BAB I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Uraian Bahan
2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Kaptopril
Rumus Bangun Kaptopril :
H
CH3
C
C=O
SHCH2
N
COOH
H
Rumus molekul
: C 9 H 15 NO 3 S
Sinonim
: - Acepril
- Capoten
- Lopirin
- 1 [(2S)-3-merkapto-2-metilpropionil]-Lprolina
Berat Molekul
: 217,28
Pemerian
: Serbuk hablur putih atau hampir putih, bau
khas seperti sulfida. Melebur pada suhu
1040 sampai 1100.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam metanol,
dalam etanol, dan dalam kloroform
(Ditjen POM, 1995;USP 30, 2007; Moffat, 2004)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Kegunaan
Tujuan Penggunaan adalah sebagai terapi pada hipertensi esensial dan
hipertensi renovaskuler (Tjay dan Kirana, 2002).
2.1.3. Efek Samping
Efek sampingnya yang sering terjadi adalah hilangnya rasa (kadangkadang juga penciuman), batuk kering, dan exanthema (Tjay dan Kirana, 2002).
2.1.4. Dosis
Untuk hipertensi: 1-2 kali sehari 25 mg, bila perlu setelah 2-3 minggu 1-2
kali sehari 50 mg. Gagal jantung: 3 kali sehari 12,5-25 mg (Tjay dan Kirana,
2002).
2.1.5. Farmakologi
Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk
kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara kompetitif
ACE sehingga peredaran angiotensin II dan kadar aldosteron menurun. Akibatnya,
tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na, sehingga tekanan darah menurun
Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat ACE adalah menghambat
pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak aktif, sehingga kadar bradikinin
dalam darah meningkat, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
Penghambat ACE memiliki peran khusus yang penting dalam pengobatan pasien
dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan menstabilkan
fungsi ginjal (bahkan walaupun tidak terjadi penurunan tekanan darah).
Ginjal memegang peranan utama pada pengaturan tingginya tekanan
darah, yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yakni Sistem ReninAngiotensin, singkatnya RAS. Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal
Universitas Sumatera Utara
berkurang dan tekanan darah di glomeruli ginjal menurun, misalnya karena
penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan
enzim
proteolitis
renin.
Dalam
plasma,
renin
menghidrolisa
protein
angiotensinogen (yang terbentuk di dalam hati) menjadi angiotensin I (AT I). Zat
ini diubah oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme, yang disintesa di
paru-paru) menjadi zat aktif angiotensin II. AT II ini kuat, dan menstimulasi
sekresi hormon aldosteron oleh anak-ginjal dengan sifat retensi garam dan air.
Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah naik.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain:
mengkonsumsi terlalu banyak garam, stress, merokok, kehamilan. Tindakantindakan umum untuk menurunkan tekanan darah; menguruskan badan,
mengurangi garam dalam pola makan, berhenti merokok, membatasi minum kopi
dan alkohol, cukup istirahat dan tidur.
Pengobatan dengan antihipertensi dimulai dengan dosis rendah agar
tekanan darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian, setiap
1-2 minggu dosis berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang
diinginkan. Begitu pula penghentian terapi harus secara berangsur pula (Tjay dan
Kirana, 2002).
2.2. Spektrofotometri
2.2.1. Teori Spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk
mengukur
energi secara
relatif
jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar,1990).
Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,
sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm (Ditjen
POM, 1995).
Berikut ini adalah uraian bagian-bagian spektrofotometer.
1. Sumber-sumber lampu; lampu deutrium digunakan untuk daerah UV pada
panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa
atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang
gelombang antara 350-900 nm).
2. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk
mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.
3. Sel absorpsi: Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet
kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita
harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada
daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil
ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan
berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita harus
menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik
adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1990; Rohman,
2007).
2.2.2. Penyerapan radiasi oleh Molekul
Semua molekul mempunyai energi yang dapat digambarkan menjadi
beberapa fenomena. (1) molekul secara keseluruhan dapat bergerak yang kejadian
ini disebut dengan translasi; energi yang berhubungan dengan translasi disebut
dengan energi translasional, E
trans ;
(2) bagian molekul (atom atau sekelompok
atom) dapat bergerak karena berkenaan satu sama lain. Gerakan ini disebut
dengan vibrasi dan energinya dinamakan dengan energi vibrasional, E vibr ; (3)
molekul dapat berotasi pada sumbunya dan rotasi ini dikarakterisasi dengan energi
rotasional, E rot ; (4) disamping bentuk gerakan – gerakan tersebut, suatu molekul
memiliki konfigurasi elektronik, dan energinya (energi elektronik, E elek )
tergantung pada keadaan elektronik molekul.
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra ultraviolet dan spektra
tampak dikatakan sebagai spektra elektronik. Jika suatu molekul sederhana
dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi
elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi antara molekul dengan radiasi
elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat
keadaan tereksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi
transisi elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka
hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan garis spektrum.
Universitas Sumatera Utara
Pada kenyataannya, spektrum UV – Vis yang merupakan korelasi antara
absorbansi (sebagai ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) bukan
merupakan garis spektrum akan tetapi merupakan suatu pita spektrum.
Terbentuknya pita spektrum UV-Vis tersebut disebabkan oleh terjadinya eksitasi
elektronik lebih dari satu macam pada gugus molekul yang sangat kompleks.
Terjadinya dua atau lebih pita spektrum UV-Vis diberikan oleh molekul dengan
struktur yang lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga
mempunyai lebih dari satu panjang gelombang maksimal (Rohman, 2007).
Kromofor adalah bagian molekul yang mengabsorpsi dalam daerah ultra
violet dan daerah sinar tampak. Dalam satu molekul dapat dikandung beberapa
kromofor. Sebagai contoh C=O, dan NO 2 . Dilihat dari struktur kaptopril yang
mempunyai kromofor (C=O), maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada
daerah ultraviolet. Pada gugus karbonil, disamping mempunyai sepasang elektron
sigma dan sepasang elektron pi, juga terdapat dua pasang elektron bebas, sehingga
dapat terjadi beberapa transisi (Silverstein, 1986).
Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan ketebalan
lapisan (b) yang disinari :
A = k.b
Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah.
Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis dan
larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah :
A = k.c
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan
Universitas Sumatera Utara
dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan lapisan:
A = k.c.b
Umumnya digunakan dua satuan c (konsentrasi zat yang menyerap) yang
berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (k) dalam hukum
Lambert-Beer tergantung pada sistem konsentrasi mana yang digunakan. Bila c
dalam gram perliter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol
per liter tetapan tersebut adalah absortivitas molar (Є). Jadi dalam sistem
dikombinasikan, hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk:
A = a.b.c g/liter atau A = Є . b. C mol/liter
Penandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien ekstingsi, dan
indeks absorbansi, sedangkan Є adalah koefisien ekstingsi molar (Day and
Underwood, 1999; Rohman, 2007)).
Beberapa pengertian istilah dalam spektrofotometri
a. Kromofor, adalah suatu gugus atom yang menyebabkan terjadinya
absorpsi cahaya.
b. Auksokrom, adalah suatu gugus atom yang apabila terikat kepada suatu
kromofor akan menambah panjang gelombang dan intensitas resapan
maksimum (absorbans) ke arah panjang gelombang yang lebih panjang.
c. Efek batokrom, adalah pergeseran panjang gelombang resapan maksimum
kearah panjang gelombang lebih panjang. Disebut juga Red Shift Effect.
d. Efek hipsokrom, adalah pergeseran panjang gelombang yang lebih pendek.
Disebut juga Blue Shift Effect.
Universitas Sumatera Utara
e. Efek hipokrom, adalah pergeseran intensitas resapan kearah intensitas
yang lebih kecil.
f. Efek hiperkrom, adalah pergeseran intensitas resapan ke arah intensitas
yang lebih besar ( Silverstein, 1986).
Hal–hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektofotometri ultraviolet
a.
Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh
panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku
pada konsentrasi tertentu.
b.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing – masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi
berupa garis lurus.
c.
Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15 % sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini
berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan
fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Titrasi dengan Kalium Iodat
Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode
yang murah dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Titrasi
redoks merupakan salah satu dari metode-metode titrimetri yang digunakan dalam
bidang farmasi. Beberapa cara titrasi redoks, salah satunya adalah dengan
menggunakan Kalium Iodat (Rohman, 2007).
Dilihat dari struktur kaptopril yang memiliki gugus merkaptan, maka
penetapan kadar senyawa obat ini dapat dilakukan secara Iodatometri. Dimana
gugus merkaptannya dioksidasi oleh iodium, yang diperoleh dari kalium iodat dan
kalium iodida. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna biru yang
dihasilkan komplek iodium dengan amilum (Siggia, 1963).
2.4. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada
prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).
Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi,
kespesifikan, limit deteksi, kelinieran, dan rentang. Akurasi dari suatu metode
analisis adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh dengan prosedur tersebut
dari harga sebenarnya, sering kali dinyatakan dalam persen perolehan kembali
analit pada penentuan kadar sampel yang mengandung analit dalam jumlah
diketahui. Akurasi merupakan ukuran ketepatan prosedur analisis.
Universitas Sumatera Utara
Akurasi prosedur analisis ditentukan dengan menerapkan prosedur tersebut
pada sampel atau campuran komponen matriks yang telah dibubuhi analit dalam
jumlah diketahui. Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian
diantara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali
pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi
dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif ( koefisien variasi).
Presisi dapat diartikan pula sebagai derajat reprodusibilitas atau keterulangan dari
prosedur analisis.
Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuannya untuk
mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, disamping komponen lain
yang terdapat dalam matriks sampel.
Limit deteksi adalah nilai parameter uji batas, yaitu konsentrasi analit
terendah yang dapat dideteksi.
Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan
bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional
dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu.
Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi
tertiggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi,
akurasi, dan kelinieran (Satiadarma, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Download