pendanaan berkelanjutan untuk konservasi perairan - KKJI

advertisement
PENDANAAN BERKELANJUTAN
UNTUK KONSERVASI PERAIRAN
Latar Belakang
Kawasan Konservasi Perairan atau KKP (Marine
Protected
Areas/MPA) merupakan salah satu
management tool bagi pengelolaan perikanan
berkelanjutan (sustainable fisheries management).
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk: (1)
mengembangkan KKP hingga mencapai luasan 20 juta
hektar pada tahun 2020; dan (2) Mengelola seluruh
KKP secara efektif (Effectively-managed MPAs).
Pengelolaan KKP yang efektif mensyaratkan antara lain
keberadaan pendanaan yang berkelanjutan (sustainable
financing), yaitu ketersediaan dana yang cukup, pasti
dan untuk jangka panjang bagi operasional,
pemeliharaan serta infrastruktur KKP.
Saat ini luasan KKP di Indonesia sudah mencapai 15,7
juta hektar. Kementerian Kehutanan mengelola 5,5 juta hektar, Kementerian Kelautan dan Perikanan 4,7 juta hektar dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/kota seluas 5,5 Juta hektar untuk 62 lokasi. Estimasi minimum biaya yang dibutuhkan untuk
mengelola wilayah tersebut adalah Rp.225 milyar per tahun. Identifikasi atas anggaran yang tersedia di APBN, APBD, dan
LSM pada tahun 2011 menunjukkan ketersediaan dana sebesar Rp.75 milyar per tahun. Selisih (gap) sebesar Rp.150 milyar
per tahun diperkirakan akan lebih besar ketika biaya pemeliharaan (misalnya, pelatihan SDM pengelola) dan biaya
infrastruktur (pembangunan fisik, sarana prasarana) diperhitungkan kedalamnya.
Jakarta Commitment
Keberadaan Jakarta
Commitment dilandasi
semangat dalam Paris
Declaration (2005) untuk
meningkatkan efektivitas
pemanfaatan dana bantuan,
dengan menyepakati
penggunaan sistem keuangan
pemerintah untuk menyalurkan
bantuannya apabila
memungkinan.
Semangat ini dikokohkan lebih
lanjut dengan Accra Agenda
(2008), yang mendorong
kepemimpinan pemerintah
dalam koordinasi dana serta
penggunaan sistem negara
untuk penyebarannya.
Regulasi dan aturan perundang-undangan saat ini telah memungkinkan partisipasi
dan kontribusi dari pemangku-kepentingan KKP seperti pihak swasta, lembaga
donor lokal dan asing. Sayangnya, kontribusi dan partisipasi pihak swasta masih
belum secara sistematis dan spesifik diarahkan pada tujuan pengelolaan KKP.
Program Community Development, CSR dan Program lainnya yang dilakukan
perusahaan belum merujuk pada Rencana Pengelolaan KKP. Demikian juga untuk
hibah dari luar negeri melalui lembaga donor multilateral dan bilateral serta LSMLSM yang mendapatkan hibah dari luar negeri. Masih diperlukan koordinasi dan
sinergi kegiatan yang lebih baik, agar sumber daya yang tersedia dapat diarahkan
pada program dan target yang sudah dirancang pemerintah.
Dana Perwalian Untuk Konservasi
Peraturan Presiden No. 80/2011 diterbitkan untuk mengatur tentang pembentukan
Dana Perwalian (Trust Fund/TF) oleh Kementerian/Lembaga sebagai financing
vehicle bagi pembiayaan pembangunan termasuk pengelolaan KKP. TF merupakan
bagian dari sistem keuangan pemerintah, dibentuk untuk mendanai kegiatan yang
merupakan prioritas dan mendukung capaian target pemerintah. Dengan demikian
TF sebagai instrumen pendanaan dirancang untuk menampung kontribusi dan
partisipasi pihak swasta, publik, hibah asing yang semuanya merupakan pelengkap
bagi pendanaan konservasi perairan yang dianggarkan oleh Kemenhut, KemenKP
dan pemerintah daerah.
TF yang diatur dalam Peraturan Presiden ini merupakan pengaturan pertama TF
oleh pemerintah sekaligus memberikan dasar hukum bagi pembentukan serta
pengelolaannya.
P E N D A N A A N
B E R K E L A N J U T A N
U N T U K
K O N S E R V A S I
P E R A I R A N
Beberapa aspek positif dari struktur serta desain TF ini adalah:

TF merupakan wujud pelaksanaan Jakarta Commitment, yang menunjukkan tekad Pemerintah Indonesia dalam
mengelola dan mengkoordinasikan dana hibah asing secara lebih efektif, leadership ada pada pemerintah, transparan
dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil akhir.

Penyaluran dan pemanfaatan Dana Perwalian akan diselaraskan dengan program dan kegiatan yang didanai oleh
anggaran Pemerintah. Penyelarasan ini dimungkinkan karena organ TF yaitu Majelis Wali Amanah sebagai
pemegang otoritas pengelolaan TF tertinggi diangkat oleh Menteri Teknis.

TF menjamin sinergi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh pendanaan dari berbagai
sumber, untuk melengkapi pendanaan Pemerintah karena keanggotaan Majelis Wali Amanah bukan hanya
didominasi oleh pihak pemerintah, melainkan bisa dari kementerian lain, LSM lokal dan internasional serta anggota
lainnya.

Mekanisme penyaluran, penentuan kegiatan, dan operasional yang didanai Dana Perwalian diputuskan dalam
mekanisme partisipatif berupa Majelis Wali Amanat, yang menjamin keterwakilan para pemangku kepentingan.

Mekanisme pengelolaan penerimaan dan pengeluaran Dana Perwalian didesain untuk fleksibel, yang
memungkinkan pengalokasian ke berbagai lokasi geografis, berbagai penerima (pemerintah lokal, LSM, perusahaan,
kementerian), dan berbagai jenis program selaras dengan arahan dari pihak pemberi dana (Donor).
Perkembangan Saat Ini
Kementerian Kelautan dan Perikanan mengantisipasi terwujudnya
pendanaan yang berkelanjutan bagi pengelolaan KKP di Indonesia
sebagai instrumen pelengkap pendanaan pemerintah. Melalui Surat
Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
KemenKKP bulan Maret tahun 2011 telah dibentuk Kelompok Kerja
(Pokja) dengan tugas utama merancang mekanisme serta insititusi
yang dapat mewujudkan Pendanaan Berkelanjutan bagi pengelolaan
KKP termasuk yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Pokja memiliki
keanggotaan lintas kementerian/lembaga seperti Kementerian
Keuangan, Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Bappenas, begitu pula
beberapa LSM serta pakar konservasi. Direktur KKJI sebagai ketua
Pokja telah mendorong beberapa output penting seperti:
1. Perhitungan secara rinci tentang biaya pengelolaan kawasan
konservasi yang diperlukan per tahunnya untuk level
minimum, moderat maupun ideal bagi pengelolaan MPA yang
ada di Indonesia saat ini.
2. Kajian terhadap Perpres No. 80/2011 tentang Dana Wali
Amanat serta peraturan-peraturan lain yang terkait
dengannya (lihat boks di kanan), yang dituangkan dalam
bentuk background paper.
3. Desain terperinci tentang kelembagaan dan kelengkapan tata
kerja TF, yang tercermin dalam rancangan Struktur
organisasi, Deskripsi Tugas pokok dan fungsi serta
Mekanisme kerja.
4. Rancangan Standard Operating Procedures atau Manual Kerja
untuk Majelis Wali Amanah (Ketua, Sekretaris, Anggota),
trustee
dan
sekretariat
pelaksana
harian
untuk
pengadministrasian Dana Wali Amanah, Penyaluran dana
berbasis pengajuan proposal kepada calon penerima hibah
termasuk
prosedur
persetujuan
dan
mekanisme
pertanggungjawabannya.
Peraturan-peraturan Terkait:
Peraturan Pemerintah No. 10/2011 tentang
hibah luar negeri, yang memberi keleluasaan
bagi Kementerian untuk mencari dan
menandatangani hibah luar negeri dengan
donor;
Peraturan Pemerintah No. 23/2005 tentang
Badan Layanan Umum (BLU), yang membuka
ruang untuk penggalangan dana dari pihak
swasta maupun publik, serta memampukan
pengelolaan penerimaan dan pengeluarannya
sendiri.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
61/2007 tentang Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD), yang memberikan BLU dengan
karakteristik yang sama, namun pada tingkatan
provinsi dan kabupaten/kota.
Undang-Undang No. 40/2007 tentang
Perseroan (Pasal 74) yang dikuatkan dengan
keputusan Mahkamah Konstitusi tahun 2009,
yang mewajibkan perusahaan di bidang ekstraksi
sumber daya alam untuk mengalokasikan dana
CSR dari keuntungan perusahaannya.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Kelompok Kerja Pendanaan Berkelanjutan
Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan (KKJI)
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta 10110
Telepon: (021) 351 3211 pswt. 6104
Fax : (021) 3522045
Email: [email protected]
P E N D A N A A N
B E R K E L A N J U T A N
U N T U K
K O N S E R V A S I
P E R A I R A N
Download