kesimpulan

advertisement
127
BAB IV
KESIMPULAN
Tetralogi Twilight karya Stephenie Meyer dapat dikatakan telah
menawarkan pergeseran nilai-nilai vampir sebagai upaya rekonstruksi vampir
yang mengalami de-stagnansi. Upaya rekonstruksi di sini adalah upaya
merekonstruksi nilai yang sudah melekat dalam pengetahuan sosial secara umum
melalui kesadaran subjektif yang berada dalam situasi marjinal. Seperti yang
diketahui bahwa vampir adalah fakta sosial yang tidak terbantahkan, bukan
mengenai sifat fiktif atau non fiktifnya, melainkan pada eksistensinya pada
pengetahuan masyarakat. Kehadiran vampir di tengah-tengah masyarakat ini pada
akhirnya harus dilihat sebagai realitas objektif. Dari realitas objektif ini, tradisi
lisan mengenai vampir sampai menjadi karya-karya berupa tulisan, membuat
vampir berada pada matriks realitas lain; realitas simbolik. Sifat simbolik ini
dikarenakan vampir hadir melalui representasinya dan representasi ini melalui
karya (bahasa).
Karya yang diciptakan oleh pengarang—baik sebagai dampak dari
keikutsertaan masyarakat dalam reproduksi nilai sosial atau sebagai sebuah
ekspresi personal—menjadikan realitas tersebut menjadi realitas subjektif. Dari
realitas subjektif ini, proses internalisasi menuju eksternalisasi terjadi sehingga
menciptakan rekonstruksi dalam pengetahuan objektif sosial secara umum. Apa
yang dapat dikatakan di sini adalah bahwa Meyer nampak melakukan upaya untuk
mengeksternalisasi vampir hasil kesadaran subjektifnya yang berada dalam situasi
128
marjinal dan menjadikannya sebagai rekonstruksi pada realitas objektif mengenai
vampir sementara dasar dari kehadiran tersebut adalah mimpi dan fantasi yang
termajinalkan dari kenyataan objektif. Meyer pernah bermimpi mengenai sisi
romantic dari seorang vampir, sehingga ini juga yang dapat dikatakan sebagai
alasan mengapa Meyer menawarkan vampir yang berbeda dengan vampir dalam
pengetahuan objektif sosial.
Adapun kesadaran subjektif Meyer yang dapat dilihat sebagai aspek utama
dalam rekonstruksi ini adalah vampir yang tidak meminum darah manusia
sehingga dikatakan sebagai vampir yang vegetarian. Kemudian vampir yang
cenderung mengafirmasi nilai kapitalisme dengan berpenampilan dan berpola
hidup sebagai orang kelas atas (borjuis). Yang ketiga adalah bagaimana mereka
menjadi vampir yang humanis, dalam artian membantu manusia yang berarti
menegasikan konstruksi vampir yang lama.
Hal yang harus dicermati di sini adalah Meyer tidak begitu saja menawarkan
bentuk yang oposisional dari vampir yang ada pada realitas objektif, Meyer masih
menangguhkan dan bahkan mereproduksi nilai-nilai vampir klasik (realitas
objektif dan pengetahuan umum) seperti vampir yang tidak tidur, meminum darah
(meskipun darah binatang), memiliki kekuatan yang lebih, takut akan cahaya, dan
lain sebagainya. Nilai ini yang membuka ruang interaksi sehingga memungkinkan
bagi vampir kesadaran subjektif Meyer untuk masuk (eksternalisasi) ke dalam
realitas objektif yang akan direproduksi oleh masyarakat pada umumnya. Inilah
yang menjadikan posisi Meyer sebagai individu yang menghadirkan situasi
marjinal dalam konstruksi sosial.
129
Dari sini dapat dikatakan bahwa konstruksi sosial bukan hanya mengenai
suatu kekuasaan melainkan suatu interaksi yang mana interaksi tersebut Berger
dan Luckmann secara dialektis, dari realitas objektif, simbolik dan subjektif.
Proses objektifasi sendiri merupakan eksternalisasi dari kesadaran subjektif yang
menginternal, sehingga pada akhirnya berjumpa lagi pada puncak sirkulasi realitas
tersebut.Artinya adalah bahwa, pengarang yang merupakan individu dapat
berinteraksi dan menwarkan kesadaran subjektifnya melalui karya, dalam
konstruksi sosial. Novel dapat dilihat sebagai kesadaran subjektif pengarang
karena novel hadir melalui ketidaksadaran pengarang dalam memanifestasikan
mimpi-mimpi yang tidak terakomodasi dalam realitas. Terlebih realitas hanya
mewakili apa yang objektif, apa yang menjadi konvensi serta selektif terhadap apa
yang disepakati, sehingga yang sifatnya individual atau personal, akan terlindas
dan menjadi mimpi-mimpi; novel dapat dikatakan sebagai jembatan yang
mengakomodasi mimpi-mimpi situasi marjinal tersebut.
Vampir dalam rekonstruksi Meyer merupakan replika dari bagaimana
konstruksi sosial terbentuk. Konstruksi sosial mengenai vampir yang secara
sosial, kultural dan historis terlihat sudah stabil, nyata juga mengalami pergeseran
nilai-nilai meskipun dalam pola yang sama. Oleh karena itu, novel tetralogi
Twilight harus dilihat sebagai bentuk rekonstruksi vampir, terutama dalam
proyeksi rekonstruksinya.
Download