PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK BERTUKAR

advertisement
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK BERTUKAR PASANGAN
UNTUK MENULIS PANTUN MENGGUNAKAN KARTU KATA
Nurani Amalia
Universitas Muhammadiyah Cirebon
[email protected]
Abstrak
Pembelajaran di sekolah belum memberikan metode dan media yang dapat menjembatani
pemahaman siswa untuk terampil dalam menulis pantun, sehingga mengakibatkan
rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam menulis pantun.Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaranyang
bertujuan mengembangkan kreatifitas, keaktifan, sertamenjadikan proses pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan. Penelitian tindakan kelas merupakan metode penelitian yang
digunakan.Desain penelitian mengacu pada model spiral Kemmis dan Mc.Taggart dengan
empat tahapan, yaitutahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan refleksi.Subjek
penelitian yang dilakukan yaitu siswa SDN Sindangaraja kelas IV-B sebanyak 44
siswa.Hasil penelitian menunjukkanpada siklus I sebanyak 61,3% siswa mencapai nilai
KKM. Siklus II sebanyak 75% dan siklus III meningkat sebanyak 93,1%. Dengan
demikian model pembelajaran kooperatif menggunakan media kartu kata dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Kooperatif,teknik, pantun, kartu kata.
Abstract
The development of education in the school have not yet provided a method and media
which can provide an opportunity to the students to train writing traditional poetry skills,
with the result that student have low ability in the writing a traditional poetry. Efforts that
can be made to address these problems by implementing a learning model that aims to
develop a creativity, a liveliness, and makes the laerning process becomes more enjoyable.
The method of research in this study was used action research. The design used in this
study is the model of spiral from Kemmis and Mc.Taggart with four stages, it is planning
stages, implementation of the action and reflection. The subject of the study were 44
students in class four B of SDN sindangaraja. The result showed on the cycle I as much as
61,3% of students achieve the value of KKM. The cycle II as much as 75% and the cycle
III this study have increase to 93%. The conclusion is The model of cooperative learning
with used the media of word card can increase student learning outcomes.
Keywords: cooperative learning, writing traditional poetry, the media of word card.
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah
dasar
mencakup
aspek
keterampilan
menyimak,
berbicara,
membaca dan menulis. Masing-masing
keterampilan tersebut memiliki tujuan
pembelajaran yang harus dicapai serta
dikembangkan, sehingga potensi yang
dimiliki siswadapat terarah secara
berkelanjutan.
Siswa
diharapkan
menemukan pembelajaran yang dapat
bermanfaat di dalam kehidupannya serta
merasakan kesenangan ketika berada
dalam suasana pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Keterampilan menulis merupakan
salah satu kemampuan yang diajarkan di
sekolah
dasar.Berkaitan
dengan
pentingnya peranan menulis dalam
menentukan kemampuan berbahasa,
Rofi’uddin (Resmini dan Djuanda, 2007:
117) mengemukakan bahwa kemampuan
berbahasa sejak dini merupakan salah
satu
upaya
yang
bersifat
strategis.Kemampuan tersebut terfokus
pada kemampuan baca-tulis yang
merupakan kunci pembuka untuk
memasuki dunia pengetahuan yang lebih
luas. Jika akan dilakukan pengajaran
membaca dan menulis yang baik, dapat
dipacu pada kemampuan penguasaan
kemampuan berpikir kritis, kreatif
terhadap permasalahan yang dihadapi,
dan belajar menganalisis permasalahan,
sehingga perkembangan dalam dimensi
afektif siswa dapat dioptimalkan dengan
baik
Melalui bahasa manusia dapat
saling berkomunikasi, mengekspresikan
diri, beradaptasi sosial dalam lingkungan
atau situasi tertentu, sebagai alat untuk
melakukan kontrol sosial berbagi
pengalaman,
saling
belajar
dan
meningkatkan
kemampuan
intelektualDijelaskan pula bahwa tujuan
pembelajaran bahasa adalah untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa,
juga meningkatkan kemampuan berfikir
dan
bernalar,
serta
kemampuan
memperluas
wawasan
(Resmini,
Djuanda, dan Indihadi (2006: 35)
Komunikasi
yang
dilakukan
manusia
dapat
bermanfaat
untuk
mengembangkan
potensi
dalam
berbahasa, karena dengan berbahasa
manusia dapat mengekspresikan sesuatu
yang dirasakan.
Salah satu keterampilan yang
diajarkan di sekolah dasar diantaranya
adalah menulis pantun.Hal ini sesuai
dengan tujuan yang tercantum pada
kurikulum
yaitu
siswa
memiliki
keterampilan dalam membuat pantun
anak yang menarik tentang berbagai tema
yang sesuai dengan ciri-ciri pantun.
Pada kenyataannya yang terjadi di
lapangan, tujuan pembelajaran dalam
menulis pantun belum tercapai. Hal ini
diperoleh berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di kelas IV-B Sekolah
Dasar Negeri Sindangraja tentang
kemampuan menulis pantun yang
sebagian besarhasil belajar siswa
belummencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal
(KKM).Siswa
mengalami
kesulitan dalam menulispantun dengan
menggunakan ciri-ciri pantun sertapantun
yang sesuai dengan tema.
Siswa
terlihat
kurang
berpartisipasi secara langsung selama
pembelajaran dikarenakan belum terlihat
adanya metode pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dan media yang
dapat menjembatani siswa untuk lebih
mudah dalam membuat pantun dan
menarik minat siswa untuk menulis
pantun menjadi menyenangkan.
Dilihat dari permasalahan di atas
tentunya diperlukan suatu pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa dan
menjadikan
suasana
pembelajaran
menjadi menyenangkan yaitu dengan
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif teknik bertukar pasangan
dengan menggunakan media kartu kata.
Model
pembelajaran
ini
dapat
meningkatkan partisipasi siswa secara
langsung dalam pembelajaran serta
meningkatkan perhatian dan minat siswa
dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dapat bekerjasama dan saling
bertukar
gagasan
antar
teman
sebayanya.Hal
ini
sesuai
dengan
pendapat Sunal dan Hans (Isjoni 2007:
12)
bahwapembelajaran
kooperatif
merupakan suatu cara pendekatan atau
serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan
kepada peserta didik agar bekerja sama
selama proses pembelajaran.Selain itu
pembelajaran
kooperatif
dapat
mengembangkan sikap, nilai, dan tingkah
laku yang memungkinkan siswa untuk
berpartisipasi dan menerima pendapat
orang lain. Slavin (Asma, 2006)
mengemukakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama, saling
menyumbang pemikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar
secara individu maupun kelompok’
Sadiman, dkk. (2011) menyatakan
bahwa proses belajar mengajar pada
hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan, saluran
atau media tertentu kepada penerima
pesan. Pesan yang disampaikan oleh guru
dalam belajar dapat berupa simbolsimbol komunikasi baik verbal (kata-kata
lisan maupun tertulis) atau simbol nonverbal atau visual
Dalam pembelajaran menulis
pantun ternyata tidak semua siswa
memahami ciri-ciri pantun serta pantun
yang sesuai dengan tema. Hal ini
dikarenakan guru hanya menjelaskan
secara
sederhana
yaitu
hanya
menggunakan metode ceramah tanpa
menjelaskan lebih lanjut tentang ciri-ciri
pantun, bagaimana menulis pantun yang
sesuai dengan tema serta pemberian
contoh pembelajaran yang kurang jelas,
yang menjadikan siswa tidak dapat
memahami dengan benar materi yang
telah disampaikan. Oleh karena itu,untuk
mengatasi
permasalahan
dalam
pembelajaran dapat menggunakan media
kartu
kata
untuk
menjembatani
pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Dengan digunakannya
media kartu kata yang di desain secara
menarik dan dibuat acak menjadikan
siswa menemukan sendiri pemahaman
siswa tentang menulis pantun. Dalam
pembelajaran memungkinkan adanya
interaksi secara langsung antara siswa
dengan media pembelajaran yaitu dengan
kartu kata yang masih acak akan disusun
menjadi pantun yang tepat. Pada kegiatan
tersebut menulis pantun menjadi kegiatan
yang menarik daan menyenangkan.
Hal ini diperkuat dengan pendapat
Soeparno (1988:6) yang menyatakan
bahwa pengggunaan media diharapkan
dapat memperkonkret informasi yang
dikomunikasikan peneriman, sehingga
informasi tersebut diharapkan dapat
diserap semaksimal mungkin oleh si
penerima informasi
Hal ini didasarkan atas pemikiran
bahwa siswa dapat secara langsung dan
nyata
serta
mandiri
dalam
mengidentifikasi ciri-ciri pantun serta
dapat belajar menulis pantun yang sesuai
dengan
tema.
Sesuai
dengan
pendapat Semiawan (Isjoni, 2007) yang
menyatakan bahwa dalam meningkatkan
upaya kualitas kognitif siswa, guru dalam
melaksanakan pembelajaran harus lebih
ditujukan pada kegiatan pemecahan
masalah atau latihan meneliti dan
menemukanSaat
berdiskusi
secara
bertukar pasangan siswa saling berdiskusi
untuk memecahkan masalah yaitu
menyusun kartu kata yang masih acak
menjadi suatu pantun yang benar.
Penerapan model pembelajaran
tersebut menjadikan siswa dapat bekerja
sama dalam mengerjakan tugas serta
bertanggung jawab tidak hanya pada
individu tetapi pada temannya ketika
berdiskusi karena siswa yang memahami
pembelajaran dapat bertukar pendapat
serta berbagi kepada temannya yang
belum memahami pembelajaran. Hal ini
tentunya sangat membantu siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Metode Penelitian
Penelitian
tindakan
kelas
merupakan metode yang dilakukan dalam
penelitian.Digunakannya
metode
kualitatif dalam penelitian tindakan kelas
adalah didasarkan pada pendapat yang
dikemukakan oleh Moleong (2002:5)
bahwa, penelitian kualitatif lebih mudah
apabila dihadapkan dengan kenyataan
ganda, menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan
responden, dan pendekatan kualitatif ini
lebih peka dan lebih dapat menyelesaikan
diri dengan banyak penajaman bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi Kemudian Menurut Priyono
(Sukidin
dkk,
2008:11),penelitian
tindakan
kelas
adalah
strategi
pengembangan profesi guru karena
menempatkan guru sebagai peneliti,
bukan
sebagai
informan
pasif,
menempatkan guru sebagai
agen
perubahan, serta mengutamakan kerja
kelompok antara guru, siswa, dan staf
pimpinan
sekolah
lainnya
dalam
membangun kinerja sekolah lebih baik.
Subjek penelitian yaitu siswa
SDN Sindangaraja Kecamatan Sumedang
kelas IV-B tahun ajaran 2011/2012
sebanyak 44 siswa. Instrumen yang
digunakan yaitu pedoman observasi,
catatan lapangan, dan tes hasil belajar
siswa.Validasi data yang digunakan yaitu
teknik triangulation, member check,
expert opinion danaudit trail.
Adapun desain dalam penelitian
ini adalah mengacu kepada rancangan
penelitian model spiral refleksi dari
Kemmis dan Taggart yang dimulai
dengan tahap perencanaan(planning),
tindakan
(action),
pengamatan
(observing), refleksi (reflecting), dan
perencanaan kembali yang merupakan
dasar
untuk
suatu
perencanaan
pemecahan masalah.
Hasil dan Pembahasan
Analisis data dalam penelitian
dilakukan dengan cara menelaah data
aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil
belajar
siswa.
Perencanaan
yang
dilakukan sebelum melakukan penelitian
diantaranyameminta izin kepada Kepala
Sekolah
SD
Negeri
Sindangraja
Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten
Sumedang untuk mengadakan penelitian
awal yaitu mengidentifikasi masalah
dengan melakukan observasi pada saat
proses pembelajaran pantun dilaksanakan
serta berwawancara dengan guru dan
siswa tentang menulis pantun.
Langkah
selanjutnya
yaitu
berdiskusi
dengan
guru
untuk
mengadakan perbaikan terhadap hasil
pembelajaran
awal
yang
sudah
dilaksanakan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan dengan menggunakan media
kartu
kata
untuk
meningkatkan
keterampilan menulis pantun serta
menyusun persiapan mengajar dan
membuat lembar observasi kinerja guru,
aktivitas siswa, lembar tes hasil belajar,
dan membuat media kartu kata agar
menjadikan
suasana
pembelajaran
menjadi
efektif,
bermakna
dan
menyenangkan. Alat evaluasi dibuat
untuk mengetahui adanya peningkatan
hasil belajar siswa setelah pembelajaran
dengan penerapan model kooperatif
teknik bertukar pasangan dengan
menggunakan media kartu kata dalam
menulis pantun.
Pada pelaksanaan siklus Iterlihat
masih banyak siswa yang tidak terlibat
aktif
selama
pembelajaran.Siswa
cenderung lebih suka bermain serta
bergurau dengan temannya.Pada saat
bertukar pasangan masih banyak siswa
yang tidak mau duduk serta berdiskusi
dengan teman bertukar pasangannya,
siswa lebih senang untuk berdiskusi
dengan teman sebangkunya dibandingkan
berdiskusi dengan temannya yang
bertukar pasangan.
Aktivitas siswa di atas dapat
dilihat bahwa dalam proses pembelajaran
keaktifan, katerlibatan serta semangat
siswa dalam belajar masih memerlukan
perbaikan. Dengan data yang diperoleh
yaitu terdapat 31,8% atau 14 siswa
dinyatakan baik, 52,5% atau 23 siswa
cukup dan 15,9% atau 7 orang siswa
dinyatakan kurang. Jika dilihat dari hasil
tersebut tentunya aktivitas siswa pada
saat pembelajaran masih rendah serta
masih belum mencapai target yang telah
ditentukan. Oleh karena itu diperlukan
tindakan siklus berikutnya yang dapat
meningkatkan aktivitas siswa sehingga
aktivitas siswa di dalam belajar menjadi
lebih baik.
Pelaksanaan
siklus
II
menunjukkan adanya perbaikan pada
sikap
siswa
saat
pembelajaran
berlangsung.Hal ini terlihat dari adanya
beberapa siswa yang mulai terlibat aktif
di dalam pembelajaran.Beberapa siswa
memberikan tanggapan kepada guru.
Siswa juga mulai memiliki keberanian
untuk mengajukan pertanyaan kepada
guru serta terlibat langsung saat kegiatan
pembelajaran. Pada saat mengerjakan
tugas kelompok terlihatsiswa saling
bekerja sama dalam tim kelompoknya
yaitu berdiskusi tentang ciri-ciri pantun
dan pantun yang sesuai dengan tema.
Selanjutnya pada aktivitas siswa selama
pembelajaran menunjukkan hasil yang
cukup signifikan.Siswa terlihat antusias
dalam mengikuti pembelajaran dan hal
ini tentunya sangat berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa.
Kemudian
pada
siklus
IIImengalami
peningkatan
dalam
aktivitas
siswa
selama
pembelajaran.Siswa terlihat aktif, saling
bekerja sama dan bertukar pandapat di
dalam pembelajaran. Tugas yang
dikerjakan dalam menyusun media kartu
kata dari sebuah pantun siswa sudah
dapat melakukannya dengan petunjuk
LKS yang telah diberikan sehingga
memudahkan siswa dalam memahami
cara membuat pantun yang benar.
Kegiatan
tersebut
tentunya
menunjukkan perbaikan yang cukup
signifikan.Keaktifan, keterlibatan dan
semangat siswa selama pembelajaran
telah lebih baik daripada sebelumnya.
Peningkatan aktivitas tersebut tentunya
diperoleh dari manfaat digunakannya
media sesuai yang dijelaskan oleh
Sumiati dan Asra (2009:163) bahwa
media dapat menarik perhatian siswa,
sehingga
membangkitkan
minat,
motivasi, aktivitas, dan kreatifitas belajar
siswa.
Peningkatan aktivitas tersebut
tentunya
diperoleh
dari
manfaat
digunakannya media sesuai yang
dijelaskan oleh Sumiati dan Asra
(2009:163) bahwa media dapat menarik
perhatian
siswa,
sehingga
membangkitkan
minat,
motivasi,
aktivitas, dan kreatifitas belajar siswa.
Berikut Gambar peningkatan aktivitas
siswa pada setiap siklus.
Gambar 1
Peningkatan Aktivitas Siswa
Dilihat dari Gambar tersebut
menunjukkan adanya peningkatan yang
sangat signifikan.Aktivitas siswa pada
pembelajaran menulis pantun dengan
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif teknik bertukar pasangan
dengan menggunakan media kartu kata
telah memberikan dampak yang positif
terhadap proses pembelajaran siswa,
yaitu meningkatnya aktivitas siswa pada
keaktifan, keterlibatan serta semangat
dalam belajar. Adanya peningkatan
tersebut yaitu pada siklus I siswa dengan
tafsiran baik sebanyak 31,8% atau 14
siswa, siklus II sebanyak 65,9 % atau 29
siswa, dan siklus III sebanyak 81,8% atau
36 siswa. Dengan diperolehnya hasil
aktivitas siswa pada setiap siklusnya
maka target penelitian pada aktivitas
siswa sebanyak 80% telah tercapai.
Pada saat mengerjakan tugas
kelompok yang dilakukan dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif teknik bertukar pasangan
mengggunakan media kartu kata, siswa
saling berdiskusi serta bekerja sama
dalam mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru. Sesuai dengan pendapat Slavin
(Asma, 2006) yang mengemukakan
bahwa dalam belajar kooperatif siswa
belajar bersama, saling menyumbang
pemikiran dan bertanggung jawab
terhadap pencapaian hasil belajar secara
individu maupun kelompok.
Sejalan dengan itu, Djahiri
(Isjoni, 2007: 13) mengungkapkan bahwa
pembelajaran kooperatif sebagai kegiatan
pembelajaran kelompok yang terarah,
terpadu, efektif, efisien, ke arah mencari
atau mengkaji sesuatu melalui proses
kerjasama
dan
saling
membantu
(sharing) sehingga tercapai proses dan
hasil belajar yang produktif (survive).
Manfaat penggunaan media kartu
sangat bermanfaat dalam menumbuhkan
keaktifan siswa di dalam pembelajaran.
Sesuai dengan pendapat Sudjana dan
Rivai (Arsyad, 2014:28) bahwa manfaat
media di dalam pembelajaran yaitu siswa
dapat lebih banyak melakukan kegiatan
belajar karena tidak hanya mendengarkan
uraian guru, akan tetapi melakukan
aktivitas lain seperti mengamati dan
melakukan
sehingga
pembelajaran
menjadi lebih menarik perhatian siswa
dan menumbuhkan motivasi dalam
belajar, sehingga dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
Ketika pembelajaran berlangsung
pada siklus I guru membagi siswa secara
heterogen sesuai dengan kemampuan
siswa dalam menulis pantun. Seluruh
siswa yang ada di dalam kelas dibagi
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
dalam menulis pantun. Siswa yang telah
terampil dalam menulis pantun dapat
berpasangan untuk berdikusi dengan
temannya yang belum terampil dalam
menulis pantun. Sehingga siswa yang
berdiskusi dengan temannya pada saat
bertukar pasangan dapat dirasakan
manfaatnya secara optimal ketika
berdiskusi serta bertukar pendapat dalam
mengerjakan
tugas
yang
telah
diperintahkan oleh guru yaitu menyusun
media kartu kata yang masih acak
menjadi sebuah pantun yang benar. Hasil
observasi kinerja guru menunjukkan
bahwa pada siklus I guru menemukan
kesulitan dalam mengarahkan serta
membimbing siswa saat kerja kelompok.
Masih banyak siswa yang merasa
kesulitan dalam memahami petunjuk
LKS untuk mengerjakan tugas menyusun
kartu kata. Sehingga guru perlu
mengarahkan siswa dengan jelas pada
saat siswa mengerjakan tugas. Dalam
mengatur siswa untuk duduk dengan
teman bertukar pasangannnya guru juga
masih mengalami kesulitan. Banyak
siswa
yang
beranggapan
bahwa
berdiskusi dengan teman sebangkunya
lebih nyaman daripada berdiskusi dengan
teman bertukar pasangannya.
Tes hasil belajar siswa pada setiap
siklusnya juga mengalami peningkatan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Munadi
(2010) yang menyatakan bahwa media
adalah perantara atau penggunaan materi
dan penyerapannya melalui pandangan
dan pendengaran sehingga membangun
kondisi yang dapat membuat siswa
mampu
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan, atau sikap.Penggunaan
media
pembelajaran
dan
model
pembelajaran menjadi sesuatu yang
saling
mempengaruhi
tujuan
pembelajaran. Hal tersebut juga sesuai
dengan pandangan Hamalik (Rusman,
dkk, 2011:16) yang menyatakan bahwa,
pembelajaran sebagai suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur manusia,
material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi
untuk
mencapai
tujuan
1
pembelajaran. Dalam hal ini fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang dibuat
dalam pembelajaran tentunya saling
berpengaruh pada aktivitas belajar siswa
demi mencapai tujuan pembelajaran.
Hal
ini
terbukti
bahwa
penggunaan media kartu kata dalam
pembelajaran
tentunya
sangat
memberikan dampak yang positif untuk
membantu siswa dalam memahami
pembelajaran pantun. Sehingga dengan
digunakannya media tersebut membantu
siswa dalam memahami dan dapat
terampil dalam membuat pantun yang
sesuai dengan ciri-ciri pantun serta
pantun yang sesuai dengan tema.
Guru mulai mengenal serta
memahami karakteristik siswa di dalam
kelas pada siklus II. Sehingga guru telah
mengetahui bagaimana cara mengatasi
pembelajaran agar dapat kondusif serta
efektif di dalam kelas. Guru telah
mengelola kelas dengan lebih baik dan
dapat menciptakan suasana yang akrab
sehingga dapat memudahkan guru untuk
mengarahkan siswa. Hal ini tentunya
sangat
berpengaruh
pada
situasi
pembelajaran di dalam kelas.
Pelaksanaan tindakan siklus III
pada kinerja guru telah mengalami
banyak peningkatan. Guru mampu
mengelola kelas dengan sangat baik.
Suasana pembelajaran menjadi lebih
kondusif dan tercipta kelas yang aktif
serta siswa yang saling bertukar pendapat
di dalam pembelajaran. Saat siswa
mengerjakan tugas kelompok, petunjuk
LKS telah dipahami siswa dengan baik
sehingga banyak kelompok yang sudah
benar dalam menyusun kartu sehingga
dengan bimbingan guru siswa dapat
menuliskan pantun yang sesuai dengan
ciri-ciri pantun dan sesuai dengan tema.
Berikut Gambar peningkatan
observasi kinerja guru pada setiap
siklusnya.
Gambar 3
Rekapitulasi Nilai Siswa
Gambar 2
Peningkatan Kinerja Guru
Dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru setiap siklusnya mengalami
peningkatan dan telah mencapai target
penelitian yaitu 85%. Dari hasil observasi
diperoleh hasil kinerja guru pada siklus I
sebanyak 85,4 % yang menunjukkan
kriteria sangat baik, pada siklus II
sebanyak 93,7% dengan kriteria sangat
baik dan pada siklus III sebanyak 97,9%
dengan kriteria sangat baik dari
keseluruhan indikator yang telah
ditetapkan.
Media kartu kata yang digunakan
dengan metode pembelajaran kooperatif
terlihat dirasakan manfaatnya dalam
mencapai tujuan pembelajaran yaitu
siswa dapat terampil dalam menulis
pantun. Berikut ini disajikan Gambar
rekapitulasi nilai siswa pada setiap siklus.
Nilai siswa pada siklus I sebanyak
61,3% atau 27 siswa mencapai KKM.
Siklus II terdapat 75% atau 33 siswa
tuntas dengan adanya peningkatan
sebanyak 13,7% dan siklus III meningkat
menjadi 93,1% atau 41 siswa yang telah
tuntas dengan adanya peningkatan
sebanyak 18,1% dari siklus sebelumnya.
Dan untuk siklus I sampai siklus III hasil
belajar siswa mengalami peningkatan
sebanyak 31,8%. Dengan demikian target
penelitian dalam
menulis
pantun
sebanyak 80% telah tercapai
Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan dengan menggunakan media
kartu kata terbukti dapat meningkatkan
aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil
belajar siswa.
Demi perbaikan pada penelitian
selanjutnya guru perlu memperhatikan
setiap aspek dalam pembelajaran,
sehingga penerapan model pembelajaran
dapat berjalan optimal, berpengaruh
positif dan bermakna bagi siswa.
Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran.
Jakarta: 2014. PT Raja Grafindo
Persada.
Asma,
Nur.Model
pembelajaran
kooperatif.
Jakarta:
2006.
Depdiknas.
Isjoni .Cooperative learning. Bandung:
2007. Alfabeta.
Moleong, J.l. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Bandung: 2002.
Remaja Rosdakarya.
Munadi, Yudhi. Media pembelajaran.
Jakarta: 2010. GP Press.
Resmini.,N, Djuanda D.,& Indihadi D.
Pembinaan dan Pengembangan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bandung: 2006. UPI
Press.
Resmini & Djuanda. Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi. Bandung: 2007. UPI
Press.
Rusman., Kurniawan D., & Riana C.
Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi.
Jakarta: 2011. PT. Raja Grafindo
Persada.
Sadiman S, Arief., Raharjo S. Haryono,
Anung., & Rahardjito. Media
Pendidikan. Jakarta: 2011. Raja
Grafindo Persada.
Soeparno. Media Pengajaran Bahasa.
Yogyakarta: 1988. PT. Intan
Pariwara.
Sukidin, Basrowi, & Suranto.Manajemen
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Jakarta: 2008. Insan Cendikia.
Sumiati dan Asra. Metode Pembelajaran.
Jakarta: 2009. CV Wacana Prima
.
Download