hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan

advertisement
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Matematika
Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas dalam belajar. Jadi hasil belajar merupakan hasil penilaian pendidikan
tentang kemajuan seseorang setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti basil
belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas
belajar seseorang. Fungsi hasil belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana
seseorang telah menyelesaikan suatu aktivitas tetapi lebih penting adalah sebagai
alat untuk memotivasi agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun
kelompok.
Menurut Sudjana (2000) hasil belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya. Selain itu juga
dikemukakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam
bentuk skor setelah diberikan suatu tes hasil belajar pada akhir pertemuan.
Nasution (1994) menjelaskan bahwa kekurangan-kekurangan dalam
belajar disebabkan oleh berbagai hal antara lain: rendahnya intelektual, kurang
matangnya anak untuk belajar, kurangnya motivasi untuk belajar, kemampuan
mengingat yang rendah, dan proses belajar mengajar yang tidak sesuai. Sudjana
(1989) menjelaskan bahwa hasil belajar yang dicapai dipengaruhi oleh dua faktor
7
utama yaitu faktor dalam diri seseorang dan faktor yang datang dari luar atau
faktor lingkungan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku pribadi seseorang berdasarkan faktor internal
dan eksternal. Sedangkan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah
perubahan tingkah laku yang menggambarkan tingkat penguasaan bahan dalam
proses belajar mengajar matematika, yang diperoleh dari tes yang dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin ditetapkan.
B. Pendekatan Keterampilan Proses
Hamalik (2005) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses ialah
pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan
fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih
tinggi pada diri siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002) mengemukakan pendekatan
keterampilan proses merupakan suatu wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam
diri siswa. Sedangkan Semiawan, dkk (1992) menyatakan pendekatan
keterampilan proses adalah suatu pendekatan yang terdiri dari keterampilanketerampilan yang memproseskan perolehan fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang tersiri dari keterampilan-keterampilan
8
untuk memproseskan perolehan fakta dan konsep, sebagai anutan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, dan fisik, serta untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.
Dimyati dan Mudjiono (2002) mengungkapkan ada 6 keterampilan proses
yaitu: mengamati, mengklarifikasikan, mengkomunikasikan, mengukur,
memprediksi, dan menyimpulkan. Berbeda dengan Dimyati dan Mudjiono,
Hamalik (2005) tidak menuliskan keterampilan mengukur dan menyimpulkan
sebagai bagian dari keterampilan proses. Namun is memperkenalkan 3
keterampilan proses lainnya, yaitu keterampilan eksperimen, menafsirkan data,
dan menerapkan. Sedangkan Semiawan, dkk (1992) secara lebih lengkap
mengungkapkan bahwa selain keterampilan-keterampilan yang telah disebutkan
oleh Hamalik dan Dimyati, ada 4 keterampilan proses lainnya yakni: keterampilan
menghitung, mencari hubungan ruang dan waktu, pembuatan hipotesis, dan
pengendalian variabel.
Semiawan, dkk (1992) menyatakan bahwa dalam merencanakan
pembelajaran, guru perlu memilah keterampilan-keterampilan proses mana saja
yang tepat untuk digunakan karena mengingat setiap materi mempunyai bahasan
yang penekanannya berbeda. Oleh karena itu pada penelitian ini penulis
menggunakan 6 buah keterampilan-keterampilan proses tersebut:
1. Eksperimen
Eksperimen adalah usaha untuk mendapatkan konsep dan fakta dan
mengujinya melalui penyelidikan praktis.
9
2. Mengamati
Siswa hams mampu menggunakan alat-alat inderanya, seperti melihat,
mendengar, meraba, mencium dan merasa. Dengan kemampuan ini dia
dapat mengumpulkan data/informasi yang relevan dengan kepentingan
belaj arnya.
3. Mengklarifikasikan
Untuk membuat klarifikasi perlu diperhatikan dasar klarifikasi, misalnya
menurut suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Contoh
kegiatan pengklasifikasian antara lain mengelompokkan berbagai bangun
datar menurut bentuknya seperti segitiga atau trapesium.
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan
suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta atau konsep yang telah
diketahui melalui aktivitas belajar.
5. Menerapkan
Dengan menggunakan seluruh konsep dan fakta yang didapatkan, siswa
menggunakannya untuk menyelesaikan soal-soal yang melibatkan konsep
dan fakta yang baru diperoleh siswa.
6. Mengkomunikasikan
Pada keterampilan ini siswa dituntut untuk mampu menyusun dan
menyampaikan perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada
siswa lain.
11
Hudoyo (1988) menyatakan bahwa di dalam matematika suatu soal atau
pertanyaan akan merupakan masalah apabila tidak terdapat aturan atau hukum
tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban tersebut.
Dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu
masalah bagi mahasiswa jika is tidak dapat segera menjawab pertanyaan tersebut
dengan menggunakan prosedur yang rutin yang telah diketahuinya.
Sumarno (2008) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu
proses yang mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Sementara itu Montague (2007) mengatakan bahwa pemecahan
masalah matematika adalah suatu aktivitas kognitif yang kompleks yang disertai
sejumlah proses dan strategi.
Dari beberapa pendapat tersebut, pemecahan masalah matematika
merupakan suatu kognitif yang kompleks, sebagai proses untuk mengatasi suatu
masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya diperlukan sejumlah strategi.
Melatih mahasiswa dengan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
bukan sekedar mengharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan soal atau masalah
yang diberikan, namun diharapkan kebiasaan dalam melakukan proses pemecahan
masalah yang membuatnya mampu menjalani hidup yang penuh kompleksitas
peimasalahan.
Untuk melihat pemahaman pelajar terhadap materi yang diajarkan, di awal
setiap kali pertemuan akan diadakan persentasi penyelesaian tugas rumah
dihadapan semua kelompok, dimana pelajar-pelajar yang dipilih secara acak,
12
dengan demikian pelajar akan merasa bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
D. Hubungan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Matematika
Pada uraian di atas dikemukakan bahwa pembelajaran penting, yaitu
prestasi akademik, penerimaan penghargaan dan pengembangan keterampilan
social. Pendekatan pembelajaran Keterampilan Proses adalah suatu pendekatan
yang menuntut mahasiswa menemukan konsep dan fakta matematika dengan
belajar secara kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas bagian
materi belajar yang ditugaskan kepadanya, dan mengajarkan bagian tersebut
kepada anggota yang lain dalam kelompok (Arends, 1997).
Pendekatan pembelajaran keterampilan proses menuntun siswa atau
mahasiswa dalam memecahkan persoalan matematika yang diberikan oleh guru
menjadi lebih baik, karena mahasiswa tidak hanya menyelesaikan persoalan
secara mandiri tetapi juga dapat diselesaikan secara berkelompok. Sesuai dengan
enam proses pembelajaran keterampilan proses yaitu eksperimen, mengamati,
mengklarifikasi, menyimpulkan, menerapkan dan mengkomunikasikan, maka
keenam proses ini dapat menjadikan mahasiswa mampu untuk memecahkan
masalah dan dapat meningkatkan basil belajar matematika mereka.
Hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa,
karena mahasiswa diberikan kemudahan dalam menyelesaikan persoalan tahap
demi tahapnya, kemudian dapat mengkomunikasikan kembali pada seluruh
13
anggota kelas dengan kelomponya, dengan demikian efektivitas belajar siswa
menjadi maksimal, sehingga apa yang diharapkan guru untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dapat tercapai.
Dalam penelitian ini penulis menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses yang dapat memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
persoalan secara berkelompok, kemudian dapat dipresentasikan kepada seluruh
kelas dengan kelompoknya, dengan demikian efektivitas belajar siswa menjadi
maksimal, sehingga apa yang diharapkan guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses diduga dapat memperbaiki
proses belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
E. HIPOTESIS TINDAKAN
Dari uraian di atas maka yang menjadi hipotesis tindakan sebagai berikut
"Jika penerapan pendekatan keterampilan proses diberikan maka dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar kalkulus II
mahasiswa pendidikan matematika FKIP UNRI".
Download