ASLI 35-38 ok

advertisement
DAFTAR PUSTAKA
Aquino, A.M., R.F. Silva, F.M. Mercante, M.E.F. Correria, M.F. Guimardes
dan P. Lavelle. 2008. Invertebrate soil macrofauna under
different ground cover plants in the no-till system in the Cerrado.
European Journal of Soil Biology 44: 191 – 197.
www.sciencedirect.com
Bastoni dan A.H. Lukman. 2006. Prospek pengembangan hutan tanaman
jelutung (Dyera lowii) pada lahan rawa Sumatera. Di dalam S.
Hidayat, H. Daryono, H. Suhaendi, M. Turjaman dan H. Mardiah
[Editor]. Optimalisasi Peran Iptek dalam Mendukung
Peningkatan Produktivitas Hutan dan Lahan. Prosiding Seminar
Hasil-hasil Penelitian. Jambi, 22 Desember 2005. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. pp 19 –
30.
Brown, S., J.M. Anderson, P.L. Woomer, M.J. Swift dan E. Barrios. 1994.
Soil biological processes in tropical ecosystems. Di Dalam: P.L.
Woomer dan M.J. Swift [Editor] The Biological Management of
Tropical Soil Fertility. John Wiley & Sons. pp 15 – 46.
Buckman , H.O. dan N. C. Brady. 1969. The Nature And Properties Of Soils.
The Mac Millan Company, New York.
Harjowigeno, S. 1996. Pengembangan lahan gambut untuk pertanian
suatu peluang dan tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. 22 Juni 1996.
Harsoyo, E. 2002. Keragaman dan dinamika makrofauna tanah pada
berbagai pola penggunaan lahan di Pekalongan Jawa Tengah.
Tesis Program Pasca Sarjana. Fakultas Kehutanan. Universitas
Gadjah Mada. (tidak dipublikasikan).
Kramer, P.J. dan T.T. Kozlowski. 1960. Physiology of trees. Mc Grow Hill
Company. New York. 642 halaman.
Suhu udara maksimum pada penutupan lahan agroforestri dan non agroforestri
Kelembaban udara maksimum pada penutupan lahan agroforestri dan non agroforestri
Suhu tanah pada penutupan lahan agroforestri dan non agroforestri
Intensitas sinar matahari pada penutupan lahan agroforestri dan non agroforestri
Gambar 16. Iklim mikro pada penutupan lahan agroforestri dan non agroforestri
38
35
suhu udara, suhu tanah, kelembaban relatif udara dan kelembaban
tanah. Semakin tinggi tingkat naungan maka kelembaban tanah dan
kelembaban relatif udara semakin besar, sedangkan suhu udara, suhu
tanah dan intensitas radiasi semakin menurun. Semakin tinggi tingkat
naungan maka kelembaban relatif udara dan kelembaban tanah
semakin tinggi sedangkan fluktuasi kelembaban semakin kecil.
Kelembaban tanah dan kelembaban nisbi udara yang terlalu rendah
dan terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Intensitas radiasi matahari, suhu udara, suhu tanah, kelembaban nisbi
udara dan kelembaban tanah semuanya mempengaruhi fotosintesis
dan respirasi tanaman (Kramer dan Kozlowski, 1960).
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, oleh karena
itu suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik
tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu
tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas
mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung
musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi
daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997). Menurut Wallwork (1970)
besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang jauh dari tanah
berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada
permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai
pada permukaan tanah, tergantung pada vegetasi yang ada di atas
permukaannya.
36
PENUTUP
Pengembangan sistem agroforestri berbasis jenis jelutung
untuk merehabilitasi lahan rawa gambut dapat dilakukan dengan
mengembangkan pola kemitraan. Pembangunan kebun agroforestri
jelutung dengan pola kemitraan dapat diinisiasi dan dikembangkan
oleh suatu badan usaha kehutanan. Masyarakat pemilik lahan
menyediakan areal untuk pembangunan kebun agroforestri jelutung.
Para pengusaha menyiapkan pendanaan, teknologi budidaya dan
infrastruktur pemasaran hasilnya. Skema umum dari bentuk kemitraan
pembangunan tersebut adalah sebuah benefit-cost sharing antara
pemilik lahan dengan perusahaan yang disepakati bersama dalam
suatu dokumen perjanjian. Hal ini perlu didukung oleh adanya
kelembagaan dengan Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE)
berdasarkan manajemen kemitraan yang didukung oleh organisasi
Kelompok Tani berkategori kelompok lestari. Kelembagaan ekonomi
yang mampu memfasilitasi permodalan petani dalam hal ini semacam
lembaga keuangan mikro juga sangat diperlukan dalam
pengembangan sistem agroforestri berbasis jenis jelutung rawa untuk
memulihkan lahan gambut terdegradasi.
37
Download