PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN

advertisement
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME
DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT DI YPAC
SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada
Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
UKHTI FIKARIN
J100140036
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME
DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENTDI YPAC
SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
UKHTI FIKARIN
J100140036
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Pembimbing
(Dwi Rosella Komalasari, S.Fis., M.Fis)
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME
DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENTDI YPAC
SURAKARTA
Oleh :
Ukhti Fikarin
J100140036
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Kamis, 15 Juni 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan penguji:
Penguji I
: Dwi Rosella Komala Sari., S.Fis., M.Fis. (
)
Penguji II
: Agus Widodo, S.Fis, M.Fis
(
)
Penguji III
: Maskun Pudjianto, SMPH., M.Kes
(
)
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes
NIK. 786
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orag lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diats,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, .......................... 2017
Penulis
UKHTI FIKARIN
J100140036
iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME
DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT
DI YPAC SURAKARTA
Abstrak
Latar Belakang: Down Syndrome merupakan kelainan kromosom yaitu
terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21) akibat kegagalan sepasang kromosom
untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Gejala klinis yang sering
dijumpai pada anak down syndrome berupa keterlambatan perkembangan,
retradasi mental, serta ciri-ciri fisik yang khas. Salah satu metode yang dapat
diberikan untuk menangani permasalahn yang muncul pada anak down syndrome
adalah Neuro Development Treatment (NDT).
Tujuan: untuk mengetahui bagaimanakah tata cara penatalaksanaan Neuro
Development Treatment terhadap anak down syndrome serta manfaat pemberian
Neuro Develoment Treatment terhadap peningkatan kekuatan otot dan
kemampuan fungsional pada anak dengan kondisi down syndrome.
Hasil: setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali, didapatkan adanya peningkatan
kekuatan otot pada ekstremitas bawah yaitu pada regio hip. Dimana terjadi
peningkatan pada T5 dan T6 yang sebelumnya memiliki nilai 3 menjadi nilai 4.
Sedangkan evaluasi kekuatan otot pada ektremitas atas tidak mengalami
perubahan. DDST menunjukkan adanya keterlambatan perkembangan dan tidak
mengalami perubahan.
Kesimpulan: Neuro Development Treatment (NDT) dapat meningkatkan
kekuatan otot pada anak down syndrome.
Kata Kunci: Down Syndrome, Neuro Development Treatment
Abstract
Background: Down Syndrome is a chromosomal disorder that is the formation of
chromosome 21 (trisomy 21) due to failure of a pair of chromosomes to separate
each other during division. Clinical symptoms are often found in children with
Down syndrome in the form of developmental delay, mental retardation, and
typical physical characteristics. One of the methods that can be given to deal with
problems that appear in Down syndrome children is Neuro developmental
Treatment (NDT).
Purpose: to find out how the management procedures of Neuro Development
Treatment for Down syndrome and the benefits of Neuro Develoment Treatment
to increase muscle strength and functional ability in children with Down
syndrome.
Result: After doing therapy as much as 6 times, obtained an increase in muscle
strength in lower extremity that is at hip region. Where there is an increase in T5
and T6 which previously had a value of 3 to a value 4. While the evaluation of
muscle strength in the upper extremity didn’t change. DDST indicates a
developmental delay and doesn’t change.
1
Conclusion: Neuro Development Treatment (NDT) can increase muscle strength
in children with Down syndrome.
Keywords: Down Syndrome, Neuro Development Treatment
1. PENDAHULUAN
Down Syndrome merupakan kelainan kromosom yaitu terbentuknya
kromosom 21 (trisomy 21) akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Sulastowo, 2008). Sedangkan
menurut (Judarwanto, 2012) Down syndrome adalah suatu kondisi
keterbelakangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada kasus down syndrome, maka
penulis
merumuskan
masalah
sebagai
berikut:
(1)
Bagaimanakah
penatalaksanaan neuro development treatment pada kasus down syndrome?;
(2) Apakah ada manfaat dari pemberian neuro development treatment kepada
anak down syndrome dalam meningkatkan kekuatan otot?; (3) Apakah ada
manfaat dari pemberian neuro development treatment kepada anak down
syndrome dalam meningkatkan kemampuan fungsional anak?
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah : (1) untuk mengetahui tata cara
penatalaksanaan neuro development treatment terhadap anak down syndrome;
(2) untuk mengetahui manfaat pemberian neuro develoment treatment
terhadap anak down syndrome dalam peningkatan kekuatan otot; (3) untuk
mengetahui manfaat pemberian neuro develoment treatment terhadap anak
down syndrome dalam peningkatan kemampuan fungsional.
2. METODE
Neuro development treatment, pertama kali dikenalkan dengan istilah
pendekatan bobath yang dikembangkan oleh berta bobath seorang fisioterapis,
dan dr. Karel Bobath di akhir tahun 1940-an, untuk memenuhi kebutuhan
orang-orang dengan gangguan gerak. Neuro development treatment dianggap
2
sebagai pendekatan management terapi yang komprehensif diarahkan ke
fungsi motor sehari-hari yang relevan. Neuro development treatment biasanya
dipakai untuk rehabilitasi pada bayi, cerebral palsy, down syndrome dan
gangguan perkembangan motorik lainnya (Hazmi, 2013).
Pendekatan neuro development treatment berfokus pada normalisasi
otot hypertone atau hypotone. Intervensi penanganan Neuro development
treatment adalah melatih keseimbangan, gerakan anak, dan sebagai fasilitasi
(Fadhil, 2013)
Neuro development treatment adalah pemecahan masalah untuk
penialaian dan pengobatan individu dengan gangguan fungsi, gerakan dan
kontrol postural karena lesi dari sistem saraf pusat (SSP) dan dapat diterapkan
untuk individu dari segala usia dan semua derajad kecactan fisik dan
fungsional (Raine, 2009).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Evaluasi Penelitian
3.1.1 Kekuatan Otot
Tabel 1 Evaluasi kekuatan otot region dekstra
Dekstra T0
T1
T2
T3
T4 T5
T6
Gerakan
Shoulder 4
4
4
4
Elbow
4
3
Wrist
3
3
Hip
3
3
3
Knee
3
3
Ankle
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
Flexor
Extensor
Abductor
Flexor
Extensor
Flexor
Extensor
Flexor
Extensor
Abductor
Flexor
Extensor
Flexor
Extensor
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
Pada tabel hasil evaluasi kekuatan otot diatas menunjukkan adanya
peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah yaitu pada regio hip
dekstra. Dimana terjadi peningkatan pada T5 dan T6 yang sebelumnya
memiliki nilai 3 menjadi nilai 4. Sedangkan evaluasi kekuatan otot pada
ektremitas atas tidak mengalami perubahan.
Tabel 2 Evaluasi kekuatan otot region sinistra
Sinistra
T0
T1
T2
T3
T4
4
4
4
4
4
Shoulder
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Elbow
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
Wrist
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Hip
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Knee
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Ankle
3
3
3
3
3
T5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
T6
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
Gerakan
Flexor
Extensor
Abductor
Flexor
Extensor
Flexor
Extensor
Flexor
Extensor
Abductor
Flexor
Extensor
Flexor
Extensor
Berdasarkan tabel hasil evaluasi kekuatan otot diatas menunjukkan
adanya peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah yaitu pada
regio hip sinistra. Dimana terjadi peningkatan pada T5 dan T6 yang
sebelumnya memiliki nilai 3 menjadi nilai 4. Sedangkan evaluasi kekuatan
otot pada ektremitas atas tidak mengalami perubahan.
3.1.2
Keterlambatan Tumbuh kembang
Pemeriksaan
yang
telah
dilakukan
menggunakan
DDST
menunjukkan adanya keterlambatan tumbuh kembang yang ditandai
dengan adanya beberapa delay pada beberapa sektor dibawah ini:
4
Tabel 3 Evaluasi DDST
Sektor
Personal social
Adaptif-Motorik halus
Bahasa
Motorik kasar
T0
8
4
11
12
T1
8
4
11
12
T2
8
4
11
12
T3
8
4
11
12
T4
8
4
11
12
T5
8
4
11
12
T6
8
4
11
12
Setelah diberikan terapi sebanyak 6 kali tidak menunjukan adanya
peningkatan. Pada sektor (1) personal sosial. Dari data tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa anak mengalami keterlambatan tumbuh kembang berupa
ABNORMAL, dikarenakan terdapat 2 delay atau lebih dalam 2 sektor atau
lebih.
3.2 Pembahasan
Pasien An. D usia 1 tahun 5 bulan dengan diagnosa down syndrome
yang memiliki masalah berupa penurunan kekuatan otot pada ekstremitas atas
dan ekstremitas bawah, serta adanya keterlambatan tumbuh kembang.
Dibawah ini merupakan pembahasan hasil evaluasi pada pasien setelah
diberikan intervensi neuro development treatment sebanyak 6 kali terapi.
Penjelasannya sebagai berikut :
3.2.1
Kekuatan otot
Problematika khas yang muncul pada anak down syndrome adalah
penurunan kekuatan otot. Kelemahan otot ini akan berakibat pada
keterlambatan perkembangan motorik.
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 menunjukkan tidak ada perubahan
yang bermakna terhadap kekuatan otot T0-T6. Tetapi untuk regio hip
dekstra dan sinistra pada T5-T6 terjadi peningkatan kekuatan otot.
Peningkatan yang terjadi merupakan hasil dari intervensi yang
telah dilakukakan berupa stimulasi dan fasilitasi yang memiliki tujuan
menormalisasi tonus postural. Hal tersebut sejalan dengan fungsi dari
Neuro development treatment berupa : (1) Stimulasi untuk memperkuat
dan meningkatkan tonus otot melalui propioseptif berupa taktil. Berguna
untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak
5
yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatic; (2) fasilitasi adalah
upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatic dan gerak motorik
yang mendekati gerak normal menggunakan teknik key point of control
yang bertujuan untuk memperbaiki tonus postural yang normal, untuk
mengembangkan dan memelihara tonus postural yang normal, untuk
mempermudah gerakan-gerakan yang disengaja ketika diperlukan dalam
aktifitas sehari-hari.
3.2.2
Keterlambatan Tumbuh Kembang
Anak dengan kondisi down syndrome seringkali mengalami
keterlambatan perkembangan motorik, seperti terlambat berdiri dan
berjalan. 73% dari anak-anak down syndrome baru mampu berdiri pada
usia 24 bulan dan 40% bisa berjalan pada usia 24 bulan (Miftah, 2013).
Seperti halnya yang terjadi pada An. D, pemeriksaan yang dilakukan pada
An. D menggunakan DDST menunjukkan adanya keterlambatan tumbuh
kembang.
Pada tabel 3.3 menunjukkan tidak adanya perubahan yang
bermakna pada tumbuh kembang anak yang diukur dengan DDST. Dari
T0-T6 jumlah delay pada pasien tidak ada penurunan hal tersebut
menunjukkan tidak adanya peningkatan tumbuh kembang pada pasien.
Menurut
Sulistyaningsih
Kembang Anak
dalam
bukunya
Deteksi
Tumbuh
manfaat DDST sendiri adalah untuk menilai tingkat
perkembangan anak sesuai dengan umurnya serta memastikan dan
memantau anak yang diduga
mengalami kelainan dalam masa
perkembangannya.
4. PENUTUP
Pasien An. D dengan diagnosa down syndrome, setelah dilakukan terapi
sebanyak 6 kali di YPAC Surakarta, dengan menggunakan intervensi berupa
neuro development treatment (NDT) untuk mengatasi permasalahan yang
timbul berupa kelemahan otot AGB dan keterlambatan tumbuh kembang
didapatkan hasil sebagai berikut : Peningkatan kekuatan otot anggota gerak
6
bawah, yang semula kekuatan otot memiliki nilai 3 pada terapi ke-5 nilainya
menjadi 4. Serta kemampuan fungsional anak tidak mengalami perubahan.
PERSANTUNAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah
memberikan kemudahan kepada saya dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini.
Dengan segala kerendahan hati karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada
orang tua saya dan keluarga besar saya, terimakasih untuk semua pengorbanan,
dukungan, dan doa. Untuk dosen pembimbing saya ibu Dwi Rosella Komalasari
yang telah sabar membimbing saya sampai titik akhir serta terimakasih untuk
seluruh dosen dan staf program studi Fisioterapi. Tidak lupa, ucapan terimakasih
untuk teman-teman mahasiswa Fisioterapi atas kesediaannya telah membantu
menjadi bagian pembuatan karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhil, Dhofirul. 2013. Kombinasi Neuro Developmental Treatment Dan Sensory
Integration Lebih Baik Daripada Hanya Neuro Developmental
Treatment Untuk Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anak Down
Syndrome. Tesis. Denpasar: Pasca Serjana, Universitas Udayana
Hazmi. 2013. Kombinasi Neuro Developmental Treatment dan sensory
Integration lebih baik daripada hanya kombinasi neuro Developmental
Treatment untuk meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anak Down
Syndrome Thesis. Denpasar: Uviversitas Udayana
Judarwanto, W. 2012. Down Syndrome: Deteksi Dini, Pencegahan Dan
Penatalaksanaannya. Clinic For Children Information Education
Network. Available from : URL: http://goo.gl/fWAKS
Raine. 2009. BobathConcept : Theory and Clinical Practice in Neurological
Rehabilitation. Blackwell Publishing Ltd. United Kingdom. Hal 3
Sulastowo. 2008. Down Syndrome: diakses tanggal
http://DownSyndrome _ HouseOfSulastowo.htm.
12/3/17.
Dari:
Sulistyowati, Ari. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Penerbit buku
Medika.
7
Download
Study collections