PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS TEMA DI

advertisement
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS TEMA
DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tema pada Kelas 5 Sekolah Dasar di Bandung)
Theme-Based English Teaching In Elementary School
(Theme-based English Teaching Model Research for Fifth Grade Elementary
School in Bandung)
Sarlita D. Matra ([email protected])
Abstract
Teaching English for young learners is something that is not easy to do. Government in
this case has tried several methods and approaches to find the most effective model.
Theme-based teaching is one of the solution that can be used by teachers to have a great
students’ performance. This research use the quantitave method by choosing the samples
randomly in some elementary schools located in Bandung. Based on the research
findings, it shows us that theme-based english teaching model is so effective if only the
principles as well as the context used from the first step of planning the lesson up to the
implications it self. Teachers should choose the themeas well as develop the theme based
on children background and also the situation context which are relevant to the children’
language and culture. From this reserach, the theme-based english teaching model makes
the significance improvement of students’ performances.
Key words: Theme-based, English teaching model, students’ performance.
Departemen Pendidikan Nasional pada
PENDAHULUAN
tahun 2001 untuk memasukkan pelajaran
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan sejak tahun 1994 mulai
menyarankan pengenalan bahasa Inggris
bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya ke
dalam
dikuatkan
dengan
terbitnya
Surat
Keputusan
Menteri
Pendidikan
No.
060/U/1993 dan No. 1702/104/M/1994
tentang pengajaran bahasa Inggris di SD.
Selanjutnya,keputusan ini ditindaklanjuti
dengan
rencana
Pendidikan
Dasar
Direktorat
dan
Jenderal
jenjang
pendidikan
dasar.
dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD)
sebagai salah satu muatan lokal. Ini
kurikulum
Dilihat dari aspek perkembangan
kognisi
dapat
siswa, pengajaran bahasa asing
berdampak
perkembangan
kognisi
positif
bagi
siswa.
Dalam
bahasa Piaget, perkembangan ini terjadi
bila siswa dihadapkan dengan gagasan
atau pengalaman yang tidak sesuai dengan
khazanah pengalamannya. Perbedaan ini
Menengah,
139
membentuk “konflik kognitif” yang akan
kognisinya,
menjadi katalis bagi cara berpikir baru
menyatakan
yang dihadirkan melalui belajar bahasa
jenjang sekolah dasar berada pada tahap
asing. Sejalan dengan pandangan ini,
“concrete operational”, pada tahap ini
penelitian
mereka
yang
diungkapkan
oleh
Piaget
bahwa
cenderung
(Hudelson,
anak-anak
belajar
1991)
pada
melalui
Hamayan (Helena, 2000) menunjukkan
pengalaman praktis dalam lingkungannya.
bahwa anak-anak SD yang mendapatkan
Dalam kaitannya dengan belajar bahasa
pengajaran bahasa asing cenderung lebih
Inggris sebagai bahasa asing, prinsip ini
kreatif
menegaskan
dan
fleksibel.
Mereka
dapat
bahwa
mereka
harus
mencapai tingkat perkembangan kognisi
dilibatkan secara aktif dalam penggunaan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bahasa tersebut untuk melakukan kegiatan-
mereka yang mempelajari dan menguasai
kegiatan belajar yang bermakna, yakni
satu bahasa.
kegiatan belajar yang sifatnya kongkrit dan
Dari aspek afektf, beberapa ahli
fungsional bagi mereka. Ini menunjukkan
pengajaran bahasa, seperti Lambert dan
pentingnya belajar bahasa tersebut melalui
Klineberg (Curtain dan Pensola, 1988b)
kegiatan (learning by doing).
menyebutkan bahwa anak-anak pada usia
10 tahun berada dalam proses peralihan
METODOLOGI PENELITIAN
dari egosentrisitas ke resiprositas, dalam
Penelitian ini menerapkan model
kondisi ini informasi yang diberikan pada
Penelitian dan Pengembangan (Research
anak-anak
mudah
and Development). Borg dan Gall (1979:
diterima. Ini terjadi karena anak-anak
624) memberikan batasan terhadap model
cenderung lebih bebas mengeksplorasi
penelitian ini sebagai " a process used to
nilai dan persepsi tentang dunia sekitarnya
develop
(Carpenter dan Torney, 1973). Dalam
products."
kaitannya dengan pembelajaran bahasa
proses
asing, hal ini sangat menguntungkan
beberapa siklus melalui sklus itu temuan
karena anak-anak belum mengembangkan
penelitian
dasar
bagi
sikap yang sempit terhadap bahasanya
pengembangan suatu produk.
Siklus-
sehingga mereka cenderung lebih leluasa
siklus penelitian dalam model tersebut
dan tak terbebani secara psikologis dalam
menurut Borg dan Gall (ibid. hal. 626)
belajar bahasa asing.
mencakup langkah-langkah berikut: (1)
cenderung
lebih
Dari sisi proses bagaimana anakanak belajar bahasa dan perkembangan
Reseach
and
validate
educational
Langkah-langkah
model
ini
menjadi
and
dalam
merujuk
information
kepada
collecting
(penelitian dan pengumpulan informasi);
140
(2)
Planning
(perencanaan);
(3)
2. Dari 15 (lima belas) sekolah dasar yang
Developing preliminary form of product
menjadi
(mengembangkan bentuk produk awal);
ditetapkan
(4) Preliminary field testing (ujicoba
dijadikan
pendahuluan); (5) Main product revision
pengembangan. Pada sekolah ini dilakukan
(revisi terhadap produk utama); (6) Main
ujicoba
field
(7)
Inggris Terpadu Berbasis Tema. Penetapan
Operational product revision ( revisi
ini berdasarkan pada kemungkinan dapat
untuk mengahasilkan produk utama); (8)
dilakukan ujicoba mengingat ketersediaan
Operational
guru yang dapat bekerjasama dan memiliki
testing
(ujicoba
field
utama);
testing
(ujicoba
subyek
satu
penelitian
sekolah
prasurvai,
dasar
subyek
Model
penelitian
Pembelajaran
kualifikasi
(revisi produk akhir).
mengajar merupakan guru mata pelajaran.
Subyek Penelitian
Faktor kerjasama dan kualifikasi guru
dipandang
cukup,
Bahasa
operasional) dan Final product revision
Subyek penelitian adalah guru dan
yang
yang
penting
guru
mengingat
selama
siswa sekolah dasar kelas 5 di Kabupaten
ujicoba
Bandung. Penetapan sampel dilakukan
kemampuan guru dalam menggunakan
sebagai berikut:
bahasa yang dijarakan menjadi penentu
1. Dalam penelitian prasurvai, guru yang
keberhasilan. Untuk ujicoba dilakukan
mengajar
pada SDN Korpri II.
bahasa Inggris
di sekolah
keterlibatan,
yang
dasar kelas 5 dijadikan subyek penelitian
3.
untuk
pembelajaran.
memperoleh
pembelajaran
gambaran
bahasa
Inggris
proses
yang
kerjasama,
dan
Subyek pada uji validasai model
Setelah
tahap
ujicoba,
dilakukan uji validasi. Penetapan sampel
dilakukan selama ini.Penetapan dilakukan
baik
secara
maupun kelompok kontrol didasarkan
Cara
“purposive-random
ini
dipilih
sampling.”
mengingat
terhadap
kelompok
eksperimen
besaran
pada klasifikasi kondisi sekolah, yakni
populasi dan letak geografis sekolah-
sekolah yang dianggap baik, sedang dan
sekolah yang menjadi populasi di wilayah
kurang menurut pendapat umum serta
Kabupaten Bandung. Dengan teknik ini
peringkat akreditasi
dipilih
Peringkat akreditasi ini diberikan oleh
secara acak 15
kecamatan
A, B, dan C.
(mencakup hampir 33 %) dari sejumlah
Badan Akreditasi Sekolah
43 kecamatan dengan
memperhatikan
Bandung khusunya pada sekolah-sekolah
kecamatan saja yang memiliki SD yang
yang telah diakreditasi di tiga kecamatan,
mengajarkan bahasa
yakni
Inggris sebagai
muatan lokal khususnya di kelas 5.
Kecamatan
Kabupaten
Baleendah,
Pameungpeuk, dan Kecamatan Banjaran.
141
Dengan
demikian
diselaraskan
kebutuhan
penetapan
dengan
sampel
pembelajaran (learning engagement), dan
dan
(3) hasil pembelajaran yang diukur dari
prasyarat
(purposive).
Berdasarkan
sisi
kemampuan
siswa
mendengarkan
berdasarkan
dan
penetapan tersebut, sekolah yang menjadi
berbicara
tujuan
sampel penelitian uji validasi adalah
pembelajaran yang tertuang dalam silabus
sebagai berikut:
dan rencana pembelajaran.
Dari uji coba terbatas yang terdiri
atas
Tabel 1. Sampel sekolah untuk
Penelitian uji validasi
Klasifikasi
Sekolah
Klmpk
Eksperi
men
Klmpk
Murid
Kontrol
SDN
Korpri I
Baik
SDN
Banjara
n VII
SDN
Pameun
gpeuk II
Sedang
Kurang
Jumlah
43
43
48
134
empat
siklus,
dapat
dilihat
perkembangan dan kemajuan penerapan
Murid
SDN
Bojongma 42
laka 1
SDN
Sukasarie 40
ndah
SDN
Banjaran 26
III
108
model
pembelajaran
observasi kelas. Terdapat 5 aspek yang
dinilai selama observasi kelas, yakni: (1)
implementasi model pembelajaran, (2)
kinerja guru yang ditampilkan melalui
keterampilan
kemampuan
Uji coba dalam skala terbatas ini
dilaksanakan di SD Korpri 2 selama satu
Inggris
berbasis tema yang diperoleh melalui
pembelajaran
HASIL PENELITIAN
bahasa
dasar
dalam
bahasa
siswa,
mengelola
Inggris;
dan
(3)
(5)
faktor
hambatan yang dihadapi baik oleh guru
maupun siswa.
semester dengan 14 minggu jam belajar
Untuk tiap aspek diberi skor 100,
efektif dan terbagi ke dalam 4 kali
dengan rincian sebagaimana dapat dilihat
pengamatan selama uji coba ini. Alokasi
pada Tabel 2 di bawah ini:
waktu setiap pertemuan per minggu sesuai
dengan waktu tatap muka yang tertuang
Hasil Uji Coba Model Pengembangan
dalam standar isi yakni 2 x 35 menit.
a. Kemampuan dan Kenerja Guru yang
Dituntut dalam Penerapan Model
Pembelajaran
Ada tiga aspek utama
yang
diamati dalam uji coba terbatas, yakni (1)
perilaku
Model pembelajaran tematik yang
guru dalam mengajar
sesuai dengan
dikembangkan
dalam
penelitian
ini
tahapan pembelajaran yang dikembangkan
menuntut kemampuan guru mulai dari
dalam model tematik, (2) proses interaksi
tahap
belajar-mengajar
pada
implementasi dan perbaikan pembelajaran
dalam
sebagaimna ditunjukkan dalam Bagan
tingkat
yang
keterlibatan
berfokus
siswa
pengembangan
silabus
hingga
142
model
pembelajaran
bahasa
Inggris
berdasarkan tema. Kemampuan tersebut
tergambar pada Tabel 4.18 hasil observasi
setiap aspek
pembelajaran dalam tiga kali uji coba
diperluas (uji coba 5, 6 dan 7).
143
Tabel 2. Skor Setiap Aspek Hasil Pelaksanaan Ujicoba Terbatas
Aspek
1. Implementasi model:
 Kesesuaian dengan rencana pembelajaran(25)
 Kegiatan awal(20)
 Kegiatan inti(40)
 Kegiatan akhir(15)
2. Kinerja guru dalam pembelajaran:
 Memahami rencana pembelajaran(20)
 Melakukan pengaitan(10)
 Menyampaikan tujuan pembelajaran(10)
 Menjelaskan materi ajar(10)
 Memberikan contoh(10)
 Memberikan latihan(10)
 Memberikan balikan dan penguatan(10)
 Menyimpulkan pelajaran (10)
 Memberi tindak lanjut (10)
3. Kemampuan siswa:
 Kemampuan
berkomunikasi
lisan
(mendengarkan dan berbicara) (20)
 Keterlibatan dalam pembelajaran (40)
 Memberikan jawaban terhadap pertanyaan (20)
 Mengajukan pertanyaan (20)
4.Penggunaan sumber dan media pembelajaran:
 Menggunakan buku sumber(20)
 Mengunakan media pembelajaran(20)
 Menata kelas (20)
 Membuat bahan pengayaan(40)
5. Hambatan (setiap aspek teridentifiaksi diberi skor (10)
 Guru belum sepenuhnya memahami model
pembelajaran tematik
 Guru belum memberi contoh dengan jelas
 Guru belum meberikan balikan dan penguatan
 Siswa belum berani bertanya dan mengemukakan
pendapat
 Pengunaan media tidak efektif
b.
Kemampuan
Mendengarkan
dan
Berbicara Siswa
Skor
Ujicoba 1
20
5
4
8
3
20
4
2
4
2
4
2
2
2
Skor
Ujicoba 2
40
10
8
16
6
44
8
4
6
4
6
4
4
4
Skor
Ujicoba 3
60
15
12
24
9
76
12
6
8
8
10
8
8
8
8
Skor
Ujicoba 4
80
20
16
32
12
90
16
10
10
10
10
10
8
8
8
20
40
60
76
4
8
4
4
20
4
4
4
8
50
8
16
8
8
40
8
8
8
16
40
12
24
12
12
60
12
12
12
24
30
16
32
16
12
78
18
16
12
32
16
10
10
10
10
8
8
8
8
6
6
6
6
0
4
4
4
10
8
6
4
yakni pada keterampilan mendengarkan
(listening) dan berbicara (speaking). Untuk
Model Pembelajaran Bahasa Inggris
mengukur hasil belajar ini, selama uji coba
berbasis Tema yang dikembangkan dalam
diperluas (tiga kali uji coba) dilakukan
penelitian
evaluasi belajar untuk tiap uji coba yang
sebagaimana
ini
yang
menunjukkan
hasil
diharapkan
dalam
hasilnya terlihat pada bagan berikut:
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
bentuk kemampuan bahasa Inggris lisan,
144
Bagan 1. Grafik Perolehan Skor Tes Hasil
berikut: Pertama, seluruh guru (100%)
Belajar Siswa
menyatakan bahwa model pembelajaran
bahasa
Inggris
berbasis
tema
dapat
meningkatkan baik proses belajar dan hasil
68.94
70
67.42
66.84
belajar.
Kedua,
dari
sisi
proses
67.11
peningkatan terjadi dalam
64.61
keterlibatan
belajar siswa dalam bentuk antusiasme
58.48
mereka dalam mengerjakan latihan dengan
55
porsi waktu yang mencapai 50-60 % dari
alokasi waktu per pertemuan (70 menit)
dan tingkat keberhasilan siswa dalam
40
Listening Tabel 1
Speaking Tabel 1
Listening Tabel 2
Speaking Tabel 2
Listening Tabel 3
Speaking Tabel 3
menyelesaikan latihan. Ketiga, dari sisi
hasil belajar seluruh guru (100%) yang
Bila
hasil
di
atas
dikelompokkan
berdasarkan tingkat kemampuan berikut:
1
– 20 = rendah sekali
diwawancarai menyatakan bahwa model
tematik dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam keterampilan mendengarkan
20,1 – 40 = rendah
(listening) dan keterampilan berbicara
40,1 – 60 = sedang
(speaking) dibandingkan dengan sebelum
60,1 – 80 = tinggi
mereka memperoleh pembelajaran dengan
80,1 -100 = tinggi sekali
model
tersebut.
Keempat,
dari
maka rata-rata hasil tes pada uji coba 5
perkembangan antar uji coba yang satu
termasuk kategori sedang, hasil uji coba 6
dengan yang lainnya sebagian bersar guru
dan 7 termasuk kategori sedang hingga
(3 orang) menyatakan bahwa dari uji coba
tinggi.
tahap
kesatu
menunjukkan
d. Pendapat Siswa dan Guru terhadap
Model Pembelajaran Bahasa
Inggris Berbasis Tema
terutama
pada
ke
tahap
adanya
selanjutnya
perkembangan
kemampuan
berbicara.
Mereka merasa makin yakin dan percaya
diri dalam menerapkan model tematik
Dari wawancara dengan responden,
terdiri dari 4 guru dari empat SD berbeda
tempat uji coba terbatas dan diperluas
dilaksanakan,
dapat
disimpulkan
tersebut. Salah satu kendala yang mereka
rasakan sulit untuk di atasi dan dipandang
mengganggu kelancaran penerapan model
data
145
pembelajaran itu adalah jumlah siswa di
Inggris, antusiasme mereka dalam belajar,
kelas terlalu besar. Mereka beranggapan
motivasi
jumlah 40 siswa per kelas terlalu besar
karena tema yang dipelajari berkairan
untuk kelas behasa. Kelima, sebagian
dengan
besar guru (3 dari 4 orang) menyatakan
melainkan juga kemampuan mereka dalam
bahwa perkembangan lain yang dirasakan
berkomunikasi lisan makin meningkat.
adalah mereka makin mampu mengelola
pembelajaran
Siswa
dengan
makin
model
terkontrol,
siswa
cenderung
pengetahuan
meningkat
dan
dunianya,
Sementara itu, dari hasil wawancara
tematik.
dengan siswa kelas 5 SD, dapat disimpulkan
pemberian
bebebarapa hal berikut: (1) Sebagian besar
feedback berupa pemanduan, memberikan
siswa
koreksi terhadap kesalahan siswa serta
pembelajaran bahasa Inggris dengan tema
pemberian reinforcement makin terkelola
mempermudah mereka dalam
dengan
berdasarkan
bahasa ini; (2) Sebagian besar siswa (95%)
pengalaman, seluruh guru yang menjadi
menyataka bahwa pemberian contoh dan
responden
penjelasan yang diberikan oleh guru dalam
baik.
Keenam,
menyatakan
bahwa
mereka
merasakan pemberian
feedback
dalam
bentuk,
pemanduan
antara
lain,
koreksi kesalahan
dan
dan (reinforcement)
(95%)
pembelajaran
ini
menyatakan
dapat
bahwa
memahami
dipahami;
(3)
Sebagian besar siswa (85%) menyatakan
bahwa
kegiatan
pembelajaran
dapat meningkatkan keterlibatan siswa
mendengarkan(listening)
dalam
(speaking) yang mereka sukai; (4) Sebagian
pembelajaran
enggagement)
yang
(learning
berbicara
dari
besar siswa (95%) menyatakan bahwa
kesungguhan siswa dalam mengerjakan
pembelajaran yang diberikan guru lebih
latihan berikut waktu yang terserap dalam
menekankan
latihan mencapai 60% dari alokasi waktu
mendengarkan dan berbicara; (5) Siswa
satu pertemuan dan tingkat keberhasilan
(90%) menyatakan bahwa guru memberikan
mereka
balikan
dalam
teramati
dan
menyelesaikan
latihan.
pada
(feedback)
keterampilan
dan
penguatan
Terakhir, seluruh guru yang diwawancarai
(reinforcement) selama siswa berlatih; (6)
memberikan
Siswa (95%) menyatakan bahwa balikan
komentar
bahwa
model
pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema
dan
bukan
menambah
keterlibatan mereka dalam pembelajaran; (7)
keterlibatan siswa dalam belajar bahasa
Mereka (76%) menyatakan bahwa bentuk
hanya
dapat
penguatan
dapat
meningkatkan
146
kegiatan berlatih dalam kelompok dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar
menambah
mereka.
semangat
belajarnya;
(8)
Sebagian besar siswa (83%) menyatakan
bahwa guru memberikan PR setiap kali
Model
selesai pelajaran. PR tersebut menurut siswa
Berbasis Tema yang Dihasilkan
(78%) lebih memusatkan pada keterampilan
mendengarkan
dan
berbicara.
Tentang
Pembelajaran
Bahasa
Inggris
Dari masukan dan temuan yang
diperoleh dari uji coba diperluas serta uji
koreksi yang diberikan oleh guru terhadap
validasi
PR tersebut, sebagian besar siswa (86%)
pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema
menyatakan bahwa guru memerikasa PR
dihasilkan
tersebut. Respon siswa terhadap upaya guru
tersebut yang dapat diterapkan di SD
memerika PR tersebut bahwa mereka (90%)
lainnya. Produk yang dikembangkan dalam
berpendapat bila PR tersebut diperiksa
penelitian ini meliputi: (1) Komponen
mendorong
desain pembelajaran bahasa Inggris berbasis
mereka untuk belajar dan
mengerjakan
PR
lebih
terhadap
model
model
akhir
tengah
pembelajaran
bersemangat.
tema; (2) Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Sementara itu, mengenai proses dan hasil
Pembelajaran; (3) Prosedur yang harus
belajar bahasa Inggris, sebagian besar siswa
ditempuh untuk menerapkan model tersebut;
(90%) menyatakan bahwa pembelajaran
dan (4) Bahan ajar yang dikembangkan
bahasa Inggris dengan model tematik dapat
dalam penelitian.
Tabel 3. Model Akhir Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema
Komponen Desain
Pembelajaran Bhs.
Inggris Berbasis Tema
Landasan Teori
Karakteristik
Teori Bahasa :
(1) Teori lingusitik fungsional: memandang bahasa sebagai alat
komunikasi yang terpengaruhi oleh dua konteks, konteks
kebahasaan dan non-kebahasaan. Konteks kebahasaan
menyangkut unsur-unsur bahasa, seperti kata, farase, dan kalimat
yang menunjang terwujudnya tindak berbahasa melalui
keterampilan berbahasa. Konteks non-kebahasaan menyangkut
sekurang-kurangnya situasi ber bahasa, orang yang terlibat dalam
tindak komunikasi (lisan dan tulisan(, dan tema atau topik yang
dapat berperan sebagai perekat (unifying) tindak berbahasa.
(2) Teori Belajar Bahasa: Sosial kontruktivisme menjadi landasan
model ini. Pandangan ini menekankan pentingnya interaksi
147
Komponen Desain
Pembelajaran Bhs.
Inggris Berbasis Tema
Prinsip
Peran Guru
Peran Siswa
Tema dan Topik
Fokus Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran
Bahan
Belajar
dan
Karakteristik
diantara siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan interaksi ini, guru atau siswa
yang lebih berkemampuan dapat memandu siswa yang kurang
berkemampuan
untuk
meningkatkan
kemampuannya
(keterampilan berbahasanya)
Berdasarkan teori-teori yang menjadi landasannya, Model
Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema memiliki prinsip
berikut:
(1) Konteks: Prinsip ini menegaskan agar dalam memilih tema
mempertimbangkan baik konteks situasi atau lingkungan dam
pengetahuan pengetahuan siswa disamping konteks kebahasaan
yang sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa
(2) Kontak: Prinsip ini menegaskan agar dalam kegiatan pemetaan
tema ke dalam topik dan berlatih penggunaan berbahasa
melibatkan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa.
(3) Kooperasi: Prinsipm ini menunjukkan agar proses pembelajaran
terjadi dalam interaksi ’komunitas pembelajar’ di kelas yang
komposisi
anggotanya
mempertimbangkan
keragaman
kemampuan. Diantara angota tersebut yang berkemampuan lebih
dapat membantu anggota lainnya yang kurang berkemampuan.
(4) Kebermaknaan: Prinsip ini menunjukkan agar dalam memilih
tema dan unsur-unsur bahasa memperhatikan bukan hanya
kedekatannya dengan siswa melainkan juga keterpahaman siswa.
Sebagai fasilitator dan model bagi siswa
Sebagai partisipan yang aktif dalam pembelajaran
Dikembangkan secara negosiatif antara guru dengan siswa dalam
kelompok dengan pemanduan dari guru selama pengembangan tema
ke dalam anak tema/topik yang diawali dari lingkungan terdekat
siswa.
Fokus pembelajaran didasarkan pada keterkaitan peta tema dengan
standar isi mata pelajaraan bahasa Inggris kelas 5 SD. Fokus utama
pada keterampilan berbahasa lisan dan fokus kedua pada
keterampilan berbahasa tulis.
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan fokus pembelajaran.
Sumber Bahan ajar dipilih dan diorganisasikan berdasarkan gabungan
silabus tematik/topik dengan silabus berbasis keterampilan. Bahan
ajar mencakup bahan ajar jenis otentik, bahan ajar yang berada dekat
dengan lingkungan siswa dan semi otentik, yang dimodifikasi
berupa kompilasi bahan ajar tertulis.
148
Komponen Desain
Pembelajaran Bhs.
Inggris Berbasis Tema
Kegiatan Pembelajaran
Evaluasi
Perbaikan Pembelajaran
Karakteristik
Kegiatan pembelajaran menerapan tiga tahap, yakni:
(1) Kegiatan Awal Pembelajaran: Kegiatan
ini bertujuan
memotivasi siswa agar terlibat dalam pembelajaran.
(2) Kegiatan Inti Pembelajaran: Kegiatan ini bertujuan
mengarahkan siswa agar paham apa yang dipelarinya melalui
pemanduan dari guru dengan contoh dan penjelasan secara
bertahap. Tujuan lain adalah melatih dan menguasai
keterampilan berbahasa dan unsur-unsur bahasa yang
menunjang kemahiran berbahasa.
(3) Kegiatan Akhir: Kegiatan ini bertujuan memandu siswa
menyimpulkan apa yang dipejari dan dilatihnya serta memberi
tindak lanjut latihan menggunakan bahasa.
Evaluasi diarahkan baik pada proses maupun hasil belajar. Proses
dirahkan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan hasil pada
kemampuan berbahasa lisan siswa sebagai fokus utama
Perbaikan pembelajaran didasarkan pada masukan dari evaluasi
pembelajaran
Model Tematik Cameron (2002). Dari
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan
hasil interpretasi dan
temuan
penelitian
dan
keempat sumber ini yang menjadi dasar bagi
adaptasi model pembelajaran berbasis tema
pengembangan model pembelajaran seperti
adalah
yang disajikan diatas, dapat ditarik beberapa
Fredericks dan Cameron karena model ini
kesimpulan berikut:
digunakan
1. Desain Model Pembelajaran Bahasa
Inggris Berbasis Tema
model
yang
khusus
disarankan
untuk
oleh
pembelajaran
bahasa bagi siswa SD.
1) Peran Guru.
Desain pembelajaran bahasa Inggris
Guru berperan sebagai fasilitator dan
Berbasis Tema yang dikembangkan dalam
model bagi siswa. Sebagai fasilitator, guru
penelitian merupakan adaptasi dari beberapa
harus mampu meciptakan dan mendorong
model pembelajaran tematik, yakni Model
terwujudnya kegiatan pembelajaran yang
Tematik dari Manning dan Manning (1994),
dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran
Model Tematik dalam Kuríkulum Mata
mulai dari tahap kegiatan awal ingá kegiatan
Pelajaran Bahasa Inggris tahun 1994, Model
akhir pembelajaran. Sebagai model, guru
Tematik dari Fredericks dkk (1993), dan
harus mampu memandu dan memberikan
149
contoh penggunaan bahasa Inggris yang
dikembangkan dan dimodifikasi, antara
tepat dan berterima.
laian, berupa kompilasi bahan ajar tertulis.
2) Peran Siswa.
7) Tahapan Kegiatan Pembelajaran.
Siswa dalam pembelajaran dengan
Tahap Kegiatan Pembelajaran yang
model berbasis tema harus berperan sebagai
mencakup tiga siklus atau tahap, yakni: (a)
partisipan yang aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan
3) Tema.
memfokuskan pada upaya guru untuk
awal
pembelajaran
yang
Tema dikembangkan ke dalam topik
membangkitkan minat siswa dan mendorong
secara kolaboratif dan negosiasi antara guru
siswa agar terlibat dalam pembelajaran; (b)
dengan siswa dalam kelompok dengan
Tahap kegiatan inti pembelajaran yang
pemanduan dari guru.
diarahkan guna membantu siswa memahami
4) Fokus Pembelajaran.
dan
dapat
menggunakan
keterampilan
Fokus pembelajaran didasarkan pada
berbahasa Inggris lisan melalui serangkaian
keterkaitan peta tema dengan stándar isi
pemberian contoh, penjelasan, pemanduan,
mata pelajaran bahasa Inggris kelas 5 SD.
pemberian
Fokus utama pada keterampilan berbahasa
Inggris, dan menjaga keterlibatan siswa
lisan dan fokus kedua pada keterampilan
dalam
berbahasa tulis.
balikan, pemanduan, dan penguatan; dan (c)
5) Tujuan Pembelajaran.
Tahap kegiatan akhir pembelajaran yang
Tujuan
pembelajaran
dirumuskan
latihan
penggunaan
bahasa
pembelajaran melalui pemberian
diarahkan
untuk
membantu
siswa
apa
telah
berdasarkan fokus pembelajaran dengan
mengkonsolidasikan
mempertimbangkan kemampuan siswa.
dipelajari atau dilatihnya pada kegiatan
6) Bahan dan Sumber Belajar
sebelumnya serta memberikan tindak lanjut
Bahan
ajar
dipilih
dan
latihan
penggunaan
diorganisasikan berdasarkan gabungan tema
dipelajarinya.
dengan keterampilan berbahasa. Bahan dan
8). Evaluasi Pembelajaran.
sumber belajar mencakup bahan ajar otentik,
yang
bahasa
yang
Fokus utama evaluasi pemebelajaran
bahan ajar yang berada disekitar lingkungan
adalah
untuk memastikan apakah hasil
siswa, seperti obyek-obyek fisik di sekitar
belajar
siswa
kelas, gambar, jadwal dan lain-lain, serta
dirumusakan dalam tujuan pembelajaran
bahan ajar semi otentik, bahan ajar yang
yang tertuang dalam rencana pembelajaran.
sesuai
dengan
yang
150
Fokus kedua diarahkan untuk memastikan
pretes maupun skor postes dari kelompok
apakah proses belajar berlangsung sesuai
dengan
dengan yang diharapkan. Ini dilihat dari
Berdasarkan kedua temuan tersebut dapat
keterlibatan
disimpulkan
siswa
dalam
pembelajaran
pembelajaran
bahwa
konvensional.
pembelajaran
yang
selama tahapan kegiatan inti pembelajaran
menggunakan Model Berbasis Tema dapat
berlangsung.
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peningkatan prestasi belajar ini dalam
bentuk kemampuan berbahasa Inggris lisan
2. Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tema dapat Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa
siswa dilihat dari penguasaan keterampilan
mendengarkan (listening) dan berbicara
Uji
coba
penerepan
Model
Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema
baik dalam skala terbatas maupun luas
menghasilkan
temuan
bahwa
model
tersebut cenderung dapat meningkatan skor
evaluasi
belajar
siswa.
Temuan
ini
dikukuhkan pula oleh hasil penelitian uji
validasi yang menegaskan bahwa hasil
belajar siswa yang memperoleh perlakuan
(mengalami pembelajaran dengan model
tersebut) menunjukkan skor evaluasi hasil
belajar
yang
lebih
tinggi dan secara
signifikan berbeda bila dibandingkan dengan
skor evaluasi hasil belajar yang diperoleh
melalui pembelajaran konvensional. Uji
validasi yang diterapkan pada tiga sekolah
dengan kategori yang berbeda (sekolah
dengan kategori baik, sedang, dan kurang)
menunjukkan
kecenderungan
(speaking) mereka. Temuan hasil penelitian
pengembangan ini menunjukkan pula bahwa
model pembelajaran bahasa Inggris Berbasis
Tema memberikan keuntungan yang lebih
baik bagi siswa berkemampuan sedang dan
baik
dibandingkan
dengan
siswa
berkemampuan kurang. Ini dapat dipahami
mengingat siswa berkemampuan kurang
cenderung
kurang
begitu
terlibat
dan
responsif dalam pembelajaran. Ini berarti
bahwa guru harus bersikap lebih hati-hati
dan memberikan pemanduan lebih intensif
jika akan menerapkan Model Pembelajaran
Berbasis Tema kepada siswa berkemampuan
kurang.
3. Relevansi Model Pembelajaran
Berbasis Tema dengan Pengembangan
KTSP Mata Pelajaran Bahasa Inggris
di SD
adanya
perolehan skor postes yang secara signifikan
berbeda jika dibandingkan dengan skor
Model pembelajaran bahasa Inggris
berbasis tema dengan
landasan teori,
prinsip, dan karakteristiknya menempatkan
151
pembelajaran bahasa secara integratif dan
holistik
sejalan
dengan
salah
satu
karakteristik siswa SD. Pembelajaran unsurunsur bahasa tidak terpisah dari upaya
pengembangan
Begitu pula
berbahasa
keterampilan
berbahasa.
pembelajaran keterampilan
Inggris
harus
terintegrasi
sekurang-kurangnya
antara
keterampilan
mendengarlan dengan berbicara. Integrasi
ini
dilakukan
melalui
tema
yang
dikembangkan dengan mempertimbangkan
minat, pengetahuan dan lingkungan siswa.
Dalam pengembangan KTSP mata
pelajaran Bahasa Inggris di SD, prinsipprinsip pengembangan KTSP sebagaimana
dinyatakan dalam Pedoman Pengembangan
KTSP yang diatur melalui Permendiknas
No.
24
tahun
2005
menunjukkan
kesejalanan dengan prinsip dan karakteristik
model
pembelajaran
berbasis
tema.
Pengembangan dan penjabaran Standar Isi
Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk kelas 5
sampai dengan 6 harus mempertimbangkan
karakteristik siswa SD dan lingkungan
terdekatnya.
Oleh
karena
itu,
Language
Pedagogy. Englewood
Cliffs, N.J.: Prentice-Hall Inc.
model
pembelajaran tersebut dipandang sangat
relevan dengan pengembangan silabus mata
pelajaran bahasa Inggris di SD .
DAFTAR PUSTAKA
Brown, James Dean. (1995). The Elements
of
Language
Curriculum;
A
Systematic
Approach to Program
Development. Boston, Mass.: Heile &
Heinle Publishers.
Borg,
Walter R. dan Gall. (1979).
Educational
Research;
An
Introduction. New York: Longman.
Bender, Lapp dan John, Ellen Wood. (1975).
Teaching nd Learning; Philosophical,
Psychological,
Curricular
Applications. NewYork: Mac-millan
Publishing Co., Inc.
Cummins, Jim. (2000). Language, Power
and
Pedagogy.
Clavendon:
Multilingual Matters Ltd.
Curtain dan Pensola dalam Helena. (2000).
Foreign Language Learning: An Early
Start. Tersedia: ERIC Digest.
Carpenter dan Torney dalam Helena (2000).
Foreign Language Learning: An Early
Start. Tersedia; ERIC Digest.
Cameron,
Lynne.
(2001).
Languages to Young
Cambridge:
Cambride
Press.
Teaching
Learners.
Unversity
Cameron,
Lynne.
(2003).
Teaching
Languages to Young Leaners.
Cambridge: Cambride University
Press.
Kreeft dan Peyton. (1997). Professional
Development of Foreign Language
Teachers. ERIC Digest.
Krahnke, Karl. (1987). Approaches to
Syllabus Design for Foreign Language
Teaching. Englewood Cliffs, NJ.:
Prentice Hall Regents.
Brown, Douglas H. (2001). Teaching by
Principles: An Interactive Approach
152
Pusat
Penilaian Pendidikan, Balitbang
Diknas. (2007). Hasil Studi Prestasi
Siswa Indonesia dalam Bidang
Matematika, Sains, dan Membaca.
Jakarta: Puspendik, Balitbangdiknas.
Permendiknas No. 24 tahun 2005. tentang
Pedoman Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan
Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta:
Depdiknas.
Permendikan No. 22 tahun 2005 tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta;
Depdiknas
Sudjana, N. dan Ibrahim. (1989).
Metodologi Penelitian. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
153
Download