- elc STAIN Pekalongan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) atau yang lebih
dikenal masyarakat sebagai BMT (Baitul Maal Wattamwil) selama sepuluh tahun
terakhir tercatat paling menonjol dalam dinamika keuangan syariah di Indonesia.
Terbukti hingga akhir tahun 2012, tercatat telah ada sekitar 3.900 BMT yang
beroperasi di Indonesia.1 Pada April 2012, Jumlah anggota KJKS/ UJKS
mencapai 232.558 orang dengan jumlah pinjaman yang disalurkan sebesar Rp.
1,64 triliun. Sedangkan jumlah simpanan yang diterima sebanyak Rp. 1,45 triliun.
Aset KJKS dan UJKS mencapai Rp. 2,42 triliun. Sedangkan untuk BMT, total
aset yang dikelola diperkirakan mencapai nilai Rp 5 triliun, nasabah yang dilayani
sekitar 3,5 juta orang, dan jumlah pekerja yang mengelola sekitar 20.000 orang.2
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal yang
lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit (zakat, infaq, dan shodaqoh) dan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan
dan penyaluran dana komersial.3 BMT secara umum telah terbukti berhasil
1
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/07/089440268/Aset-BMT-Tumbuh-Signifikan,
(Diunduh 2 Oktober 2014).
2
http://fossei.org/2013/01/menilik-perkembangan-koperasi-syariah-dan-potensinya-dalamperbaikan-kesejahteraan-masyarakat, (Diunduh 2 Oktober 2014).
3
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2008), h. 103.
1
menjadi lembaga keuangan mikro yang handal. Kemampuannya untuk
menghimpun dana masyarakat terbilang luar biasa, mengingat mayoritas anggota
dan nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro yang selama ini tidak
diperhitungkan oleh perbankan sebagai sumber dana.4 Kehadiran BMT
diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar tempat
berdirinya BMT.
Di Kota Pekalongan, pada tahun 2012 tercatat ada 10 BMT dengan kinerja
yang cukup menonjol. Di antaranya adalah KJKS BMT Bahtera, KSU Nahdlatut
Tujar, KSU Maju Sejahtera (MATRA), KSU Istiqlal, KJKS BMT Mandiri Umat,
KJKS BMT El-Fairuz dan KJKS BMT Mitra Umat.5 Pesatnya perkembangan
BMT di Kota Pekalongan pada khususnya ternyata masih belum diimbangi
dengan sistem operasional dan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai.
Terbukti dari masih adanya BMT yang dijalankan secara tradisional.
Dalam menjalankan operasionalnya, BMT harus menghadapi tantangan
berupa dinamika perekonomian nasional bahkan global, kemajuan teknologi dan
komunikasi, kondisi sosial politik dan budaya, kesadaran praktik syariah, dan lain
sebagainya.6 Untuk menghadapi tantangan tersebut, BMT perlu membuat sistem
manajemen yang baik di mana ada pembagian tugas yang jelas untuk setiap
bagian yang berbeda seperti bagian pembiayaan, pemasaran, persediaan, dan lain
sebagainya.
4
Awalil
Rizky,
“Perkembangan
BMT
dari
Tahun
ke
Tahun”
di
Http://Www.Puskopsyahlampung.Com/2013/05/Perkembangan-Bmt-Dari-Tahun-Ke-Tahun.Html,
(Diunduh 6 September 2014).
5
Www.Pekalongan.Co.Id, (Diunduh 6 September 2014).
6
Awalil
Rizky,
“Perkembangan
BMT
dari
Tahun
ke
Tahun”
di
Http://Www.Puskopsyahlampung.Com/2013/05/Perkembangan-Bmt-Dari-Tahun-Ke-Tahun.Html,
(Diunduh 6 September 2014).
2
Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.
Manajemen diperlukan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
Teori dan praktik manajemen saat ini tidak dapat mengabaikan tercapainya
kualitas manajemen itu sendiri. Kualitas akan menentukan kompetensi dan
kemampuan biaya dalam jangka panjang. Kualitas juga merupakan indikator
tercapainya produktivitas.7 Organisasi bisnis perlu melakukan penilaian terhadap
kinerja manajerialnya untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan
bisnisnya serta untuk meningkatkan profit. Kinerja manajerial yang berkualitas
akan mampu meningkatkan profit karena semua sumber daya yang ada
dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Kinerja manajerial merupakan kemampuan manajer untuk menjalankan
fungsi manajemennya. Kinerja perlu dibangun untuk menciptakan “budaya”
individu (karyawan) dan kelompok (tim) untuk secara sadar dan penuh tanggung
jawab melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dalam bekerja di organisasi
(instansi/ bisnis) guna memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan proses
pencapaian kinerja secara berkesinambungan.8
Organisasi (instansi/ bisnis) seringkali menggunakan anggaran sebagai alat
untuk menilai kinerja manajerial. Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk
7
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullan, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006) , h. 47.
8
Lathan dan Lock sebagaimana dikutip oleh Surya Dharma, Manajemen Kinerja Falsafah
Teori dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 27.
3
masa depan yang memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan
tersebut.9 Kinerja manajer dinilai dari kemampuan mereka untuk mencapai target
atau sasaran (goals) anggaran yang telah ditetapkan.10
Hasil riset dan fakta praktik telah mengidentifikasi sejumlah kebijakan atau
fitur yang dapat mendorong perilaku positif pada manajer seperti menyediakan
umpan balik kinerja secara berkala terhadap manajer, menerapkan insentif
keuangan maupun non-keuangan yang tepat, menerapkan partisipasi anggaran,
menetapkan standar anggaran yang realistis, kemampuan mengendalikan biaya
dan menerapkan berbagai ukuran kinerja (multiple measures of performance).11
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji kembali tingkat efektifitas partisipasi
anggaran dalam menilai kinerja manajerial.
Partisipasi anggaran adalah tingginya partisipasi penyusun anggaran yang
memungkinkan bawahan untuk ikut bekerja sama.12 Partisipasi anggaran diklaim
oleh sebagian besar orang sebagai langkah terbaik untuk memenuhi kebutuhan
akan harga diri dan aktualisasi diri dari para anggota organisasi. 13 Manajer tingkat
bawah dianggap sebagai pihak yang paling memahami kondisi di lapangan yang
pada akhirnya penyusunan anggaran akan menjadi lebih sempurna. Gasperz14
menekankan pentingnya informasi sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam
9
Armila Krisna Warindrani, Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 80.
Abdul Halim, et. al, Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2012), h. 214.
11
Abdul Halim, et. al, Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2012), h. 214215.
12
Armila Krisna Warindrani, Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 99.
13
Ida Bagus Agung Dharmanegara, Penganggaran Perusahaan: Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 19.
14
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullan, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006) , h. 116-117.
10
4
dunia bisnis, keputusan yang tepat bukan saja ditentukan oleh banyaknya
pengalaman dan keahlian yang dimiliki tetapi juga didukung oleh kelengkapan
informasi yang terkait dengan masalah yang akan diselesaikan.
Pada BMT Bahtera, BMT Mitra Umat, dan BMT SM NU telah menerapkan
rapat anggaran yang melibatkan berbagai pihak dalam proses penyusunan
anggaran. Penilaian terhadap kinerja manajerial dilakukan melalui rapat-rapat
yang dilakukan secara rutin. Di antara rapat yang diselenggarakan adalah Rapat
Evaluasi Harian yang melibatkan Kepala Cabang, Kabag Marketing, dan Staf;
Rapat Evaluasi Mingguan yang melibatkan Manajer Marketing, Manajer
Operasional, Kepala Cabang, Legal, Remedial, dan Kabag Marketing; Rapat
Evaluasi Bulanan yang melibatkan General Manager, Manajer Marketing,
Manajer Operasional, Kepala Cabang, Legal, Remedial, Kabag Marketing, dan
Staf.
Adanya partisipasi anggaran pada ketiga BMT harusnya mampu untuk
meningkatkan kinerja manajerialnya. Akan tetapi, seringkali apa yang telah
ditargetkan dalam rapat-rapat tersebut tidak tercapai sehingga berdampak kepada
kinerja yang justru menurun.
Hampir semua studi mengenai partisipasi dalam proses manajemen
menyimpulkan bahwa partisipasi menguntungkan organisasi. Partisipasi telah
menunjukkan dampak positif terhadap sikap karyawan, meningkatkan kuantitas
dan kualitas produksi, dan meningkatkan kerja sama di antara manajer. Namun,
5
Beckeer dan Green15 menemukan bahwa ketika hal tersebut ditetapkan dalam
situasi yang salah, partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha karyawan
untuk mencapai tujuan organisasi. Apa yang disampaikan oleh Beckeer dan Green
terbukti dari adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti
sebelumnya terkait pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
Dalam penelitiannya, Hasmawati dan Laela16, hafiz17, Nurcahyani18, dan
Adrianto19 telah memberikan bukti empiris bahwa partisipasi anggaran
mempunyai pengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Akan
tetapi hasil yang sebaliknya diungkapkan oleh Poerwati20 dan supomo21 di mana
hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran
tidak memengaruhi secara langsung kinerja manajerial.
Adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti
terdahulu bisa jadi dikarenakan adanya karakteristik yang berbeda dari setiap
15
Ida Bagus Agung Dharmanegara, Penganggaran Perusahaan: Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 19.
16
Anisza Hasmawati dan Sugiyarti Fatma Laela, “Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi pada Industry
Perbankan Syariah di Indonesia” Dalam Jurnal TAZKIA: Islamic Finance & Business Review,
Vol. 6, No. 2, Agustus-Desember 2011.
17
Frisilia Wihasfina Hafiz, Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
pada PT. Cakra Compact Aluminium Industries, (Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara,
2007), Skripsi Tidak Diterbitkan.
18
Kunwaviyah Nurcahyani, Pengaruh Pertisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
Melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening, (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2010), Skripsi Tidak Diterbitkan.
19
Yogi Adrianto, Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja
Manajerial Dengan Kepuasan Kerja, Job Relevant Information Dan Kepuasan Kerja Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Rumah Sakit Swasta Di Wilayah Kota Semarang),
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2008), Tesis Tidak Diterbitkan.
20
Tjahjaning Poerwati, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja
Manajerial: Budaya Organisasi Dan Motivasi Sebagai Variabel Moderating, (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2001), Tesis Tidak Diterbitkan.
21
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, “Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasi Terhadap
Keeefektifan Partisipasi Anggaran dalam Peningkatan Kinerja Manajerial: Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur” Dalam Jurnal Kelola, Vol. 2, No. 18.
6
organisasi yang diteliti. Pendekatan kontingensi memandang bahwa dikarenakan
karakteristik satu organisasi berbeda dengan organisasi lainnya maka pendekatan
manajemen yang harus diberikan juga berbeda.22 Dengan merujuk pada
pentingnya pendekatan kontingensi dalam menilai kinerja manajerial, penelitian
ini memasukkan gaya kepemimpinan dalam perspektif Islam (kemampuan
interpersonal pemimpin berbasis syariah) sebagai variabel yang mungkin ikut
mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Gaya kepemimpinan Islami dipilih sebagai variabel dalam penelitian ini
dikarenakan pada BMT Bahtera, BMT Mitra Umat, dan BMT SM NU telah
menerapkan manajemen berbasis syariah pada seluruh kegiatan operasionalnya.
Manajemen berbasis syariah akan melahirkan pengurus koperasi yang senantiasa
berperilaku syariah, leader-leader yang berkepribadian syariah, para akuntan yang
jujur tanpa rekayasa sehingga sesuai dengan prinsip syariah, juga akan melahirkan
para marketer yang senantiasa berkarakter syariah.
Dalam penelitian ini, gaya kepemimpinan Islami diukur melalui pendekatan
kemampuan interpersonal pemimpin berbasis syariah. Kemampuan interpersonal
adalah kemampuan pemimpin organisasi untuk membina hubungan baik,
berkomunikasi dan berinteraksi dengan bawahan dan semua stakeholder
organisasi.23 Pemimpin dengan kemampuan interpersonal yang tinggi diduga akan
mampu mencegah terjadinya partisipasi semu yang pada akhirnya dapat
22
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullan, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006) , h. 4.
23
Budi Rahmat Hakim (ed), Manajemen Berbasis Syariah, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2013), h. 102.
7
meningkatkan kinerja manajerial. Partisipasi semu merupakan keadaan di mana
manajemen puncak hanya secara formal menerima anggaran manajer bawahan,
dan tidak mempelajari masukan yang diberikan sehingga manfaat perilaku yang
diharapkan dari partisipasi tidak akan terwujud.24
Gaya kepemimpinan berpengaruh dalam hubungan antara partisipasi
anggaran dengan kinerja manajerial (Fitrianti25, Andriani26, Himawan dan Ika27).
Gaya kepemimpinan yang baik akan mampu meningkatkan pengaruh partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial begitu pula sebaliknya. Hasil yang berbeda
diungkapkan oleh Amartadewi dan Dwirandra28, Sutapa dan Soni29, dan Wijaya30
yang memberikan bukti empiris bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap partisipasi anggaran pada kinerja manajerial.
24
Dor R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, Akuntansi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1999),
h. 374.
25
Nofilia Fitrianti, Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan
Gaya Kepemimpinan Dan Iklim Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Department
Pendidikan Nasional Republic Indonesia Dan Dinas Pendidikan Kota Tangerang), (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2010), Skripsi Tidak Diterbitkan.
26
Yeni Andriani, Pengaruh Partisipasi Penganggaran Pada Kinerja Manajerial Dengan
Komitmen Orgamisasi Dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris:
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Se-Kanca Jember), (Jember: Universitas Jember,
2013), Skripsi Tidak Diterbitkan.
27
Albertus Kukuh Himawan dan Ardianu Ika S, “Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya
Kepemimpinan Dan Job Relevant Information (JRI) Terhadap Hubungan Antara Partisipasi
Anggaran Dan Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada BPR Di Kota Semarang)” Dalam Jurnal
Akses: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 5, No. 9, April 2010.
28
Tjokorda Istri Mas Amertadewi dan A. A. N. B. Dwirandra, “Pengaruh Partisipasi
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Gaya Kepemimpinan Dan Locus Of Control
Terhadap Kinerja Manajerial” Dalam Jurnal E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 4, No.
3, 2013.
29
Sutapa dan Soni, “Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap
Hubungan Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial” Dalam Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol.
2, No. 2, September 2010, 103-109.
30
Natalia Wijaya, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Managerial
Dengan Komitmen Organisasiddan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Intervening,
(Surabaya: Universitas Kristen Petra, 2012), Skripsi Tidak Diterbitkan.
8
Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terkait pengaruh partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial telah melatar belakangi dilakukannya
penelitian ini. Selain itu, belum adanya penelitian yang dilakukan pada BMT
menjadikan penelitian ini semakin menarik untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang masalah di atas, rumusan penelitian disajikan dalam
bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh secara langsung terhadap kinerja
manajerial pada BMT di Kota Pekalongan?
2. Apakah kemampuan interpersonal pemimpin berbasis syariah berpengaruh
dalam hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial pada
BMT di Kota Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan bukti empiris terkait ada tidaknya pengaruh langsung
partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada BMT di Kota
Pekalongan.
2. Untuk memberikan bukti empiris terkait ada tidaknya pengaruh
kemampuan interpersonal pemimpin berbasis syariah dalam hubungan
antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial pada BMT di Kota
Pekalongan.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Pihak BMT
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi para karyawan,
manajer, dan para pembuat keputusan untuk dapat menilai kinerja manajerialnya
melalui beberapa langkah yang diantaranya melalui partisipasi anggaran.
2. Bagi mahasiswa
Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian terkait
pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Selain itu, penelitian
ini juga dapat menambah khazanah keilmuan mahasiswa.
E. Sistematika Penulisan
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
: TELAAH PUSTAKA
Bab ini berisi telaah pustaka berupa teori-teori yang digunakan
untuk menjawab pertanyaan penelitian, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran teori, dan hipotesis.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi lokasi penelitian, populasi dan sampel, jenis
dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian
10
dan pengukuran variabel, definisi operasional variabel, dan metode
analisis data.
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi deskripsi obyek penelitian, uji instrumen penelitian
(uji validitas dan reliabilitas), statistik deskriptif variabel
penelitian, uji asumsi klasik regresi, uji hipotesis, dan pembahasan
hasil hipotesis.
BAB V
: SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan
penelitian, dan saran.
11
Download