersebut
telah mengalami menstruasi pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
Kategori baik 27 responden (37,5%). Hal ini disebabkan karena pengetahuan remaja
tersebut memiliki pengetahuan yang luas tentang masa pubertas dan kategori kurang tidak
ada. Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, dan merupakan respon
terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Sikap dapat juga didefinisikan sebagai
efek atau penilaian positif atau negative terhadap suatu objek. Hal ini seperti pada teori
mengenai sifat sikap yang dibagi menjadi dua, yaitu sikap positif (favorable) dan sikap
negatif (infavorable). Sikap positifialah kecenderungan tindakan mendekati, menyayangi,
mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatifialah kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu.
Pengetahuan Responden Tentang Sikap Remaja Pada Perubahan masa pubertas
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Masa Pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun
2014 Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang
masa pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun 2014 disimpulkan ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas. Sedangkan responden yang
8
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
pengetahuannya baik dan sikapnya juga baik ada 21 responden (7,76%) dan responden
yang pengetahuannya kurang dan sikapnya juga kurang tidak ada, responden yang
pengetahuannya baik tetapi sikapnya cukup ada 75 responden (30,49%), responden yang
pengetahuannya cukup tetapi sikapnya baik ada 95 responden (37%). Data penelitian dari
251 responden tidak ada responden yang berpengetahuan baik sikapnya kurang (0%). Hasil
penelitian sesuai dengan teori tentang hubungan antara pengetahuan dengan sikap.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap
seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, jika seseorang memiliki pengetahuan
yang baik maka akan memiliki perilaku yang baik pula. Sikap adalah suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social,
atau secara sederhana, dan merupakan respon terhadap stimulus social yang telah
terkondisikan. Sikap dapat juga didefinisikan sebagai efek atau penilaian positif atau
negative terhadap suatu objek. Mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang
perubahan masa pubertas cukup dan sikap dalam menghadapi masa pubertas cukup. Ini
menunjukkan pengetahuan berhubungan dengan sikap seseorang dalam menghadapi masa
pubertas. Demikian pula dengan pengetahuan masa pubertas akan mempengaruhi sikap
ataupun perilaku remaja dalam menghadapi masa pubertas. Jika pengetahuan remaja itu
baik maka sikap yang ditunjukkan oleh remaja Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di SMA N 3 Binjai (Erlinda, Ani NurFauziah)
tersebut juga baik dan sebaliknya apabila pengetahuannya itu kurang maka sikapnya juga
kurang baik dalam menghadapi masa pubertas tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Awal Tentang
Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP N 4 Banda Aceh diperoleh hasil remaja
yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan sedang yaitu
66,5% dari 48 responden, remaja yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas
dan berpengetahuan tinggi yaitu 100% dari 7 responden dan remaja yang telah mengalami
perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan rendah yaitu 29,4% dari 17
responden. Maka ada hubungan antara sikap siswa/I dengan perubahan yang terjadi pada
masa pubertas (P value = 0,006)25 Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pengetahuan
sangat mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu hal. Dimana faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap antara lain pendidikan, status pekerjaan, umur, pengeluaran pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Pendidikan seseorang itulah yang
erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang. Dapat dikatakan jika pendidikan yang
dimilikinya tinggi maka pengetahuannya dianggap baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja
tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai, diperoleh simpulan sebagai berikut : Terdapat
hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai.
Pengetahuan remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai mayoritas dalam kategori
cukup 135 responden (53,78%) kemudian dalam kategori baik sejumlah 116 responden
(46,22%), dan kategori kurang tidak ada. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di SMA N 3 Binjai (Erlinda, Ani Nur
Fauziah)
Sikap
remaja
tentang
masa
pubertas
di
SMA
N
3
Binjaimayoritasdalamkategoricukup 130responden (51,79%), kategori baik 121 responden
(48,2%) dan kategori kurang tidak ada. Terdapat Hubungan yang rendah antara
pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai.
9
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Bagi Institusi
Pendidikan (SMP N 19 Surakarta) Diharapkan SMP N 19 Surakarta mempertahankan dalam
upaya pemberian informasi tentang masa pubertas melalui guru BK. 2. Bagi Responden
Lebih meningkatkan lagi pengetahuannya khususnya tentang masa pubertas agar bisa
menghadapi perubahan pada masa pubertas dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti menyempurnakan penelitian ini, merincikan
penelitian ini, dan memperdalam masalah-masalah yang berkaitan dengan perubahan
fisiologi pubertas. Misalnya dengan melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda
seperti perilaku remaja pada masa pubertas.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN.
2011.
Kajian
Profil
Penduduk
Remaja
(10-24
tahun).
http://www.google.com/www.bkkbn.go.id. Diunduh pada tanggal 20 November 2014 pukul
21.00
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja : Problerm dan
Solusinya. Jakarta : Salemba Medika
Agustiani H. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta, Refika Aditama.
Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung
Seto
Anonim. 2014. Dampak Medis dan Psikologis kehamilan dan persalinan remaja.
growupclinic.com/2014/05/14/dampak-media-dan-psikologiskehamilan-dan-persalinanremaja/. Diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 14.00
Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDES), laporan nasional
2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas
Di
Kelas
8
SMP
N
19
Surakarta
(Erlinda,
Ani
Nur
Fauziah)
51
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun
2012. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Primursanti, R. 2013. dengan judul “Perilaku Remaja Awal Dalam Hal Perubahan Fisiologis
Pada Masa Pubertas Di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun
2013”
Wahilda, R. 2013. dengan judul “Gambaran Pengetahuan Remaja Awal Putri Tentang
Perubahan Fisiologis Pubertas Di MTSN 1 Piladang, Kab Lima Puluh Kota Tahun 2013”
Maryana, N. 2007. dengan judul “Gambaran Tinggkat Pengetahuan Remaja Usia 12-15
Tahun Tentang Pubertas di Kelas II B SMP Negeri 3 Cawas Klaten Tahun 2007”
Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Pengetahuan Sikap dan Perilaku. Yogyakarta : Nuha Medika.
Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya edisi kedua. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Fithra, Fillah D, 2014. Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Gelora Aksara Pratama
Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi metode Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 19. Hidayat, Aziz Alimul.
2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data . Jakarta: Salemba Medika.
Setiawan, A dan Saryono. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika
10
JURNAL ILMIAH KOHESI
Vol. 1 No. 1 April 2017
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas
Di
Kelas
8
SMP
N
19
Surakarta
(Erlinda,
Ani
Nur
Fauziah)
52
Riwidikdo, Handoko. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Suyanto dan Salamah, U. 2008. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta :
Mitra Cendikia Press.
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Wahyuni, S, 2012. dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Awal Tentang
Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP N 4 Banda Aceh”
Pusat Tesis. 2013. Validitas dan Reliabilitas Tes. Surabaya: Pusat Tesis
http://www.pusattesis.com/uji-reliabilitas/ diakses pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 05.59
WIB
Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
11
Download