Kamis, 12 Februari 2009

advertisement
Kamis, 12 Februari 2009
makalah cdrg
PERAN DAN KINERJA SISTEM SARAF OTONOM
DALAM TUBUH MANUSIA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Fisiologi Pada
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember
DISUSUN OLEH :
Amalia Damayanti,cdrg 081610101085
Eka Irena Akbar,cdrg 081610101088
Dian Rosita R,cdrg 081610101104
Yeni Sugiarto,cdrg 081610101110
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
NOVEMBER, 2008
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Daftar Lampiran.............................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................................... 1
II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN.................................................................. 2
III. PEMBAHASAN
3.1 Sistem saraf ................................................................................................... 3
3.1.1 Sistem saraf pusat....................................................................................... 3
3.1.1 Sistem saraf tepi.......................................................................................... 7
3.1.1.1. Sistem saraf somatik................................................................................ 7
3.1.1.2. Sistem saraf otonom................................................................................ 7
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern
ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai
hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah
satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu
yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang
menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf
terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls)
yang berupa rangsang atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di
dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf,
yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal
satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat
lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada
akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf
mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi
akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus
Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui sistem saraf otonom
2. Mengetahui cara kerja dari sistem saraf otonom
3. Mengetahui bagian dari sistem saraf otonom
4. Mengetahui peranan dari sistem saraf otonom
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom berhubungan dengan pengaturan otot jantung, otot polos pada viseral,
dan kelenjar-kelenjar. Sistem saraf otonom membantu mempertahankan lingkungan dalam
yang konstan dari tubuh (homeostasis). Sistem saraf otonom terdiri dari jaras aferen, eferen
dan kumpulan sel saraf pada otak dan medulla spinalis yang mengatur fungsi sistem. Secara
anatomis, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian dimana sebagian besar aktivitas
keduanya bekerja secara berlawanan yaitusistem saraf simpatis (torakolumbal) dan
parasimpatis (kraniosakral).
Sistem saraf otonom juga berhubungan dengan saraf somatik; sebaliknya, kejadian somatik
dapat mempengaruhi fungsi organ otonom. Pada susunan saraf pusat terdapat beberapa pusat
saraf otonom, seperti medulla oblongata terdapat pengatur pernafasan dan tekanan darah.
Hipotalamus dianggap sebagai pusat susunan saraf otonom. Walaupun demikian masih ada
pusat yang lebih tinggi yang dapat mempengaruhinya yaitu korpus striatum dan korteks
serebrum yang dianggap sebagai koordinator antara sistem otonom dan somatik.
Organ tubuh umumnya dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis, dantonus yang
terlihat merupakan hasil perimbangan kedua sistem tersebut. Sistem parasimpatis bersifat
vital bagi tubuh. Sebaliknya mahluk dapat hidup setelah denervasi saraf simpatis asalkan
dilindungi terhadap ancaman dari luar. Bila ada stres, makhluk yang telah didenervasi
parasimpatis tersebut cenderung lebih cepat mati dibanding dengan mahluk yang sistem
simpatisnya utuh.
BAB III. PEMBAHASAN
Semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah
makanan dan lainnya, di atur dan dikendalikan oleh satu sistem yang disebut "Sistem Saraf"
atau Sistem Pengatur Tubuh. Fungsi utama sistem saraf adalah mengolah informasi yang
masuk melalui beberapa jalan sehingga timbul respon motorik yang cocok.
1. Susunan Sistem Saraf
Sistem Saraf terbagi atas 2 bagian yaitu :
1.1 Sistem Saraf Pusat
Sistem Saraf pusat terdiri atas Otak (latin: enceephalon) dan Sumsum (saraf) Tulang
Belakang (latin: medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan
fungsi yang sangat.
1.1.1 Otak
Otak adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak didalam cavum cranii.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan
melingungi neuron, glia juga membantu neuron melekat pada tempatnya dan memberinya zat
makanan. Sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal
sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh
dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter.
Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagi sinapsis.
Bagian-Bagian Otak ada 3 bagian:
1. Otak Depan (Prosesncephalon/Forebrain)
Yang terdiri dari dua bagian: Cerebrum dan Diencephalon.
a. Cerebrum (Telencephalon):
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak sehingga disebut juga otak besar. Terdiri atas dua
hemisphere cerebri, yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut corpus
callosum.
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Cerebrum terdiri dari 4 bagian, yaitu:
• Lobus frontalis (bagian dahi)
• Lobus parietalis (bagian ubun-ubun)
• Lobus oksipitalis (bagian belakang)
• Lobus temporalis (bagian pelipis)
b. Diencephalon
Diencephalon terdiri dari 3 bagian, yaitu:
Thalamus
Fungsi:
• mentransmisikan informasi (pesan) dari sistem sensori kebagian cortex cerebrum.
• mempertahankan homeostasis melalui pengaturan berbagai macam aktivitas visceral dan
hubungan dengan saraf dan sistem endokrin.
• sebagai penstabil sensasi yang berlebihan, dan sebagai pengatur saraf motorik.
Hypothalamus
Fungsi regulasi :
• Tekanan darah arterial dan denyut jantung
• Suhu tubuh, keseimbangan air dan elektrolit tubuh.
• Rasa lapar dan berat badan serta sexual behavior
• Regulasi temperatur tubuh, haus, lapar, sexual behavior, afektif behavior dan reaksi
defensive sperti takut dan marah
• Ritme tubuh (tidur-bangun)
• Nyeri, stresful dan emosi,
• Watak kelamin, dan kadar gula dalam darah
• Pernapasan, pengeluaran urine, dan penyerapan makanan.
• Pusat integrasi sistem saraf dan sistem endokrin (Menstimulasi kelenjar hipofisis untuk
menghasilkan hormon)
• Sistem saraf otonom
• Dalam keadaan stres, keseimbangan normal terganggu, hipotalamus memperbaiki
ketidakseimbangan tersebut.
Sistem limbik
Fungsi :
• mengontrol respons emosi
Infudibulum
Fungsi :
• sebagai pangkal hipofisis
2. Otak tengah (mesensefalon/midbrain)
Otak tengah adalah bagian sempit otak yang menghubungkan otak depan dengan otak
belakang.
Otak tengah merupakan pusat refleks, termasuk :
• Refleks penglihatan seperti pergerakan mata sesuai pergerakan kepala,
• Refleks pendengaran untuk mendengar lebih jelas,
• Refleks untuk mempertahankan postur.
3. Otak belakang (rhombencephalon/hindbrain)
Pada otak bagian belakang terdapat pons, medulla oblongata, dan cerebellum.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan,
juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Fungsi :
• Meneruskan impuls dari dan ke medulla oblongata
• Mentransmisikan impuls dari cerebri ke cerebellum
• Meneruskan impuls sensori dari perifer ke central
• Sumsum sambung (myencephalon /medulla oblongata)
Medulla oblongata berbentuk kerucut, menghubungkan pons dengan medulla spinalis
(sumsum tulang belakang).
Fungsi :
• Penerima dan pengintegrasian semua input synopsis dari sumsum tulang belakang
• Sistem retikuler
• Pusat pengaturan tidur
• Pusat pernafasan (volume dan kecepatan respirasi)
• Pusat pengaturan cardiovascular (tekanan darah), detak jantung
• Pusat pengaturan sistem pencernaan (gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan)
• Mengatur gerak refleks (bersin, batuk, berkedip, menelan, muntah)
• Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju
ke otak.
Cerebellum (Otak kecil / metencephalon)
Fungsi :
• Koordinasi gerakan otot (gerakan tubuh) yang terjadi secara sadar,
• Keseimbangan,
• Posisi tubuh.
• Regulasi sensor otot
• Pengaturan keseimbangan dan ukuran
• Koordinasi gerakan (otot skeletal)
• Pengontrolan pergerakan mata
• Menerima informasi dari otot dan telinga tentang sikap tubuh
1.1.2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar
dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal
terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel
saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Medulla spinalis melaksanakan
fungsi refleks, suatu refleks adalah reaksi segera terhadap rangsang sensorik tanpa diolah di
otak besar.
1.2. Sistem Saraf Perifer (Tepi)
Sistem Saraf Perifer, dibentuk oleh beberapa saraf yang berhubungan dengan sistem saraf
pusat baik secara langsung maupun tidak langsung yang terdiri dari 12 pasang bagian
tengkorak.
Sistem saraf perifer terdiri dari saraf-saraf yang menghubungkan otak dan sumsum belakang
dengan bagian tubuh lainnya. Lebih lanjut sistem saraf perifer dibagi dalam sistem somatik
dan sistem otonom.
1.2.1. Sistem Saraf Somatik
Sistem somatik yang mengendalikan otot skeletal dan menerima informasi dari kulit, otot,
dan beberapa reseptor sensorik (membawa pesan menuju dan dari reseptor indra, otot-otot,
dan permukaan tubuh).
1.2.2. Sistem Saraf Otonom
Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron,dengan neurotransmitter terakhir yang
berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis.
Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf
simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian serat praganglion
simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglion didalam
ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua sisi korda spinalis.
Serat pascagangliion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir pada organ-organ
efektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan
kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak sekitar separuh jalan antara
SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan saraf pascaganglion menjalani jarak sisanya.
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral (sebagian saraf
kranialis mengandung serat parasimpatis). Serat-serat ini nerukuran lebih panjang
dibandingkan dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus sampai
mencapai ganglion terminal yang terletak didalam atau dekat organ efektor. Serat-serat
pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri.
Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama,
yaitu asetilkolin,tetapi ujung-ujung pascaganglion kedua sistem ini mengeluarkan
neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Seratserat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan aseilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu
bersama dengan semua serat praganglion otonom disebut sebagai kolinergik. Sebaliknya,
sebagian serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergik karena mengeluarkan
noreadrenalin (norepinefrin). Baik asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat
perantara kimiawi di bagian tubuh lainnaya.
Serat-serat otonom pascaganglion tidak berakhir pada sebuah tonjolan seperti kepala sinaps
(synaptic knob). Namun, cabang-cabang terminal dari serat otonom mengandung banyak
tonjolan (varicosities) yang secara simultan mengeluarkan neurotransmitter ke daerah luas
pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel. Pelepasan neurotransmitter yang
bersifat difus ini, disertai kenyataan bahwa di otot polos atau jantung setiap perubahan
aktivitas listrik akan disebarkan melalui gap junction, memiliki arti bahwa keseluruhan organ
biasanya dipengaruhi aktivitas otonom bukan sel satu per satu.
1.2.2.1. Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas organ visceral involunter
Sistem saraf otonom mengatur aktivitas alat-alat dalam (visceral) yang dalam keadaan normal
di luar kesadaran dan kontrol volunter, misalnya sirkulasi, pencernaan, berkeringat, dan
ukuran pupil. Dengan demikian, sistem ini dianggap sebagai cabang involunter divisi eferen,
berbeda dengan cabang volunter somatic,yang mempersarafi otot rangka dan dapat dikontrol
secara volunter. Namun,tidak seluruhnya benar bahwa individu tidak memiliki kontrol
trehadap aktivitas yang diatur oleh sistem otonom. Informasi aferen visceral biasanya tidak
mencapai tingkat kesadaran, sehingga individu tidak mungkin secara sadar mengontrol
keluaran eferen yang timbul. Namun, dengan teknik-teknik biofeedback individu dapat diberi
suatu sinyal sadar mengenai informasi aferen visceral. Misalnya dalam bentuk suara, cahaya,
atau tampilan grafik pada latar computer.
1.2.2.2 Sistem saraf sim.atis dan parasimpatis bersama-sama mempersarafi sebagian besar
organ visceral
Sebagian besar organ visceral dipersarafi oleh serat saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem
saraf simpatis dan parasimpatis menimbulkan efek yang bertentangan pada organ tertentu.
Stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan denyut jantung, sementara stimulasi parasimpatis
menurunkannya. Stimulasi simpatis memperlambat gerakan saluran pencernaan, sedangkan
stimulasi parasimpatis meningkatkan motilitas saluran pencernaan. Perhatikan bahwa satu
sistem tidak selalu bersifat eksitatorik dan yang lain inhibitorik. Kedua sistem meningkatkan
aktivitas beberapa organ dan menurunkan aktivitas organ-organ yang lain.
Sistem saraf simpatis meningkatkan respons-respons yang mempersiapkan tubuh untuk
melakukan aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat,
misalnya ancaman fisik dari lingkungan luar. Respons semacam ini biasanya disebut sebagai
fight or flight response, karena sistem simpatis mempersiapkan tubuh untuk melawan atau
melarikan diri dari ancaman. Pikirkan tentang sumber-sumber pada tubuh yang diperlukan
pada keadaan seperti ini. Jantung berdenyut lebih cepat dan lebiuh kuat, tekanan darah
meningkat karena konstriksi umum pembuluh darah, saluran pernafasan terbuka lebar untuk
memungkinkan aliran udara maksimal, glikogen dan simpanan lemak dipecahkan untuk
menghasilkan bahan baker tambahan dalam darah, dan pembuluh-pembuluh darah yang
mendarahi otot-otot rangka berdilatasi. Semua respons ini ditujukan untuk meningkatkan
aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot-otot rangka sebagai antisipasi terhadap
aktivitas fisik yang berat. Selanjutnya pupil berdilatasi dan mata menyesuaikan diri untuk
melihat jauh, yang menungkinkan individu membuat penilaian visual yang cepat mengenai
situasi keseluruhan yang mengancam. Terjadi peningkatan berkeringat sebagai antisipasi
terhadap peningkatan produksi panas yang berlebihan akibat aktivitas fisik. Karena aktivitas
pencernaan dan berkemih kurang penting dalam menghadapi ancaman,sistem simpatis
menghambat aktivitas-aktivitas ini.
Sistem parasimpatis, di pihak lain mendominasi pada situasi yang tenang dan rileks. Pada
keadaan-keadaan yang tidak mengancam, tubuh dapat memusatkan diri pada aktivitas “rumah
tangga umum”nya sendiri, misalnya pencernaan dan pengosongan kandung kemih. Sistem
parasimpatis mendorong fungsi-fungsi tubuh seperti ini, sementara memperlambat aktivitasaktivitas yang ditingkatkan oleh sistem simpatis. Sebagai contoh, tatkala seseorang sedang
dalam keadaan tenang, jantung tidak perlu berdenyut dengan cepat dan kuat.
Inhibisi sistem saraf parasimpatis oleh kokain mungkin merupakan faktor utama dalam
kematian mendadak yang disebabkan oleh kelebihan dosis kokain. Apabila kokain
menghambat rem parasimpatis yang bersifat protektif, sistem simpatis dapat meningkatkan
kecepatan denyut jantung tanpa kendali. Kematian mendadak timbul jika denyut jantung
menjadi terlalu cepat dan tidak teratur, sehingga daya pompa jantung tidak kuat.
Terdapat beberapa pengecualian terhadap sifat umum persarafan timbale balik ganda oleh
kedua cabang sistem saraf otonom tersebut, yang paling menonjol adalah sebagai berikut:
• Pembuluh darah yang dipersarafi (sebagian besar arteriol dan vena dipersarafi,arteri dan
kapiler tidak) hanya menerima serat saraf simpatis. Pengaturan dilakukan dengan
meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembentukan potensial aksi diatas atau dibawah
tingkat tonik serat simpatis tersebut. Satu-satunga pembulh darah yang mendapat persarafan
parasimpatis adalah pembuliuh darah yang mendarahi klitoris dan penis. Kontrol vaskuler
yang akurat di kedua organ ini oleh persarafan ganda penting untuk menimbulkan ereksi.
• Kelenjar keringat hanya dipersarafi oleh saraf simpatis
• Kelenjar liur dipersarafi oleh kedua divisi otonom,tetapi tidak seperti di tempat
lain,aktivitas simpatis dan parasimpatis tidak antagonistik.Keduanya merangsang sekresi air
liur,tetapi komposisi dan volume air liur yang terbentuk berbeda,bergantung dari cabang
otonom mana yang dominan.
Efek otonomik pada berbagai organ tubuh
Organ Efek Perangsang Simpatis Efek Perangsang Parasimpatis
Mata
• Pupil Dilatasi Konstriksi
• Otot siliandris Relaksasi ringan (penglihatan jauh) Konstriksi (penglihatan dekat)
Kelenjar Vasokonstriksi dan sekresi ringan Rangsangan banyak sekali sekresi (mengandung
banyak enzim untuk merangsang kelenjar yang mensekresi enzim)
• Nasal
• Lakrimalis
• Parotis
• Submandibularis
• Lambung
• Pankreatik
Kelenjar keringat Banyak sekali keringat (kolinergik) Berkeringat pada telapak tangan atau
tangan
Kelenjar apokrin Tebal, sekresi yang berbau Tidak ada
Pembuluh darah Seringkali konstriksi Seringkali memberi sedikit efek atau tidak sama sekali
Jantung
• Otot Pengurangan kecepatan
Peningkatan kekuatan kontraksi Peningkatan kecepatan
Penurunan kekuatan kontraksi (khususnya atrium)
• Pembuluh koroner Dilatasi (β2) : konstriksi (α) Dilatasi
Paru
• Bronkus Dilatasi Konstriksi
• Pembuluh darah Konstriksi sedang Dilatasi
Usus
• Lumen Peningkatan peristalsis dan tonus Penurunan peristalsis dan tonus
• Sfingter Peningkatan tonus (seringkali) Relaksasi (seringkali)
Hati Pelepasan glukosa Sintesa glukogen ringan
Kandung empedu dan saluran empedu Relaksasi Kontraksi
Ginjal Berkurangnya pengeluaran dan sekresi rennin Tidak ada
Kandung kemih
• Detrusor Relaksasi (ringan) Kontraksi
• Trigonum Kontraksi Relaksasi
Penis Ejakulasi Ereksi
Arteriol sistemik
• Vicera abdominal Konstriksi Tidak ada
• Otot Konstriksi (α adrenergik)
Dilatasi (β2 adrenergik)
Dilatasi (kolinergik) Tidak ada
• Kulit Konstriksi Tidak ada
Darah
• Koagulasi Meningkat Tidak ada
• Glukosa Meningkat Tidak ada
• Lipid Meningkat Tidak ada
Metabolisme basal Meningkat sampai 100% Tidak ada
Sekresi medula adrenal Meningkat Tidak ada
Aktivitas mental Meningkat Tidak ada
Otot piloerektor Kontraksi Tidak ada
Otot skeletal Peningakatan glokogenolosis
Peningkatan kekuatan Tidak ada
Sel-sel lemak Lipolisis Tidak ada
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum
tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa
jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk
ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan
yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Impuls dapat dihantarkan
melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf
(akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian
dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub
negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada
indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan
potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik,
tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah
lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi
kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan berasal dari
hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang
kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah
potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan
sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih
besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis.
Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma
tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang
disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron prasinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut postsinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan
membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa
asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls
dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya
asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan
dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah
sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan
asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin
sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang
dihasilkan oleh membran post-sinapsis. Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis
berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk
dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf
lainnya. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula
gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan
panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh
otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai
perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
3. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada
organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama
cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
4. Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas organ visceral involunter. Sedangkan sistem
saraf simpatis dan parasimpatis bersama-sama mempersarafi sebagian besar organ visceral.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Ganong, W. F. 2005. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. Edisi 22. Jakarta: EGC.
Dienhart, Charlotte. 1979. Basic Human Anatomy and Physiology. Philadelphia: The Curtis
Center Independence Square West.
Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 1983. Buku Teks FISIOLOGI KEDOKTERAN Bagian
2.
Edisi 5. Jakarta: EGC.
Kahle, Werner. 1999. Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia, SISTEM SARAF DAN
ALATALAT SENSORIS, Jilid 3, Edisi 6 yang Direvisi. Jakarta: Hipokrates.
http://drgirena.blogspot.com/2009/02/makalah-cdrg.html
ika irena akbar, dkk
=================================================================================
Download