Dani Anwar: Pekerja Keras dengan Ekspresi

advertisement
Dani Anwar:
Pekerja Keras dengan Ekspresi Selektif
Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah
Meretas jalur dari sebuah perubahan politik yang tak terduga di tahun 1998,
Dani Anwar muncul sebagai salah satu orang muda yang menonjol. Terlibat dalam
pendirian sebuah partai politik baru bernama Partai Keadilan, jabatan pertama yang
diembannya adalah ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Keadilan Jakarta Pusat.
Kemudian menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI
Jakarta sejak tahun 1999, di tahun 2004 Dani terpilih sebagai ketua Komisi E
membidangi permasalahan pendidikan kesehatan, tenaga kerja dan pelatihan, pemuda
dan olah raga, kebudayaan, pemberdayaan masyarakat dan sosial-budaya serta
pemakaman.
Sejak kecil Dani adalah seorang anak yatim yang diasuh oleh ibunya sendiri
karena sang ayah meninggal dunia. Dengan kondisi ekonomi keluarga pas-pasan,
Dani Anwar menjalani masa kanak-kanak dan remajanya dengan bekerja keras
membantu ibunya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berjualan
makanan dan koran, dan berjualan mie pangsit sampai memberi les privat untuk
membiayai sekolah dan kuliahnya. Dilihat dari gambaran pengalaman hidupnya, sifat
pekerja keras dan disiplin merupakan sifat yang menonjol dari sosok Dani Anwar.
Apalagi setelah remaja dan menginjak dewasa ia juga aktif berorganisasi, di antaranya
di lembaga kerohanian Islam (Rohis) SMA, Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Pemuda
Muhammadiyah. Sifat pekerja keras dan disiplin ini rupanya juga ditangkap oleh
responden survei persepsi sosial (N=200).
Dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sangat religius, Dani berkembang
menjadi pribadi yang memegang teguh prinsip-prinsip agama. Lingkungan ini pula
yang mengenalkan Dani akan kesadaran berpolitik, mendorongnya untuk menempa
diri dalam organisasi kepemudaan dan politik. Kesan sebagai orang yang teguh
memegang prinsip ditangkap oleh responden survei persepsi sosial (N=200). Sebagai
kader dan tokoh partai seperti PKS, Dani diyakini oleh banyak orang memiliki prinsip
keislaman yang kuat dan teguh. Ia sangat taat kepada kode etik yang berlaku dan
selalu memenuhi kewajiban moralnya secara teliti dan hati-hati. Contoh lain, ia
menekankan kepatuhan pada partai, menekankan keinginannya untuk bekerja dengan
sebenar-benarnya tanpa korupsi.
Analisis kualitatif dan analisis konten menunjukkan bahwa Dani memiliki
tingkat aspirasi yang tinggi. Dalam memandang permasalahan Jakarta, ia menyatakan
dengan tegas solusi yang ia berikan. Secara khas, ia menyatakan solusinya tersebut
sebagai ”obsesi saya.” Aspirasi tinggi dengan kemauan yang kuat terkesan ketika ia
berperan sebagai ketua Komisi E di DPRD Jakarta yang memutuskan sekolah dasar
gratis di Jakarta. Ia berani menunjukkan kekesalannya dalam rapat pimpinan DPRD
Jakarta secara keras dengan memaki mereka.
Ia memang sangat lugas dalam
berbicara, tidak ragu untuk menyatakan sesuatu dengan keras. Hal ini juga
menunjukkan kecenderungannya yang dominan dalam mengungkapkan pendapat.
Cara bicaranya yang lugas ini mengesankan dirinya sebagai sosok yang sesuai
dengan stereotipe orang Betawi. Namun, secara emosional terkesan Dani sebagai
orang yang kurang hangat dan kaku. Observasi terhadap rekaman audio visual
menunjukkan sikap yang kurang ramah, senyum yang sedikit sekali dilepaskan,
dengan sikap menjaga jarak hingga membuat orang lain canggung. Ia juga tampil
datar tanpa emosi ketika menceritakan riwayat masa lalu dan remajanya. Baru ketika
bicara tentang masalah-masalah Jakarta, Dani terkesan mulai menampilkan emosi
yang meningkat. Hal ini sedikit berbeda dengan hasil survei persepsi sosial (N=200)
yang menunjukkan bahwa responden menilai Dani sebagai orang yang cukup hangat,
senang di tengah orang banyak, suka keramaian, dan ceria. Agaknya perbedaan hasil
observasi dan hasil survei menunjukkan interpretasi yang penting, bahwa Dani
tergolong orang dengan self-monitoring tinggi. Ia mampu mengatur tingkah lakunya
berdasarkan situasi eksternal dan reaksi orang lain. Saat berhadapan dengan
masyarakat banyak, Dani dapat memberikan banyak senyum dan menjadi ramah,
namun saat menghadapi wawancara wartawan ia bersikap serius dan fokus.
Kecenderungan high self-monitoring ini memang mutlak dimiliki oleh seorang
politisi.
Kecakapannya sebagai politisi diakui oleh teman-teman dekatnya. Mereka
menilai Dani sebagai orang yang vokal memperjuangkan pendidikan gratis di DPRD
DKI. Survei persepsi sosial di lima wilayah DKI Jakarta (N=200) menunjukkan
bahwa responden menilai ada sifat cakap menyelesaikan masalah dan hati-hati pada
diri Dani Anwar.
Aspek Kognitif:
Belief (kepercayaan), Kompleksitas Pikiran dan Pola Penalaran
Dari analisis kualitatif dan analisis isi, dapat dikenali adanya kepercayaan
dalam diri Dani bahwa kehidupan politik merupakan ajang terjadinya konflik. Agar
tidak terjadi konflik berkepanjangan, perlu ada kontrol yang ketat terhadap para
pelaku politik. Begitu juga dalam kehidupan bermasyarakat lebih luas, Dani percaya
pengaturan dan penataan yang lebih ketat. Bagi orang seperti Dani, supaya segala
sesuatunya berjalan lancar dan tertib, konsistensi aturan perlu terus dijaga.
Berbagai uraian Dani Anwar tentang permasalahan Jakarta dan programprogram yang ia ingin jalankan menunjukkan adanya kompleksitas pikiran yang
cukup tinggi dalam struktur kognitifnya. Ia mampu melihat satu persoalan dari
berbagai
sudut
pandang
(diferensiasi).
Sebagai
contoh,
ketika
membahas
permasalahan Jakarta, ia mampu melihatnya dari aspek tata ruang, kemacetan, tenaga
kerja usia produktif, dan investasi. Namun ia cenderung menggunakan satu kerangka
pikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Dani adalah tipe orang yang secara kuat
berpegang pada satu prinsip yang dianggapnya benar. Langkah-langkahnya pasti akan
disesuaikan dengan kerangka pikirnya.
Dari
penalaran
penjelasan-penjelasan yang dikemukakan Dani, dapat dikenali pola
yang
berstruktur
linear.
Ini
sejalan
dengan
kecenderungannya
menggunakan satu kerangka pikir yang baginya sudah jelas dan benar. Pola penalaran
itu juga disertai dengan kemampuan analisis yang baik. Dani mampu menganalisis
masalah secara runut dan teliti. Langkah perlangkah ia tekuni hingga sampai kepada
penyelesaian masalah.
Motif Sosial
Dani memiliki motif sosial untuk berkuasa. Hal ini tampil pada
kecenderungannya mempelopori organisasi atau kegiatan. Dani mendirikan Forum
Komunikasi Remaja Masjid Tanah Abang (F-Koremta), aktif di LPPTKI-BKPRMI
Jakarta Pusat, sebuah lembaga yang berjuang untuk pemberantasan buta huruf AlQuran, dan mendirikan Yayasan Ihsanul Amal yang bergerak di bidang sosial dan
pendidikan. Dengan minat utamanya pada masalah pendidikan, motif sosialnya untuk
berkuasa berjalin erat. Ia mengambil jurusan pendidikan ketika kuliah dan mengajar
les privat sebagai profesi sebelum menjadi politisi. Keaktifannya dalam beragam
organisasi semenjak remaja juga mengembangkan motifnya untuk berkuasa.
Dalam hal prestasi, Dani tidak terlalu mementingkan hal tersebut. Ia pernah
menempuh kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Jakarta) namun
tidak menyelesaikan skripsinya dengan alasan ketidakcocokan dengan pembimbing
skripsi. Namun, kekecewaan tersebut kemudian menjadi ‘bahan bakar’ motivasi atau
tekadnya untuk membuktikan ia bisa sukses meski tanpa selembar ijasah sarjana. Itu
pula yang ia buktikan lewat pencapaian menjadi politisi PKS yang mengantarnya
menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dan sekarang menjadi calon wakil gubernur.
Kepribadian dan Kepemimpinan Dani Anwar
Sifat-sifat kepribadian Dani mendukungnya untuk menjadi orang nomor dua
yang aktif memberikan masukan dan pertimbangan kepada atasan. Ia adalah tipe
pekerja keras yang suka menangani langsung suatu masalah, punya kemauan kuat
yang akan memberikan warna dalam kepemimpinan pemerintah daerah kelak.
Dalam pengambilan keputusan, Dani tergolong tegas. Ia dapat membuat
keputusan dalam waktu cepat. Ia juga tipe orang yang mampu dengan cepat membuat
prioritas. Dengan berpegang kepada prinsip yang ia yakini, berbagai masalah yang ia
hadapi dengan dapat dianalisis dan dicarikan solusinya.
Pembawaan Dani terkesan serius. Emosinya datar dan jarang tersenyum lepas.
Selama wawancara, baru menjelang menit ke-38 tampil peningkatan emosi dalam
nada bicara naik dan ekspresi wajah yang mengerutkan dahi. Ia selalu memikirkan
secara matang apa yang akan ia lakukan dan itu dapat ia lakukan dalam waktu cepat.
Di satu sisi, ia disegani karena suka bekerja keras, dapat diandalkan, dan berorientasi
kepada penyelesaian masalah. Di sisi lain, ia kurang bisa menggugah dan menarik
perhatian orang lain karena penampilannya yang serius dan dingin. Dani adalah tipe
pemimpin bertangan dingin sekaligus berpenampilan dingin.***
Tabel Aspek Kepribadian yang Menonjol, Kekuatan dan Kelemahan Dani
Anwar Sebagai Pemimpin
Aspek yang Menonjol
Suka bekerja keras dan
dapat diandalkan
Kemampuan analitis
Teguh pada prinsip
Pola penalaran linear
Kebutuhan berkuasa
Kekuatan
Bisa menerima berbagai
macam tugas tanpa terlalu
diganggu oleh rasa suka-tidak
suka
Mampu menganalisis masalah
secara cepat, serta membuat
keputusan yang tegas dan cepat
pula
Setia dan taat kepada prinsipprinsip yang dianggap benar;
mampu bertahan dari berbagai
godaan
Berpikir koheren, jelas dan
tertib; fokus pada masalah dan
mampu membuat prioritas
Mampu mengontrol emosi
demi mencapai tujuan yang
ingin dicapai; mampu
mengontrol dan menggerakkan
bawahan
Penampilan yang serius Memberi kesan mampu bekerja
kepada orang lain; bersungguhsungguh dan bisa bekerja
secara efektif
Kelemahan
Cenderung menangani tugas
sendirian dan bisa sulit
mendelegasikan tugas
Kurang melibatkan beragam
sudut pandang dalam membuat
keputusan dan menyelesaikan
masalah; terlalu ketat dalam
berpikir
Cenderung konservatif dan
konvensional; tidak suka
melakukan perubahan dalam
waktu cepat
Kurang berorientasi ke masa
depan yang jauh, cenderung
menangani masalah secara
reaktif
Tidak terlalu
mempertimbangkan aspek
emosional; kurang menjaga
hubungan interpersonal yang
hangat
Memberi kesan dingin dan
membuat orang lain sungkan
untuk mendekat
Download