BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejalan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pendirian Pabrik
Sejalan dengan laju perkembangan industri yang semakin besar,
Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara lain dalam bidang
industri. Perkembangan industri di Indonesia sangat berpengaruh pada
ketahanan ekonomi Indonesia yang akan menghadapi banyak persaingan di
pasar bebas nanti. Sektor industri kimia, sebagai tulang punggung
perekonomian negara, banyak memegang peranan dalam memajukan
perindustrian di Indonesia. Inovasi proses produksi maupun pembangunan
pabrik baru yang berorientasi pada pengurangan ketergantungan terhadap
produk impor maupun untuk menambah devisa negara sangat diperlukan,
salah satunya dengan pembangunan pabrik acrylonitrile.
Acrylonitrile (C3H3N) adalah senyawa kimia tak jenuh berikatan
rangkap karbon-karbon yang berkonjugasi dengan golongan nitril (Kirk &
Othmer, 1991). Acrylonitrile yang sering juga disebut sebagai acrylic acid
nitrile, propylene nitrile, vinyl cyanide, dan propenoic acid nitrile,
merupakan cairan jernih, tidak berwarna, dan larut dalam berbagai pelarut
organik, seperti etanol, aseton, etil asetat, karbon tetraklorida, dan benzene,
namun hanya larut sebagian dalam air. Acrylonitrile mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam menunjang pembangunan di sektor industri, yaitu
sebagai bahan kimia antara (intermediate) dalam pembuatan polimer seperti
acrylic
fibers,
termoplastik
(Acrylonitrile/Butadiene/Styrene
dan
Styrene/Acrylonitrile), karet sintetik, dan juga adiponitrile (Dimian dan
Bildea, 2008).
Hingga saat ini acrylonitrile masih diimpor dari Jepang, Singapura, dan
Amerika.
Dengan
didirikannya
pabrik
acrylonitrile
di
Indonesia,
kemungkinan impor dapat dikurangi. Bahkan apabila produksi sudah
melebihi kebutuhan dalam negeri, acrylonitrile dapat menjadi produk ekspor.
Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri di Indonesia, maka
diperkirakan permintaan bahan baku acrylonitrile pada tahun-tahun
mendatang juga akan meningkat. Selain pertimbangan tersebut, pendirian
pabrik ini juga didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1.
Dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2.
Dapat menambah devisa negara dengan mengekspor hasil produksi
acrylonitrile ke luar negeri.
3.
Mengurangi ketergantungan impor acrylonitrile.
4.
Membuka lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitar wilayah
industri yang akan didirikan, yang berarti dapat mengurangi jumlah
pengangguran.
5.
Mendukung berkembangnya pabrik kimia lain yang menggunakan
acrylonitrile sebagai bahan baku.
6.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia lewat alih
teknologi.
Dari berbagai pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendirian
pabrik acrylonitrile di Indonesia sangat diperlukan.
1.2
Kapasitas Rancangan
Dalam pemilihan kapasitas pabrik
acrylonitrile ada beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan yaitu :
1.
Kebutuhan acrylonitrile
2.
Ketersediaan bahan baku
3.
Kapasitas pabrik yang sudah berdiri
1.2.1 Kebutuhan Dalam Negeri
Kebutuhan acrylonitrile di Indonesia hampir setiap tahun mengalami
peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2009 – 2015, perkembangan jumlah impor acrylonitrile
Indonesia sejak tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Data Impor Acrylonitrile di Indonesia (Badan Pusat Statistik,
2009-2015)
Tahun
Impor (Ton/tahun)
2009
6.412,17
2010
6.252,18
2011
8.947,24
2012
7.572,12
2013
7.596,29
2014
7.188,11
2015
6.775,99
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat grafik Data Impor Acrylonitrile
di Indonesia sesuai pada gambar 1.1 dibawah ini
Jumlah Impor Acrylonitrile
Jumlah (Ton/tahun)
10,000.00
y = 57,58x - 108611,14
8,000.00
6,000.00
4,000.00
2,000.00
0.00
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun
Gambar 1.1. Grafik Data Impor Acrylonitrile di Indonesia
Dari Gambar 1.1, diperoleh suatu persamaan regresi linier untuk
mengetahui kebutuhan acrylonitrile pada tahun 2020 :
y = 57,58x – 108.611,14
y = (57,58 x 2020) – 108.611,14
y = 7.700 ton/tahun
1.2.2 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku ethylene cyanohydrine yang dibutuhkan dalam proses
pembuatan acrylonitrile sebesar 85.236,27 ton/tahun diperoleh dari Shanghai
Bangcheng Chemical Co., Ltd. yang berkapasitas 200.000 ton/tahun yang
berada di China. Sehingga kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi.
1.2.3 Kebutuhan Luar Negeri
Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pabrik acrylonitrile
yang akan didirikan ini juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan luar
negeri. Kebutuhan acrylonitrile di beberapa Negara Asia terlihat pada Tabel
1.2.
Tabel 1.2. Kebutuhan Acrylonitrile di Beberapa Negara Asia (UN Data,
2014)
Negara
Kebutuhan Impor Acrylonitrile (Ton/Tahun)
2010
2011
2012
2013
2014
Korea Selatan
84.783
87.084
113.472
100.031
90.357
Malaysia
58.207
80.899
69.395
87.999
96.884
Total
142.990
167.983
182.867
188.030
187.241
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat grafik data impor acrylonitrile
di Indonesia sesuai pada gambar 1.2 dibawah ini
Jumlah Impor (ton/tahun)
Jumlah Impor Acrylonitrile di Korea Selatan
dan Malaysia
250,000
y = 10.855x - 21.666.237
200,000
150,000
100,000
50,000
0
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Gambar 1.2. Grafik Data Impor Acrylonitrile di Korea Selatan dan Malaysia
(ICIS, 2010-2014)
Diperkirakan pada tahun 2020, kebutuhan acrylonitrile di tiga negara
tersebut adalah
y = 10.855 x – 21.666.237
y = (10.855 x 2020) – 21.666.237
y = 260.863 ton/tahun
Dengan perkiraan tersebut jumlah impor ketiga negara tersebut pada
tahun 2020 akan mencapai 260.863 ton/tahun.
1.2.4 Kapasitas Rancangan Minimum
Dari Encyclopedia of Chemical Processing and Design Mc Ketta 1954,
diperoleh data bahwa kapasitas minimum yang masih dapat memberikan
keuntungan apabila mendirikan pabrik acrylonitrile adalah 5.000 ton/tahun.
Kapasitas pabrik yang akan didirikan harus berada diatas kapasitas
minimal atau sama dengan kapasitas pabrik yang sedang berjalan. Data pabrik
penghasil acrylonitrile di dunia dapat dilihat pada tabel 1.3 dibawah ini
Tabel 1.3. Data Pabrik Penghasil Acrylonitrile di Dunia (ICIS, 2015)
Pabrik
Lokasi
Kapasitas
(ton/tahun)
Anqing Petrochemical
Anqing, China
80.000
Asahi Kasei
Kawasaki, Japan
150.000
Mizushima, Japan
350.000
Ascend Performance Materials
Alvin, Texas
500.000
Arpechim
Pitesti, Romania
52.000
Development
Ta-Sheh, Taiwan
190.000
Cornerstone Chemical
Fortier, Louisiana, US
227.250
Daqing Refining and Chemical
Daqing, China
80.000
Dia-NitriX
Mizushima, Japan
115.000
Otake, Japan
90.000
DSM
Geleen, Netherlands
260.000
DuPont
Beaumont, Texas, US
185.000
Formosa Plastics
Mailiao, Taiwan
280.000
Fushun Petrochemical
Fushun, China
90.000
INEOS
Cologne, Germany
300.000
Seal Sands, UK
280.000
Green Lake, Texas
545.000
Lima, Ohio
190.000
Jihua Group
Jilin City, China
250.000
Lukoil Neftochim
Burgas, Bulgaria
28.000
Pemex Petrochemical
Tula, Mexico
65.000
Petkim
Aliaga, Turkey
92.000
Lanzhou, China
35.000
Polymir
Novopolotsk, Belarus
72.000
Qilu Petrochemical
Zibo, China
40.000
China Petrochemical
PetroChina Lanzhou
Petrochemical
Tabel 1.3. Data Pabrik Penghasil Acrylonitrile di Dunia (ICIS,2015)
(Lanjutan)
Pabrik
Lokasi
Kapasitas
(ton/tahun)
Reliancesa Industries
Baroda, India
42.000
Repsol Chemicals
Tarragona, Spain
125.000
Saratovorgsintez
Saratov, Russia
150.000
Sasol Chemical Industries
Secunda, South Africa
75.000
Shanghai Petrocemical
Jinshan, China
130.000
Shanghai Secco Petrochemical
Caojing, China
260.000
Showa Denko
Kawasaki, Japan
60.000
Pudong, China
8.000
Sinopec Shanghai Gaoqiao
Petrochemical
Solutia
Alvin, Texas, US
500.000
Sumitomo Chemical
Niihama, Japan
60.000
Dari Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kapasitas produksi minimal
pabrik acrylonitrile di dunia adalah sebesar 8.000 ton/tahun.
Neraca distribusi produk
M1
M2
M3
Distribusi Produk
M4
M5
Keterangan:
M1
: Kebutuhan impor Indonesia
M2
: Kapasitas pabrik yang sudah ada di Indonesia
M3
: Kapasitas pabrik yang akan dibangun
M4
: Kebutuhan ekspor negara lain
M5
: Konsumsi dalam negeri
Gambar 1.3. Distribusi Produk Untuk Penentuan Kapasitas

M1
Karena kebutuhan impor Indonesia pada tahun 2020 akan disuplai oleh
pabrik baru yang akan dibuat, maka nilai M1 adalah 0.

M2
Karena pabrik acrylonitrile belum ada di Indonesia, maka nilai M2 yang
merupakan kapasitas produksi pabrik yang sudah ada bernilai 0.

M3
M3 adalah kapasitas produksi pabrik yang akan dibangun, maka nilai M3
adalah yang dicari.

M4
Hasil produksi pabrik acrylonitrile yang akan dibangun tidak hanya
memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga diekspor ke beberapa negara
tetangga yaitu Malaysia dan Korea Selatan. Pabrik acrylonitrile ini
dirancang dan didesain untuk memenuhi 20% dari kebutuhan acrylonitrile
di 2 negara tersebut.

M5
Jumlah konsumsi acrylonitrile dalam negeri adalah jumlah impor
acrylonitrile pada tahun 2020
Neraca massa pertumbuhan produk
M1 + M2 + M3 = M4 + M5
M3 = M4 + M5 – M1 – M2
= ((20% . 260.863) + 7.700 – 0 – 0 ) ton/tahun
= (52.172 + 7.700) ton/tahun
= 59.873 ton/tahun.
Maka kapasitas pabrik yang akan dibuat adalah 60.000 ton/tahun.
Di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksi acrylonitrile,
sedangkan prediksi kebutuhan impor Indonesia terhadap acrylonitrile pada
tahun 2020 sebesar 7.700 ton/tahun sehingga dengan kapasitas pabrik 60.000
ton/tahun, Indonesia sudah tidak perlu impor lagi, dan sisa produksi di ekspor
ke Korea Selatan Selatan dan Malaysia.
Dari gambar 1.2 dapat diketahui bahwa perkiraan jumlah impor
acrylonitrile pada kedua negara tersebut pada tahun 2020 akan mencapai
260.863 ton/tahun, maka pabrik acrylonitrile yang akan dibangun ini akan
memenuhi sekitar 20% dari kebutuhan impor kedua negara tersebut.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan kapasitas
prarancangan pabrik acrylonitrile yang akan didirikan pada tahun 2020
sebesar 60.000 ton/tahun dengan alasan sebagai berikut :
1.
Kapasitas produksi minimal pabrik acrylonitrile sebesar 8.000
ton/tahun.
2.
Dapat memenuhi kebutuhan acrylonitrile dalam negeri sehingga
mengurangi ketergantungan impor acrylonitrile.
3.
Dapat mendorong berdirinya industri-industri lain yang menggunakan
acrylonitrile sebagai bahan baku.
4.
Apabila terpenuhi kebutuhan dalam negeri, sisa produk dapat diekspor
sehingga menambah devisa negara.
1.3. Pemilihan Lokasi Pabrik
Pabrik acrylonitrile ini direncanakan didirikan di Cilegon, Banten. Peta
lokasi pabrik dapat dilihat pada Gambar 1.4. (Google Maps, 2015)
Gambar 1.4. Peta Lokasi Pabrik Acrylonitrile
Daerah ini dipilih sebagai lokasi berdirinya pabrik tersebut atas dasar
pertimbangan sebagai berikut :
1.
Ketersediaan bahan baku
Bahan baku utama ethylene cyanohydrine diperoleh dari
Shanghai Bangcheng Chemical Co., Ltd. yang berkapasitas 200.000
ton/tahun berada di China sehingga dipilih lokasi yang dekat dengan
pelabuhan untuk mempermudah penyediaannya.
2.
Pemasaran produk
Daerah Cilegon merupakan daerah yang tepat untuk daerah
pemasaran karena banyaknya industri kimia yang menggunakan bahan
baku acrylonitrile diantaranya :
a.
Industri Acrylonitrile-Butadiene-Styrene (ABS) dan Styrene
Acrylonitrile (SAN) yang diproduksi PT Arbe Styrindo
Indonesia, dan juga PT Torai Internasional Indonesia.
b.
Industri Acrylonitrile-Butadiene-Styrene (ABS) yang diproduksi
PT ABS Industri Indonesia
3.
Ketersediaan air
Hal lain yang mendukung pemilihan lokasi pabrik di daerah
Cilegon ini adalah dekatnya sumber air. Untuk kebutuhan air pendingin
dan pemadam kebakaran diperoleh dari Selat Sunda, sedangkan untuk
kebutuhan air konsumsi umum dan sanitasi diperoleh dari PT Krakatau
Tirta Industri (PT KTI) yang berkapasitas sebesar 57.024.000 ton/tahun
(kti.ac.id). Kedua sumber air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan
utama pekerja dan operasional pabrik.
4.
Fasilitas transportasi
Transportasi sangat penting bagi suatu industri. Di Daerah
Cilegon tersedia sarana transportasi yang cukup memadai, baik darat
maupun laut untuk keperluan transportasi impor-ekspor sehingga
memudahkan pengangkutan bahan baku, bahan pembantu, dan produk.
1.4. Tinjauan Pustaka
1.4.1 Macam-macam Proses Pembuatan Acrylonitrile
Dalam pembuatan acrylonitrile, terdapat beberapa macam proses yang
dapat digunakan. Untuk menentukan pemilihan proses yang tepat, maka perlu
diketahui beberapa macam proses pembuatan acrylonitrile (Faith Keyes,
1957) :
1.
Proses Dehidrasi Ethylene Cyanohydrine
Proses yang terjadi adalah dehidrasi dengan reaksi sebagai berikut :
HOCH2CH2C≡N
Ethylene cyanohydrine
CH2=CHC≡N + H2O
Yield 90%
Acrylonitrile
(I-1)
Air
Pada proses ini, reaksi dijalankan dalam fase cair atau gas pada tekanan
atmosferis dan suhu 250 – 350oC dengan bantuan katalis alumina.
Produk keluaran reaktor dikondensasikan dan kemudian dialirkan ke
dekanter dimana campuran cairan yang terdiri dari ethylene
cyanohydrine, acrylonitrile, dan air terpisah menjadi dua layer.
Masing-masing layer tersebut akan dimurnikan di menara distilasi.
Hasil atas menara distilasi berupa acrylonitrile dengan kemurnian 99%.
Sedangkan hasil bawahnya dimasukkan ke dalam vaporizer untuk
didapatkan ethylene cyanohydrine dengan kemurnian 97% akan di
recycle untuk diproses kembali.
2.
Proses Acetylene
Reaksi yang terjadi adalah :
HC≡CH
+
HCN
CH2=CHC≡N
Acetylene
Hydrogen Cyanide
(I.2)
Acrylonitrile
Proses ini berlangsung pada suhu 70oC dan tekanan atmosferis dalam
fase gas dengan menggunakan bantuan katalis cuprous chloride
(CuCl2). Yield yang diperoleh sebesar 80% terhadap acetylene dan 90%
- 95% terhadap hydrogen cyanide. Hasil gas keluaran reaktor
mengandung acrylonitrile, acetylene yang tidak bereaksi, 1 – 3% HCN,
dan sejumlah kecil berbagai macam produk samping seperti
acetaldehyde, vinyl acetylene, divinyl acetylene, lactonitrile (dari
acetaldehyde dan HCN), vinyl chloride, cyanobutadiene, dan
chloroprene. Gas-gas ini dikontakkan dengan air dalam scrubber untuk
memisahkan acrylonitrile, hydrocyanide acid, dan beberapa produk
samping. Gas-gas yang telah dikontakkan kemudian direcycle ke
reaktor, sedangkan air yang mengandung 1,5% acrylonitrile didistilasi
dengan bantuan steam untuk menghasilkan acrylonitrile 80%. Crude
acrylonitrile ini difraksinasi secara bertingkat untuk menghasilkan
acrylontrile 99%.
3. Proses Propylene Ammoxidation
Proses ini dikomersialkan oleh Sohio Company (BP Chemical) dan
disebut dengan proses Propylene Ammoxidation. Bahan baku berupa
propena, amoniak, dan udara diumpankan dengan rasio mol 1:1,2:10 ke
dalam sebuah reaktor fluid-bed. Reaktor beroperasi pada suhu 400500oC dan tekanan 5-30 psig dengan waktu tinggal selama 10 detik atau
kurang. Konversi propena yang tinggi diperoleh secara single pass
sehingga tidak dibutuhkan recycle. Reaksi utama yang terjadi adalah:
CH2 = CHCH3 + NH3 + 3/2O2
Propylene
Amoniak
Oksigen
CH2 = CHC≡N + 3H2O
Acrylonitrile
Air
Perbandingan Proses pembuatan acrylonitrile dengan proses Dehidrasi
Ethylene Cyanohydrine dan proses Acetylene dapat dilihat dari tabel 1.4
dibawah ini
Tabel 1.4. Perbandingan Proses Dehidrasi Ethylene Cyanohydrine dan Proses
Acetylene dan Propylene Ammoxidation
Proses Dehidrasi
Parameter
Ethylene
Proses
Proses Acetylene
Cyanohydrine
Propylene
Ammoxidation
Kondisi
T : 250 – 350oC
T : 70oC
T : 400-500oC
Operasi
P : atmosferis
P : atmosferis
P : 5-30 psig
Yield
90%
80%
77%
Produk
Tidak ada
Ada (acetaldehyde,
Ada (HCN,
vinyl acetylene,
Acetonitrile,
divinyl acetylene,
Acroleine,
lactonitrile)
Succinic Nitrile,
samping
dan uap air)
Proses
Sederhana
pemurnian
Lebih rumit karena
Lebih rumit
banyaknya produk
karena
samping
banyaknya
produk samping
Dengan melihat perbandingan kedua proses diatas, maka pada prarancangan
pabrik acrylonitrile ini dipilih proses dehidrasi Ethylene Cyanohydrine karena
proses dan pemurniannya lebih sederhana serta menghasilkan yield yang cukup
tinggi.
1.4.2. Kegunaan Produk
Kegunaan acrylonitrile secara umum adalah (Kirk dan Othmer, 1991):
1.
Bahan untuk membuat Acrylic Fiber
Acrylic Fiber adalah salah satu produk turunan dari acrylonitrile. Serat
ini banyak digunakan oleh pabrik-pabrik tekstil sebagai bahan baku
pembuatan karpet, sweater, dan baju olahraga.
2.
Bahan untuk membuat Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) dan
Styrene Acrylonitrile (SAN)
ABS mengandung 25% acrylonitrile dan SAN mengandung 30%
acrylonitrile. ABS dan SAN biasa digunakan untuk bahan konstruksi
otomotif, mesin, dan alat-alat rumah tangga.
3.
Bahan untuk membuat Nitrile Rubber
Nitrile rubber digunakan untuk gasket dan bahan campuran PVC.
4.
Bahan untuk membuat adiponitrile yang digunakan untuk intermediet
pembuatan nilon.
1.4.3
Sifat-sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk
1.4.3.1 Sifat-sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku
Ethylene cyanohydrine
1.
Sifat fisis (Kirk & Othmer, 1993 ; Yaws,1999)
Struktur molekul
:
Rumus molekul
: C3H5NO
Berat molekul
: 71,08 gram/mol
Titik didih normal
: 228oC
Titik beku, 1 atm
: -46,2oC
Berat jenis, 20oC
: 1,059 kg/L
Kelarutan
: Dapat larut dalam air, acetone, metil
etil keton, etanol, dan tidak larut
dalam benzene, carbon dissulfite,
dan carbon tetra chloride
2.
Viskositas, 25oC
: 0,56 cp
Kelarutan dalam air, 20oC
: 10 g/100 mL
Temperatur kritis
: 417oC
Tekanan kritis
: 48,9 bar
ΔHof
: -98.300 J/mol
ΔGof
: -35.400 J/mol
Sifat kimia (Material Safety Data Sheet, 2012)
a.
Hidrolisis Ethylene cyanohydrine membentuk asam akrilat (Kirk
dan Othmer, 1993)
b.
Bukan merupakan senyawa korosif
c.
Bahaya yang ditimbulkan berupa iritasi mata dan kulit
1.4.3.2 Sifat-sifat Fisis dan Kimia Bahan Pembantu
Alumina
1.
Sifat Fisis (Perry, 1997 ; Kirk dan Othmer,1991)
Rumus molekul
: Al2O3
Berat molekul
: 101,94 gr/gmol
Berat jenis, 20oC
: 3950 kg/m3
Specific gravity
: 3,99
Titik leleh, 1 atm
: 1999 – 2032 oC
Titik didih normal
: 2210 oC
Suhu kritis
: 5062oC
Tekanan kritis
: 1953 bar
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin : Tidak larut
Kelarutan dalam 100 bagian air panas
: Tidak larut
2. Sifat kimia
a.
Terurai menjadi γ aluminium oksida pada suhu sekitar 725 K
b.
Terurai menjadi alpha, theta, delta aluminium oxide pada suhu
575-625 K
1.4.3.3 Sifat-sifat Fisis dan Kimia Produk
Acrylonitrile
1. Sifat fisis (Kirk dan Othmer 1991 ; Yaws,1999)
Struktur molekul
:
Rumus molekul
: C3H3N
Berat molekul
: 53,06 g/gmol
Titik didih normal
: 77,3oC
Titik beku, 1 atm
: -83,5oC
Berat jenis, 20oC
: 0,806 g/cm3
Kelarutan dalam air, 20oC
: 7,3 %wt
Temperatur kritis
: 246oC
Tekanan kritis
: 3,54 Mpa
Viskositas, 25oC
: 0,34 cp
ΔHof
: 180.600 J/mol
ΔGof
: 191.100 J/mol
2. Sifat kimia (Kirk dan Othmer,1991)
a.
Hidrasi dengan asam sulfat menjadi acrylamide sulfat dan dapat
berubah menjadi acrylamide dengan netralisasi basa.
b.
Hidrolisis parsial, acrylonitrile diubah menjadi acrylamide
dengan menggunakan katalis copper
c.
Hidrogenasi dengan menggunakan katalis metal menghasilkan
propionitrile dan propylamine
d.
Hidrodimerisasi menghasilkan adiponitrile
1.4.4 Tinjauan Proses Secara Umum
Pada prarancangan pabrik ini, dipilih pembuatan acrylonitrile dengan
proses dehidrasi ethylene cyanohydrine dalam fase gas. Bahan baku
yang sebelumya telah diberikan perlakuan awal dan disesuaikan kondisi
operasinya dialirkan ke dalam reaktor. Reaksi yang terjadi adalah
C3H5NO (g)
C3H3N (g) + H2O (g)
(I.3)
Reaksi dehidrasi ini berlangsung pada suhu 250 – 350oC dan
tekanan sedikit diatas tekanan atmosferis dalam reaktor fixed bed multitube,
dengan bantuan katalis alumina. Gas hasil reaksi dikondensasikan dan
dipisahkan dalam decanter untuk dipisahkan berdasarkan beda kelarutan,
fase atas dari dekanter dialirkan menuju menara distilasi 1 untuk dimurnikan
sehingga didapatkan acrylonitrile 99%, sedangkan fase bawah dari dekanter
dialirkan menuju menara distilasi 2 untuk dimurnikan sehingga didapatkan
acrylonitrile 99%, hasil bawah Menara Distilasi 2 dialirkan menuju
vaporizer untuk mendapatkan hasil bawah cairan dengan kandungan seperti
bahan baku, yaitu ethylene cyanohydrine 97% yang kemudian di recycle
kembali ke Tee-01 bercampur dengan bahan baku.
Download