Pengaruh Model Pembelajaran Probing

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar
Kognitif IPA Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kota Samarinda
Chyntia Togatorop, Evie Palenewen, Vandalita M.M Rambitan
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman
Email: [email protected]
Abstrak
Proses pembelajaran IPA yang berlangsung di SMP Negeri di Kota Samarinda umumnya belum
menerapkan model pembelajaran inovatif yang bersifat konstruktivis. Permasalahan terjadi
dalam proses belajar mengajar yaitu siswa kurang aktif, siswa bermain sendiri dalam kelas,
pengajaran kurang berpusat pada siswa, dan siswa merasa enggan untuk mengajukan
pertanyaan maupun pendapat, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Model
pembelajaran Probing-Prompting merupakan model pembelajaran yang dapat membangun
pola berpikir siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar
kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Samarinda. Jenis penelitian ini yaitu
eksperimen semu dengan desain pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Samarinda. Kelas sampel yakni kelas VIII-D sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 34 Samarinda, kelas VIII-D
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-E sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 16 Samarinda,
kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 27
Samarinda. Analisis data menggunakan uji-t. Nilai rata-rata kelas VIII-D di SMP Negeri 34
Samarinda yaitu 79,25 sedangkan kelas VIII-C yaitu 64,75, nilai thitung hasil belajar lebih besar
daripada ttabel (3,202 > 2,024). Nilai rata-rata kelas VIII-D di SMP Negeri 16 Samarinda yaitu
77,75 sedangkan kelas VIII-E yaitu 59,25. Nilai thitung hasil belajar kognitif lebih besar daripada
ttabel (4,671 > 2,024). Nilai rata-rata kelas VIII-C yaitu 76 sedangkan nilai rata kelas VIII-B yaitu
62,75 sehingga nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (3,742 > 2,024) di SMP Negeri 27. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Probing Prompting terhadap hasil
belajar kognitif IPA biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di Kota Samarinda. Saran yang dapat
diberikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah guru hendaknya dapat menerapkan model
pembelajaran probing-prompting untuk mengarahkan proses berpikir siswa, sehingga hasil
belajar siswa menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Probing-Prompting, hasil belajar, IPA
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal mutlak yang dimiliki oleh setiap individu untuk
mengembangkan sikap atau perilaku yang lebih baik serta potensi dalam diri individu
tersebut yang dibawa sejak lahir. Setiap individu berhak untuk mendapatkan
pendidikan. Pendidikan diharapkan mampu untuk menciptakan manusia Indonesia
yang berkualitas dalam menghadapi tantangan global.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto,2010).
Rendahnya mutu pendidikan dapat diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam individu setiap
siswa antara lain bakat, minat dan motivasi dan intelegensi. Sedangkan faktor
eksternal yaitu faktor yang sifatnya berasal dari luar diri siswa berupa lingkungan, baik
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Hadis dan Nurhayati (2009),
yang termasuk ke dalam komponen masukan lingkungan (environmental input) yang
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
270
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran dan pendidikan di sekolah ialah segala
masukan yang bersumber dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan dan budaya yang ada di tengah masyarakat dapat menjadi salah
satu faktor rendahnya pendidikan. Masyarakat pada daerah pinggir kota atau daerah
yang jauh dari pusat kota umumnya memilki kualitas pendidikan yang relatif rendah
apabila dibandingkan dengan masyarakat di daerah pusat kota. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal antara lain sarana dan prasarana serta budaya yang terdapat pada
masing-masing daerah tersebut. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk
meneliti pada tiga daerah lingkungan belajar yang berbeda yaitu daerah yang jauh dari
kota, daerah pinggir kota dan pusat kota .
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di beberapa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di kota Samarinda yaitu SMP Negeri 16, SMP Negeri 34
dan SMP Negeri 27, guru IPA Biologi masih menerapkan model pembelajaran
konvensional dan belum menerapkan model pembelajaran inovatif yang bersifat
konstruktivisme. Permasalahan sering terjadi dalam proses belajar mengajar yaitu
siswa kurang aktif, kadang-kadang siswa bermain sendiri dalam kelas, pengajaran
yang kurang berpusat pada siswa dan siswa merasa enggan untuk mengajukan
pertanyaan maupun pendapat sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Pada
hakikatnya siswa perlu diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya
agar mereka memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang pembelajaran yang
berlangsung dan menemukan cara-cara baru untuk mengekspresikan gagasan dan
perasaannya.
Penerapan model pembelajaran dapat menjadi alternatif bagi guru dalam
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Menurut Nunuk dan Leo (2012), Strategi
pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan guru
yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Hal ini mencakup : (1) urutan kegiatan pembelajaran, (2) model
pembelajaran, (3) media pembelajaran, dan (4) waktu yang digunakan oleh guru dalam
menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran.
Penerapan strategi pembelajaran ini diharapkan siswa tidak hanya memperoleh
hasil akademik yang lebih besar, tetapi juga mampu berkomunikasi lebih interaktif
dalam kelompoknya, lebih terfokus dalam masalah yang harus mereka selesaikan. Hal
ini karena menurut Sharan dan Shachar (1988), siswa yang bekerja dalam kelompok
kooperatif memilki kesempatan yang lebih besar untuk mempraktekkan strategi verbal
dan kognitif yang lebih variatif yang pernah mereka dengar dari gurunya saat proses
belajar mengajar di ruang kelas.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan efektif dapat menjadi alternatif
dalam meningkatkan aktivitas belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh tidak semua
strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran
dan semua kondisi pembelajaran. Strategi yang dapat digunakan adalah pembelajaran
secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah salah satu
bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
kelompoknya ( Siti dan Zuhdan, 2014).
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
271
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Salah satu pembelajaran kooperatif yang dinilai dapat meningkatkan pola
berpikir siswa adalah pembelajaran kooperatif model Probing-Prompting. Model
pembelajaran Probing-Prompting adalah model pembelajaran dengan cara
memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengarahkan dan menggali
pengetahuan, pemahaman dan pola berpikir serta menganalisis pelajaran yang
diterima pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Penerapan model pembelajaran Probing-Prompting diharapkan mampu
meningkatkan pola berpikir siswa karena dengan memberikan pertanyaan yang akan
membuat siswa berpikir lebih rasional tentang pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dan mengaitkan pertanyaan-pertanyaan sehingga diperoleh pengetahuan yang baru.
Dengan penggunaan model ini diharapkan akan mampu mempengaruhi hasil belajar
kognitif yang baik.
Siswa dilibatkan langsung pada saat proses pembelajaran dengan menunjuk
siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan sehingga mau tidak mau siswa harus
menjawab pertanyaan. Pada saat proses pembelajaran mungkin akan membuat
suasana kelas tegang. Oleh karena itu guru harus mampu membuat suasana
pembelajaran tidak tegang, yaitu dengan mengajukan pertanyaan dengan wajah yang
ramah dan nada yang lembut, disertai canda, senyum dan tawa sehingga siswa
merasa nyaman, menyenangkan dan ceria. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
untuk meneliti dan memperkenalkan pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting
terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di kota
Samarinda.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian ilmiah di mana peneliti
memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dengan cara tertentu
sehingga berpengaruh pada variabel terikat. Jenis penelitian eksperimen ini adalah
quasi-experiment atau eksperimen semu.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 16, SMP Negeri 34 dan
SMP Negeri 27 Samarinda, sedangkan sampel penelitian yaitu kelas VIII-D sebagai
kelas kontrol dan kelas VIII-E sebagai kelas perlakuan di SMP Negeri 16, kelas VIII-C
sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-D sebagai kelas perlakuan di SMP Negeri 34,
kelas VIII-B sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-C sebagai kelas perlakuan di SMP
Negeri 27 Samarinda yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting.
Sampel yang digunakan sebanyak 20 siswa pada ketiga kelas perlakuan. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai alat bantu untuk mengumpulkan
data dengan mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan adalah
berupa soal pilhan ganda untuk mengukur sejauh mana siswa mampu memahami dan
menguasai pelajaran yang diberikan. Pemberian soal dilakukan pada saat pretest dan
posttest. Setiap soal yang diberikan adalah sama pada ketiga kelas perlakuan.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
272
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Pada penelitian ini uji hipotesis dapat menggunakan uji-t. Sebelum melakukan
uji t, perlu diketahui normalitas dan homogenitas varianya. Untuk mengetahui distribusi
normal suatu data digunakan uji normalitas dengan tipe uji Kolmogorov-Smirnov.
Pengujian dan perhitungan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov satu sampel ini
menggunakan SPSS versi 21.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis menggunakan uji t dilakukan setelah data diuji tingkat normalitas dan
homogenitasnya. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis
berdistribusi normal dan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data yang akan
dianalisis mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus one sample Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SMP Negeri 34 Samarinda
Pretest
N
Mean
a.b
Normal Parameters
Std
Deviation
Absolute
Most Extreme
Positive
Differences
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
20
.0000000
10.13827292
.126
.124
-.126
.566
.906
Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SMP Negeri 16 Samarinda
Pretest
N
Mean
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation
Absolute
Most Extreme Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
20
.0000000
10.85046194
.138
.089
-.138
.619
.838
Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SMP Negeri 27 Samarinda
Pretest
N
Mean
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation
Absolute
Most Extreme Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
20
.0000000
11.11580117
.090
.074
-.090
.403
.997
Tabel tersebut menunjukkan data dari sampel berdistribusi normal. Hal ini
dapat dilihat dari nilai asymp.sig (2-tailed) di SMP Negeri 34 sebesar 0,906 > 0,05, di
SMP Negeri 16 Samarinda sebesar 0,838 > 0,05, dan di SMP Negeri 27 Samarinda
sebesar 0,997 sehingga dinyatakan berdistribusi normal dengan asumsi signifikan
yang lebih besar dari taraf signifikan penelitian sebesar 0,05.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
273
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Menurut Sudijono (2012), Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak.
Berdasarkan tabel pada lampiran (6) dilakukan uji homogenitas dengan bantuan
aplikasi SPSS versi 21.0 diperoleh nilai dari Based on Mean data penelitian di SMP
Negeri 34 Samarinda yaitu 0.141, dapat dinyatakan homogen karena lebih besar dari
taraf signifikansi 0.05. Nilai dari Based on Mean data penelitian di SMP Negeri 16
Samarinda yaitu 0.193, dapat dinyatakan homogen karena lebih besar dari taraf
signifikansi 0.05 dan untuk nilai dari Based on Mean data penelitian di SMP Negeri 27
Samarinda yaitu 0.589, dapat dinyatakan homogen karena lebih besar dari taraf
signifikansi 0.05.
Analisis data dilakukan menggunakan Uji t setelah memperoleh hasil posttest
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap ketiga lokasi penelitian untuk
mengukur kemampuan dari masing-masing sampel terhadap hasil belajar. Berikut ini
hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Uji t Sampel Penelitian SMP Negeri di Kota Samarinda
Sampel Penelitian
Kelas
Rata-rata
thitung
Kontrol
64,75
SMP Negeri 34
3,202
Samarinda
Eksperimen
79,25
Kontrol
59,25
SMP Negeri 16
4,671
Samarinda
Eksperimen
77,75
Kontrol
62,75
SMP Negeri 27
3,742
Samarinda
Eksperimen
76
ttabel
2,024
2,024
2,024
Berdasarkan tabel di atas, SMP Negeri 34 Samarinda nilai thitung sebesar 3,202
yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 19
sebesar 2,024, untuk sampel SMP Negeri 16 Samarinda diperoleh t hitung sebesar 4,671
yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 19
sebesar 2,024, dan untuk nilai thitung pada SMP Negeri 27 Samarinda diperoleh thitung
sebesar 3,742 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 5%
dengan dk = 38 sebesar 2,024. Berdasarkan hasil analisis data pada ketiga sampel
maka hipotesis Ha penelitian ini diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh
model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi.
Proses dan hasil belajar yang bermutu juga dapat terwujud dengan suasana
lingkungan fisik belajar yang kondusif. Keadaan fisik ketiga lokasi penelitian yaitu SMP
Negeri 34, SMP Negeri 16 dan SMP Negeri 27 di Kota Samarinda mendukung
keberlangsungan penelitian ini. Fasilitas yang dimiliki ketiga sekolah sangat menunjang
terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Begitu juga dengan tenaga pengajar yang
mana dengan jumlah guru tetap yang sudah sesuai dan dapat mendidik siswa dengan
baik.
Lokasi SMP Negeri 34 Samarinda merupakan salah satu lokasi padat
penduduk dan berdekatan dengan Samarinda Central Plaza dan Hotel Aston
Samarinda. Walaupun dengan kondisi yang dekat dengan pusat keramaian, suasana
SMP Negeri 34 Samarinda tidak terganggu oleh aktivitas masyarakat maupun suara
bising yang berasal dari para pengendara bermotor. Hal ini disebabkan lokasi sekolah
yang tidak terletak langsung di pinggir jalan raya sehingga mendukung proses belajar
mengajar yang kondusif guna terciptanya hasil belajar kognitif siswa.
Lingkungan SMP Negeri 16 Samarinda berada di dekat pasar tradisonal. Tetapi
hal ini tidak menghambat terjadinya proses belajar mengajar, terbukti dengan hasil
belajar siswa yang menunjukkan nilai yang baik dengan kriteria ketuntasan minimum.
Keadaan pasar tersebut tidak mengganggu proses belajar mengajar karena ditunjang
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
274
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
oleh keadaan bangunan sekolah yang dikelilingi oleh pagar dan luasnya pekarangan
sekolah dengan berbagai jenis tanaman di dalamnya sehingga membuat lingkungan
sekolah nyaman dan kondusif.
Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif maka tingkat keberhasilan
peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Keadaan
lingkungan yang kondusif juga dimiliki SMP Negeri 27 Samarinda. Lokasi yang jauh
dari pusat kota dan keramaian menyebabkan kegiatan belajar mengajar yang nyaman
selama melaksanakan penelitian di SMP Negeri 27 Samarinda.
Keadaan lingkungan belajar yang kondusif merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Jayanti (2014) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan untuk
belajar akan memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa
selama mengikuti pelajaran di sekolah.
Kondisi belajar mengajar dalam kelas merupakan hal terpenting dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya yang dapat dilakukan yaitu menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, salah satunya
adalah model pembelajaran Probing-Prompting. Model pembelajaran ProbingPrompting merupakan suatu model pembelajaran dengan menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali pengetahuan siswa sehingga terjadi
proses berpikir siswa. Model pembelajaran ini menuntut dan mengarahkan
kemampuan berpikir siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mayasari (2014) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran Probing Prompting merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat mengaktifkan proses berpikir siswa dalam membangun dan memahami materi
pelajaran. Pada pembelajaran ini guru membimbing siswa untuk meningkatkan rasa
ingin tahu, menumbuhkan kepercayaan diri serta melatih siswa dalam
mengkomunikasikan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan.
Proses pembelajaran dengan menggunakan mobel pembelajaran ProbingPrompting pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada lampiran (2), diawali
dengan menjelaskan tujuan pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan materi
pelajaran, lalu guru membagikan LKS. Setiap gambar yang ada pada LKS disajikan
melalui media power point. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada setiap
siswa secara acak. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan
gambar yang diberikan. Setiap siswa wajib menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru secara lisan. Kemudian guru membuat rangkuman atau kesimpulan dari setiap
jawaban siswa.
Pertanyaan yang diberikan kepada siswa bertujuan agar mengembangkan pola
berpikir dan cara belajar aktif dari siswa dan menuntun proses berfikir murid, sebab
pertanyaan yang baik akan membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Marno dan Idris (2009) yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab
pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pelontaran yang tepat akan
meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar, membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu murid terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan,
mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berfikir itu
sendiri sesungguhnya adalah bertanya, menuntun proses berfikir murid, sebab
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
275
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
pertanyaan yang baik akan membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik
dan memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar dengan
menerapkan model pembelajaran Probing-Prompting pada mata pelajaran IPA Biologi .
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa
yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting memiliki hasil belajar
yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Jacobsen (2009) yang menyatakan
bahwa model Pembelajaran Probing-Prompting dikembangkan untuk meningkatkan
daya berpikir dan pemahaman peserta didik melalui memberikan stimulus berupa
serangkaian pertanyaan pada saat sebelum dan selama pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran akan melibatkan guru dan siswa sehingga pembelajaran tidak
hanya berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini guru memberikan pertanyaan
kepada setiap siswa secara acak dan siswa harus menjawab pertanyaan, sehingga
siswa terpacu untuk memperhatikan penjelasan guru dan memahami serta
menganalisa gambar yang disajikan. Pertanyaan yang diberikan oleh guru tersebut
akan mengembangkan daya berpikir siswa. Kemudian guru harus membimbing siswa
menuju perbaikan.
Siswa kelas VIII-D di SMP Negeri 34 Samarinda, siswa kelas VIII-D di SMP
Negeri 16 Samarinda dan siswa kelas VIII-C di SMP Negeri 27 Samarinda yang
menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting dapat lebih cepat memahami
dan mampu menganalisis permasalahan pada materi yang diberikan sehingga tujuan
pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena pada
langkah model pembelajaran setiap siswa diwajibkan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru dan siswa yang lain memberikan sanggahan maupun pendapat.
Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa juga kemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya adalah tahap berpikir yang dimiliki oleh usia formal
operasional siswa SMP kelas VIII dengan usia antara 12-15 tahun, umumnya siswa
sudah dapat menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang
diterimanya. Menurut teori Jean Piaget bahwa tahap operasional formal adalah periode
terakhir perkembangan kognitif. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun
(saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai (Yudhistira,2011).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kondisi fisik
maupun psikologis siswa pada saat mengikuti pembelajaran dimana kegiatan belajar
mengajar dilakukan pada siang hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Biggers (2005)
yang menyatakan bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada
waktu-waktu lainnya. Hal ini disebabkan pada pagi hari kondisi jasmani dan rohani
siswa masih segar dan memori otak masih kosong, sehingga mudah menyerap materi
yang diajarkan.
Adapun kendala-kendala secara umum yang dihadapi selama proses penelitian
di antaranya (1) terdapat siswa yang ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan, (2) adanya perbedaan karakter antar siswa dalam kelompok mengakibatkan
siswa kesulitan untuk saling kerjasama dan (3) terdapat siswa yang kurang komunikasi
dengan teman sekelompok sehingga peneliti harus memberikan perhatian pada
kelompok tersebut.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
276
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Siswa yang ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan sering penulis temukan
selama penelitian. Hal ini disebabkan kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh
siswa, sehingga guru harus dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Guru juga
harus menekankan kepada siswa bahwa pentingnya kerjasama tim dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada tanpa harus memilih teman.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar
kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Samarinda dengan nilai ratarata kelas yang diberi perlakuan di SMP Negeri 34 Samarinda sebesar 79,25
sedangkan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 64,75 diperoleh thitung yaitu
3,202 dan ttabel dengan taraf signifikansi 2,024 sehingga terdapat pengaruh. Nilai ratarata kelas yang diberi perlakuan di SMP Negeri 16 Samarinda sebesar 77,75
sedangkan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 59,25 diperoleh thitung yaitu
4,671 dan ttabel dengan taraf signifikansi 2,024 sehingga terdapat pengaruh dan nilai
rata-rata kelas yang diberi perlakuan di SMP Negeri 27 Samarinda sebesar 76,
sedangkan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 62,75 diperoleh thitung yaitu
3,742 sehingga terdapat pengaruh.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Probing-Prompting sangat baik diterapkan sebagai alternatif
dalam pembelajaran di sela-sela penggunaan model pembelajaran konvensional,
untuk menciptakan suasana berbeda yang lebih variatif sehingga menghilangkan
kejenuhan siswa.
2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini
sebaiknya menerapkan model pembelajaran Probing-Prompting pada materi yang
berbeda, sehingga dapat diketahui apakah model pembelajaran ini cocok
digunakan untuk semua materi pada pembelajaran Biologi.
3. Diharapkan siswa mampu mengikuti arahan dari guru dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif dan berani dalam menyampaikan jawaban.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta
Biggers,J. 2005. Psychology Learning. Rineka Cipta: Jakarta
Dimiyanti dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta
Hadis, Abdul dan Nurhayati. 2012. Manajemen Mutu Pendidikan. Alfabeta: Bandung
Jacobsen,A David. 2009. Methods for Teaching. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Jayanti,Rizka P. 2014. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Sikap Peserta Didik
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas
XI IPS di SMA Negeri 9 Cirebon. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Vol 2 No 2
Jujun, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer. Sinar Harapan:
Jakarta
Kurniasari,Dewi. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dan Probing Prompting dengan Pendekatan Saintifik pada Materi
Operasi Aljabar ditinjau dari Kecemasan Belajar Matematika Siswa kelas VIII
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
277
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
SMP Negeri di Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015. Tesis tidak
diterbitkan. Surakarta. Universitas Sebelas Maret
Marno dan Idris. 2009. Strategi dan Metode Pengajaran. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta
Mayasari,Yuriska. 2014. Penerapan Model Probing-Prompting dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VIII MTSN Lubuk Buaya Padang. Jurnal Pendidikan
Matematika. 45: 56-61
Miftahul, Huda. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Nunuk dan Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Ombak: Yogyakarta
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar : Yogyakarta
Ridwan,Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta
Rustaman. 2003. Pokok-Pokok Pengajaran Biologi. Depdikbud: Jakarta
Sanjaya,Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana: Jakarta
Sharan dan Shachar. 1988. Language and Learning in the Cooperative Classroom.
Springer-Verlag: New York
Siti Fatonah dan Zuhdan. 2014. Pembelajaran Sains. Ombak: Yogyakarta
Sudijono,Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo: Jakarta
Sudjana,Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya:
Bandung
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung
Suprijono,Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Suyatno. 2009. Menjelajahi Pembelajaran Inovatif. Mass Media Buana Pustaka:
Sidoarjo
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara: Jakarta
Wati, Dian Erika. 2013. Analisis Komparatif Model Pembelajaran Probing Prompting
dan Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar. Tesis tidak diterbitkan.
Bandar Lampung. UNILA
Wati,Widya. 2010. Model Pembelajaran. Tesis tidak diterbitkan Konsentrasi Pendidikan
Fisika Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang: Padang
Yudhistira, Irfan (2011). Perkembangan Kognitif Siswa menurut Jean Piaget, (Online),
(Http://irfanyudhistira.wordpress.com/2011/12/25/perkembangan-kognitif-siswamenurut-Jean-Piaget/html). Diakses 26 September 2016
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
278
Download