ANALISIS STRATEGI BERSAING INDUSTRI KECIL

advertisement
ANALISIS STRATEGI BERSAING INDUSTRI KECIL
MAKANAN TRADISIONAL KHAS KOTA PAYAKUMBUH
(Studi Kasus Industri Kecil “Erina”,
Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat)
Oleh:
VIONA MAYASARI
A14104020
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
VIONA MAYASARI. Analisis Strategi Bersaing Industri Kecil Makanan
Tradisional Khas Kota Payakumbuh (Studi Kasus: Industri Kecil “Erina”, Kota
Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat). Di Bawah Bimbingan HENY K.S.
DARYANTO
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang besar dalam
pembangunan ekonomi nasional. UKM mengalami perkembangan yang pesat
setiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat dari laju pertumbuhan UKM yang cenderung
meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data BPS tahun 2004, laju
pertumbuhan UKM pada tahun 2001 adalah sebesar 3,8 persen dan meningkat
menjadi 5,45 persen pada tahun 2004. Payakumbuh merupakan salah satu Kota di
Propinsi Sumatera Barat. UKM berkembang pesat di Kota Payakumbuh pada
beberapa tahun terakhir. Jumlah total usaha di Kota Payakumbuh pada tahun
2006 adalah 14.925 unit. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Payakumbuh (2006) diketahui bahwa usaha yang berkembang
pesat di Kota Payakumbuh didominasi oleh skala usaha mikro dan kecil (14.729
unit) yang sebagian besar berada di Kecamatan Payakumbuh Barat (7.535 unit
atau 51 persen).
Salah satu bentuk UKM yang berkembang pesat dan memberikan
kontribusi besar terhadap Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) adalah
UKM yang bergerak di bidang agribisnis. UKM tersebut adalah UKM yang
bergerak di bidang pengolahan dan pendistribusian makanan tradisional/makanan
khas daerah, (Riaswati A, 2004). UKM yang bergerak di bidang pengolahan
makanan tradisional di Kota Payakumbuh pada tahun 2006 adalah sebanyak 425
unit usaha atau sekitar 25,45 % dari total usaha. Berdasarkan data di atas dapat
dilihat bahwa industri yang bergerak di bidang pengolahan makanan tradisional
khas Kota Payakumbuh sangat banyak sehingga berimplikasi terhadap
meningkatnya persaingan antar industri tersebut dalam merebut pangsa pasar.
”Erina” adalah salah satu industri kecil makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh yang berlokasi Kelurahan Parit Rantang, Kecamatan Payakumbuh
Barat, Kota Payakumbuh. Dalam menjalankan usaha makanan tradisional khas
Kota Payakumbuh, industri ”Erina” mengalami persaingan yang cukup ketat
dengan industri sejenisnya, terutama industri sejenis yang berskala mikro dan
kecil. Pesaing terdekat ”Erina” adalah Delima, Tek Itam, Gonjong Limo, Pusako
Minang, Utama serta sejumlah industri kecil makanan tradisional lain di Kota
Payakumbuh yang belum memiliki merk dagang. Erina” harus segera
mengembangkan keunggulan bersaing untuk menghadapi persaingan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: melakukan identifikasi faktor eksternal
peluang dan ancaman yang mempengaruhi posisi persaingan ”Erina”, melakukan
identifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi posisi
persaingan ”Erina”, mengetahui posisi bersaing”Erina” bila dibandingkan
dengan pesaing utamanya dan menentukan alternatif strategi yang dapat dipilih
oleh ”Erina” untuk menjalankan usahanya.
Perumusan strategi bersaing dilakukan dengan pendekatan manajemen
strategis. Analisis matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui faktor
eksternal dan internal yang mempengaruhi posisi persaingan ”Erina”. Analisis
matriks CPM digunakan untuk mengetahui posisi bersaing ”Erina” saat ini relatif
terhadap pesaing utamanya. Terakhir analisis matriks IE, TOWS, dan QSPM
digunakan untuk mengetahui hasil analisis matriks EFE, IFE, dan CPM untuk
mendapatkan strategi bersaing yang terbaik bagi ”Erina”.
Berdasarkan hasil analisis matriks EFE diketahui bahwa peluang utama
bagi ”Erina” adalah dukungan dari Dinas Koperasi dan UKM (0,3736),
sedangkan ancaman utama bagi ”Erina” adalah substitusi yang semakin banyak
dan dikenal masyarakat (0,3874). Analisis matriks IFE menunjukkan bahwa harga
produk yang bersaing (0,4445) merupakan kekuatan utama ”Erina” dan daerah
pemasaran yang masih terbatas (0.2764) merupakan kelemahan utama ”Erina”.
Analisis matriks CPM membandingkan kekuatan ”Erina” relatif terhadap lima
pesaing utamanya yakni: Delima, Tek Itam, Gonjong Limo, Pusako Minang, dan
Utama. Hasilnya menunjukkan bahwa ”Erina” memiliki keunggulan dalam harga
jika dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Secara total ”Erina” berada pada
posisi kedua setelah Tek Tam. Analisis matriks IE menunjukkan bahwa “Erina”
berada pada kuadran V yakni “pertahankan dan pelihara” dimana strategi yang
cocok adalah strategi pengembangan produk dan penetrasi pasar. Dari hasil
analisis matriks EFE, IFE, CPM, dan IE didapatkan strategi bersaing total yakni
“mengembangkan diri menjadi industri kecil makanan tradisonal khas Kota
Payakumbuh yang mengedepankan variasi produk dengan kemasan menarik dan
harga yang terjangkau”. Strategi bersaing total ini memberi dasar dan arah bagi
pengembangan strategi pada matriks TOWS dan matriks QSPM. Analisis matriks
TOWS menghasilkan tujuh alternatif strategi. Analisis matriks QSPM
memeringkatkan ketujuh strategi tersebut sesuai dengan daya tariknya masingmasing. Tiga alternatif strategi terbaik bagi “Erina” berdasarkan hasil analisis
matriks QSPM adalah (1) menjalin kerjasama dengan berbagai instansi
pemerintah dalam mengembangkan pasar dan menarik investor untuk
pengembangan usaha (6.3243), (2) melakukan inovasi rasa produk, kemasan, dan
mesin-mesin industri melalui kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah
(5.8290), dan (3) menggencarkan promosi produk (5.8019).
Kesimpulan utama yang dihasilkan adalah keunggulan bersaing yang akan
dibangun “Erina” yakni mempertahankan harga yang terjangkau serta inovasi
rasa dan kemasan produk. Saran penulis adalah ”Erina” dapat bekerjasama
dengan instansi pemerintah dalam menarik investor yakni perantau-perantau
sukses suku Minangkabau, menggunakan kemasan aluminium foil yang lebih
menarik dan higienis, memanfaatkan teknologi yang dikembangkan oleh
Deperindag Kota Payakumbuh yakni memvariasikan rasa durian pada galamai dan
beras rendang, menggunakan mesin-mesin produksi modern makanan tradisional
khas kota Payakumbuh, dan melakukan promosi melalui periklanan dengan
menginformasikan produknya pada koran dan majalah yang jangkauan
promosinya dalam skala nasional.
ANALISIS STRATEGI BERSAING INDUSTRI KECIL
MAKANAN TRADISIONAL KHAS KOTA PAYAKUMBUH
(Studi Kasus Industri Kecil “Erina”,
Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
VIONA MAYASARI
A14104020
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : Analisis Strategi Bersaing Industri Kecil Makanan Tradisional Khas Kota
Payakumbuh (Studi Kasus Industri Kecil ”Erina”, Kota Payakumbuh,
Propinsi Sumatera Barat).
Nama : Viona Mayasari
NRP : A14104020
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Heny. K. S. Daryanto, M.Ec
NIP 131 578 790
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP 131 124 019
Tanggal lulus :
Mei 2008
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 2008
Viona Mayasari
A14104020
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat pada tanggal
11 Januari 1987 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
Irianisman dan Nurseha, S.Pd.
Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD 17 Labuh
Basilang Kota Payakumbuh, setelah tiga tahun bersekolah disana penulis
melanjutkan pendidikan di SD 09 Ibuh Kota Payakumbuh selama dua tahun,
kemudian melanjutkan di SD 26 Bunian Kota Payakumbuh danselesai pada tahun
1998. Kemudian pendidikan di SLTP Negeri 1 Kota Payakumbuh hingga lulus
pada tahun 2001 dilanjutkan dengan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 2
Kota Payakumbuh dan menamatkannya pada tahun 2004. Pada tahun yang sama
penulis diterima sebagai mahasiswa S1 Program Studi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Semasa kuliah penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu
sebagai Staff Biro Leadership and Management KOPMA IPB (2004-2005), Staf
Departemen Kewirausahaan, Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian (MISETA) (2004-2005), Staf Departemen Keuangan KOPMA
IPB (2005-2006), Vice President of Finance, Archipelago Student CompanyUKM CENTURY IPB (2006-2007), Treasurer of CENTURY IPB pada tahun
2007-2008, dan sebagai panitia dalam berbagai kepanitiaan seminar di IPB.
Penulis juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah Sosiologi Umum pada tahun
2006-2008.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha membukakan
jalan bagi
hambaNya karena berkat rahmat, karunia, berkah, rahmah, hidayah, dan izinNya
saya dapat menyelesaikan penelitian saya yang berjudul “Analisis Strategi
Bersaing Industri Kecil Makanan Tradisional Khas Kota Payakumbuh (Studi
kasus: Industri Kecil “Erina”, Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang, ancaman, kekuatan, dan
kelemahan “Erina” serta merumuskan strategi bersaing bagi “Erina” sebagai
salah satu industri kecil penghasil makanan tradisional khas Kota Payakumbuh.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil
penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, 16 Mei 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa syukur
dan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, hidayah, petunjuk dan
pertolongan tiada hingga, semoga hamba menjadi manusia yang senantiasa
bersyukur, menghilangkan belenggu dalam diri hingga menuju fitrah
sebagai khalifahMu di dunia ini. Amin.
2. Papa, atas segala bimbingan dan prinsip hidup beliau yang senantiasa
menjadi panutan dan inspirasi bagi penulis. Mama, atas sikap hidup yang
begitu tulus dalam mencintai penulis sehingga penulis mampu melewati
saat-saat terberat dalam hidup penulis. Orangtuaku tercinta, terima kasih
untuk segala do’a, pengorbanan, motivasi, cinta, dan kasih sayang yang
tulus dan tiada hingga. I ’ll be somebody. Promise.
3. Adik-adikku tersayang, Riyant Lisano dan Wahyu Ikhsan, terima kasih
atas kasih sayang dan semangat yang diberikan pada penulis. Kakak akan
berusaha menjadi yang terbaik bagi kalian.
4. Dr. Ir. Heny. K. S. Daryanto, M.Ec sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan semangat sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji
Utama bagi penulis.
6. Dra. Yusalina, MS yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Wakil
Departemen bagi penulis.
7. Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas
bimbingan selama penulis menuntut ilmu di Perguruan Tinggi.
8. Kakek, Nenek, Pak Dang, Bunda, Pak Itiang, Mami, Ma Ita, Om Niang,
One, Bunda Niken, Tek Leni, Mak Wo, dan seluruh keluarga besar penulis
atas motivasi dan do’a tulus. Nana akan berusaha menjadi yang terbaik.
9. Ibu Hj. Ukraini serta segenap karyawan ”Erina” atas bimbingan dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian.
10. Mba Dian dan Mba Dewi atas bantuan selama penulis kuliah di Jurusan
Manajemen Agribisnis IPB.
11. Dita, Dika, Dila, Cume, Mezhot, Cimey, Ciwel, Ichank, Mas Agus dan
teman-teman Ageberz 41 atas persahabatan, kerjasama, dan motivasi
selama penulis kuliah. Semoga persahabatan kita terus berlanjut sampai
kapanpun.
12. Greenhouse’s Crew: Kak Eka, Kak Nani, Kak Rahma, Kak Mae, Kak Eva,
Kak Izah, Kak Pinkan, Mba Yuyun, Kak Isa, Kak Egi, Fitri, Evi, Ummi,
Mira, Yesti. Terimakasih telah menjadi “keluarga” selama penulis kuliah.
13. Rekan-rekan seperjuangan skripsi: Mita, Dian “Sastro”, Loci, Reni, dan
Gandhi. We will when we believe.
14. Rekan satu desa KKP: Erika, Nia, Yesi, Yani, Cecep, Yayan. Kenangan
kita di Bumiayu-Brebes akan selalu ada di hati.
15. Trisna Fajar Prasetyo, ST dan Shandy Triyana, SE sebagai sahabat, kakak,
dan inspirator bagi penulis.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga tulisan ini dapat
diselesaikan. Semoga Allah membalas segala amal kita. Amin.
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vii
viii
ix
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .................................
1
3
5
6
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Tingkat ..............
Internasional...................................................................................
2.2 Defenisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia ...........
2.3 Peranan Industri Kecil....................................................................
2.4 Makanan Tradisional......................................................................
2.5 Penelitian Terdahulu ......................................................................
8
10
12
15
18
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Manajemen Strategi .......................................................................
3.2 Hirarki Strategi...............................................................................
3.3 Strategi Generik .............................................................................
3.4 Proses Manajemen Strategi ............................................................
3.4.1 Visi dan Misi Perusahaan................................................
3.4.2 Analisis Lingkungan Perusahaan ....................................
3.4.2.1 Analisis Lingkungan Eksternal ...........................
3.4.2.2 Analisis Lingkungan Internal..............................
3.4.3 Matriks EFE dan Matriks IFE..........................................
3.4.4 Matriks Profil Persaingan (CPM) ...................................
3.4.5 Matriks Internal-Eksternal (IE) .......................................
3.4.6 Matriks TOWS ................................................................
3.4.7 Matriks QSPM ................................................................
3.5 Kerangka Pemikiran Penelitian......................................................
27
30
31
33
35
37
37
45
48
49
50
51
52
53
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
4.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..........................................
4.3.1 Analisis Deskriptif ..........................................................
4.3.2 Analisis PEST .................................................................
4.3.3 Analisis Lingkungan Industri..........................................
4.3.4 Analisis Fungsional.........................................................
56
56
58
59
59
60
60
4.3.5 Matriks EFE dan IFE ......................................................
4.3.6 Matriks Profil Persaingan................................................
4.3.7 Matriks Internal-Eksternal ..............................................
4.3.8 Matriks TOWS ................................................................
4.3.9 Matriks QSPM ................................................................
61
64
65
67
68
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ..........................................
5.2 Organisasi Perusahaan ....................................................................
5.3 Sumberdaya Perusahaan..................................................................
5.3.1 Sumberdaya Fisik............................................................
5.3.2 Sumberdaya Manusia ......................................................
5.3.3 Sumberdaya Modal .........................................................
5.4 Kegiatan Operasional ”Erina” .......................................................
5.5 Pamasaran .......................................................................................
5.6 Penelitian dan Pengembangan.........................................................
70
71
72
73
77
78
78
80
81
VI PERUMUSAN STRATEGI BERSAING
6.1 Analisis Lingkungan Umum ...........................................................
6.1.1 Politik dan Hukum ...........................................................
6.1.2 Ekonomi ...........................................................................
6.1.3 Sosial dan Budaya ............................................................
6.1.4 Teknologi .........................................................................
6.2 Analisis Industri ..............................................................................
6.2.1 Tingkat Persaingan dalam Industri ..................................
6.2.2 Ancaman Pendatang Baru ................................................
6.2.3 Ancaman Produk Pengganti.............................................
6.2.4 Daya Tawar Pemasok.......................................................
6.2.5 Daya Tawar Pembeli ........................................................
6.3 Analisis Lingkungan Internal..........................................................
6.3.1 Analisis Manajemen.........................................................
6.3.2 Analisis Pemasaran ..........................................................
6.3.3 Analisis Keuangan dan Akuntansi ...................................
6.3.4 Analisis Produksi/Operasi................................................
6.3.5 Analisis SDM ...................................................................
6.4 Ikhtisar Analisis ..............................................................................
6.4.1 Identifikasi Peluang dan Ancaman...................................
6.4.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan .............................
6.4.3 Analisis Matriks EFE .......................................................
6.4.4 Analisis Matriks Profil Persaingan (CPM) ......................
6.4.5 Analisis Matriks IFE ........................................................
6.4.6 Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE)..........................
6.4.7 Analisis Matriks TOWS...................................................
6.4.8 Analisis Matriks QSPM ...................................................
82
82
86
88
90
90
90
96
98
98
99
100
100
101
105
105
108
108
108
109
110
111
117
119
120
125
VII Kesimpulan dan Saran
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 128
7.2 Saran.............................................................................................. 129
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 131
LAMPIRAN.................................................................................................... 135
DAFTAR TABEL
Hal
1 Laju Pertumbuhan UKM Tahun 2001-2004 (Persen)...............................
2 Jumlah Perusahaan/Usaha Menurut Wilayah dan Skala Usaha................
di Kota Payakumbuh Tahun 2006.............................................................
3 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Makanan..............
Kota Payakumbuh Tahun 2006................................................................
4 Definisi dan Kriteria UKM menurut World Bank, Europa.......................
Commision, dan Jepang.............................................................................
5 Definisi UKM dan Kriteria Penggolongannya..........................................
6 Rata-Rata Struktur PDB UKM dan Besar Tahun 2001-2004 ...................
7 Sumbangan Laju PDB UKM Tahun 2001-2004.......................................
8 Penelitian-Penelitian Terdahulu ................................................................
9 Kebutuhan Data Primer.............................................................................
10 Kebutuhan Data Sekunder.........................................................................
11 Alat Bantu untuk Analisis PEST...............................................................
12 Alat Bantu untuk Analisis Lingkungan Industri .......................................
13 Alat Bantu untuk Analisis Fungsional ......................................................
14 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal/Internal Perusahaan..............
15 Matriks EFE ..............................................................................................
16 Matriks IFE ...............................................................................................
17 Matriks Profil Persaingan (CPM)..............................................................
18 Matriks TOWS ..........................................................................................
19 Matriks QSPM ..........................................................................................
20 Sumbangan Kelompok Pengeluaran thd Inflasi Nasional.........................
21 Perbandingan Harga Produk ”Erina” dengan Harga Produk ...................
Pesaingnya ................................................................................................
22 Faktor Peluang dan Ancaman ”Erina”.....................................................
23 Faktor Kekuatan dan Kelemahan ”Erina” ...............................................
24 Matriks External Factor Evaluation (EFE) ”Erina”.................................
25 Pembobotan Faktor Sukses Kritis CPM....................................................
26 Perbandingan Faktor Sukses Kritis ”Erina” terhadap Pesaingnya...........
27 Total Skor untuk Kategori Kemasan Produk ............................................
28 Total Skor untuk Kategori Pelayanan .......................................................
29 Total Skor untuk Kategori Harga..............................................................
30 Total Skor untuk Kategori Merk dan Promosi..........................................
31 Total Skor untuk Kategori Lokasi.............................................................
32 Total Skor untuk Kategori Variasi Produk yang Ditawarkan ...................
33 Skor Rataan Matriks CPM ........................................................................
34 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ”Erina”..................................
35 Matriks TOWS ”Erina”............................................................................
2
2
3
9
11
13
14
18
57
58
60
60
61
62
63
64
65
68
68
87
102
108
109
110
112
113
114
114
114
115
115
116
116
117
125
DAFTAR GAMBAR
Hal
1 Hirarki Strategi.............................................................................................. 31
2 Model Manajemen Strategis ......................................................................... 35
3 Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Kekuatan Industri....................... 42
4 Kerangka Pemikiran Penelitian..................................................................... 55
5 Matriks Internal-Eksternal ............................................................................ 66
6 Struktur Organisasi Industri Kecil ”Erina” Tahun 2008............................. 71
7 Total Omset ”Erina” Bulan Oktober 2007................................................... 89
8 Matriks IE ”Erina” ....................................................................................... 120
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jumlah dan Spesifikasi Karyawan “Erina” Tahun 2008....................
Proses Produksi Galamai dan Beras Rendang”Erina” .....................
Proses Produksi Keripik Sanjai Balado”Erina”.................................
Proses Produksi Batiah”Erina”..........................................................
Proses Produksi Karak Kaliang ”Erina”............................................
Proses Produksi Kipang ”Erina”........................................................
Daftar Produk dan Harga Produk di Kios ”Erina April 2008 ............
Kapasitas Produksi ”Erina” per Hari Tahun 2008 .............................
Pengisian Kuesioner Bobot EFE.........................................................
Pengisian Kuesioner Bobot IFE ..........................................................
Matriks EFE ”Erina”..........................................................................
Matriks IFE ”Erina”...........................................................................
Pengisian Kuesioner Bobot Matriks CPM ..........................................
Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Erina”.............................
Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Tek tam” .........................
Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Pusako Minang”............
Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Utama” ..........................
Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Gonjong Limo”..............
Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Delima SY” ....................
Matriks QSPM ”Erina”......................................................................
Produk, Proses Produksi dan Pengemasan Produk “Erina”...............
135
136
137
138
139
140
141
142
143
146
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang besar dalam
pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi
nasional dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam pendistribusian
hasil-hasil pembangunan dan merupakan motor penggerak pertumbuhan aktivitas
ekonomi nasional. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak beberapa
waktu yang lalu, banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi, akan
tetapi sektor UKM terbukti tangguh dan memiliki daya tahan yang relatif kuat
dalam menghadapi krisis tersebut (Jafar, 2004).
Menurut data BPS tahun 2003, jumlah UKM di Indonesia adalah 42 juta
unit atau 99,99 persen dari jumlah seluruh unit usaha di Indonesia. Sebanyak
99,85 persen terdiri dari skala usaha kecil dan 0,14 persen dari skala usaha
menengah . Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
usaha di Indonesia berada pada skala usaha kecil dan menengah.
UKM mengalami perkembangan yang pesat setiap tahunnya. Hal ini bisa
dilihat dari laju pertumbuhan UKM yang cenderung meningkat dalam beberapa
tahun terakhir. Berdasarkan data BPS tahun 2004, laju pertumbuhan UKM pada
tahun 2001 adalah sebesar 3,8 persen dan meningkat menjadi 5,45 persen pada
tahun 2004. Laju Pertumbuhan UKM dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Laju Pertumbuhan UKM Tahun 2001-2004 (Persen)
Jenis Usaha
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Usaha Kecil dan Menengah
Usaha Besar
Total
2001
3,45
4,64
3,80
2,98
3,45
2002
4,44
4,87
4,57
3,78
4,23
2003
4,83
5,84
5,12
3,89
4,61
2004
5,18
6,10
5,45
4,04
4,86
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2004
Payakumbuh merupakan salah satu Kota di Propinsi Sumatera Barat.
UKM berkembang pesat di Kota Payakumbuh pada beberapa tahun terakhir.
Usaha yang bergerak di bidang usaha mikro terdiri dari 10.878 unit, bidang usaha
kecil sebanyak 3.851 unit dan usaha menengah dan besar sebanyak 196 unit.
Jumlah perusahaan atau usaha menurut wilayah dan skala usaha di Kota
Payakumbuh tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Perusahan/ Usaha Menurut Wilayah dan Skala Usaha di
Kota Payakumbuh Tahun 2006
Kecamatan
Jumlah (Unit)
Usaha mikro
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Jumlah
5.275
1.606
3.997
10.878
Usaha Kecil
2.260
313
1.278
3.851
Usaha
Menengah Jumlah
& Besar
95
7.630
6
1.925
95
5.370
196 14.925
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Tenaga Kerja Kota Payakumbuh, 2006
Jumlah total usaha di Kota Payakumbuh pada tahun 2006 adalah 14.925
unit. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa usaha yang berkembang
pesat di Kota Payakumbuh didominasi oleh skala usaha mikro dan kecil yang
sebagian besar berada di Kecamatan Payakumbuh Barat.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu bentuk UKM yang berkembang pesat dan memberikan
kontribusi besar terhadap Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) adalah
UKM yang bergerak di bidang agribisnis. UKM tersebut adalah UKM yang
bergerak di bidang pengolahan dan pendistribusian makanan tradisional/makanan
khas daerah (Riaswati A, 2004).
Payakumbuh, merupakan salah satu kota di Sumatera Barat. Payakumbuh
memiliki makanan tradisional yang unik dibandingkan dengan daerah-daerah lain
di Sumatera Barat. UKM yang bergerak di bidang pengolahan
makanan
tradisional di Kota Payakumbuh pada tahun 2006 adalah sebanyak 425 unit usaha
atau sekitar 25,45 persen dari total industri. Tabel 3 menggambarkan jumlah usaha
industri pengolahan makanan Kota Payakumbuh pada tahun 2006.
Tabel. 3 Jumlah Unit Usaha Industri Pengolahan Makanan Tradisional Kota
Payakumbuh Tahun 2006
No
1
2
3
4
5
6
Jenis Industri
Industri Roti dan Sejenisnya
Industri mie, bihun, soun dan sejenisnya
Industri makanan dari kedele dan kacangkacangan
Industri kerupuk dan sejenisnya
Industri kue basah
Industri makanan yang belum termasuk
kelompok manapun
Total
Jumlah
103
9
15
234
33
31
425
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Tenaga Kerja Kota Payakumbuh, 2006
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa industri yang bergerak di bidang
pengolahan makanan tradisional khas Kota Payakumbuh sangat banyak. Masingmasing industri tersebut mengalami persaingan dalam merebut pangsa pasar.
”Erina” adalah salah satu industri kecil makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh yang berlokasi Kelurahan Parit Rantang, Kecamatan Payakumbuh
Barat, Kota Payakumbuh. Industri kecil ”Erina” menyediakan berbagai makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh, seperti beras rendang, galamai, batiah, rakik
kacang, pias kacang, dan kipang sipuluik.
Dalam menjalankan usaha makanan tradisional khas Kota Payakumbuh,
industri ”Erina” mengalami persaingan yang cukup ketat dengan industri
sejenisnya, terutama industri sejenis yang berskala mikro dan kecil. Hal ini
ditunjukkan dengan pendapatan “Erina” yang berfluktuatif. Pada tahun 2008
”Erina” hanya mengalami peningkatan keuntungan ± satu persen dimana pada
tahun-tahun sebelumnya keuntungan penjualan rata-rata bisa meningkat hingga
lima persen setiap tahunnya.
Pesaing terdekat ”Erina” adalah Delima, Tek Itam, Gonjong Limo, Pusako
Minang, Utama serta sejumlah industri kecil makanan tradisional lain di Kota
Payakumbuh yang belum memiliki merk dagang. Usaha-usaha tersebut
dikategorikan sebagai pesaing utama ”Erina” karena memproduksi produk yang
relatif sama dalam skala usaha yang hampir sama serta memiliki lokasi usaha
yang saling berdekatan antara satu usaha dengan usaha lainnya.
Menurut Pearce dan Robinson (1997), industri membutuhkan strategi yang
sesuai dengan kondisi industri untuk dapat bertahan di pasar, dapat menghadapi
persaingan, ancaman, dan peluang pasar. Dalam memformulasikan strategi yang
tepat, industri harus dapat mengevaluasi kekuatan dan kelemahan lingkungan
internalnya dan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang datang dari
lingkungan eksternal industri itu. Strategi yang paling tepat bagi suatu industri
adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi industri yang
terdiri dari kekuatan dan kelemahan untuk untuk memanfaatkan peluang dan
mengantisipasi ancaman yang ada di dalam lingkungan yang selalu berubah dan
semakin kompetitif (David, 1998).
”Erina” harus mengetahui kekuatan dan kelemahannya dibandingkan
dengan pesaing-pesaing utamanya. “Erina” juga harus mengetahui kekuatan dan
kelemahan utama pesaingnya sehingga “Erina” dapat merumuskan keunggulan
bersaing relatif terhadap pesaing-pesaingnya untuk merebut pangsa pasar.
Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan “Erina” dan pesaingnya dapat
dirumuskan pada posisi bersaing “Erina” dalam faktor-faktor sukses kritis yang
mempengaruhi industri kecil makanan tradisional khas kota Payakumbuh.
Bagi ”Erina”, strategi bersaing yang baik akan sangat membantu mereka
menciptakan keunggulan bersaing yang mampu menghasilkan laba yang tinggi
secara berkelanjutan (sustainable). Berdasarkan hal tersebut, ”Erina” harus
melakukan
penetapan
strategi
bersaing
yang
tepat
untuk
mendukung
perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Masalah yang dibahas
dalam penelitian ini yaitu:
1. Apa saja faktor eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi
”Erina”?
2. Apa saja faktor internal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan bagi
”Erina”?
3. Bagaimana posisi bersaing ”Erina” dibandingkan dengan pesaing utamanya?
4. Apa alternatif strategi bersaing ”Erina” untuk menjalankan usahanya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Melakukan identifikasi faktor eksternal peluang dan ancaman yang
mempengaruhi posisi persaingan ”Erina”.
2. Melakukan identifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan yang
mempengaruhi posisi persaingan ”Erina”.
3. Mengetahui posisi bersaing ”Erina” bila dibandingkan dengan pesaing
utamanya.
4. Menentukan alternatif strategi yang dapat dipilih oleh ”Erina” untuk
menjalankan usahanya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan:
1. Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan
masukan dalam menjalankan usaha dengan menerapkan sistem manajemen
yang strategis.
2. Penulis, bagi penulis penelitian ini adalah kesempatan untuk mengamalkan
ilmu yang penulis dapat di bangku kuliah, belajar memahami dan
menyelesaikan persoalan manajemen dalam dunia bisnis yang sebenarnya.
3. Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, dan
dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan,
khususnya mengenai strategi bersaing industri kecil di bidang makanan
tradisional khas daerah.
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian.
Penelitian ini dibatasi hanya pada tahap pertama proses manajemen
strategi dengan menggunakan metode tahap pemasukan (input stage) dan tahap
pemanduan (matching stage). Hasil dan formulasi strategi ini dimaksudkan untuk
memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam
melakukan perencanaan, sedangkan tahap implementasi dan tahap evaluasi
strategi di perusahaan merupakan wewenang penuh manajemen perusahaan.
Penelitian ini juga tidak membahas masalah yang terkait dengan proses dan
pengembangan produksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Tingkat Internasional
Singapura mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30
% pemegang saham lokal serta aset produktif tetap (Fixed Productive Asset) di
bawah SG $ 15 juta (sebanding dengan US $ 8,7 juta). Untuk perusahaan jasa,
jumlah
karyawannya
minimal
200
orang.
Sedangkan
Korea
Selatan
mendefinisikan UKM sebagai usaha yang jumlah karyawannya di bawah 300
orang dan jumlah aset kurang dari US$ 60 juta.1
Malaysia menetapkan definisi UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah
karyawan yang bekerja penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang
modal pemegang sahamnya kurang dari M$ 2,5 juta (sebanding dengan US$ 6.6
juta) berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, MYR = 0,26 USD. Defenisi ini masih
dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
ƒ
Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan antara 5-50
orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M$ 500 ribu
(atau sebanding dengan US$ 132 ribu).
ƒ
Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan antara 5075 orang atau jumlah modal saham antar M$ 500 ribu-M$ 2,5
juta.2
World Bank, membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu Medium
Enterprise, Small Enterprise, dan Micro Enterprise. Europa Commision,
membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu: Medium-Sized Enterprise, Small-Sized
Enterprise, dan Micro-Sized Enterprise. Sedangkan Jepang, membagi UKM
1
2
UKM di Indonesia. Sri Adingsih, www.lfip.org. 2002 Diakses Tanggal 10 Januari 2008
UKM di Indonesia. Sri Adingsih, www.lfip.org. 2002 Diakses Tanggal 10 Januari 2008
dalam empat kategori, yaitu: Mining and Manufacturing, Wholesale, Retail, dan
Services.3
Tabel. 4 Definisi dan Kriteria UKM menurut World Bank, Europa
Commision, dan Jepang
Kategori
World Bank
Kriteria
Jumlah karyawan maksimal 300 orang
Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
Small Enterprise
Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta
Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
Micro Enterprise
Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu
Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
Europa Commision Medium-Sized Enterprise Jumlah karyawan kurang dari 250 orang
Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta
(sebanding dengan $ 58.5 juta),
berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1.17
USD
Jumlah aset tidak melebihi $ 43 juta
(sebanding dengan $ 50.3 juta)
Small-Sized Enterprise
Jumlah karyawan kurang dari 50 orang
Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta
(sebanding dengan $ 11,7 juta)
Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta
(sebanding dengan $ 15,2 juta)
Micro-Sized Enterprise
Jumlah karyawan kurang dari $ 10 juta orang
Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta
(sebanding dengan $ 2,3 juta)
Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta
Jepang
Mining and Manufacturing Jumlah karyawan maksimal 300 orang
Jumlah modal saham sampai sejumlah ¥ 300 juta
(atau sebanding dengan US$ 2,5 juta)
Wholesale
Jumlah karyawan maksimal 100 orang
Jumlah modal saham sampai sejumlah ¥ 100 juta
(atau sebanding dengan US$ 840 ribu)
Retail
Jumlah karyawan maksimal 54 orang
Jumlah modal saham sampai ¥ 50 juta
(atau sebanding dengan US$ 420 ribu)
Services
Jumlah karyawan maksimal 100 orang
Jumlah modal saham sampai sejumlah ¥50 juta
(atau sebanding dengan US$ 420 ribu)
3
Medium Enterprise
UKM di Indonesia. Sri Adingsih, www.lfip.org. 2002 Diakses Tanggal 10 Januari 2008
2.2 Definisi Usaha Kecil dan Menegah (UKM) di Indonesia
Menurut BPS (1998), industri pengolahan adalah suatu kegiatan
perekonomian yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik,
kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang yang lebih tinggi nilainya,
dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk
dalam kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). Industri adalah
suatu usaha dalam perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Adapun pengertian industri kecil yaitu suatu
kegiatan industri yang menghasilkan barang-barang melalui proses pengolahan
dengan menggunakan keterampilan atau teknologi sederhana, madya, dan modern.
Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995 tentang pembinaan usaha
kecil 4, memberikan definisi industri kecil adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Miliar.
3. Dimiliki atau dikelola oleh Warga Negara Indonesia (WNI).
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.
5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum atau usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
4
Kualitas UKM. Muhammad Jafar Hafsah, www.smecda.com 2002 Diakses Tanggal 10 Januri 2008
Tabel. 5 Definisi UKM dan Kriteria Penggolongannya
Sumber
BPS Tahun 2004
Kriteria Penggolongan UKM
Berdasarkan jumlah tenaga kerja
Industri kerajinan rumah tangga
(jumlah pekerja 1-4 orang)
Industri kecil
(jumlah pekerja 5-19 orang)
Industri menengah
(jumlah pekerja 20-99 orang)
Industri besar
(jumlah pekerja 100 orang atau
lebih)
Deperindag Tahun 1993 Berdasarkan produk yang
Industri kecil pengolahan pangan
dihasilkan
Industri sandang pangan dan kulit
Industri kecil kimia dan bangunan
Industri kecil kerajinan dan umum
Deperindag Tahun 1993 Berdasarkan tipe industri dan
Industri kecil tersier
penggunaan teknologi
(teknologi yang sederhana)
Industri kecil modern
(teknologi madya)
Industri kerajinan
(teknologi sederhana atau madya)
Sumber : Badan Pusat Statistik (2004) dan Deperindag (1993)
Sementara itu, menurut UU No.10 tahun 1999, usaha menengah adalah
entitas usaha dengan aset bersih Rp. 200 juta sampai Rp 1 miliar termasuk tanah
dan bangunan. Sedangkan menurut Keputusan Menperindag (Kepmenperindag)
No.257/MPP/KEP/7/1997 menyebutkan bahwa yang termasuk dengan industri
kecil dan menengah adalah usaha dengan nilai investasi maksimal Rp. 5 miliar
termasuk tanah dan bangunan.5
Tambunan (1997), membedakan pengertian antara industri rumah tangga
(RT) dengan industri kecil. Industri RT dikelompokkan sebagai industri yang
memakai tenaga kerja keluarga dan tidak dibayar, tidak mempunyai tempat kerja
khusus, biasanya digabungkan dengan RT itu sendiri dan teknologi yang
digunakan adalah teknologi yang sederhana (tradisional). Sementara industri kecil
adalah industri dengan sifat-sifat tempat produksi terpisah dari rumah, tetapi
5
UKM di Indonesia. Sri Adingsih, www.lfip.org. 2002 Diakses Tanggal 10 Januari 2008
masih dalam lingkungan halaman dengan menggunakan tenaga kerja yang digaji
dan teknologi serta metode yang digunakan lebih maju dibandingkan dengan
industri RT.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka “Erina” dapat digolongkan
menjadi industri kecil yang bergerak di bidang pengolahan, karena industri kecil
“Erina” berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, tidak dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk usaha
perseorangan.
2.3 Peranan Industri Kecil
Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu
simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan di suatu negara. Selain itu,
industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat ke arah
kemakmuran, serta dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin
menyempit pada sektor pertanian (Akmal, 2006).
Implikasi lain yang menyatakan bahwa industri sangat penting untuk
dikembangkan yaitu karena penanaman modal di sektor industri dinilai sangat
menguntungkan dibandingkan dengan sektor pertanian yang dinilai kurang
menguntungkan dan lambat pertumbuhannya. Demikian halnya dengan
keberadaan industri kecil di suatu negara khususnya negara berkembang lebih
memberikan peranan yang besar terutama dalam masalah-masalah yang
berhubungan dengan ekonomi dan sosial dalam negeri (Akmal, 2006).
Menurut
Sriyana (2007), perkembangan sektor UKM yang pesat
tercermin dari kontribusi mereka dalam berbagai indikator ekonomi yaitu
perannya dalam peningkatan PDB, jumlah unit usaha yang terbentuk, dan dalam
penyerapan tenaga kerja.
a. Peranan terhadap Peningkatan PDB
Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan
besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.138 triliun, sedangkan atas
dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 276 triliun, dengan pertumbuhan mencapai
5,45 persen terhadap tahun 2003 dimana laju pertumbuhannya selalu bergerak
lebih tinggi dibandingkan dengan total PDB nasional sebesar 4,86 persen. Ratarata struktur PDB usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar tahun 2001-2004
(%) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel. 6 Rata-rata Struktur PDB UKM dan Besar Tahun 2001-2004 (Persen)
LAPANGAN USAHA
Kecil
1. Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pegolahan
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
9. Jasa-jasa
PDB
PDB TANPA MIGAS
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2004
Rata-Rata Tahun 2001-2004
Menengah Besar Jumlah
85,89
9,05
5,06
100,00
7,42
14,95
0,54
43,57
3,09
12,80
7,34
22,61
89,49
72,25
92,12
33,82
100,00
100,00
100,00
100,00
75,19
35,35
16,17
21,06
26,40
46,32
3,75
38,25
37,51
100,00
100,00
100,00
35,78
40,65
46,00
7,22
15,39
17,27
57,00
43,96
36,73
100,00
100,00
100,00
Bila dilihat berdasarkan skalanya, sumbangan pertumbuhan PDB UKM
lebih tinggi dibandingkan sumbangan pertumbuhan usaha besar. Pada tahun 2004
pertumbuhan UKM menjadi 2,85 persen dari total 4,86 persen pertumbuhan
ekonomi nasional. Sumbangan laju PDB UKM tahun 2001-2004 dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel. 7 Sumbangan Laju PDB UKM Tahun 2001-2004 (Persen)
Jenis Usaha
2001
2002
2003
Usaha Kecil
1,42
1,74
1,90
Usaha Menengah
0,58
0,72
0,79
Usaha Kecil dan Menengah
2,00
2,46
2,69
Usaha Besar
1,46
1,78
1,92
2004
2,01
0,84
2,85
2,01
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2004
Berdasarkan data BPS, nilai PDB UKM pada tahun 2006 berdasarkan
harga berlaku mencapai Rp.287,7 triliun atau naik 19,3 persen dari Rp.1.491
triliun pada tahun 2005 menjadi Rp.1.778 triliun.
b.Peranan terhadap Jumlah Unit Usaha yang Terbentuk
Jumlah UKM pada tahun 2003 adalah 42,4 juta unit atau naik 9,5 persen
dari tahun 2000. Pada tahun 2006, jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit,
meningkat 3,9 persen dari tahun sebelumnya atau mencapai 99,98
persen
terhadap total unit usaha di Indonesia. Dari jumlah tersebut, usaha kecil berjumlah
48,8 juta unit dan usaha menengah 106,8 ribu unit.
c. Kontribusi dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut data BPS tahun 2006, usaha kecil menyerap 80,9 juta pekerja dan
usaha menegah 4,5 juta pekerja. Jika ditotalkan dari jumlah pekerja berdasarkan
semua skala, UKM menyerap 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia.
Jumlah itu naik 2,2 juta pekerja setara 2,6 persen dibandingkan dengan tahun
2005.
2.4 Makanan Tradisional
Setiap daerah mempunyai ciri dan karakter tersendiri yang membedakan
antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Ciri dan karakter yang
membedakan itu dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, sosial, dan budaya.
Perbedaaan tersebut secara jelas tampak dan tercermin dari sikap dan perilaku
warga masyarakat yang bersangkutan, termasuk jenis makanan yang dikonsumsi.
Makanan dan minuman erat sekali kaitannya dengan tradisi suatu masyarakat,
oleh karena itu makanan dan minuman tersebut disebut makanan khas daerah atau
makanan tradisional (Hadisantoso, 1993).
Makanan tradisional adalah makanan dan minuman termasuk makanan
jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan telah lama
berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia. Pada umumya,
makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat
dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal yang memiliki cita rasa
yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat (Prasetya, 2007).
Makanan tradisonal mempunyai khasiat bagi kesehatan. Makanan
tradisional dapat dikategorikan sebagai makanan fungsional. Hal ini dapat dilihat
dari sifatnya yaitu mempunyai karakteristik sensori, bergizi, dan mempunyai sifat
fisiologis berkhasiat bagi kesehatan. Menurut Khomsan (1998), makanan
tradisional merupakan beragam jenis makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat
menurut golongan suku bangsa dan wilayah-wilayah spesifik berdasarkan kepada
salah satu kriteria berikut, yaitu:
1. Diolah menurut resep-resep makanan atau masakan atau komposisi bumbu
yang telah dikenal dan diterapkan secara turun temurun dalam sistem
sosial keluarga atau masyarakat bersangkutan.
2. Bahan-bahan baku tersedia setempat, baik merupakan usaha tani sendiri
maupun yang tersedia dalam sistem pasar setempat.
3. Cara pengolahannya spesifik menurut cara-cara yang telah dikembangkan
oleh masyarakat setempat.
Tjahyadi (1994) mengungkapkan bahwa makanan dan minuman
tradisional Indonesia dapat dibedakan dari makanan asing karena nama, bahan
dasar termasuk bumbu maupun kondisi zat gizinya. Makanan asing yang ada di
Indonesia umumnya mahal dan bersifat siap saji, kurang sehat dan memiliki kadar
kolesterol yang tinggi. Komposisi makanan utama tradisional Indonesia umumnya
kaya karbohidrat, serat maupun bumbu, sedangkan makanan asing kaya akan
lemak dan natrium.
Saat ini makanan tradisional telah menyebar hampir merata ke seluruh
penjuru tanah air, seiring dengan mobilitas penduduk yang tinggi serta sarana
perhubungan yang baik. Meskipun telah terkenal ke segala penjuru tanah air,
tetapi karena teknologi dan manajemen pemasaran yang masih tradisional,
pengembangannya masih kalah dari makanan impor (Hadisantoso, 1993).
Menurut Hadisantoso (1993), masalah yang ditemui berkaitan dengan
makanan tradisional antara lain:
1. Kecenderungan makanan tradisional Indonesia tersisih dengan munculnya
makanan asing.
2. Banyak produk makanan tradisional dikembangkan belum dengan
profesional.
3. Banyak produk makanan tradisional hampir belum disentuh oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi, menghasilkan produk yang sehat, bergizi,
higienis, aman, dan bermutu sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
4. Belum semua produk rumah tangga yang tergabung dalam suatu asosiasi
sehingga menyulitkan dalam pembinaannya di lapangan.
Menurut Khomsan (1998), ada beberapa alasan mengapa makanan
tradisional perlu dipertahankan bahkan dilestarikan, diantaranya:
1. Dari sudut pandang sistem budaya
Kekhususan makanan menurut golongan etnik dan wilayah bersifat
memperkaya khasanah ragam makanan Indonesia. Kondisi ini penting
dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata.
2. Dari sudut pandang kelestarian lingkungan
Penggunaan bahan-bahan makanan yang tersedia setempat, termasuk dari
usahatani sendiri dapat bersifat mempertahankan kondisi keseimbangan
ekosistem.
3. Dari sudut pandang ekonomi dan sumberdaya keluarga
Penggunaan bahan-bahan makanan usaha tani sendiri dan yang tersedia
setempat dapat lebih dihemat.
4. Dari sudut pertanian
Makanan tradisional dapat memberikan peluang yang luas bagi usaha tani
kultur majemuk, khususnya tanaman pangan beranekaragam.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan pendekatan manajemen strategis untuk
menganalisis strategi bersaing suatu perusahaan telah banyak dilakukan, namun
untuk komoditas yang berbeda dan alat analisis yang berbeda. Penelitianpenelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
8.
Tabel. 8 Penelitian-Penelitian Terdahulu
No.
1
Penulis
Etriya
Tahun
2000
Judul
Analisis Strategi Bersaing
Komoditi Sayuran di PT.X,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
2
H.R. Natalia
2002
Kajian Strategi Bersaing
Perusahaan Lettuce di PT XYZ,
Kabupaten Sukabumi, Propinsi
Jawa Barat
3
I.Budiman
2004
Analisis Strategi Bersaing Obat
Tradisional: Studi Kasus di Taman
Sringanis Desa CimanengahCipaku, Kota Bogor, Jawa Barat
4
D.W.Okta
2004
5
W.R.Agustina
2004
6
A.AlMuttaqien
2007
Analisis Formulasi Bersaing
Minuman Sari Buah Sirsak PT.
Minuman SAP dalam Menghadapi
Persaingan Industri Minuman
Ringan
Analisis Strategi Pemasaran
Makanan Tradisional Gepuk dan
Ikan Balita Khas Bogor Merek
Karuhun pada PT Intrafood
Citarasa Nusantara, Bogor, Jawa
Barat
Analisis Strategi Bersaing
Agrowisata Vin's Berry Park Desa
Jambudipa, Kecamatan CisaruaLembang, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat
Alat Analisis
Internal Factor Analysis (IFE)
Eksternal Factor Analysis (EFE)
Internal-Eksternal Matriks (IE)
SWOT Matriks
Analitical Hierarchy Process
(AHP)
Internal Factor Analysis (IFE)
Eksternal Factor Analysis (EFE)
Internal-Eksternal Matriks (IE)
SWOT Matriks
QSPM Matriks
Internal Factor Analysis (IFE)
Eksternal Factor Analysis (EFE)
Competitive Profile Matriks
(CPM)
Internal-Eksternal Matriks (IE)
SPACE Matriks
Internal Factor Analysis (IFE)
Eksternal Factor Analysis (EFE)
SWOT Matriks
QSPM Matriks
Internal Factor Analysis (IFE)
Eksternal Factor Analysis (EFE)
Internal-Eksternal Matriks (IE)
SWOT Matriks
Analitical Hierarchy Process
(AHP)
Internal Factor Analysis (IFE)
Eksternal Factor Analysis (EFE)
Internal-Eksternal Matriks (IE)
Competitive Profile Matriks
(CPM)
SWOT Matriks
QSPM Matriks
Etriya (2001) menganalisis strategi bersaing komoditi sayuran di PT. X,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT. X merupakan perusahaan agribisnis sayuran
dengan teknik budidaya hidroponik dan melakukan penjualan di dalam dan di luar
negeri, negara tujuan ekspornya adalah Taiwan, Hongkong, dan Jepang.
Faktor-faktor utama yang menjadi kekuatan internal perusahaan adalah
loyalitas karyawan yang tinggi dan hubungan kekeluargaan yang erat, besarnya
pangsa pasar dalam negeri, produk berkualitas dan kontinu. Faktor kelemahan
perusahaan di antaranya adalah dominasi pimpinan dalam mengambil keputusan
dan kecilnya pangsa pasar di negara tujuan ekspor. Analisis lingkungan eksternal
menunjukkan bahwa terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan di
antaranya adalah permintaan akan sayur yang tinggi, adanya tren pola hidup sehat,
hubungan baik serta kepercayaan yang tinggi dari pelanggan. Faktor eksternal
yang menjadi ancaman bagi perusahaan adalah fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap dolar, persaingan di pasar bebas, dan pemberlakuan PPN 10 persen untuk
pertanian.
Hasil matriks IE pada PT. X berada pada sel IV dengan strategi grow and
build. Matriks SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan
PT. X dengan mengunakan metode PHA dapat dilakukan prioritas strategi yang
akan diimplementasikan. Prioritas pertama strategi PT X adalah ekspansi pasar
dalam negeri ke kota besar daerah tujuan wisata.
Natalia (2002) menganalisis strategi bersaing perusahaan lettuce di PT.
XYZ, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Hasil analisis lingkungan
eksternal menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi peluang di antaranya
adalah permintaan akan lettuce yang tinggi, serta peluang pasar domestik dan
ekspor masih terbuka luas. Faktor ancaman adalah persaingan ketat dalam pasar
bebas (AFTA) dan kondisi politik serta keamanan yang tidak stabil.
Faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah kekuatan tawar menawar
perusahaan yang cukup kuat, loyalitas karyawan serta produk yang berkualitas
dan kontinu. Faktor kelemahan dari PT. XYZ adalah daerah pemasaran yang
masih terbatas dan juga fasilitas Research and Development (R&D) yang terbatas.
Hasil matriks IE menunjukkan bahwa posisi perusahaan saat ini ada pada kuadran
IV atau pada posisi tumbuh dan bina.
Pendekatan matriks SWOT pada PT. XYZ menghasilkan 12 alternatif
strategi yang kemudian disederhanakan menjadi tujuh strategi yang benar-benar
relevan dengan kondisi dan kemampuan perusahaan saat ini. Berdasarkan matriks
QSPM, strategi yang menjadi prioritas utama dengan bobot 7,066 adalah menjalin
kerjasama dengan distibutor untuk memperluas daerah pemasaran.
Budiman (2004) menganalisis strategi bersaing obat tradisional di Taman
Sringanis Desa Cimanengah-Cipaku, Kota Bogor, Jawa Barat. Kekuatan internal
yang dimiliki oleh Taman Sringanis adalah kualitas produk yang baik, produk
inovatif sesuai kebutuhan, produk yang informatif, harga relatif murah, citra baik
di mata konsumen, manajemen kebersamaan dan keterbukaan, loyalitas dan rasa
memiliki dari karyawan, kapasitas produksi yang meningkat, penjualan yang
semakin meningkat, penggunaan model pribadi, hubungan baik dengan pemasok
dan mitra tani, dan hubungan baik dengan instansi pemerintah.
Faktor kelemahan Taman Sringanis adalah: manajemen yang sederhana,
terjadi tumpang tindih jabatan, misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba,
pemasaran dan jalur distribusi yang terbatas, peningkatan total biaya produksi,
sistem pembukuan yang belum baik, dan keterbatasan tingkat pendidikan
karyawan. Nilai total skor IFE (Internal Factor Evaluation) Taman Sringanis
adalah 3,1703 yang menunjukkan bahwa Taman Sringanis berada dalam kondisi
internal yang kuat.
Hasil analisis lingkungan eksternal Taman Sringanis mengidentifikasikan
tujuh faktor peluang dan sembilan faktor ancaman. Faktor peluang yang dihadapi
Taman Sringanis adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik,
peningkatan nilai konsumsi rumah tangga, pertumbuhan jumlah penduduk,
Undang-Undang otonomi daerah, perkembangan teknologi informasi, peluang
ekspor yang semakin besar, dan trend back to nature. Faktor ancaman bagi Taman
Sringanis adalah situasi politik dan stabilitas negara, laju inflasi, adanya produk
substitusi, kenaikan TDL dan BBM, peningkatan jumlah pelaku industri, fluktuasi
harga dan kontinuitas bahan baku, ancaman pendatang baru, kekuatan pembeli
untuk memilih, dan bertambahnya produk impor. Total skor matriks EFE adalah
2,3840 yang menunjukkan bahwa Taman Sringanis memiliki kemampuan ratarata dalam memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dari lingkungan
eksternal.
Hasil matriks CPM menunjukkan bahwa nilai total skor yang diperoleh
Taman Sringanis adalah 2,1709 sedangkan untuk Karyasari adalah 3,0130. Angka
tersebut menunjukkan bahwa Karyasari lebih unggul dibandingkan dengan Taman
Sringanis, namun tidak dapat diartikan bahwa Karyasari 80 persen lebih bagus
dari pada Taman Sringanis.
Matriks IE menggambarkan posisi Taman Sringanis saat ini yaitu pada
kotak IV di kuadran matriks IE. Strategi yang dilakukan perusahaan dalam posisi
kuadran IV adaah strategi pertumbuhan dengan alternatif strategi berupa strategi
intensif dan strategi integratif. Berdasarkan analisis-analisis di atas strategi yang
dapat dilakukan Taman Sringanis untuk mengimbangi strategi yang telah
dilakukan Karyasari sebagai pesaing utama adalah dengan cara membuka cabang
baru di tempat-tempat yang strategis.
Okta (2004) meneliti tentang Analisis Strategi Formulasi Bersaing
Minuman Sari Buah Sirsak pada PT. Minuman SAP dalam Menghadapi
Persaingan Industri Minuman Ringan. Akar masalah yang diangkat dari penelitian
ini adalah terjadinya penurunan penjualan produk perusahaan. Untuk merumuskan
strategi yang tepat, maka dilakukan analisis peluang dan ancaman dari lingkungan
internal dan eksternal perusahaan. Analisis dilakukan dengan matriks IFE, EFE,
dan IE. Matriks IE dilengkapi dengan matriks SWOT dalam mencari alternatif
strategi. Untuk memperoleh prioritas strategi dilakukan dengan matriks QSPM.
Hasil analisis memberikan gambaran tentang kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Kekuatan yang dimiliki seperti produk yang berkualitas,
lokasi bisnis yang strategis, kapasitas produksi yang cukup besar, pengiriman
yang tepat waktu, SDM berkualitas, SIM efektif, modal yang memadai, akses
bahan baku kuat, dan harga produk yang bersaing. Kelemahan yang diperoleh dari
analisis adalah promosi rendah, penguasaan teknologi kurang, kapasitas produksi
yang tidak digunakan secara optimal, merek belum terkenal, dan jaringan
distribusi belum luas.
Peluang yang ada bagi perusahaan seperti meningkatnya konsumsi
minuman sari buah, adanya subsidi BBM, turunnya suku bunga kredit, kondisi
ekonomi dan politik mendukung, dan hambatan masuk industri tinggi. Ancaman
meliputi kebijakan pemerintah daerah untuk menaikkan tarif air bersih,
pekembangan teknologi yang mudah diikuti pesaing, jumlah pesaing semakin
banyak, produk substitusi yang sudah dikenal masyarakat, dan karakteristik
pesaing yang agresif dan inovatif.
Pembobotan diakukan pada analisis IFE, menghasilkan skor 3,02, dan
matriks EFE 2,063. Analisis matriks IE memberikan posisi perusahaan pada sel
IV yaitu strategi tumbuh dan bina. Analisis SWOT menghasilkan tujuh alternatif
strategi dilanjutkan dengan analisis QSPM. Hasil analisis memberikan prioritas
strategi bersaing yang harus diterapkan perusahaan yaitu memanfaatkan kemajuan
teknologi pengemasan dalam meningkatkan keungggulan bersaing serta
memperluas jaringan distribusi.
Agustina (2004) menganalisis Strategi Pemasaran Makanan Tradisional
Gepuk dan Ikan Balita Khas Bogor Merek Karuhun Pada PT Intrafood Citarasa
Nusantara, Bogor, Jawa Barat. Menurut hasil analisis faktor eksternal perusahaan
dengan matriks EFE berdasarkan nilai bobot tertinggi, maka faktor strategis
eksternal yang menjadi peluang terpenting yaitu loyalitas konsumen terhadap
merek cukup tinggi. Sedangkan faktor strategis eksternal yang dapat menjadi
ancaman terbesar keberadaan perusahaan yaitu tingginya tingkat inflasi,
ketidakstabilan kondisi politik, keamanan, perekonomian Indonesia, dan musim
mempengaruhi persediaan bahan baku.
Dari hasil identifikasi tersebut, perusahaan memiliki kondisi internal yang
tergolong sedang dan memiliki kemampuan tergolong tinggi dalam merespon
kondisi eksternal. Hal ini ditunjukkan dengan total skor matriks IFE sebesar 2,531
dan total skor matriks EFE sebesar 3,258. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
matriks IFE dan EFE, maka matriks IE menempatkan perusahaan pada sel II.
Posisi ini menggambarkan bahwa perusahaan dalam kondisi internal rata-rata dan
respon perusahaan terhadap faktor eksternal yang dihadapi tergolong tinggi.
Strategi yang dapat dilaksanakan yaitu strategi intensif dan srategi integrasi.
Alternatif strategi pemasaran yang diperoleh dari matriks SWOT terdiri
atas: (1) menciptakan brand image bahwa gepuk dan ikan balita khas Bogor
adalah Gepuk dan Ikan Balita Karuhun serta mengorientasikan perusahaan
sebagai market leader, (2) meningkatkan kualitas produk, (3) memperluas pangsa
pasar dengan melakukan penetrasi pasar, (4) meningkatkan hubungan dan
pelayanan yang lebih baik dengan konsumen, (5) pembenahan manajemen dan
SDM, (6) pembentukan dan perekrutan karyawan bagian pemasaran, (7)
memanfaatkan kemajuan dan perkembangan teknologi tepat guna, dan (8)
meningkatkan kegiatan promosi.
Berdasarkan hasil analisis PHA, maka diperoleh strategi pemasaran bagi
PT Intrafood. Strategi pemasaran jangka pendek yang disarankan bagi PT
Intrafood yaitu perusahaan memfokuskan diri dalam pembenahan kondisi internal,
terutama peningkatan kualitas produk dan pelayanan kepada kosumen serta
pembenahan manajemen dan SDM. Peningkatan kegiatan promosi yang lebih
agresif dan intensif dapat menjadi strategi pemasaran jangka menengah.
Sedangkan strategi pemasaran jangka panjang bagi perusahaan yatiu strategi
penetrasi pasar (membuka cabang baru /franchise).
Al Muttaqien (2007) menganalisis strategi bersaing agrowisata Vin’s Berry
Park Desa Jambudipa Kecamatan Cisarua-Lembang Kabupaten Bandung Jawa
Barat. Perumusan strategi bersaing dilakukan dengan pendekatan manajemen
strategis. Analisis Matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui faktor
eksternal dan internal yang mempengaruhi posisi persaingan Vin’s Berry Park.
Berdasarkan hasil analisis mariks EFE diketahui bahwa peluang utama
bagi Vin’s Berry park adalah tren back to nature (0,2241), sedangkan ancaman
utama bagi Vin’s Berry Park adalah tingkat persaingan yang tinggi (0,1802).
Analisis matriks IFE menunjukkan bahwa unggul dalam budidaya stroberi
(0,2173) adalah kekuatan utama Vin’s Berry Park, sedangkan kelemahan
utamanya adalah promosi belum optimal (0,1030).
Analisis matriks CPM membandingkan kekuatan Vin’s Berry Park relatif
terhadap enam pesaing utamanya yakni Little Farmers, Kavling Stroberi, Rumah
Stroberi, Spirit Camp, Pesona Strawberry dan Strawberry Land. Hasilnya
menunjukkan bahwa Vin’s Berry Park memiliki keunggulan dalam jasa agro dan
kelemahan dalam harga jika dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Secara
total Vin’s Berry Park masih berada di bawah Litte Farmers, Rumah Stoberi, dan
Spirit Camp.
Analisis Matriks IE menunjukkan bahwa Vin’s Berry Park berada pada
kuadran V yakni ”pertahankan dan pelihara”, strategi yang cocok adalah strategi
pengembangan produk dan penetrasi pasar. Dari analisis matriks EFE, IFE, CPM,
dan IE didapatkan strategi bersaing total yakni ”menjadi agrowisata stroberi
dengan muatan edukasi dan entertainment yang dapat diperoleh dengan harga
terjangkau”. Strategi ini akan memberi dasar dan arah bagi pengembangan strategi
pada matriks TOWS dan matriks QSPM. Dari analisis matriks TOWS dan QSPM,
maka strategi bersaing yang dipilih adalah menciptakan paket agrowisata dengan
muatan edukasi yang lebih baik dan menarik.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat dianalisis dengan menggunakan
matriks Internal Factor Analysis (IFE) sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi perusahaan dianalisis dengan menggunakan Eksternal Factor
Analysis (EFE). Selanjutnya tahap pencocokan dianalisis dengan menggunakan
matriks Internal-Eksternal (IE). Strategi keputusan dapat dirumuskan dengan
TOWS matriks, sementara Budiman (2004) merumuskan strategi dengan
menggunakan
SPACE Matriks. Al-Muttaqien (2007) dan Budiman (2004)
menggunakan Competitive Profile Matriks (CPM) untuk menganalisis informasi
persaingan yang dihadapi perusahaan. Kebijakan pada tahap akhir dapat
dirumuskan dengan menggunakan QSPM matriks. Sementara Etriya (2004) dan
W.R. Agustina (2004) merumuskan keputusan akhir dengan menggunakan
Analytical Hierarchy Process (AHP).
Metode penelitian saya adalah metode deskriptif dan kuantitatif, dimana
kekuatan dan kelemahan perusahaan dianalisis dengan matriks IFE, peluang dan
ancaman yang mempengaruhi perusahaan dianalisis dengan matriks EFE. Posisi
perusahaan dalam faktor-faktor strategis relatif terhadap pesaing-pesaingnya
dianalisis dengan menggunakan matriks CPM seperti metode yang digunakan
oleh Budiman (2004) dan Al-Muttaqien (2007). Perumusan strategi bersaing
perusahaan dianalisis dengan menggunakan matriks IE, TOWS, dan QSPM.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Manajemen Strategis
Menurut Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategis adalah
sekumpulan keputusan dan tindakan yang terangkum dalam formulasi dan
implementasi dari rencana yang dirancang untuk mencapai tujuan dan sasaran
perusahaan. Sedangkan manajemen strategis menurut David (2004) adalah seni
dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsional yang membuat perusahaan mampu mencapai
objektifnya. Fokus manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen,
pemasaran,
keuangan
atau
akuntansi,
produksi-operasi,
penelitian
dan
pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasi.
Menurut Pearce dan Robinson (1997) sasaran-sasaran perusahaan terdiri
dari sembilan tugas penting, yaitu:
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang
maksud keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal).
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern
dan kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun
faktor-faktor kontekstual umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber dayanya
dengan lingkungan ekstern.
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi
setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum
(grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang
sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategis dengan cara mengalokasikan
sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas,
SDM, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategis sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.
Strategi merupakan rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan
dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu
dapat dicapai melalui pelaksanaan strategi yang tepat oleh organisasi. Sedangkan
manajemen strategi meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan
pengendalian atas keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perusahaaan yang
berkaitan dengan strategi (Jauch dan William, 1996).
Tiga hal yang menentukan keberhasilan organisasi menurut Pearce dan
Robinson (1997) yaitu: (1) strategi harus konsisten dengan kondisi lingkungan
persaingan, artinya strategi harus bisa memanfaatkan peluang yang ada atau yang
diperkirakan akan ada dan meminimalisasi dampak dari ancaman-ancaman yang
besar, (2) strategi harus realistis dalam hal kemampuan internal perusahaan
dimana pemanfaatan peluang pasar haruslah didasarkan tidak hanya pada peluang
itu sendiri tetapi juga pada kekuatan internal perusahaan, dan (3) strategi harus
dilaksanakan dengan cermat.
David (2004) mengemukakan bahwa terdapat empat strategi dasar yang
dapat diterapkan perusahaan. Strategi itu adalah strategi integrasi, strategi intensif,
strategi diversifikasi dan strategi defensif. Strategi integrasi dapat dibagi menjadi
tiga strategi yaitu integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal. Integrasi ke
depan diartikan sebagai memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali atas
distributor atau pengecer. Integrasi ke belakang berarti mencari kepemilikan atas
perusahaan pemasok. Sedangkan integrasi horizontal didefenisikan sebagai
mencari kepemilikan atau meningkatkan kendali atas pesaing.
Strategi intensif yang dirujuk oleh David (2004) adalah penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Penetrasi pasar diartikan
sebagai mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah
ada sekarang lewat pemasaran yang lebih gencar. Pengembangan pasar berusaha
memperkenalkan produk dan jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru.
Pengembangan produk berarti mencari kenaikan penjualan dengan memperbaiki
produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan yang baru.
Strategi diversifikasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu diversifikasi
konsentrik yang berarti menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan.
Kemudian diversifikasi konglomerat yang diartikan sebagai menambah produk
atau jasa baru, tidak berkaitan dan terakhir diversifikasi horizontal yang berarti
menambah produk atau jasa baru, tidak berkaitan untuk pelanggan yang ada
(David, 2004).
Strategi generik terakhir yang dikemukakan David (2004) adalah strategi
defensif yang terdiri atas usaha patungan, penghematan atau penciutan, divestasi
dan likuidasi. Usaha patungan didefenisikan sebagai dua perusahaan sponsor atau
lebih membentuk organisasi terpisah dengan tujuan kerjasama. Penghematan atau
penciutan berarti mengubah pengelompokan lewat penghematan biaya dan aset
untuk membalik penjualan dan laba menurun. Divestasi berarti menjual suatu
divisi atau bagian dari suatu organisasi. Likuidasi artinya menjual semua aset
sebuah perusahaan, bagian per bagian, atas nilai aset berwujud.
3.2 Hirarki Strategi
Hirarki pembuatan keputusan dari sebuah perusahaan terdiri dari tiga level
(Pearce dan Robinson, 1997), dilukiskan dalam Gambar 1. Level yang paling
tinggi dari hirarki ini disebut level korporat, yang disusun oleh dewan direksi dan
Chief Executive Officer (CEO). Mereka bertanggung jawab terhadap kinerja
keuangan perusahaan dan untuk pencapaian target non-financial seperti
menciptakan image perusahaan dan memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan.
Manajer strategis level korporat ingin mengeksploitasi kompetensi perusahaan
yang unik dengan mengadopsi suatu pendekatan portofolio terhadap manajemen
dari bisnis perusahaan dan dengan mengembangkan rencana jangka panjang, yang
pada umumnya berjangka waktu lima tahun.
Bagian tengah dari hirarki ini disebut level bisnis, disusun oleh manajer
bisnis dan korporat perusahaan. Para manajer ini harus menerjemahkan arah
pernyataan dan maksud umum strategi pada level korporat menjadi tujuan dan
strategi yang kongkrit untuk divisi bisnis atau SBU. Manajer strategis level bisnis
menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing dalam pasar produk yang telah
dipilih. Mereka berusaha untuk mengidentifikasi dan mengamankan segmen pasar
yang paling menjanjikan dalam pasar yang tersedia. Segmen pasar ini merupakan
bagian
dari
total
pasar
dimana
perusahaan
bisa
mengklaimnya
dan
mempertahankannya karena keunggulan bersaing yang dimilikinya.
Bagian bawah hirarki ini disebut level fungsional, disusun oleh manajer
produk, wilayah, dan fungsional lainnya. Mereka mengembangkan target tahunan
dan strategi jangka pendek pada area fungsional seperti produksi, operasi,
keuangan, pengembangan dan penelitian, pemasaran dan sumberdaya manusia.
Tetapi tujuan utama mereka adalah mengeksekusi atau mengimplementasikan
rencana strategis perusahaan.
Kantor Pusat
Perusahaan
Unit Bisnis
Strategis
Produksi
Strategi Korporasi
Unit Bisnis
Strategis
Keuangan
Pemasaran
Unit Bisnis
Strategis
R&D
SDM
Strategi Bisnis
Strategi
Fungsional
Gambar. 1 Hirarki Strategi (Pearce dan Robinson, 1997)
3.3 Strategi Generik
Ide yang mendasari konsep strategi generik adalah bahwa keunggulan
bersaing merupakan inti dari setiap strategi dan pencapaian keunggulan bersaing
mengharuskan perusahaan membuat pilihan tentang keunggulan bersaing yang
ingin dibangun dan area dimana perusahaan akan mencapainya. Porter (1993)
menyatakan bahwa suatu organisasi dapat memperoleh keunggulan bersaing dari
tiga macam dasar yang berbeda yaitu:
1. Keunggulan Biaya
Keunggulan biaya merupakan yang paling jelas dari ketiga strategi
generik. Perusahaan harus bersiap menjadi produsen berbiaya rendah dalam
industrinya. Perusahaan memiliki cakupan yang luas dan melayani banyak
segmen industri. Bahkan mungkin beroperasi di dalam industri-industri terkait.
Perusahaan berbiaya rendah umumnya menjual produk standar atau tanpa embelembel dan memberi penekanan besar pada upaya mendapatkan keunggulan biaya
skala atau absolut dari semua standar.
2. Diferensiasi
Strategi generik kedua adalah diferensiasi. Dalam strategi diferensiasi,
perusahaan berusaha menjadi unik dalam industrinya di sepanjang beberapa
dimensi yang secara umum dihargai oleh pembeli. Perusahaan menyeleksi satu
atau lebih atribut yang dipandang penting oleh banyak pembeli di dalam suatu
industri, dan secara unik menempatkan diri untuk memenuhi kebutuhan itu.
Perusahaan dihargai dengan harga premium (premium price) karena keunikannya.
Logika dari strategi diferensiasi mengharuskan perusahaan memilih atribut
untuk mendiferensiasikan diri yang ”berbeda” dengan atribut rivalnya. Perusahaan
harus benar-benar unik pada sesuatu atau dirasakan unik seandainya ingin
mengharapkan harga premium. Namun, sebagai kontras dengan keunggulan biaya
mungkin ada lebih dari satu strategi yang berhasil dalam suatu industri jika ada
beberapa atribut yang dipandang penting oleh pembeli.
3. Fokus
Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Strategi ini sangat berbeda
dengan strategi-strategi lain karena menekankan pilihan akan cakupan bersaing
yang sempit dalam suatu industri. Penganut strategi fokus memilih suatu segmen
atau kelompok segmen dalam industri bersangkutan dan menyesuaikan
strateginya untuk melayani mereka dan mengesampingkan yang lain. Dengan
mengoptimumkan strateginya untuk segmen sasaran, penganut strategi fokus
berusaha mencapai keunggulan bersaing di dalam segmen sasaran walaupun tidak
memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan. Strategi fokus memiliki dua
varian. Dalam fokus biaya perusahaan mengusahakan keunggulan biaya dalam
segmen
sasarannya,
sementara
dalam
fokus
diferensiasi
perusahaan
mengusahakan diferensiasi dalam segmen sasarannya (David, 2004).
Perusahaan yang menerapkan semua strategi generik tetapi gagal
mencapai satu pun dikatakan ”terperangkap di tengah”. Perusahaan itu tidak
memiliki keunggulan bersaing. Sebuah perusahaan yang terperangkap di tengah
akan bersaing pada posisi yang tidak menguntungkan karena pemimpin biaya,
diferensiator, atau penganut fokus akan memiliki posisi yang lebih baik untuk
bersaing dalam segmen manapun.
3.4 Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategis dapat diuraikan sebagai pendekatan yang
objektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi.
Proses ini berusaha untuk mengorganisasikan informasi kualitatif dan kuantitatif
dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi yang
tidak menentu. Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa
organisasi harus terus menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal
dan eksternal sehingga melakukan perubahan tepat waktu.
David (2004) mengungkapkan bahwa proses manajemen strategis terdiri
dari tiga tahap: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.
Perumusan strategi termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan, dan kelemahan internal,
menetapkan objektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan
memilih strategi tertentu untuk dimasuki.
Tahap implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan
objektif tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumberdaya sehingga perusahaan dapat melaksanakan strategi
yang dirumuskan, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah
usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan
sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi
organisasi.
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Pada
tahap ini aktivitas-aktivitas perusahaan pada tahap-tahap sebelumnya dinilai.
Penilaian dititikberatkan kepada sejauh mana strategi yang diterapkan berfungsi
dengan baik. Evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk mendapatkan
informasi ini. Tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi
adalah (1) meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi sekarang, (2) mengukur prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif
(David, 1998).
Proses manajemen strategis paling baik dapat dipelajari dan diterapkan
menggunakan suatu model (David, 2004). Setiap model menggambarkan
semacam proses. Kerangka kerja yang diilustrasikan pada Gambar 2 diterima
secara luas, model komprehensif dari proses manajemen strategis. Model ini
menggambarkan pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Hubungan antara kompenen
utama dari proses manajemen strategis diperlihatkan pada model di bawah ini.
Melakukan
Audit
Eksternal
Mengem
bangkan
Pernyataan
misi
Menetapkan
Sasaran
Jangka
Panjang
Menghasilkan,
Mengevaluasi
dan Memilih
Strategi
Menetapkan
Kebijakan &
Sasaran
Tahunan
Meng
alokasikan
Sumber daya
Mengukur dan
Mengevaluasi
Prestasi
Melakukan
Audit
Internal
Gambar. 2 Model Manajemen Strategis (David, 2004)
Tahap pengembangan misi, audit lingkungan eksternal dan internal,
penetapan tujuan jangka panjang sampai pada pembuatan dan pemilihan strategi
merupakan bagian dari tahap formulasi strategi. Tahap menetapkan kebijakan dan
sasaran tahunan serta alokasi sumberdaya merupakan tahap implementasi strategi,
sedangkan tahap mengukur dan mengevaluasi prestasi merupakan tahap evaluasi
strategi.
3.4.1 Visi dan Misi Perusahaan
Menurut Jauch dan William (1996), visi merupakan hasil akhir dari suatu
aktivitas atau kinerja. Visi menyatakan secara tegas apa yang akan dicapai, kapan,
dan berapa yang harus dicapai. Tujuan strategis yang baik di antaranya
memusatkan perhatian pada permasalahan keuangan maupun non-keuangan,
memiliki dimensi waktu, menjembatani alasan keseimbangan (trade off), dapat
meredam konflik serta dapat diukur.
Menurut Hax dan Majluf (1984) pernyataan misi dari suatu bisnis adalah
suatu pernyataan yang menggambarkan tujuan dari adanya suatu bisnis
sebagaimana juga tingkat profesionalitas suatu bisnis untuk mencapai posisi
bersaing yang kompetitif. Informasi utama yang harus terkandung dalam sebuah
pernyataan misi adalah defenisi yang jelas mengenai cakupan bisnis saat ini dan di
masa yang akan datang. Informasi penting lain yang harus terkandung dalam
pernyataan misi adalah pilihan cara atau jalan untuk mencapai sebuah posisi
bersaing yang kompetitif.
Misi merupakan suatu tujuan yang unik yang membedakannya dari
perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasi
suatu perusahaan. Pada model manajemen strategis pernyataan misi diperlukan
sebelum strategi alternatif dapat dirumuskan dan diimplementasikan (Pearce dan
Robinson, 1997). David (1998) menyatakan bahwa pernyataan misi sangat
penting bagi manajemen strategis pada suatu perusahaan karena penyataan misi
merupakan dasar untuk menetapkan prioritas, strategi, rencana, dan penugasan
kerja.
Menurut Vern Mc Ginnis dalam David (2004) suatu pernyataan misi harus
(1) menetapkan apa sebenarnya organisasi dan organisasi ingin menjadi apa, (2)
cukup dibatasi untuk tidak menyertakan beberapa usaha dan cukup luas yang
memberi ruang pada pertumbuhan kreatif, (3) membedakan suatu organisasi dari
semua yang lain, (4) dipakai sebagai kerangka kerja untuk mengevaluasi
efektivitas saat ini dan masa depan, dan (5) dinyatakan dalam istilah yang cukup
jelas untuk dipahami secara meluas di seluruh organisasi.
3.4.2 Analisis Lingkungan Perusahaan
Menurut Kotler (2000), perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang
dapat mengenali dan memberi interaksi secara menguntungkan terhadap
kebutuhan dan kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungan.
Lingkungan perusahaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan faktor yang
mempengaruhi perusahaan baik organisasi maupun kegiatannya. Analisis
lingkungan perusahaan didefinisikan sebagai suatu proses yang digunakan oleh
perumus strategi untuk memantau lingkungan perusahaan dalam menentukan
peluang dan ancaman perusahaan (Jack dan Gleuch, 1991).
Lingkungan perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu lingkungan
eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan di
luar perusahaan yang meliputi variabel peluang dan ancaman yang relatif bukan
dalam kendali dan kontrol perusahaan. Sedangkan lingkungan internal adalah
lingkungan di dalam perusahaan yang terdiri dari variabel kekuatan dan
kelemahan yang relatif dapat dikendalikan dan berada dalam kontrol manajemen
perusahaan.
3.4.2.1 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal merupakan suatu proses yang digunakan
oleh perumus strategi untuk memantau lingkungan eksternal dalam menentukan
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga perusahaan dapat
memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik mungkin dan meminimalisasi
ancaman yang ada. Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan yang
berasal dari luar perusahaan.
Analisis lingkungan eksternal dibagi menjadi tiga yaitu analisis
lingkungan umum, analisis lingkungan industri, dan analisis lingkungan
operasional (Pearce dan Robinson, 1997).
Ketiganya menjadi landasan
perusahaan dalam menentukan peluang dan ancaman dalam lingkungan
bersaingnya.
•
Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah faktor yang tidak dapat dipengaruhi oleh
perusahaan, tetapi mempengaruhi kinerja perusahaan seperti inflasi, stabilitas
politik dan kepastian hukum. Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa
lingkungan umum terdiri atas sekumpulan kekuatan yang timbul dan berada di
luar jangkauan perusahaan dan terlepas dari situasi operasional perusahaan, dalam
artian perusahaan tidak mampu mempengaruhi, akan tetapi kegiatan perusahaan
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada pada lingkungan umum tersebut.
Faktor lingkungan umum yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan adalah
politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan teknologi.
a. Politik dan Kebijakan Pemerintah
Perubahan kondisi politik dan kebijakan pemerintah suatu negara sangat
penting dicermati oleh perumus strategi dalam menentukan peluang dan ancaman
suatu perusahaan. Perubahan politik dan kebijakan pemerintah membatasi operasi
perusahaan secara legal dan berdasarkan regulasi yang ada.
Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting
bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Kendala politik
dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil,
program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan
penetapan
harga,
undang-undang
perlindungan
pekerja,
konsumen
dan
lingkungan. Tindakan politik yang dirancang untuk melindungi dan memberi
manfaat bagi perusahaan meliputi undang-undang paten, subsidi pemerintah, dan
hibah dana riset produk.
Menurut Pearce dan Robinson (1997) aktivitas politik memiliki implikasi
yang signifikan pada dua fungsi pemerintah yang sangat berpengaruh dalam
lingkungan eksternal perusahaan yaitu fungsi supplier dan fungsi pelanggan.
Fungsi supplier pemerintah berarti sebagian aktivitas politik pemerintah dapat
membatasi peran pemerintah sebagai pemasok bagi perusahaan-perusahaan
tertentu yang mengandalkan sumber daya pemerintah untuk beroperasi. Fungsi
pelanggan menempatkan pemerintah sebagai pelanggan perusahaan-perusahaan
tertentu yang kelangsungan operasinya berasal dari kebutuhan politik pemerintah
yang harus dipenuhi (Pearce dan Robinson, 1997).
David (2002) menyebutkan beberapa variabel yang harus diperhatikan
dalam mengamati perubahan politik dan kebijakan pemerintah seperti undangundang tentang lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar
negeri serta stabilitas pemerintahan.
b. Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan arah dan kecenderungan ekonomi
tempat perusahaan beroperasi. Faktor ekonomi menentukan iklim bisnis suatu
negara sehingga memiliki implikasi terhadap cara perusahaan menjalankan
operasinya. Beberapa faktor utama seperti kecenderungan pertumbuhan produk
domestik bruto, suku bunga primer, tingkat inflasi, pola konsumsi dari segmen
yang menjadi target pasar, level dari disposable income, dan anggaran belanja
pemerintah (RAPBN) biasanya akan mempengaruhi peluang dan ancaman bagi
perusahaan.
Dalam
perencanaan
strategisnya,
setiap
perusahaan
harus
mempertimbangkan ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang
dibelanjakan (disposible income), serta kecenderungan belanja masyarakat
(propensity to spend) (Pearce dan Robinson, 1997).
c. Sosial Budaya
Kecenderungan sosial dan budaya yang terjadi akan membentuk cara
hidup, pekerjaan, memproduksi, mengkonsumsi dari suatu masyarakat. Perubahan
kecenderungan akan menciptakan konsumen yang berbeda dan konsekuensinya
maka akan timbul pula kebutuhan yang berbeda, produk yang berbeda, pola
distribusi yang berbeda dan pada akhirnya strategi yang berbeda.
Faktor-faktor sosial yang penting diperhatikan oleh perumus strategi
adalah pertumbuhan populasi, kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup
masyarakat. Faktor-faktor tersebut berkembang dari pengaruh kultural, ekologi,
demografi, agama, pendidikan, dan etnik.
d. Faktor Teknologi
Faktor keempat dalam lingkungan umum adalah perubahan teknologi.
Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi
industrinya agar dapat menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Kekuatan
teknologi
menggambarkan
dipertimbangkan
dalam
peluang
dan
ancaman
merumuskan strategi.
utama
Teknologi
yang
dapat
harus
menjadi
keunggulan bersaing yang lebih berdaya guna bagi perusahaan dibandingkan
dengan keunggulan yang sudah ada karena perkembangan teknologi dapat
menurunkan biaya operasi, menciptakan produk dan jasa baru untuk diferensiasi
dan membuat produk dan jasa yang ada menjadi ketinggalan. Adaptasi teknologi
yang
kreatif
dapat
membuka
kemungkinan
terciptanya
produk
baru,
penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik
produksi dan pemasaran.
•
Lingkungan Industri
Industri
dapat
didefinisikan
sebagai
kumpulan
atau
sekelompok
perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sejenis yang dapat saling
menggantikan. Porter (1993) menyatakan bahwa pemahaman karakteristik
industri sangat penting dalam upaya merumuskan strategi bersaing, yaitu dengan
cara perusahaan menyesuaikan diri atau merumuskan kecocokan strategis
(strategic fit) dengan kondisi lingkungan yang senantiasa berubah.
Lingkungan industri adalah komponen dari lingkungan yang lebih
interaktif bagi perusahaan dalam arti mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi
dalam batas tertentu juga dapat dipengaruhi oleh tindakan perusahaan. Analisis
industri sangat penting untuk menentukan seberapa jauh industri masih menarik
dan melihat faktor penentu yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam
industri tersebut. Keadaan persaingan dalam suatu industri bergantung pada lima
kekuatan pokok yaitu: tingkat rivalitas di antara perusahaan yang ada, ancaman
masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk substitusi, daya tawar
(bargaining power) pemasok dan daya tawar pembeli serta intensitas persaingan
anggota industri (Porter, 1993). Interaksi di antara kekuatan-kekuatan tersebut
dapat mempengaruhi besarnya laba sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi
daya tarik industri. Lima faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan dalam
lingkungan industri dapat dilihat pada Gambar 3.
Pendatang Baru
Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Daya Tawar Menawar
Pemasok
Para Pesaing
Industri
Daya Tawar Menawar
Pembeli
Pemasok
Pembeli
Persaingan antara
Perusahaan yang
Ada
Ancaman Produk atau Jasa Pengganti
Produk Pengganti
Gambar. 3 Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Kekuatan Industri
(Pearce dan Robinson, 1997)
a. Persaingan Antar Anggota Industri
Tingkat persaingan di antara para pesaing yang sudah berada dalam
industri dipengaruhi sejumlah faktor seperti pertumbuhan industri, diferensiasi
produk, profit margin dan switching cost dibayar pembeli untuk beralih dari satu
penjual ke penjual lain dan biaya yang timbul apabila perusahaan akan keluar dari
industri (exit barriers). Persaingan antar perusahaan dalam industri terjadi dalam
upaya memperoleh posisi yang kuat dalam industri.
Persaingan yang tajam disebabkan oleh adanya faktor-faktor struktural
yang paling berinteraksi, yaitu: penambahan kapasitas produksi, jumlah pesaing
yang besar dan beragam, penerapan strategi yang benar, dan hambatan keluar
industri yang tinggi. Intensitas persaingan anggota industri ini mempengaruhi
harga dan biaya yang dengan sendirinya akan mempengaruhi potensi laba dalam
industri tersebut.
b. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar.
Akibatnya menyebabkan harga dapat menjadi turun dan biaya membengkak
sehingga mengurangi kemampulabaan perusahaan.
Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri bergantung dari
rintangan masuk yang ada, jika hambatan masuk tinggi dan calon pendatang baru
memperkirakan akan menghadapi perlawanan keras dari peserta persaingan yang
sudah ada, pendatang baru ini bukan merupakan ancaman yang serius. Menurut
Pearce dan Robinson (1997) rintangan masuk terdiri dari enam sumber utama
yaitu: skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih
pemasok, akses ke saluran distribusi dan biaya tak menguntungkan terlepas dari
skala kebijakan pemerintah.
c. Produk/Jasa Substitusi
Produk atau jasa pengganti adalah produk yang dapat menggantikan apa
yang saat ini dibuat dan dipasarkan oleh anggota-anggota industri. Dengan adanya
produk pengganti diperkirakan permintaan akan menurun, sehingga dapat
mempengaruhi harga yang akhirnya mengurangi potensi laba bagi perusahaan.
Semua perusahaan dalam industri pada hakikatnya (dalam arti luas) bersaing
dengan industri-industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti
membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling
price) yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri.
Produk pengganti yang perlu mendapat perhatian adalah (1) produkproduk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang
lebih baik/dapat menandingi kualitas produk industri, (2) produk pengganti yang
dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi.
d. Daya Tawar Pemasok
Pemasok yang memiliki daya tawar (bargaining power) tinggi terhadap
para peserta industri dapat mengancam menekan kemampulabaan industri dengan
menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Kondisi
yang membuat pemasok kuat adalah pemasok tidak menghadapi produk pengganti
lain untuk dijual kepada industri, produk pemasok merupakan input penting bagi
bisnis pembeli, industri tidak merupakan pelanggan yang penting bagi pemasok,
para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi
ketimbang industri dimana mereka menjual dan lain-lain.
Kekuatan pemasok yang besar dapat mempengaruhi biaya dan investasi
sehingga akan mengurangi potensi laba pada industri tersebut. Kekuatan masingmasing pemasok bergantung pada sejumlah karakteristik pasarnya dan pada
tingkat kepentingan relatif penjualan atau pembeliannya dalam industri tersebut
dibandingkan dengan keseluruhan bisnisnya.
e. Daya Tawar Pembeli
Daya tawar pembeli dapat mempengaruhi perusahaan apabila kuantitas
pembeliannya besar dan sangat mempengaruhi pendapatan perusahaan. Kekuatan
tawar menawar pembeli dapat mempengaruhi harga, biaya, dan investasi sehingga
juga mempengaruhi kemampulabaan dalam industri. Kekuatan tawar menawar
pembeli bergantung pada sifat dan karakter dalam industri.
Pembeli yang memiliki banyak alternatif tempat untuk membeli
produk/jasa biasanya juga cenderung memiliki daya tawar kuat, mampu menekan
harga dan kondisi transaksi jual beli. Pembeli mempunyai posisi yang kuat jika
produk yang dibeli tidak mempengaruhi mutu dari produk, produk yang dibeli
merupakan produk standar, pembeli mengeluarkan biaya pengalihan yang kecil
serta pembeli mempunyai informasi yang sempurna.
Kelompok pembeli disebut kuat jika terjadi situasi berikut: kelompok
pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah relatif besar terhadap penjualan
pihak penjual, produk yang dibeli dari industri adalah produk standar, produk
industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli lain-lain.
3.4.2.2. Analisis Lingkungan Internal
Analisis internal merupakan pengkajian faktor-faktor dan kekuatankekuatan dalam suatu perusahaan. Pengindentifikasian faktor internal dapat
memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan (Kotler, 2000). Analisis
lingkungan internal adalah suatu proses yang digunakan oleh perumus strategi
dalam memantau lingkungan internalnya untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dalam merumuskan
strateginya perusahaan dapat memaksimalkan kekuatan yang dimilikinya dengan
sebisa mungkin memperbaiki kelemahan yang dimilikinya.
Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan internal perusahaan
menggambarkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, fisik, dan finansial
perusahaan dan dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan
(strength)
struktur
organisasi
maupun
manajemen
perusahaan.
Melalui
pendekatan fungsional komponen-komponen yang menyusun kekuatan dan
kelemahan perusahaan terdiri dari:
a. Manajemen
Stoner dan Freeman (1996) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu
proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya organisasi
untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Dari defenisi itu kita
dapat menyarikan lima kegiatan manajemen yang utama yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian.
Kegiatan manajemen merupakan tahap penting dari proses manajemen
strategis. Kegiatan perencanaan merupakan bagian dari tahap perumusan strategi.
Pengorganisasian, pemotivasian dan penunjukan staf merupakan bagian dari tahap
implementasi strategi. Tahap evaluasi strategi dilakukan melalui kegiatan
pengendalian.
b. Pemasaran
Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi,
menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk
dan jasa (David, 2002). Analisis pemasaran mencakup analisis kekuatan dan
kelemahan termasuk pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi
tentang pasar, strategi penetapan harga, dan loyalitas kepada merek.
Evans dan Bergman dalam David (2002) menyatakan bahwa terdapat
sembilan dasar fungi pemasaran: (1) analisis pelanggan, (2) membeli sediaan, (3)
menjual produk atau jasa, (4) merencanakan produk dan jasa, (5) menetapkan
harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis peluang, dan (9) tanggung
jawab sosial. Perumus strategi dapat menentukan kekuatan dan kelemahan
pemasaran yang dimiliki perusahaan dengan memahami kesembilan fungsi yang
telah disebutkan sebelumnya.
c. Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan ukuran tunggal terbaik
untuk menentukan posisi bersaing suatu perusahaan dan merupakan daya tarik
bagi investor. Menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan sangat
penting dalam merumuskan strategi. Analisis rasio keuangan yang meliputi
likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas, dan pertumbuhan digunakan secara
luas untuk menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.
Faktor-faktor keuangan sering mengubah strategi yang ada dan mengubah
rencana implementasi strategi, faktor-faktor keuangan yang diperhitungkan terdiri
dari kemampuan perusahaan untuk mendapatkan modal jangka pendek dan jangka
panjang, hubungan baik dengan (pemilik, investor, dan pemegang saham), biaya
masuk industri dan hambatan masuk, harga jual produk, efisiensi dan efektivitas
sistem accounting biaya, anggaran, dan perencanaan laba.
d. Produksi-Operasi
Aktivitas produksi atau operasi menentukan seberapa besar biaya yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan sehingga aktivitas produksi atau operasi
menjadi salah satu senjata perusahaan dalam bersaing. Fungsi produksi atau
operasi dalam suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan
menjadi barang dan jasa. Schoeder dalam David (2002) menyarankan bahwa
manajemen produksi atau operasi terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan:
proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja dan mutu.
Kegiatan produksi-operasi perusahaan dapat dilihat dari efisiensi,
efektivitas, dan produktivitas. Berdasarkan ketiga hal tersebut faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah biaya dan ketersediaan bahan baku, hubungan dengan
pemasok, sistem pengendalian persediaan, lokasi fasilitas, pemanfaatan teknologi,
pengendalian mutu, riset, dan pengembangan.
e. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia semakin dipandang sebagai alat bersaing utama
perusahaan-perusahaan modern. Kedudukan karyawan kini lebih dari sekedar
obyek bagi perusahaan untuk menjalankan strategi, karyawan kini menjadi subyek
yang menjadi rekan para perumus strategi dalam merumuskan strategi. Kondisi ini
menciptakan komitmen karyawan yang kuat dalam mengimplementasikan strategi
perusahaan. Keberhasilan mengelola sumberdaya manusia dapat menentukan
kekuatan atau kelemahan perusahaan dalam bersaing.
Analisis sumberdaya manusia dilakukan pada tingkat manajemen dan
tenaga kerja. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah keterampilan dan
modal kerja karyawan, efektivitas insentif yang digunakan untuk memotivasi
prestasi, tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan.
3.4.3 Matriks EFE dan Matriks IFE
Tahap selanjutnya setelah melakukan audit eksternal dan internal adalah
memasukkan hasil audit tersebut ke dalam matriks External Factor Evaluation
(EFE) dan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) untuk audit internal. Matriks
IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang penting dan
merupakan langkah pertama dari kerangka kerja perumusan yang disebut dengan
tahap input, yaitu tahap meringkas informasi dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi. Matriks ini beserta pernyataan misi yang jelas menyediakan
informasi dasar yang diperlukan untk merumuskan strategi bersaing secara sukses
dengan syarat alat ini harus diserta dengan penilaian intuitif yang baik (David,
1998).
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Matriks EFE meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial,
budaya, politik, demografi, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan dalam
industri guna mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
Matriks
IFE
digunakan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang
internal
utama dalam
berbagai bidang fungsional dari suatu usaha dalam mengetahui dan mengevaluasi
hubungan di antara bidang-bidang fungsional tersebut. Data dan informasi aspek
internal dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek
manajemen, keuangan, sumberdaya manusia, pemasaran, sistem informasi, dan
produksi/operasi.
3.4.4 Matriks Profil Persaingan (CPM/Competitive Profile Matriks)
Matriks profil persaingan dipergunakan untuk mengetahui posisi relatif
perusahaan yang dianalisis dibandingkan dengan pesaing. Matriks ini mencoba
mengkuantifikasi kekuatan dan kelemahan dari variabel-variabel yang telah
diidentifikasikan dan dievaluasi. Matriks ini berfungsi melakukan penyederhanaan
terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan pesaing.
3.4.5 Matriks Internal-Eksernal (IE)
Parameter yang digunakan meliputi kekuatan internal perusahaan dan
pengaruh eksternal yang dihadapai dengan menggabungkan antara matriks EFE
dan IFE yang menghasilkan matriks IE berisikan sembilan macam sel yang
memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks EFE dan IFE. Tujuan
dari pemetaan ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat
yang lebih detil (Rangkuti, 2000). Matriks IE mengidentifikasikan sembilan sel
strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yaitu:
1. Tumbuh dan bina (Growth and build) yang merupakan pertumbuhan
perusahaan itu sendiri atau upaya diversifikasi. Strategi ini cocok
diterapkan untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV. Strategi yang
mungkin paling tepat untuk semua sel ini adalah strategi intensif (penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi
integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal).
2. Strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain) adalah strategi yang
diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. Strategi
yang mungkin paling tepat untuk semua sel ini adalah penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Strategi ini diterapkan pada sel III, V, atau VII.
3. Panen dan divestasi (harvest or divestiture) yang dapat diterapkan pada sel
VI, VIII, atau IX. Strategi yang diterapkan adalah strategi divestasi.
3.4.6 Matriks TOWS (Threats, Opportunities, Weakness, Strength)
Setelah melakukan analisis internal dan eksternal, tahap berikutnya adalah
mengembangkan alternatif strategi. Hal terpenting dalam perumusan strategi yang
baik adalah bahwa strategi yang dibuat harus berpijak pada situasi rill di
lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Untuk melakukan hal
itu dapat digunakan alat bantu yang berupa matriks TOWS.
Analisis TOWS merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam melakukan suatu kegiatan dengan
mengacu pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan (Pearce
dan Robinson, 1997).
Matriks TOWS merupakan alat pencocokan yang membantu manajer
mengembangkan empat tipe strategi, dimana matriks ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (David,
1998). Matriks ini menghasilkan empat strategi sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal yang dimiliki perusahaan
untuk memanfaatkan peluang eksternal.
b.Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal perusahaan
dengan memanfatkan peluang eksternal.
c.Strategi ST (Strength-Threats)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
d.Strategi WT (Weakness-Threats)
Strategi ini adalah taktik defensif untuk mengurangi kelemahan internal
perusahaan dan menghindari ancaman lingkungan.
3.4.7 Matriks QSPM
Tahap selanjutnya setelah kita menghasilkan sejumlah alternatif strategi
pada matriks TOWS yang sesuai dengan strategi bersaing perusahaan adalah
memilih strategi yang paling layak untuk dijalankan sesuai dengan kondisi
eksternal dan internal perusahaan.
Menurut David (1998), selain membuat peringkat strategi untuk
memperoleh daftar prioritas, QSPM juga dirancang untuk menetapkan daya tarik
relatif dari tindakan alternatif yang layak. Secara sasaran, matriks ini
menunjukkan strategi alternatif mana yang terbaik untuk diimplementasikan
terlebih dahulu dari beberapa alternatif strategi yang ada.
Matriks QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 yaitu EFE dan
IFE serta hasil mencocokkan dari analisis tahap 2 untuk memutuskan secara
sasaran di antara strategi alternatif, artinya Matriks IE dan Matriks TOWS yang
menyusun tahap 2 menyediakan informasi yang diperlukan untuk menetapkan
QSPM (tahap 3).
Matriks QSPM adalah alat strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif
secara objektif, berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk sukses eksternal dan
internal yang dikenali sebelumnya, dalam penilaiannya memerlukan intuitif yang
baik. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagi strategi
berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal
diperbaiki.
David (1998) menyatakan bahwa daya tarik relatif dari setiap strategi
dalam satu set alternatif dihitung dengan menetapkan dampak kumulatif dari
setiap faktor kritis eksternal dan internal. Berapapun jumlah set strategi alternatif
dapat dimasukkan dalam QSPM, dan dalam berapapun jumlah strategi dapat
menyusun suatu set, tetapi hanya dalam satu set tertentu dievaluasi relatif terhadap
yang lain.
3.5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Perumusan strategi bersaing industri kecil ”Erina” dengan pendekatan
manajemen strategis diawali dengan melakukan analisa kondisi perusahaan terkini
untuk mengetahui gambaran umum kondisi perusahaan.
Tahap selanjutnya adalah proses input, dimana akan digunakan tiga
analisis untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat. Ketiga analisis
tersebut adalah analisis EFE matriks, IFE matriks, dan CPM matriks. Analisis
EFE matriks akan menghasilkan sejumlah peluang dan ancaman yang harus
dimanfaatkan dan dihadapi oleh industri kecil ”Erina”. Analisis IFE akan
mengukur kekuatan dan kelemahan industri kecil ”Erina”. Analisis CPM matriks
akan melengkapi kedua informasi di atas dengan informasi persaingan yang
dihadapi oleh industri kecil ”Erina” serta dimana posisi industri kecil ”Erina”
dibandingkan relatif dengan pesaingnya.
Selanjutnya adalah tahap pencocokan dimana digunakan dua alat
pencocokan yakni Internal-Eksternal (IE) matriks dan TOWS matriks. IE matriks
berguna untuk mengetahui posisi perusahaan dan strategi yang tepat untuk
industri kecil ”Erina” pada kondisi itu. Hasil analisis IE matriks yang
dikombinasikan dengan informasi dari EFE, IFE, dan CPM matriks akan
menghasilkan keunggulan bersaing yang akan dibentuk sehingga akhirnya strategi
bersaing total yang harus dijalankan perusahaan dapat dirumuskan. Selanjutnya
TOWS matriks akan menghasilkan sejumlah alternatif strategi yang dapat
digunakan untuk menjalankan strategi total industri kecil ”Erina”.
Tahap akhir dari proses perumusan strategi ini adalah tahap keputusan.
Tidak semua strategi yang dihasilkan TOWS matriks sebelumnya harus dijalankan
perusahaan. Tahap ini memutuskan alternatif strategi mana yang paling menarik
diputuskan sesuai dengan strategi bersaing total yang akan dijalankan industri
kecil ”Erina”. Matriks QSPM digunakan untuk memilih alternatif strategi yang
dipilih perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini diringkas pada Gambar 4.
Gambar. 4 Kerangka Pemikiran Penelitian
UKM di bidang produksi dan pemasaran makanan
tradisional khas merupakan bentuk UKM yang
berkembang pesat di Kota Payakumbuh
Banyaknya UKM yang bergerak di bidang makanan tradisional khas
menimbulkan persaingan antar sesama industri di Kota Payakumbuh
“Erina” harus memiliki keunggulan bersaing untuk menghadapi persaingan
AUDIT EKSTERNAL
Analisis Lingkungan Umum
ƒ Politik
ƒ Ekonomi
ƒ Sosial Budaya
ƒ Teknologi
Analisis Industri
ƒ Rivalitas dalam Industri
ƒ Ancaman Pendatang
Baru
ƒ Ancaman Produk
Substitusi
ƒ Daya Tawar Pemasok
ƒ Daya Tawar Pembeli
Matriks EFE
AUDIT INTERNAL
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Manajemen
Pemasaran
Keuangan dan Akuntansi
Produksi dan Operasi
Sumber Daya Manusia
Matriks CPM
Penentuan Posisi Perusahaan
(Matriks IE)
Formulasi Alternatif Strategi Bersaing
(Matriks TOWS)
Prioritas Strategi Bersaing
(Matriks QSPM)
Alternatif Strategi Terbaik
Matriks IFE
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industri kecil “Erina” yang berlokasi di
Kelurahan Parit Rantang, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh,
Propinsi Sumatera Barat. Pemilihan tempat ini dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa “Erina” merupakan salah satu industri
kecil yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran makanan tradisional
khas Kota Payakumbuh. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi ini
adalah ketersediaan data dan kesediaan industri kecil “Erina” untuk dijadikan
lokasi penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan Maret-April 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
langsung, wawancara, dan diskusi langsung dengan pihak perusahaan yang
mengerti tentang lingkungan perusahaan dan memiliki kontribusi besar dalam
perumusan strategi perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan tertulis
perusahaan atau dokumen perusahaan dan dari dari artikel atau literatur yang
terkait dengan penelitian ini yakni data dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan artikel
di perpustakaan lingkungan IPB. Penelitian ini juga menggunakan pendapat dari
management expert yakni dari Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan Tenaga Kerja Kota Payakumbuh, Kepala Seksi UKM Dinas
Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh, dan Kepala Seksi Daya Tarik Wisata Kota
Payakumbuh. Kebutuhan data primer dan sekunder pada penelitian ini
diperlihatkan pada Tabel 9 dan 10.
Tabel. 9 Kebutuhan Data Primer
No
Item
Sumber
Metode
Pengumpulan Data
1
Faktor-faktor PEST yang Pemilik ”Erina”
menjadi peluang dan
ancaman bagi perusahaan.
Wawancara indepth
2
Peluang dan ancaman
perusahaan.
Wawancara indepth
3
Kekuatan dan kelemahan Pemilik, staf
fungsional perusahaan.
administrasi, dan
karyawan bagian
produksi ”Erina”
Observasi langsung,
Wawancara indepth
4
Faktor sukses kritis,
pembobotan, dan
peratingannya.
Management Expert
(Kepala Dinas
Koperasi dan UKM
Kota Payakumbuh,
Kepala Seksi UKM
Deperindag Kota
Payakumbuh, dan
Kepala Seksi Daya
Tarik Wisata Kota
Payakumbuh)
Observasi langsung,
Wawancara indepth,
dan pengisian
kuesioner
5
Penentuan bobot untuk
masing-masing peluang,
ancaman, kekuatan, dan
kelemahan perusahaan.
Pemilik, Staf
Administrasi, dan
karyawan bagian
produksi ”Erina”
Wawancara indepth,
dan pengisian
kuesioner
6
Penentuan rating dari tiap
peluang, ancaman,
kekuatan, dan kelemahan
perusahaan.
Pemilik, Staf
Administrasi, dan
karyawan bagian
produksi ”Erina”
Wawancara indepth,
dan pengisian
kuesioner
7
Penentuan daya tarik Pemilik ”Erina”
masing-masing alternatif
strategi yang dihasilkan.
Pemilik ”Erina”
Wawancara indepth,
dan pengisian
kuesioner
Tabel. 10 Kebutuhan Data Sekunder
No
Item
Sumber
Metode
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
sekunder dilakukan
dengan metode
pengumpulan
langsung dengan
mendatangi pihakpihak yang memiliki
akses terhadap data
yang dibutuhkan.
1
Data-data PEST yang
merupakan bagian dai
lingkungan eksternal
umum perusahaan.
BPS, Pemda Kota
Payakumbuh, Internet,
Perpustakaan IPB, dan
artikel terkait.
2
Data-data lingkungan
industri makanan
tradisional khas Kota
Payakumbuh.
BPS, Pemda Kota
Payakumbuh, Internet,
Perpustakaan IPB, dan
artikel terkait.
3
Gambaran umum dan
laporan aktivitas
fungsional perusahaan.
Sekretaris ”Erina”
4
Data SDM perusahaan.
Sekretaris ”Erina”
5
Struktur biaya dan
kondisi finansial
perusahaan.
Bendahara ”Erina”
6
Laporan produksi
makanan tradisional khas
Kota Payakumbuh.
Penanggungjawab
produksi makanan
tradisional ”Erina”
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini dilakukan metode pengolahan dan analisis data melalui
pendekatan manajemen strategis. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel, bagan dan uraian.
Teknik perumusan strategi terdiri dari tiga tahap pembuatan keputusan.
Tahap 1 disebut tahap input, yaitu tahap untuk meringkas informasi input dasar
yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menggunakan matriks EFE
dan matriks IFE. Untuk membentuk matriks EFE dan IFE dilakukan analisis
lingkungan internal dan eksternal perusahaan, lingkungan eksternal perusahaan
dibagi menjadi dua yaitu kondisi eksternal makro dan kondisi eksternal mikro
yang menggunakan analisis lima kekuatan bersaing Porter. Sedangkan pada tahap
II yang disebut tahap pencocokan, yaitu memfokuskan untuk menghasilkan
strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan
internal dengan menggunakan matriks TOWS dan matriks IE sebagai alat
analisisnya. Untuk tahap III yaitu tahap keputusan digunakan QSPM sebagai alat
analisisnya. Penjelasan mengenai masing-masing alat analisis pada penelitian ini
disajikan sebagai berikut :
4.3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
yang mendalam mengenai objek penelitian, sehingga dari pengamatan ini dapat
diketahui kondisi eksternal dan internal perusahan. Hasil analisis ini disajikan
dalam bentuk tabel, gambar, maupun matriks sesuai dengan hasil yang diperoleh.
4.3.2 Analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosia dan Budaya, Teknologi)
Analisis PEST digunakan untuk mengetahui kondisi pengaruh politik,
ekonomi, sosial, dan budaya, teknologi terhadap perusahaan. Analisis ini
menghasilkan
sejumlah
peluang
dan
ancaman
bagi
perusahaan
dalam
menjalankan usahanya. Tabel 11 dapat digunakan untuk membantu menganalisis
peluang dan ancaman yang terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan
eksternal perusahaan.
Tabel. 11 Alat Bantu untuk Analisis PEST(Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,
dan Teknologi)
Analisis PEST
Faktor Politik
Faktor Ekonomi
Faktor Sosial dan Budaya
Faktor Tenologi
Peluang
Ancaman
4.3.3 Analisis Lingkungan Industri
Analisis lingkungan industri dilakukan untuk mencari posisi bersaing yang
menguntungkan dalam industri dengan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi struktur dan persaingan di dalam industri tersebut sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi semua peluang dan ancaman dalam industri
tempat mereka beroperasi.
Kekuatan-kekuatan ini meliputi ancaman masuk pendatang baru, kekuatan
tawar menawar pemasok dan pembeli, ancaman produk pengganti dan tingkat
persaingan di antara para pesaing yang ada dalam industri. Tabel 12 menyajikan
alat bantu yang dapat digunakan untuk melakukan analisis lingkungan industri.
Tabel. 12 Alat Bantu untuk Analisis Lingkungan Industri
Analisis Lingkungan Industri
Ancaman pendatang baru
Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan tawar menawar pembeli
Ancaman produk pengganti
Tingkat persaingan dalam industri
Peluang
Ancaman
4.3.4 Analisis Fungsional
Analisis fungsional dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan pada bidang-bidang fungsional yang meliputi sistem manajemen,
pemasaran, kodisi keuangan, operasi, dan sumber daya manusia. Alat bantu untuk
melakukan analisis fungsional dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel. 13 Alat Bantu untuk Analisis Fungsional
Analisis Fungsional
Kekuatan
Kelemahan
Manajemen
Pemasaran
Keuangan
Operasi
Sumberdaya Manusia
4.3.5 Matriks EFE dan IFE
Hasil dari audit eksternal dan internal kemudian dimasukkan ke dalam
matriks EFE (External Factor Evaluation) untuk faktor-faktor lingkungan
eksternal dan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk faktor-faktor
lingkungan eksternal. Matriks EFE dan IFE digunakan untuk merangkum dan
mengevaluasi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan
(David, 2004). Lima langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan
matriks EFE dan IFE, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan mendaftarkan peluang dan ancaman serta kekuatan dan
kelemahan yang dihadapi perusahaan.
2. Penentuan bobot setiap variabel
Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor
strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen yang
menentukan kebijakan perusahaan atau pakar dengan menggunakan metode
Paired Comparison (Kinnear, 1991). Metode ini digunakan untuk memberi
bobot pada setiap faktor penentu eksternal dan internal.
Untuk menentukan bobot seiap variabel digunakan skala: 1 = jika
indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal, 2 = jika
indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal, dan 3 = jika
indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal. Bentuk penilaian
bobot dapat dilihat pada Tabel 14. Bobot setiap variabel diperoleh dengan
menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel
dengan menggunakan rumus:
ai
=
Xi
n
∑
Xi
i =1
Sumber: Kinnear (2001)
Keterangan:
Xi = nilai variabel ke-i,
∑ Xi = total nilai variabel,
i = A, B, C,.... Z
Tabel. 14 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal/Internal Perusahaan
Faktor Penentu
A
B
C
D
......
Total
A
B
C
D
....
Total
Xi
n
∑
Xi
i =1
Sumber : David (2004)
3. Penentuan Peringkat (Rating)
Penentuan peringkat (rating) dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil
analisis situasi perusahaan yang ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan
selaku penentu kebijakan perusahaan. Untuk mengukur pengaruh dari masingmasing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat
dengan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis yang
menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini.
Untuk matriks EFE pemberian skala peringkat yang digunakan yaitu: 1 =
rendah, respon kurang, 2 = sedang, respon sama dengan rata-rata, 3 = tinggi,
respon sama dengan di atas rata-rata, dan 4 = sangat tinggi, respon superior.
Untuk matriks IFE pemberian skala peringkat yang digunakan yaitu: 1 =
sangat lemah, 2 = lemah, 3 = kuat, dan 4 = sangat kuat.
3. Mengalikan setiap bobot dengan peringkat pada setiap faktor dan semua
hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan total
skor pembobotan.
Tabel. 15 Matriks EFE (External Factor Evaluation)
No
Faktor Kunci Eksternal Bobot Rating
Skor Bobot
(Bobot x rating)
Peluang
1
2
3
…
Ancaman
1
2
3
…
Total
1,000
Sumber: David (2004)
Dalam matriks EFE nilai total skor pembobotan dapat berkisar antara 1-4
dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan kurang dari 2,5 menunjukkan
bahwa kondisi eksternal perusahaan lemah dan sebaliknya jika total skor
pembobotan di atas 2,5 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Total skor 4,0
menunjukkan bahwa perusahaan merespon peluang dan ancaman yang
dihadapinya dengan sangat baik atau dengan cara yang luar biasa. Sedangkan total
skor 1,0 berarti perusahaan tidak mampu merespon peluang dan menghindari
ancaman yang ada. Tabel 15 memperlihatkan model matriks EFE.
Dalam matriks IFE total skor pembobotan dapat berkisar antara 1-4
dengan rata-rata 2,5. Total skor pembobotan di bawah 2,5 menunjukkan bahwa
perusahaan lemah secara internal, sedangkan jika total skor pembobotan di atas
2,5 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki posisi internal yang kuat. Matriks
IFE dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel. 16 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
No
Faktor Kunci internal
Bobot Rating
Skor Bobot
(Bobot x rating)
Kekuatan
1
2
3
…
Kelemahan
1
2
3
…
Total
1,000
Sumber: David (2002)
4.3.6 Matriks Profil Persaingan (CPM/Competitive Profile Matrix)
Matriks profil persaingan (CPM atau Competitve Profile Matrix)
mengidentifikasikan pesaing utama perusahaan serta kekuatan dan kelemahannya
dalam kaitan dengan posisi strategis perusahaan. Bobot dan total nilai yang
dibobot dalam CPM dan EFE mempunyai arti yang sama (David, 2004).
Pemberian nilai rating untuk perusahaan dilakukan berdasarkan analisa
kondisi relatif perusahaan pesaing oleh expert yang mengerti industri kecil
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh. Nilai rating dimulai dari 1 jika
kelemahan perusahaan besar. Nilai 2 diberikan jika kelemahan perusahaan kecil.
Nilai 3 diberikan jika kekuatan perusahaan kecil dan nilai 4 diberikan jika
kekuatan perusahaan besar. Selanjutnya untuk masing-masing perusahaan, nilai
rating ini dikalikan dengan nilai bobot dari variabel yang dipergunakan. Matriks
profil persaingan disajikan pada Tabel 17.
Tabel. 17 Matriks Profil Persaingan (CPM/Competitive Proile Matriks)
Faktor Bobot
Sukses
Kritis
Total
Perusahaan
Rating
Bobot
Skor
Pesaing 1
Rating
Bobot
Skor
Pesaing ....
Rating
Bobot
Skor
1,000
Sumber: David (2004)
4.3.7 Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE memetakan skor dari matriks IFE dan EFE yang berasal dari
tahap input. Pada matriks IE sumbu vertikal menunjukkan total skor EFE dan
sumbu horizontal menunjukkan skor EFE. Pada sumbu horizontal, nilai skor
antara 1,0 sampai dengan 1,99 mengindikasikan bahwa posisi internal perusahaan
lemah, skor antara 2,0 sampai dengan 2,99 mengindikasikan bahwa posisi ratarata, dan skor 3,0 sampai dengan 4,0 menunjukkan posisi internal yang kuat.
Untuk sumbu vertikal, nilai skor 1,0 sampai dengan 1,99 menunjukkan
bahwa pengaruh eksternal rendah, skor 2,0 sampai dengan 2,99 menunjukkan
pengaruh yang sedang, serta skor 3,0 sampai dengan 4,0 menunjukkan pengaruh
eksternal yang tinggi. Ilustrasi matriks internal-eksternal diperlihatkan pada
Gambar 5.
TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR INTERNAL
4,0 Kuat
3,0 Rata-rata
2,0 Lemah
4,0
TOTAL SKOR
EVALUASI
Tinggi
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0
FAKTOR
EKSTERNAL Sedang
2,0
Rendah
1,0
Gambar. 5 Matriks Internal-Eksternal, (David, 2002)
Sel-sel pada matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama dengan
implikasi strategi yang berbeda-beda. Daerah pertama terdiri dari sel I, II, IV
disebut tumbuh dan bina (grow and build). Strategi yang cocok untuk daerah ini
adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk) atau strategi integratif (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan
integrasi horizontal). Daerah kedua terdiri dari sel III, V, dan VII digambarkan
sebagai hold and maintain. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk
merupakan strategi yang tepat untuk digunakan dalam divisi ini. Daerah ketiga
terdiri dari sel IV, VIII, dan IX.
4.3.8 Matriks TOWS
Matriks TOWS merupakan alat pencocokan yang didasarkan pada
pemikiran bahwa perusahaan harus fokus merespon lebih dahulu perubahan
eksternalnya yang lebih tidak terkontrol baru kemudian internal. Alternatif strategi
yang dihasilkan harus dapat mengambil peluang yang tersedia bagi perusahaan
dan mengurangi atau menghindari ancaman yang ada dengan mempertimbangkan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal perusahaan dan menghindari ancaman lingkungan. Langkahlangkah yang diperlukan dalam menyusun matriks TOWS ini adalah:
1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi SO dalam sel yang tepat.
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi WO.
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi ST.
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi WT.
Ilustrasi Matriks TOWS dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel. 18 Matriks TOWS
Strength (S)
Opportunities (O)
Weakness (W)
Strategi S-O
Strategi W-O
Menggunakan kekuatan Mengatasi kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang.
Threats (T)
dengan memanfaatkan
peluang
Strategi S-T
Strategi W-T
Menggunakan kekuatan Meminimisasi kelemahan
untuk menghadapi
ancaman
dan ancaman.
Sumber: David (2004)
4.3.9 Matriks QSPM
Matriks QSPM digunakan untuk memilih strategi dari berbagai alternatif
strategi yang dihasilkan dari Matriks TOWS. Strategi terbaik yang diambil adalah
strategi yang paling cocok dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan.
Matriks QSPM diilusrasikan pada Tabel 19.
Tabel. 19 Matriks QSPM
Faktor
Kunci
Bobot
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Jumlah Total
Nilai Daya Tarik
Sumber: David (2002)
Strategi I
AS
TAS
Alternatif Strategi
Strategi II
AS
TAS
Strategi ...
AS
TAS
Langkah-langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM adalah
sebagai berikut:
1. Mendaftar peluang dan ancaman kunci eksternal serta kekuatan dan
kelemahan kunci internal perusahaan dalam kolom kiri dari matriks QSPM.
2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.
Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan IFE.
3. Tuliskan alternatif strategi yang akan dievaluasi.
4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi
yang sedang dipertimbangkan, berikan nilai daya tarik (AS/Alternativeness
Score) yang berkisar antara 1-4. Skala yang digunakan adalah: 1 = tidak
menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar menarik, dan 4 = sangat menarik.
Menghitung Total Nilai Daya Tarik. Hal ini dilakukan dengan mengalikan
bobot (langkah 2) dengan Nilai Daya Tarik (langkah 4).
5. Menghitung Total Nilai Daya Tarik (TAS). Total nilai daya tarik ditetapkan
sebagai hasil perkalian bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah 4)
dalam setiap baris. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik
alternatif strategi itu.
6. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik (TAS). Menjumlahkan total nilai
daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik
mengungkapkan strategi umum yang paling menarik dalam setiap set strategi.
Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi itu semakin menarik. Besarnya
perbedaan antara jumlah total nilai daya tarik dalam suatu set alternatif strategi
tertentu menunjukkan seberapa besar sebuah strategi lebih diinginkan relatif
terhadap yang lain.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
“Erina” merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang
pengolahan dan pemasaran makanan tradisional khas Kota Payakumbuh. “Erina”
terletak di Kelurahan Parit Rantang, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota
Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat. Industri kecil ”Erina” didirikan oleh Hj.
Ukraini. Pemilik memulai usaha makanan tradisional khas Kota Payakumbuh
sejak tahun 1962 dengan memasarkan produk di kaki lima. Saat itu pemilik
memasok barang dari industri kecil ”Delima SY” yang berlokasi di Kelurahan
Parit Rantang, Kota Payakumbuh.
Pemilik mendapatkan pengalaman usaha dari mertua yang saat itu
memproduksi batiah dan galamai. Pada tahun 1970-1977 pemilik mulai
mengembangkan usahanya di Padang Tinggi-Kota Payakumbuh dengan
memproduksi sendiri produk-produk seperti batiah, galamai, dan beras rendang.
Namun, pada tahun 1983, pusat industri pemilik mengalami kebakaran sehingga
pemilik mengalami kerugian yang cukup besar.
Sekitar tahun 1990, pemilik memulai merintis kembali usahanya di
Kelurahan Parit Rantang, Kota Payakumbuh. Pada tahun 1998, pemilik
mendirikan industri kecil ”Erina”. Nama ”Erina” diambil dari nama anak kedua
pemilik. Pemilihan usaha di bidang pengolahan dan pemasaran makanan
tradisional didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki pemilik
dalam usaha makanan tradisional khas Kota Payakumbuh dan berdasarkan
perhitungan bisnis bahwa usaha di bidang makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh memiliki potensi bisnis yang besar dan memberi nilai tambah yang
baik. Pemilihan lokasipun didasarkan atas pertimbangan kemudahan dalam
memasok bahan baku dan mengakses pasar. Oleh karena itu, lokasi Kelurahan
Parit Rantang, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh dipilih menjadi
pusat industri kecil ”Erina”.
Saat ini industri kecil ”Erina” memiliki enam jenis usaha makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh, yaitu beras rendang, galamai, keripik balado,
kipang, batiah, dan karak kaliang. Usaha tersebut tersebar di empat lokasi
berbeda di Kota Payakumbuh.
5.2 Organisasi Perusahaan
Organisasi perusahaan pada industri kecil ”Erina” masih tergolong
sederhana. Struktur organisasi industri kecil ”Erina” dapat dilihat pada Gambar 6.
Ketua
Sekretaris/Bendahara
Adiministrasi
Penjualan
Karyawan
Produksi
Gambar. 6 Struktur Organisasi Industri Kecil ”Erina” Tahun 2008
Pada industri kecil ”Erina”, pemilik merangkap sebagai ketua, sekretaris
dan bendahara. Hal ini mengakibatkan pemilik memiliki wewenang yang besar
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Tugas dan wewenang masing-masing
jabatan diuraikan sebagai berikut:
Tugas dan wewenang ketua, sekretaris, dan bendahara yakni membawahi
dan bertanggung jawab pada semua bagian yang terdapat dalam perusahaan,
memimpin kegiatan dan mengawasi seluruh kegiatan yang ada, mengambil
keputusan yang berkaitan dengan kemajuan usaha, mengontrol unit usaha
sewaktu-waktu dan mengontrol laporan keuangan dan administrasi.Tugas dan
wewenang administrasi yakni melakukan pencatatan data penjualan, data
pengeluaran, dan data produksi dan membukukan data penjualan dan produksi.
Sedangkan tugas dan wewenang karyawan produksi yakni melakukan proses
produksi sampai dengan pengemasan, melakukan pemeliharaan terhadap
bangunan dan peralatan serta menjaga kebersihan lingkungan usaha.
5.3 Sumberdaya Perusahaan
Sumberdaya perusahaan merupakan segala sesuatu yang dimiliki dan
digunakan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sumberdaya yang dimiliki
industri kecil ”Erina” terdiri atas sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, dan
sumberdaya keuangan.
5.3.1 Sumberdaya Fisik
Sumberdaya fisik merupakan sumberdaya berupa benda fisik yang
digunakan oleh perusahaan dalam melakukan operasinya. Sumberdaya fisik yang
dimiliki
oleh
produksi/operasi.
industri
kecil
”Erina”
berupa
bangunan
dan
alat-alat
1. Bangunan
Bangunan yang dimiliki industri kecil ”Erina” terdiri dari bangunan
tempat produksi, kantor dan kios, gudang, dan mess karyawan.
a. Tempat Produksi dan Pengemasan
Industri kecil ”Erina” memiliki enam tempat produksi dan pengemasan
yang berada di lokasi yang berbeda-beda di Kota Payakumbuh. Proses produksi
kipang, galamai, dan beras rendang dilakukan di Kelurahan Parit Rantang.
Bangunan ini berukuran ± 20x30 meter. Pada bangunan ini terdapat tempat
produksi, gudang penyimpanan bahan, kamar mandi, dan ruang pengemasan.
Tempat pengemasan galamai dan beras rendang berada di lokasi yang
berbeda. Tempat ini berada ± 25 meter dari tempat produksi. Bangunan ini
berukuran ± 10x5 meter. Dalam bangunan ini terdapat rak-rak berukuran 3x3
meter yang digunakan sebagai tempat menyimpan adonan makanan yang telah
dimasak. Sementara pada bagian depan terdapat 10 meja berukuran 3x1 meter
yang digunakan untuk mengemas produk.
Proses produksi dan pengemasan keripik sanjai balado dilakukan pada dua
lokasi yaitu di Tanjung Parit Rantang dan di Ngalau Kota Payakumbuh. Proses
produksi keripik sanjai sebelum pemberian bumbu dilakukan di Tanjung Parit
Rantang. Bangunan ini terdiri dari gudang tempat penyimpanan keripik sanjai dan
ruangan untuk proses pemasakan keripik. Sementara proses pemberian bumbu
dilakukan di Ngalau, Kota Payakumbuh. Bangunan ini memiliki luas sekitar 300
m2 dan terdiri dari dua tingkat. Bagian atas bangunan digunakan sebagai kios,
sementara bagian bawah bangunan digunakan sebagai tempat pemberian bumbu
dan pengemasan keripik sanjai balado.
Bangunan untuk proses produksi karak kaliang berada di Bonai Koto Nan
IV, Kota Payakumbuh. Bangunan ini berukuran ± 15x8 meter. Bagian kanan
bangunan digunakan untuk proses pembuatan adonan dan pemasakan dan bagian
kiri bangunan digunakan sebagai tempat pencetakan, pengemasan, dan gudang
karak kaliang.
Proses produksi dan pengemasan batiah dilakukan di Padang Tinggi, Kota
Payakumbuh. Bagian depan bangunan digunakan sebakai tempat pemasakan.
Ukuran bangunan ini ± 3.5x10 meter. Kondisi tempat pemasakan ini agak gelap
dan pengap karena bangunan tersebut agak rendah dan kurang luas.
b.Kantor dan Kios
Industri kecil ”Erina” memiliki kantor dan kios yang berada di Kelurahan
Parit rantang dan di Ngalau Kota Payakumbuh. Kantor di Parit Rantang berukuran
± 200 m2 yang digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan penjualan produkproduk yang dihasilkan ”Erina”. Penyimpanan produk-produk yang telah selesai
diproduksi juga dilakukan di kantor ini. Pemilik sebagian besar melakukan
aktivitasnya di kantor ini. Kantor ini merupakan bangunan yang terdiri dari dua
lantai, dimana lantai dasarnya digunakan untuk kegitan penjualan dan bagian
atasnya merupakan rumah pemilik dan keluarganya.
Kantor/kios yang berada di Ngalau berukuran ± 10x5 meter. Kantor ini
juga terdiri dari dua lantai. Lantai atas bangunan digunakan sebagai kantor/kios,
sementara lantai dasar bangunan digunakan sebagai tempat pengemasan dan
gudang keripik sanjai balado. Industri kecil ”Erina” juga memiliki kios di Bonai
Koto Nan IV yang berukuran ± 4x6 meter.
c. Gudang
Pada umumnya, produk ”Erina” yang telah dikemas dan siap dipasarkan
disimpan di kios/kantor Parit Rantang dan Ngalau. Akan tetapi untuk produk
keripik sanjai balado disimpan di gudang yang berada pada lantai dasar kios di
Ngalau. Kondisi gudang ”Erina” cukup terang dan tidak pengap karena di dalam
ruangan tersebut terdapat beberapa ventilasi sehingga sirkulasi udara menjadi
lancar.
d. Mess Karyawan
Mess karyawan berada di Ngalau, Kota Payakumbuh. Tempat ini
merupakan tempat istirahat dan tempat tinggal para karyawan ”Erina” yang
berasal dari luar daerah. Mess ini berupa bangunan yang terdiri dari dua kamar
tidur yang sangat luas, dua kamar mandi, satu dapur, dan satu musholla. Kamar
mandi dan WC karyawan terletak di dalam ruangan khusus pegawai. Kondisi
ruangan saat ini dalam keadaan baik dan cukup bersih.
2. Alat-Alat Produksi dan Operasi
Peralatan yang digunakan ”Erina” dalam proses produksinya antara lain:
a. Rak-rak, digunakan sebagai tempat adonan yang telah dicetak, seperti
adonan galamai dan beras rendang yang telah dimasak dan tempat
menyimpan batiah kering yang siap digoreng.
b. Kuali, merupakan alat yang
menyerupai wajan memasak yang
berdiameter ± 1.5 meter. Kuali digunakan untuk membuat adonan
galamai, beras rendang, kipang, dan tempat menggoreng keripik sanjai
dan karak kaliang.
c. Meja, digunakan sebagai tempat mencetak adonan dan mengemas produk
yang ukuran 4x1 m.
d. Baskom dan ember, digunakan sebagai tempat untuk mengaduk adonan
dan menyimpan bahan-bahan untuk adonan seperti minyak goreng, gula
aren, tepung, dsb.
e. Taram, digunakan sebagai tempat untuk menyimpan adonan galamai dan
beras rendang yang telah dicetak. Taram memiliki diameter 1 meter.
f. Mesin penggiling, digunakan untuk menggiling beras ketan menjadi
tepung ketan yang akan digunakan sebagai bahan baku beras rendang.
g. Sendok kayu, digunakan untuk mengaduk dan menggoreng adonan di
kuali. Sendok kayu yang digunakan memiliki panjang 1 meter dan
diameter sendok ± 10 cm.
h. Paleh-paleh, merupakan meja yang terbuat dari bambu yang digunakan
sebagai tempat menjemur dan mengeringkan adonan yang telah dicetak
seperti kipang dan batiah.
i. Kukuik, digunakan untuk membersihkan singkong yang akan dimasak
untuk dijadikan sanjai.
j. Katam, merupakan kayu yang berlapis pisau untuk memotong-motong
singkong yang akan dijadikan sanjai.
k. Panci, digunakan untuk menyimpan bahan-bahan untuk adonan seperti
gula aren yang telah dicairkan, minyak goreng, dsb.
l. Kompor, digunakan sebagai alat utama untuk memasak adonan.
m. Lampu api cetak, digunakan untuk membungkus dan mengemas produk
yang telah dicetak.
n. Timbangan, untuk menakar adonan dan bahan baku produk.
o. Mesin parut, digunakan untuk memarut kelapa yang akan dijadikan santan
untuk adonan.
p. Paranta, merupakan meja-meja yang terbuat dari bambu yang digunakan
untuk menjemur bahan baku batiah.
q. Rangsang, merupakan periuk/panci yang digunakan untuk merebus beras
ketan yang akan dijadikan bahan dasar batiah dan kipang.
r. Lumpia, digunakan untuk mencetak adonan karak kaliang.
s. Toya, merupakan tempat meletakkan adonan karak kaliang yang sudah
dicetak.
t. Kuas, digunakan untuk mengolesi bumbu balado pada keripik sanjai.
5.3.2 Sumberdaya Manusia
Jumlah karyawan yang bekerja di Industri kecil ”Erina” saat ini adalah 42
orang. Jumlah dan spesifikasi karyawan pada industri kecil ”Erina” dapat dilihat
pada Lampiran 1. Tenaga kerja yang ada terdiri atas 7 orang laki-laki dan 35
orang wanita. Adapun persyaratan untuk menjadi karyawan di ”Erina” adalah
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi makanan tradisional
khas Kota Payakumbuh, memiliki kepercayaan diri dan pendidikan minimal SD.
Setiap karyawan mendapatkan gaji berdasarkan jumlah produksi/jumlah
produk yang dipacking karyawan dan pembayaran dilakukan per minggu. Sistem
recruitment yang dilakukan oleh ”Erina” yaitu berdasarkan sistem kekeluargaan
dan kekerabatan dan pada umumnya merekrut masyarakat sekitar.
5.3.3 Sumberdaya Modal
Modal usaha yang digunakan ”Erina” berasal dari modal pribadi dan
modal dari luar. Modal dari luar berasal dari pinjaman Bank BRI Kota
Payakumbuh yang berjumlah ± dua pertiga dari total modal usaha. Aset yang
dimiliki oleh ”Erina” terdiri dari dua jenis yaitu berupa aktiva tidak lancar
(bangunan & perlengkapan) dan aktiva lancar (uang).
5.4 Kegiatan Operasional ”Erina”
Pada tahun 2008, kapasitas produksi ”Erina” tidak mengalami
peningkatan
dibandingkan
dengan
kapasitas
produksi
pada
tahun-tahun
sebelumnya. Penjualan produk ”Erina” berfluktuatif setiap harinya. Pada tahun
2008 ”Erina” hanya mengalami peningkatan keuntungan ± 1 persen dari tahun
sebelumnya.
1. Produksi dan Pengemasan Galamai dan Beras Rendang
Galamai merupakan makanan tradisional khas Kota Payakumbuh yang
terbuat dari tepung dan gula aren dan beras rendang terbuat dari tepung
beras dan gula. Proses produksi galamai dan beras rendang dilakukan
setiap hari di Parit Rantang Kota Payakumbuh. Jumlah produksi galamai
dan beras rendang setiap hari bervariasi tergantung pada jumlah
permintaan pasar. Proses produksi galamai dan beras rendang dapat
dilihat pada Lampiran 2.
2. Produksi dan Pengemasan Keripik Sanjai Balado
Sanjai balado merupakan makanan tradisional suku Minangkabau yang
terbuat dari keripik singkong dengan bumbu pedas. Keripik sanjai
”Erina” diproduksi di Tanjung Parit Rantang, namun sebagian besar
dipasok dari pengrajin keripik sanjai di Padang Tinggi Kota Payakumbuh.
Keripik sanjai yang telah digoreng kemudian diberi bumbu balado dan
dikemas di tempat produksi ”Erina” di Ngalau. Proses produksi sanjai
balado diakukan setiap hari karena permintaan pasar untuk keripik balado
”Erina” selalu tinggi di berbagai Kota di Sumatera Barat dan di beberapa
Kota di Propinsi lainnya. Proses produksi keripik sanjai balado dapat
dilihat pada Lampiran 3.
3. Produksi dan Pengemasan Batiah
Batiah adalah makanan tradisional khas Kota Payakumbuh yang terbuat
dari beras ketan. Beras ketan tersebut direbus kemudian dicetak dan
dikeringkan selama 1-2 hari. Setelah kering, beras ketan yang telah
menjadi keripik mentah tersebut digoreng dan dikemas. Proses produksi
batiah dilakukan di Padang Tinggi. Proses produksi serta pengemasan
dilakukan setiap hari. Batiah yang telah dikemas dan siap dipasarkan
disimpan di Gudang Kantor ”Erina” di Parit Rantang, Kota Payakumbuh.
Proses produksi batiah dapat dilihat pada Lampiran 4.
4. Proses Produksi dan Pengemasan Karak Kaliang
Proses produksi karak kaliang dilakukan setiap hari di Bonai Koto Nan
IV, Kota Payakumbuh. Produk karak kaliang yang telah dikemas dapat
disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Di samping itu, produk
karak kaliang ”Erina” juga memiliki rasa yang lebih gurih dibandingkan
dengan produk pesaingnya. Proses produksi karak kaliang dapat dilihat
pada Lampiran 5.
5. Proses Produksi dan Pengemasan Kipang
Kipang adalah makanan tradisional khas Kota Payakumbuh yang terbuat
dari beras ketan dan gula aren. Proses produksi kipang tidak dilakukan
setiap hari dan kapasitas produksinya tergantung pada jumlah permintaan
pasar. Produksi kipang dilakukan di Parit Rantang, Kota Payakumbuh.
Lampiran 6 menggambarkan proses produksi kipang ”Erina”.
5.5. Pemasaran
Pemasaran produk ”Erina” dilakukan pada berbagai kota di Propinsi
Sumatera Barat dan Riau. Pemasaran dilakukan di Kota Payakumbuh, Bukittinggi,
Padang, Solok, Padang Panjang, Pekanbaru, dan Duri. Dalam hal promosi,
industri ”Erina” mengandalkan pengunjung yang telah datang sebagai alat
promosi terbesar untuk menarik pengunjung. Pemilik industri ”Erina” percaya
bahwa promosi dari mulut ke mulut adalah cara yang paling efektif untuk
mempromosikan ”Erina” .
Namun demikian, ”Erina” tetap melakukan promosi melalui kerjasama
dengan instansi pemerintah dan kantor seperti Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Payakumbuh, Dinas Pariwisata Kota Payakumbuh dan Propinsi
Sumatera Barat, dan Dinas Koperasi dan UKM yakni melalui bazar-bazar dan
pameran-pameran pada tingkat kota, propinsi, dan pada tingkat nasional.
5.6 Penelitian dan Pengembangan
Pemilik ”Erina” memiliki minat, keterampilan dan pengalaman yang
sangat dalam terhadap produksi, pemasaran, dan pengembangan usaha makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh. Sejauh ini, pengembangan makanan
tradisional khas daerah hanya berupa variasi ukuran produk. Namun demikian,
pihak industri ”Erina” ke depannya akan mencoba untuk memvariasikan rasa
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh.
VI. PEMBAHASAN
6.1 Analisis Lingkungan Umum
Suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal.
Analisis lingkungan umum suatu perusahaan digunakan untuk menganalisis
pengaruh eksternal perusahaan terhadap “Erina”, yaitu: (1) politik dan hukum,
(2) ekonomi, (3) sosial dan budaya, dan (4) teknologi.
6.1.1 Politik dan Kebijakan Pemerintah
a. Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dinas Koperasi dan UKM menyediakan akses pembiayaan bagi KUMKM
melalui pola dana bergulir yang bertujuan untuk memberikan layanan pembiayaan
secara mandiri bagi KUMKM yang belum memenuhi kriteria kelayakan
perbankan
umum.
Dana
bergulir
dikelola
secara
profesional
dengan
mengedepankan kepentingan pelayanan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah (KUMKM) secara transparan, akuntabel, produktif, efisien dan
efektif.6
Selain meluncurkan program dana bergulir UMKM, Kementrian Koperasi
dan UKM juga melakukan program pemotongan hutang (haircut) bagi UMKM
yang bertujuan membantu UMKM yang terjerat hutang agar bisa kembali
membangun usahanya. Dana haircut ditujukan bagi UMKM yang memiliki kredit
macet 5 miliar rupiah ke bawah. Dalam pelaksanaannya, UKM dapat mengajukan
pinjaman ke bank pemerintah yang sudah menjalin kerjasama dengan Asuransi
Kerugian Indonesia (Askrindo), sehingga pemilik UKM tidak perlu memiliki
6
Anonimus. Dana Bergulir Kementrian Koperasi dan UKM. www.danabergulir.com
Diakses Tanggal 12 Januari 2008
penjaminan (colateral). Program haircut juga bisa berupa write off, seperti
penghapusan hutang pemilik UKM di bank atau pemotongan berupa bunga atau
pengurangan hutang. Melalui kebijakan ini, pemilik UKM memiliki kesempatan
dan peluang untuk mendapat pinjaman dari Bank untuk memajukan usahanya.7
b. Dukungan Instansi Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dan Deperindag
Kota Payakumbuh
Pemerintah daerah Propinsi Sumatera Barat memberikan perhatian khusus
terhadap
pembinaan
dan
pengembangan
UKM
untuk
menggali
dan
mengoptimalisasikan keunggulan daerah. Diantaranya adalah dengan memperkuat
infrastruktur UKM dalam bidang pemasaran, produksi, pengadaan barang dan
jasa, serta pembiayaannya, mengembangkan pusat-pusat produksi UKM yang
terkait dengan fungsi marketting mix (Product, Place, Price, dan Promotion)
terutama yang berada pada tingkat pemerintahan nagari (tingkat kecamatan dan
tingkat kotamadya).8
Potensi sumber kekayaan alam/sumberdaya alam diolah melalui UKM
dikelola melalui institusi pemerintahan melalui PIER (Pusat Informasi Ekonomi
Rakyat) yang dikemas sebagai pusat data dan informasi ekonomi rakyat,
pengembangan produk dan jasa, pemasaran dan promosi (ekspor), pembinaan
SDM dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memberikan manfaat bagi stakeholder
UKM di Sumatera Barat. PIER dapat membantu kemajuan UKM secara
bergantian di berbagai kabupaten dan kotamadya di Sumatera Barat melalui
pameran-pameran maupun kegiatan promosi produk dan jasa lainnya.9
Di samping terbentuknya PIER di masing-masing kenagarian, pemerintah
daerah Propinsi Sumatera Barat juga melakukan upaya pengembangan pasar
7
Anonimus. Haircut Dorong Kebangkitan. www.danabergulir.com Diakses Tanggal 12 Januari
2008
8
Anonimus. Akselerasi Pembiayaan UKM. www.kompas.on-line Diakses Tanggal 12 Januari 2008
9
Anonimus. Mengharapkan UKM Berwujud Koperasi. www.kompas.on-line
Diakses tanggal 12 Januari 2008
regional UKM (Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau), nasional (Jakarta), dan
internasional (Singapura, Malaysia, Brunei Darusslam, negara-negara ASEAN
lainnya) dengan mengembangkan pemasaran produk dan jasa potensial, seperti
jenis produk dan komoditas, kemampuan supply, kualitas, kemasan, pengiriman
tepat waktu, dan pendanaan perdagangan. Pemerintah daerah Sumatera Barat juga
melakukan penetrasi pasar global (ekspor) UKM secara terintegrasi baik di tingkat
propinsi, kabupaten dan kota maupun melalui peran serta Perguruan Tinggi dan
lembaga-lembaga sosial ekonomi masyarakat, tokoh ninik mamak, alim ulama,
dan dukungan dari lembaga perbankan daerah. Pada beberapa UKM handicraft,
pemerintah Kota Payakumbuh dan Propinsi Sumatera Barat juga menjalin
kerjasama untuk menarik investor-investor yang berminat untuk menanamkan
modalnya untuk pengembangan UKM, seperti: kerjasama dengan perantauperantau sukses suku Minangkabau.10
UKM di bidang makanan tradisional khas Kota Payakumbuh memberikan
kontribusi besar terhadap sumbangan Pendapatan Asli Derah Kota Payakumbuh.
Oleh karena itu, pemerintah Kota Payakumbuh memberikan perhatian khusus
terhadap pengembangan dan pembinaan UKM-UKM tersebut. Deperindag Kota
Payakumbuh melakukan pembinaan kewirausahaan (entrepreneurship) secara
berkala yang dilakukan setiap bulan di Kota Payakumbuh. Pembinaan ini
mencakup
pembinaan
untuk
memulai
usaha,
menjalankan
usaha,
dan
mengembangkan usaha. Deperindag secara rutin memberikan penyuluhan tentang
pencatatan dan rekapitulasi keuangan UKM serta pembinaan pelabelan dan
kemasan produk. Di samping itu, pemerintah Kota Payakumbuh dan Propinsi
10
Anonimus. Kebijakan Strategis. www.padangekspress.co.id Diakses Tanggal 12 Januari 2008
Sumatera Barat juga berfungsi sebagai fasilitator mesin-mesin produksi modern
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh.
Di samping itu, Deperindag Kota Payakumbuh juga menyalurkan bantuan
modal dan bantuan promosi produk-produk UKM khususnya UKM yang bergerak
di bidang pengolahan dan pemasaran makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh. Dalam hal bantuan modal, Deperindag berperan aktif untuk
menyalurkan dana bergulir dan dana
MAP (Modal Awal Pendanan) dari
Kementrian Koperasi dan UKM maupun dana-dana dari pemerintah daerah
Sumatera Barat seperti IKSP dan IWAPI. Dalam hal promosi, Deperindag
melakukan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah lainnya baik di tingkat
daerah maupun di tingkat nasional. Promosi tersebut dilakukan melalui pameranpameran dan bazar-bazar produk khas daerah. Seperti: pameran pasar rakyat
menyambut hari-hari besar di tingkat Kota Payakumbuh, pameran PKM
(Pengusaha industri Kecil dan Menengah), bazar sentra makanan khas dan
handicaraft, pameran padang
fair di tingkat Propinsi Sumatera Barat dan
berbagai pameran-pameran dan kegiatan promosi lainnya yang dilaksanakan oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan RI yang berskala nasional. Dukungan ini
merupakan peluang UKM untuk mengembangkan dan memajukan usahanya.
c. Stabilitas Politik Nasional
Indonesia pada tahun 2009 akan
melaksanakan pesta demokrasi
(PEMILU) dimana Indonesia mengalami transisi kepemimpinan. Kebijakan
ekonomi menjelang pemilu mengakibatkan alokasi anggaran ke hal-hal yang tidak
produktif sehingga mengakibatkan ekonomi kepanasan (overheating) dan
membahayakan pembangunan ekonomi berkelanjutan.11 Terkait masalah stabilitas
11
Anonimus. Terobosan Kebijakan. www.seputar-indonesia.com Diakes Tanggal 13 Januari 2008
nasional, pada tahun 2009 kondisi Indonesia terancam akan mengalami
instabilitas.12 Pemilu tahun 2009 mengurangi stabilitas nasional pada sektor
ekonomi, politik, pendidikan, budaya, agama, kesehatan dsb. 13
Dalam hal ekonomi, persaingan partai politik untuk menyongsong pemilu
2009 berpotensi menimbulkan ancaman terhadap terganggunya proses produksi
dan operasi industri di Indonesia. Pada Pemilu pada tahun 2004, industri kecil
”Erina” mengalami penurunan penjualan hingga lima persen. Pemilu 2009
berpotensi untuk mengurangi penjualan ”Erina” seperti pada Pemilu tahun 2004.
6.1.2 Ekonomi
a. Inflasi Menurunkan Daya Beli
Inflasi dapat membahayakan perekonomian karena menurunkan nilai uang
yang dipegang masyarakat sehingga menurunkan daya beli masyarakat.
Pendapatan rill yang berkurang dapat berdampak pada turunnya pengeluaran
untuk konsumsi makanan-makanan jenis tertentu sehingga akan membawa
ancaman bagi industri yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran
makanan tradisional khas daerah.14
Tabel. 20 Sumbangan Kelompok Pengeluaran pada Inflasi Nasional Januari 2007
Kelompok Pengeluaran
Umum
1. Bahan Makanan
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
4. Sandang
5. Kesehatan
6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Andil Inflasi (Persen)
1.04
0.69
0.15
0.17
- 0.01
0.02
0.00
0.02
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2007
12
Anonimus. Pemilu 2009 Pemerintah Harus Jadikan 2007 Tahun Terakhir Bekerja.www.kompas.on-line
Diakses Tanggal 8 Februari 2008
13
Anonimus. www.syauqi-online.blogspot.com Diakses Tanggal 8 Februari 2008
14
Anonimus. www.seputar-indonesia.com. Diakses Tanggal 8 Februari 2008
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari 2007
terjadi inflasi 1,04 persen.15 Inflasi terjadi karena kenaikan harga yang
ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada semua kelompok barang dan jasa dimana
inflasi terbesar terjadi pada kelompok makanan.
Pada awal tahun 2008, perekonomian ekonomi nasional terancam dengan
meningkatnya laju inflasi atau harga-harga komoditas dunia. Perlambatan dan
memanasnya ekonomi global tersebut dapat berimbas pada perekonomian
Indonesia. Di samping itu meningkatnya laju inflasi Indonesia pada awal tahun
2008 juga disebabkan oleh imbas meningkatnya laju inflasi dunia yang berasal
dari pesatnya peningkatan harga minyak mentah dunia.
Berdasarkan data BPS, selama Januari-Maret tahun 2008 tingkat inflasi
mencapai 3,41 persen. Secara berturut-turt tingkat inflasi Januari (1,77 persen),
Februari (0,65 persen), dan Maret (0,95 persen). Laju inflasi selama bulan Maret
(0,95 persen) ini merupakan inflasi tertinggi selama tujuh tahun terakhir. Inflasi
yang semakin tak terkendali ini dapat mempengaruhi perekonomian nasional
Indonesia dan berimbas pada keberlangsungan industri-industri di Indonesia.16
b. Fluktuasi Harga Bahan Baku
Kenaikan harga komoditas yang terjadi saat ini yang berlangsung terusmenerus berpotensi menimbulkan gelembung ekonomi (economic bubble).
Pecahnya gelembung ekonomi nantinya dapat membuat perusahaan rugi besarbesaran.17 Naiknya harga bahan baku komoditas pangan membuat harga bahan
pangan menjadi meningkat termasuk harga minyak goreng. Pada awal tahun 2008,
harga minyak goreng meningkat hingga Rp.10.000,00 per kilogram.18 Minyak
goreng merupakan bahan baku utama dalam industri makanan tradisional khas
15
Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi. BPS, 1 Februari 2007
Anonimus. Inflasi Mengancam Ekonomi Indonesia. www.media-indonesia.com
Diakses Tanggal 25 Februari 2008
17
Anonimus. BI Waspadai Harga Komoditas. www.kompas.on-line Diakses Tanggal 14 Februari 2008
18
Anonimus. Policy tak kredibel, Produsen Bandel. www.republika.on-line. Diakses Tanggal 14 Februari
16
Kota Payakumbuh ”Erina”.
Harga minyak goreng dan harga bahan-bahan
produksi lainnya yang berfluktuasi menyebabkan biaya total produksi juga
berfluktuasi sehingga mempengaruhi harga jual produk. Namun, ”Erina”
biasanya tidak menaikkan harga jual produknya langsung setelah harga bahan
baku meningkat, ”Erina” menaikkan harga jual produknya ketika harga bahan
baku sudah naik lebih dari ± 5 persen.
6.1.3 Sosial dan Budaya
Minangkabau merupakan suku di Propinsi Sumatera Barat. Masyarakat
Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang senang merantau. Merantau
merupakan salah satu budaya suku Minangkabau yang telah diwarisi secara turun
temurun. Budaya Minangkabau mengajarkan kepada masyarakatnya untuk hidup
maju, mandiri, dan lepas dari ketertinggalan. Hal ini menyebabkan masyarakat
Minangkabau berdomisili hampir di semua daerah di Indonesia dan mancanegara.
Budaya lainnya adalah budaya untuk memproduksi makanan tradisional
khas suku Minangkabau. Masyarakat suku Minangkabau dikenal memiliki
keahlian dalam produksi makanan dan masakan daerah. Hal ini menyebabkan
banyak masyarakat suku Minangkabau membangun usaha di bidang ini.
Banyaknya masyarakat perantau dan keahlian untuk memproduksi
makanan, menyebabkan berkembangnya usaha-usaha dan industri-industri di
bidang produksi makanan tradisional khas daerah. Bagi masyarakat perantau,
makanan tradisional khas daerah dapat dijadikan oleh-oleh khas daerah suku
Minangkabau. Begitu juga halnya dengan makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh. Pada hari-hari libur dan hari-hari besar nasional, biasanya
masyarakat perantau suku Minangkabau kembali ke kampung halaman dan
membawa oleh-oleh makanan tradisional khas daerahnya untuk dibawa kembali
ke daerah rantau.19 Kecenderungan ini menyebabkan permintaan untuk makanan
tradisional khas suku Minangkabau ini meningkat dibandingkan dengan hari-hari
biasa. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, peningkatan penjualan dapat
dilihat dari omset ”Erina” yang bisa mencapai lebih Rp. 10.000.000,00 per hari
pada hari-hari besar dan hari-hari libur nasional atau meningkat lima hingga enam
kali lipat dari hari-hari biasanya.
Total Omset (Rp 000)
Total Omset Industri Kecil Erina Bulan Oktober 2007
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
Tanggal
Gambar.7 Total Omset ”Erina” Bulan Oktober 2007
6.1.4 Teknologi
Kekuatan teknologi dapat menjadi keunggulan bersaing yang lebih
berdaya guna bagi perusahaan karena perkembangan teknologi dapat menurunkan
biaya operasi, menciptakan produk dan jasa baru untuk diferensiasi dan membuat
produk dan jasa yang ada menjadi tidak ketinggalan. Dalam industri makanan,
saat ini sudah terdapat banyak mesin-mesin industri modern. Mesin-mesin dapat
mengefisienkan produksi perusahaan. Di samping mesin, perkembangan teknologi
19
Anonimus. www.wikipedia.org Diakses Tanggal 14 Februari 2008
pada industri makanan juga dapat dilihat pada kemasan produk yang semakin
menarik seperti penggunaan aluminium foil dan teknologi dalam menciptakan
variasi rasa pada makanan seperti rasa durian pada beras rendang dan galamai.
Hal tersebut merupakan peluang bagi industri-industri yang bergerak dalam
produksi makanan khususnya makanan tradisional khas daerah.
6.2 Analisis Industri
Lingkungan industri merupakan lingkungan eksternal yang membentuk
persaingan
yang
dihadapi
oleh
perusahaan.
Kemampuan
perusahaan
menempatkan diri dalam menghadapi berbagai faktor pembentuk persaingan
dalam industri sangat penting bagi keberhasilan bersaing perusahaan. Teori yang
digunakan adalah teori Michael Porter yang menganalisis lima faktor persaingan,
yaitu: (1) tingkat rivalitas antara peserta industri, (2) ancaman pesaing baru, (3)
ancaman produk substitusi, (4) daya tawar pemasok, dan (5) daya tawar pembeli.
6.2.1 Tingkat Persaingan dalam Industri
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persaingan dalam suatu industri,
antara lain: (1) banyaknya pesaing, (2) pertumbuhan industri, (3) biaya tetap atau
penyimpanan tinggi, (4) ketidakadaaan diferensiasi, (5) skala ekonomis, dan (6)
hambatan untuk keluar industri tinggi. Dalam menjalankan usahanya, “Erina”
menghadapi pesaing yang cukup banyak sehingga tingkat persaingan dalam
industri tersebut menjadi tinggi. Pesaing-pesaing terdekat “Erina” dijabarkan
masing-masing sebagai berikut:
a. Tek Tam
“Tek tam” merupakan salah satu industri kecil penghasil makanan tradisional
khas Kota Payakumbuh yang cukup terkenal di Kota Payakumbuh. Industri kecil
“Tek Tam” berada di Jalan Latsitarda VI No. 114, Kelurahan Parit Rantang, Kota
Payakumbuh. Lokasi usaha “Tek Tam” tidak berada di tepi jalan raya, akan tetapi
merk “Tek Tam” yang terkenal menyebabkan tempat itu selalu ramai dikunjungi
pelanggannya, baik pelanggan di Kota Payakumbuh, maupun pelanggan dari kotakota lain.
Usaha makanan tradisional “Tek Tam” merupakan usaha keluarga yang
resepnya telah diturunkan secara turun temurun. Pemilik usaha ini adalah Ibu Tam
yang akrab dikenal dengan sapaan ”Tek Tam”. Menurut pemilik, usahanya telah
dimulai sejak 50 tahun yang lalu. Resep dan rasa yang khas menyebabkan
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh yang diproduksi ”Tek Tam” tetap
bertahan dan berkembang hingga sekarang. Namun demikian, merk dagang ”Tek
Tam” baru diresmikan lima tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2003.
Selain memproduksi makanan tradisional khas Kota Payakumbuh, ”Tek
Tam” juga melakukan pemasaran terhadap produk-produk olahannya. Selain
memasarkan di Kota Payakumbuh, ”Tek Tam” juga memasarkan produknya di
Kota Padang dan beberapa kota lain di Sumatera Barat. Di samping itu, ”Tek
Tam” juga melayani penjualan langsung di tempat produksi.
Produk ”Tek Tam” tidak menggunakan pengawet, namun hal ini tidak
mempengaruhi daya tahan produk secara signifikan. Pengolahan yang tepat dan
hati-hati menyebabkan produk ini memiliki daya tahan yang cukup lama
dibandingkan dengan produk industri-industri sejenis lainnya. Kemasan yang
digunakan ”Tek Tam” untuk produk-produknya juga tergolong unik. ”Tek Tam”
menggunakan ”karisiak” daun pisang untuk mengemas produknya.
Produk ”Tek Tam” memiliki harga yang sedikit lebih mahal dibandingkan
dengan pesaingnya. Menurut pemilik, harga produk ”Tek Tam” tidak ditetapkan
berdasarkan harga pesaing karena menurut pemilik produk ”Tek Tam” memiliki
rasa yang khas dan gurih serta kemasan yang lebih menarik. Harga ”Tek Tam”
ditetapkan berdasarkan harga bahan baku dan kualitas olahannya.
Dalam menjalankan usahanya, ”Tek Tam” tidak mempekerjakan
karyawan dari luar karena semua karyawan ”Tek Tam” adalah kerabat-kerabat
dekat pemilik. Hal ini menyebabkan kekeluargaan yang ada pada usaha ”Tek
Tam” menjadi sangat erat. Dalam proses produksinya, ”Tek Tam” tidak
menggunakan mesin-mesin modern.
b. Pusako Minang
Industri kecil ”Pusako Minang” berada di Jalan Rambutan No. 29
Kelurahan Padang Tinggi RT 01/RW 02, Kota Payakumbuh. Pemilik ”Pusako
Minang”, Ismanidar, mendirikan usahanya pada tahun 1985.
Dalam menjalankan usahanya, pemilik melakukan kegiatan produksi
sekaligus pemasaran terhadap produk-produk tersebut. Produk yang diproduksi
oleh ”Pusako Minang” antara lain : batiah, galamai, karak kaliang, dan beras
rendang. Produk unggulan ”Pusako Minang” adalah batiah. Saat ini, batiah
”Pusako Minang” dan berbagai produk lainnya telah dipasarkan di berbagai
daerah di Propinsi Sumatera Barat. Seperti: Payakumbuh, Bukittinggi, Batu
Surek, dan Lembah Anai. Selain itu, ”Pusako Minang” juga memasarkan
produknya di beberapa kota di luar Sumatera Barat seperti Dumai, Pekanbaru, dan
Bengkulu. Harga yang ditetapkan oleh ”Pusako Minang” tidak didasarkan pada
pertimbangan harga yang ditetapkan oleh pesaing, akan tetapi ditetapkan
berdasarkan total biaya produksi.
Saat ini, karyawan ”Pusako Minang” berjumlah 15 orang. Pada
umumnya, karyawan direkrut dari sekitar tempat industri sehingga rasa
kekeluargaan antara karyawan menjadi erat. Promosi yang telah dijalankan
”Pusako Minang” sejauh ini adalah melalui radio dan mengandalkan promosi dari
mulut ke mulut.
”Pusako Minang” hanya memiliki satu tempat produksi yang berukuran ±
15x15 meter. Tempat produksi ”Pusako Minang” cukup luas, tidak pengap dan
dalam kondisi yang cukup bersih. Pada tempat yang sama, terdapat sebuah kios
dan gudang tempat penyimpanan produk yang telah selesai dikemas dan siap
dipasarkan.
c. Utama
Industri ”Utama” berada di Padang Tinggi No. 48 Rt 01/RW 01, Kota
Payakumbuh. Pemilik industri kecil ”Utama” adalah Ibu Maimun.”Utama”
memiliki dua bangunan tempat produksi dan pengemasan produk. Bangunan
pertama berada di Padang Tinggi, yang telah berdiri sejak tahun 1992. Bangunan
ini merupakan tempat produksi utama industri kecil ”Utama”. Bangunan ini
memiliki luas ± 800 m2. Disamping itu, pemilik juga memiliki bangunan di Jalan
Imam Bonjol seluas ± 800 m2 yang digunakan sebagai tempat pengemasan produk
dan gudang.
Produk yang dihasilkan ”Utama” adalah beras rendang, galamai, dan
batiah. Proses produksi tidak dilakukan setiap hari karena menurut pemilik,
proses produksi dilakukan berdasarkan permintaan barang dari pelanggan.
”Utama” menetapkan harga produknya berdasarkan pada pertimbangan harga
yang ditetapkan oleh pesaing.
Di samping melakukan aktivitas produksi, ”Utama” juga melakukan
aktivitas pemasaran produk-produk yang dihasilkannya. Saat ini, produk
”Utama” hanya dipasarkan di beberapa kota di Sumatera Barat karena menurut
pemilik penjualan lebih banyak dilakukan secara langsung di tempat produksi. Hal
ini menyebabkan banyak pelanggan ”Utama” yang melakukan transaksi langsung
di tempat produksi ”Utama”.
Salah satu kelebihan ”Utama” dibandingkan dengan pesaingnya adalah
rasa yang khas dan lebih gurih. Hal ini disebabkan karena ”Utama” memasok
bahan baku yang berkualitas dari luar Kota Payakumbuh. Sedangkan kelemahan
”Utama” adalah kurangnya promosi dan hubungan erat dengan instansi-instansi
pemerintah dalam hal pembinaan dan pengembangan UKM
d. Gonjong Limo
”Gonjong Limo” merupakan salah satu industri kecil makanan tradisional
khas Kota Payakumbuh yang telah berdiri sejak tahun 1980. Usaha ”Gonjong
Limo” didirikan oleh Ibu Mitra Gusiar. Industri kecil ”Gonjong Limo” terletak di
Jalan Dahlia No.17 Padang Tinggi, Kota Payakumbuh. Bila dibandingkan dengan
pesaingnya, lokasi usaha ”Gonjong Limo” kurang strategis dan jauh dari jalan
raya sehingga sulit diakses oleh pelanggannya.
”Gonjong Limo” hanya memiliki satu tempat produksi yang berukuran ±
10x10 meter. Proses pengemasan dan penyimpanan barang juga dilakukan pada
tempat yang sama. Tempat proses produksi yang kurang luas menyebabkan
ruangan menjadi pengap dan gelap.
Produk yang dihasilkan oleh ”Gonjong Limo” adalah batiah, galamai,
beras rendang, dan kacang telor. Harga produk ditetapkan berdasarkan pada total
biaya produksi dan tidak mempertimbangkan harga yang ditetapkan oleh
pesaingnya. Saat ini, produk ”Gonjong Limo” hanya dipasarkan di tiga kota di
Propinsi Sumatera Barat, yaitu: Payakumbuh, Bukittinggi, dan Kota Padang.
Sejauh ini, ”Gonjong Limo” belum pernah melakukan promosi produk secara
khusus. Hal ini menyebabkan merk ”Gonjong Limo” tidak terlalu dikenal oleh
masyarakat sekitar dibandingkan dengan merk pesaingnya.
e. Delima SY
Industri ini terletak di Jalan Parit Rantang, Kota Payakumbuh. ”Delima
SY” yang memiliki lokasi usaha yang cukup luas ini menawarkan produk yang
bervariasi. Seperti: beras rendang, galamai, batiah, karak kaliang, dan kipang.
Pengunjung dapat memilih beberapa pilihan produk dengan ukuran dan kemasan
yang berbeda-beda. Disamping memproduksi sendiri beberapa produknya,
”Delima SY” juga memasok produk-produk dari industri sejenis yang belum
memiliki merk dagang.
Salah satu kelebihan industri ini adalah harga produk yang relatif bersaing.
Pemilik ”Delima SY” menetapkan harga produk berdasarkan pada pertimbangan
harga yang ditetapkan oleh pesaingnya. Kelebihan lainnya teletak pada kemasan
yang cukup menarik. Sejauh ini, ”Delima SY” belum melakukan promosi khusus
untuk memasarkan produknya.
6.2.2 Ancaman Pendatang Baru
Menurut Porter (1993), ancaman masuknya pendatang baru ke dalam suatu
industri tergantung kepada rintangan masuk yang ada dan reaksi para pesaing
yang telah ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Enam sumber
rintangan memasuki industri, yaitu: (1) diferensiasi produk, (2) kebutuhan modal,
(3) skala usaha, (4) biaya beralih pemasok, (5) akes ke saluran distribusi, dan (6)
kebijakan pemerintah.
Usaha di bidang makanan tradisional khas Kota Payakumbuh tidak begitu
sulit untuk dilaksanakan. Hambatan untuk masuk ke industri ini hampir tidak ada.
Untuk menjadi sebuah industri kecil di bidang pengolahan dan pemasaran
makanan tradisional tidak dibutuhkan skala ekonomis yang besar karena usaha ini
dapat dilakukan pada berbagai tempat dan berbagai lokasi serta pada berbagai
skala usaha. Untuk membuat usaha ini juga tidak dibutuhkan modal yang besar
karena pada umumnya pemilik industri kecil makanan tradisional khas di Kota
Payakumbuh memulai usahanya dalam lingkup rumah tangga dan memanfaatkan
alat-alat produksi yang ada sehingga modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
Disamping itu, produk makanan tradisional khas Kota Payakumbuh sangat
mudah untuk diproduksi karena pada umumnya memiliki resep dan rasa yang
relatif sama. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi juga dapat
dipasok dengan mudah. Sejauh ini, industri kecil yang berproduksi di bidang
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh tidak memiliki kendala dalam
memasarkan produknya karena permintaan atas produk ini cukup besar dari
berbagai daerah, latar belakang suku, usia, dan jenis kelamin.
Kebijakan pemerintah juga tidak menyulitkan untuk memulai usaha
semacam ini. Peran pemerintah di bidang pembentukan, pembinaan, dan
pengembangan UKM di Kota Payakumbuh cukup besar. Seperti Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pariwisata, dan
berbagai instansi lainnya. Dukungan yang besar dari pemerintah daerah
menyebabkan UKM ini berkembang pesat di kota Payakumbuh. Biaya beralih
pemasok juga tidak terlalu besar karena pada umumnya pemilik usaha makanan
tradisional khas daerah Kota Payakumbuh juga memproduksi produk-produk lain
yang bukan merupakan makanan khas daerah Kota Payakumbuh.
6.2.3 Ancaman Produk-Produk Pengganti
Produk pengganti merupakan produk-produk lain yang dapat menjalankan
fungsi yang sama seperti produk dalam industri tersebut. Produk pengganti utama
dari suatu produk adalah produk yang memiliki kecenderungan harga dan prestasi
yang lebih baik dibandingkan dengan produk dalam industri tersebut. Produk
pengganti untuk makanan tradisional khas Kota Payakumbuh adalah produk
industri-industri lainnya yang menawarkan harga, rasa, kualitas, kemasan, dan
atribut-atribut lain yang berbeda.
6.2.4 Daya Tawar Pemasok
Pemasok dapat menggunakan daya tawar (bargaining) terhadap para
peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu
produk/jasa yang dibeli (Porter, 1993). Produk makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh pada umumnya menggunakan beras ketan yang diolah dengan
berbagai bumbu dan rasa. Dengan demikian, beras ketan merupakan input
terpenting dalam usaha di bidang ini. Dalam menjalankan usahanya, para peserta
industri dapat menggunakan beras ketan yang berasal dari lokal Kota
Payakumbuh, maupun beras ketan yang diimpor dari Thailand.
Kekuatan tawar menawar pemasok beras ketan lokal lebih kuat
dibandingkan dengan peserta industri. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan salah satu pemilik industri makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh, diketahui bahwa beras ketan produksi lokal memiliki kualitas yang
lebih bagus, rasa yang lebih gurih, dan daya tahan yang lebih lama dibandingkan
dengan beras ketan yang diimpor dari Thailand. Hal ini disebabkan karena beras
ketan lokal diproduksi secara tradisional, tanpa menggunakan bahan kimia dan
dipanen saat beras tersebut sudah matang dan layak panen.
Dalam industri makanan di Kota Payakumbuh, sebagian besar pemilik
industri menggunakan bahan baku lokal meskipun sulit untuk didapat dan
memiliki harga yang relatif lebih mahal. Hal ini menyebabkan posisi pemasok
beras ketan lokal di Payakumbuh menjadi kuat dibandingkan dengan para peserta
dalam industri makanan tradisional khas Kota Payakumbuh.
Hal berbeda dihadapi oleh industri yang menggunakan beras ketan yang
diimpor dari Thailand. Beras ketan Thailand memiliki rasa yang kurang gurih
dibandingkan dengan beras ketan lokal meskipun memiliki harga yang relatif
lebih murah. Hal ini menyebabkan posisi pemasok beras ketan Thailand bisa
dikatakan sama kuat mengingat para peserta industri merupakan konsumen bagi
pemasok. Walaupun jumlah pemasok beras ketan Thailand lebih sedikit
dibandingkan dengan peserta industri, tetapi kekuatan tawar menawar pemasok
beras ketan Thailand relatif berimbang dengan industri.
6.2.5 Daya Tawar Pembeli
Kekuatan pembeli dalam industri sangat ditentukan dari karakter pasarnya
dan kepentingan relatif pembeli dari industri yang bersangkutan. Pembeli yang
dihadapi ”Erina” memiliki kekuatan yang besar. Saat ini, industi yang bergerak
di bidang pengolahan dan pemasaran makanan tradisional khas Kota Payakumbuh
sangat menguntungkan pembeli karena banyaknya industri yang menawarkan
produk-produk yang relatif sama. Kondisi ini menyebabkan pembeli memiliki
pilihan produk yang banyak, sehingga pembeli dengan mudah dapat berpindah
dari suatu industri ke industri lainnya jika kebutuhan atau permintaan mereka
tidak dapat dipenuhi. Disamping itu, proses untuk berpindah industri juga
memungkinkan karena biaya peralihan atau biaya untuk berpindah industri sangat
kecil karena anggota industri memiliki lokasi yang saling berdekatan dan
menawarkan produk yang relatif sama dan dengan harga yang bersaing.
6.3 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal suatu perusahaan dapat dilakukan melalui
pendekatan fungsional yang meliputi fungsi-fungsi: (1) manajemen, (2)
pemasaran, (3) keuangan dan akuntansi, (4) produksi/operasi, dan (5) sumberdaya
manusia. Analisis pada masing-masing fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut:
6.3.1 Analisis Manajemen
Fungsi manajemen yang dijalankan oleh ”Erina” cukup sederhana.
Pemilik ”Erina” merangkap jabatan sebagai ketua, sekretaris dan bendahara
dimana pemilik mengkoordinir keuangan dan produksi serta pencatatanpencatatan permintaan secara langsung.
Perencanaan ”Erina” seperti perencanaan produk, perencanaan harga,
perencanaan distribusi, pengembangan dan kebijakan utama semua dilakukan oleh
pemilik. Pemilik ”Erina” merupakan orang yang sangat berpengalaman dalam
usaha produksi dan pemasaran makanan tradisional khas Kota Payakumbuh
karena telah menjalani usaha tersebut selama lebih dari 30 tahun. Perencanaan
jangka panjang perusahaan tergolong bagus karena pemilik memiliki keinginan
besar untuk mengembangkan dan memperbesar skala usahanya.
Pelaksanaan kegiatan secara umum memenuhi rencana yang sudah
ditetapkan pemilik. Akan tetapi, pemilik ”Erina” belum menuangkan tujuan
perusahaan tersebut dalam visi dan misi perusahaan. Dalam proses perencanaan
kuantitas produk, karyawan ”Erina” dapat merencanakan dan menentukan
kuantitas produk yang diproduksi sesuai dengan jumlah permintaan produk setiap
harinya tanpa harus menunggu instruksi pemilik.
6.3.2 Analisis Pemasaran
Dalam hal pemasaran, ”Erina” melakukan penetrasi pasar dengan
membangun jejaring dan hubungan baik dengan dinas-dinas pemerintahan dan
lembaga-lembaga lain yang terkait dengan UKM. Bauran pemasaran ”Erina”
dijabarkan sebagai berikut:
a. Produk (Product)
Produk yang dihasilkan oleh ”Erina” merupakan makanan tradisional
khas Kota Payakumbuh. Produk olahan yang diproduksi dan dikembangkan
”Erina” cukup beragam seperti: galamai, beras rendang, karak kaliang, batiah,
kipang, dan keripik sanjai balado.
Produk-produk olahan ”Erina” pada umumnya menggunakan bahan baku
lokal yang dipasok dari Kota Payakumbuh. Akan tetapi, resep yang khas
menyebabkan produk ”Erina” memiliki kualitas yang bagus. Produk olahan yang
beragam (terdiri dari enam jenis produk) dan memiliki rasa yang khas
menimbulkan citra baik ”Erina” di mata konsumen.
Di samping menjual produk-produknya, ”Erina” juga memasarkan
produk-produk makanan tradisional yang dipasok dari berbagai industri-industri
kecil lainnya di Kota Payakumbuh. Produk olahan dari industri-industri lain ini
dipajang dan dipasarkan di kios-kios ”Erina”. Produk-produk tersebut antara lain:
kacang tojin, karupuak kareh-kareh, kerupuk lento, kue sapik, rakik udang,
kacang tojin, pisang salai, sagun bakar, dan kue galang. Daftar produk dan harga
produk ”Erina” dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada lampiran tersebut dapat
diketahui bahwa produk yang dijual pada kios ”Erina” 19 item merupakan
produk ”Erina” dan 19 item dipasok dari industri-industri kecil lainnya di Kota
Payakumbuh. Pendapatan dari makanan pasokan industri lain ± 10 persen dari
total omset ”Erina” setiap bulannya.
b. Harga (Price)
Penetapan harga yang dilakukan oleh ”Erina” tidak didasarkan pada
pertimbangan perilaku pesaing tetapi berdasarkan pada total biaya produksi
perusahaan dengan mark up harga ± 10 persen. Secara umum, harga yang
ditetapkan ”Erina” relatif lebih murah dibandingkan dengan harga yang
ditetapkan oleh pesaing-pesaingnya. Namun demikian, harga yang bersaing ini
diikuti dengan kualitas yang baik pada produk-produk tersebut. Pemilik tidak
menganggap harga sebagai hambatan utama perusahaan karena konsumen
memiliki hak untuk memilih produk yang sesuai dengan kriteria harga dan selera
konsumen. Perbandingan harga beberapa produk ”Erina” dibandingkan dengan
harga yang ditetapkan pesaingnya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel. 21 Perbandingan Harga Produk ”Erina” dengan Harga Produk
Pesaingnya
Nama Produk
Netto
Harga Produk (Rp)
(gram)
Erina
Tek Tam
Utama
P. Minang
Gonjong Limo
Delima
Beras Rendang
250
10.000
12.000
11.000
11.000
11.000
11.000
Beras Rendang
100
4.500
5.000
4.500
5.000
4.500
5.000
Galamai
250
10.000
12.500
11.000
11.000
11.000
11.000
Galamai
100
4.500
6.000
4.500
5.000
4.500
4.500
Batiah
250
5.000
5.000
5.000
6.000
5.000
5.000
Karak Kaliang
250
5.000
-
-
5.000
-
5.500
Kipang
Keripik sanjai
balado
200
6.000
6.000
-
-
-
6.500
250
10.000
-
-
-
-
-
c. Distribusi (Place)
Lokasi ”Erina” dapat dengan mudah diakses karena ”Erina” berada pada
pusat Kota Payakumbuh. Payakumbuh merupakan kota yang terletak di tengahtengah jalur kota Padang-Pekanbaru. Lokasi yang strategis ini memudahkan
”Erina” untuk memasarkan produk pada konsumennya. Distribusi produk
”Erina” ke luar kota biasanya dilakukan oleh staf penjualan ”Erina” dan melalui
agen. Sementara itu, penjualan di dalam Kota Payakumbuh dilakukan oleh staf
penjualan ”Erina”. Berdasarkan keterangan pemilik, ± 70 persen produk ”Erina”
dipasarkan ke agen-agen ”Erina” yang berada di luar Kota Payakumbuh, 10
persen dipasarkan pada agen-agen ”Erina” di Kota Payakumbuh, dan 20 persen
produknya dijual langsung pada end user di kios-kios milik ”Erina”.
Sejauh ini, ”Erina” mendistribusikan produknya hanya di Propinsi
Sumatera Barat dan beberapa kota di Propinsi Riau. Pemasaran dan
pendistribusian belum dilakukan di propinsi-propinsi lain di Indonesia dan belum
dipasarkan secara nasional.
d. Promosi (Promotion)
Sejauh ini, promosi yang dilakukan ”Erina” adalah melalui kerjasama
dengan dinas-dinas pemerintahan seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Pariwisata. Kerjasama dilakukan melalui
pameran-pameran produk khas suku Minangkabau secara berkala di tingkat kota,
tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Pameran yang dilakukan di tingkat kota
antara lain saat perayaan ulang tahun Kota Payakumbuh, pasar rakyat menyambut
hari raya, dsb. Sementara pameran pada tingkat propinsi dan nasional dilakukan
melalui pameran sentra makanan ringan dan handicraft yang dilakukan setiap
tahun secara nasional.
Promosi perusahaan yang cukup ampuh adalah promosi melalui mulut ke
mulut. Pengunjung/pelanggan yang berkunjung ke ”Erina” dapat menjadi sumber
informasi tentang keberadaan ”Erina” sebagai penghasil makanan tradisional
khas Kota Payakumbuh. Melalui promosi dari mulut ke mulut ini, pemilik
mengharapkan pengunjung dan pelanggan ”Erina” yang sudah ada bisa
berkembang lebih luas lagi.
6.3.3 Analisis Keuangan dan Akuntansi
Pada
awal
berdirinya,
sekitar
tahun
1970-an,
pemilik
”Erina”
menggunakan modal sendiri. Namun demikian, dalam mengembangkan usahanya,
pemilik ”Erina” memperoleh modal dari luar. Modal dari luar berasal dari
pinjaman Bank BRI Kota Payakumbuh yang berjumlah ± dua pertiga dari total
modal usaha saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa rasio laverage perusahaan
cukup besar. Rasio laverage menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh hutang. Hal ini juga menyebabkan rasio likuiditas perusahaan menjadi rendah
yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki kemampuan yang tinggi
dalam melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Di samping itu, penggunaan
modal dari luar yang cukup besar menyebabkan keuntungan yang dihasilkan
perusahaan digunakan untuk menyicil hutang dan untuk modal usaha berikutnya.
Sistem pencatatan keuangan pun masih dilakukan dengan sederhana.
Pencatatan keuangan ”Erina” belum menggunakan sistem akuntansi karena
pencatatan yang dilakukan hanya berdasarkan pemasukan dan pengeluaran setiap
harinya saja. Di samping itu, pencatatan belum terstruktur secara rapi. Dengan
sistem pencatatan seperti ini, perusahaan sulit untuk mengukur kemampuan dan
perkembangan perusahaan karena sulit membedakan antara uang milik pribadi
dengan milik perusahaan.
6.3.4 Analisis Produksi/Operasi
Fungsi produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang
mengubah
masukan
menjadi
barang
dan
jasa.
Secara
produksi/operasi ”Erina” dapat diuraikan sebagai berikut:
rinci,
analisis
a. Pemasok (Supplier)
Pemasok ”Erina” mencakup keseluruhan pemasok dalam input bahan
baku yang digunakan oleh ”Erina”. Dalam menjalankan usahanya, ”Erina”
memasok bahan baku lokal di Kota Payakumbuh. ”Erina” tidak memiliki
kesulitan dalam mengakses bahan baku karena hampir seluruh bahan baku
disupply dari Kota Payakumbuh. Bahan baku tersebut antara lain: beras ketan
yang diolah menjadi tepung beras ketan, minyak goreng dan gula aren dan
berbagai bahan baku pelengkap lainnya.
b. Input
Input dalam proses produksi digunakan dalam transformasi untuk
mengubah input tesebut menjadi produk. Input yang digunakan ”Erina” dalam
proses produksinya mencakup input peralatan material dan fasilitas serta input
SDM. Bagi ”Erina”, proses produksi dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kuantitas yang diminta pelanggan dan menghasilkan produk yang
berkualitas. Oleh karena itu, bagi ”Erina”, setiap komponen input harus
memenuhi standar, yaitu:
Input material:
ƒ
Beras ketan yang berkualitas dan memiliki daya tahan tinggi.
ƒ
Mesin-mesin produksi yang awet, tidak cepat rusak dan berkualitas.
ƒ
Alat-alat produksi lainnya yang tidak mudah rusak.
Sedangkan standar input SDM yang digunakan ”Erina” antara ain:
ƒ
Memiliki pengetahuan dalam produksi makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh.
ƒ
Memiliki keterampilan.
ƒ
Memiliki motivasi yang kuat dalam usaha.
ƒ
Memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
c.Proses Produksi
Proses produksi merupakan tahapan untuk mengubah input menjadi
produk yang siap dipasarkan/ditawarkan kepada pelanggan. Untuk menghasilkan
produk terbaik, ”Erina” berproduksi sesuai dengan tahapan-tahapan proses yang
telah selama berpuluh-puluh tahun sehingga produk yang dihasilkan dapat
memenuhi keinginan pelanggan. Proses produksi ”Erina” dapat dilakukan setiap
saat, terutama jika permintaan produk meningkat seperti pada hari-hari libur dan
hari-hari besar nasional. Satuan unit waktu kerja
karyawan dapat ditambah
seiring dengan peningkatan jumlah permintaan pada hari-hari libur dan hari-hari
besar tersebut. Kapasitas produksi “Erina” setiap hari dapat dilihat pada
Lampiran 8.
d.Output
Output yang dihasilkan oleh ”Erina” cukup bervariasi. Seperti: galamai,
beras rendang, karak kaliang, batiah, kipang, dan keripik sanjai balado. Dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan., ”Erina” memproduksi produk berdasarkan
resep yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun secara turun temurun.
e. Pelanggan
Pelanggan ”Erina” tidak hanya berasal dari Kota Payakumbuh, akan
tetapi juga berasal dari berbagai kota di Propinsi Sumatera Barat dan Indonesia.
Target pasar produk ”Erina” juga tergolong luas karena ”Erina” membidik
konsumen dari berbagi kalangan, umur, jenis kelamin, dan suku bangsa.
6.3.5 Analisis Sumberdaya Manusia
Karyawan yang bekerja pada ”Erina” berjumlah 42 orang yang terdiri
dari dua orang di bagian administrasi (kasir), tiga orang di bagian penjualan, dan
37 orang pada bagian produksi. Pada umumnya karyawan ”Erina” direkrut dari
masyarakat yang berdomisili di sekitar area produksi ”Erina”. Namun demikian,
”Erina” juga mempekerjakan beberapa orang karyawan yang berasal dari luar
Kota Payakumbuh.
Perekrutan karyawan dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan sehingga
para karyawan yang bekerja pada ”Erina” memiliki rasa kebersamaan dan
keterbukaan yang baik serta memiliki rasa kekeluargaan yang erat. Para pekerja
ini bekerja dengan pembagian kerja yang sangat sederhana. Mereka bekerja
menurut unit usaha/jenis makanan yang diproduksi oleh ”Erina” yaitu pada
produksi galamai dan beras rendang di Kelurahan Parit Rantang, produksi karak
kaliang di Bonai Koto Nan IV, produksi batiah di Padang Tinggi serta produksi
keripik sanjai balado di Ngalau.
Karyawan yang direkrut ”Erina” rata-rata hanya menamatkan sekolah
pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Pada umumnya, karyawan yang bekerja pada
”Erina”, rata-rata telah bekerja di ”Erina” selama lebih dari 5 tahun. Bahkan,
beberapa karyawan telah bekerja pada ”Erina” selama belasan tahun.
6.4 Ikhtisar Analisis
6.4.1 Identifikasi Peluang dan Ancaman
Identifikasi faktor eksternal menghasilkan sejumlah peluang yang dapat
dimanfaatkan dan sejumlah ancaman yang harus diatasi atau dihindari oleh
”Erina”. Peluang dan ancaman yang dihadapi oleh ”Erina” secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 22.
Tabel. 22 Faktor Peluang dan Ancaman ”Erina”
ASPEK
PELUANG
Politik
Kebijakan Pemerintah
ANCAMAN
- Pemilu 2009 berpotensi mengurangi
stabilitas politik nasional
- Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
- Dukungan Instansi Pemerintah Propinsi
Sumbar dan Deperindag Kota
Payakumbuh
Ekonomi
- Inflasi menurunkan daya beli
- Fluktuasi harga bahan baku
Sosial, Budaya, dan
Lingkungan
Teknologi
Ancaman Pendatang
Baru
Pembeli
Ancaman Produk
Substitusi
Persaingan Antar
Anggota Industri
- Peningkatan permintaan pada
hari-hari besar dan libur nasional
- Inovasi produk, kemasan, dan mesinmesin industri
- Industri mudah dimasuki pendatang
baru
- Pasar pelanggan tinggi
- Substitusi semakin banyak dan
dikenal masyarakat
- Tingkat persaingan tinggi
6.4.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Analisis faktor internal perusahaan menghasilkan sejumlah kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh “Erina”. Kekuatan dan kelemahan ini dapat
digunakan untuk memanfaatkan sejumlah peluang dan menghindari sejumlah
ancaman yang telah diidentifikasi sebelumnya. Faktor-faktor yang menjadi
kekuatan dan kelemahan “Erina” diringkas pada Tabel 23.
Tabel. 23 Faktor Kekuatan dan Kelemahan ”Erina”
Aspek
Manajemen
Pemasaran
Kekuatan
Kelemahan
- Produk olahan beragam, berkualitas,
dan kontinyu
- Harga produk bersaing
- Hubungan baik dengan berbagai
instansi pemerintah
Keuangan dan
Akuntansi
Produksi/Operasi
SDM
- Produksi dapat dilakukan setiap saat
- Loyalitas karyawan tinggi
- Manajemen masih sederhana
- Daerah pemasaran masih terbatas
- Sebagian besar menggunakan modal
dari Bank
- Pencatatan keuangan masih sederhana
- Teknologi yang digunakan masih tradisional
6.4.3 Analisis Matriks EFE
Analisis lingkungan eksternal menghasilkan lima peluang dan enam
ancaman bagi ”Erina” dalam mencapai tujuannya. Kelima peluang tersebut
adalah (1) dukungan Dinas Koperasi dan UKM, (2) dukungan instansi pemerintah
Propinsi Sumatera Barat dan Deperindag Kota Payakumbuh, (3) peningkatan
permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional, (4) inovasi produk, kemasan,
dan mesin-mesin industri, serta (5) pasar pelanggan yang tinggi.
Sedangkan ancaman yang dihadapi oleh ”Erina” adalah (1) pemilu 2009
yang berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional, (2) inflasi yang
menurunkan daya beli, (3) fluktuasi harga bahan baku, (4) industri mudah
dimasuki pendatang baru, (5) substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat,
dan (6) tingkat persaingan yang tinggi.
Pembobotan
masing-masing
variabel
di
atas
dilakukan
dengan
menggunakan metode pembobotan berpasangan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Proses pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 8. Matriks External
Factor Evaluation (EFE) dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel. 24 Matriks External Factor Evaluation (EFE)
FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL
Peluang:
Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dukungan instansi pemerintah Prop. Sumbar dan Deperindag Payakumbuh
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional
Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
Pasar pelanggan tinggi
Ancaman:
Pemilu 2009 berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional
Inflasi menurunkan daya beli
Fluktuasi harga bahan baku
Industri mudah dimasuki pendatang baru
Substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat
Tingkat persaingan tinggi
Total
BOBOT
RATING
SKOR
0.0934
0.0781
0.0903
0.1057
0.1011
4.00
4.00
3.33
1.33
2.00
0.3736
0.3125
0.3010
0.1409
0.2022
0.0628
0.0674
0.0934
0.0827
0.1057
0.1026
1.33
2.67
3.67
4.00
3.67
3.33
0.0837
0.1797
0.3425
0.3307
0.3874
0.3420
2.9962
Berdasarkan hasil pengolahan data pada matriks EFE di atas maka dapat
diketahui bahwa faktor strategis eksternal yang menjadi peluang utama bagi
”Erina” adalah (1) dukungan Dinas Koperasi dan UKM (0.3736), ini
menunjukkan bahwa ”Erina” memiliki respon yang sangat kuat terhadap
kebijakan-kebijakan dari Dinas Koperasi dan UKM seperti mengikuti pembinaan
kewirausahaan (entrepreneurship), pelatihan untuk memulai dan mengembangkan
usaha, serta mengikuti pameran-pameran promosi di tingkat kota, propinsi dan
tingkat nasional yang dilakukan secara berkala . (2) Dukungan instansi pemerintah
Propinsi Sumatera Barat dan Deperindag Kota Payakumbuh (0.3125). ”Erina”
memanfaatkan kebijakan-kebijakan dari instansi pemerintah Propinsi Sumatera
Barat dan Deperindag Kota Payakumbuh dengan baik terutama dalam hal promosi
seperti mengikuti bazar-bazar dan pameran-pameran produk khas daerah pada
tingkat kota, propinsi, dan nasional dimana jadwal pelaksanaan kegiatan adalah
berdasarkan jadwal program kerja instansi-instansi pemerintah tersebut. (3)
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional (0.3010). Tingkat
permintaan produk yang meningkat ini dapat tercermin dari meningkatnya total
omset ”Erina” lima hingga enam kali lipat dari hari-hari biasa.
Ancaman utama ”Erina” berdasarkan data di atas adalah: (1) substitusi
semakin banyak dan dikenal masyarakat (0.3874) yaitu produk-produk makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh yang diproduksi oleh industri sejenis yang
menawarkan harga, rasa, kualitas, kemasan, dan atribut-atribut lain yang berbeda.
(2) Fluktuasi harga bahan baku (0.3025). Harga bahan baku yang berfluktuatif
sangat mempengaruhi harga jual produk-produk ”Erina” karena ”Erina” tidak
menetapkan harga jual berdasarkan harga pesaingnya melainkan berdasarkan total
biaya produksi termasuk biaya bahan baku. (3) Tingkat persaingan yang tinggi
(0.3020). Tingkat persaingan yang tinggi menyebabkan ”Erina” harus memiliki
keunggulan bersaing untuk memenangkan persaingan dan merebut pangsa pasar
dalam industri makanan tradisional khas Kota Payakumbuh.
Total skor matriks EFE ”Erina” adalah 2.9962 yang menunjukkan bahwa
kemampuan ”Erina” dalam merespon faktor eksternal peluang dan ancaman
adalah di atas rata-rata. Artinya, ”Erina” dapat memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman dengan baik.
6.4.4 Analisis Matriks Profil Persaingan
Matriks profil persaingan digunakan untuk mengidentifikasi pesaing
utama perusahaan serta kekuatan dan kelemahannya dalam kaitannya dengan
posisi strategis suatu perusahaan. Dalam menyusun matriks profil persaingan,
faktor sukses kritis diberi bobot dan rating oleh para pakar yang memahami
kondisi UKM khususnya UKM yang bergerak di bidang pengolahan dan
pemasaran makanan tradisional khas Kota Payakumbuh. Proses pembobotan dan
peratingan dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik ”Erina” diketahui ada lima
industri kecil makanan tradisional khas Kota Payakumbuh yang menjadi pesaing
utama ”Erina”, yaitu Tek Tam, Pusako Minang, Utama, Gonjong Limo, dan
Delima SY. Kelima industri kecil ini merupakan pesaing yang paling utama karena
kelima industri kecil tersebut memiliki keunggulan masing-masing dan
menawarkan produk yang relatif sama dengan produk yang ditawarkan oleh
”Erina”, sehingga produk kelima pesaing tersebut dapat menggantikan produk
”Erina”.
Berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara dengan beberapa
pemilik industri kecil makanan tradisional khas Kota Payakumbuh diketahui enam
faktor sukses kritis yang mempengaruhi keberhasilan suatu industri kecil makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh yaitu variasi produk yang ditawarkan, lokasi,
pelayanan, kemasan produk yang menarik, periklanan, dan harga. Masing-msing
bobot untuk tiap faktor sukses kritis dapat dilihat pada Tabel 25. Berdasarkan
pembobotan dapat diketahui bahwa kemasan produk menempati urutan pertama
diikuti oleh pelayanan, harga, merk dan promosi, lokasi, dan variasi produk yang
ditawarkan.
Tabel. 25 Pembobotan Faktor Sukses Kritis CPM
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
Bobot Responden Ke
1
2
3
0.1500
0.1000
0.1500
0.1000
0.1833
0.1500
0.1833
0.2000
0.1667
0.1833
0.1833
0.2500
0.1833
0.1833
0.1333
0.2000
0.1500
0.1500
1.0000
1.0000
1.0000
Rata-Rata
0.1333
0.1444
0.1833
0.2055
0.1666
0.1667
1.0000
”Erina” memiliki kemasan produk yang masih sederhana yakni
menggunakan plastic pembungkus biasa sementara Tek Tam menggunakan
kemasan yang uni yakni karisiak daun pisang. Pelayanan “Erina” cukup baik.
Dalam faktor harga, “Erina” memiliki harga yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan pesaingnya yang teah dijelaskan pada Tabel 21. Ringkasan
perbandingan faktor sukses kritis “Erina” dengan pesaing utamanya dapat dilihat
pada Tabel 26.
Tabel. 26 Perbandingan Faktor Sukses Kritis ”Erina” terhadap Pesaingnya
No
Industri
Kemasan
Pelayanan
Harga
Promosi
Lokasi
1
Erina
Plastik
Baik
Sedang
Baik
Strategis
2
Tek Tam
Karisiak
Sangat baik
Agak
Mahal
Baik
Strategis
3
Pusako
Minang
Utama
Plastik
Cukup baik
Sedang
Kurang
Strategis
Plastik
Cukup baik
Baik
5
Delima
SY
Sangat
Strategis
Strategis
6
Gonjong
Limo
Platik
Baik
dengan
warna
merk yang
menarik
Plastik
Baik
Agak
mahal
Sedang
Sedang
Kurang
4
Kurang
Kurang
strategis
Produk
(Jenis)
6 dan 19
dipasok dari
industri lain
4 dan 15
dipasok dari
industri lain
4
3
5 dan 20
dipasok dari
industri lain
3
Untuk kategori kemasan produk, ”Erina” menempati posisi yang paling
terakhir. Total skor ”Erina” tertinggal dibandingkan para pesaingnya. Dalam
proses produksinya ”Erina” menggunakan kemasan produk yang sangat
sederhana. Total skor CPM untuk kategori kemasan produk dapat dilihat pada
Tabel 27.
Tabel. 27 Total Skor untuk Kategori Kemasan Produk
Industri
Erina
Tek Tam
Pusako Minang
Utama
Gonjong Limo
Delima SY
Total Skor
0.2740
0.4999
0.4111
0.4111
0.4111
0.4796
Untuk kategori pelayanan, ”Erina” menempati posisi kedua setelah Tek
Tam. Pusako Minang, Utama, dan Gonjong Limo menempati posisi berikutnya
dengan skor yang sama. Total skor untuk kategori ini dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel. 28 Total Skor untuk Kategori Pelayanan
Industri
Erina
Tek Tam
Pusako Minang
Utama
Gonjong Limo
Delima SY
Total Skor
0.5500
0.6722
0.4889
0.4889
0.4889
0.3667
”Erina” memiliki harga yang paling baik dibandingkan dengan
pesaingnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 29. Tek Tam, Utama, Gonjong Limo,
dan Delima SY memiliki total skor yang sama setelah ”Erina”. Posisi terakhir
ditempati oleh Pusako Minang.
Tabel. 29 Total Skor untuk Kategori Harga
Industri
Erina
Tek Tam
Pusako Minang
Utama
Gonjong Limo
Delima SY
Total Skor
0.5000
0.4444
0.3889
0.4444
0.4444
0.4444
Tek Tam dan ”Erina” menempati posisi tertinggi dengan total skor yang
sama dalam hal merk dan promosi. Total skor untuk kategori ini dapat dilihat pada
Tabel 30.
Tabel. 30 total Skor untuk Kategori Merk dan Promosi
Industri
Erina
Tek Tam
Pusako Minang
Utama
Gonjong Limo
Delima SY
Total Skor
0.4999
0.4999
0.2777
0.2777
0.2222
0.3888
Utama memiliki lokasi yang paling strategis diantara para anggota industri
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh. Sedangkan ”Erina” menempati
posisi kedua setelah Utama. Tek Tam menempati posisi ketiga dengan total skor
yang tidak terpaut jauh dari ”Erina”. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel. 31 Total Skor CPM untuk Kategori Lokasi
Industri
Erina
Tek Tam
Pusako Minang
Utama
Gonjong Limo
Delima SY
Total Skor
0.4333
0.3852
0.3370
0.4814
0.2407
0.3370
Kategori terakhir yang menentukan faktor sukses kritis industri makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh adalah variasi produk yang ditawarkan. Tek
Tam dan ”Erina” memiliki variasi produk yang paling banyak dibandingkan
dengan pesaingnya. Total skor untuk kategori variasi produk yang ditawarkan
dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel. 32 Total Skor untuk Kategori Variasi Produk yang Ditawarkan
Industri
Total Skor
0.5333
0.5333
0.4000
0.2667
0.3111
0.3111
Erina
Tek Tam
Pusako Minang
Utama
Gonjong Limo
Delima SY
Tabel 33 memperlihatkan posisi ”Erina” secara keseluruhan dibandingkan
dengan pesaing-pesaing utamanya.”Erina” menempati posisi kedua setelah Tek
Tam. Posisi berikutnya secara beturut-turut ditempati oleh Utama, Delima SY,
Pusako Minang, dan Gonjong Limo. Dari hasil analisis matriks CPM ini dapat
diketahui bahwa ”Erina” memiliki keunggulan dominan pada harga diikuti oleh
variasi produk yang ditawarkan dan merk serta promosi. Sementara itu,
kelemahan terbesar ”Erina” dibandingkan dengan pesaingnya adalah kemasan
produk yang kurang menarik.
Tabel. 33 Skor Rataaan Matiks CPM
FAKTOR STRATEGIS
Erina
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
0.5333
0.4333
0.5500
0.2740
0.4999
0.5000
2.7905
Tek
Tam
0.5333
0.3852
0.6722
0.4999
0.4999
0.4444
3.0349
Pusako
Minang
0.4000
0.3370
0.4889
0.4111
0.2777
0.3889
2.3036
Utama
0.2667
0.4814
0.4889
0.4111
0.2777
0.4444
2.3702
Gonjong
Limo
0.3111
0.2407
0.4889
0.3426
0.2222
0.4444
2.0499
Delima
SY
0.3111
0.337
0.3667
0.4796
0.3888
0.4444
2.3276
Berdasarkan skor rataan matriks CPM diatas, maka keunggulan bersaing
yang relevan bagi ”Erina” adalah mengembangkan diri menjadi industri kecil
makanan tradisonal khas Kota Payakumbuh yang mengedepankan variasi produk
yang banyak dengan kemasan menarik dan harga yang terjangkau. Keunggulan
bersaing ini selanjutnya akan menjadi dasar penetapan alternatif strategi yang
akan diolah pada matriks IE dan TOWS.
6.4.5 Analisis Matriks IFE
Analisis lingkungan internal pada industri kecil ”Erina” menghasilkan
kekuatan dan kelemahan ”Erina”. Kekuatan-kekuatan ”Erina” yaitu: (1) produk
olahan yang beragam, berkualitas, dan kontinyu, (2) harga produk yang bersaing,
(3) hubungan yang baik dengan berbagai instansi pemerintah, (4) produksi dapat
dilakukan setiap saat, dan (5) loyalitas karyawan tinggi. Sedangkan kelemahan
yang dimiliki ”Erina” adalah (1) manajemen yang masih sederhana, (2) daerah
pemasaran masih terbatas (3) menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup
besar, (4) pencatatan keuangan masih sederhana, dan (5) teknologi yang
digunakan masih tradisional.
Pembobotan masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan
metode pembobotan berpasangan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya..
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel. 34 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
FAKTOR STRATEGIS INTERNAL
Kekuatan:
Produk olahan beragam, berkualitas, dan kontinyu
Harga produk bersaing
Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah
Produksi dapat dilakukan setiap saat
Loyalitas karyawan tinggi
Kelemahan:
Manajemen masih sederhana
Daerah pemasaran masih terbatas
Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup besar
Pencacatan keuangan masih sederhana
Teknologi yang digunakan masih sederhana
TOTAL
BOBOT
RATING
SKOR
0.0963
0.1111
0.0852
0.0852
0.0796
4.00
4.00
3.67
3.33
3.00
0.3852
0.4445
0.3123
0.2839
0.2388
0.1056
0.1185
0.1148
0.0982
0.1056
2.00
2.33
2.00
2.33
1.67
0.2111
0.2764
0.2297
0.2291
0.1759
2.7869
Berdasarkan hasil pengolahan data pada matriks IFE di atas maka dapat
diketahui bahwa faktor strategis internal yang menjadi kekuatan utama bagi
”Erina” adalah (1) harga produk yang bersaing (0.4445), ini merupakan kekuatan
terbesar “Erina” yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas pasar dan
meningkatkan volume penjualan yang meningkatkan keuntungan “Erina” dalam
jangka panjang. (2) Produk beragam, berkualitas, dan kontinyu (0.3852).
Dibandingkan dengan pesaingnya, ”Erina” memiliki variasi produk yang lebih
beragam. Penggunaan resep secara turun temurun dan bahan baku yang
berkualitas menyebabkan produk “Erina” lebih unggul dibandingkan dengan
pesaingnya. Ini merupakan kekuatan besar ”Erina” yang sangat potensial bila
dijadikan basis pengembangan keunggulan bersaing mereka. Diantara para
pesaingnya, hanya ”Tek Tam” yang sanggup menyamai kualitas dan kontinuitas
produk ”Erina” sehingga dapat dikatakan bahwa ”Erina” adalah salah satu UKM
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh dengan kualitas baik dalam industri
ini. (3) Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah (0.3123), hal ini
tercermin dari seringnya “Erina” diikutsertakan dalam berbagai pameran dan
bazar baik serta pelatihan-pelatihan dan pembinaan-pembinaan UKM yang
dilakukan secara berkala pada tingkat Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera
Barat, maupun pada tingkat nasional.
Kelemahan utama ”Erina” adalah (1) daerah pemasaran yang masih
terbatas (0.2764). ”Erina” memiliki pasar pelanggan yang besar, akan tetapi
sejauh ini ”Erina” hanya memasarkan produknya di beberapa kota di Propinsi
Sumatera Barat dan Riau dan belum dipasarkan dalam skala nasional. (2)
Menggunakan modal dari luar (bank) yang cukup besar (0.2297), kelemahan ini
juga merupakan kelemahan utama ”Erina” karena modal ”Erina” yang berasal
dari Bank ± dua pertiga dari total modal usaha. Hal ini juga mengakibatkan rasio
likuiditas perusahaan menjadi rendah dimana perusahaan tidak memiliki
kemampuan yang tinggi dalam melunasi hutang-hutang jangka pendeknya dan
menyebabkan keuntungan yang dihasilkan perusahaan digunakan untuk menyicil
hutang dan untuk modal usaha berikutnya. (3) Pencatatan keuangan masih
sederhana (0.2291). Pencatatan keuangan ”Erina” belum menggunakan sistem
akuntansi karena pencatatan yang dilakukan hanya berdasarkan pemasukan dan
pengeluaran setiap harinya sehingga perusahaan sulit untuk mengukur
kemampuan dan perkembangannya karena sulit membedakan antara uang milik
pribadi dengan milik perusahaan.
Total skor matriks IFE ”Erina” menunjukkan angka 2.7869. Angka ini
menunjukkan total skor IFE ”Erina” berada di atas rata-rata (2.50). Artinya,
”Erina” memiliki posisi internal yang cukup kuat untuk bersaing dalam industri
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh.
6.4.6 Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE)
Analisis matriks Internal-Eksternal digunakan untuk mempertajam analisis
yang telah dilakukan pada matriks EFE dan IFE. Matriks IE memetakan skor
matriks EFE dan IFE sehingga ”Erina” dapat mengetahui posisi perusahannya
saat ini dan merumuskan strategi yang tepat untuk dilaksanakan.
Total skor EFE ”Erina” adalah 2.9962, ini menunjukkan bahwa respon
”Erina” terhadap peluang dan ancaman di atas rata-rata. Sedangkan total skor IFE
”Erina” adalah 2.7869 yang menunjukkan bahwa faktor internal dapat
dimanfatkan dengan baik oleh ”Erina”.
TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR INTERNAL
4,0
Kuat
3,0
Rata-Rata
2,0
Lemah
4,0
Tinggi
I
II
III
3,0
TOTAL SKOR
EVALUASI
Sedang
FAKTOR
EKSTERNAL
VI
IV
2,0
Rendah
VII
VIII
IX
1,0
Gambar. 8 Matriks IE Erina
Pemetaan terhadap masing-masing total skor dari faktor internal dan
eksternal menggambarkan posisi perusahaan ”Erina” yaitu pada kuadran V
seperti yang terlihat pada Gambar 8. Posisi kuadran V menunjukkan bahwa
perusahaan berada pada kondisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain)
dimana strategi yang cocok untuk diterapkan ”Erina” adalah strategi penetrasi
pasar dan pengembangan produk.
6.4.7 Analisis Matriks TOWS
Peluang dan ancaman bagi usaha ”Erina” yang diperoleh dari matriks
EFE serta kekuatan dan kelemahan ”Erina” yang diperoleh dari matriks IFE
dicocokkan dalam matriks TOWS. Penyusunan peringkat pada peluang, ancaman,
kekuatan, dan kelemahan ”Erina” didasarkan pada skor masing-masing faktor
pada matriks EFE dan IFE. Matriks TOWS berguna untuk membantu ”Erina”
mengembangkan strategi yang akan diimplementasikan untuk membangun
keunggulan bersaing yang telah dirumuskan sebelumnya pada matriks CPM yang
juga mempertimbangkan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan
serta posisi perusahaan yang telah dianalisa pada matriks IE. Matriks TOWS
”Erina” dapat dilihat pada Tabel 35.
Strategi S-O
1. Menggencarkan promosi produk. Makanan tradisional khas Kota
Payakumbuh memiliki pasar pelanggan yang tinggi baik yang berasal dari Kota
Payakumbuh maupun kota-kota lain di Indonesia. Pada saat hari-hari besar dan
libur nasional, permintaan atas produk makanan khas daerah Kota Payakumbuh
rata-rata mengalami peningkatan. “Erina”
dapat memanfaatkan peluang ini
melalui kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dengan menggencarkan
promosi produk “Erina” yang beragam, berkualitas, dan memiliki harga yang
bersaing. Promosi-promosi tersebut dapat dilakukan melalui pameran-pameran
dan bazar-bazar produk daerah yang dilakukan oleh instansi pemerintah secara
berkala di Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat dan nasional.
2.Melakukan inovasi rasa produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
melalui kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah. Pasar pelanggan yang
tinggi dan permintaan yang cenderung meningkat atas makanan tradisional khas
daerah saat hari-hari besar dan libur nasional merupakan peluang yang besar bagi
”Erina”. Untuk menarik minat konsumen, ”Erina” dapat menggunakan kemasan
yang unik dan memvariasikan rasa produknya dengan memanfaatkan peluang
dalam inovasi teknologi kemasan dan produk. Di samping itu, ”Erina” dapat
meningkatkan kapasitas produksinya terutama saat permintaan produk meningkat
dengan menggunakan mesin-mesin produksi yang lebih canggih dan modern.
Pengadaan mesin-mesin produksi tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama
dengan berbagai instansi pemerintah yang berperan sebagi fasilitator pengadaan
mesin-mesin produksi makananan tradisional di Kota Payakumbuh dan Sumatera
Barat.
3. Mengembangkan manajemen mutu pelayanan. ”Erina” memiliki tujuan
untuk memberikan kepuasan dalam pelayanan kepada pelanggannya terutama saat
permintaan atas produknya meningkat. Hal ini dapat diterjemahkan menjadi suatu
manajemen pengendalian mutu pelayanan dengan menerapkan standard operating
procedure (SOP). Melalui hal ini, diharapkan pelayanan yang diberikan ”Erina”
menjadi lebih baik sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan
optimal.
Strategi S-T
1. Melakukan kesepakatan jual beli dengan pelanggan. Industri di bidang
pengolahan dan pemasaran makanan tradisional khas Kota Payakumbuh mudah
untuk dimasuki pendatang baru sehingga menyebabkan tingkat persaingan dalam
industri tersebut menjadi tinggi. Di samping itu, produk ”Erina” memiliki
substitusi produk yang cukup banyak dan dikenal masyarakat. Untuk mengatasi
ancaman ini, ”Erina” dapat melakukan kesepakatan jual beli dengan
pelanggannya, terutama pada agen-agen produk ”Erina” di luar Kota
Payakumbuh dengan menawarkan produk yang beragam dan memiliki kualitas
yang tinggi dengan harga terjangkau.
2. Melakukan kontrak pembelian dengan pemasok bahan baku
berdasarkan harga awal yang disepakati. ”Erina” dapat melakukan kontrak
pembelian dengan pemasok bahan baku berdasarkan harga awal yang disepakati
dalam mengurangi ancaman fluktuasi harga bahan baku. Kontrak tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan jaminan kepada pemasok bahan baku tentang
kontinuitas produksi ”Erina” sehingga ”Erina”dapat menjaga kestabilan harga
produknya.
Strategi W-O
1.Menjalin kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dalam
mengembangkan pasar dan menarik investor untuk pengembangan usaha. Produk
makanan tradisional khas daerah ”Erina” memiliki pangsa pasar yang tinggi,
akan tetapi saat ini ”Erina” daerah pemasaran produk ”Erina” hanya di beberapa
kota di Propinsi Sumatera Barat dan Riau saja. Kelemahan lain ”Erina” adalah
menggunakan modal dari luar (bank) yang cukup besar yaitu ± dua pertiga dari
total modalnya. ”Erina” dapat menjalin kerjasama dengan berbagai instansi
pemerintah di Kota Payakumbuh dan Propinsi Sumatera Barat untuk
mempromosikan produknya dalam skala nasional dan mencari investor-investor
yang tertarik menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha makanan
tradisional khas daerah misalnya menarik investor dari perantau-perantau sukses
suku Minangkabau seperti halnya menarik investor-investor dari perantauperantau sukses pada UKM handicraft di Propinsi Sumatera Barat.
Strategi W-T
1. Memperbaiki manajemen perusahaan dan proses pencatatan keuangan.
Melalui perbaikan manajemen, ”Erina” dapat merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya secara profesional sehingga dapat
menghadapi ancaman dan memanfaatkan peluang dengan optimal. Selain itu,
”Erina” juga sebaiknya menggunakan sistem akuntansi dalam pencatatan
keuangannya karena penggunaan sistem akuntansi tersebut dapat mempermudah
dan mendukung proses ”Erina” untuk mencari investor-investor dalam
mengembangkan usahanya.
Tabel. 35 Matriks TOWS ”Erina”
Peluang / Opportunities
1. Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
(O1)
2. Dukungan instansi pemerintah Prop.
Sumbar dan Deperindag
Payakumbuh
(O2)
3. Peningkatan permintaan saat harihari besar dan libur nasional (O3)
4. Pasar pelanggan tinggi (O4)
Kekuatan / Strength
1. Harga produk bersaing (S1)
2. Produk beragam, berkualitas
dan kontinyu (S2)
3. Hubungan baik dengan
berbagai instansi pemerintah
(S3)
4. Produksi dapat dilakukan
setiap saat (S4)
5. Loyalitas karyawan tinggi
(S5)
Kelemahan / Weakness
1. Daerah pemasaran masih
terbatas (W1)
2. Menggunakan modal dari
luar (Bank) yang cukup besar
(W2)
3. Pencatatan keuangan masih
sederhana (W3)
4. Manajemen masih sederhana
(W4)
5. Teknologi yang digunakan
masih sederhana (W5)
Kekuatan-Peluang (S-O)
1. Menggencarkan promosi produk
(O1, O2, O4, S1, S2, S3)
2. Melakukan inovasi rasa produk,
kemasan, dan mesin-mesin
industri melalui kerjasama
dengan instansi-instansi
pemerintah (O1, O2, O3, O4,
O5, S2, S3, S5)
3. Mengembangkan manajemen
mutu pelayanan (O3, O4, S5)
Kelemahan-Peluang (W-O)
1. Menjalin kerjasama dengan
berbagai instansi pemerintah
dalam mengembangkan pasar
dan menarik investor untuk
pengembangan usaha
(O1, O2, O4, W1, W2)
Kekuatan-Ancaman (S-T)
1. Melakukan kesepakatan jualbeli dengan pelanggan (T1,
T3, T4, S1, S2, S4)
2. Melakukan kontrak
pembelian dengan pemasok
bahan baku berdasarkan
harga awal yang disepakati
Kelemahan-Ancaman (W-T)
1. Memperbaiki manajeman
perusahaan dan proses
pencatatan keuangan (T3,
T4, W3, W2, W4)
5. Inovasi produk, kemasan, dan mesinmesin industri (O5)
Ancaman /Threats
1. Substitusi semakin banyak
dan dikenal masyarakat (T1)
2 Fluktuasi harga bahan baku
(T2)
3. Tingkat persaingan tinggi
(T3)
4. Industri mudah dimasuki
pendatang baru (T4)
5. Inflasi menurunkan daya beli
(T5)
6. Pemilu 2009 berpotensi
mengurangi stabilitas
nasional (T6)
(T1, T2, T3, T4, T6, S1, S2, S4)
6.4.8 Analisis matriks QSPM
Matriks TOWS menghasilkan tujuh alternatif strategi relevan bagi
”Erina” untuk mencapai keunggulan bersaing yang diinginkan. Ketujuh strategi
tersebut dipilih mengacu kepada strategi total yang ingin dilakukan perusahaan
yang dihasilkan dari analisis pada matriks CPM yaitu menjadi industri kecil
makanan tradisional khas Kota Payakumbuh dengan produk yang beragam, harga
bersaing serta kemasan yang menarik dan analisis matriks IE yaitu strategi
penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
Ketujuh strategi tersebut adalah: (1) menggencarkan promosi produk (2)
melakukan inovasi rasa produk, kemasan, dan mesin-mesin industri melalui
kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah, (3) mengembangkan manajemen
mutu pelayanan, (4) melakukan kesepakatan jual beli dengan pelanggan, (5)
melakukan kontrak pembelian dengan pemasok bahan baku
berdasarkan harga
awal yang disepakati, (6) menjalin kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah
dalam mengembangkan pasar dan menarik investor untuk pengembangan usaha,
dan (7) memperbaiki manajemen perusahaan dan proses pencatatan keuangan.
Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM maka ketujuh strategi yang telah
dipilih diurutkan sebagai berikut:
1. Menjalin
kerjasama
dengan
berbagai
instansi
pemerintah
dalam
mengembangkan pasar dan menarik investor untuk pengembangan usaha
(6.3243).
2. Melakukan inovasi rasa produk, kemasan, dan mesin-mesin industri melalui
kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah (5.8290).
3. Menggencarkan promosi produk (5.8019).
4. Memperbaiki manajemen perusahaan dan proses pencatatan keuangan
(5.6503).
5. Melakukan kontrak pembelian dengan pemasok bahan baku
harga awal yang disepakati (5.4822).
berdasarkan
6. Melakukan kesepakatan jual beli dengan pelanggan (5.2400).
7. Mengembangkan manajemen mutu pelayanan (4.5094).
Berdasarkan hasil matriks QSPM di atas dapat diketahui bahwa menjalin
kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dalam mengembangkan pasar dan
menarik investor untuk pengembangan usaha serta melakukan inovasi rasa
produk, kemasan, dan mesin-mesin industri melalui kerjasama dengan berbagai
instansi pemerintah merupakan dua strategi utama yang bisa membangun
keunggulan bersaing ”Erina” sebagai salah satu industri kecil penghasil makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh. Keterkaitan kedua strategi tersebut dengan
strategi total ”Erina” adalah jika ”Erina” ingin memanfaatkan kekuatankekuatan yang dimilikinya, maka keunggulan bersaing bisa dibangun dan
dilaksanakan dengan optimal. Keunggulan bersaing ini akan efektif jika ”Erina”
dapat membidik sasaran konsumennya dengan tepat yaitu pelanggan ”Erina”
yang tidak hanya berasal dari Kota Payakumbuh dan kota-kota di Sumatera Barat
akan tetapi juga yang berasal dari berbagai Kota di Indonesia. Di samping itu,
”Erina” dapat mengimplementasikan lima strategi lainnya yang merupakan
strategi pendukung yang dapat memaksimalkan kualitas pelayanan dan
kesempatan ”Erina” untuk menjaring konsumen dan mengembangkan usahanya.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan dari analisis adalah sebagai berikut:
1. ”Erina” dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang menghasilkan peluang
dan ancaman. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang ”Erina” adalah:
(1) dukungan Dinas Koperasi dan UKM, (2) dukungan instansi pemerintah
Propinsi Sumatera Barat dan Deperindag Kota Payakumbuh, (3) peningkatan
permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional, (4) pasar pelanggan yang
tinggi, serta (5) inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri. Faktorfaktor eksternal yang menjadi ancaman ”Erina” adalah: (1) substitusi semakin
banyak dan dikenal masyarakat, (2) fluktuasi harga bahan baku, (3) tingkat
persaingan yang tinggi, (4) industri mudah dimasuki pendatang baru, (5)
inflasi yang menurunkan daya beli, dan (6) pemilu 2009 yang berpotensi
mengurangi stabilitas politik nasional.
2. Fator internal menghasilkan sejumlah kekuatan dan kelemahan ”Erina”.
Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan ”Erina” adalah: (1) harga
produk yang bersaing, (2) produk olahan yang beragam, berkualitas, dan
kontinyu, (3) hubungan yang baik dengan berbagai instansi pemerintah, (4)
produksi dapat dilakukan setiap saat, dan (5) loyalitas karyawan tinggi.
Sedangkan faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan ”Erina” yaitu: (1)
daerah pemasaran masih terbatas, (2) menggunakan modal dari luar (Bank)
yang cukup besar, (3) pencatatan keuangan masih sederhana, (4) manajemen
yang masih sederhana, dan (5) teknologi yang digunakan masih tradisional.
3. ”Erina” menempati posisi kedua setelah Tek Tam. Posisi berikutnya secara
beturut-turut ditempati oleh Utama, Delima SY, Pusako Minang, dan Gonjong
Limo.”Erina” memiliki keunggulan dominan pada harga diikuti oleh variasi
produk yang ditawarkan dan merk serta promosi. Sementara itu, kelemahan
terbesar ”Erina” dibandingkan dengan pesaingnya adalah kemasan produk
yang kurang menarik.
4. Tiga alternatif strategi bersaing utama bagi ”Erina” dalam menjalankan
usahanya secara berurutan adalah: (1) menjalin kerjasama dengan berbagai
instansi pemerintah dalam mengembangkan pasar dan menarik investor untuk
pengembangan usaha, (2) melakukan inovasi rasa produk, kemasan, dan
mesin-mesin industri melalui kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah,
(3) menggencarkan promosi produk.
7.2 Saran
1. ”Erina” dapat bekerjasama dengan instansi pemerintah dalam menarik
investor untuk mengembangkan usahanya. Investor-investor tersebut antara
lain: perantau-perantau sukses suku Minangkabau.
2. Dalam inovasi kemasan, ”Erina” dapat menggunakan kemasan aluminium
foil karena kemasan ini lebih menarik dan higienis. Dalam inovasi rasa,
”Erina” dapat memanfaatkan teknologi yang dikembangkan oleh Deperindag
Kota Payakumbuh yakni memvariasikan rasa durian pada galamai dan beras
rendang. ”Erina” dapat menggunakan mesin-mesin produksi modern
makanan tradisional khas kota Payakumbuh melalui kerjasama dengan
instansi pemerintah setempat selaku fasilitator pengadaan mesin-mesin
produksi makanan tradisional khas kota Payakumbuh.
3. Promosi dapat dilakukan melalui periklanan dengan menginformasikan
produk ”Erina” pada koran-koran daerah seperti: padang ekspress dan
singgalang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W.R. 2004. Analisis Strategi Pemasaran Makanan Tradisional Gepuk
dan Ikan Balita Khas Bogor Merek Karuhun pada PT Intrafood Citarasa
Nusantara, Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Akmal, Yori. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi. Skripsi.
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Al Muttaqien, Anindito. 2007. Analisis Strategi Bersaing Agrowisata Vin’s Berry
Park Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua-Lembang, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 1998. Statistik Industri Besar dan Kecil. BPS. Jakarta.
_________________ 2001. Statistik Industri Besar dan Kecil. BPS. Jakarta.
_________________ 2003. Statistik Industri Besar dan Kecil. BPS. Jakarta.
_________________ 2004. Statistik Industri Besar dan Kecil. BPS. Jakarta.
_________________ 2006. Statistik Industri Besar dan Kecil. BPS. Jakarta.
Budiman, Imelda. 2004. Analisis Strategi Bersaing Obat Tradisional: Studi Kaus
di Taman Sringanis, Desa Cimanengah-Cipaku, Kota Bogor, Jawa Barat.
Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
David. R. F. 1998. Manajemen Strategi: Konsep. Prenhallindo. Jakarta.
David, R. F. 2002. Manajemen Strategi Konsep. Terjemahan. Edisi Ketujuh.
Prenhallindo.Jakarta.
David, R.F. 2004. Manajemen Strategi Konsep. Terjemahan. Edisi Kesembilan.
Prenhallindo.Jakarta.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Tenaga Kerja Kota Payakumbuh. 2006.
Etriya. 2005. Analisis Strategi Bersaing Komoditi Sayuran di PT.X, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hadisantoso. 1993. Makanan Tradisional yang Memiliki Kandungan Gizi dan
Keamanan yang Baik. Makalah Seminar Pengembangan Pangan Tradisional
dalam Rangka Penganekaragaman Pangan. Jakarta.
Hax, A. C. dan Majluf, N. S. 1984. Strategic Management: An Integrative
Perspective. Prentice-Hall International Edition. Prentice-Hall. USA.
Jack, L. R. dan Gleuch, W. F. 1996. Manajemen Strategi dan Kebijakan
Perusahaan. Terjemahan. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Jafar, H. M. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dalam Infokap Nomor 25 Tahun XX.www.smecda.com diakses tanggal 31
Januari 2008.
Khomsan, M. A. 1998. Potensi Pengembangan Makanan Tradisional dalam
Rangka Mendukung Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI). Pusat Studi
Kebijakan Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kinnear, T. C. dan Taylor, J. R. 2001. Marketting Research: An Applied
Approach. Fourth Edition. McGraw-Hill. USA.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 1 & 2 (Indonesia).
Prenhallindo. Jakarta.
Natalia, H. R. 2002. Kajian Strategi Bersaing Perusahaan Lettuce di PT XYZ,
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Okta, Dedy Wijaya. 2004. Analisis Formulasi Strategi Beraing Minuman Sari
Buah Sirsak PT. Minuman SAP dalam Menghadapi Persaingan Industri
Minuman Ringan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pearce, J. A. Dan Robinson, R. B. 1997. Strategic Management: Formulation,
Implementation, and Control. Sixth Edition. IRWIN. USA.
Porter, Michael. E. 1993. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul. Terjemahan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Prasetya, B. P. 2007. Analisis Strategi Promosi Makanan Tradisional Khas Kota
Bogor, Gepuk dan Ikan Balita Karuhun pada PT. Anofood Prima Nusantara.
Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rangkuti. F. 2002. Riset Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Riaswati, A. W. 2004. Analisis Strategi Pemasaran Makanan Tradisional Gepuk
dan Ikan Balita Khas Bogor Merek Karuhun pada PT. Intrafood Citrarasa
Nusantara, Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sriyana, Jaka. 2007. Transformasi UKM dalam Database Alokasi Air Balai Progo
Opak Oyo Dinas KIMPRASWIL (Saluran Mataram) Ver.5.0.2
Stoner, J. A. F. Dan R. E. Freeman. 1996. Manajemen. Terjemahan. PT
Prenhallindo. Jakarta.
Tambunan, T. 1997. Peranan Industri Kecil dalam Meningkatkan Nilai Tambah
Ekonomi di Pedesaan. Symposium Seminar Industri Kecil. Universitas
Kristen indonesia. Jakarta.
Tjahyadi, C. 1994. Prospek Pengembangan Makanan Tradisional Rakyat Jawa
Barat. Majalah Pangan No. 19. Volume V. Hal 23-28.
Lampiran. 1 Jumlah dan Spesifikasi Karyawan “Erina” Tahun 2008
No.
Nama
Pekerjaan
Jenis
Umur
Masa Kerja
Kelamin
(Tahun)
(Tahun)
Pendidikan
1
Ernita
Packing beras rendang dan galamai
Wanita
47
12
SMEA
2
Edriya
Packing beras rendang dan galamai
Wanita
46
26
SMEA
3
Tina
Packing beras rendang dan galamai
Wanita
38
15
SMEA
4
Musriati
Packing beras rendang dan galamai
Wanita
38
9
SMEA
5
Wati
Packing beras rendang dan galamai
Wanita
33
2
SMEA
6
Kasmawati
Packing beras rendang dan galamai
Wanita
42
5
SMEA
7
Hasanah
Packing beras rendang dan galamai
Wanita
14
4
SMEA
8
Syafiran
Produksi beras rendang, galamai,
Laki-Laki
48
10
SMP
Laki-Laki
24
1
SMP
Laki-Laki
29
3
SMA
Wanita
44
11
SMA
dan kipang
9
Iqbal
Produksi beras rendang, galamai,
dan kipang
10
Iyon
Produksi beras rendang, galamai,
dan kipang
11
Yesita
Produksi beras rendang, galamai,
dan kipang
12
Pon
Produksi dan Packing karak kaliang
Wanita
43
2
SD
13
Lis
Pencetak karak kaliang
Wanita
47
2
SD
14
Emi
Pencetak karak kaliang
Wanita
45
1
SD
15
Rina Oveni
Pencetak karak kaliang
Wanita
25
1
SD
16
Shanti
Pencetak karak kaliang
Wanita
20
1
SMK
17
Pit
Pencetak karak kaliang
Wanita
21
1
SD
18
Ermiyati
Pencetak karak kaliang
Wanita
50
1
SD
19
Novia
Pencetak karak kaliang
Wanita
28
1
SMP
20
Lila
Packing kipang
Wanita
35
15
SMA
21
Rina
Packing kipang
Wanita
45
20
SMP
22
Ria
Packing kipang
Wanita
35
2
SMP
23
Idan
Packing kipang
Wanita
36
12
SD
24
Izar
Packing kipang
Wanita
47
2
SD
25
Azwir
Produksi batiah
Laki-Laki
48
10
STM
26
Yunita
Produksi batiah
Wanita
48
10
SD
27
En
Produksi batiah
Wanita
45
5
SD
28
Neli
Produksi sanjai
Wanita
33
5
SMEA
29
Danti
Produksi sanjai
Wanita
24
1
SMP
30
Yus
Produksi sanjai
Wanita
50
5
SMP
31
Rini
Administrasi
Wanita
25
5
SMEA
32
Wisria
Administrasi
Wanita
25
3
SMP
33
Sulisti
Produksi dan packing sanjai balado
Wanita
20
3
SMP
34
Roza
Produksi dan packing sanjai balado
Wanita
19
3
SMP
35
Ria
Produksi dan packing sanjai balado
Wanita
19
2
MTs
36
Desi
Produksi dan packing sanjai balado
Wanita
20
2
SMK
37
Yanti
Produksi dan packing sanjai balado
Wanita
22
2
SMP
38
Sil
Produksi dan packing sanjai balado
Wanita
20
2
SMP
39
Desi
Produksi dan packing sanjai balado
Wanita
19
1
SMP
40
Oyong
Sopir (Penjualan)
Laki-Laki
39
3
SMP
41
In
Sopir (Penjualan)
Laki-Laki
39
1
SMP
42
Wan
Sopir (Penjualan)
Laki-Laki
38
1
SMP
Lampiran. 2 Proses Produksi Galamai dan Beras Rendang ”Erina”
Beras Ketan direndang dan digiling
Tepung Beras
Gula aren
dicairkan menjadi
karamel
Campurkan tepung beras
dengan gula yang sudah
dicairkan
Campurkan tepung
beras dengan gula
yang sudah dicairkan
Aduk sampai adonan
mengental
Aduk sampai adonan
mengental
Dinginkan sampai
adonan mengeras
Campurkan adonan
dengan santan kelapa
Cetak adonan berdasarkan
ukuran kemasan
Dinginkan hingga
adonan mengeras
Pengemasan Produk
Cetak adonan berdasarkan
ukuran kemasan
Pengemasan Produk
Gula dicairkan
menjadi
karamel
Lampiran. 3 Proses Produksi Keripik Sanjai Balado”Erina”
Singkong dicuci dan
dibersihkan
Singkong yang telah dibersihkan dikupas
kulitnya dengan menggunakan kukuik dan
dicuci kembali
Singkong yang telah bersih kemudian
dipotong-potong sesuai dengan ukuran
kemasan dengan menggunakan katam
Singkong yang telah dipotong
kemudian digoreng menjadi sanjai
Bumbu balado diolesi pada sanjai
Sanjai balado yang telah diberi bumbu
dibiarkan hingga bumbu
meresap pada sanjai
Sanjai Balado dikemas sesuai
dengan ukuran kemasan
Campurkan cabe, bawang merah,
bawang putih, penyedap rasa dan
bumbu-bumbu lainnya untuk
membuat bumbu balado pedas
Lampiran. 4 Proses Produksi Batiah ”Erina”
Beras ketan dibersihkan dan dicuci
Beras tersebut dikukus selama 1 jam
dalam rangsang
Campurkan garam, bawang merah dan bumbubumbu lainnya ke dalam rangsang dan kukus
kembali hingga beras tersebut masak
Cetak adonan batiah sesuai
dengan ukuran kemasan
Keringkan adonan batiah di
paranta selama 1-2 hari
Adonan yang telah mongering menjadi
keripik batiah mentah kemudian digoreng
Batiah dikemas sesuai dengan
ukuran kemasan
Lampiran. 5 Proses Produksi Karak Kaliang ”Erina”
Campurkan tepung, santan, bawang merah,
telur, bawang putih, garam, dan bumbu-bumbu
untuk membuat adonan karak kaliang
Adonan diaduk hingga mengental
Adonan yang telah mengental kemudian
dicetak dengan menggunakan lumpia
Adonan yang telah dicetak kemudian
dipotong dengan ukuran ± 10 cm dan
dibentuk menjadi karak kaliang
Adonan karak kaliang mentah
kemudian dikeringkan di Toya
Karak kaliang mentah kemudian
digoreng hingga matang
Karak kaliang ditiriskan dan
dikemas sesuai dengan
ukuran kemasan.
Lampiran. 6 Proses Produksi Kipang ”Erina”
Beras ketan dibersihkan, direndam, dan
dikukus di paranta selama 1.5-2 jam
Beras ketan yang telah dikukus
kemudian dijemur di paleh-paleh
selama 1-2 hari
Beras ketan digoreng
setengah matang
Cairkan gula, gula
aren, vanile, dan
penyedap rasa
Goreng kembali beras
ketan dengan adonan dan
karamel gula hingga
menjadi kipang
Cetak kipang sesuai
dengan ukuran kemasan
Pengemasan kipang
Lampiran. 7 Daftar Produk dan Harga Produk ”Erina”
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Jenis Produk "Erina"
Rendang telor
Keripik ubi jala
Keripik pisang
Keripik sanjai balado
Batiah
Galamai (250 gram)
Kue sapik (Maslinda)
Keripik ubi merah
Keripik talas balado
Keripik udang (Maslinda)
Batiah manis
Galamai (500 gram)
Galamai (250 gram)
Sanjai putiah
Karak kaliang
Cheese stick (Mizha Food)
Kacang Toojin (Keluarga Alisa)
Rendang ubi dengan macho (H.H.Bersaudara)
Kacang telor coklat (Sabiluna)
Kacang garing (You)
Karupuak jangek
Kacang atom balado (3AAA3)
Sagun bakar (Diva Yani)
Kipang putih
Ripik Cincang (H.H.Bersaudara)
Pisang sale
Sagun bakar (Diva Yani)
Rakik kacang (Wina)
Kue kareh-kareh (Hayati)
Kacang telor (3 Saudara)
Kue galang (Usaha Baru)
Kue ladu telor (Fitri)
Kerupuk lento (Arif)
Kue sapik rasa bijan
Tayo arum
Emping pulut (Raja)
Kipang kacang (Fitri)
Kue kacang
Harga (Rupiah)
8.000
5.000
6.000
7.500
5.000
10.000
5.000
5.000
5.000
5.000
4.000
7.500
2.500
4.000
4.000
12.500
7.500
6.000
7.500
5.000
25.000
7.500
5.000
2.500
5.000
5.000
5.000
15.000
5.000
5.000
3.000
6.000
3.000
5.000
5.000
5.000
7.500
2.500
Keterangan:
Produk-produk yang dipasok dari industri lain hanya dipasarkan ”Erina” pada kiosnya dengan mark up harga 10 persen..
Pendapatan dari produk-produk yang dipasok dari industri lain ± 10 persen dari total omset ”Erina” setiap bulannya.
Produk ”Erina” 70 persen dipasarkan pada agen-agen ”Erina” di luar Kota Payakumbuh, 10 persen dipasarkan pada agenagen ”Erina” di Kota Payakumbuh, dan 20 persen dijual pada end user di kios-kios milik ”Erina”.
Lampiran. 8 Kapasitas Produksi ”Erina” per Hari Tahun 2008
No.
1
2
3
4
5
6
Jenis Produk
Karak Kaliang
Karak Kaliang
Karak Kaliang
Beras Rendang
Beras Rendang
Beras Rendang
Galamai
Galamai
Galamai
Keripik Balado
Keripik Balado
Keripik Balado
Batiah
Kipang
Berat Netto
(gram)
250
500
Jumlah
(kemasan)
50
25
100
250
200
100
100
250
200
100
250
500
150
80
250
250
100
50
Total Produksi
(Kg)
12.5
12.5
25
20
25
45
20
25
45
37.5
40
77.5
25
12.5
Keterangan:
Kapasitas produksi tersebut adalah berdasarkan asumsi pemilik. Proses produksi
dilakukan setiap hari dengan menggunakan mesin-mesin yang masih tradisional
dengan total jam kerja masing-masing karyawan 9 jam per hari.
Lampiran. 9 Pengisian Kuesioner Bobot EFE
Responden 1
Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dukungan instansi pemerintah Prop. Sumbar dan Deperindag Payakumbuh
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional
Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
Pasar pelanggan tinggi
Pemilu 2009 berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional
Inflasi menurunkan daya beli
Fluktuasi harga bahan baku
Industri mudah dimasuki pendatang baru
Substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat
Tingkat persaingan tinggi
Keterangan :
Responden 1 : Pemilik ”Erina”
Responden 2 : Staf Administrasi “Erina”
Responden 3 : Karyawan “Erina” bagian produksi
A
2
2
2
3
2
1
2
2
1
2
B
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
C
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
D
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
E
1
1
2
3
1
2
2
2
2
2
F
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
G
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
H
2
2
2
2
2
2
1
2
3
2
I
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
J
3
1
2
2
2
1
1
1
2
2
K
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
Bobot
0.0955
0.0773
0.1000
0.1045
0.1000
0.0636
0.0636
0.0909
0.1000
0.1045
0.1000
Lampiran. 9 Pengisian Kuesioner Bobot EFE (Lanjutan)
Responden 2
Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dukungan instansi pemerintah Prop. Sumbar dan Deperindag Payakumbuh
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional
Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
Pasar pelanggan tinggi
Pemilu 2009 berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional
Inflasi menurunkan daya beli
Fluktuasi harga bahan baku
Industri mudah dimasuki pendatang baru
Substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat
Tingkat persaingan tinggi
Keterangan :
Responden 1 : Pemilik ”Erina”
Responden 2 : Staf Administrasi “Erina”
Responden 3 : Karyawan “Erina” bagian produksi
A
2
2
2
3
2
1
3
2
1
2
B
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
C
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
D
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
E
1
1
2
3
2
2
2
2
2
2
F
2
2
1
3
2
2
3
3
3
3
G
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
H
1
2
2
2
2
1
1
2
3
3
I
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
J
3
1
2
2
2
1
1
1
2
2
K
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
Bobot
0.0917
0.0780
0.0872
0.1055
0.0963
0.0642
0.0642
0.0963
0.1055
0.1055
0.1055
Lampiran. 9 Pengisian Kuesioner Bobot EFE (Lanjutan)
Responden 3
Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dukungan instansi pemerintah Prop. Sumbar dan Deperindag Payakumbuh
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional
Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
Pasar pelanggan tinggi
Pemilu 2009 berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional
Inflasi menurunkan daya beli
Fluktuasi harga bahan baku
Industri mudah dimasuki pendatang baru
Substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat
Tingkat persaingan tinggi
Keterangan :
Responden 1 : Pemilik ”Erina”
Responden 2 : Staf Administrasi “Erina”
Responden 3 : Karyawan “Erina” bagian produksi
A
2
2
2
3
2
2
2
2
1
2
B
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
C
2
1
3
2
1
2
3
2
2
2
D
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
E
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
F
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
G
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
H
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
I
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
J
3
1
2
2
2
1
1
1
2
2
K
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
Bobot
0.0930
0.0791
0.0837
0.1070
0.1070
0.0605
0.0744
0.0930
0.0930
0.1070
0.1023
Lampiran. 10 Pengisian Kuesioner Bobot IFE
Responden 1
Produk olahan beragam, berkualitas, dan kontinyu
Harga produk bersaing
Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah
Produksi dapat dilakukan setiap saat
Loyalitas karyawan tinggi
Manajemen masih sederhana
Daerah pemasaran terbatas
Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup besar
Pencacatan keuangan masih sederhana
Teknologi yang digunakan masih tradisional
Keterangan :
Responden 1 : Pemilik ”Erina”
Responden 2 : Staf Administrasi “Erina”
Responden 3 : Karyawan “Erina” bagian produksi
A B C D E
2 3 2 2
2
3 2 2
1 1
2 2
2 2 2
2
2 2 2 2
2 2 3 3 2
3 2 2 3 3
3 2 2 3 3
2 2 2 3 2
2 2 2 3 3
F G H
2 1 1
2 2 2
1 2 2
1 1 1
2 1 1
2 2
2
2
2 2
2 2 2
2 1 1
I
2
2
2
1
2
2
2
2
2
J
2
2
2
1
1
2
3
3
2
Bobot
0.0944
0.1056
0.0833
0.0722
0.0833
0.1111
0.1222
0.1222
0.1056
0.1000
Lampiran. 10 Pengisian Kuesioner Bobot IFE (Lanjutan)
Responden 2
Produk olahan beragam, berkualitas, dan kontinyu
Harga produk bersaing
Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah
Produksi dapat dilakukan setiap saat
Loyalitas karyawan tinggi
Manajemen masih sederhana
Daerah pemasaran terbatas
Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup besar
Pencacatan keuangan masih sederhana
Teknologi yang digunakan masih tradisional
Keterangan :
Responden 1 : Pemilik ”Erina”
Responden 2 : Staf Administrasi “Erina”
Responden 3 : Karyawan “Erina” bagian produksi
A B C D E
2 2 2 2
2
3 2 2
2 1
2 2
2 2 2
2
2 2 2 2
2 2 3 2 2
3 2 3 3 3
3 2 2 2 3
2 2 2 3 2
2 2 2 3 3
F G H
2 1 1
2 2 2
1 1 2
2 1 2
2 1 1
2 2
2
2
2 2
2 2 2
2 2 1
I
2
2
2
1
2
2
2
2
2
J
2
2
2
1
1
2
2
3
2
Bobot
0.0889
0.1056
0.0833
0.0833
0.0833
0.1056
0.1222
0.1167
0.1056
0.1056
Lampiran. 10 Pengisian Kuesioner Bobot IFE (Lanjutan)
Responden 3
Produk olahan beragam, berkualitas, dan kontinyu
Harga produk bersaing
Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah
Produksi dapat dilakukan setiap saat
Loyalitas karyawan tinggi
Manajemen masih sederhana
Daerah pemasaran terbatas
Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup besar
Pencacatan keuangan masih sederhana
Teknologi yang digunakan masih tradisional
Keterangan :
Responden 1 : Pemilik ”Erina”
Responden 2 : Staf Administrasi “Erina”
Responden 3 : Karyawan “Erina” bagian produksi
A B C D E
2 3 2 2
2
3 3 3
1 1
2 2
2 1 2
2
2 1 2 2
2 2 2 2 2
2 2 2 2 3
3 2 2 2 3
1 1 2 1 3
2 2 2 2 3
F G H
2 2 1
2 2 2
2 2 2
2 2 2
2 1 1
2 2
2
2
2 2
2 1 2
2 2 3
I
3
3
2
3
1
2
3
2
2
J
2
2
2
2
1
2
2
1
2
Bobot
0.1056
0.1222
0.0889
0.1000
0.0722
0.1000
0.1111
0.1056
0.0833
0.1111
Lampiran. 11 Matriks EFE ”Erina”
FAKTOR STRATEGIS
Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dukungan instansi pemerintah Prop. Sumbar dan Deperindag Payakumbuh
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional
Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
Pasar pelanggan tinggi
Pemilu 2009 berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional
Inflasi menurunkan daya beli
Fluktuasi harga bahan baku
Industri mudah dimasuki pendatang baru
Substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat
Tingkat persaingan tinggi
Total
BOBOT RESPONDEN
KE
1
2
3
0.0955 0.0917 0.0930
0.0773 0.0780 0.0791
0.1000 0.0872 0.0837
0.1045 0.1055 0.1070
0.1000 0.0963 0.1070
0.0636 0.0642 0.0605
0.0636 0.0642 0.0744
0.0909 0.0963 0.0930
0.1000 0.0550 0.0930
0.1045 0.1055 0.1070
0.1000 0.1055 0.1023
1.0000 1.0000 1.0000
RataRata
0.0934
0.0781
0.0903
0.1057
0.1011
0.0628
0.0674
0.0934
0.0827
0.1057
0.1026
RATING
RESPONDEN
KE
Rata- SKOR
1
2
3
Rata
4
4
4
4.00 0.3736
4
4
4
4.00 0.3125
4
3
3
3.33 0.3010
2
1
1
1.33 0.1409
2
2
2
2.00 0.2022
2
1
1
1.33 0.0837
3
3
2
2.67 0.1797
4
4
3
3.67 0.3425
4
4
4
4.00 0.3307
4
4
3
3.67 0.3874
3
4
3
3.33 0.3420
2.9962
Lampiran. 12 Matriks IFE ”Erina”
FAKTOR STRATEGIS
Produk olahan beragam, berkualitas, dan kontinyu
Harga produk bersaing
Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah
Produksi dapat dilakukan setiap saat
Loyalitas karyawan tinggi
Manajemen masih sederhana
Daerah pemasaran terbatas
Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup besar
Pencacatan keuangan masih sederhana
Teknologi yang digunakan masih sederhana
TOTAL
BOBOT RESPONDEN
KE
1
2
3
0.0944 0.0889 0.1056
0.1056 0.1056 0.1222
0.0833 0.0833 0.0889
0.0722 0.0833 0.1000
0.0833 0.0833 0.0722
0.1111 0.1056 0.1000
0.1222 0.1222 0.1110
0.1222 0.1167 0.1056
0.1056 0.1056 0.0833
0.1000 0.1056 0.1111
1.0000 1.0000 1.0000
RataRata
0.0963
0.1111
0.0852
0.0852
0.0796
0.1056
0.1185
0.1148
0.0982
0.1056
RATING RESPONDEN
KE
1
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
RataRata
4
4
3.67
3.33
3
2
2.33
2
2.33
1.67
SKOR
0.3852
0.4445
0.3123
0.2839
0.2388
0.2111
0.2764
0.2297
0.2291
0.1759
2.7869
Lampiran. 13 Pengisian Kuesioner Bobot Matriks CPM
Responden 1
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Periklanan
Harga
A
Responden 2
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan promosi
Harga
A
Responden 3
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan promosi
Harga
A
1
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
1
2
B
3
3
2
3
3
B
2
2
1
2
2
B
1
2
3
3
2
C
1
1
3
2
2
C
1
2
1
3
1
C
2
2
3
2
1
D
2
2
1
2
2
D
1
3
3
1
1
D
1
1
1
1
1
E
2
1
2
2
F
1
1
2
2
2
Bobot
0.1500
0.1000
0.1833
0.1833
0.1833
0.2000
F
1
2
3
3
2
Bobot
0.1000
0.1833
0.2000
0.1833
0.1833
0.1500
F
2
2
3
3
1
Bobot
0.1500
0.1500
0.1667
0.2500
0.1333
0.1500
2
E
1
2
1
3
2
E
3
1
2
3
3
Keterangan:
Responden 1 : Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Payakumbuh
Responden 2 : Kepala Seksi UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh
Responden 3 : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Payakumbuh
Lampiran. 14 Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Erina”
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
Bobot Responden Ke
1
2
3
0.1500 0.1000 0.1500
0.1000 0.1833 0.1500
0.1833 0.2000 0.1667
0.1833 0.1833 0.2500
0.1833 0.1833 0.1333
0.2000 0.1500 0.1500
RataRata
0.1333
0.1444
0.1833
0.2055
0.1666
0.1667
Rating Responden
Ke
1
2
3
4
4
4
4
3
2
3
3
3
1
2
1
3
3
3
3
3
3
Keterangan:
Responden 1 : Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh
Responden 2 : Kepala Seksi UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh
Responden 3 : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Payakumbuh
RataRata
4.00
3.00
3.00
1.33
3.00
3.00
Skor
0.5333
0.4333
0.5500
0.2740
0.4999
0.5000
2.7905
152
Lampiran. 15 Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Tek Tam”
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
Bobot Responden Ke
1
2
3
0.1500 0.1000 0.1500
0.1000 0.1833 0.1500
0.1833 0.2000 0.1667
0.1833 0.1833 0.2500
0.1833 0.1833 0.1333
0.2000 0.1500 0.1500
RataRata
0.1333
0.1444
0.1833
0.2055
0.1666
0.1667
Rating Responden
Ke
1
2
3
4
4
4
3
2
3
3
4
4
4
4
4
4
2
3
2
3
3
Keterangan:
Responden 1 : Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh
Responden 2 : Kepala Seksi UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh
Responden 3 : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Payakumbuh
RataRata
4.00
2.67
3.67
4.00
3.00
2.67
Skor
0.5333
0.3852
0.6722
0.8221
0.4999
0.4444
3.3571
153
Lampiran. 16 Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Pusako Minang”
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
Bobot Responden Ke
1
2
3
0.1500 0.1000 0.1500
0.1000 0.1833 0.1500
0.1833 0.2000 0.1667
0.1833 0.1833 0.2500
0.1833 0.1833 0.1333
0.2000 0.1500 0.1500
RataRata
0.1333
0.1444
0.1833
0.2055
0.1666
0.1667
Rating Responden
Ke
1
2
3
4
3
2
3
2
2
3
2
3
2
2
2
1
2
2
3
2
2
Keterangan:
Responden 1 : Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh
Responden 2 : Kepala Seksi UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh
Responden 3 : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Payakumbuh
RataRata
3.00
2.33
2.67
2.00
1.67
2.33
Skor
0.4000
0.3370
0.4889
0.4111
0.2777
0.3889
2.3036
Lampiran. 17 Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Utama”
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
Bobot Responden Ke
1
2
3
0.1500 0.1000 0.1500
0.1000 0.1833 0.1500
0.1833 0.2000 0.1667
0.1833 0.1833 0.2500
0.1833 0.1833 0.1333
0.2000 0.1500 0.1500
RataRata
0.1333
0.1444
0.1833
0.2055
0.1666
0.1667
Rating Responden
Ke
1
2
3
2
3
1
4
2
4
2
3
3
2
2
2
2
2
1
3
3
2
Keterangan:
Responden 1 : Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh
Responden 2 : Kepala Seksi UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh
Responden 3 : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Payakumbuh
RataRata
2.00
3.33
2.67
2.00
1.67
2.67
Skor
0.2667
0.4814
0.4889
0.4111
0.2777
0.4444
2.3702
Lampiran. 18 Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Gonjong Limo”
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
Bobot Responden Ke
1
2
3
0.1500 0.1000 0.1500
0.1000 0.1833 0.1500
0.1833 0.2000 0.1667
0.1833 0.1833 0.2500
0.1833 0.1833 0.1333
0.2000 0.1500 0.1500
RataRata
0.1333
0.1444
0.1833
0.2055
0.1666
0.1667
Rating Responden
Ke
1
2
3
3
3
1
3
1
1
3
2
3
2
2
1
1
2
1
3
2
3
Keterangan:
Responden 1 : Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh
Responden 2 : Kepala Seksi UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh
Responden 3 : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Payakumbuh
RataRata
2.33
1.67
2.67
1.67
1.33
2.67
Skor
0.3111
0.2407
0.4889
0.3426
0.2222
0.4444
2.0499
Lampiran. 19 Penilaian Kuesioner Matriks CPM untuk ”Delima SY”
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
Total
Bobot Responden Ke
1
2
3
0.1500 0.1000 0.1500
0.1000 0.1833 0.1500
0.1833 0.2000 0.1667
0.1833 0.1833 0.2500
0.1833 0.1833 0.1333
0.2000 0.1500 0.1500
RataRata
0.1333
0.1444
0.1833
0.2055
0.1666
0.1667
Rating Responden
Ke
1
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
2
3
3
1
2
2
3
3
3
3
Keterangan:
Responden 1 : Kepala Seksi UKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh
Responden 2 : Kepala Seksi UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh
Responden 3 : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Payakumbuh
RataRata
2.33
2.33
2.00
2.33
2.33
3.00
Skor
0.3111
0.3370
0.3667
0.4796
0.3888
0.5000
2.3832
Lampiran. 20 Matriks QSPM ”Erina”
Faktor-
Bobot
ALTERNATIF STRATEGI
Faktor
Rata-
Strategis
Rata
Strategi 1
Peluang 1
0.0934
4
0.3736
4
0.3736
2
0.1868
2
0.1868
2
0.1868
4
0.3736
2
0.1868
Peluang 2
0.0781
4
0.3124
4
0.3124
2
0.1562
2
0.1562
2
0.1562
4
0.3124
2
0.1562
Peluang 3
0.0903
4
0.3612
3
0.2709
4
0.3612
3
0.2709
3
0.2709
4
0.3612
4
0.3612
Peluang 4
0.1011
4
0.4044
3
0.3033
4
0.4044
3
0.3033
3
0.3033
4
0.4044
2
0.2022
Peluang 5
0.1057
2
0.2114
4
0.4228
2
0.2114
2
0.2114
2
0.2114
3
0.3171
2
0.2114
Ancaman 1
0.1057
3
0.3171
4
0.4228
3
0.3171
4
0.4228
4
0.4228
3
0.3171
3
0.3171
Ancaman 2
0.0934
2
0.1868
2
0.1868
1
0.0934
2
0.1868
4
0.3736
2
0.1868
3
0.2802
Ancaman 3
0.1026
3
0.3078
3
0.3078
3
0.3078
4
0.4104
4
0.4104
3
0.3078
3
0.3078
Ancaman 4
0.0827
3
0.2481
4
0.3308
3
0.2481
4
0.3308
4
0.3308
3
0.2481
3
0.2481
Ancaman 5
0.0674
2
0.1348
2
0.1348
1
0.0674
2
0.1348
2
0.1348
2
0.1348
2
0.1348
Ancaman 6
0.0628
2
0.1256
1
0.0628
1
0.0628
2
0.1256
3
0.1884
2
0.1256
2
0.1256
Kekuatan 1
0.1111
4
0.4444
4
0.4444
3
0.3333
4
0.4444
3
0.3333
4
0.4444
3
0.3333
Kekuatan 2
0.0963
4
0.3852
4
0.3852
3
0.2889
4
0.3852
3
0.2889
4
0.3852
3
0.2889
Kekuatan 3
0.0852
4
0.3408
4
0.3408
2
0.1704
2
0.1704
2
0.1704
4
0.3408
2
0.1704
Kekuatan 4
0.0852
2
0.1704
2
0.1704
2
0.1704
3
0.2556
4
0.3408
3
0.2556
3
0.2556
Kekuatan 5
0.0796
2
0.1592
2
0.1592
2
0.1592
2
0.1592
2
0.1592
2
0.1592
3
0.2388
Kelemahan 1
0.1185
3
0.3555
2
0.2370
2
0.2370
2
0.2370
2
0.2370
4
0.4740
3
0.3555
Kelemahan 2
0.1148
3
0.3444
3
0.3444
1
0.1148
2
0.2296
3
0.3444
4
0.4592
3
0.3444
Kelemahan 3
0.0982
2
0.1964
2
0.1964
2
0.1964
2
0.1964
2
0.1964
3
0.2946
4
0.3928
Kelemahan 4
0.1056
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
4
0.4224
Kelemahan 5
0.1056
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
2
0.2112
3
0.3168
AS
TAS
Daya Tarik
Peringkat
Strategi 2
AS
TAS
Strategi 3
AS
TAS
Strategi 4
AS
TAS
Strategi 5
AS
TAS
Strategi 6
AS
TAS
Strategi 2
industri
:
5.829
4.5094
5.2400
5.4822
6.3243
5.6503
3
2
7
6
5
1
4
Menggencarkan promosi melalui kerjasama dengan Deperindag
Payakumbuh, Dinas Propinsi Sumatera dan Dinas Koperasi dan
UKM
:
Melakukan inovasi rasa produk, kemasan, dan mesin-mesin
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
:
:
:
Strategi 6
:
TAS
5.8019
Keterangan:
Strategi 1
Kota
Strategi 7
AS
melalui kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah
Mengembangkan manajemen mutu pelayanan
Melakukan kesepakatan jual beli dengan pelanggan
Melakukan kontrak pembelian dengan pemasok bahan baku
berdasarkan harga awal yang disepakati
Menjalin kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dalam
mengembangkan pasar dan menarik investor untuk
pengembangan
usaha
Strategi 7
keuangan
:
Memperbaiki manajemen perusahaan dan proses pencatatan
Lampiran. 21 Produk Proses Produksi dan Pengemasan Produk “Erina”
Karak Kaliang
Keripik Balado
Kipang
Rendang Telor
Rakik Macho
Proses Produksi Karak Kaliang
Proses Produksi Galamai
Proses Pengemasan Kipang
Proses Produksi Keripik Sanjai Balado
Proses Pengemasan Beras Rendang
Proses Pencetakan Karak Kaliang
Lampiran. 22 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI BERSAING INDUSTRI KECIL MAKANAN
TRADISIONAL KHAS KOTA PAYAKUMBUH,
(Studi Kasus: Industri Kecil ”Erina”,
Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat)
Saya, Viona Mayasari adalah mahasiswa Semester 8 Program Studi
Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Untuk menyelesaikan studi saya, saya
membutuhkan informasi dari Bapak/Ibu terkait dengan judul penelitian saya.
Untuk itu, saya berharap kiranya Bapak/ibu berkenan untuk mengisi kuesioner
penelitian saya ini. Saya berharap Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif dan
benar karena kuesioner ini adalah penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah.
Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Pekerjaan/Jabatan
Alamat
:
:
:
Peneliti:
Viona Mayasari
A14104020
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
A. Kuesioner EFE dan IFE
TUJUAN:
Mendapatkan penilaian pihak internal perusahaan mengenai faktor-faktor strategis
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman
(threat) yang mempengaruhi perusahaan untuk merumuskan strategi bersaingnya
dalam produksi dan pemasaran makanan tradisional khas Kota Payakumbuh.
PETUNJUK UMUM:
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi masing-masing responden.
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya
secara sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi
jawaban.
4. Responden dapat saja memiliki pendangan yang berbeda mengenai suatu
faktor dalam kuesioner ini dengan responden lainnya ataupun dengan
peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat.
a. PENILAIAN BOBOT
Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3 dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Contoh:
ƒ Produk olahan yang beragam (B) pada kolom/horizontal kurang penting
daripada harga bersaing (A) pada baris/vertikal, maka nilainya =1.
ƒ Produk olahan yang beragam (B) pada kolom/horizontal sama penting
dengan harga bersaing (A) pada baris/vertikal, maka nilainya = 2.
ƒ Produk olahan yang beragam (B) pada kolom/horizontal lebih penting
daripada harga bersaing (A) pada baris/vertikal, maka nilainya = 3.
b. PENILAIAN RATINGPELUANG dan ANCAMAN
Dalam menentukan rating setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3, dan 4, dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Jika perusahaan tersebut mempunyai respon kurang/rendah dalam
meraih peluang tersebut
2 = Jika perusahaan tersebut mempunyai respon sedang/sama dengan ratarata dalam meraih peluang tersebut
3 = Jika perusahaan tersebut mempunyai respon tinggi/sama dengan di atas
rata-rata dalam meraih peluang tersebut
4 = Jika perusahaan tersebut mempunyai respon sangat tinggi/superior dalam
meraih peluang tersebut
c. PENILAIAN RATING KEKUATAN
Dalam menentukan rating setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3, dan 4, dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan yang lainnya.
2 = Jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan yang lainnya.
3 = Jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan yang lainnya.
4 = Jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan yang lainnya.
d. PENILAIAN RATING KELEMAHAN
Dalam menentukan rating setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3, dan 4, dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Jika faktor tersebut lebih lemah bila dibandingkan dengan yang lainnya.
2 = Jika faktor tersebut cukup lemah bila dibandingkan dengan yang lainnya.
3 = Jika faktor tersebut tidak lebih lemah bila dibandingkan dengan yang
lainnya..
4 = Jika faktor tersebut sangat tidak lebih lemah bila dibandingkan dengan
yang lainnya.
PENGISIAN KUESIONER BOBOT PELUANG DAN ANCAMAN
Faktor Strategis
PELUANG
Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dukungan instansi pemerintah Prop. Sumbar dan Deperindag Payakumbuh
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional
Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
Pasar pelanggan tinggi
ANCAMAN
Pemilu 2009 berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional
Inflasi menurunkan daya beli
Fluktuasi harga bahan baku
Industri mudah dimasuki pendatang baru
Substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat
Tingkat persaingan tinggi
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
PENGISIAN KUESIONER BOBOT KEKUATAN DAN KELEMAHAN
Responden 1
KEKUATAN
Produk olahan beragam, berkualitas, dan kontinyu
Harga produk bersaing
Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah
Produksi dapat dilakukan setiap saat
Loyalitas karyawan tinggi
KELEMAHAN
Manajemen masih sederhana
Daerah pemasaran terbatas
Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup besar
Pencacatan keuangan masih sederhana
Teknologi yang digunakan masih tradisional
A B C D E
F G H
I
J
PENGISIAN KUESIONER RATING PELUANG DAN ANCAMAN
FAKTOR STRATEGIS
1
RATING
2
3
4
PELUANG
Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
Dukungan instansi pemerintah Prop. Sumbar dan
Deperindag Payakumbuh
Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan
libur nasional
Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
Pasar pelanggan tinggi
ANCAMAN
Pemilu 2009 berpotensi mengurangi stabilitas politik
nasional
Inflasi menurunkan daya beli
Fluktuasi harga bahan baku
Industri mudah dimasuki pendatang baru
Substitusi semakin banyak dan dikenal masyarakat
Tingkat persaingan tinggi
PENGISIAN KUESIONER KEKUATAN DAN KELEMAHAN
FAKTOR STRATEGIS
1
KEKUATAN
Produk olahan beragam, berkualitas, dan kontinyu
Harga produk bersaing
Hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah
Produksi dapat dilakukan setiap saat
Loyalitas karyawan tinggi
KELEMAHAN
Manajemen masih sederhana
Daerah pemasaran terbatas
Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup
besar
Pencacatan keuangan masih sederhana
Teknologi yang digunakan masih tradisional
RATING
2
3
4
B. KUESIONER MATRIKS PROFIL PERSAINGAN (CPM)
TUJUAN:
Mendapatkan penilaian para responden (pihak eksternal) mengenai faktor-faktor
strategis yang mempengaruhi persaingan antara industri-industri kecil makanan
tradisional khas Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat.
PETUNJUK UMUM:
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi masing-masing responden.
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya
secara sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi
jawaban.
4. Responden dapat saja memiliki pendangan yang berbeda mengenai suatu
faktor dalam kuesioner ini dengan responden lainnya ataupun dengan
peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat.
a. PENILAIAN BOBOT
Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3 dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Contoh:
ƒ Lokasi (B) pada kolom/horizontal kurang penting daripada variasi
produk yang ditawarkan (A) pada baris/vertikal, maka nilainya = 1.
ƒ Lokasi (B) pada kolom/horizontal sama penting dengan variasi produk
yang ditawarkan (A) pada baris/vertikal, maka nilainya = 2.
ƒ Lokasi (B) pada kolom/horizontal lebih penting daripada variasi produk
yang ditawarkan (A) pada baris/vertikal, maka nilainya = 3.
b. PENILAIAN RATING KEKUATAN
Dalam menentukan rating setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3, dan 4, dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Jika kelemahan perusahaan besar dibandingkan dengan pesaingnya.
2 = Jika kelemahan perusahaan kecil dibandingkan dengan pesaingnya.
3 = Jika kekuatan perusahaan kecil dibandingkan dengan pesaingnya.
4 = Jika kekuatan perusahaan besar dibandingkan dengan pesaingnya.
a. PENILAIAN BOBOT INDUSTRI
FAKTOR STRATEGIS
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Periklanan
Harga
A
B
C
D
E
F
b. PENILAIAN RATING INDUSTRI
A. ERINA
FAKTOR STRATEGIS
Bobot Responden Ke
1
2
3
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
B. UTAMA
FAKTOR STRATEGIS
Bobot Responden Ke
1
2
3
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
C. PUSAKO MINANG
FAKTOR STRATEGIS
Bobot Responden Ke
1
2
3
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
169
D. GONJONG LIMO
FAKTOR STRATEGIS
Bobot Responden Ke
1
2
3
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
E. TEK TAM
FAKTOR STRATEGIS
Bobot Responden Ke
1
2
3
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
F. DELIMA SY
FAKTOR STRATEGIS
Bobot Responden Ke
1
2
3
Variasi produk yang ditawarkan
Lokasi
Pelayanan
Kemasan produk
Merk dan Promosi
Harga
170
C. PENGISIAN QSPM
Petunjuk Pengisian:
Nilai daya tarik diberikan bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya
terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan dengan skala 1, 2, 3, dan
4 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Jika faktor tersebut tidak menarik.
2 = Jika faktor tersebut agak menarik.
3 = Jika faktor tersebut wajar menarik.
4 = Jika faktor tersebut sangat menarik.
Faktor
Strategis
ALTERNATIF STRATEGI
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
Peluang 1
Peluang 2
Peluang 3
Peluang 4
Peluang 5
Ancaman 1
Ancaman 2
Ancaman 3
Ancaman 4
Ancaman 5
Ancaman 6
Kekuatan 1
Kekuatan 2
Kekuatan 3
Kekuatan 4
Kekuatan 5
Kelemahan 1
Kelemahan 2
Kelemahan 3
Kelemahan 4
Kelemahan 5
Daya Tarik
Peringkat
Keterangan:
Strategi 1
:
Strategi 2
:
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
:
:
:
Strategi 6
:
Menggencarkan promosi melalui kerjasama dengan Deperindag Kota
Payakumbuh, Dinas Propinsi Sumatera dan Dinas Koperasi dan UKM
Melakukan inovasi rasa produk, kemasan, dan mesin-mesin industri melalui
kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah
Mengembangkan manajemen mutu pelayanan
Melakukan kesepakatan jual beli dengan pelanggan
Melakukan kontrak pembelian dengan pemasok bahan baku berdasarkan
harga awal yang disepakati
Menjalin kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah dalam
mengembangkan pasar dan menarik investor untuk pengembangan usaha
171
Strategi 7
Strategi 7
Peluang 1
Peluang 2
Peluang 3
Peluang 4
Peluang 5
Ancaman 1
Ancaman 2
Ancaman 3
Ancaman 4
Ancaman 5
Ancaman 6
Kekuatan 1
Kekuatan 2
Kekuatan 3
Kekuatan 4
Kekuatan 5
Kelemahan 1
Kelemahan 2
Kelemahan 3
Kelemahan 4
Kelemahan 5
: Memperbaiki manajemen perusahaan dan proses pencatatan keuangan
: Dukungan Dinas Koperasi dan UKM
: Dukungan instansi pemerintah Propinsi Sumatera Barat dan Deperindag Kota
Payakumbuh
: Peningkatan permintaan pada hari-hari besar dan libur nasional
: Pasar pelanggan yang tinggi
: Inovasi produk, kemasan, dan mesin-mesin industri
: Substitusi semakin banyak dan dikenal
: Masyarakatfluktuasi harga bahan baku
: Tingkat persaingan yang tinggi
: Industri mudah dimasuki pendatang baru
: Inflasi yang menurunkan daya beli
: Pemilu 2009 yang berpotensi mengurangi stabilitas politik nasional
: Harga produk yang bersaing
: Produk olahan yang beragam, berkualitas, dan kontinyu
: Hubungan yang baik dengan berbagai instansi pemerintah
: Produksi dapat dilakukan setiap saa
: Loyalitas karyawan tinggi
: Daerah pemasaran masih terbatas
: Menggunakan modal dari luar (Bank) yang cukup besar
: Pencatatan keuangan masih sederhana
: Manajemen yang masih sederhana
: Teknologi yang digunakan masih tradisional
172
Download