STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB - pba

advertisement
STRATEGI PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
Untuk Keterampilan Istimâ’
Oleh
Muhbib Abdul Wahab
Disampaikan dalam Workshop
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
STAIN Kudus
25 April 2015
Fakta & Peta Bahasa Arab
• Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa rumpun
Semit yang kelahirannya tidak begitu jelas, tetapi
menjadi “dewasa dan matang” hingga menjadi
bahasa sastra paling dominan bersamaan dengan
turunnya al-Qur’an.
• Bahasa Arab menjadi bahasa kitab suci yang dinilai
memiliki “sakralitas” yang tinggi dan
perkembangannya terpelihara seiring dengan
adanya “garansi” pemeliharaan otentisitas al-Qur’an
dari Allah Swt. (QS. al-Hijr [15]: 9)
• Pada masa kejayaan peradaban Islam (sekitar 6-8
abad), terutama pada masa Dinasti Abbasiyah,
bahasa Arab tidak hanya menjadi bahasa politik
(administrasi pemerintahan dan komunikasi politik),
tetapi juga menjadi bahasa Iptek, bahasa ekonomi,
dan sosial budaya.
Data Penggunaan Bahasa Arab
Peringkat
Bahasa
I
Cina
II
Inggris
Lebih dari 400 Jt
III
Spanyol
Lebih dari 250 Jt
IV
India
Lebih dari 200 Jt
V
Arab
Lebih dari 150 Jt.
Jumlah Penutur Asli
Lebih dari 1 M
Peta Prevalensi Bahasa Arab
Sebagai Bahasa Resmi
Peringkat
Bahasa
Pengguna
I
Inggris
II
Cina
Lebih dari 1 M.
III
India
Lebih dari 700 Jt.
IV
Spanyol
Lebih dari 280 Jt.
V
Rusia
Lebih dari 270 Jt.
VI
Perancis
Lebih dari 220 Jt.
VII
Arab
Lebih dari 170 Jt.
Lebih dari 1,5 M.
Lanjutan Fakta…
• Bahasa Arab menjadi salah satu bahasa
internasional (sejajar dengan Inggris, Perancis,
Spanyol, Rusia, dan Cina pada PBB) sejak 1973.
• Sekarang bahasa Arab menjadi bahasa resmi lebih
dari 20 negara (Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Bahrain, Oman, Yordania, Kuwait, Iraq, Mesir, Syria,
Lebanon, al-Jazair, Sudan, Libya, Tunisia, Qatar,
Marokko, Djibouti, Eritria, Chad, Palestina,
Comoros, Somalia, Yaman, Mauritania).
• Kursus bahasa yang paling laris-manis di negara
Barat saat ini adalah bahasa Arab, karena adanya
motivasi kuat untuk mengetahui Islam dan Timur
Tengah, terutama kebudayaan Islam dan Timur.
Bahasa Arab dalam Peta Dunia
Peran dan Fungsi Bahasa Arab
1. Sebagai media (alat) untuk memahami ajaran
Islam (Qur’an, Hadits, dan literatur/ teks
berbahasa Arab); karena itu diperlukan
keterampilan reseptif (mendengar dan
membaca)
2. Sebagai media komunikasi verbal dalam
berbagai situasi (forum resmi, transaksi
ekonomi, aktivitas sehari-hari); karena itu
diperlukan
Keterampilan ekspresif
(berbicara dan menulis)
3. Sebagai objek studi/penelitian dan pengkajian;
karena itu bahasa Arab diperlakukan
sebagai ilmu.
Peta Orientasi Belajar Bahasa Arab
1. Orientasi Religius: memahami dan
memahamkan ajaran Islam;
2. Orientasi akademik-Ilmiah: memahami ilmuilmu dan keterampilan berbahasa Arab
(istima’, kalam, qira’ah, dan kitabah)
3. Orientasi Profesi & Pragmatis: mampu
berkomunikasi lisan dalam bahasa Arab untuk
menjadi TKI, Diplomat, turis, dsb.
4. Orientasi ideologis-Ekonomis: memahami
bahasa Arab untuk kepentingan orientalisme,
kapitalisme, imperialisme, dsb.
Problem Pendidikan Bahasa Arab
• Problem pendidikan bahasa Arab di lembaga
pendidikan kita dapat dipetakan menjadi:
1. Problem linguistik (kebahasaan)
2. Problem psikologis (kejiwaan: mahasiswa
maupun dosen)
3. Problem epistemologis (landasan dan
bangunan keilmuan)
4. Problem kurikulum (isi, relevansi, dan
integrasi)
5. Problem sosial kultural
6. Problem politik kebahasaan
7. Problem teknologi pendidikan
8. Problem konstelasi & kompetisi global
Temuan Penelitian
• Hasil penelitian Jamsuri Muhammad Syamsuddin
dan Mahdi Mas’ûd terhadap 30 mahasiswa Ilmu
Politik (Humaniora) pada International Islamic
University Malaysia mengenai kesulitan belajar
bahasa Arab.
• Menurut keduanya, penyebab kesulitan belajar
bahasa Arab ternyata bukan sepenuhnya pada
substansi atau materi bahasa Arab, melainkan
pada ketiadaan minat (100%), tidak memiliki latar
belakang belajar bahasa Arab (87%),
materi/kurikulum perguruan tinggi (83%), kesulitan
memahami materi bahasa Arab (57%), dan
lingkungan kelas yang tidak kondusif (50%).
Lanjutan…
• Lebih dari itu, ditemukan bahwa 80% penyebab
kesulitan belajar bahasa Arab adalah faktor
psikologis (minat, motivasi, semangat dan
apresiasi rendah).
• Selain itu, 77% di antara mereka memiliki kesan
negatif terhadap bahasa Arab; dan 33%
herregristasi mata kuliah bahasa Arab dianggap
mempengaruhi belajar bahasa Arab mereka di
kampus.
• Singkatnya: beban mental dan psikologis masih
menghantui mahasiswa ketika hendak dan
selama mempelajari bahasa Arab. Bahasa Arab
dinilai “angker dan menyeramkan”.
Temuan Lain..
• Hasil penelitian Fathî ‘Alî Yûnus di Mesir pada
1977 menunjukkan bahwa hampir semua
responden (mahasiswa) yang ditanyai tentang
persepsi mereka terhadap studi bahasa Arab
menjawab bahwa bahasa Arab itu sulit.
• Ketika ditanya lebih lanjut, “Bagaimana Anda
dapat menyatakan bahwa bahasa Arab itu sulit
dipelajari?” Mereka menjawab, “Banyak orang
berpendapat demikian; masyarakat sudah
terlanjur mempunyai “keyakinan” bahwa bahasa
Arab itu sulit dipelajari meski dilakukan selama
puluhan tahun”.
Lanjutan …
• Penelusuran lebih jauh yang dilakukan Yûnus ini
akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa
“kesan, pandangan, dan pencitraan negatif
terhadap bahasa Arab mulai muncul pada akhir
abad ke-19, seiring dengan kolonialisasi Barat
ke dunia Islam”.
• Basyiri Abdul Mukti, dosen Bahasa Arab di PBA
FITK UIN Jakarta asal Mesir, juga berpendapat
bahwa stigmatisasi bahasa Arab sebagai
bahasa yang sulit dipelajari bertujuan untuk
menjauhkan umat Islam dari sumber-sumber
ajaran Islam (al-Qur’an dan Hadits).
BEBERAPA KONSEP UMUM
• Bahasa pertama-tama adalah ujaran, bukan
tulisan.
• Pembelajaran bahasa dimulai dengan
pembelajaran mendengar dan berbicara
sebelum membaca dan menulis.
• Belajar berbahasa dimulai dari
memperdengarkan ujaran bahasa, kata,
ungkapan, atau kalimat, secara spontan.
• Tujuan latihan menyimak agar siswa dapat
memahami ujaran yang didengarnya, baik
bahasa sehari-hari maupun bahasa formal yang
digunakan dalam forum resmi seperti: seminar,
perkuliahan, khutbah Jum’at, dan sebagainya.
Keterampilan (Maharah)
•
•
1.
2.
3.
4.
Keterampilan atau kemahiran adalah
kemampuan seseorang melakukan
sesuatu sesuai dengan standar
kompetensi tertentu.
Maharah meniscayakan sebagai berikut:
Kompetensi
Performansi
Profesionalisasi
Aktualisasi diri
Sama’, Inshat, & Istima’
• Mendengar tidak sama dengan mendengarkan.
Demikian pula, mendengarkan tidak identik
dengan menyimak.
• Sama’ (mendengar) adalah adanya kontak
indera pendengaran terhadap bunyi yang ada,
seperti: mendengar suara petir, tanpa dibarengi
oleh konsentrasi dan perhatian khusus.
• Inshat adalah mendengarkan sesuatu dengan
penuh perhatian dan dengan tujuan tertentu,
seperti mendengarkan bacaan ayat-ayat alQur’an (dengan maksud memahami isi
kandungannya).
Lanjutan…
• Sedangkan istima’ adalah mendengarkan
dengan penuh perhatian dan konsentrasi, tidak
hanya untuk memahami apa yang dikehendaki
oleh pembicara, tetapi juga berusaha
menafasirkan isi pembicaraannya.
• Sama’ lebih merupakan proses fisiologis; inshat
proses mental dan psikologis; sedangkan istima’
proses mental-psikologis dan sosio-interaktif
(komunikatif). Sama’ cenderung tidak disengaja,
inshat menghendaki perhatian dan kesengajaan;
sedangkan istima’ menuntut perhatian,
kesengajaan, keseriusan, dan keterampilan.
Esensi Istima’
• Esensi istimâ’ menghendaki:
1. Kesengajaan atau perencanaan (al-qashdu wa
al-’amdu),
2. Perhatian serius, kesungguhan untuk fokus
(al-intibâh, wa al-tarkîz) pada materi istimâ’,
3. Optimalisasi akal pikiran (i’mâl al-dzihn), dan
4. Upaya untuk memahami, menafsirkan, dan
bahkan mengkritisi isi pembicaraan.
• Jadi, istimâ’ itu meliputi samâ’ dan sekaligus
inshât.
Fakta dan Data tentang Istima’
• Penelitian menunjukkan bahwa kita pada
umumnya menghabiskan waktu 3x untuk istima’
dibandingkan waktu yang digunakan untuk
membaca.
• Siswa pada umumnya belajar melalui istima’
sekitar 25%, membaca 35%, berbicara/berdialog
22%, dan menulis 17% dari waktu belajar
mereka.
• ¾ dari waktu bangun kita banyak digunakan
untuk mendengar atau mendengarkan.
Penyebutan al-Qur’an mengenai penggunaan
indera juga selalu dimulai dengan al-sam’
(mendengar) baru melihat dan seterusnya.
Signifikansi Istima’
• Hasil riset: mahasiswa Stephene College
Girls dalam mengikuti perkuliahan
membagi aktivitasnya sebagai berikut: (a)
menyimak 42%, (b) berbicara 25%, (c)
membaca : 15%, dan (d) menulis 18%.
• Paul T. Rankin, ahli bidang komunikasi,
meneliti tentang penggunaan waktu kerja
sekelompok manusia sebagai berikut: (a)
menyimak 42%, (b) berbicara : 32%, (c)
membaca 15%, dan (d) menulis 11%.
Lanjutan…
1. Hakikat menyimak merupakan dasar pengetahuan
yang sangat fungsional untuk memahami isi
pembicaraan (fahm al-masmû’).
2. Dengan istima’, para peserta didik memiliki
pengetahuan dan pengalaman menyimak, sehingga
pembelajaran bahasa Arab mereka menjadi lebih
bermakna dan efektif. Dalam alasan kedua ini
tersirat pengertian pengetahuan dan pengalaman
menyimak peserta dikaitkan dengan teori.
3. Pemahaman ketiga unsur hakikat menyimak sangat
membantu para peserta dalam memahami konsep
dasar istimâ’ yang pada gilirannya merupakan
modal penting dalam mempraktikkan pembelajaran
menyimak di kelas.
Tujuan Istima’
1.
2.
3.
4.
mendapatkan fakta, informasi, atau pesan;
menganalisis fakta, informasi, atau pesan;
mengevaluasi fakta, informasi, atau pesan;
mendapatkan inspirasi, motivasi, dan/atau
ilham;
5. menghibur diri, mendapat hiburan (istimtâ’ wa
tasliyah);
6. meningkatkan keterampilan berbicara
(mahârah al-kalâm).
Proses Istima’
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Proses menyimak tersebut mencakup
enam tahap berikut:
Mendengar
Mengidentifikasikan
Menginterpretasi
Memahami
Menilai, dan
Menanggapi.
Syarat-syarat Istima’ yang Efektif
1. Duduk di tempat yang jauh dari
kegaduhan atau kebisingan.
2. Memperhatikan pembicara dengan
penuh perhatian dan apresiatif.
3. Menunjukkan antusiasme dalam
mengikuti pembincaraan.
4. Menyesuaikan diri secara mental dengan
kecepatan bicara si pembicara.
5. Cermat dan tanggap terhadap isi
pembicaraan/bahan simakan.
Lanjutan…
6. Mampu menafsirkan atau menginterpretasikan
apa yang disimak.
7. Mampu membedakan aneka ragam bunyi dan
isyarat yang ada.
8. Mampu membedakan antara ide utama dengan
ide sekunder.
9. Mampu menangkap dan menyimpan ide utama
pembicara dalam pikiran penyimak.
• Penyimak yang baik dan efektif adalah penyimak
yang berrencana, fokus, dan tanggap.
Tujuan Pembelajaran Istima’
1. Mengembangkan kompetensi siswa
dalam mengikuti pembicaraan.
2. Membedakan berbagai ragam bunyi
bahasa.
3. Menunjukkan perbedaan ide utama dan
ide sekunder, informasi pendukung.
4. Mengembangkan perolehan informasi
siswa.
5. Menghubungkan antara pembicaraan
dan metode penyajiannya.
Lanjutan…
6. Mengembangkan kemampuan siswa dalam
menganalisis situasi yang dialaminya.
7. Menyimpulkan substansi bahan simakan atau
isi pembicaraan.
8. Menggunakan konteks pembicaraan sebagai
media untuk memahami kosakata (mufradat)
baru.
9. Mengembangkan sikap dan perilaku yang
positif seperti menghormati pembicara,
menunjukkan keseriusan, dan bersikap
interaktif.
Jenis-jenis Istima’
•
1.
2.
3.
4.
5.
Menurut tujuannya, menyimak dapat
diklasifikan menjadi lima macam, yaitu:
Menyimak informatif (informational
listening)
Menyimak relasi (relationship listening)
Menyimak simpatik (sympathetic
listening)
Menyimak apresiatif (appreciative
listening), dan
Menyimak kritis (critical listening).
Lanjutan…
• Menurut Tarigan, menyimak secara umum dapat
dibagi menjadi dua jenis yakni: (1) menyimak
ekstensif dan (2) menyimak intensif.
• Menyimak ekstensif ialah proses menyimak
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: menyimak radio, televisi, percakapan
orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.
• Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak
yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh,
penuh konsentrasi untuk menangkap makna
yang dikehendaki.
Lanjutan…
• Ada beberapa jenis kegiatan menyimak
ekstensif, antara lain: (a) menyimak
sekunder yang terjadi secara kebetulan,
(b) menyimak sosial yaitu menyimak
masyarakat dalam kehidupan sosial, di
pasar, di kantor pos, dan sebagainya, (c)
menyimak estetika, ersifat apresiatif, dan
(d) menyimak pasif, dilakukan tanpa upaya
sadar.
Lanjutan…
• Ciri-ciri menyimak intensif adalah sbb:
1. Menyimak intensif adalah menyimak
pemahaman
2. Menyimak intensif memerlukan
konsentrasi tinggi,
3. Menyimak intensif ialah memahami
bahasa formal,
4. Menyimak intesif diakhiri dengan
reproduksi bahan simakan.
Lanjutan…
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis-jenis menyimak intensif terdiri atas:
Menyimak kritis
Menyimak konsentratif
Menyimak eksploratif
Menyimak interogatif
Menyimak selektif, dan
Menyimak kreatif.
Lanjutan…
•
1.
2.
3.
4.
Dari segi targetnya, istimâ’ dibagi menjadi
empat, yaitu:
Istimâ’ ‘âridh (menyimak sepintas)
Istimâ’ta’lîmi tatsqîfi (menyimak edukasional)
yaitu menyimak yang dilakukan dalam proses
pencerdasan dan pembelajaran
Istimâ’ tawjîhi (menyimak konsultatif), yaitu
menyimak dalam rangka memberikan
bimbingan dan konseling; dan
Istima’ tarfîhi (menyimak selingan, hubungan)
Indikator Terampil Menyimak
•
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Keterampilan Istima’ dapat dikelompkkan menjadi 4
kompetensi berikut:
Pertama, Keterampilan dan Akurasi pemahaman,
meliputi:
Siap menyimak dengan penuh pemahaman.
Mampu memfokuskan pada apa yang disimak dengan
penuh perhatian.
Mampu menangkap gagasan umum mengenai isi
pembicaraan.
Mampu menangkap ide utama pembicaraan
Mampu menggunakan isyarat konteks bunyi untuk
memperoleh pemahaman.
Mampu menangkap ide komplementer dari sebuah
paragraf
Mampu mengikuti maksud penyampaian informasi.
Lanjutan…
•
1.
2.
3.
4.
Kedua, keterampilan menyerap isi
pembicaraan, meliputi:
Mampu menyimpulkan materi yang disimak.
Mampu membedakan antara fakta dan fiksi
dari yang disimak.
Mampu menemukan hubungan antara
berbagai pemikiran dari yg disimak.
Mampu mengklasifikan atau mengkategorikan
tema materi pembicaraan.
Lanjutan…
•
1.
2.
3.
4.
Ketiga, keterampilan mengingat bahan
simakan, meliputi:
Mampu mengenali hal baru yang disimak.
Mampu mengaitkan hal baru yang diperoleh
dengan pengalaman sebelumnya.
Mampu Menangkap relasi ide yang didengar
dengan pengalaman sebelumnya.
Mampu menangkap pokok pikiran dan
menyimpannya dalam ingatan.
Lanjutan…
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keempat, komptensi merasakan (tadzawwuq) dan
mengkritisi (naqd), meliputi:
Mampu menyimak dan berinteraksi bersama
pembicara dengan baik.
Mampu terlibat secara emosional dengan pembicara.
Mampu membedakan kekuatan dan kelemahan isi
pembicaraan.
Mampu menilai isi pembicaraan (menyatakan setuju
atau menolak) berdasarkan pengalamannya.
Mampu menunjukkan pentingnya isi pembicaraan dan
relevansinya untuk diaplikasikan.
Mampu memprediksi poin yang pada akhirnya
disampaikan oleh pembicara.
Prinsip-Prinsip dalam
Pembelajaran Istima’
1. Fokus dan Penuh perhatian (al-tarkiz wa alintibah) terhadap materi yang disimak.
2. Penciptaan situasi dan kondisi yang nyaman,
jauh dari kebisingan dan gangguan, baik fisik
maupun psikis.
3. Model pembelajaan yang efektif dengan
memperjelas tujuan/target, belajar dari
kesadaran hati dan dengan motivasi,
keyakinan diri yang kuat akan manfaat
pelajaran yang dipelajari, dan diperkaya
dengan aneka pendekatan dan metode.
Lanjutan…
4. Mengaitkan dengan pengalaman sebelumnya
sebagai pintu masuk tema atau pokok bahasan
materi istima’ yang akan dipelajari.
5. Pengulangan materi istima’ beberapa kali
sehingga terbiasa menyimak dengan baik.
6. Membentuk keterampilan istima’ naqdi
(menyimak kritis) dengan berusaha menunjukkan
tujuan pembicara, melatih mengungkap hal-hal
kontroversial, dan sebagainya.
7. Pemanfaatan konteks dalam rangka pemaknaan
arti kostakata dan istilah-istilah yang ada.
8. Variasi latihan menyimak baik dari segi tema,
lahjah/dialek, maupun jenis materi istima’.
Prosedur & Langkah-Langkah
Pembelajaran Istima’
1. Pengantar (‫)التمهيد‬
Dalam hal ini guru mengondisikan kesiapan
siswa belajar istima’, melakukan apersepsi,
menjelaskan tujuan dan pentingnya materi
yang akan dipelajari.
2. Penyajian (‫)العرض‬
Dalam hal ini guru menyampaikan materi
istima’ secara langsung atau melalui tape
recorder di dalam kelas ataupun di
laboratorium bahasa. Guru berperan
memilihkan materi istima’ mulai dari yang
tingkat kecepatannya rendah (lambat) hingga
yang tingkat kecepatannya wajar.
Lanjutan…
• Selain itu, guru mendiskusikan substansi yang
disimak dengan siswa, antara lain dengan
mendialogkan tema, ide utama, rincian
informasi, dan tujuan pembicara.
• Guru juga dapat melibatkan siswa dalam
mengambil kesimpulan terhadap isi
pembicaraan.
3. Relasi dan Evaluasi (‫)إدراك العالقات والتقويم‬
Dalam hal ini guru dapat berimprovisasi dengan
merelasikan atau mengaitkan dengan, misalnya,
pengembangan kosakata, pelajaran nahwu,
sharaf, kitabah, dan sebagainya.
Lanjutan…
•
Setelah itu, guru dapat melakukan evaluasi untuk
memastikan apakah siswa telah mampu menyerap
dengan baik materi istima’. Evaluasi dilakukan dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan
tagihan indikator kompetensi yang telah dirumuskan.
• Evaluasi dalam istima’ juga dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan berbicara siswa dan
penguasaan substansi materi.
4. Penutup (‫)االختتام‬
Akhirilah pelajaran istima’ dengan memberikan sesuatu
yang berkesan, mulai dari penyampaian poin-poin isi
istima’ atau kisah menarik yang relevan dengan materi
istima’, atau kritik terhadap materi istima’.
Pengembangan Keterampilan Istima’
1. Perumusan standar kompetensi istima’ sesuai
dengan kebutuhan atau tuntutan siswa.
2. Penyediaan lingkungan berbahasa yang
kondusif untuk pengembangan keterampilan
istima’.
3. Pengondisian lingkungan berbahasa yang
sesuai dengan tingkat kemahiran berbahasa
siswa.
4. Pemvariasian latihan menyimak dengan tujuan
tertentu, misalnya: mengenal dan mengungkap
nama tokoh, mengemukakan ide utama,
menunjukkan tempat dan tanggal tertentu
dalam isi pembicaraan, dan sebagainya.
Lanjutan…
4. Pengembangan pemahaman makna
kontekstual dengan membiasakan siswa
memahami kosakata baru sesuai dengan
konteksnya.
5. Pembiasaan menggunakan uslub tertentu untuk
bercakap-cakap atau mengungkapkan sesuatu.
6. Pengayaan kosakata baru melalui latihan
penggunaan dalam struktur kalimat.
7. Pembiasaan diskusi dan dialog mengenai
substansi materi istima’ secara partisipatoris.
8. Pengulangan materi dengan latihan bereskpresi
atau bercerita (dengan redaksi siswa).
TAHAP-TAHAP LATIHAN
MENYIMAK
• Pengenalan bunyi (bahasa)
• Menyimak dan Menirukan
- bunyi-bunyi tertentu
- panjang-pendek
- syiddah
• Menyimak dan Memahami
- dengarkan dan lihat
- dengarkan dan baca
- dengarkan dan peragakan
- dengarkan dan pahami
BEBERAPA CATATAN
• Perhatikan ketepatan bunyi, nada dan tekanan
(stressing) dalam membacakan teks.
• Pilih teks yang tepat dengan kondisi siswa
• Kecepatan yang wajar
• Penggunaan alat peraga
• Bantu dengan menuliskan kata kunci
• Perintah kepada siswa harus jelas
• Siapkan pertanyaan-pertanyaan
• Latih siswa memahami gagasan pokok dan
penunjang
• Respon siswa bisa jawaban dalam bahasa Indonesia
Download