553 EVALUASI KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN NILAI

advertisement
553
Evaluasi keragaan pertumbuhan dan nilai heterosis ... (Adam Robisalmi)
EVALUASI KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN NILAI HETEROSIS PADA PERSILANGAN
DUA STRAIN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Adam Robisalmi, Nunuk Listiyowati, dan Didik Ariyanto
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar
Jl. Raya Sukamandi No. 2, Subang 41256
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Persilangan antar strain merupakan salah satu cara untuk mendapatkan populasi dengan keragaan budidaya
yang meningkat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keragaan dan mengestimasi nilai heterosis
pertumbuhan pada persilangan strain NIRWANA (Nila Ras Wanayasa) dan BEST (Bogor Enhanced Strain of
Tilapia). Penelitian dilakukan di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi
selama lima bulan. Parameter yang diamati meliputi keragaan pertumbuhan (panjang, tebal, tinggi, bobot)
dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan spesifik (SGR) tertinggi yaitu pada persilangan
galur murni F BEST x M BEST sebesar 2,64% bobot badan/hari, sedangkan persilangan F BEST x M NIRWANA
memiliki nilai SGR terendah yaitu 2,35% bobot badan/hari. SGR populasi F NIRWANA x M BEST dan F
NIRWANA x M NIRWANA mempunyai nilai SGR masing-masing sebesar 2,48% bobot badan/hari dan 2,53%
bobot badan/hari, tidak berbeda nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan dua populasi lainya. Sintasan
dari F NIRWANA x M NIRAWANA memiliki nilai terendah yaitu sebesar 49,20%; sedangkan F BEST x M BEST
memiliki sintasan tertinggi yaitu 74,80%. Nilai heterosis pertumbuhan dan sintasan pada persilangan F
BEST x M NIRWANA masing-masing yaitu panjang (4,82%); tebal (0,21%); tinggi (3,06%); bobot (-2,22%); dan
sintasan(1,94%). Pada persilangan NIRWANA X M BEST memiliki nilai heterosis yaitu panjang (-2,48%); tebal
(-1,74%); lebar (0,44%); bobot (-2,87%); dan sintasan (0,65%).
KATA KUNCI:
heterosis, persilangan, Oreochromis niloticus
PENDAHULUAN
Ikan nila adalah salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu
komoditas unggulan. Selama kurun waktu 20 tahun terakhir ini, di Indonesia bermunculan bermacammacam jenis ikan nila. Pada tahun 1981 Indonesia mengintroduksi ikan nila dari negara Filipina
yang kemudian dikenal dengan nama Red NIFI. Tiga tahun setelah ikan nila Red NIFI didatangkan,
tepatnya pada bulan Mei 1984, kembali Indonesia mengintroduksi ikan nila hitam dari Thailand
yang selanjutnya dikenal dengan nama black chitralada. Namun beberapa tahun terakhir terjadi
kecenderungan penurunan kualitas genetik karena kurang tepatnya pengelolaan yang berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan (Gustiano et al., 2007).
Persilangan antar strain merupakan salah satu cara untuk mendapatkan populasi dengan keragaan
budidaya yang meningkat. Dalam rangka penyediaan ikan nila berkualitas dan produksi tinggi perlu
dilakukan penelitian perbaikan keragaan pertumbuhan melalui hibridisasi dari strain ikan yang
potensial untuk budidaya dan dibutuhkan di masyarakat. Dua strain ikan nila yang sedang berkembang
di masyarakat yaitu nila BEST dan WANAYASA. Hibridisasi harus dilakukan pada kondisi lingkungan
yang sama agar dapat membandingkan warna, ciri meristik, rasio kelamin, perkembangan gonad,
dan laju pertumbuhan (Hickling, 1986 dalam Aidi, 1987).
Hibridisasi merupakan salah satu jalan untuk mempertinggi produksi dan dapat juga menghasilkan
keturunan atau strain baru, menghasilkan produk yang seragam, serta populasi monosek (Tave,
1986). Selain itu, hibridisasi juga dapat meningkatkan proporsi gen-gen yang heterozigot dan
menurunkan proporsi gen yang homozigot, keturunannya cenderung menampilkan keragaan yang
lebih baik dari rataan keragaan salah satu atau kedua tetuanya untuk sifat-sifat tertentu (Noor, 2000),
menghasilkan individu yang steril, menghasilkan populasi tunggal kelamin, menghasilkan turunan
yang mempunyai nilai heterosis positif misalnya pada karakter pertumbuhan (growth rate) atau sintasan
(survival rate) (Chevassus, 1983 dalam Lenormand et al., 1998), sedangkan di sisi lain proses ini
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap keberadaan sumber-sumber plasma nutfah
perikanan apabila produk hibridisasi yang dihasilkan berinteraksi dengan spesies liar yang ada di
554
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
alam. Hal ini antara lain karena kemungkinan produk hibridisasi mengandung penyakit serta
kemungkinan terjadinya kawin silang antara produk hibridisasi dengan spesies liar (wild species)
yang dapat menimbulkan penurunan variasi genetik yang selanjutnya akan menurunkan fitness pada
spesies tersebut (Gjedrem, 1993).
Perbaikan mutu genetik suatu populasi berhubungan erat dengan tingkat keragaman genetik
populasi yang membentuk keragaman fenotip populasi. Keragaman populasi merupakan gambaran
umum dari keragaman genetik individu yang membentuk fenotip individu menyusun populasi
tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan mengestimasi nilai
heterosis persilangan dua strain ikan nila yaitu BEST dan NIRWANA.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar,
Sukamandi pada tahun 2009. Sebagai bahan utama penelitian ini telah dilakukan persilangan dua
arah antara strain ikan nila, yaitu BEST (Bogor Enhanced Strain of Tilapia) yang berasal dari Balai
Riset Budidaya Perikanan Air Tawar, Sempur dan NIRWANA (Nila Ras Wanayasa) dari Balai Benih Ikan
Wanayasa. Induk yang digunakan untuk pemijahan sebanyak 10 ekor jantan dan 20 ekor betina
dengan perbandingan 1:2 per masing-masing populasi, sehingga terbentuk 4 populasi (Tabel 1).
Tabel 1. Diagram punnet persilangan ikan nila strain BEST dan
NIRWANA
BEST
♂/♀
BEST
NIRWANA
BEST X BEST
NIRWANA X BEST
NIRWANA
BEST X NIRWANA
NIRWANA X NIRWANA
Pemijahan masing-masing populasi dilakukan di kolam 25 m2 secara comunal dengan perbandingan
antara jantan dan betina 1:2. Kemudian larva dipelihara di akurarium dan hapa sampai mencapai
ukuran 3-6 g/ekor. Selanjutnya benih dipelihara di kolam tanah dengan menggunakan waring ukuran
5 m x 5 m x 1 m dengan kepadatan 10 ekor/m3 per masing-masing populasi. Selama 5 bulan masa
pemeliharaan, pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan kandungan protein 30%-32%.
Ransum pakan harian sebanyak 5%-3% diberikan secara menurun sesuai dengan bobot badan ikan,
yaitu 2 kali sehari pada pagi dan sore. Pengumpulan data dilakukan setiap bulan dengan menimbang
bobot dan mengukur panjang sampel. Jumlah sampel pada masing-masing populasi sebanyak 25
ekor. Sampel yang telah diamati dimasukkan kembali dalam media pemeliharaan selama lima bulan.
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan uji ANOVA. Karakter pertumbuhan ikan nila
yang diamati meliputi pertambahan bobot (g), pertambahan panjang (cm), laju pertumbuhan spesifik
(bobot badan %/hari), dan pertumbuhan harian. Kemudian sintasan dihitung pada akhir penelitian,
dengan cara menghitung jumlah yang hidup pada masing-masing populasi. Sebagai data pendukung
adalah data kualitas air media pemeliharaan meliputi suhu, pH, dan kandungan oksigen terlarut.
Laju Pertumbuhan Spesifik dihitung berdasarkan rumus:
SGR =
ln Wt - ln Wo
x 100%
t
dimana:
Wt : Bobot ikan pada hari ke-t
W 0 : Bobot ikan pada awal penelitian
t
: waktu pemeliharaan
SGR : Laju pertumbuhan spesifik (Castell & Tiews, 1980)
Sintasan ikan nila dihitung dengan rumus sebagai berikut:
555
Evaluasi keragaan pertumbuhan dan nilai heterosis ... (Adam Robisalmi)
S =
Nt
x 100%
No
dimana:
S
: Sintasan (%)
Nt : jumlah pada akhir percobaan (ekor)
N0 : Jumlah pada wala percobaan (ekor)
Sedangkan untuk mengestimasi nilai heterosis populasi hasil persilangan, parameter yang diamati
pada akhir pemeliharaan adalah panjang, tebal, tinggi, dan bobot, serta sintasan. Adapun rumus
yang digunakan untuk menghitung nilai heterosis yaitu:
H (%) =
(
F1 - 1/2 F1 + F2
1 / 2 (F1 + F2)
)
di mana:
: persilangan
: tetua
HASIL DAN BAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan karakter pertumbuhan (Tabel 2), rataan pertambahan bobot dan
panjang tertinggi diperoleh pada populasi BEST F x NIRWANA M yaitu bobot sebesar 175,22 g dan
panjang 21,54 cm; sedangkan pertambahan bobot terendah pada populasi BEST F x BEST M yaitu
161,13 g dan pertambahan panjang terendah pada polulasi NIRWANA F x BEST M yaitu 13,94 cm.
Analisis statistik terhadap pertambahan bobot dan panjang menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata (P>0,05). Tidak adanya perbedaan pertambahan panjang dan bobot dikarenakan tetua induk
yang digunakan untuk menghasilkan strain BEST dan NIRWANA awal sumbernya sama. Menurut
Imron et al., 2000, rendahnya keragaman ukuran, merupakan salah satu indikasi rendahnya keragaman
genetik. Rendahnya keragaman genetik diduga akibat terjadinya reduksi pada variabilitas genetik
ikan budidaya antara lain karena aktivitas seleksi induk silang dalam (inbreeding) dan genetic drift.
Pada Tabel 2 populasi BEST F x BEST M memiliki laju pertumbuhan spesifik (SGR) tertinggi
dibanding dengan populasi lainnya yaitu 2,64 bobot badan %/hari. Sedangkan nila laju pertumbuhan
spesifik terendah sebesar 2,35 bobot badan %/hari pada persilangan antar strain yaitu NIRWANA F x
BEST M. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui populasi BEST F x NIRWANA M dan galur murninya
NIRWANA F x NIRWANA M memiliki SGR yang tidak berbeda nyata (P>0,05), namun berbeda nyata
Tabel 2. Rataan bobot, panjang, laju pertumbuhan spesifik (SGR), laju pertumbuhan harian (GR)
populasi ikan nila BEST F x BEST M, BEST F x NIRWANA M, NIRWANA F x BEST M,
NIRWANA F x NIRWANA M
Populasi
Bobot awal (g)
Bobot akhir (g)
Panjang awal (cm)
Panjang akhir (cm)
Selisih panjang (cm)
SGR % bobot badan/hari
Selisih bobot (g)
GR (g/hari)
BEST ♀ x
BEST ♂
BEST ♀ x
NIRWANA ♂
NIRWANA ♀ x
BEST ♂
NIRWANA ♀ x
NIRWANA ♂
3,18±1,28
164,32±29,67
5,70±0,65
20,59±1,23
14,98±0,74a
2,64±0,04c
161,13±28,44a
1,08±0,18a
3,28±0,90
178,48±43,02
5,96±0,51
21,54±1,37
15,69±0,92a
2,48±0,03a
175,22±42,17a
1,08±0,26a
4,37±1,36
176,03±50,02
6,54±0,59
20,04±1,81
13,94±1,29a
2,35±0,02b
171,59±48,66a
1,08±0,30a
3,58±1,43
177,89±44,18
6,54±0,79
20,51±1,41
14,37±0,65a
2,53±0,03a
174,15±42,81a
1,13±0,27a
Nilai dalam kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
556
dengan galur murni BEST F x BEST M dan persilangan NIRWANA F x BEST M (P<0,05). Untuk laju
pertumbuhan harian populasi galur murni NIRWANA F x NIRWANA M memiliki nilai tertinggi dibanding
dengan ketiga populasi lainnya yaitu sebesar 1,13 g/hari, walaupun secara statistik memiliki nilai
yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Ahmadi et al . (1992), faktor yang nyata yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah ruang gerak dan suplai makanan, di mana ikan akan tumbuh
baik jika hal tersebut dapat terpenuhi. Selama penelitian suplai makanan yang diberikan adalah
secara ad satiasi. Pemberian pakan seperti itu bisa memaksa ikan untuk memakan pakan yang lebih
banyak, sehingga kerja sistem pencernaan lebih berat. Hal ini menyebabkan jumlah energi yang
dibutuhkan mencerna makanan dan menguraikan protein meningkat pula. Akibatnya energi yang
semestinya digunakan untuk tumbuh dipakai untuk mencerna dan menguraikan protein tersebut
(Rustidja, 1996).
Berdasarkan pola pertambahan bobot dan panjang per bulan, rataan pertambahan bobot dan
panjang menunjukkan grafik hampir serupa. Hal ini disebabkan secara genetik pola pertumbuhan
bobot dan panjang antara tetua awalnya tidak berbeda nyata sehingga apabila diturunkan kepada
keturunannya tidak menghasilkan perbedaan pula. Oleh karena hubungan bobot-panjang dari kedua
hasil persilangan tersebut sama maka pertumbuhannya bersifat allometrik positif. Pertambahan bobot
dan panjang dari awal tebar (bulan ke-0) sampai akhir pemeliharaan (bulan ke-5) menunjukkan
kenaikan yang linier (Gambar 1 dan 2). Peningkatan laju pertumbuhan baik bobot maupun panjang
mengindikasikan bahwa ikan dalam kondisi yang layak. Hal ini berkaitan dengan faktor lingkungan
Gambar 1. Rataan pertambahan bobot populasi ikan nila BEST F x BEST M,
BEST F x NIRWANA M, NIRWANA F x BEST M, NIRWANA F x NIRWANA
M selama 5 bulan pemeliharaan
Gambar 2. Rataan pertambahan panjang populasi ikan nila BEST F x BEST
M, BEST F x NIRWANA M, NIRWANA F x BEST M, NIRWANA F x
NIRWANA M selama 5 bulan pemeliharaan
557
Evaluasi keragaan pertumbuhan dan nilai heterosis ... (Adam Robisalmi)
yang merupakan salah satu penentu dalam mendukung pertumbuhan. Kualitas air selama
pemeliharaan seperti suhu, DO, pH, yaitu 27,7°C-31,2°C; 0,3-5 mg/L; dan 6,89-7,32 berada dalam
kisaran optimal yang mengindikasikan masih layaknya kondisi perairan untuk budidaya ikan nila.
Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai sintasan tertinggi dan terendah terlihat pada kedua populasi
galur murni dibandingkan dengan persilangannya yaitu BEST F x BEST M sebesar 74,80% dan NIRWANA
F x NIRWANA M sebesar 49,20%. Rendahnya sintasan dikarenakan penanganan yang terjadi ketika
sampling. Hal ini sesuai dengan Susanto (1992) yang menyatakan kematian ikan dapat terjadi di awal
penebaran dan selama pemeliharaan, di antaranya yaitu cara penangkapan yang kurang hati-hati
sehingga menyebabkan ikan stres dan mengkibaskan ekornya sehingga memperkeruh air kolam
yang mengakibatkan oksigen berkurang. Selain itu, pemilihan waktu penangkapan yang salah yaitu
pada siang hari yang menyebabkan ikan stres.
80
70
Sintasan (%)
60
50
40
30
20
10
0
BEST ♀ x
BEST ♂
BEST ♀ x NIRWANA ♀ x NIRWANA ♀ x
NIRWANA ♂
BEST ♂
NIRWANA ♂
Gambar 3. Rataan sintasan populasi ikan nila BEST F x BEST M,
BEST F x NIRWANA M, NIRWANA F x BEST M, NIRWANA
F x NIRWANA M selama 5 bulan pemeliharaan
Persilangan interspesifik dan intraspesifik dapat meningkatkan performa hewan pemeliharaan
tanpa adanya efek genetik tambahan. Nilai heterosis karakter panjang, tebal, tinggi, dan bobot badan
sebagai parameter pertumbuhan pada persilangan BEST F x NIRWANA M masing-masing sebesar
4,82%; 0,21%; 3,06%; dan 4,31%. Pada persilangan NIRWANA F x BEST M masing-masing sebesar 2,48%; -1,74%; 0,44%; dan 2,88%. Sedangkan nilai heterosis sintasan sebesar 1,94% dan 0,65% (Tabel
2).
Berdasarkan hasil analisis tersebut rata-rata nilai heterosis pada persilangan BEST F x NIRWANA
M mempunyai nilai heterosis lebih tinggi dan positif dibandingkan persilangan NIRWANA F x BEST
M, meskipun nilainya masih termasuk kategori rendah (<20%). Rendahnya nilai heterosis bukan
berarti keturunan hasil persilangan tersebut jelek. Nilai heterosis menerangkan atau menggambarkan
Tabel 3. Nilai heterosis karakter panjang, tebal, tinggi, bobot, dan sintasan pada persilangan
dua strain ikan nila
Populasi
Panjang (cm)
Tebal (cm)
Tinggi (cm)
Bobot (g)
Sintasan (%)
BEST ♀ x
BEST ♂
BEST ♀ x
NIRWANA ♂
Heterosis
(%)
NIRWANA ♀ x
BEST ♂
NIRWANA ♀ x
NIRWANA ♂
Heterosis
(%)
20,59
2,90
5,93
164,32
74,80
21,54
2,88
6,60
178,48
63,20
4,82
0,21
3,06
4,31
1,94
20,04
2,82
6,43
176,03
62,40
20,51
2,85
6,87
177,89
49,20
-2,48
-1,74
0,44
2,88
0,65
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
558
suatu kondisi perbandingan antara rata-rata keturunan dengan rata-rata kedua tetuanya, khususnya
untuk mengetahui apakah suatu persilangan akan menghasilkan keturunan yang lebih baik atau
lebih jelek pada karakter tertentu dibanding dengan tetuanya (Warwick et al., 1990). Heterosis positif
pada populasi hasil persilangan BEST F x NIRWANA M meskipun rendah tetapi tetap menunjukkan
bahwa populasi hasil persilangan mempunyai laju pertumbuhan rata-rata lebih baik dibandingkan
dengan laju pertumbuhan rata-rata kedua tetuanya. Menurut Noor (2000), bahwa persilangan antara
2 individu atau populasi yang mempunyai perbedaan genetik dan hubungan kekerabatan yang lebih
jauh akan menghasilkan hybrid vigor yang lebih tinggi. Rendahnya nilai heterosis pada hasil persilangan
ini menunjukkan bahwa jarak genetik dan hubungan kekerabatan di antara strain tersebut relatif
dekat. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian (Hayuningtiyas, 2009) yang menyatakan bahwa strain
BEST dan NIRWANA mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat yaitu pada jarak geneik 0,440.
Ditambahkan pula oleh Dunham (1995) bahwa permasalahan-permasalahan yang selalu timbul
dalam intraspesific hybrid adalah dalam performansi hasil persilangan dibandingkan dengan interspesific
hybrid yang nilai heterosisnya lebih tinggi. Hasil penelitian Verdegem (1997) yang menyatakan
persilangan antar spesies pada ikan nila memperlihatkan heterosis positif pada karakter pertumbuhan.
Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Ariyanto & Subagyo (2004) yang mendapatkan nilai heterosis karakter bobot pada persilangan antar galur ikan mas (Cyprinus carpio) relatif rendah yaitu
antara 10,55%-13,48%. Sedangkan persilangan antar spesies ikan patin (Pangasius djambal dengan P.
hypophthalmus) menghasilkan nilai heterosis pada karakter yang sama yang relatif tinggi yaitu 48,28%.
Namun berbeda pada persilangan ikan lele (Clarias gariepenus dan Heterobranchus longifilis) yang
menunjukkan pertumbuhan lebih rendah dibanding tetuanya yaitu memiliki nilai heterosis negatif
sebesar -42%, tetapi heterosis positif tertihat pada sintasan sebesar 29,4% (Ataguba, 2010).
Selain faktor perbedaan genetik dan kekerabatan, heterosis juga sangat dipengaruhi oleh aksi
gen. Heterosis suatu persilangan secara umum merupakan gambaran aksi gen non aditif yang terdiri
atas aksi gen dominan penuh, over-dominan, dan epistatis. Kecilnya pengaruh aksi gen over-dominan
dan epistatis dalam suatu persilangan menunjukkan bahwa proses persilangan dalam rangka
meningkatkan produktivitas pada dasarnya adalah pengeksploitasian aksi gen dominan penuh (Tave,
1993).
KESIMPULAN
Persilangan BEST F x NIRWANA M memberikan pertambahan bobot dan panjang tertinggi bila
dibandingkan dengan ketiga populasi lainnya.
Populasi BEST F x BEST M laju pertumbuhan spesifik dan sintasan tertinggi dibandingkan dengan
ketiga populasi lainnya.
Persilangan BEST F x NIRWANA M menunjukkan nilai heterosis yang lebih baik di bandingkan
NIRWANA F x BEST M.
DAFTAR ACUAN
Ahmadi, K., Pratiwi, E., & Sudarmanto, T. 1992. Buletin penelitian perikanan No. 1. 1992. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Aidi. 1987. Penampilan Hibrida Ikan nila (Oreochromis niloticus L.) dengan ikan Mujair merah (Oreochromis
sp.). Karya Ilmiah. Tidak diterbitkan. Fakultas Perikanan IPB, 75 hlm.
Ariyanto, D. & Subagyo. 2004. Variabilitas Genetik dan Evaluasi Heterosis Pada Persilangan Antar
Galur Dalam Spesies Ikan Mas. Zuriat, 15: 118-124.
Atabuga, A.G., Annune, P.A., & Ogbe, F.G. Growth performance of two African catfishes Clarias gariepenus
and Heterobranchus longifilis and their hybrids in plastic aquaria.
Castell, J.D. & Tiews, K. 1980. Report of the EIFAC, IUNS and ICES working group on the standardization of metodology in fish nutrition recearch. Hamburg. Germany EIFAC Tech. Paper, 24 pp.
Dunham, R.A. 1995. The Contribution of Genetically lmproved Aquatic Organisms to Global Food Security.
Thematic paper presented to the Japan/FAO International Conference on Sustainable Contribution
of Fisheries to Food Security, 4-9 December, Kyoto, Japan, 26 hlm.
559
Evaluasi keragaan pertumbuhan dan nilai heterosis ... (Adam Robisalmi)
Gjedrem, T. 1993. International selective breeding programs: Constrains and future prospects. Aquaculture, 56: 65-74 pp.
Gustiano, R. 2007. Perbaikan mutu genetik ikan nila. Kumpulan Makalah Bidang Riset Perikanan
Budidaya,Simposium Kelautan dan Perikanan. Jakarta, 6 hlm.
Hayuningtiyas, E.P, Listiyowati, N., & Ariyanto, D. 2009. Variasi Genetik Persilangan 3 Strain ikan nila
(Oreochromis niloticus) dengan ikan mujair (O. mossambicus) dengan metode RAPD. Karya ilmiah.
Imron, Subagyo, & Arifin, O.Z. 2000. Variabilitas truss morfometrik 4 galur ikan mas : Majalaya,
Rajadanu, Wildan, dan Sutisna. Prosiding Penelitian Perikanan 1999 . Puslitbang Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan, hlm. 188-197.
Lenomard, T., Guillemaud, T., Bourguet, D., & Raymond, M. 1998. Evaluating Gene Flow Using Selected Markers: A Case Study. Genetics, 149: 1383-1392.
Noor, R.R. 200. Genetika ternak. Penebar Swadaya. Jakarta, 200 hlm.
Rustidja. 1996. Pola warna dan genetik ikan nila. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang,
83 hlm.
Susanto, W. 1991. Budidaya ikan di pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta, 152 hlm.
Verdegem, M.C.J., Hilbrands A.D., & Boon J.H. 1997. Influence of salinity and dietary composition on
blood parameter values oh hybrids red tilapia, Oreochromis niloticus x O. mosammbicus, Aquac res.,
28: 453-459.
Tave, D. 1993. Genetic for Fish hatchery managers. The AVI Publ. Comp. inc., NY., USA. 2nd ed., 418 pp.
Download