TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA

advertisement
TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK
PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD
Dr. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG
BULAN JANUARI - APRIL TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Diploma (Amd. PK) dari Program Studi DIII RMIK
Oleh :
ESSI MAZIDAH
D22.2011.01134
PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
2014
HALAMAN HAK CIPTA
© 2014
Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Peneliti
HALAMAN PERSETUJUAN
TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI
RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARIAPRIL TAHUN 2014
Disusun oleh:
ESSI MAZIDAH
D22.2011.01134
Disetujui untuk dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah
Tanggal : 18 Juli 2014
Pembimbing
Kriswiharsi Kun S, SKM, M.Kes (Epid)
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS,
DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KASUS TYPHOID PASIEN BPJS
PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN
JANUARI-APRIL TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
TAHUN 2014
Disusun oleh:
ESSI MAZIDAH
D22.2011.01134
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Semarang,18 Juli 2014
Tim Penguji
Ketua
: Maryani Setyowati, M. Kes
(................................)
Anggota
:1. Eny Mahawati, M. Kes
(................................)
2. Kriswiharsi Kun S, SKM, M. Kes (................................)
Mengetahui,
Dekan
Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini secara khusus kupersembahkan kepada:
 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga atas izinnya semua ini dapat terlampaui
 Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di hari
akhir kelak
 Pembimbingku Bu Kriswiharsi yang telah banyak membantuku
 Abah dan mamah yang tidak henti-hentinya mendoakanku dan
mendukungku dalam hal apapun
 Teman-teman KCC seperjuangan yang tidak akan kulupa
 Temen-teman Prodi RMIK angkatan 2011 yang sudah 3 tahun
berjuang bersama
 Semua yang telah membantu dan mendukungku yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Thank you so much........
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Essi Mazidah
Tempat, tanggal lahir
: Pemalang, 21 September 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: RT 29/ RW 03 Randudongkal Kab. Pemalang
Pendidikan
:
1. TKM Salafiyah Randudongkal, tahun 1997-1999
2. SD Negeri 07 Randudongkal, tahun 1999-2005
3. SMP Negeri 1 Randudongkal, tahun 2005-2008
4. SMA Negeri 1 Pemalang, tahun 2008-2011
5. Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas
Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011-2014.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Tinjauan Deskriptif Karakteristik Penderita, LOS, dan Epidemiologi Penyakit
Pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang Bulan Januari-April Tahun 2014”.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menyelesaikan program studi D3 Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. H. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ka. Program Studi D3 Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
4. Kriswiharsi Kun Saptorini, SKM, M.Kes (Epid) selaku pembimbing.
5. Dr. H. Sholahudin selaku Direktur RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang.
6. H. Suwaryo, S.Kep Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang.
7. Seluruh Dosen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan yang telah
memberikan berbagai macam ilmu baik formal maupun informal kepada
penulis.
8. Seluruh staf karyawan Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang yang telah membantu dalam penyelesaian
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan penulis harapkan untuk menjadi masukan guna peningkatan
pelayanan di rumah sakit.
Semarang, Juli 2014
Penulis
PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2014
ABSTRAK
ESSI MAZIDAH
TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS
PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN
JANUARI-APRIL TAHUN 2014
xv + 58 Hal + 11 Tabel + 4 Gambar + 3 Lampiran
Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi pelayanan
kesehatan rawat inap yaitu AvLOS (Average Length Of Stay) yang
merupakan rata - rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah
sakit. Pembayaran klaim BPJS didasarkan atas LOS rata-rata standar
INA CBG’s. Apabila rata-rata LOS di rumah sakit melebihi standar INA
CBG’s maka kemungkinan berdampak pada segi finansial rumah sakit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita,
LOS, dan epidemiologi penyakit pada kasus Typhoid pasien BPJS PBI di
RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun
2014.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode observasi langsung dan
pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti pada penelitian ini
adalah 62 DRM kasus Typhoid yang didapat dari indeks penyakit Typhoid
yang dirawat inap pada bulan Januari-April tahun 2014 di RSUD Dr. M.
Ashari Kabupaten Pemalang, sampel adalah total populasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada bulan Januari-April
2014 terdapat 62 kasus dan paling banyak pada bulan Februari yaitu 21
pasien, menyerang pada golongan umur 5-14 tahun (39%), dengan jenis
kelamin laki-laki (58%), lama dirawat maksimum 3 hari (27%), keparahan
level I yaitu sebesar 71%, memiliki diagnosis lain sebesar 37,1%
sedangkan yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 62,9%, yang
memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s
(41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (33,3%).
Penderita Typhoid yang memiliki komplikasi lebih kecil (9,7%) daripada
yang tidak memiliki komplikasi (90,3%). Persentase yang memiliki
komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (22,2%)
lebih besar daripada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (7,5%).
Disarankan kepada pihak rumah sakit agar mengadakan sosialisasi
kepada perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lain tentang LOS INACBG’s agar dapat bekerja sama dalam menerapkan clinical pathway di
rumah sakit sehingga LOS riil sesuai dengan LOS INA-CBG’s.
Kata kunci
: Typhoid, Lama dirawat (LOS), INA-CBG’s
Kepustakaan : 16 buah (1993-2014)
DIII MEDICAL RECORD AND HEALTH INFORMATION STUDY PROGRAM
FACULTY OF HEALTH DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2014
ABSTRACT
ESSI MAZIDAH
DESCRIPTION THE CHARACTERISTIC OF PATIENT, LOS, AND
EPIDEMIOLOGYCAL DISEASE CASES OF TYPHOID BPJS PBI’S
PATIENTS IN RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG
MONTHS JANUARI-APRIL 2014
xv + 58 Pages + 11 Tables + 4 Picts + 3 Attachments
One of indicators to asses the efficiency of inpatient health services
namely AvLOS (Average Length of Stay) which is the average number of
days of inpatient hospital stay. BPJS claim payments based on the
average of INA-CBG’s LOS standard. If the LOS average in hospital
exceeds the LOS INA-CBG’s standard, possibilities impact to hospital
financial. The purpose of this study was to determine the characteristics of
patients, LOS, and the epidemiology of the disease in the case of typhoid
patients in RSUD Dr. M. Ashari Pemalang months from January to April
2014.
The method used was descriptive method of direct observation and crosssectional approach. The population examined in this study were 62
medical record cases of typhoid who are hospitalized months JanuariApril in RSUD Dr. M. Ashari Pemalang.
Based on the results, that in January-April 2014 there were 62 cases and
mostly in February with 21 patients, attacking the 5-14 year age group
(39%), with male gender (58%), length of stay maximum of 3 days (27%),
the severity level of I is equal to 71%, have another diagnosis 37.1% while
the other did not have a diagnosis of 62.9%, which has another diagnosis
in the appropriate group INA-CBG's LOS (41,5%) more higher than
inappropriate INA-CBG’s LOS (33.3%). Typhoid Patients who have
complications (9.7%) less than those without complications (90.3%).
Percentage who have complications in the group of inappropriate INACBG’s LOS (22.2%) greater than appropriate INA-CBG's LOS (7,5%).
It was recommended to the hospital to conduct outreach to nurses,
physicians, and other health professionals about INA-CBG's LOS,
cooperate in implementing clinical pathways in hospitals so that the real
LOS appropriate with INA-CBG's LOS.
Keywords: Typhoid, Length Of Stay (LOS), INA-CBG’s
Bibliography: 16 pieces (1993-2014)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................ i
Halaman Hak Cipta ..................................................................................... ii
Halaman Persetujuan .................................................................................iii
Halaman Pengesahan ............................................................................... iv
Halaman Persembahan .............................................................................. v
Halaman Riwayat Hidup ............................................................................ vi
Kata Pengantar ......................................................................................... vii
Abstrak
......................................................................................... ix
Daftar Isi
......................................................................................... xi
Daftar Tabel
....................................................................................... xiii
Daftar Gambar ........................................................................................ xiv
Daftar Lampiran ....................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. Lingkup Penelitian ................................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis ........................................................................... 7
B. Statistik Rumah Sakit ............................................................... 9
C. Standar Pelayanan di Rumah Sakit ....................................... 12
D. Indikator Kinerja Rumah Sakit ............................................... 13
E. Indikator Statistik Rawat Inap ................................................ 14
F.
Indikator Kualitas Pelayanan Unit Rawat Inap ....................... 16
G. INA-CBG’s ............................................................................. 16
H. BPJS ..................................................................................... 18
I.
Typhoid .................................................................................. 21
J.
Epidemiologi Deskriptif .......................................................... 29
K. Variabel Epidemiologi ............................................................ 29
L.
Kerangka Teori ...................................................................... 31
M. Kerangka Konsep .................................................................. 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 32
B. Variabel Penelitian ................................................................. 32
C. Definisi Operasional ............................................................... 33
D. Populasi Penelitian ................................................................ 34
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 35
F.
Pengumpulan Data ................................................................ 35
G. Pengolahan Data ................................................................... 35
H. Analisis Data .......................................................................... 36
BAB IV : HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 37
B. Hasil Pengamatan .................................................................. 42
C. Pembahasan .......................................................................... 49
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 55
B. Saran ...................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 57
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Rumah Sakit ...........................................................................37
Tabel 4.2 Jumlah Kasus Typhoid Januari – April ............................................42
Tabel 4.3 Prosentase Lama Dirawat Pasien Typhoid .....................................43
Tabel 4.4 Prosentase Kesesuaian Lama Dirawat dengan LOS INA-CBG’s.....44
Tabel 4.5 Prosentase Severity Pasien Typhoid ..............................................46
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid
Berdasarkan Diagnosa Lain ............................................................46
Tabel 4.7 Jumlah dan Jenis Diagnosis Lain Penderita Typhoid ......................46
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Diagnosa Lain .........................47
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid
Berdasarkan Komplikasi .................................................................48
Tabel 4.10 Daftar Kasus Typhoid dengan Komplikasi .....................................48
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Komplikasi ..............................49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori...................................................
31
Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep ..............................................
31
Gambar 4.1 Grafik Prosentase Penderita Typhoid
Berdasarkan Umur........................................................
44
Gambar 4.2 Grafik Prosentase Penderita Typhoid
Berdasarkan Jenis Kelamin ..........................................
45
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Melakukan Penelitian
2. Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian
3. Checklist Pasien BPJS PBI Kasus Typhoid Bulan Januari-April 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberi layanan
kesehatan yang membutuhkan informasi tentang berbagai data penyakit.
Rumah sakit mengutamakan pelayanan kesehatan melalui upaya
penyembuhan pasien, rehabilitasi, dan pencegahan gangguan kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan no 034/Birhub/1979 tentang
perencanaan dan pemeliharaan rumah sakit yang menjelaskan bahwa
setiap rumah sakit harus merawat statistik yang up to date, yaitu tepat
waktu, akurat, dan sesuai dengan kebutuhan. (1)
Statistik rumah
sakit merupakan
statistik kesehatan yang
bersumber pada data rekam medis, dimana sistem rekam medis
merupakan dasar dari terciptanya sistem informasi kesehatan. (2) Statistik
rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat
inap, yang digunakan untuk perencanaan maupun pelaporan kepada
instansi. Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi pelayanan
kesehatan rawat inap yaitu AvLOS (Average Length Of Stay) yang
merupakan rata - rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah
sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Berdasarkan Barber Johnson,
standar ideal efisiensi AvLOS adalah 3-12 hari. (3)
Angka LD (Lama Dirawat) dibutuhkan oleh pihak rumah sakit
untuk menghitung tingkat penggunaan sarana (utilization management)
dan untuk kepentingan finansial (financial reports). Dari aspek medis
semakin panjang Lama Dirawat (demikian juga dengan aLOS) maka bisa
menunjukkan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien
harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis,
semakin panjang Lama Dirawat (demikian juga dengan aLOS) berarti
semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien (dan
diterima oleh rumah sakit). Jadi, diperlukan keseimbangan antara sudut
pandang medis dan ekonomis untuk menentukkan nilai aLOS yang
ideal.(4)
Terdapat kaitan antara Lama Dirawat (aLOS) dengan BPJS yaitu
pasien BPJS akan lebih cepat mendapatkan perawatan dikarenakan
sistem kapitasi yang mengelompokkan diagnosis dengan tindakan
sehingga pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia layanan (rumah
sakit) akan terstruktur dan terjamin yang memungkinkan pasien keluar
dari rumah sakit lebih cepat. Apabila pasien dirawat lebih lama akan
merugikan rumah sakit itu sendiri karena rumah sakit harus membayar
sisa dari biaya perawatan dari premi yang dibayarkan pasien setiap
bulannya.
Sistem jaminan kesehatan BPJS mulai diberlakukan per tanggal 1
Januari 2014 terdiri dari BPJS PBI dan non PBI. BPJS PBI (Penerima
Bantuan Iuran) yang dulunya bernama Jamkesmas merupakan pilihan
bagi masyarakat yang tergolong tidak mampu untuk membayar biaya
kesehatan. Negara memberikan fasilitas ini agar masyarakat yang tidak
mampu tetap mendapat jaminan kesehatan. Untuk pembayarannya
sendiri di rumah sakit menggunakan sistem paket yaitu INA CBG’s yaitu
penetapan tarif rumah sakit berdasarkan kelas.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD
Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang dari laporan 10 besar penyakit rawat
inap penyakit yang paling banyak adalah Typhoid. Typhoid atau
kesehariannya dikenal dengan nama penyakit tiphus adalah suatu
penyakit demam akut yang disebabkan kuman Salmonella typhi. Selain
Salmonella typhi typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi
namun gejalanya lebih ringan. Demam tifoid terjadi pada berbagai
golongan
usia
terutama
pada
usia
produktif
sehingga
akan
mengakibatkan penurunan produktifitas/prestasi kerja dan prestasi
belajar.(16)
Dalam penanganan kasus Typhoid memiliki variasi dalam masa
perawatannya, standar Typhoid menurut LOS INA-CBG’s level I adalah
6,13 hari, level II adalah 8,16 hari, dan level III adalah 10,69 hari. Pada 10
DRM kasus Typhoid pasien rawat inap BPJS PBI yang sebanyak 20%
diantaranya terdapat pasien yang memiliki masa perawatan melebihi
standar INA CBG’s. Pembayaran klaim BPJS didasarkan atas LOS ratarata standar INA CBG’s. Apabila rata-rata LOS di rumah sakit melebihi
standar INA CBG’s maka kemungkinan berdampak pada segi finansial
rumah sakit.
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan di atas
peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Tinjauan Deskriptif Karakteristik
Penderita, LOS dan Epidemiologi Penyakit pada Kasus Typhoid Pasien
BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan JanuariApril tahun 2014”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana Deskripsi Karakteristik Penderita, LOS, dan Epidemiologi
Penyakit pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun 2014?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita, LOS, dan epidemiologi penyakit
pada kasus Typhoid pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun 2014
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah kasus Typhoid pada pasien BPJS PBI bulan
Januari-April 2014
b. Mengetahui lama dirawat kasus Typhoid pasien BPJS PBI bulan
Januari-April 2014
c. Membandingkan LOS pasien BPJS PBI dengan LOS INA-CBG’s
kasus Typhoid bulan Januari-April 2014
d. Mengetahui umur pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan
Januari-April 2014
e. Mengetahui jenis kelamin pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid
bulan Januari-April 2014
f.
Mengetahui severity/keparahan pasien BPJS PBI dengan kasus
Typhoid bulan Januari-April 2014
g. Mengetahui diagnosa lain pada pasien BPJS PBI dengan kasus
Typhoid bulan Januari-April 2014
h. Mengetahui komplikasi pada pasien BPJS PBI dengan kasus
Typhoid bulan Januari-April 2014
D. Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi perpustakaan dan informasi tentang
pengembangan ilmu statistik rumah sakit serta sebagai masukan
untuk bahan pertimbangan penulis yang akan meneliti dengan
topik yang sama.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai alternatif bahan masukan dan pertimbangan dalam
menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan upaya
peningkatan kualitas pelayanan di rumah sakit.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan serta pengetahuan dalam penerapan ilmu
Rekam Medis di rumah sakit khususnya dalam menganalisa
karakteristik penderita berdasarkan perbedaan lama dirawat pada
satu kasus penyakit.
E. Lingkup Penelitian
1. Keilmuan
Lingkup keilmuan yang diambil adalah lingkup rekam medis dan
informasi kesehatan
2. Materi
Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik
Rumah Sakit khususnya indikator LOS
3. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
khususnya di bagian indeksing dan casemix
4. Metode
Penelitian ini menggunakan metode observasi
5. Objek
Objek yang diamati adalah indeks penyakit kasus Typhoid dan RM 1
dengan kasus yang sama
6. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2014
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
a. Menurut KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) rekam medis
berarti hasil perekaman yang berupa keterangan mengenai hasil
pengobatan pasien, sedangkan rekam kesehatan adalah hasil dari
perekaman yang berupa keterangan mengenai kesehatan pasien.
b. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 269 tahun
2008 tentang rekam medis disebutkan bahwa rekam medis adalah
berkas yang berisikan catatan,dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
c. Menurut Huffman EK, 1992 menyampaikan batasan rekam medis
adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa,
bilamana, dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien
selama masa perawatan yang yang memuat pengetahuan mengenai
pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi
yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis
dan pengobatan serta merekam hasilnya. (5)
2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis
a. Tujuan Rekam Medis
Rekam medis bertujuan untuk menyediakan informasi guna
memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepada pasien dan
memudahkan pengambilan keputusan manajerial (perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
pengawasan,
penilaian,
dan
pengendalian) oleh pemberi pelayanan klinis dan administrasi pada
sarana pelayanan kesehatan.
Tujuan utama dari rekam medis ini adalah sebagai dokumen
kehidupan pasien yang memadai dan akurat sebagai sejarah
kesehatannya, yang mencakup penyakit-penyakit dan perawatan –
perawatan yang diberikan pada masa lampau dan pada saat ini
(Huffman, 1994) (15)
b. Kegunaan Rekam Medis
Menurut Permenkes no. 749a tahun 1969 menyebutkan bahwa
rekam medis memiliki 5 manfaat yaitu:
1) Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
2) Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
3) Bahan untuk kepentingan penelitian
4) Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
5) Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan
Sedangkan menurut Gibony (1991), rekam medis mempunyai 6
manfaat atau kegunaan dengan singkatan ALFRED, yaitu:
1) Administration
Data dan informasi yang dihasilkan dalam rekam medis dapat
digunakan manajemen untuk melaksanakan fungsinya guna
pengelolaan berbagai sumber daya.
2) Legal
Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang
dapat melindungi pasien, provider (dokter, perawat dan tenaga
kesehatan
lainnya)
serta
pengelola
dan
pemilik
sarana
pelayanan kesehatan terhadap hukum.
3) Financial
Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat
digunakan untuk memprediksikan pendapatan dan biaya sarana
pelayanan kesehatan.
4) Research
Dapat
dilakukan
penelusuran
terhadap
berbagai
macam
penyakit yang telah dicatat kedalam dokumen rekam medis
guna kepentingan penelitian.
5) Education
Dokumen rekam medis dapat digunakan untuk pengembangan
ilmu.
6) Documentation
Dapat digunakan sebagai dokumen karena menyimpan sejarah
medis seseorang.(6)
B. Statistik Rumah Sakit
1. Pengertian Statistik
Statistik
merupakan
pembahasan
metode-metode
ilmiah
untuk
pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan analisa maupun untuk
dapat menarik kesimpulan yang valid dan membuat putusan yang dapat
diterima berdasarkan analisa. (7)
2. Pengertian Rumah Sakit
a. Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan
memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka
panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik
dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan
untuk yang melahirkan (World Health Organization).
Rumah sakit merupakan
sarana upaya kesehatan serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
(permenkes no.159b/1988)
b. Menurut UU NO.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
perorangan
secara
paripurna
yang
menyediakan pelayanan rawatinap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam KODERSI/kode etik rumah
sakit, dimana kewajiban rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan
masyarakat diatur.
c. Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf f dalam UU No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit sebenarnya memiliki fungsi
sosial yaitu antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien
tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa,
atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.(8)
3. Pengertian Statistik Rumah Sakit
Statistik rumah sakit yaitu statistik yang bersumber pada data rekam
medis
sebagai
informasi
kesehatan
yang
digunakan
untuk
memperoleh kapasitas bagi praktisi kesehatan, manajemen dan
tenaga medis dalam pengambilan keputusan.(9)
4. Pengertian Statistik Kesehatan
Statistik kesehatan adalah aplikasi metode statistik terhadap masalahmasalah bidang kesehatan. Aplikasi di bidang kesehatan antara lain:
a. Mengatur
statistik
kesehatan
masyarakat
dan
mengetahui
masalah kesehatan dalam berbagai kelompok masyarakat.
b. Membandingkan status kesehatan di suatu tempat dengan tempat
yang lain di masyarakat sekarang dengan masyarakat lainnya dan
meramal status kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang.
c. Mengevaluasi tentang perjalanan keberhasilan dan kegagalan
dalam suatu program atau pelayanan kesehatan yang sedang
dilaksanakan.
d. Mengestimasi
kebutuhan
masyarakat
terhadap
pelayanan
kesehatan dan menentukan target pencapaian tujuan.
e. Keperluan penelitian terhadap masalah-masalah kesehatan, KB,
lingkungan hidup, dan lain-lain.
f.
Perencanaan dan sistem administrasi.
g. Keperluan publikasi dan media massa. (10)
5. Kegunaan Statistik Rumah Sakit
Pengumpulan data statistik yang kemudian diolah menjadi informasi
statistik rumah sakit sangat penting bagi rumah sakit. Rekam medis
khususnya bagian analising reporting adalah bagian pengolah data
untuk menyusun informasi statistik rumah sakit. Statistik rumah sakit
biasanya digunakan untuk:
a. Perbandingan penampilan rumah sakit masa lalu dan sekarang.
b. Sebagai bahan acuan untuk perencanaan, pengembangan rumah
sakit atau klinik di masa depan.
c. Penilaian penampilan kerja tenaga medis, perawat dan staf lain.
d. Biaya rumah sakit atau klinik jika disponsori oleh pemerintah.
e. Penelitian. (4)
C. Standar Pelayanan di Rumah Sakit
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat,
maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan semakin nyaman semakin mendesak. Untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit diperlukan suatu standar pelayanan yang baku.
Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal yaitu:
1. Standar pelayanan rumah sakit, meliputi :
a. Administrasi dan manajemen
b. Pelayanan medis
c. Pelayanan gawat darurat
d. Kamar operasi
e. Pelayanan intensif
f. Pelayanan perinatal resiko tinggi
g. Pelayanan keperawatan
h. Pelayanan anestesi
i. Pelayanan radiologi
j. Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana
k. Pemeliharaan sarana
l. Perpustakaan
m. Pengendalian infeksi di Rumah Sakit
n. Pelayanan sentralisasi sentral
o. Pelayanan gizi
p. Pelayanan medis
q. Pelayanan laboratorium
r. Pelayanan rehabilitasi medis
s. Pelayanan farmasi.
2. Standar Pelayanan Medis
Yaitu suatu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi
makin efektif dan efisien. Efisiensi pelayanan medis tercermin
dari
tingkat jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak
termasuk bayi lahir di rumah sakit. Angka rata-rata jumlah hari pasien
rawat inap tinggal di rumah sakit merupakan informasi yang penting
untuk menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang diberikan. (6)
D. Indikator Kinerja Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberian pelayanan
kesehatan
yang
mengutamakan
pelayanan yang
dikelola secara
profesional. Keberhasilan dalam pengelolaan rumah sakit didukung
adanya sumber daya manusia sebagai tenaga kerja profesional sarana
dan prasarana yang memadai serta beberapa faktor: faktor-faktor tersebut
lebih dikenal indikator kinerja rumah sakit, antara lain :
1.
Kepuasan pasien
2.
Kualitas pelayanan medis
3.
Efiisiensi pelayanan medis
4.
Kepuasan pegawai rumah sakit terhadap pekerjaan
5.
Kualitas limbah cair di rumah sakit.
E. Indikator Statistik Rawat Inap
1. Statistik rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di
unit rawat inap, yang juga digunakan untuk menilai dan mengevaluasi
kegiatan yang ada di unit rawat inap, untuk perencanaan maupun
laporan pada instansi vertikal. Data yang diolah di unit rawat inap
disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi oleh manajemen
maupun kebutuhan laporan ke instansi diatasnya (Depkes) misalnya :
a.
Data kunjungan pasien
b.
Data rujukan
c.
Data pembayaran
d.
Data tindakan pasien
Data-data di atas dapat diperoleh dari pencatatan yang ada di unit
rawat inap, seperti pada:
a. Register pelayanan unit rawat inap
b. Sensus harian unit rawat inap
c. Rekapitulasi sensus harian rawat inap
d. Rekapitulasi bulanan rawat inap
e. Laporan triwulan (RL 1)
2. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap
adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap jumlah
pasien rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang
rawat inap.
Kegunaannya antara lain:
a. Mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan
b. Mengetahui penggunaan tempat tidur
c. Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang
bersangkutan yang harus segera dikirim ke direktur rumah sakit,
bidang perawatan dan unit lain yang membutuhkan
3. Rekapitulasi Bulanan Pasien Rawat Inap
adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap jumlah pasien
rawat inap selama sebulan yang diterima dari masing-masing ruang
rawat inap. Kegunaannya antara lain :
a. Mengetahui jumlah pasien dirawat selama sebulan dan satu
triwulan
b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selama periode
bulanan dan triwulan
c. Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap
yang perlu
dilaporkan ke Depkes setiap triwulan pada formulir RL 1 halaman 1.
4.
Laporan Triwulan (RL 1)
Untuk mengetahui pelayanan unit rawat inap, maka data diatas diolah
dalam bentuk pemantauan bulanan, triwulan dan tahunan sesuai dengan
kebutuhan managemen rumah sakit maupun pelaporan kepada Dinas
Kesehatan. (11)
F. Indikator Kualitas Pelayanan Unit Rawat Inap
Kualitas pelayanan medis adalah setiap pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan
semua
pemakai
jasa
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakannya sesuai dengan standar kode etik profesi yang
telah ditetapkan.
Indikator efisiensi pelayanan unit rawat inap :
1. AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di
rumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit dalam satu
periode dengan standar pencapaian 3-12 hari.
2. TOI adalah rata-rata hari tempat tidur tersedia pada periode tertentu
yang tidak terisi adalah pasien keluar hidup atau meninggal dan
pasien masuk dengan standar pencapaian 1-3 hari.
3. Rasio hari perawatan dengan perawatan rawat inap. (11)
G. INA-CBG’s
1. Pengertian INA-CBG’s
INA-CBG’s adalah kependekan dari Indonesia Case Base Group’s.
Sistem INA-CBG’s adalah aplikasi yang digunakan sebagai aplikasi
pengajuan klaim rumah sakit, puskesmas dan semua Penyedia
Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia.
Sistem Casemix INA-CBG’s adalah suatu pengklasifikasian
dari
episode perwatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas
yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan
berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case
Base Group’s yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan
diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah sakit
akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang
dihabiskan untuk suatu kelompok diagnosis. Dalam pembayaran
menggunakan sistem INA-CBG’s, baik rumah sakit maupun pihak
pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang
diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar
pasien dan kode DRG (Disease Related Group). Besarnya penggantian
biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara
provider/asuransi
atau
ditetapkan
oleh
pemerintah
sebelumnya.
Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh
pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis
diagnosis maupun kasus penyakitnya.
INA-CBG’s merupakan kelanjutan dari aplikasi INA-DRG yang lisensinya
berakhir
pada
tanggal
30
September
2010
lalu.
INA-CBG’s
menggantikan fungsi dari aplikasi INA-DRG. Aplikasi INA-CBG’s lebih
real dibandingkan dengan INA-DRG karena menekankan pendekatan
prosedur dibanding diagnosa, sementara aplikasi INA-CBG’s lebih
mengedepankan diagnosa dibanding prosedur.
2.
Manfaat
Bagi pasien, adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas
pengobatan berdasarkan derajat keparahan, dengan adanya batasan
pada lama rawat (length of stay) pasien akan mendapat perhatian lebih
dalam tindakan medis dari para petugas rumah sakit karena berapapun
lama rawat yang dilakukan biayanya sudah ditentukan, dan mengurangi
pemeriksaan serta penggunaan alat medis yang berlebihan oleh tenaga
medis sehingga mengurangi resiko yang dihadapi pasien.
Bagi rumah sakit, mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban
kerja sebenarnya, dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan
Rumah Sakit, dokter atau klinisi dapat memberika pengobatan yang
tepat untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat
keparahan. Juga meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau
multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat
memonitor Quality Assurance dengan cara yang lebih objektif. Rumah
sakit dapat perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja
yang lebih akurat. Rumah sakit juga dapat mengevaluasi kualitas
pelayanan yang diberikan oleh masing-masing klinisi, keadilan (equity)
yang lebih baik dalam pengalokasian budget anggaran, dan mendukung
sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical Pathway.
Bagi penyandang dana Pemerintah (provider) dapat meningkatkan
efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan,
dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat
luas akan terjangkau, secara kualitas pelayanan yang diberikan akan
lebih baik sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan provider, dan
perhitungan tarif pelayanan lebih objektif serta berdasarkan kepada
biaya yang sebenarnya.(12)
H. BPJS
a. Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan.BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.
Semua penduduk Indonesia diwajibkan menjadi peserta jaminan
kesehatan yang di kelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam
bulan di Indonesia dan telah membayar iuran. Peserta BPJS terdiri dari
dua kelompok pertama PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan
Kesehatan adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang
tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iuranya dibayari
oleh pemerintah sebagai peserta program jaminan kesehatan.Peserta
PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur
melalui peraturan pemerintah.Yang kedua Non PBI terdiri dari pekerja
penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah
dan anggota keluarganya, dan bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Landasan Hukum BPJS Kesehatan :
1.
UUD 1945 amendemen Pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap penduduk
berhak atas pelayanan kesehatan dan ayat 3 bahwa setiap
penduduk berhak atas jaminan sosial;
2.
UUD
1945
amendemen
Pasal
34
ayat
2
bahwa
Negara
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat;
3.
UUD 1945 amendemen Pasal 34 ayat 2 bahwa Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan yang layak;
4.
UU Nomor 3/1992 tentang Jamsostek;
5.
PP 69/1991 tentang JPK PNS;
6.
UU Nomor 23/1992 tentang kesehatan khususnya pasal 26;
7.
UU 43/1999 tentang Pegawai Negeri Sipil;
8.
PP Nomor 2/2003 tentang Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri.
b. Manfaat BPJS Kesehatan
Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan
anggota keluarganya. Perluasan program Jaminan/Asuransi Kesehatan
Nasional (JKN) dan SJSN bertujuan untuk memperluas cakupan
penduduk yang memiliki jaminan kesehatan yang memenuhi kebutuhan
dasar medis, tanpa membedakan status ekonomi penduduk.
Karena
mekanisme
Jaminan
Kesehatan
merupakan
suatu
mekanisme asuransi sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan
bersama (gotong royong) yang bersifat wajib, maka badan penyelenggara
haruslah bersifat nirlaba. Bentuk yang ideal adalah suatu badan hukum
tersendiri,
yang
bukan
perusahaan
terbatas
dan
bukan
pula
BUMN/BUMD. Setiap peserta BPJS berhak memperoleh manfaat jaminan
kesehatan meliputi :
1.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan
non spesialistik mencakup:
a)
Administrasi pelayanan
b)
Pelayanan promotif dan preventif
c)
Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d)
Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif
e)
Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
2.
f)
Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
g)
Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
h)
Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan
kesehatan mencakup:
a. Rawat jalan, meliputi:
1)
Administrasi pelayanan
2)
Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan sub spesialis
3)
Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4)
Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5)
Pelayanan alat kesehatan implant
6)
Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan
indikasi medis
7)
Rehabilitasi medis
8)
Pelayanan darah
9)
Pelayanan kedokteran forensik
10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
b. Rawat Inap yang meliputi:
1)
Perawatan inap non intensif
2)
Perawatan inap di ruang intensif
3)
Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.(13)
I. Typhoid
1. Pengertian Typhoid
adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang
yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah
Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejalagejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella
type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan
oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral,
fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B
dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien
dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah
orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. Manifestasi Klinik
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,obstipasi / diare,
perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,
lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.
4. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
5)
Komplikasi
ginjal
:
glomerulus
nefritis,
pyelonepritis
dan
perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sindroma katatonia.
5. Penatalaksanaan
a. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap
bila tidak ada panas,
sesuai dengan
pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicillin
6. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum
dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang
pada
klien
dengan
typhoid
adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan
Dalam beberapa literatur dinyatakan
bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus
demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
b. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan
terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada
orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji
widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal
dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal
dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
8. Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan
oleh
makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella
paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan,
lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur.
Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan
yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan.
9. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang
dikenal
dengan
5F
yaitu
Food(makanan),
Fingers(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses
dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang
akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan
dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh
orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang
biak,
lalu
masuk
ke
aliran
darah
dan
mencapai
sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan
oleh
endotoksemia.Tetapi
berdasarkan
penelitian
eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan
pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal
pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang. Penyakit Typhoid tidak hanya
menyerang pasien dengan jenis kelamin tertentu, siapa saja dan
kapan saja dapat menderita penyakit ini termasuk bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terkena demam typhoid.
(14)
J. Epidemiologi Deskriptif
Penelitian epidemiologi deskriptif dapat mengungkapkan pola terjadinya
penyakit pada populasi manusia. Penelitian ini memberikan hasil
pengamatan umum yang berkenaan dengan hubungan antara penyakit
dan ciri-ciri pokok dari subyek yang diteliti. Ciri-ciri ini mencakup hal-hal
yang bersifat pribadi seperti umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan
status social. Hal penting lainnya adalah lokasi geografik dan waktu
terjadinya penyakit. Jadi, ciri-ciri pokok yang menjadi perhatian utama di
dalam epidemiologi deskriptif bisa dirangkumkan dibawah kategori: orang,
tempat, dan waktu.(15)
K. Variabel Epidemiologi
Variabel-variabel epidemiologi adalah ciri-ciri atau faktor risiko yang
terdapat pada kelompok penduduk pada suatu waktu dan tempat tertentu
serta agent yang menyebabkan terjadinya penyakit. Variable epidemiologi
digunakan untuk menganalisa pola distribusi penyakit dalam masyarakat.
Variable epidemiologi ada 3 yaitu:
1. Time (waktu)
Bila suatu penyakit diamati berdasarkan saat terjadinya (jam, tanggal,
bulan atau tahun), maka data yang terkumpul dapat dikelompokkan
atau
dibandingkan
menurut
kurun
waktu
kejadiannya.
Hasil
pengamatan umumnya menunjukkan adanya variasi kejadian penyakit
dalam dimensi waktu.
2. Place (tempat)
Dimana terjadinya penyakit merupakan hal yang sangat penting
dengan membandingkan kejadian suatu penyakit tertentu dari
berbagai lokasi, daerah dapat memberikan atau membantu dalam
menentukan faktor penyebab penyakit atau sumber penularan.
Tempat adalah suatu konsep geografis yang melukiskan suatu daerah
dibatasi garis lintang dengan garis bujur timur dengan ketinggian dari
muka laut. Tempat dapat juga dibatasi neos geopolitics (administrasi
pemerintahan), Negara, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa,
dan pedukuhan.tempat juga hanya dibatasi kompleks, asrama, tempat
kerja, sekolah, dan lain-lain. Di luar itu juga dapat dibedakan atas rural
dan urban antara daerah pantai dengan daerah pegunungan, tingkat
social-ekonomi, sehingga ada penyakit-penyakit yang sering terdapat
pada daerah-daerah tertentu saja (dengan kasus tinggi).
3. Person (orang)
Faktor yang sangat berpengaruh dalam distribusi penyakit pada
sekelompok penduduk tertentu yaitu: umur, sex, status perkawinan,
kelompok etnis, dan status sosio-ekonomis.(15)
L. Kerangka Teori
INA -CBG’s:
Severity
Kasus
Typhoid
LOS INA-CBG’s
Indeks penyakit:
-No.RM
-Umur
-Jenis kelamin
-Lama dirawat
-Dx.utama
LOS
Indeks
penyakit:
-Time
-Place
-Person
RM 1 :
-Dx. Lain
-Komplikasi
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori
M. Kerangka Konsep
Lama Dirawat
Umur
Jumlah
Kasus
Typhoid
Jenis Kelamin
LOS
Severity
Dx. Lain
Komplikasi
Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep
LOS INACBGs
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
penulis memanfaatkan data dan hasil-hasil pelayanan terhadap
pasien dalam DRM dengan observasi secara obyektif untuk
mendapatkan gambaran yang jelas.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi
langsung
dengan
melakukan
pengamatan
dan
pencatatan data secara langsung terhadap objek yang akan diteliti
di lapangan.
3. Pengamatan dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu
dengan melihat dan mengumpulkan data yang sudah ada.
B. Variabel Penelitian
1. Jumlah Kasus Typhoid
2. Lama dirawat (LOS)
3. LOS INA-CBG’s
4. Umur
5. Jenis Kelamin
6. Severity
7. Diagnosis lain
8. Komplikasi
C. Definisi Operasional
Variabel
Jumlah Kasus Typhoid
Definisi
Banyaknya kasus penyakit Typhoid
pasien BPJS PBI yang terjadi
selama bulan Januari sampai April
2014 di RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang berdasarkan
observasi pada indeks penyakit.
Lama Dirawat (LOS)
Jumlah hari dimana pasien
mendapatkan perawatan rawat inap
di rumah sakit, sejak tercatat sebagai
pasien rawat inap hingga keluar dari
rumah sakit berdasarkan tanggal
keluar dikurangi tanggal masuk
dalam RM 1.
LOS INA CBG’s
Standar yang menunjukkan lama
dirawat yang ditunjukkan dalam
program INA-CBG’s untuk kasus
Typhoid.
Umur
Usia pasien berdasarkan data dalam
indeks penyakit kasus Typhoid.
Jenis kelamin
Jenis kelamin pasien berdasarkan
data dalam RM 1.
Severity
Derajat keparahan pasien kasus
penyakit Typhoid yang diperoleh dari
hasil grouping data INA CBG’s
pasien Typhoid.
Diagnosa lain
Diagnosis selain diagnosis utama
yang menggambarkan suatu kondisi
dimana pasien mendapatkan
pengobatan, atau dimana dokter
mempertimbangkan kebutuhankebutuhan untuk memasukannya
dalam pemeriksaan kesehatan lebih
lanjut berdasarkan RM 1.
Komplikasi
Suatu kondisi yang muncul selama
pasien dirawat di rumah sakit yang
memperpanjang LOS (Length Of
Stay) pasien Typhoid setidaknya
satu hari rawat pada 75% kasus
berdasarkan observasi pada RM 1.
D. Populasi Penelitian
Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah DRM pasien kasus
Typhoid sebanyak 62 DRM yang didapat dari indeks penyakit Typhoid
yang dirawat inap pada bulan Januari-April tahun 2014 di RSUD Dr. M.
Ashari Kabupaten Pemalang. Sampel adalah total populasi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa checklist
untuk mengambil dan mengumpulkan data yang didapat dari indeks
penyakit Typhoid, yaitu mencatat nama, no.RM, umur, jenis kelamin
pasien, serta mengamati dan meneliti severity, diagnosa lain dan
komplikasi yang didapat dari indeks penyakit serta melihat lama pasien
dirawat berdasarkan tanggal masuk dan tanggal keluar yang tercantum
dalam indeks penyakit kemudian dimasukkan kedalam checklist.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara mengamati
secara langsung data
morbiditas pasien BPJS PBI kasus penyakit
Typhoid pada bulan Januari sampai April tahun 2014 dari indeks penyakit
dan RM 1 pasien kasus Typhoid.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Collecting, yaitu mengumpulkan data kasus Typhoid
2. Editing, yaitu melakukan koreksi atau memeriksa kembali data yang
telah dikumpulkan.
3. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data sebelum dimasukkan dalam
tabel
4. Tabulating, yaitu menampilkan data-data dalam bentuk tabel untuk
memudahkan analisis.
H. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah dengan analisis data secara
deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara menggambarkan data yang telah terkumpul, menguraikan hasil
pengamatan untuk dibandingkan dengan teori sehingga dapat diambil
suatu kesimpulan dengan membandingkan LOS riil dengan LOS INA
CBG’s yang dijadikan standar rumah sakit.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang berlokasi awal di jalan
Ketandan 12 Pemalang dengan nama RSU Pemalang, merupakan RSU
kelas “D” dengan 76 tempat tidur sampai dengan tahun 1982. Tahun
1979/ 1980 Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang mendirikan Rumah
Sakit baru di jalan Gatot Subroto Bojongbata Pemalang di atas tanah
seluas 4,7 Ha yang sekarang menjadi lokasi RSUD Dr. M. Ashari dengan
sumber dana APBD II, APBD I, APBN, dan swadaya. Pada tahun 1982
RSU mulai beroperasional.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 233/
Menkes/S.K/ VI/ 1983 tentang Penetapan Tambahan Beberapa Rumah
Sakit Pemerintah Sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas B dan
C maka pada tahun 1983 Badan RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang meningkat dari Visi dan Misi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang
a. Visi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
“Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Pemalang dan sekitarnya”.
b. Misi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
1)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu prima
dan memuaskan
2)
Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua
golongan masyarakat
3)
Memberikan kontribusi nyata untuk pendidikan dan latihan
kesehatan yang terintegrasi dengan pelayanan dalam rangka
peningkatan mutu sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan
serta teknologi kesehatan.
c. Motto RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
“Ramah, Cepat, Tepat, dan Ikhlas”.
2. Pelayanan kesehatan RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
Pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang meliputi:
a. Instalasi Rawat Jalan
Instalasi rawat jalan melayani kunjungan rawat jalan klinik spesialis
dan non spesialis
1) Klinik spesialis
Terdapat 11 klinik spesialis di RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang yang meliputi spesialis anak, spesialis
bedah, spesialis bedah gigi & mulut, spesialis kebidanan &
penyakit kandungan, spesialis mata, spesialis orthopedi, spesialis
penyakit dalam, spesialis penyakit kulit & kelamin, spesialis
rehabilitasi medis, spesialis saraf, spesialis THT dan spesialis
kesehatan jiwa.
2) Klinik non spesialis
Terdapat 9 klinik non spesialis di RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang yang meliputi klinik umum, klinik gigi &
mulut, klinik konsultasi gizi, klinik laktasi, klinik psikologi, klinik
TBC, klinik VCT, klinik konsultasi Diabetes melitus, dan klinik KIR/
General Check Up.
b. Instalasi Gawat Darurat
Pelayanan Gawat Darurat di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang buka 24 jam, menangani pasien yang menderita sakit dan
cidera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya yang harus
segera ditangani oleh dokter. Didukung oleh tenaga medis dan
paramedis dengan sertifikasi PPGD (Penanganan Penderita Gawat
Darurat).
c. Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang mempunyai kapasitas
278 tempat tidur untuk melayani pasien rawat inap. Terdiri dari 15
ruang diantaranya adalah ruang garuda, merak, kepodang, kasuari,
cucakrowo, merpati, cendrawasih, rajawali, elang, gelatik, IPKR, ICU,
isolasi, Oneday Care, dan perinatologi.
d. Instalasi Perawatan Intensif (ICU)
RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang memiliki fasilitas
perawatan intensif yang khusus bagi pasien yang memerlukan
perawatan dan obsevasi intensif dan komprehensif.
e. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Instalasi Bedah Sentral (IBS) memberikan pelayanan kepada
pasien yang memerlukan tindakan pembedahan, baik untuk kasus-
kasus bedah terencana (elektif) maupun untuk kasus-kasus bedah
darurat (emergency).
f.
Instalasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pelayanan kesehatan reproduksi merupakan pelayanan unggulan
yang meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, kesehatan
remaja, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, kesehatan usia
lanjut, dan pelayanan terpadu kekerasan dalam rumah tangga.
g. Instalasi Haemodialisa
Instalasi Haemodialisa RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
melayani pasien gagal ginjal untuk melakukan cuci darah, dilengkapi
dengan 12 mesin pencuci darah diharapkan bisa melayani pasien
lebih banyak tanpa harus antri.
h. Instalasi Neonatus/ Perinatologi
Instalasi Neonatus/ Perinatologi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang melayani pasien bayi baru lahir, baik yang sehat maupun
mempunyai masalah tertentu. Dilengkapi dengan 8 inkubator dan
perinatologi isolasi yang dilengkpi dengan 1 inkubator untuk pasien
bayi dengan asfiksia berat/ penyakit lain yang perlu penanganan
khusus.
i.
Instalasi Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
memberikan pelayanan fisioterapi, terapi wicara, okupasi terapi dan
psikologi yang komprehensif, mencegah/ megurangi keterbatasan
(impairment), hambatan (disabilyty), dan kecacatan (handycap).
j.
Instalasi Rekam Medis
Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
memberikan pelayanan yang sangat penting berkaitan dengan
Dokumen Rekam Medis pasien. Data rekam medis digunakan untuk
mendokumentasikan kronologis terapi atau tindakan medis kepada
pasien dan juga untuk analisa dan evaluasi terhadap kondisi dari
pasien rawat inap, rawat jalan, ataupun gawat darurat serta unit
lainnya.
k. Instalasi Bank Darah
Instalasi Bank Darah melayani kebutuhan darah selama 24 jam.
Bank darah tidak melakukan pengambilan darah sendiri melainkan
hanya menerima darah siap pakai dari UDD-PMI. Pelayanan lain di
bank darah adalah uji saring terhadap penyakit yang ditularkan
melalui transfusi dan pengecekan golongan darah.
l.
Instalasi Pelayanan Penunjang
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di RSUD
Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang dibantu oleh bagian penunjang
yang meliputi: instalasi farmasi, instalasi laboratorium, instalasi
radiologi, instalasi gizi, instalasi pengelolaan linen, instalasi sterilisasi
sentral (CSSD), instalasi pemulasaran jenazah, instalasi SIMRS,
instalasi pengolahan air limbah, instalasi pendidikan dan Pelatihan
(DIKLAT), instalasi pemeliharaan sarana medis (IPS Medis), dan
instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit (IPS RS).
B. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan DRM pasien BPJS PBI kasus
Typhoid bulan Januari sampai April
tahun 2014 RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang peneliti akan menyajikan hasil penelitian terhadap
DRM pasien BPJS PBI Typhoid didasarkan pada indikator LOS yang dinilai
berdasarkan standar INA-CBG’s dalam tabel berikut ini:
1. Jumlah Kasus Typhoid
Tabel 4.1
Jumlah Kasus Typhoid Januari – April 2014
Bulan
Jumlah
%
Januari
13
21
Februari
21
34
Maret
10
16
April
18
29
Total
62
100
Sumber data: Indeks Penyakit dan RM 1 Kasus Typhoid
Berdasarkan tabel diatas kasus Typhoid di RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang paling banyak terjadi pada bulan Februari yaitu
sebesar 34% dan paling sedikit pada bulan Maret yaitu sebesar 16%.
2. Lama Dirawat
Tabel 4.2
Prosentase Lama Dirawat Pasien Typhoid
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1 hari
2 hari
3 hari
4 hari
5 hari
6 hari
7 hari
8 hari
9 hari
5
14
17
9
5
2
3
3
2
8,1
22,6
27,4
14,5
8,1
3,2
4,8
4,8
3,2
11 hari
2
3,2
Jumlah
62
100
Sumber data: RM 1 dan data pasien BPJS PBI Januari-April 2014
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa prosentase Lama
Dirawat (LOS) tertinggi untuk pasien dengan kasus Typhoid adalah
pasien dengan lama perawatan 3 hari yaitu sebesar 27,4% dan yang
paling sedikit 6 hari, 9 hari, dan 11 hari yaitu sebesar 3,2%.
3. LOS INA-CBG’s
Dalam menentukan lama dirawat (LOS) INA-CBG’s terdapat
tingkat keparahan yang dibagi menjadi 3 level yaitu level I, II, dan III.
Standar lama dirawat menurut INA-CBG’s: level I adalah 6,13 hari, level
II adalah 8,16 hari, dan level III adalah 10,69 hari.
Tabel 4.3
Prosentase Kesesuaian Lama Dirawat dengan LOS INA-CBG’s
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Sesuai standar INA53
85,5
CBG’s
Tidak sesuai standar
9
14,5
INA-CBG’s
Jumlah
62
100
Sumber data: RM 1 dan data pasien BPJS PBI Januari-April 2014
Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan hasil bahwa pasien Typhoid yang lama
perawatannya sesuai dengan LOS INA-CBG’s sebesar 85,5% lebih
banyak daripada yang tidak sesuai atau melebihi LOS INA-CBG’s
sebesar 14,5%.
4. Umur
Penggolongan umur disajikan dalam bentuk grafik pie untuk
mengetahui prosentase
jumlah penderita
kasus typhoid
menurut
golongan umur. Grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1
Grafik Prosentase Penderita
Typhoid Berdasarkan Umur
5% 0%
13%
21%
1-4 tahun
5-14 tahun
11%
15-24 tahun
11%
39%
25-44 tahun
45-64 tahun
>64 tahun
Sumber data: RM 1 RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
Dari grafik pie di atas dapat dilihat bahwa penyakit Typhoid lebih banyak
menyerang pada golongan umur 5-14 tahun dengan prosentase sebesar
39%. Golongan umur paling sedikit adalah 65 tahun keatas yaitu sebesar
5%.
5. Jenis Kelamin
Dilihat dari jenis kelamin frekuensi kasus Typhoid akan disajikan dalam
bentuk diagram pie. Gambar sebagai berikut:
Gambar 4.2
Grafik Prosentase Penderita Typhoid
Berdasarkan Jenis Kelamin
42%
L
58%
P
Sumber data: RM 1 pasien Typhoid
Berdasarkan gambar diatas pasien Typhoid BPJS PBI bulan
Januari sampai April 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang
yang berjenis kelamin Laki-laki 58% lebih banyak daripada yang berjenis
kelamin Perempuan 42%.
6. Tingkat Keparahan/Severity
Kategori
Tabel 4.4
Prosentase Severity Pasien Typhoid
Frekuensi
Prosentase (%)
I
44
II
11
III
7
Jumlah
62
Sumber data: Data pasien BPJS PBI kasus Typhoid
71
17,7
11,3
100
Berdasarkan tabel 4.4 tingkat keparahan/severity untuk pasien
Typhoid paling banyak adalah level I yaitu sebanyak 71% dan paling
sedikit adalah level III yaitu sebesar 11,3%.
7. Diagnosa Lain
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Diagnosa Lain
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
Ada diagnosa lain
23
37,1
Tidak ada diagnosa
39
62,9
lain
Jumlah
62
100
Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid
Berdasarkan tabel 4.5, dilihat dari ada tidaknya diagnosis lain
pasien Typhoid yang memiliki diagnosis lain sebesar 62,9% lebih
banyak daripada yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 37,1%.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Tabel 4.6
Jumlah dan Jenis Diagnosis Lain Penderita Typhoid
Kategori
Frekuensi Persentase
(%)
Herpesviral vesicular dermatitis
1
4,3
Epistaxis
1
4,3
Acute bronchitis
6
26,5
Gastritis
2
8,8
Acute upper respiratory infection
1
4,3
unspecified
Anaemia unspecified
2
8,8
Gastritis unspecified + Constipation +
1
4,3
Acute bronchial + Nausea and vomiting
Iron deficiency anaemia unspecified +
1
4,3
Unspecified protein energy malnutrition
Otitis media unspecified + Epistaxis
1
4,3
DHF
1
4,3
Bronchopneumonia + Diarrhoea and
1
4,3
gastroenteritis of pressumed infectious
origin + Volume depletion
Infantile cerebral palsy + Unspecified
1
4,3
protein energy malnutrition
DHF
1
4,3
Acute nasopharyngitis (common cold)
1
4,3
Thrombocytopenia unspecified
1
4,3
Hypoosmolality and hyponatraemia +
1
4,3
Other disorders of electrolyte and fluid
balance
Jumlah
Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid
23
100
Diagnosis lain yang paling banyak dimiliki pasien Typhoid adalah
Acute Bronchitis yaitu sebesar 26,5%
Kategori
Tabel 4.7
Tabulasi Silang
Kategori LOS dan Diagnosa Lain
Ada Dx. lain Tidak Ada Dx. lain
Total
∑
%
∑
%
∑
%
22
41,5
31
58,5
53
100
Sesuai LOS
INA-CBG’s
Tidak
3
33,3
6
66,7
9
Sesuai
Sumber Data: RM 1 dan Data Pasien BPJS PBI kasus Typhoid
100
Berdasarkan tabel 4.7 persentase yang memiliki diagnosa lain
pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (41,5%) lebih besar
daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (33,3%).
8. Komplikasi
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Komplikasi
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
Ada komplikasi
6
9,7
Tidak ada komplikasi
56
90,3
Jumlah
62
100
Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid
Berdasarkan
tabel
4.10
penderita
Typhoid
yang
memiliki
komplikasi sebesar 9,7% lebih kecil daripada yang memiliki komplikasi
sebesar 90,3%.
Tabel 4.9
Daftar Kasus Typhoid dengan Komplikasi
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1.
Meningitis in
1
16,7
bacterial disease
2.
Other acute gastritis
1
16,7
3.
Epilepsy
1
16,7
4.
Acute Gastritis
16,7
5.
Nutritional
1
16,7
marasmus + Iron
deficiency anaemia
+ Paratyphoid fever
6.
Gastritis unspecified
1
16,7
Jumlah
6
100
Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid
Berdasarkan tabel 4.9 komplikasi yang dimiliki pasien Typhoid
adalah Meningitis in bacterial disease, other acute gastritis, Epilepsy,
Acute
gastritis,
Nutritional
marasmus,
Iron
deficiency
anaemia,
Paratyphoid fever, dan Gastritis unspecified.
Kategori
Tabel 4.10
Tabulasi Silang
Kategori LOS dan Komplikasi
Ada Komplikasi
Tidak Ada
Komplikasi
∑
%
∑
%
4
7,5
49
92,5
Total
∑
53
Sesuai
LOS INACBG’s
Tidak
2
22,2
7
77,7
9
Sesuai
Sumber Data: RM 1 dan Data Pasien BPJS PBI kasus Typhoid
%
100
100
Berdasarkan tabel 4.10, persentase yang memiliki komplikasi
pada kelompok yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (22,2%) lebih besar
daripada yang sesuai LOS INA-CBG’s (7,5%).
C. PEMBAHASAN
1. Jumlah Kasus Typhoid
Berdasarkan hasil pengamatan kasus Typhoid adalah kasus
terbanyak rawat inap di RSUD Dr.M. Ashari Kabupaten Pemalang.
Jumlah kasus Typhoid pada pasien BPJS PBI RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang bulan Januari sampai April tahun 2014 adalah
berjumlah 62 kasus. Data ini diambil dari indeks penyakit kasus
Typhoid bulan Januari sampai April tahun 2014. Typhoid adalah
penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman Salmonella
typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Sumber penularannya
adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh Salmonella
typhi. Salmonella typhi dapat menyebar melalui tangan penderita, lalat
dan serangga lain. Infeksi dapat terjadi secara langsung maupun tidak
secara langsung Salmonella typhi.(16)
2. Lama Dirawat
Lama dirawat adalah jumlah hari dimana pasien mendapatkan
perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien
rawat inap hingga keluar dari rumah sakit. Lama perawatan yang
dimiliki oleh setiap pasien berbeda-beda. Perkiraan waktu lama
perawatan yang akan dijalani pasien juga sudah diperkirakan
sebelumnya disesuaikan dengan jenis penyakitnya.
Lama dirawat untuk pasien BPJS PBI kasus Typhoid di RSUD
Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang paling banyak adalah 3 hari yaitu
sebanyak 17 pasien (27,4%),. Sedangkan lama dirawat yang paling
sedikit adalah 6 hari, 9 hari, dan 11 hari yaitu sebanyak 2 pasien
(3,2%).
Dilihat dari aspek medis lama perawatan yang lama berarti
menunjukkan kinerja yang kurang baik karena pasien lama
sembuhnya sedangkan dari aspek ekonomis rumah sakit akan
mendapatkan keuntungan karena biaya yang harus dibayar pasien
lebih banyak.(4)
3. LOS INA-CBG’s
LOS INA-CBG’s adalah standar yang menunjukkan lama
dirawat yang ditunjukkan dalam program INA-CBG’s. Standar LOS
INA-CBG’s sudah ditetapkan sehingga diharapkan rumah sakitr dapat
memberikan pelayanan pada pasien sesuai dengan standar tersebut.
Apabila rumah sakit memberikan pelayanan melebihi standar lama
dirawat maka akan terjadi inefisiensi dimana biaya yang dikeluarkan
oleh rumah sakit lebih baesar dibandingkan dengan klaim yang
dibayarkan tarif INA-CBG’s.(12)
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa
pasien Typhoid yang lama perawatannya sesuai dengan LOS INACBG’s sebesar 85,5% lebih banyak daripada yang tidak sesuai atau
melebihi LOS INA-CBG’s sebesar 14,5%.
Perkiraan waktu lama perawatan (LOS) yang akan dijalani
pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan
jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya. (12)
4. Umur
Umur termasuk dalam variabel epidemiologi person. Risiko
mendapat penyakit menurut umur mencerminkan derajat imunitas.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di RSUD Dr.M. Ashari
Kabupaten Pemalang kasus Typhoid untuk pasien BPJS PBI dapat
digolongkan menurut umur. Pasien Typhoid yang berumur 1 - 4 tahun
mempunyai prosentase sebesar 21%, umur 5 - 14 tahun sebesar
39%, umur 15 - 24 tahun sebesar 24%, umur 25 - 44 tahun sebesar
11%, umur 45 - 64 tahun sebesar 13% dan umur 64 tahun keatas
sebesar 5%. Golongan umur yang yang paling banyak diserang
adalah umur 5 – 14 tahun (39%) dan umur 15 – 24 tahun (24%).
Golongan umur yang paling sedikit adalah golongan usia tua yaitu
diatas 64 tahun (5%). Demam typhoid dapat menyerang siapa saja,
tetapi berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa typhoid
lebih banyak menyerang usia produktif yaitu golongan anak-anak
usia sekolah. Karena pada masa sekolah adalah masa anak-anak
suka jajan, banyak makanan yang dijajakan tanpa memperhatikan
kebersihan sehingga bakteri-bakteri penyebab typhoid menempel
pada makanan tersebut.(16)
5. Jenis Kelamin
Jenis
kelamin
termasuk
dalam
variabel
epidemiologi
person/orang yang sangat berpengaruh dalam distribusi penyakit
pada sekelompok penduduk tertentu. Berdasarkan jenis kelamin
pasien Typhoid yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak 58%
daripada pasien berjenis kelamin perempuan 42%. Penyakit Typhoid
tidak hanya menyerang pasien dengan jenis kelamin tertentu, siapa
saja dan kapan saja dapat menderita penyakit ini termasuk bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terkena demam typhoid. Demam typhoid yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi ini masuk ke tubuh
manusia melalui makanan dan air yang tercemar.(14)
6. Severity Level
Tingkat keparahan/severity adalah derajat keparahan kasus
Typhoid yang dihasilkan dari grouping INA-CBG’s. Severity untuk
pasien BPJS PBI kasus Typhoid di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten
Pemalang bulan Januari-April 2014 paling banyak adalah tingkat
keparahan I yaitu sebanyak 44 pasien (71%). Tingkat keparahan II
sebanyak 11 pasien (17,7%) dan tingkat keparahan III sebanyak 7
pasien (11,3%). Keparahan paling banyak pada penderita typhoid ini
adalah keparahan I berarti menunjukkan pasien yang dirawat di
rumah sakit bertipe C ini masih batas keparahan yang terendah.
7. Diagnosa Lain
Selain diagnosa utama Typhoid, terdapat beberapa pasien
yang juga memiliki diagnosis penyakit lain yaitu diagnosa lain yang
ditulis oleh dokter di RM 1. Diagnosa lain digunakan untuk
mendukung diagnosa utama yang telah ada sebelumnya sehingga
dapat untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap
pasien. Berdasarkan penelitian diagnosis lain yang dimiliki pasien
Typhoid BPJS PBI RSUS Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang
LOSnya sesuai dengan LOS INA-CBG’s antara lain: Unspecified
protein energy malnutrition, Gastritis, DHF, Epistaxis, Iron deficiency
anaemia, Bronchopneumonia, Infantile cerebral palsy, Otitis media
unspecified,Thrombocytopenia, Constipation, Herpesviral vesicular
dermatitis,
Acute
upper
respiratory
infection,
Diarrhoea
and
gastroenteritis of pressumed infection origin, dan Hypoosmolality and
hyponatraemia. Sedangkan yang memiliki LOS lebih dari LOS INACBG’s diagnosis lainnya meliputi: Acute bronchitis, Anaemia, Acute
nasopharingitis. Dilihat dari ada tidaknya diagnosis lain pasien
Typhoid yang memiliki diagnosis lain sebesar 62,9% lebih banyak
daripada yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 37,1%. Diagnosis
lain yang paling banyak dimiliki pasien Typhoid adalah Acute
Bronchitis yaitu sebesar 26,5%.
Berdasarkan kategori LOS dan diagnosa lain, persentase
yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INACBG’s (41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS INACBG’s (33,3%). Adanya diagnosis lain pada penderita typhoid belum
tentu memperpanjang masa perawatan (LOS). Hal ini tergantung dari
berat ringannya masing-masing diagnosis lain tersebut. Oleh karena
itu, perkiraan lama perawatan setiap pasien harus diperhatikan oleh
tenaga medis sesuai dengan diagnosis lain yang dimiliki pasien.
8. Komplikasi
Selain diagnosis utama pada penderita Typhoid, beberapa
pasien juga memiliki penyakit komplikasi. Komplikasi adalah kondisi
yang
muncul
selama
pasien
dirawat
di
rumah
sakit
yang
memperpanjang LOS setidaknya satu hari rawat pada 75% kasus.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat
berbagai macam penyakit komplikasi yang dimiliki penderita typhoid
pasien BPJS PBI RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang pada
bulan Januari-April 2014 antara lain: Meningitis in bacterial disease,
Other acute gastritis, Epilepsy, Acute gastritis,Nutritional marasmus,
Gastritis, dan Paratyphoid fever.
Berdasarkan kategori LOS dan komplikasi, persentase yang
memiliki komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INACBG’s (22,2%) lebih besar daripada kelompok yang sesuai LOS INACBG’s (7,5%). Oleh karena itu, dokter maupun perawat harus
mematuhi standarisasi perawatan yang akan dilakukan kepada
pasien sehingga dapat memperkirakan lama perawatan untuk
penderita Typhoid yang memiliki komplikasi.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari 8 variabel yang telah diteliti maka penyakit Typhoid pada pasien
rawat inap BPJS PBI dapat disimpulkan antara lain:
1. Pasien BPJS PBI penderita Typhoid pada bulan Januari-April 2014
terdapat 62 kasus dan paling banyak pada bulan Februari yaitu 21
pasien.
2. Lama dirawat pasien BPJS PBI kasus Typhoid paling banyak adalah
3 hari yaitu sebanyak 17 pasien (27,4%). Sedangkan lama dirawat
yang paling sedikit adalah 6 hari, 9 hari, dan 11 hari yaitu sebanyak 2
pasien (3,2%).
3. Pasien BPJS PBI yang memiliki LOS sesuai LOS INA-CBG’s lebih
banyak (85,5%) daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (14,5%).
4. Pasien BPJS PBI penderita Typhoid paling banyak menyerang umur 5
– 14 tahun dengan prosentase sebesar 39% dan golongan umur yang
paling sedikit adalah diatas 64 tahun dengan prosentase sebesar 5%.
5. Pasien BPJS PBI penderita Typhoid paling banyak menyerang pasien
berjenis kelamin laki-laki (58%) daripada pasien berjenis kelamin
perempuan (42%).
6. Tingkat keparahan/severity yang paling banyak pada kasus Typhoid
pasien BPJS PBI adalah keparahan I yaitu sebesar 71% dan yang
paling sedikit adalah keparahan III yaitu sebesar 11,3%.
7. Penderita Typhoid yang memiliki diagnosis lain sebesar 37,1%
sedangkan yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 62,9%.
persentase yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai
LOS INA-CBG’s (41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS
INA-CBG’s (33,3%).
8. Penderita Typhoid yang memiliki komplikasi sebanyak 9,7% dan yang
tidak memiliki komplikasi sebanyak 90,3%. Persentase yang melebihi
komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (22,2%)
lebih besar daripada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (7,5%).
B. SARAN
1. Petugas koding lebih berhati-hati dalam menempatkan kode masingmasing diagnosis yang dimasukkan ke dalam program INA-CBG’s
sehingga dapat terisi dengan tepat dan LOS yang tercatat dalam
grouping akurat dan klaim tepat sehingga tidak merugikan pihak
rumah sakit maupun pemerintah.
2. Perawat sebaiknya memikirkan hasil observasi clinical pathway
berdasarkan DRM pasien dengan rencana asuhan medis yang
terstandarisasi sehingga dapat memperkirakan lama perawatan
pasien apabila mendapatkan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, Arul. 2009. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Anonim.PengertianRekamMedis.http://www.scribd.com/doc/33663031/BabII-Psrmi-Definisi-Rm. Diakses pada: 27 April 2014
3. Anonym. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit di Indonesia. Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta, 2008.
4. Sudra, Rano Indradi. Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta. Graha Ilmu: 2010
5. Shofari, Bambang . Modul PSRM I (Dasar-dasar Pelayanan Rekam Medis).
Fakultas Kesehatan Udinus. Semarang: Tidak dipublikasikan.
6. Dirjen Yanmed, Depkes RI.Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia.Depkes RI.Jakarta:1997.
7. Riwidikdo, Handoko.Statistik Kesehatan. Edisi ketiga. Mitra Cendikia.
Yogyakarta.2009
8. Anonim.PengertianRumahSakit.http://artipengetahuan.blogspot.com/2013/
02/pengertian-rumah-sakit.html diakses 28 April 2014
9. Rustiyanto, Ery. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan.
Graha Ilmu. Yogyakarta.2010
10. Chandra, Budiman. Pengantar Statistik Kesehatan. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 1995.
11. Depkes
RI
Direktur
Jenderal
Pelayanan
Medis.
Petunjuk
Teknis
Penyelenggaraan Rekam Medis / Medical Records RS. Jakarta. 1993.
12. Anonim.Pembayaran INA-CBGs. http://sumbersehat.com/2013/09/sistempembayaran-dengan-dengan-ina-cbgs-.html?m=1.Diakses pada: 5 Mei
2014
13. Anonim. Sejarah BPJS.http://www.bpjs-kesehatan.go.id/.Diakses pada: 7
Mei 2014
14. Anonim.PengertianTyphoid.http://coretandokter.wordpress.com/materi/nurs
ing-2/askep-bagian-3/thypoid/. Diakses pada: 28 April 2014
15. Friedman, Gary D. Prinsip-prinsip Epidemiologi.Yayasan Essentia Medica.
Yogyakarta.1993
16. Mandal, B.K. Penyakit Infeksi. Erlangga. Semarang. 2008
Download