HUBUNGAN TINGKAT RASA PERCAYA DIRI

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT RASA PERCAYA DIRI DENGAN HASIL
BELAJAR
(Studi Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Oleh :
SITI NUR DEVA RACHMAN
NIM : 105015000652
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Allah berfirman; “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini”. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda ini, Allah berfirman;
“Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan.
(Al-Baqarah 2:33)
Dengan segenap cinta dan buktiku,
kupersembahkan karya kecilku ini untuk
orang-orang tercinta,
Ayahanda, Agus Tjik Rachman dan Ibunda Seony Yusrini,
beserta Kakak dan Adikku tersayang.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT. serta limpahan rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul penelitian “Hubungan
Tingkat Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar (Studi Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah
Jakarta Selatan)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan, waktu, wawasan dan kemampuan penulis dalam hal
analisis.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, penulis ingin
berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan baik moril maupun materil serta do’a sehingga skripsi ini dapat selesai, yaitu :
1. Yth. Bapak Didin Syafruddin, MA. dan Bapak Iwan Purwanto, MPd. yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menyusun skripsi
ini.
2. Seluruh civitas akademika di lingkungan FITK, Bapak Drs. H. Nurochim, MM,
Kajur Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan seluruh dosen di lingkungan
FITK khususnya Sosiologi-Antropologi yang telah mencurahkan ilmunya selama
penulis kuliah. Juga kepada para staf perpustakaan dan staf Biro Pendidikan FITK
di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kepada Bapak/Ibu Guru SMP Fatahillah Jakarta Selatan yang telah mendukung
penulisan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, serta
siswa-siswi yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket selama
penelitian berlangsung.
4. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Agus Tjik Rachman dan Seony Yusrini Yasin
yang telah memberikan kasih sayang, cinta, pengertian, dan bantuan berupa moril
dan materil yang tak putus-putus, semua itu tak akan pernah bisa terbalas. Semoga
Allah SWT. selalu memberkati kalian berdua.
5. Kepada abangku, Arief Rachman, Lona, Tomy, dan saudara perempuanku, Kak
Moulin, Teni dan Uyung yang sangat membantu segala keperluan penulis, serta
adikku, Ayu Agustina, yang menyemangati penulis. Terima kasih atas pengertian
kalian selama ini.
6. Kepada orang terkasih sekaligus sahabat sepermainan penulis : MI dan SR. Utami
Dewi yang sangat setia menemani saat suka maupun duka hingga saat dimana
penulis jatuh dan lemah mental kalian selalu tulus mengiringi langkahku (aku
sangat menyayangi kalian). Juga untuk sahabat penulis sejak SMA yang telah
memilih jalurnya masing-masing, Dania, Debby, Dotty dan Icha. Semoga sukses
selalu menyertai kalian.
7. Kepada keluarga besar Pramana yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
dan menganggap penulis adalah bagian dari keluarga kalian.
8. Kepada rekan-rekan angkatan FITK 2005, juga kepada teman baik penulis (The
Sapta) Siva, Mela, Putri,Yuni dan Nuni (agar tak terjadi salah pengertian perlu
dijelaskan bahwa urutan di atas berdasarkan umur) yang telah menciptakan
pertemanan yang indah dan telah membuat hari-hari penulis penuh dengan canda
dan haru. Terima kasih atas dukungan yang telah dicurahkan selama ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga pertemanan kita akan terus
abadi.
9. Rekan-rekan PPKT 2009 Ria, Maria, Adinda, Fety , Mochtar, Karyadi yang telah
memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis untuk cepat-cepat menyelesaikan
skripsi ini.
10. Tak luput juga rekan-rekan seprofesi sebagai pengajar di SMK MABAD 69,
khususnya Bapak Rochiyat Sitopang, selaku kepala sekolah, yang memberikan
motivasi kepada penulis agar cepat selesai.
11. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan, dapat tergantikan
oleh pahala dan rezeki berupa apapun dari Allah SWT.
Walaupun demikian, isi dan penulisan skripsi ini adalah tanggung jawab
penulis. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik bersifat membangun dari
berbagai pihak sehingga tugas akhir ini akan menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Jakarta, 28 Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI……………….. .................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR ISTILAH.................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN…….………………………………………………1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 2
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah.......................................................................... 3
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 3
E. Manfaat dan Kegunaan Hasil Penelitian .......................................... 3
F. Sistematika Penyusunan........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 5
A. Deskripsi Teori ........................................................................................ 5
1. Pengertian Belajar ............................................................................ 5
a. Unsur-unsur Belajar ....................................................................... 7
b. Tipe-tipe Belajar ............................................................................ 8
2. Pengertian Rasa Percaya Diri ......................................................... 9
a. Percaya Kepada Diri Sendiri ...................................................... 10
b. Cara Mendapatkan Rasa Percaya Diri.................................... 10
c. Ciri-ciri Percaya Diri ...................................................................... 14
d. Perkembangan Percaya Diri...................................................... 15
e. Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri ............................... 15
3. Pengertian Hasil Belajar .................................................................. 18
4. Hubungan Rasa Percaya Diri dan Hasil Belajar........................... 20
5. Teori Pendidikan Yang Menumbuhkan Rasa Percaya Diri ……….
B. Kerangka Pikir………………………………………………………….29
C. Hipotesa.................................................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 31
A. Tempat, Waktu dan Sumber Data Penelitian .................................. 31
B. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32
C. Variabel Penelitian................................................................................ 32
D. Populasi dan Sampel........................................................................... 33
1. Populasi.............................................................................................. 33
2. Sampel ............................................................................................... 33
E. Teknik Analisa Data............................................................................... 33
24
F. Kisi-kisi Instrumen .................................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................. 39
A. Profil Sekolah .......................................................................................... 39
1. Sejarah Berdirinya ............................................................................. 39
2. Visi dan Misi ........................................................................................ 39
3. Komponen Pendidikan .................................................................... 40
a. Guru ................................................................................................ 40
b. Siswa ............................................................................................... 41
c. Kurikulum dan Pembelajaran..................................................... 42
d. Sarana dan Prasarana ................................................................ 44
B. Pengumpulan Data............................................................................... 44
1. Persiapan Penelitian......................................................................... 44
2. Pelaksanaan penelitian ................................................................... 45
C. Deskriptif dan Analisis Data ................................................................. 45
1. Tabulasi Korelasi ................................................................................ 47
a. Variabel X (Rasa percaya diri)................................................... 47
b. Variabel Y (Hasil belajar)............................................................. 59
2. Analisis Korelasi Variabel X (Rasa percaya diri)
dan Variabel Y (Hasil belajar)......................................................... 66
3. Pengujian Hipotesa .......................................................................... 77
4. Uji Signifikan........................................................................................ 78
E. Hasil Penelitian....................................................................................... 79
1. Prestasi Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS................. 79
2. Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar...... 80
3. Hasil Pengamatan ............................................................................ 81
BAB V .................................................................................................................. 82
A. Kesimpulan ............................................................................................ 82
B. Saran ....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1
Daftar Tenaga Pengajar Tahun Ajaran 2009/2010................... 40
Tabel 2
Daftar Keadaan Siswa-siswi kelas VII 2009/2010 ....................... 41
Tabel 3
Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri………………................. 47
Tabel 4
Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 48
Tabel 5
Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 48
Tabel 6
Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri........................................ 49
Tabel 7
Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 49
Tabel 8
Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 50
Tabel 9
Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri........................................ 50
Tabel 10 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 51
Tabel 11 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 51
Tabel 12 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 52
Tabel 13 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 52
Tabel 14 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri. ...................................... 53
Tabel 15 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 54
Tabel 16 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 54
Tabel 17 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 55
Tabel 18 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ………........................... 55
Tabel 19 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri........................................ 56
Tabel 20 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 56
Tabel 21 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ....................................... 57
Tabel 22 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri. ...................................... 57
Tabel 23 Perhitungan Variabel X (Rasa Percaya Diri).............................. 67
Tabel 24 Perhitungan (Variable Y (Hasil Belajar)....................................... 68
Tabel 25 Skor Variabel X dan Y……………………………………………..70
Tabel 26 Perhitungan Untuk Mendapatkan Angka Indeks Korelasi
Antara Variabel X dan Variabel Y…………………………………73
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu pembelajaran yang menciptakan interaksi sosial
antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan yang berlangsung dalam
lingkungan sekolah. Seorang pendidik berkewajiban untuk memberikan, menanamkan,
menumbuhkan nilai-nilai positif pada peserta didik untuk menumbuhkembangkan sendiri
nilai-nilai yang ada pada dirinya dilingkungan sekolah. 1
Pada usia sekolah sampai usia remaja, seorang anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, dan proses perubahan merupakan hal yang dialami oleh setiap anak.
Karena dalam proses kematangan kepribadiannya, remaja secara bertahap memunculkan
sifat-sifat yang saling berbenturan dengan rangsangan dari lingkungan sekitar. 2
Dalam menumbuhkan rasa percaya diri, orang tua sebagai keluarga inti harus
memperhatikan hal-hal penting, diantaranya adalah dengan mendorong anak untuk selalu
berupaya, menerima kelebihan dan kekurangannya, memberikannya pujian dan reward
pada setiap aktifitas anak yang mengarah pada kepercayaan diri dan rasa hormat dirinya
tersebut. 3
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri maka individu harus memulainya dari dalam
diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan
yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya.
A. Latar Belakang Masalah
“Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dari UU Sisdiknas Pasal 3 Ayat
(3) yang menyatakan bahwa setiap warga Negara usia wajib belajar berhak mendapat
pelayanan program wajib belajar yang bermutu tanpa dipungut biaya. Hal ini merupakan
usaha dasar yang terencana dalam pendidikan ( UU NO.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1)
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik aktif dan
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. 3, h. 3.
2
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 71, 74
3
Ira Petranto, “Rasa Percaya Diri adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tua”, dalam
irapetranto.blogspot.com, 28 April 2006.
memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan ketrampilan
untuk dirinya di lingkungan masyarakat”. 4
Pendidikan pada dasarnya memiliki peranan penting demi terciptanya individu
atau anak didik yang cerdas dan kreatif. Salah satu indikator dari percaya diri, yaitu
kreatifitas anak didik.
Rasa percaya diri sangat mempengaruhi kreatifitas anak, oleh sebab itu sebagai
orang tua maupun pendidik jangan pernah mematikan rasa percaya diri pada seorang
anak. Menurut Jack Canfield, apabila seorang anak jika dalam sehari menerima 3- 6 kali
komentar negatif dari komentar positif. Hal ini menyebabkan seseorang memiliki rasa
percaya diri yang rendah akan kemampuan yang dimilikinya. 5 Seringkali kita melihat
banyak orang yang memberikan julukan, cap atau label pada orang tertentu karena
kebiasaannya ataupun karena hal yang lainnya baik hal yang baik maupun hal yang
buruk, namun lebih banyak julukan atau label tersebut dikarenakan hal-hal yang buruk.
Seperti contohnya labeling karena seseorang itu pernah membolos atau mungkin sesuatu
yang lain maka orang itu dicap sebagai pembolos dan lain sebagainya.
Tahukah anda bahwa sebenarnya labeling pada seseorang itu akan dapat
berdampak buruk bagi orang tersebut untuk jangka panjangnya. Dalam sosiologi ada
sebuah teori penyimpangan yakni teori labeling yang dikemukakan oleh Edwin M.
Lemert yang menyatakan bahwa seseorang menjadi menyimpang karena proses labeling
yang berupa julukan etiket dan merk yang diberikan oleh masyarakat. 6
Maka dari itu penting sekali rasa percaya diri seseorang bisa terbentuk apabila
menerima penghargaan yang didapat dari lingkungan sekitarnya, bukan hanya komentar
negatif yang diterimanya, melainkan uang terpenting untuk menumbuhkan rasa percaya
diri yaitu komentar-komentar positif..
4
5
Depdiknas, “Peraturan Pelaksanaan”, dalam http://duniaesai.com, Jakarta 23 Juli 2003.
Bobbi Deporte, ”Quantum Learning”, dalam http://jackcanfield.com, 22 Maret 2000.
Riyanto Sanjaya, “Labeling”, dalam http://r-yand-t.blogspot.com/2007_09_01_archive.html, Jakarta 28
September 2007.
6
Dalam proses pembelajaran, rasa percaya diri merupakan salah satu faktor intern
pendukung keberhasilan siswa akan potensi yang dimilikinya, rasa percaya diri sangat
penting untuk ditanamkan kepada setiap siswa, karena kurangnya rasa percaya diri bisa
menyebabkan kegagalan siswa dalam melaksanakan tugas di sekolah maupun saat proses
belajar di sekolah. 7 Hal tersebut didasari oleh ketidakpercayaan akan kemampuan dirinya
dan berdampak pada prestasi hasil belajar yang rendah. Sehingga dengan demikian rasa
percaya diri harus ditumbuhkan agar memotivasi siswa menjadi berprestasi.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimana kepercayaan diri siswa?
2. Bagaimana hasil belajar IPS siswa?
3. Apakah terdapat hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan hasil belajar IPS?
4. Bagaimana hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan hasil belajar IPS?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian membatasi permasalahan hanya pada :
1. Hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan hasil belajar (studi pada mata
pelajaran IPS).
2. Hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Fatahillah Jakarta Selatan
Untuk lebih terarah dalam melakukan penelitian ini diberikan batasan-batasan penelitian
yaitu populasi jumlah yang diambil adalah 42 item.
D. Perumusan Masalah
Agar pembahasan ini terarah maka penulis merumuskan permasalahan yaitu
apakah terdapat hubungan tingkat rasa percaya diri dengan hasil belajar IPS siswa SMP
Fatahillah Jakarta Selatan.
7
Soebahar, “Wawasan Baru”, dalam http://umm.ac.id, 11 Januari 2002.
E. Manfaat dan Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari hasil penelitian tersebut, diantaranya :
1. Guru : hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam
meningkatkan mutu hasil belajar siswa.
2. Siswa : hasil penelitian dapat memotivasi dan menyadarkan akan pentingnya rasa
percaya diri agar dapat meningkatkan potensi dirinya dalam belajar.
3. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : hasil penelitian
sebagai upaya untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa pada umumnya.
F. Sistematika Penyusunan
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, penulis
menguraikan sistematika penulisan secara garis besar dalam beberapa BAB yang tersusun
sebagai berikut :
BAB I : Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Bab ini berisi pengertian (belajar, hasil belajar dan rasa percaya diri),
teori mengenai hubungan hasil belajar dan rasa percaya diri, teori
pendidikan yang menumbuhkan rasa percaya diri, kerangka berpikir
dan hipotesa
BAB III: Berisi tempat,waktu dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan
data, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik analisis data,
kisi-kisi instrumen penelitian.
BAB IV: Berisi Gambaran umum sekolah, Pengumpulan data. Analisis data.
Analisis dan Interpretasi data. Hasil penelitian.
BAB V : Berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
“Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagi hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan”. 8
“Sikap dan perilaku yang berbeda ini bersumber dari positif atau negatifnya selfconcept yang dia miliki”. 9 Belajar adalah key term, istilah kunci yang paling vital dalam
setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada
pendidikan. Sebagai suatu proses belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pedidikan, misalnya psikologi
pedidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian
terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya
pemahaman yang lebih luas dan medalam mengenai proses perubahan manusia.
Selanjutnya, sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efesien apabila dengan
usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan Gambar 6 sebagai berikut.
Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa Diny adalah siswa yang juga efisien
ditinjau dari prestasi yang dicapai, karena ia menunjukkan perbandingan yang terbaik
dari sudut hasil. Dalam hal ini, meskipun usaha belajar Diny sama besarnya dengan usaha
Dina dan Dino (lihat kotak usaha belajar), ia telah memperoleh prestasi yang optimal atau
lebih tinggi dari pada prestasi Dina dan Dino.
8
H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991),
Cet. 1, h. 118.
9
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), Cet. 4, h. 59.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan
menjadi tiga macam, yakni:
1)
faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2)
faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3)
faktor approach to learning (pendekatan belajar), yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi siswa strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.10
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama
lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif
ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi
(faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal),
mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil
belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa yang highachievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama
sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu
mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan
munculnya
kelompok
siswa
yang
menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang
menghambat proses belajar.
Menurut Johnson dan Smith, belajar adalah suatu proses pribadi dan juga proses
sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan
membangun pengertian dan pengetahuan bersama. 11 “Freire dan Piaget, menyatakan
belajar adalah proses pembentukan makna dari bahan pelajaran dan menyimpannya
dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut”. 12
Aliran psikologi kognitif memandang bahwa belajar merupakan suatu upaya
10
11
12
1989.
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), Cet. 4, h. 133.
Johnson dan Smith, “Makna Belajar”, dalam http://scribd.com/doc/17069449/null, 2002.
Johson-Johnson, “Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif”, dalam digilib.unnes.ac.id/library,
mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi. Di mana
siswa harus aktif menemukan informasi-informasi yang guru bahas dalam materi
pembelajaran dan guru harus menjadi makna dari informasi yang diperoleh dalam
pelajaran yang dikaji bersama dan dibahas bersama.
Menurut Freire dan Piaget, belajar adalah suatu proses pribadi juga proses
pembentukan dalam lingkungan sosial yang terjadi ketika masing-masing orang
berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan perubahan seluruh aspek
tingkah laku. 13
a. Unsur-unsur Belajar
1. Tujuan.
2. Kesiapan.
3. Situasi.
4. Interpretasi.
5. Respons.
6. Konsekuensi.
7. Reaksi terhadap kegagalan.
b. Tipe-tipe Belajar
1) Belajar tanda-tanda atau signal learning.
2) Belajar perangsang jawaban atau stimulus-respons learning.
3) Rantai perbuatan atau chaining.
4) Hubungan verbal atau verbal association.
5) Belajar membedakan atau discrimination learning.
6) Belajar konsep atau concept learning.
7) Belajar aturan-aturan atau rule learning.
8) Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. 14
Keberhasilan belajar seseorang juga dipengaruhi oleh keterampilan yang
dimilikinya, seperti
13
14
keterampilan
membaca,
berdiskusi,
memecahkan
Freire dan Piaget. “Learning Memories”, dalam darsanaguru.blogspot.com, 25 Maret 2008.
Freire dan Piaget. “Learning Memories”, dalam darsanaguru.blogspot.com, 25 Maret 2008.
masalah,
mengerjakan tugas dan lain-lain. 15Inti dari pengertian belajar adalah “change” atau
sebuah proses menuju perubahan. Oleh karena itu jika seseorang melakukan aktifitas
belajar dan
memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pengalaman baru, maka
individu itu dapat dikatakan telah belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
belajar, yaitu perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional (terarah), perubahan
bersifat positif dan aktif PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif kreatif dan
menyenangkan) perubahan terus menerus dan bukan bersifat sementara. Perubahan
terarah dan bertujuan yang mencakup segala aspek tingkah laku.
“IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan
dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.” 16 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan salah satu pelajaran yang berupaya membekali siswa dengan berbagai
kemampuan dasar tentang perhubungan dengan masyarakat dan apa saja yang terjadi
dalam suatu masyarakat secara mendalam. Saat ini kesejahteraan bangsa bukan hanya
bersumber pada sumber modal yang bersifat fisik, tetapi juga berdasarkan sumber modal
intelektual, kepercayaan yang tidak kalah pentingnya yaitu sosial, untuk itu tuntutan
mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi suatu keharusan. Karena perubahan global
telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Maka bangsa yang besar adalah
bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu dan sosial yang tinggi. Maka pelajaran
IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep Ilmu Pendidikan Sosial dan
saling keterkaitannya, sehingga mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
disekitar lingkungan masyarakat dan menyadari bahwa peran serta kita dalam
bersosialisasi hidup bermasyarakat sangat penting dan berperan besar.
2. Pengertian Rasa Percaya Diri
“Menurut Carl Rogers, sebelum mengetahui arti dari rasa percaya diri, kita harus
mengawali dari Istilah self yang dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap dan
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. 3, h. 155.
16
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet.
1, h. 124.
perasaan seseorang erhadap dirinya sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologi yang
menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri”.17
Self yaitu faktor yang mendasar dalam pembentukan kepribadian dan penentuan
perilaku diri yang meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita baik
yang disadari atau yang tidak disadari individu terhadap dirinya. Konsep diri
merupakan pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri yang
bersumber dari kesan orang lain terhadap dirinya, pengalaman berinteraksi
dengan orang lain dan persepsi tentang dirinya. 18
Kehidupan sosial pada jenjang sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi
intelektual dan emosional. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak
percaya tentang keberadaan tentang dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana
orang lain percaya tentang keberadaan dirinya. Pada diri seorang remaja mereka sering
berada dalam kebimbangan, tidak begitu percaya pada diri sendiri, dan selalu cemas
untuk melakukan sesuatu yang benar dan yang bisa diterima dalam hubungan mereka
dengan orang lain. 19
Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting
dalam kehidupan manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa
rendah diri. Ia mengatakan bahwa kebutuhan yang paling penting adalah kebutuhan akan
rasa percaya diri dan rasa superioritas.
a. Percaya Kepada Diri sendiri
Seseorang boleh sangsi kepada siapapun juga, tapi jangan sekali-kali sangsi
kepada diri sendiri. Presiden Soekarno selalu menganjurkan, percayalah kepada dirimu
sendiri. Dan beliau telah memimpin bangsanya, berjuang untuk bangsanya atas dasar
percaya kepada diri sendiri. Dan hasilnya Revolusi tahun 1945 telah berhasil
membebaskan Indonesia dari penjajah asing, karena bangsa Indonesia percaya kepada
diri sendiri. Bangsa Indonesia harus tetap percaya kepada diri sendiri apabila hendak
17
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 248.
18
Herry Priyono, “Hubungan Antara Konsep Diri, Sikap Terhadap Fisika Dasar”, dalam
http://unisosdem.org/kumtul, 2001.
19
L. crow dan A. crow, Psychology Pendidikan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 2005), Cet. 2, h. 166.
menduduki tempat yang terkemuka di dunia ini. Setiap pekerjaan tidak akan berhasil
dengan gemilang, apabila kita tidak percaya kepada diri sendiri.
b. Cara Mendapatkan Rasa Percaya Diri Sendiri
Percaya kepada diri sendiri membangkitkan kekuatan. Dengan bangkitnya
kekuatan-kekuatan itu, keparcayaan kepada diri sendiri menjadi bertambah. Jadi ada
pengaruh timbal baliknya. Percaya kepada diri sendiri bisa dibesarkan, bisa diperhebat
kepada orang yang kepercayaannya ada, namun kurang percaya diri.
Seorang penulis terkenal, Grenville Kleiser, mendapatkan cara bagaimana kita
bisa menanam dan menumbuhkan kepercayaan dalam diri kita, yakni sebagai berikut :
1. Percayalah akan kemampuan yang dimiliki
2. Percayalah kepada keberhasilan dimasa depan
3. Bergaulah kepada orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi
4. Percayalah bahwa kebodohan bisa dilenyapkan oleh rasa percaya diri
Bahwasannya rasa percaya diri membuat seseorang berani memandang
sesamanya dengan pandangan yang jernih dan jujur, karena dengan rasa percaya diri
menimbulkan kesan baik kepada orang lain. 20
Ada salah satu penenun Skotlandia mempunyai kebiasaan setiap hari berdoa,
minta kepada Tuhan supaya ia tambah bangga akan dirinya sendiri. Mengapa tidak,
karena baginya apakah orang lain bisa menghargai diri kita, kalau kita sendiri tidak
menghargai diri sendiri. Orang Tionghoa juga mengatakan, bahwa tidak ada gunanya
menghormati orang yang tidak mampu menghormati dirinya sendiri.
Dunia mempunyai hak untuk mengetahui, betapa tinggi anggapan anda terhadap
diri sendiri. Apabila anda untuk pertama kali terjun ke dalam masyarakat, maka semua
orang melihat wajah dan mata anda dengan cermat untuk mengetahui betapa tinggi
anggapan anda terhadap diri sendiri. Jika mereka tidak melihat adanya rasa percaya diri
sendiri pada mata anda, maka tentunya mereka tidak usah bertanya-tanya kepada diri
sendiri terlalu rendah. Mereka tahu, bahwa selayaknya anda menilai diri anda lebih tepat
daripada orang lain. Apa yang terlihat dari orang lain adalah penjelmaan dari
20
Sumantri Mertodipuro, Cita-cita Saudara Akan Berhasil, (Jakarta: Gunung Jati, 1982), Cet. 5, h. 109.
kepercayaannya untuk mencapai sesuatu. Orang-orang besar biasanya percaya pada diri
sendiri. Oleh karena itu rasa percaya diri sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang
ingin memperoleh sesuatu dari hidupnya. 21
Kepercayaan diri merupakan salah satu variabel psikologi dan dalam proses
pembelajaran dalam sekolah perilaku percaya diri perlu tumbuh kembangkan agar siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran secara optimal sesuai dengan kemapuan yang
dimiliki oleh siswa. Menurut Thalib, percaya diri adalah suatu unsur kepribadian yang
menerangkan perilaku dan bagaimana mengarahkan perilaku dengan penuh keyakinan
untuk mencapai kesuksesan. 22 Untuk meningkatkan rasa percaya diri dapat dilakukan
dengan cara menumbuhkan konsep diri yang sehat dan pemeliharaan harga diri yang baik
karena salah satu karakter konsep diri adalah “ rasa harga diri”.
Menurut Rogers: 1961, Kepercayaan diri sebagai kesadaran, kepercayaan
seseorang pada kemampuan sendiri dan dapat memanfaatkan secara tepat. Kepercayaan
diri merupakan
untuk membuat keputusan dan penilaian-penilaian tanpa harus
bergantung pada orang lain. Percaya diri merupakan aspek penting kepribadian.
Sedangkan menurut Nurhati: 2002, Kepercayaan diri merupakan landasan bagi setiap
individu dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Lain halnya dengan Maslow, ia
mengatakan bahwa percaya diri adalah suatu modal dasar untuk pengembangan dalam
aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan diri) dengan percaya diri. Jika individu
yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi
tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam
menentukan pilihan dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Maslow
dalam bukunya yang berjudul “The Third Forces: 1971” yang menyebutkan ciri-ciri
orang percaya diri yaitu orang yang memiliki kemerdekaan psikologis, yaitu kebebasan
mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga berdasarkan keyakinan pada kemampuan
dirinya untuk melakukan hal-hal yang produktif.
21
Orison Swett Marden, Pola Kehidupan Dan Perjuangan, (Jakarta: Gunung Jati, 1978), h. 120.
22
Thalib Syamsil Bahri, “Hubungan Percaya Diri dan Harga Diri dengan Kemampuan Bergaul”, dalam
www.acehinstitute.org, 15 Mei 2009.
Secara awam istilah kepercayaan diri sering dikatakan dengan keberanian
seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. Bukan hanya yang membawa
resiko fisik, tetapi juga resiko sosial. Seseorang dikatakan tidak memiliki rasa percaya
diri apabila seseorang tersebut tidak berani mengungkapkan ide dalam suatu rapat, tidak
berani bicara di depan umum. Tidak berani berkenalan dengan lawan jenis dan lain-lain.
Ilustrasi Percaya Diri
Quabein
Peter Lautser
Gambaran diri positif dan kuat
Tidak mementingkan diri sendiri
Bersikap mandiri
Mampu menghadapi berbagai situasi
Memiliki sikap korelasi
Ambisi normal dalam mencapai tujuan
Konsentrasi dalam mencapai tujuan
Optimis dan mandiri
Berani menghadapi tantangan
Mampu bekerjasama secara efektif
Tenang dalam berbicara dan bersikap
Bertanggung jawab
Tidak takut gagal dan tidak mudah Tidak mengeluh dan terlihat gembira
bimbang
Sumber : Sunatan Fitriah. 2005.
Menurut Derry dkk, seseorang dikatakan percaya diri jika memiliki :
a. Menyadari kemampuan yang ada pada dirinya baik itu bakat, keterampilan bahkan
kemahiran pada diri sendiri.
b. Merasa mampu melakukan sesuatu karena pengalaman. Mampu memetik hikmah dari
berbagai pengalaman yang pernah dilalui, rasa percaya diri yang ada di dalam dirinya
bisa berkembang secara perlahan-lahan.
c. Self esteem (rasa menghargai diri sendiri). Apabila didalam pikiran ada rasa
menghargai diri sendiri sehingga menciptakan kesan yang baik, maka percaya diri
akan tumbuh. Kesan yang baik tersebut berhubungan dengan kondisi diri, fisik,
ataupun dengan status sosialnya.
d. Kemampuan dalam beraktualisasi. Seseorang yang percaya diri akan berusaha sekeras
mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya karena dengan adanya
rasa percaya diri yang cukup tinggi seseorang akan terdorong untuk mengembangkan
potensinya secara maksimal.
e. Prestasi. Hal ini cukup jelas mendukung seseorang untuk berkembang menjadi orang
yang percaya diri. Semakin banyak merebut prestasi, semakin terdorong dirinya untuk
menunjukan kemampuan dalam dirinya. Sama halnya seperti komentar dan pujian
yang positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.
f. Realistik. Mampu melihat kenyataan yang ada pada dirinya sehingga tidak akan
berusaha menjangkau sebuah tujuan yang terlampau tinggi serta tidak sesuai dengan
kapasitas kemampuan yang dimilikinya.
Konsep diri yang baik memang dapat melahirkan harga diri. Harga diri yang baik dan
positif selanjutnya melahirkan kepercayaan diri pada seseorang.
Maslow mengemukakan setiap manusia memiliki 2 kebutuhan akan perhargaan,
yakni harga diri dan penghargaan orang lain. Harga diri mencakup kebutuhan
kepercayaan diri, perasaan edukatif, kemandirian dan kebebasan pribadi. Adapun
penghargaan orang lain meliputi prestise, kedudukan dan nama baik seseorang dengan
harga diri yang baik akan lebih percaya diri, lebih mampu dan produktif.
Harga diri merupakan suatu wilayah dalam jiwa seseorang yang terjaga dengan baik.
Harga diri adalah cara bersikap seseorang dewasa yang menghargai dirinya sendiri.
Sekarang adalah waktunya untuk bertindak dengan kebaikan dan harga diri. Semakin
kita dapat menampilkan betapa kita menyukai diri sendiri. Semakin kita membuat
diri semakin menarik. Jangan lupa: tampil percaya diri adalah hal yang paling seksi
yang dapat kita lakukan. Ingatlah orang-orang yang percaya diri tetap bisa merasakan
terluka, sedih atau marah. Mereka mempraktikan definisi diri tegas, tetapi tidak
menyerang atau membuat orang lain bertanggung jawab untuk hidup mereka. 23
Individu dengan harga diri rendah akan mengalami sebaliknya, lebih lanjut
diungkapkan bahwa hambatan dari usaha-usaha mencapai aktualisasi diri berasal dari
kepercayaan dan keraguan individu pada kemampuan sendiri dan mengakibatkan
kemampuan dan potensi diri tidak terungkap.
c. Ciri-ciri Percaya Diri
Orang yang memiliki rasa percaya diri terkadang reflek dan tanpa disadari “Leman”
menyebutkan ciri-ciri percaya diri yaitu, Independen bertanggung jawab, menghargai
23
Julian Short, Anatomi Hidup Bahagia, Terj. Dari, Cara Cerdas Mengoptimalkan Hubungan, Cinta Kasih,
Kepribadian dan Rasa Percaya Diri, (Jakarta: TransMedia, 2006), Cet. 1, h. 208, 317, 332.
diri, dan usahanya sediri, tidak mudah frustasi suka menerima tantangan, emosi hidup
namun dalam keadaan stabil mudah berkomunikasi, dan membantu orang lain. Hal
seperti itu akan selalu membawa keberhasilan pada setiap individu. 24
Adapun ciri-ciri lain percaya diri, antara lain, mencintai dan memahami diri
sendiri, memiliki tujuan jelas, cara berfikir positif dan memiliki motivasi tinggi, yaitu
motivasi diri yang dapat membuat seseorang berhasil dalam belajar. Jika pada dirinya
sendiri ada keinginan untuk belajar, motivasi untuk hasil dalam belajar bersumber pada
rasa ingin tahu, prestasi dan kepercayaan yang tinggi, diantaranya jika seseorang
memiliki motivasi keberhasilan tinggi :
a. Mempunyai kepercayaan dan motivasi dasar untuk mencapai sukses.
b. Mempunyai tingkat kebutuhan dan aspirasi.
c. Mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas.
d. Ulet atau gigih dalam melaksanakan tugas, punya optimisme memandang masa
depan.
e. Tidak suka membuang-buang waktu, menetapkan pilihan sesuai kemampuan.
f. Menetapkan hasil kerja yang maksimal dan mau menerima pendapat orang lain.25
d. Perkembangan Percaya diri
Menurut Martin Leman, orang tua adalah sebagai pemegang peran utama yang
menentukan perkembangan rasa percaya diri anak. Cara mengembangkan rasa percaya
diri anak yakni memberikan pujian mengungkapkan perasaan bangga terhadap anak
menghindari kritik yang bersifat mempermalukan anak, mengajari anak untuk membuat
keputusan yang bijak.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri
Faktor yang mempengaruhi percaya diri yakni faktor lingkungan “pola asuh, jenis
kelamin (dahulu pria dan wanita dibedakan dari segi prestasi karena pria lebih
diunggulkan dibandingkan wanita dari situlah pria dapat menjadi lebih percaya diri
24
Martin Leman, “Membangun Rasa Percaya Diri Anak”, dalam leman.or.id/anakku/percaya-diri.html, 23
Agustus 2000.
25
2009.
. Veithzal Rival, “Prestasi Hasil belajar Peserta Progam MM”, dalam http://docstoc.com, 12 Oktober
dibandingkan wanita kebanyakan). Dari pengertian ciri-ciri percaya diri telah
dikemukakan untuk dijadikan indikator dalam instrumen percaya diri yaitu:
1. Memiliki keyakinan pada kemampuan sendiri.
2. Optimis, mandiri, memiliki sikap tenang.
3. Berpikir positif, berani mencoba, tidak takut gagal
4. Mencintai dan menghargai diri sendiri
5. Suka berkomunikasi dan bertanggung jawab. 26
Menurut Koentjaraningrat , salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah
kurangnya rasa percaya diri. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Afiatin dkk,
terhadap siswa SMTA di Kodia Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang
banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya rasa
percaya diri.
Martin Leman:1974, melakukan penelitian tentang rasa percaya diri pada 144
pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat
untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya
diri lebih rendah.
Kloosterman: 1988, meneliti pada pelajar School in South-Central Indiana dengan
jumlah 266 wanita dan 233 pria. Ia meneliti tentang rasa percaya diri pada pelajar.
Ternyata rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk berhasil dalam belajar
matematika. Dengan adanya rasa percaya diri, maka akan lebih termotivasi dan lebih
menyukai untuk belajar matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya diri
yang tinggi lebih berhasil dalam belajar matematika.
Penelitian yang dilakukan oleh Gandamana: 2000, tentang hubungan rasa percaya
diri dengan penyesuaian sosial pada remaja di panti asuhan menunjukkan bahwa ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara rasa percaya diri dengan penyesuaian
sosial pada remaja. Penelitian terhadap remaja di panti asuhan anak yatim Mabarrot
Sunan Giri Malang ini menunjukkan bahwa semakin positif atau tinggi rasa percaya diri
akan diikuti semakin positif atau tinggi penyesuaian sosial yang dialami individu.
26
. Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 4, h.132.
Naution: 2001, Rasa percaya diri merupakan faktor yang dapat menyembuhkan
stres seseorang dari hasil penelitian yang dilakukan pada pelajar SLTP/ SMUN Ragunan
menunjukkan bahwa salah satu sumber stres yang dialami oleh atlet pelajar adalah
kurangnya rasa percaya diri dan adanya pikiran negatif..
Johnson: 1999, meneliti pada 363 pelajar di 3 sekolah dasar umum dengan 174
wanita dan 189 pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin
mengakibatkan perbedaan rasa percaya diri pada pelajar.
Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri
mempunyai hubungan dengan prestasi, motivasi belajar, perilaku konsumtif, perilaku sex,
kegiatan merokok, mempermudah proses persalinan, stress pada individu, komunikasi
individu dan penyesuaian sosial. Rasa percaya diri ini dipengaruhi oleh jenis kelamin,
kebudayaan, wawasan dan pola pikir yang luas, perceraian orang tua serta penampilan
fisik seseorang. 27 Sedangkan mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan
memilki kepekaan sosial yang tinggi, lebih berperilaku assertif, memiliki motif belajar
yang bagus, berprestasi, memiliki sikap yang positif pada kepemimpinan wanita dalam
politik. Berdasarkan kesimpulan ini peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dengan rasa
percaya diri.
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri biasanya mereka memilih untuk
menjadi dirinya sendiri dan memiliki pribadi yang lebih efektif. Siapa lagi yang
diperuntukan bagi diriku selain diriku sendiri. Bila aku hanya bagi diriku sendiri. Karena
mengenali diri sendiri merupakan tugas pertama. Konsep dasar kursus adalah gagasan
akan pengendalian diri sendiri. Pengendalian berarti bahwa Anda dapat menjadi perilaku
aktif dalam pemenuhan kebutuhan sendiri, dapat membuat keputusan-keputusan dan
berbuat untuk mencapai cita-cita yang diinginkan, khususnya pada saat ketika apa yang
kita butuhkan tidak tergantung pada kerjasama atau partisipasi orang lain. 28
27
Wahidin, “Kumpulan Makalah Pendidikan”,
dalam makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/01/ 16 Januari 2009.
28
Thomas Gordon, Jadilah Diri Sendiri, Terj. Dari Be Your Best, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), Cet. 2, h.
11.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di
sekolah yang dinyatakan dengan nilai atau angka berdasarkan tes hasil belajar, dalam
hal ini rapor merupakan salah satu bentuk laporan prestasi hasil belajar yang
dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai yang meliputi tiga ranah (kognitif, afektif
dan psikomotorik. Gagne dan Briggs menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan
kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ada
dalam pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu yang
bertujuan terhadap prstasi hasil belajarnya. Menurut Bloom, hasil belajar adalah
sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. 29
Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. 30
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penelitian hasil belajar. Diantara ketiga ranah
itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Hasil belajar sesungguhnya akan menumbuhkan pengetahuan dan pengertian
dalam diri seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa keterampilan dan
bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya serta orang yang berhasil. Dalam belajar
biasanya dipengaruhii oleh rasa percaya diri akan kemampuan.
29
Taruh Eros, “Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Dalam Kaitannya Dengan Hasil Belajar”, dalam
http://rakasmuda.com, 11 Desember 2000.
30
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
Cet. 10, h. 22
Menurut Muhibin Syah, Faktor yang mempengarui hasil belajar dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1. Faktor dalam ( kondisi jasmani dan rohani )
2. faktor luar ( kondisi lingkungan sekitar siswa )
3. faktor pendekatan pelajar (upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
belajar). 31
Suatu usaha yang disadari untuk menggerakan, mengarahkan, dan menjaga
tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Secara umum dapat dikatakan bahwa motivasi dapat menggerakan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dari kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapi tujuan tertentu. Bagi seorang manajer,
tujuan motivasi ialah
untuk menggerakan pegawai atau bawahan dalam usaha
meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para
siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya
sehingga tecapai tujuan pendidikan sesuai yang di harapkan dan ditetapkan di dalam
kurikulum sekolah.
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan naluri yaitu:
-
dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,
-
dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan
-
dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis. 32
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun
tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat
dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini,
untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu
31
32
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), Cet. 4, h. 61.
. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 73.
dikembangkan. Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka
berkelahi, perlu di beri motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat
mendorong anak itu menjadi rajin belajar
sehingga dapat menyamai teman-teman
sekelasnya (naluri mengembangkan diri).
4. Hubungan Rasa Percaya Diri dan Hasil Belajar
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus
memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya
individu yang bersangkutan dapat mengatasi rasa kurang percaya
diri yang sedang
dialaminya.
Menurut Viktor Frankl, kembali dari pengetahuan yang lahir dari pengalaman
yang merupakan sumber langsung dari mana manusia dalam beberapa atau semua situasi
memiliki pilihan atas tindakan-tindakannya. Dia belajar bahwa manusia dapat kehilangan
segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental,
kebebasan untuk memilih, suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan
untuk memilih cara kita sendiri. Dalam mencapai spiritualitas, kebebasan, dan tanggung
jawab, semua itu tergantung pada diri sendiri. Tanpa ketiganya tidak mungkin
menemukan arti dan maksud dalam kehidupan. Pilihan-pilihan benar-benar tergantung
hanya pada diri sendiri. 33
Jason T.Abbit dan Mitchell D.Klett melakukan penelitian yang berjudul
“Identifying influences on attitudes and self-efficacy beliefs toward technology
integration among pre-sevice educators”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
hubungan antara rasa percaya diri kedalam pelajaran dengan sikap guru terhadap
teknologi dalam pendidikan selama dalam penelitian pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran. 34
Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri merupakan
suatu keyakinan terhadap kemampuan untuk mengelola dan melaksakan pencapaian yang
diharapkan dari suatu pelatihan pembelajaran.
33
34
Duane Schultz, Model Frank, Psikologi Pertumbuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), Cet. 10, h. 145.
Asep Suhendar, “Pelatihan Tik Untuk Guru”, dalam asepsuhendar.wordpress.com, 15 April 2009.
Penelitian ini menemukan bahwa persepsi kenyamanan terhadap pemanfaatan
pembelajaran menjadi faktor yang signifikan berpengaruh terhadap rasa percaya diri
untuk memanfaatkan teknis dalam pembelajaran, sedangkan persepsi daya manfaat tidak
berpengaruhsignifikan terhadap rasa percaya diri untuk memanfaatkan teknis dalam
pembelajaran.
Pada usia sekolah sampai usia puber. Biasanya pada usia remaja, anak-anak
banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya (sekolah dan lingkungan lainnya). Sedang
dalam menggunakan istilah self esteem (harga diri), merujuk pada anak-anak pada usia
sekolah, puber, dan remaja, dapat diketahui dewasa ini bahwa persoalan anak adalah
persoalan orang tua juga, dan persoalan keluarga. Anak yang bermasalah akan
mempengaruhi keseluruhan sistem keluarga juga dapat berkontribusi terhadap persoalan
pada anak.
Pada dasarnya seorang anak perlu diajarkan untuk memiliki self confidence (rasa
pecaya diri) yaitu mempunyai perasaan yang teguh pada pendiriannya, tabah apabila
menghadapi masalah, kreatif dalam mencari jalan keluar dan ambisi dalam mencari jalan
keluar dan ambisi dalam mencapai sesuatu. Ia juga perlu diajarkan untuk mempunyai self
respect (hormat pada diri sendiri), yaitu mempunyai perasaan yang konstruktif, hormat
pada orang lain, dan bersyukur pada apa yang dimilikinya. 35 Berbagai cara dapat
diupayakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri serta rasa hormat diri pada anak ini
oleh orang tua. Diantaranya adalah dengan mendorongnya untuk selalu berupaya,
menerima kelebihan dan kekurangannya, dan memberikannya pujian dan hadiah pada
perilakunya yang mengarah pada rasa percaya diri dan rasa hormat dirinya tersebut.
Pendidikan hendaknya mengembangkan kreatifitas siswa dan yang lebih penting
lagi guru harus selalu berusaha memperhitungkan siswa, dan mengkondisikan bahwa
siswa itu penting menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri siswa. Akhirnya kita
perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.
Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan
35
Ira Petranto, “Rasa Percaya Diri adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tua”, dalam
irapetranto.blogspot.com, 28 April 2006.
berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung jawab atas hidup sendiri dan orang
lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.
Maslow pernah mengemukakan mengenai teori motivasi manusia yang
membedakan antara kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) dengan meta kebutuhan
(meta needs). Ia mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih lengkap dan luas tentang
manusia atau kelompok orang yang mengaktualisasikan diri. Yang membedakan mereka
dari orang-orang biasa ialah
1. Mereka berorientasi secara realistik.
2. Mereka menerima diri mereka sendiri, orang lain, dunia kodrati apa adanya.
3. Mereka sangat spontan.
4. Mereka memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri mereka sendiri.
5. Mereka mampu membuat jarak dan memiliki kebutuhan akan privasi.
6. Mereka adalah pribadi yang indenpenden atau berdiri sendiri.
7. Apresiasi mereka terhadap orang-orang dan benda adalah positif, bukan penuh
prasangka.
8. Mereka memiliki hubungan yang mendalam antar sesama manusia.
9. Nilai dan sikap mereka adalah demokratis
10. Mereka bersikap balance/seimbang
11. Perasaan humor mereka, bukan humor yang menimbulkan permusuhan.
12. Mereka sangat kreatif
13. Mereka menentang konformitas kebudayaan.
14. Mereka mengatasi lingkungan, bukan hanya menghadapi. 36
Dari ciri-ciri tersebut, bahwa seseorang yang dapat mengaktualisasikan dirinya
dengan baik adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap
kemampuan yang dimilikinya.
Rasa percaya diri harus ditumbuhkembangkan sejak dini, karena dengan adanya
rasa percaya diri akan mempengaruhi motivasi seseorang.
36
A. Supratiknya, Psikologi Kepribadian 2, Terj. dari Teori-teori Holistik, (Yogyakarta: Kanisius, 1993),
Cet. 12, h. 109.
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok, yang disebut juga naluri,
yakni:
1. Naluri mempertahankan diri
2. Naluri mengembangkan diri
3. Naluri mempertahankan jenis
Oleh karena itu untuk motivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang
akan dituju dan perlu dikembangkan. Sebagai contoh : seorang pelajar sangat tekun dan
rajin belajar meskipun sebenarnya ia hidup didalam kemiskinan bersama keluarganya.
Yang menjadi pertanyaan adalah hal apakah yang menggerakan pelajar itu tekun dan
rajin belajar. Mungkin jawabannya karena ia ingin meningkatkan karier pekerjaannya
sehingga dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anakanaknya kelak.
Jika seseorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia
harus mendengarkan atas naluri dan juga apa saja yang dipelajari dari kebudayaan
lingkungan yang dimilikinya. Untuk mengembangkan motivasi yang baik bagi anak-anak
didik, kita harus dapat mengatur dan menyediakan situasi-situasi baik dalam lingkungan
keluarga maupun sekolah yang memungkinkan persaingan dan kompetensi yang yang
sehat antar anak didik kita. Salah satu ciri seseorang yang memiliki rasa percaya diri,
adalah berani bersaing secara sehat dan tidak cepat patah semangat.
Dalam hal membangkitkan self competition, yakni dengan membiasakan anak
didik mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka masing-masing untuk
memperkuat motivasi mereka. 37 Kita sebagai pendidik harus menunjukkan pada mereka
dengan contoh-contoh kongret sehari-hari dalam masyarakat bahwa dapat tercapai atau
tidaknya suatu maksud atau tujuan sangat bergantung pada motivasi apa yang
mendorongnya untuk mencapai maksud atau tujuan itu.
Oleh karena itu bukanlah motivasi dalam diri anak-anak didik kita, apabila anak
belajar dan bekerja hanya karena takut dimarahi, dihukum, mendapat angka-angka
merah, atau tidak lulus dalam ujian. Karena hal semacam itu hanya akan membuatnya
memiliki rasa percaya diri yang rendah.
37
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, (Bandung: 2003), h.75.
5. Teori Pendidikan Yang Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progresivisme” yang lebih menekankan
pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajaran itu sendiri. Maka munculah “child
centered curriculum” dan “child centered school”. Progresivisme mempersiapkan anak
masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey
dalam artikelnya “My Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari
kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi aplikasi ide Dewey adalah
anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik dulu, kemudian rasa minat.
Kepercayaan akan diri sendiri, dalam pelaksanaan kurikulum kita tidak hanya
mempertimbangkan apa yang harus diajarkan, bagaimana cara mengajarkannya, akan
tetapi juga tujuan yang akan dicapai dan faktor anak itu sendiri. Untuk itu perlu
diusahakan memupuk suasana intelektual di sekolah agar memberi motivasi belajar
kepada murid-murid. 38
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus
memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat hanya individu
yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang
dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika anda
sedang mengalami krisis kepercayaan diri.
1. Evaluasi diri secara obyektif belajar menilai diri secara obyektif dan jujur.
Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri anda, seperti pola
berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri,
kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun
sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (strengths,
weaknesses, obstacles and threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan
menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.
2. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri.
Sadari dan hargailah sekecil apa pun keberhasilan dan potensi yang anda miliki.
Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi
38
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988),
Cet. 4, h. 13.
diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan satu saja prestasi yang pernah diraih,
berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu anda
menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri
sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan, seperti
ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara.
Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang
kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri
hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.
3. Positive thinking.
Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul
dalam benak anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa tidak ada manusia
yang sempurna dan tidak masalah bagiku jika membuat kesalahan. Jangan biarkan
pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar,
bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan
dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hatihatilah agar masa depan anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan
oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian
di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat
bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.
4. Gunakan self-affirmation.
Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata
yang membangkitkan rasa percaya diri.
Contohnya:
• Saya pasti bisa
• Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri.
• Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang
sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan.
• Sayalah yang memegang kendali hidup ini dan saya bangga pada diri sendiri.
Seandainya setiap anak yang baru lahir tidak memiliki keberanian untuk
mencoba, niscaya tak ada yang dapat mereka lakukan. Seandainya seorang balita takut
menghadapi kegagalan, niscaya mereka tak bisa berjalan hingga kini. Sebab, sekedar
untuk berjalan saja, banyak kesulitan yang harus mereka hadapi dan tak sedikit rasa sakit
yang harus mereka tanggung. Hidung mungkin sudah lebih dari sepuluh kali tersungkur
ke tanah hanya karena mereka belajar merangkak. Tetapi anak-anak tak pernah putus asa.
Anak-anak senantiasa bersemangat sampai orang tua memadamkannya dengan alasan
kasih sayang.
Percaya diri terkadang bisa tumbuh dari benda yang kita banggakan. Seseorang
tampil dengan sangat meyakinkan manakala ia membawa handphone, sepeda motor,
minyak wangi ( deodoran) atau yang lainnya. Inilah yang disebut percaya diri semu
ketika lupa tidak memakai deodoran, mereka akan bersembunyi seperti tikus kesiram air.
Industri sangat berkepentingan memelihara percaya diri semu ini agar produknya tetap
laris. “Hari gini ga punya henpon” bunyi iklan produk yang merusak rasa percaya diri
merupakan sifat dari percaya diri semu ini tidaklah bertahan lama dan sangat rapuh.39
Pada dasarnya kita menjadi takut karena kita berkata pada diri sendiri sampai kita
percaya bahwa karena sesuatu itu membahayakan atau menakutkan, maka kita harus terus
menerus memikirkannya, memusatkan perhatian atasnya, merenungkannya, dan
mencemaskannya. 40 Seorang remaja akan memberontak kalau diperlakukan sebagai anak
kecil. Bukanlah ia sudah ingin bebas, ingin dipandang dan diperlakukan sebagai orang
dewasa, bukankah hak-hak dan harga dirinya ingin dihormati dan dihargai, Baik
buruknya dan tinggi rendahnya kadar pengertian tergantung pada kedewasaan dan
kemauan kita memahami remaja dan masalahnya. 41Seorang anak pada dasarnya
membutuhkan bantuan pihak orang tua, dalam hal ini remaja pada umunya tidak suka
dalam berbagai larangan, jangan begini dan jangan begitu. Seorang anak yang sudah pasti
merasa aman di rumah karena ia merasa dirinya dicintai, dihargai dan dipahami. Dan juga
si remaja merasa aman kalau ibu dan ayahnya hidup rukun, dan saling mencintai satu
sama lain. 42Jadilah contoh buat anak. Anak biasanya mengamati dan belajar dari perilaku
39
Fauzi Rachmanto, “Jangan Terjebak Pada Percaya Diri Yang Semu”, dalam
1 Mei 2008.
40
Paul Hauck, Mengapa Harus Takut, (Jakarta: ARCAN, 1992), Cet. 4, h. 59.
Zauzi.blogspot.com,
41
E.H. Tambunan, Remaja Sahabat Kita, (Bandung: Indonesian Publishing house, 1981), h. 41.
42
E.H. Tambunan, Remaja Sahabat Kita, (Bandung: Indonesian Publishing house, 1981), h. 19.
orangtuanya sendiri. 43 Untuk itu, orangtua tidak hanya mendorong anak untuk percaya
diri, tetapi juga menjadi model dari perilaku percaya diri.
Keberhasilan seorang anak dalam lingkungan sosial belum tentu dicapai oleh
anak-anak kebanyakan, dan keberhasilan yang mereka miliki merupakan sikap akan
penerimaan diri mereka sendiri. Sebagai salah satu pokok dari penyesuaian diri adalah
hasil pendidikan yang terjadi dalam lingkup kelompok-kelompok anak di sekolah.
Adapun peran penting sekolah dalam pertumbuhan pada usia remaja (12-18) tahun.
1. Penerimaan manusia terhadap dirinya dan peranannya yang dibebankan oleh jenisnya.
Dalam hal ini sekolah membantu individu untuk menerima dengan senang hati
tubuhnya atau sekurang-kurangnya dapat menerimanya dan menerima peran laki-laki
atau perempuan yang disukai oleh masyarakat.
2. Pembentukan hubungan baru yang matang dengan teman dari dua jenis. Dalam hal ini
sekolah membantu para siswa untu belajar memandang teman-temannya yang wanita
sebagai wanita. Dan menolong mereka untuk menjadi laki-laki di antara laki-laki.
Belajar bekerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama, dengan
mengenyampingkan perasaan-perasaan pribadi. Karena sekolah merupakan bengkel
untuk mempelajari semua keterampilan sosial.
3. Kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Dalam hal ini sekolah
terlepas dari mengikuti dan ketergantungan kepada orang tua. Belajar menyayangi
dan menghormati orang tua tanpa bergantung kepada mereka.
4. Pemilihan pekerjaan dan bersiap untuk itu. Dalam hal ini sekolah menolong siswa
untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya dan sesuai
pula dengan nilai-nilai sosial, merupakan tugas terpenting dari sekolah menengah.
5. Persiapan untuk berkeluarga dan kehidupan keluarga. Dalam hal ini sekolah
membentuk sikap positif terhadap kehidupan keluarga dan memperoleh anak. Bagi
wanita memperoleh pengetahuan khusus tentang rumah tangga dan pendidikan anakanak.
6. Pembentukan keterampilan dan pengertian yang diperlukan untuk berperan serta
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini sekolah pembentukan
43
Utami Rahayu Sri, “Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca”, dalam guruvalah1.20m.cogm, 2009.
pengertian tentang peraturan perundangan pemerintah, ekonomi, geografi dan kodrat
manusia.
7. Mengetahui tindak sosial yang diterima oleh masyarakat, yaitu yang didasarkan atas
tanggung jawab: berperan serta dalam kehidupan masyarakat sebagai seseorang
dewasa, baik masyaraka itu kecil, yang hidup di desa atau di kota.
8. Memperoleh nilai-nilai pilihan yang sesuai dengan gambaran ilmiah obyektif dalam
alam tempat kita hidup: membentuk seperangkat angan-angan, akan tetapi yang dapat
dilaksanakan serta menumbuhkan kemauan untuk melaksanakannya.44
Seseorang dapat dikatakan bahwa ia memiliki rasa percaya diri yang tinggi
apabila orang tersebut kreatif. menurut kamus kreatif merupakan daya kemampuan untuk
mencipta dan menghasilkan sesuatu. Seorang yang kreatif biasanya selalu dihadapkan
dengan tantangan. Tantangan keuangan, tantangan prestasi, tantangan hati nurani dan
masih banyak lagi. Singkatnya, cakrawala masa depan orang yang berjiwa kreatif sangat
luas. Sebaliknya, orang-orang yang tidak kreatif, baik karena malas, bodoh atau dipaksa
keadaan, akan sulit meraih prestasi dan masa depan yang baik. Maka dari itu jadilah
seseorang yang memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi, raihlah cakrawala luas dibawah
langit kreatifitas. 45 Pada dasarnya kreatifitas itu berkisar pada daya temu dan penemu halhal baru yang menyimpang atau berbeda dari gagasan lama. 46 Oleh karena itu dengan
kreatifitas seseorang akan merasa memiliki banyak manfaat akan keberhasilan yang
dicapainya. Karenanya seorang guru diwajibkan juga dalam melaksanakan pembelajaran
harus dapat menunjukkan keteladanannya sebagai sosok yang kreatif untuk dapat
menguasai berbagai teknik yang dapat menstimulasi rasa keingintahuan sekaligus dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri (self esteem) setiap siswanya.
44
Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 45, 71, 125.
45
Nestor Rico Tambunan, Remaja Mandiri, (Jakarta: Arcan, 1992), Cet. 5, h. 4.
46
E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991), Cet. 2, h. 145.
™ Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang kreatif dapat dihasilkan
melalui guru yang kreatif. Siswa yang kreatif dan memupuk rasa percaya diri merupakan
aset yang sangat berharga bagi kehidupan diri pribadinya maupun orang lain.
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar sosial merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses
belajar mengajar pada Ilmu Pengetahuan Sosial yang dinyatakan oleh nilai pula mata
pelajaran tersebut. Pada kenyataan yang terjadi sekarang bahwa untuk siswa seringkali
tidak menunjukan prestasi akademik, ini disebabkan karena ia tidak yakin akan
kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Keyakinan diri juga sangat perlu bagi siswa karena dapat menguatkan kepada pilihan
tindakan pengarahan usaha serta keuletan.
Perkembangan kepercayaan diri :
Suasana mendukung dan bersahabat
Bayi
Rangsangan :
- Lingkungan
Suasana tidak mendukung dan tidak bersahabat
- Keluarga, masyarakat
- Lingkungan kerja
- Sekolah,dll.
Positif
Baik
Harga diri
Konsep diri
Negatif
Buruk
Percaya diri
Tidak percaya diri
Sumber : Sunatan Fitriah. 2005.
Dengan demikian diduga bahwa terdapat korelasi antara hasil belajar dengan
tingkat rasa percaya diri. Artinya semakin tinggi tingkatan rasa kepercayaan diri akan
menghasilkan pula keberhasilan yang memuaskan dalam belajar siswa dan sebaliknya.
C. Hipotesa
Untuk menguji apakah benar ada hubungan rasa percaya diri dengan hasil belajar
siswa
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Maka diperlukan pengujian
hipotesa. Untuk menguji, rumusnya sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antarta variabel X (Rasa percaya diri)
dan variabel Y (Hasil belajar)
Ha : terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X variabel X (Rasa
percayadiri) dan variabel Y (Hasil belajar)
Teknik analisis data product moment untuk mengetahui nilai koefisien korelasi
antara rasa percaya diri dengan hasil belajar IPS siswa SMP Fatahillah Jakarta Selatan.
Instrumen pernyataan angket rasa percaya diri dibuat berdasarkan ciri-ciri seseorang yang
memiliki rasa percaya diri yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu :
1. Yakin pada kemampuan sendiri.
2. Optimis
3. Mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
4. Memiliki ketenangan sikap
5. Berfikir positif
6. Mudah berkomunikasi
7. Berani mencoba dan tidak takut gagal.
8. Mencintai, menghargai diri sendiri
9. Bertanggung jawab.
BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat , Waktu dan Sumber Data Penelitian
1. Tempat Penelitian
SMP Fatahillah, Jakarta Selatan
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan sejak bulan Juni - September 2009.
3. Sumber Data Penelitian.
Dalam hal ini peneliti mendapatkan sumber untuk menjadi landasan serta bantuan
untuk memudahkan penulis, yaitu dengan :
a. Data Primer
Membutuhkan data dari sumber pertama yaitu responden dengan mengisi angket
pernyataan,sedangkan sumber informasi data berupa hasil rapor.
b. Data Sekunder
Menggunakan studi kepustakaan, yaitu berupa buku dan jurnal.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui secara empiris
mengenai hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan
hasil belajar dan seberapa besar pengaruh dari kekuatan
rasa percaya diri terhadap prestasinya.
B. Teknik pengumpulan data
Metode penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan secara sistematis setiap data yang diperoleh kemudian dilaporkan
sebagaimana adanya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis
menggunakan cara :
1.
Observasi adalah pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan
persiapan yang matang, dilengkapi dengan instrumen tertentu. Observasi dapat dikatakan
pula proses pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung ke lokasi untuk
mencari data yang relevan. 47
2. Angket adalah cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui
sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Angket merupakan cara
pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada
responden mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Kuesioner yang akan diajukan yaitu pertanyaan yang variasi jawabannya sedah
ditentukan terlebih dahulu sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk
memilih kecuali yang sudah ditentukan.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS sebagai variabel bebas dan variabel tingkat rasa percaya diri variabel terikat.
Variabel tingkat rasa percaya diri siswa merupakan variabel X yang meliputi
bentuk dari rasa kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki guna mencapai hasil
prestasi belajar siswa. Adapun variabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
merupakan variabel Y yang meliputi materi pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang akan diukur melalui hasil rapor semseter ganjil dan genap. Adapun
D.Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam suatu wilayah maka penelitian penelitiannya
47
151-156.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h.
merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Fatahillah Jakarta Selatan.
2. Sampel merupakan sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari..
Sampel yang diteliti yaitu 42 siswa.
E. Teknik Analisis Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui angket,
kemudian diproses melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Editing yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, dirumuskan
pengelompokannya guna memperoleh data yang benar-benar sempurna dan meneliti
kembali catatan data untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat segera
disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. 48
2. Skoring yaitu setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor
terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Untuk menentukan skoring, semua pertanyan
angket akan pditabulasi dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban dengan
huruf akan diubah menjadi angka, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk jawaban SS, diberi nilai 5
b. Untuk jawaban S, diberi nilai
4
c. Untuk jawaban RR, diberi nilai 3
d. Untuk jawaban TS, diberi nilai 2
e. Untuk jawaban STS, diberi nilai 1
4. Tabulasi yaitu mentabulasi data jawaban responden yang berhasil dikumpulkan ke dalam
48
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), Cet. 8, h. 270.
tabel-tabel yang telah disediakan dan untuk menganalisa data-data yang telah
dikumpulkan, digunakan skala likert yang mengkorelasikan skala keseluruhan untuk
semua dari responden dengan skor pokok untuk semua responden (satu per satu). 49
3. Rumus yaitu dengan penggunaan teknik analisis data dalam penelitian disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi.
Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan dua variabel. Adapun rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi Product Moment, secara operasional analisis data yang
dilakukan melalui tahap berikut :
1. Analisis satu variabel dengan menggunakan rumus
F
P=
X 100 %
N
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi jawaban responden
N: : Jumlah responden
2. Mencari angka korelasi, dengan rumus
Rumusnya :
nΣxy – (Σx)(Σy)
r=
√[nΣx2 - (Σx2)] [nΣy2 – (Σy2)]
Keterangan :
r
= koefisien korelasi Pearson
x
= variabel bebas
y
= variable terikat
3. Memberi interpretasi terhadap rxy, yaitu :
49
Danniel J. Mueller, Mengukur Sikap-sikap Sosial, (Bandung: LEMLIT Press Universitas Pasundan,
1998), h. 21.
1) Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan angka
indeks korelasi ”r” Product Moment seperti di bawah ini :
Besarnya ”r”
Product
Interpretasi
Moment (rxy)
0,00-0,20
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi
akan tetapi korelasi itu sanngat lemah atau sangat
rendah
0,20-0,40
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi
yang lemah
0,40-0,70
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi
yang sedang
0,70-0,90
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi
yang kuat
0,90-1,00
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi
yang sangat kuat dan tinggi
2) Interpretasi terhadap angka indeks korelasi ”r” Pruduct Moment dengan jalan
berkonsultasi pada tabel nilai ”r” Product Moment.
Apabila cara akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nilai (Ho).
b. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan jalan
membandingkan besarnya ”r” Product Moment dengan besarnya ”r” yang
tercantum dalam tabel nilai (rt), terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db)
atau Degrees of Freedomny (df) yang rumusnya:
DF=N-nr
Keterangan :
DF
: Degrees of Freedom
N
: Number of case
nr
: Banyaknya variabel yang dikorelasikan
3) Untuk mengatahui besarnya kadar kontribusi variabel X terhadap variabel Y, maka
NO
DIMENSI
INDIKATOR (KATA KERJA)
INSTRUMEN
JUMLAH
KD: r ² x 100 %
digunakan perhitungan koefisien korelasi dengan determinasi ”R” dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
KD: kontribusi variabel X terhadap variabel Y
R
: koefisienkorelasi antara variabel X dan variabel Y
F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif bentuk
pernyataan kuesioner angket skala rasa percaya diri : berjumlah 20 item pernyataan,
masing-masing 10 item pernyataan untuk pernyataan ( + ) dan ( - ).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel :
a. Variabel bebas
(X) : Rasa percaya Diri.
b. Variabel Terikat (Y) : Hasil Belajar.
1. Angket Skala Rasa Percaya Diri
Penskoran nilai terhadap pernyataan dibagi dalam 5 kategori, yaitu :
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = ragu-ragu
4 = setuju
5 = sangat setuju
KISI (VARIABEL) SKALA RASA PERCAYA DIRI
1.
2.
Self actualization
Esteem needs
Favorable
Unfavorable
(+)
(-)
Mampu berkreasi.
17
18
Mampu mengekspresikan diri.
19
20
Mampu
dengan
5
6
2
hubungan
11
14
6
Mampu menyesuaikan dengan
13
12
Asertif/penerimaan diri.
15
16
Mampu memecahkan masalah.
7
8
Mampu berfikir positif dan
9
10
1
4
3
2
berprestasi
4
baik.
3.
Kecerdasan emosi Mampu
(Social skill)
menjalin
dengan orang lain.
lingkungan baru.
4.
Motivasi
4
optimisme.
5.
Karakteristik
Mampu keluar dari rasa
extrovert
khawatir.
Mampu berbicara lancar.
4
2. Hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai-nilai rapor terdahulu kelas VII
yang berjumlah 42 siswa/i. Dimana nilai-nilai yang ditekankan adalah nilai-nilai yang dalam
hasil rapor semester ganjil/genap, dan untuk pembatasan masalah, penulis menekankan pada
hasil belajar IPS.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah
1. Sejarah Berdirinya
Sekolah SMP Fatahillah merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta yang
bernaung dibawah sebuah yayasan Al-Akbar yang terletak di Pondok Pinang Jakarta
Selatan. Sekolah ini yang berdiri pada tahun 1986 mempunyai tujuan yang didasari oleh
kepedulian remaja dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar terhadap pendidikan Islam dan
juga terhadap masyarakat ekonomi lemah terutama dalam hal pendidikan putra-putrinya.
Hal ini terlihat pada salah satu tujuan didirikannya SMP Fatahillah Jakarta yakni untuk
menolong masyarakat menengah ke bawah agar dapat melanjutkan pendidikan putraputrinya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Yayasan Islam Al-Akbar juga menyelanggarakan progam pendidikan jenjang
SMK yang tidak ingin tertinggal dengan beberapa sekolah yang lebih dulu menunjukan
kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari usaha yang terus menerus dalam memperbaiki mutu
layanan pendidikan bagi penggunaan jasa pendidikan. Mulai dari usaha meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru sebagai penyempurna sistem pendidikan.
2. Visi dan Misi
Dalam upaya mempertahankan eksistensi, Yayasan Al-akbar mengembangkan
aspek-aspek yang termasuk dalam ruang lingkup pendidikan. Yayasan Al-Akbar
memiliki visi dan misi sebagai berikut :
a. Visi
•
Membentuk siswa-siswi berprestasi dan berakhlakul kharimah
b. Misi
•
Melaksanakan KBM secara efektif, kreatif dan inovatif
•
Menumbuhkembangkan semangat kompetitif secara sehat
•
Mengembangkan potensi nilai-nilai keagamaan siswa
•
Menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan Ukhuwah Islamiyah.
3. Komponen Pendidikan
a. Guru
SMP Fatahillah Jakarta Selatan memiliki tenaga pengajar dan tenaga
Kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, jabatan maupun pendidikan
seperti tebel berikut :
Tabel 1 50
NO
1
NAMA GURU
Dra. Lilis Nurhayati
JENJANG
JABATAN
BIDANG STUDI
S1
Kepala Sekolah
Bahasa Indonesia
PLKJ
2
Idrus Syafuddin S. Ag
S1
Wakil Kepsek
Agama
BTA
3
Hamilah, BA
D3
Guru
Bahasa Indonesia
PLKJ
4
Drs. Abdul Haris
S1
Guru
Penjas
5
Misani, S. Pd
S1
Guru
IPA
6
Nurmaningsih. S. Pd
S1
Guru
IPA
IPS
7
Sartiningsih, S.Pd
S1
Guru
Bahasa Inggris
8
Eko Zulham, SH
S1
Guru
Komputer/TIK
9
Sumiyati
S1
Guru
IPS
PLKJ/Seni Budaya
10
Tuti Sarmaini P, S. Ag
S1
Guru
Agama
BK
11
50
Imas Masriysh S. Sos.I
S1
SMP Fatahillah Jakarta Selatan, Tahun ajaran 2009/2010.
Guru
PKN
12
Ainul Wardah. M. Pd
S2
Guru
Seni Budaya
13
Drs. Ruhiyat Sitopang
S1
Guru
Matematika
14
Umi kulsum
SMA
Kepala
TU
15
Yoyo
SMA
Karyawan
-
16
Sulaiman
SMA
Karyawan
-
b. Siswa
Keadaan siswa-siswi yang ada di SMP Fatahillah bervariatif, artinya sekolah
tersebut memiliki beberapa kelas yang cukup mulai dari kelas VII, VIII.1, VIII.2, dan
kelas IX, seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Keadaan siswa-siswi SMP Fatahillah Jakarta Selatan 51
Kelas
Jumlah
VII
35
VIII.1
20
VIII.2
22
IX
40
Total
117
c. Kurikulum dan
siswa/i
Pembelajaran
Kurikulum yang dipergunakan ialah kurikulum Departemen Agama (DEPAG)
dan Departemen Pendidikan Nasional (DIKNAS), serta muatan lokal dan pengembangan
diri.
-
Muatan lokal : Tahfidz, Tadarus Al-Qur’an.
Pengembangan diri : Muhadhoroh.
Ciri-ciri pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa 52
51
52
SMP Fatahillah Jakarta Selatan, Tahun ajaran 2009/2010.
Tate, “Pembelajaran yang berpusat pada siswa”, dalam
http://www.google.co.id/ciri+pembelajaran+yang+berpusat+pada+siswa, 1993.
Pengajaran berpusat pada guru
Fokus pada materi dan penekanan pada
Pembelajaran berpusat pada siswa
Fokus pada proses dan penekanan pada
mengetahui apa.
mengetahui bagaimana.
Siswa bekerja secara individual, sering kali berk
ompetisi satu sama lain.
Siswa bekerja dalam kelompok/tim secara
kolektif dan kolaboratif.
Siswa bergantung (dependen) pada guru.
Siswa bekerja secara independen.
Tujuan belajar ditentukan oleh guru.
Tujuan belajar dinegosiasikan dengan siswa.
Penilaian dengan ujian tertulis.
Penilaian dengan berbagai cara.
Pengetahuan ditransfer dari guru ke siswa.
Siswa aktif membangun dan mensintesa pe
ngetahuan dari banyak sumber.
Ceramah dominan dalam penyampaian materi.
Guru berperan sebagai pakar.
Kegiatan belajar fleksibel dan tak selalu
di dalam kelas.
Guru berperan sebagai fasilitator, narasu
mber, dan mitra bagi siswa
Pembelajaran di SMP Fatahillah metode sepenuhnya pembelajaran yang
diperankan oleh guru, sedangkan murid di sekolah tersebut cenderung hanya menerima
materi dari seorang guru. Waktu untuk berdiskusi lebih banyak habis terbuang dengan
kebiasaan buruk siswa untuk mengobrol dan tidak tentu arah dalam melaksanakan dan
merencanakan pembelajaran di kelas. Saat pembelajaran segera dilaksanakan, terlebih
dahulu guru memulai dengan mengajak siswa untuk bertadarus dan guru mulai
memimpin pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an, kemudian setelah selesai guru
memberikan apersepsi materi yang sebelumnya dan mengingatkan siswa untuk selalu
bertanya mengenai materi sebelumnya apakah masih ada yang mengingatnya. Setelah
apersepsi selesai dibahas, guru mulai menyiapkan meteri baru dengan harapan
sebelumnya murid-murid sudah membaca materi tersebut dengan tujuan agar guru lebih
mudah untuk menjelaskan, dan kenyataannya hampir 90% siswa tidak ada yang memiliki
buku paket dan pembelajaran kembali berpusat pada guru serta penguasaan penuh materi
disampaikan oleh guru tanpa jalinan kerjasama antara guru dengan siswa seperti Tanya
jawab. Setelah proses belajar mengajar selesai pada waktu yang ditetapkan, masingmasing wali kelas mendatangi kelas untuk menyuruh siswa agar menunaikan ibadah
shalat berjama’ah di mushola. dan seperti biasanya siswa di SMP Fatahillah terlebih
dahulu harus selalu diberikan aba-aba atau pemberitahuan.
Penulis menyimpulkan bahwa peran guru sangat besar sebagai pengajar, peran
siswa sangat kurang untuk bertanya, mengemukakan gagasan, merancang (membuat
sesuatu), kurangnya media pembelajaran yang digunakan di sekolah dan lingkungan
siswa, minat yang kurang bagi siswa untuk mengikuti pelaksanaan bimbingan dan
penyuluhan yang dilaksanakan oleh guru kelas masing-masing.
d. Sarana dan Prasarana
SMP Fatahillah memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar mulai dari ruang sekolah yang memadai maupun sarana lain seperti
berikut :
•
Laboratorium IPA
•
Perpustakaan
•
Laboratorium Komputer
•
Mushola, toilet
•
Lapangan Olah raga
G. Pengumpulan Data
1. Persiapan Penelitian
a. Pertama penulis memilih masalah yang akan diteliti dan merumuskannya dalam
bentuk judul penelitian. Judul tersebut kemudian diajukan kepada Ketua Jurusan
Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) guna mendapatkan persetujuan.
b. Judul tersebut didaftarkan di sekretariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
menentukan dosen pembimbing dan sekaligus dibuatkan surat permohonan izin
penelitian yang telah ditandatangani.
c. Surat permohonan izin penelitian disampaikan kepada Kepala Sekolah yang
dituju dan selanjutnya dibicarakan kapan penelitian dapat dilakukan. Selanjutnya
Kepala Sekolah menyerahkan kepada Guru Pembimbingan, untuk mengatur
pelaksanaan penelitian, seperti waktu penelitian, kelas dan siswa yang akan
dijadikan sampel penelitian.
d. Penyusunan angket (instrumen penelitian)
Setelah penulis menetapkan masalah yang akan diteliti kemudian menyusun
instrumen penelitian. Dalam hal ini penulis memutuskan akan menggunakan
angket sebagai teknik pengumpulan data. Angket yang telah disusun
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan setelah mendapatkan persetujuan
untuk mendapatkan sampel penelitian dan menentukan waktu penyebaran angket.
2. Pelaksanaan Penelitian
Sesuai dengan hari yang telah ditentukan oleh penulis, kemudian angket
dibagikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian, yaitu siswa kelas VIII di
SMP Fatahillah Jakarta Selatan yang berjumlah 42 siswa (sampel 100 %).
Langkah-langkah kegiatan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
a. Penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan penyebaran
angket.
b. Penulis membagikan angket kepada responden siswa kelas VIII SMP Fatahillah
Jakarta Selatan sebanyak 42 siswa.
c. Penulis menjelaskan cara-cara pengisian angket yang akan di isi oleh siswa.
d. Penulis memberikan waktu 15 menit kepada siswa untuk mengisi angket.
e. Penulis mengumpulkan kembali angket yang telah diisi oleh siswa.
f. Penulis memberikan ucapan terima kasih kepada siswa/responden yang telah
mengisi angket dan ucapan terima kasih kepada Guru Pembimbing serta Kepala
Sekolah yang telah memberikan araham, waktu dan petunjuknya dalam
penyebaran angket.
H. Deskriptif dan Analisis Data
Setelah data terkumpul yang diperoleh dari hasil jawaban siswa melalui angket,
selanjutnya dianalisa dan dikelompokkan sesuai dengan jawaban yang sejenis ke dalam
tabulasi
pengelompokkan,
kemudian
masing-masing
data
jawaban
tersebut
dipresentasikan terhadap jumlah jawaban sesuai dengan masing-masing item tersebut
dengan menggunakan rumusan. Seperti yang telah dijelaskan di bab III sebagai berikut :
F
P=
X 100 %
N
Keterangan : P
: Presentasi yang dicari
F
: Frekuensi jawaban
N
: Jumlah sampel penelitian
Hasil dari pada data tersebut merupakan bukan interpretasi data, yang nantinya
merupakan tafsiran jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam angket yang sebelumnya
digradasikan melaui pedoman gradasi yang telah dijelaskan di bab III, yaitu :
Besarnya ”r” Product
Interpretasi
Moment (rxy)
0,00-0,20
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi akan
tetapi korelasi itu sanngat lemah atau sangat rendah
0,20-0,40
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang
lemah
0,40-0,70
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang
sedang
0,70-0,90
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang
kuat
0,90-1,00
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang
sangat kuat dan tinggi
Adapun hasil tabulasi data dari kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
1. Tabulasi Korelasi
a. Variabel X (Rasa Percaya Diri)
Rasa percaya diri merupakan satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting
dalam kehidupan manusia. Kebutuhan yang paling penting adalah kebutuhan akan rasa
percaya diri dan rasa superioritas (Lauster, 1999: 10).
Tabel 3
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat yang
ada di papan tulis, saya selalu merasa tampil berani mengemukakan pendapat saya untuk
menguraikan jawaban dari papan tulis tersebut. ( + )
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
1.
SS
0
0
S
13
30,95
RR
25
59,52
TS
4
9,52
STS
0
0
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa melalui pembelajaran, dimana
saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, baik
dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan menguraikan jawaban dari papan tulis,
siswa merasa tampil berani berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik sesama teman
ataupun guru. Kenyataan sosial yang dialami kebanyakan orang/manusia dengan cara
yang paling sederhana dan langsung adalah interaksi yaitu di mana individu saling
berhubungan dan mempengaruhi. Dalam hal ini, dapat diterangkan bahwa hanya 30,95%
siswa yang memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan kebanyakan
responden menyatakan ragu-ragu, 59,52 %.
Tabel 4
Guru membuat saya tidak antusias saat pembelajaran IPS dimulai. ( - )
NO JAWABAN
2.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
0
0
S
7
16,67
RR
22
52,38
TS
11
26,19
STS
2
4,76
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa melalui pembelajaran IPS
seharusnya siswa mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik, baik dalam
lingkungan sekolah yaitu berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama teman ataupun
guru. Kenyataan sosial yang dialami jumlah terbesar merupakan jawaban atas keraguan
siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran IPS, sebanyak 52,38%. Dalam hal ini dapat
diterangkan bahwa peran serta atau antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS
rendah sebanyak 26,19%.
Tabel 5
Guru membuat saya sangat antusias sekali saat pembelajaran IPS dimulai. ( + )
NO JAWABAN
3.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
1
2,38
S
19
38,09
RR
11
26,19
TS
11
26,19
STS
0
0
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa siswa yang memiliki antusias tinggi
saat pembelajaran dimulai, sebanyak 38,09%.
Tabel 6
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat yang
ada di papan tulis, saya sering sekali terlihat gugup untuk sekiranya tampil menguraikan
jawaban dari papan tulis tersebut. ( - )
NO JAWABAN
4.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
5
11,90
S
24
57,14
RR
13
30,95
TS
0
0
STS
0
0
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel diats dapat diterangkan bahwa siswa banyak sekali yang terlihat gugup
saat mengemukakan pendapat, sebesar 57,14%, selebihnya merasa ragu-ragu, sebanyak
30,95%.
Tabel 7
Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil kerja saya dalam
pembelajaran IPS, baik dalam bentuk nilai, komentar atau masukan lain. ( + )
NO JAWABAN
5.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
2
4,76
S
23
54,76
RR
13
30,95
TS
4
9,52
STS
0
0
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diterangkan bahwa dalam pembelajaran IPS
seharusnya siswa berhak memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil kerja dalam
bentuk nilai, komemtar atau masukan yang membangun. Namun pada kenyataannya
siswa hanya mendapatkan cukup penghargaan hanya sebanyak 54,76%.
Tabel 8
Saya selalu merasa mendapatkan kritikan dari guru di setiap pembelajaran IPS. ( - )
NO JAWABAN
6.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
8
19,05
S
20
47,61
RR
13
30,95
TS
1
2,38
STS
0
0
42
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa dalam setiap pembelajaran IPS
guru seharusnya terlebih dahulu membangun motivasi atau semangat siswa. Pada
kenyataannya yang dialami siswa justru, mereka sering sekali mendapatkan kritikan oleh
guru, sebanyak 47,61%.
Tabel 9
Saya tahu bagaimana harus menghadapi masalah yang membingungkan pada pembelajaran IPS.
(+)
NO JAWABAN
7.
SS
FREKUENSI
0
PROSENTASE
0
S
11
26,19
RR
23
54,76
TS
7
16,67
STS
1
2,38
42
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat di terangkan bahwa hampir seluruh siswa
menghadapi masalah yang membingungkan dalam materi pelajaran IPS, sebanyak 54,76
%. Dan hanya ada beberapa siswa saja yang dapat menghadapi masalah saat
pembelajaran dimulai sebanyak 26,19 %.
Tabel 10
Saya tidak tahu bagimana cara menghadapi masalah yang membingungkan pada pembelajaran
IPS. ( - )
NO JAWABAN
8.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
5
11,90
S
15
35,71
RR
17
40,47
TS
4
9,52
STS
1
2,38
42
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas dapat di terangkan bahwa banyak siswa tidak tahu cara
menyelesaikan masalah yang membingungkan, ini terlihat atas keraguan yang dimiliki
siswa sebanyak 40,47 dan jawaban setuju sebanyak 35,71 % yang menyatakan bahwa
siswa tidak tahu harus bagaimana menyelesaikan masalah yang membingungkan saat
pembelajaran dimulai.
Tabel 11
Saya selalu merasa yakin, bahwa saya akan berhasil dalam pembelajaran materi IPS. ( + )
NO JAWABAN
9.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
3
7,14
S
14
33,33
RR
22
52,38
TS
2
4,76
STS
1
2,38
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa dalam pembelajaran IPS
seharusnya materi-materi yang disampaikan dapat membuat seluruh siswa berhasil dalam
mengikuti proses pembelajaran. Namun pada kenyataannya seluruh siswa ragu-ragu akan
keberhasilan dalam pembelajaran, sebanyak 52,38% dan yang menyatakan sangat setuju
hanya sebanyak 7,14 %.
Tabel 12
Saya tidak merasa yakin akan berhasil dalam pembelajaran materi IPS. ( - )
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
0
0
S
13
30,95
RR
23
54,76
TS
3
7,14
STS
3
7,14
42
100 %
10. SS
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa siswa tidak merasa yakin akan
keberhasilannya, sebanyak 54,76% menyatakan ragu-ragu.
Tabel 13
Mudah bagi saya untuk bersosialisasi dengan teman sekelas saat pembelajaran diskusi IPS di
mulai. ( + ).
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
1
2,38
S
18
42,85
RR
11
26,19
TS
5
11,90
STS
7
16,67
42
100 %
11. SS
JUMLAH
Bahwa melalui pembelajaran IPS siswa mampu berinteraksi dan bersosialisasi
dengan baik, baik dalam lingkungan sekolah yaitu berinteraksi dan bersosialisasi dengan
sesama teman untuk berdiskusi ataupun dengan guru dan maupun dalam lingkungan
masyarakat. Berdasarkan tabel diatas dapat di terangkan bahwa dalam bersosialisasi
prosentase terbanyak hanya 42,85% yang menyatakan setuju dan yang menyatakan
keraguannya akan keberhasilan dalam berinteraksi skor cukup tinggi sebanyak 26,19 %.
Tabel 14
Sulit bagi saya untuk bersosialisasi dengan teman sekelas saat diskusi pembelajaran IPS di mulai.
(-)
NO JAWABAN
FREKUENSI
12. SS
PROSENTASE
1
2,38
S
18
42,85
RR
11
26,19
TS
5
11,90
STS
7
16,67
42
100 %
JUMLAH
Seharusnya
melalui
pembelajaran
IPS
siswa
mampu
berinteraksi
dan
bersosialisasi dengan baik, baik dalam lingkungan sekolah yaitu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan sesama teman untuk berdiskusi ataupun dengan guru dan maupun
dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan tabel diatas dapat di terangkan bahwa siswa
sulit untuk bersosialisasi prosentase terbanyak 42,85% yang menyatakan setuju.
Tabel 15
Saya mampu beradaptasi dengan segala sesuatu materi pembelajaran IPS yang baru. ( + )
NO JAWABAN
13.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
1
2,38
S
16
38,09
RR
17
40,48
TS
4
9,52
STS
4
9,52
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa melalui pembelajaran IPS
siswa mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik, kenyataan menerangkan bahwa
tingkat keraguan siswa sangat besar dalam beradaptasi, sebanyak 40,48% dan yang
menyatakan sangat setuju dalam beradaptasi sebanyak 2,38 %.
Tabel 16
Saya tidak mampu beradaptasi dengan segala sesuatu materi pembelajaran IPS yang baru. ( - )
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
14.
SS
1
2,38
S
16
38,09
RR
21
50,00
TS
4
9,52
STS
0
0
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa yang menyatakan tidak
mampu untuk beradaptasi sebanyak, 38,09% untuk jawaban setuju.
Tabel 17
Saya yakin, mampu akan potensi diri yang saya miliki untuk dapat menyelesaikan pembelajaran
IPS. ( + )
NO JAWABAN
15.
FREKUENSI
PROSENTASE
SS
1
2,38
S
16
38,09
RR
20
47,62
TS
2
4,76
STS
3
7,14
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel di atas bahwa melalui pembelajaran IPS siswa seharusnya
mampu menyelesaikan pembelajaran dengan baik dan yakin akan kemampuan potensi
diri yang dimiliki. Pada kenyataannya bahwa siswa ragu akan kemampuan potensi yang
dimilikinya, sebanyak 47,62%.
Tabel 18
Saya tidak yakin, mampu akan potensi diri yang saya miliki untuk dapat menyelesaikan
pembelajaran IPS. ( - )
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
16.
SS
3
7,14
S
14
33,33
RR
16
38,09
TS
7
16,67
STS
2
4,76
JUMLAH
42
100 %
Berdasarkan tabel di atas bahwa siswa menyatakan setuju akan ketidakmampuannya
untuk dapat menyelesaikan pembelajaran, sebanyak 33,33%.
Tabel 19
Saya selalu merasa percaya diri dihadapan teman-teman yang lain saat tampil untuk
mendiskusikan materi pembelajaran IPS yang sedang berlangsung. ( + )
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
1
2,38
S
15
35,71
RR
18
42,86
TS
4
9,52
STS
4
9,52
42
100 %
17. SS
JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas dapat di terangkan bahwa rasa percaya diri dapat
menentukan keberhasilan siswa dalam pembelajaran dan berdampak terhadap prestasi
belajar yang dicapai. Kenyataan sosial menyatakan bahwa siswa memiliki keraguan akan
rasa percaya diri saat tampil untuk mendiskusikan materi pembelajaran, sebanyak
42,86%.
Tabel 20
Saya sering sekali merasa tidak percaya diri saat tampil untuk mendiskusikan materi
pembelajaran IPS yang sedang berlangsung. ( - )
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
6
14,28
S
16
38,09
RR
15
35,71
TS
4
9,52
STS
1
2,38
42
100 %
18. SS
JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas dapat di terangkan bahwa siswa tidak percaya diri,
sebanyak 38,09% yang menyatakan setuju.
Tabel 21
Saya mampu mempresentasikan hasil karya saya dihadapan teman sekelas. ( + )
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
0
0
S
11
26,19
RR
25
59,52
TS
4
9,52
STS
2
4,76
42
100 %
19. SS
JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas dapat di terangkan bahwa siswa seharusnya merasa
percaya diri dan mampu untuk mempresentasikan hasil karya dihadapan teman sekelas.
Namun pada kenyataan yang ada bahwa ketidakyakinan siswa saat mempresentasikan
hasil karya dihadapan teman sekelasnya, sebanyak 59,52% yang menyatakan ragu-ragu.
Tabel 22
Saya tidak mampu untuk mempresentasikan hasil karya saya dihadapan teman-teman sekelas.
(-)
NO JAWABAN
FREKUENSI
PROSENTASE
7
16,67
S
6
14,29
RR
22
52,38
20. SS
TS
6
14,29
STS
1
2,38
42
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas dapat di terangkan bahwa siswa seharusnya merasa percaya
diri dan mampu untuk mempresentasikan hasil karya dihadapan teman sekelas. Namun pada
kenyataan yang ada bahwa siswa menyatakan ketidakmampuannya untuk mempresentasikan
hasil karyanya, sebanyak 16,67% dan ragu-ragu 52,38%. Ini menyatakan bahwa hampir
sebagian besar siswa memiliki rasa rendah diri akan kemampuan potensi yang dimilikinya
dalam mempresentasikan hasil karya dihadapan teman sekelasnya.
b. Variabel Y (Hasil belajar)
Hasil belajar dapat dikatakan prestasi belajar yang merupakan kemampuan
internal yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ada dalam pribadi
seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu. Menurut Bloom, hasil
belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. 53
53
Taruh Eros, “Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Dalam Kaitannya Dengan Hasil Belajar”, dari www.
rakasmuda.com, 11 Desember 2000.
Hasil Belajar Rapor Smester Ganjil dan Genap
Mata Pelajaran
Responden
1
Semester
IPS
IPA
MTK
B. Inggris
B. Indonesia
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
2
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
68
55
62
58
60
(64)
3
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
4
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
5
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
6
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
7
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
8
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
9
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
10
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
11
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
12
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
13
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
14
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
15
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
16
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
17
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
18
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
19
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
20
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
21
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
22
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
68
58
60
(59)
23
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
24
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
25
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
26
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
55
60
(59)
27
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
28
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
29
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
30
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
31
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
32
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
33
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
34
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
35
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
55
60
(59)
36
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
37
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
38
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
39
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
40
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
41
Ganjil
60
55
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
42
Ganjil
60
68
62
55
60
Genap
58
55
62
58
60
(59)
Data Hasil Rapor
™ Rapor di bedakan atas rentang/nilai :
Tinggi
( Hijau )
= Skor ≥ 75
Sedang ( Kuning ) = Skor ≥ 65
Rendah ( Merah )
= Skor ≤ 65
™ Dari hasil data rapor di atas, dapat di ambil sampel yang tertinggi (data dibawah
ini ada dalam lampiran).
Pada responden nomor 23 “Nurfathin Maulinda”, dengan hasil rapor
mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran Matematika, dengan nilai = “68”
pada semester genap.
Pada responden nomor 2 “Riswan”, hasil rapor mendapatkan nilai tinggi
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dengan nilai = “68” pada semester
genap.
Pada responden nomor 42 “M.Iqbal”, hasil rapor mendapatkan nilai cukup
tinggi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam , dengan nilai = “68” pada
awal semester
Disimpulkan bahwa kondisi tersebut tidak sebanding dengan total siswa/i
yang berjumlah 42 siswa yang terdiri dari dua kelas, hanya 7% ( 2,94) siswa/i
saja yang nilainya cukup tinggi dibandingkan siswa/i yang lainnya. Adapun hasil
dari siswa/i yang tergolong nilainya diatas rata-rata tersebut belum cukup tinggi,
karena tergolong rentang nilai “Sedang” = Skor ≥ 65.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat rasa percaya diri
siswa/siswi SMP Fatahillah Jakarta Selatan masih sangat kurang. Hal ini dapat
dilihat pada tingginya jawaban siswa/i yang negatif terhadap menyikapi kejadiankejadian di lingkungan sekolah pada saat pembelajaran dimulai. Jadi,
berdasarkan tabel diatas dapat disimpulakan bahwa tingkat rasa percaya diri yang
dimiliki oleh siswa terhadap pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi
hasil belajar rapor.
2. Analisis Korelasi Variabel X (Rasa Percaya Diri) dan Variabel Y (Hasil Belajar)
Setelah dilakukan tabulasi data dengan memberikan skor nilai pada tiap-tiap item
jawaban. Selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam analisis data ini akan
dilakukan uji coba hipotesis yang telah dirumuskan pada pembahasan
sebelumnya. Adapun rumus yang digunakan adalah korelasi product moment
untuk mengetahui berapa besar tingkat atau kekuatan korelasi antara variabel X
dan variabel Y. sebelumnya akan dilakukan perhitungan untuk memperoleh angka
indeks korelasinya (rxy), dengan terlebih dahulu menyiapkan tabel kerja atau
tabel perhitungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 24
Tabel Perhitungan Variabel Y
(Hasil Belajar Siswa)
Responden
Kelas
Daftar Nilai Semester Ganjil
dan Genap kelas VIII
1
VIII
59
2
VIII
64
3
VIII
59
4
VIII
59
5
VIII
59
6
VIII
59
7
VIII
59
8
VIII
59
9
VIII
59
10
VIII
59
11
VIII
59
12
VIII
59
13
VIII
59
14
VIII
59
15
VIII
59
16
VIII
59
17
VIII
59
18
VIII
59
19
VIII
59
20
VIII
59
21
VIII
59
22
VIII
59
23
VIII
59
24
VIII
59
25
VIII
59
26
VIII
59
27
VIII
59
28
VIII
59
29
VIII
59
30
VIII
59
32
VIII
59
33
VIII
59
34
VIII
59
35
VIII
59
36
VIII
59
37
VIII
59
38
VIII
59
39
VIII
59
40
VIII
59
41
VIII
59
42
VIII
59
Adapun skor total dari variabel rasa percaya diri (X) dan variabel hasil belajar (Y)
dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 25
Rasa percaya diri (X) dan hasil belajar siswa (Y)
No.
X
Y
1
72
59
2
68
64
3
67
59
4
72
59
5
70
59
6
70
59
7
66
59
8
53
59
9
69
59
Responden
10
69
59
11
70
59
12
57
59
13
65
59
14
63
59
15
70
59
16
64
59
17
68
59
18
59
59
19
59
59
20
62
59
21
68
59
22
66
59
23
63
59
24
75
59
25
63
59
26
59
59
27
65
59
28
65
59
29
64
59
30
65
59
31
68
59
32
71
59
33
65
59
34
67
59
35
69
59
36
65
59
37
65
59
38
64
59
39
63
59
40
69
59
41
63
59
42
72
59
Jumlah
2767
2483
65,88
59,12
Analisis hubungan rasa percaya diri dengan hasil belajar siswa. Untuk menguji
hubungan antara variabel rasa percaya diri dengan hasil belajar siswa dilakukan dengan
rumus koefisien korelasi Product Moment, untuk itu dibutuhkan tabel bantu uji korelasi
seperti yang terdapat pada tabel 27 sebagai berikut :
Tabel 26
Tabel Bantu Uji Korelasi Product Moment
Variabel (X) Rasa percaya diri dan variabel (Y) Hasil belajar siswa
No.
Nilai X
Nilai Y
Nilai X²
Nilai Y²
Nilai XY
1
72
59
5184
3481
4248
2
68
64
4624
4096
4352
3
67
59
4489
3481
3953
4
72
59
5184
3481
4248
5
70
59
4900
3481
4130
6
70
59
4900
3481
4130
7
66
59
4356
3481
3894
8
53
59
2809
3481
3127
9
69
59
4761
3481
4071
10
69
59
4761
3481
4071
11
70
59
4900
3481
4130
12
57
59
3249
3481
3363
13
65
59
4225
3481
3835
14
63
59
3969
3481
3717
Responden
15
70
59
4900
3481
4130
16
64
59
4096
3481
3776
17
68
59
4624
3481
4012
18
59
59
3481
3481
3481
19
59
59
3481
3481
3481
20
62
59
3844
3481
3658
21
68
59
4624
3481
4012
22
66
59
4356
3481
3894
23
63
59
3969
3481
3717
24
75
59
5625
3481
4425
25
63
59
3969
3481
3717
26
59
59
3481
3481
3481
27
65
59
4225
3481
3835
28
65
59
4225
3481
3835
29
64
59
4096
3481
3776
30
65
59
4225
3481
3835
31
68
59
4624
3481
4012
32
71
59
5041
3481
4189
33
65
59
4225
3481
3835
34
67
59
4489
3481
3953
35
69
59
4761
3481
4071
36
65
59
4225
3481
3835
37
65
59
4225
3481
3835
38
64
59
4096
3481
3776
39
63
59
3969
3481
3717
40
69
59
4761
3481
4071
41
63
59
3969
3481
3717
42
72
59
5184
3481
4248
ΣX =2767
ΣY =2483
ΣX²=
ΣY²=
183101
146817
ΣXY =
163593
65,88
59,12
Jumlah
Rata-rata
Tabel uji korelasi di atas dalam perhitungannya menggunakan bantuan program
Microsoft Excel. Berdasarkan perhitungan dari tabel 27 tersebut sebagai berikut :
Σx = 2767
Σy = 2483
Σx2 = 183101 Σy2 = 146817 Σxy = 163593
Penulis memasukkan kedalam rumus sebagai berikut :
NΣXY – (ΣX) (ΣY)
r
=
√ {NΣX2 - (ΣX)²} {NΣY2 – (ΣY)²}
42 (163593) – (2767) (2483)
=
√ {42(183101)-(2767)²} {42(146817) –(2483)²}
6870906 – 6870461
=
√ {7690242 – 7656289} {6166314 – 6165289}
4455
=
√ (33953) (1025)
4455
=
√ 34801825
= 0,755
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa angka korelasi antara
variabel X dan variabel Y bertanda positif. Jika besarnya rxy yang telah diperoleh yaitu
0,755 ternyata terletak di antara
0,70-0,90 bedasarkan pedoman dikemukakan pada
sebelumnya dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y
merupakan korelasi yang kuat.
3. Pengujian Hipotesa
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment antara variabel (X) dan
(Y) sebesar 0,755 mempunyai arti hubungan antara variabel rasa percaya diri siswa
terhadap hasil belajar studi pada mata pelajaran IPS sangat kuat dan searah (positif).
Korelasinya bersifat signifikan.
KD = r2 X 100 %
= 0,7552 X 100 %
= 0,570 X 100 %
= 57 %
Angka koefisien penentu sebesar 57 % menunjukkan rasa percaya diri siswa terhadap
hasil belajar berkorelasi. Variabel lainnya sebesar 43 % merupakan variabel yang tidak
berpengaruh.
4. Uji Signifikan
Untuk menguji signifikansi hubungan yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu
berlaku untuk seluruh populasi 117 orang, maka perlu dilakukan uji signifikansinya.
Harga t
hitung
tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel t. Untuk kesalahan 43 %,
uji 2 pihak dan dk untuk ( n – 2 ) atau ( 42 – 2 ).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis memasukkannya ke dalam rumus sebagai
berikut :
r √n – 2
t =
√1 – r2
berikut :
0.755 √42 – 2
t =
√1 – 0.755
0.755 √40
t =
√0.245
t =
4.774
0.495
t = 9.64
Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan di atas, maka dapat dinyatakan
hipotesis nol ditolak (Ho : tidak terdapat korelasi yang signifikan antara rasa percaya diri
dan hasil belajar siswa), dan hipotesis alternatif diterima (Ha : terdapat korelasi positif
yang signifikan antara variabel (X) rasa percaya diri dan variabel (Y) hasil belajar).
Dengan demikian, kesimpulannya koefisien korelasi antara tingkat rasa percaya
diri siswa dengan hasil belajar (studi pada mata pelajaran IPS) siswa 0,755 signifikan,
artinya koefisien korelasi tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku untuk
sampel 42 orang.
E. Hasil Penelitian
1. Prestasi Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS
Prestasi belajar siswa dilihat dari aspek kognitif, yaitu nilai rapor ketika dikelas
VII. Berdasarkan hasil rapor siswa SMP Fatahillah Jakarta Selatan memiliki prestasi
belajar dengan skor rendah = ≤ 65 (59 – 64). Angka tersebut berdasarkan tabel prestasi
hasil belajar dan predikatnya menurut Muhibbin Syah termasuk dalam kelompok rendah.
Artinya, hasil prestasi belajar siswa SMP Fatahillah, Jakarta Selatan tergolong rendah.
Dari hasil data rapor dapat diambil sampel yang tertinggi, yaitu :
Pada responden nomor 23 Nurfathin Maulinda, dengan hasil rapor mendapatkan
nilai tertinggi pada mata pelajaran Matematika, dengan nilai = 68 pada semester genap.
Pada responden nomor 2 Riswan, hasil rapor mendapatkan nilai tinggi pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dengan nilai = 68 pada semester genap. Pada
responden nomor 42 M.Iqbal hasil rapor mendapatkan nilai cukup tinggi pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam , dengan nilai = 68 pada awal semester
Bahwa kondisi tersebut tidak sebanding dengan total siswa/i yang berjumlah 42
siswa yang terdiri dari dua kelas, hanya 7% ( 2,94) siswa/i saja yang nilainya cukup
tinggi dibandingkan siswa/i yang lainnya. Adapun hasil dari siswa/i yang tergolong
nilainya diatas rata-rata tersebut belum cukup tinggi, karena tergolong rentang nilai
“Sedang” = Skor ≥ 65. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat rasa percaya diri siswa/siswi
SMP Fatahillah Jakarta Selatan masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat pada tingginya
jawaban siswa/i yang negatif terhadap menyikapi kejadian-kejadian di lingkungan
sekolah pada saat pembelajaran dimulai. Jadi, berdasarkan analisis bahwa tingkat rasa
percaya diri yang dimiliki oleh siswa terhadap pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
prestasi hasil belajar rapor.
2. Hubungan Tingkat Rasa Percaya diri dengan Hasil Belajar
Rasa percaya diri (self confidence) merupakan hal penting untuk ditanamkan dalam setiap
individu agar memperoleh bekal dasar dalam pembelajaran. Berdasarkan pemaparan
naratif dari rasa percaya diri tergolong dalam kelompok rendah. Dan siswa yang memiliki
rasa percaya diri rendah melahirkan prestasi hasil belajar yang rendah.
Hasil perhitungan koefisien korelasi yaitu sebesar 57 %, hubungan antara variabel
rasa percaya diri terhadap prestasi hasil belajar siswa tergolong cukup kuat. Sisanya,
yaitu sebesar 43 % prestasi hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor lain. Misalnya,
dukungan orang tua dan sebagainya. Prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh
rasa percaya diri yang dimilikinya. Tetapi juga, dengan perhitungan koefisien korelasi
yaitu sebesar 57 % menggambarkan bahwa rasa percaya diri sangat mempengaruhi
pretasi hasil belajar siswa di sekolah. Meskipun, 43 % dari sisanya prestasi hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian, siswa yang memiliki rasa percaya
diri sedang atau cukup dan menjalankan peranannya dengan baik sebagai peserta didik
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
Statistik koefisien korelasi pearson menunjukan bahwa hubungan antara peranan
orang tua terhadap prestasi belajar siswa sebesar 57 %. Artinya, hubungan korelasi
tergolong kuat dan indeks korelasi ”r” Product Moment memberi interpretasi terhadap
rxy menunjukan hasil 0,755 (0,70-0,90) yang berarti memang terdapat korelasi yang kuat.
Dengan demikian, hubungan antara rasa percaya diri terhadap prestasi hasil belajar siswa
adalah kuat. Itu terlihat secara naratif tingkat rasa percaya diri siswa rendah, maka
prestasi hasil belajar siswa akan rendah. Perhitungan korelasi koefisien pearson
menunjukan hubungan yang kuat antara rasa percaya diri siswa dengan prestasi hasil
belajar siswa. Artinya, rasa percaya diri mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa.
3. Pembahasan Hasil Pengamatan
Selain melakukan penyebaran angket penulis juga melakukan observasi terhadap
sarana dan prasarana di SMP Fatahillah Jakarta Selatan yang menunjukan bahwa :
a.
Keadaan gedung di SMP Fatahillah Jakarta Selatan masih kurang baik.
b.
Peranan guru kurang dihargai oleh murid.
c.
Bentuk sosialisasi antar murid masih sangat kurang
d.
Sikap
kurang
baik
selalu
terjadi
saat
pembelajaran
dimulai
maupun
berlangsungnya pembelajaran (saling mengejek antar murid pada saat teman
sekelasnya tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil jawaban)
e.
Sarana belajar mengajar kurang memadai dan suasana lingkungan sekolah yang
sangat bising dan tidak kondusif.
Berdasarkan kenyataan yng ada, penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
keadaan lingkungan sekolah tidak mendukung tumbuhnya rasa percaya diri akan
kemampuan
potensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini pun pada gilirannya sangat
mempengaruhi prestasi hasil belajar yang dimiliki oleh siswa SMP Fatahillah Jakarta
Selatan.
Berdasarkan tabel perhitungan interpretasi interval pengelompokan rasa percaya
diri yang dimiliki oleh siswa (tabel 12) yang menyatakan ragu-ragu akan keberhasilannya
dalam pembelajaran, sebanyak 54,76% dan 30,95% menyatakan setuju. (tabel 20) siswa
menyatakan tidak merasa percaya diri saat tampil untuk mendiskusikan materi saat
pembelajaran berlangsung, sebanyak 38,09% setuju dan 35,71% untuk jawaban raguragu. Ini menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa tergolong rendah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan rasa percaya diri akan kemampuan
yang dimiliki dan prestasi yang dicapai oleh siswa selama dalam pembelajaran di sekolah.
Dan hasil dari penelitian ini :
1. Rasa percaya diri
Bahwa rasa percaya diri siswa terhadap pembelajaran IPS masih kurang meskipun dari
hasil penelitian minat belajar sebelumnya menunjukan bahwa siswa SMP Fatahillah
menyukai pembelajaran IPS. Namun dalam hal rasa percaya diri akan kemampuan yang
dimiliki masih kurang seperti terlihat saat proses pembelajaran berlangsung (beberapa
siswa masih kurang percaya diri untuk tampil di depan teman-teman sekelas
mempresentasikan hasil dari materi pembelajaran). Berdasarkan tabel perhitungan
interpretasi interval pengelompokan rasa percaya diri yang dimiliki oleh siswa tabel 12
dan tabel 20 yang menyatakan ragu-ragu akan keberhasilannya dalam pembelajaran
sebanyak 90,47%, dilihat pada saat guru pembelajaran berlangsung siswa/i tidak merasa
percaya diri untuk tampil dan mendiskusikan materi yang guru sampaikan. Sementara itu
siswa yang tergolong memiliki rasa percaya diri sedang, seperti pada tabel 11 hanya
7,14%, dilihat pada saat pembelajaran berlangsung hanya beberapa siswa/i yang
mengajukan pertanyaan, berdiskusi dan bekerjasama dengan baik.
2. Hasil Belajar
Dilihat dari aspek kognitif, yaitu nilai rapor ketika di kelas VII, berdasarkan hasil rapor
siswa SMP Fatahillah Jakarta Selatan, rata-rata siswa memiliki prestasi belajar dengan
skor rendah = ≤ 65 (59 – 64). Angka tersebut berdasarkan tabel prestasi hasil belajar
tergolong rendah 7 % (2.94) siswa yang mendapatkan nilai sedang (skor ≥ 65) padahal
jumlah siswa yang diteliti adalah 42 orang.
3. Korelasi variabel (X) dan variabel (Y)
Ha : terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel (X) Rasa percaya diri
dan variabel (Y) Hasil belajar. Perhitungan koefisien korelasi antara variabel X dan Y
(57 %) kuat. Angka tersebut menggambarkan bahwa rasa percaya diri sangat
mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa di sekolah. Hasil tersebut menyatakan bahwa
rasa percaya diri siswa terhadap mata pelajaran IPS dikategorikan rendah, meskipun nilai
mata pelajaran IPS cukup tinggi dibandingkan mata pelajaran lainnya.
B. Saran
Penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri Dengan Hasil Belajar
(Studi Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Jakarta Selatan)” menunjukan hubungan yang
terkait antara tingkat rasa percaya diri dengan hasil belajar yang dimiliki oleh siswa
khususnya pada mata pelajaran IPS, dan asumsi saya menyatakan bahwa rasa percaya diri
merupakan kunci sukses peserta didik untuk berprestasi.
berdasarkan kesimpulan, disarankan :
a. Guru merupakan pengajar disekolah, agar lebih mengenal kepercayaan diri siswa
dalam belajar dengan membantu siswa menyadari potensi dirinya
b. Untuk siswa agar lebih meningkatkan kepercayaan diri dengan mengembangkan
sikap positif, bertanggung jawab dan mengambil resiko memilih lingkungan yang
baik serta memperkukuh ibadah dan doa. Dengan demikian siswa dapat
memotivasi diri untuk giat belajar dan memperoleh hasil yang memuaskan.
c. Pihak orang tua 43 %, hendaknya lebih memperhatikan perkembangan anak di
sekolah. Dengan cara, misalnya menghubungi wali kelas untuk sekedar
menanyakan perkembangan anak, baik berupa nilai, akhlak atau perilaku seharihari anak di sekolah. Dan orang tua harus terus memperhatikan dan menanamkan
rasa percaya diri” anak dengan memberikan komentar-komentar positif pada
anak sehingga anak tidak merasa rendah diri dengan memperoleh lingkungan
yang positif. Peran oran tua disini akan membuat anak memiliki konsep diri yang
positif dan membuatnya lebih percaya diri.
d. Diadakan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan
Hasil Belajar di SMP Fatahillah Jakarta Selatan”. pada mata pelajaran lain dan
dari sekolah lain. Dengan demikian diharapkan keterangan yang diperoleh akan
lebih lengkap dari hasil penelitian yang saya tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu dan Supriyono, Widodo. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Cet. 1, 1991.
Crow, A dan Crow, L. Psychology Pendidikan, Yogyakarta: Nur Cahaya, Cet. 2, 2005.
Mueller, J. Danniel. Mengukur Sikap-sikap Sosial, Bandung: LEMLIT Press Universitas
Pasundan, Cet. 2, 1998.
Fahmy, Musthafa. Penyesuaian Diri, Jakarta: Bulan Bintang.
Gordon, Thomas. Be Your Best: Jadilah Diri Sendiri, Jakarta: PT. Gramedia, Cet. 2,
1995.
Hauck, Paul. Mengapa Harus Takut, Jakarta: ARCAN, Cet. 4, 1992.
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, Cet. 8,
1986.
Koeswara, E. Teori-teori Kepribadian, Bandung: PT. Eresco, Cet. 2, 1991
Mertodipuro. Sumantri. Cita-cita Saudara Akan Berhasil, Jakarta: Gunung Jati, Cet.
5,1982.
Nasution, S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bina
Aksara, Cet. 4, 1988.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 19,
2003.
Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan: Model Frank., Yogyakarta: Kanisius, Cet. 10,
1991.
Short, Julian. Anatomi Hidup Bahagia: Cara Cerdas Mengoptimalkan Hubungan, Cinta
Kasih, Kepribadian dan Rasa Percaya Diri, Jakarta: TransMedia, Cet. 1, 2006.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. 10, 2005.
Supratiknya, A. Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik, Yogyakarta: Kanisius,
Cet. 12, 1993.
Suryabrata, Sumadi. Pengukuran Dalam Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT. Rajawali,
Cet. 2, 1987.
. Psikologi Kepribadian, Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Swett, Orison. Pola Kehidupan Dan Perjuangan, Jakarta: Gunung Jati, 1978.
Syah, Muhibin. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 4, 2005.
Syaodih, S. Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 2005.
Tambunan, E.H. Remaja Sahabat Kita, Bandung: Indonesian Publishing house, 1981.
Tambunan, Nestor. Remaja Mandiri, Jakarta: Arcan, Cet. 5, 1992.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi
Pustaka, Cet. 1, 2007.
Wirawan, Sarlito. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo, 2005
Asep Suhendar, “Pelatihan Tik Untuk Guru”, dari asepsuhendar.wordpress.com,
15 April 2009.
Bobbie DePorter, ”Quantum Learning”, dalam http://jackcanfield.com/quantumlearning,
22 Maret 2000.
Depdiknas, ”Peraturan Pelaksana”, dari
http://duniaesai.com/depdiknas.peraturanpelaksana,Jakarta 23 Juli 2003.
Fauzi Rachmanto, “Jangan Terjebak Pada Percaya Diri Yang Semu”, dari
Zauzi.blogspot.com, 1 Mei 2008.
Herry, “Hubungan Antara Konsep Diri, Sikap Terhadap Fisika Dasar”, dari
www.unisosdem.org, 2001.
Ira Petranto, “Rasa Percaya Diri adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tua”, dari
irapetranto.blogspot.com, 28 April 2006.
Johnson-Johnson, “Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif”, dari
digilib.unnes.ac.id/library, 1989
Johnson-Smith, “Makna Belajar”, dari http://scribd.com/doc/17069449/null, 2002.
Martin Leman, “Membangun Rasa Percaya Diri Anak”, dari
leman.or.id/anakku/percaya-diri.html, 23 Agustus 2000.
Piaget “Learning Memories”, dari darsanaguru.blogspot.com, 25 Maret 2008.
Soebahar, “ Wawasan Baru Ilmu Pendidikan”, dari, http://umm.ac.id/wawasanbaru,11
Januari 2002.
Taruh Eros, “Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Dalam Kaitannya Dengan Hasil
Belajar”, dari www. rakasmuda.com, 11 Desember 2000.
Tate, “Pembelajaran yang berpusat pada siswa”, dalam
http://www.google.co.id/ciri+pembelajaran+yang+berpusat+pada+siswa, 1993.
.
Thalib Syamsil Bahri, “Hubungan Percaya Diri dan Harga Diri dengan Kemampuan
Bergaul”, dari www.acehinstitute.org, 15 Mei 2009.
Utami Rahayu Sri, “Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca”, dari
guruvalah1.20m.cogm, 2009.
Veithzal Rival, “Prestasi Hasil belajar Peserta Progam MM”, dari www.docstoc.com, 12
Oktober 2009.
Wahidin, “ Pendidikan Islam”, dari makalahkumakalahmu.wordpress.com. 16 Januari
2009.
Nama
NO
: Siti Nur Deva Rachman
DIMENSI
INDIKATOR (KATA KERJA)
Tempat/Tgl. Lahir
: Jakarta, 14 Oktober 1986
NIM
: 105015000652
Jurusan/Prodi
Judul
INSTRUMEN
JUMLAH
: Pendidikan IPS (Sosiologi-Antropologi)
: Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan Hasil
Belajar (Studi Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah
Jakarta Selatan)
Dosen Pembimbing : Drs. Didin Syafruddin, MA
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.
Jakarta, 02 Februari 2010
Mahasiswa Ybs
Siti Nur Deva Rachman
NIM. 105015000652
1.
2.
Self actualization
Asteem needs
Favorable
Unfavorable
(+)
(-)
Mampu berkreasi.
17
18
Mampu mengekspresikan diri.
19
20
Mampu
dengan
5
6
2
hubungan
11
14
6
Mampu menyesuaikan dengan
13
12
Asertif/penerimaan diri.
15
16
Mampu memecahkan masalah.
7
8
Mampu berfikir positif dan
9
10
1
4
3
2
berprestasi
4
baik.
3.
Kecerdasan emosi Mampu
(Social skill)
menjalin
dengan orang lain.
lingkungan baru.
4.
Motivasi
4
optimisme.
5.
Karakteristik
Mampu keluar dari rasa
extrovert
khawatir.
Mampu berbicara lancar.
KISI-KISI (VARIABEL) RASA PERCAYA DIRI
4
ANGKET SKALA RASA PERCAYA DIRI
PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP FATAHILLAH JAKARTA SELATAN
Mata Pelajaran : IPS TERPADU
Hari/tanggal
: JUNI 2009
PETUNJUK
1. Pada angket ini terdapat pernyataan positif dan negatif, untuk mengukur sejauh mana
rasa percaya diri siswa terhadap mata pembelajaran IPS. Pertimbangkan baik-baik setiap
pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran dan tentukan kebenarannya.
Kemudian berilahtanda ( √ ) pada jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.
2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
3.
Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
4. Catat respon anda pada lembar jawaban yang tersedia. Terima kasih.
5. Penggolongan dalam angket rasa percaya diri berdasarkan kriteria dan kondisi (sejauh
mana siswa memiliki rasa percaya diri pada pembelajaran IPS.
KETERANGAN PILIHAN JAWABAN :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Ragu-ragu
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
NO
PERNYATAAN
PILIHAN
1
1
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapat yang ada di papan tulis, saya selalu
merasa tampil berani mengemukakan pendapat saya untuk
menguraikan jawaban dari papan tulis tersebut. ( + )
2
Guru membuat saya tidak antusias saat pembelajaran IPS
dimulai. ( - )
3
Guru membuat saya sangat antusias sekali saat pembelajarn
IPS dimulai. ( + )
4
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapat yang ada di papan tulis, saya sering
sekali terlihat gugup untuk sekiranya tampil menguraikan
jawaban dari papan tulis tersebut. ( - )
5
Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil
kerja saya dalam pembelajaran IPS, baik dalam bentuk nilai,
komentar atau masukan lain. ( + )
6
Saya selalu merasa mendapatkan kritikan dari guru di setiap
pembelajaran IPS. ( - )
7
Saya tahu bagaimana harus menghadapi masalah yang
membingungkan pada pembelajaran IPS. ( + )
8
Saya tidak tahu bagimana cara menghadapi masalah yang
membingungkan pada pembelajaran IPS. ( - )
9
Saya selalu merasa yakin, bahwa saya akan berhasil dalam
pembelajarn materi IPS. ( + )
10
Saya tidak merasa, yakin akan berhasil dalam pembelajaran
materi IPS. ( - )
11
Mudah bagi saya untuk bersosialisasi dengan teman sekelas
saat pembelajaran diskusi IPS di mulai. ( + )
12
Sulit bagi saya untuk bersosialisasi dengan teman sekelas saat
diskusi pembelajaran IPS di mulai. ( - )
2
3
4
5
13
Saya mampu beradaptasi dengan segala sesuatu materi
pembelajaran IPS yang baru. ( + )
14
Saya tidak mampu beradaptasi dengan segala sesuatu materi
pembelajaran IPS yang baru. ( - )
15
Saya yakin, mampu akan potensi diri yang saya miliki untuk
dapat menyelesaikan pembelajaran IPS. ( + )
16
Saya tidak yakin, mampu akan potensi diri yang saya miliki
untuk dapat menyelesaikan pembelajaran IPS. ( - )
17
Saya selalu merasa percaya diri dihadapan teman-teman yang
lain saat tampil untuk mendiskusikan materi pembelajaran
IPS yang sedang berlangsung. ( + )
18
Saya sering sekali merasa tidak percaya diri saat tampil untuk
mendiskusikan materi pembelajaran IPS yang sedang
berlangsung. ( - )
19
Saya mampu mempresentasikan hasil karya saya dihadapan
teman sekelas. ( + )
20
Saya tidak mampu untuk mempresentasikan hasil karya saya
dihadapan teman-teman sekelas. ( - )
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) FATAHILAH JAKARTA
TERAKREDITASI “B”
Jl. Ciputat Raya No. 5, Pondok Pinang 12310 Kebayoran lama – Jakarta
Selatan Telp. 7650979
Jakarta, Juni 2009
SURAT PERNYATAAN
NAMA
: SITI NUR DEVA RACHMAN
NIM
: 105015000652
SEMESTER
: IX (SEMBILAN)
JURUSAN
: PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
: ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Dinyatakan bahwa mahasiswi tersebut telah melaksanakan penelitian yang diperlukan
untuk menulis skripsi dengan judul “HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN HASIL
BELAJAR (STUDI MATA PELAJARAN IPS DI SMP FATAHILLAH JAKARTA
SELATAN)”.
Kepala Sekolah
( Dra. Lilis Nurhayati )
Dosen Pembimbing
(Didin Syafruddin, MA
)
DAFTAR RIWAYAT
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
:
Siti Nur Deva Rachman
Alamat
:
Reni Jaya Lama Jl. Bima RT. 004/05. No. 51
Pondok Benda-Pamulang
No. Telp
:
021-92009886
Hand phone
:
0813-16700512
E-mail
:
st.dev4life@gmail/[email protected]
Tempat/Tanggal Lahir
:
Jakarta, 14 Oktober 1986
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Tinggi Badan
:
160 cm
Berat Badan
:
50 Kg
Status
:
Belum Menikah
Agama
:
Islam
Hobi
:
Bersosialisasi, Mendengarkan Musik, Membaca
Kebangsaan
:
Warga Negara Indonesia
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Tingkatan
Perguruan Tinggi
Tempat
: S1 IPS (Sosiologi-Antropologi)
Tahun
2005 - 2010
Universitas Islam Negeri Jakarta
SMU
: SMU Muhammadiyah 25, Pamulang
2001 - 2004
SLTP
K UALIFIKASI
: SMP Negeri 240, Jaksel
1998 - 2001
SD
: SD Ariya Larista, Jaksel
1992 -1998
™ Penguasaan Bahasa Inggris
™ Mampu mengoperasikan Ms. Office dan Photoshop
™ Mampu bekerja dalam tim dan mampu bekerja dibawah tekanan
PELATIHAN
™ Pelatihan Komputer bersertifikat.
™ Pelatihan Designer Fashion, Make Up and Hair Stylist.
™ Group Garisminor.INC graphic designer.
GAMBARAN DIRI
“Rapih dan selalu ingin terlihat cantik luar dalam. Senang sekali mengasah kreatifitas
dan mengagumi segala bentuk hasil karya original yang memiliki nilai estetika, karena
aku seorang yang selalu berusaha untuk menciptakan hal-hal baru dan memiliki
keinginan agar suatu saat nanti dengan segala pengalaman yang kuperoleh untuk
menciptakan lahan pekerjaan yang positif.
“go with the flow” adalah motto, karena
kuyakin segala sesuatu yang dijalani dengan apa adanya, teliti dan bersyukur. Cepat
atau lambat akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan baik bagi orang sekitar
dan keluargaku tercinta. “Sebagai seorang hamba aku bukanlah manusia sempurna,
punya pribadi yang sederhana, senang berbagi dengan siapa saja, penuh kasih, dan
sangat menjunjung tinggi kejujuran, karena dari situlah awal kehidupan yang luar biasa
dan bermakna”.
SAHABAT SEPERJUANGANKU “UIN JAKARTA”
Menjadikan pengalaman sebagai Guru terbaik dalam hidup adalah motto
kami, 5 orang sahabat (Saya, Mella, Putri, Yuni, Nuni dan Syifa), karena kami meyakini
bahwa
setiap
membuatnya
manusia
menjadi
tidaklah
sempurna
sempurna,
dengan
dan
melalui
saling mengisi
persahabatan
kekurangan
kami
dengan
kelebihan satu sama lain. Berselisih dan berbeda pendapat tidak membuat hubungan
kami merenggang, namun sebaliknya dengan perselisihan membuat kami menyadari
bahwa kami saling membutuhkan. Tidak ada kata terlambat untuk mengucap kata
maaf dan memperbaiki segalanya. Karena itu yang membuat kami merasa semakin
erat.
Banyak hal yang tidak pernah terlupa, saat perkuliahan habis waktunya kumpul
di SC layaknya model foto, ngobrol, makan bahkan sampai buka forum sambil mengisi
waktu kosong menunggu jemputan masing-masing datang^_^. Kami selalu terlihat
ceria tanpa beban sks yang menumpuk. Namun kami sangat bangga karena mampu
membuktikan lulus secara bersamaan dan tepat waktu alias tidak berlarut-larut, jika
dibandingkan teman seperjuangan yang lain, kita termasuk unggul plus beruntung lulus
dengan nilai amat baik dan selangkah lebih dulu. Amin!
Masa penantian menuju hari kelulusan dengan mengenakan toga membuat
kenangan 4 tahun silam kembali tumbuh menyeruak dan berkembang dalam memori
kami, walau terbesit kerinduan mendalam akan masa-masa suka-duka menjadi
seorang mahasiswi, memori manis itu tidak luput membuat masa penantian ini menjadi
masa menyakitkan, sebaliknya, kami optimis bahwa pengalaman indah masa kuliah
merupakan pupuk kompos keberhasilan kami dalam kehidupan dunia kerja yang siap
tumbuh menyongsong mentari kedewasaan.
DEVA
Download