JENIS-JENIS BAKTERI POTENSIAL PATOGEN YANG

advertisement
JENIS-JENIS BAKTERI POTENSIAL PATOGEN YANG MENGINFEKSI
IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KOLAM PATUMBAK
KABUPATEN DELI SERDANG
(Potential Pathogen Bacteria Infecting Goldfish (Cyprinus carpio)
in Patumbak Pond Deli Serdang Regency)
Meirani Ritonga(1) Dwi Suryanto(2) Yunasfi(2)
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, (Email : [email protected])
2
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
ABSTRACT
Goldfish is commonly found in Indonesia. Pest and disease infected
goldfish is being one of the factors to decrease production of the goldfish. The
goldfish infected with bacteria was founded in a pond in Patumbak. The study was
aim to observe bacteria that might cause fish disease. The isolation of the
potensial pathogenic bacteria of goldfish was utilised using the agar spread
method. Identification of pathogenic bacteria was done using Vitec 2 compact.
Test of water samples was conducted at the Laboratory BTKL Class 1 Medan.
Two species were found as potential pathogens in the goldfish, i.e. Pseudomonas
aeruginosa and Enterecoccus faecalis. Test of water quality showed that the water
quality was still in permitted condition.
Keywords: Bacterial pathogens, Goldfish, Pond, Water Quality
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman sangat
mempengaruhi kemajuan teknologi
di bidang perikanan, salah satunya
adalah usaha budidaya intensif yang
dapat meningkatkan produksi sektor
perikanan. Namun dalam usaha
tersebut ada beberapa kendala, salah
satunya timbulnya penyakit pada
ikan yang umumnya terjadi karena
adanya interaksi antara ikan, patogen
dan lingkungan. Namun dalam
budidaya dengan kondisi lingkungan
yang terbatas, padat tebar yang
tinggi, pemberian pakan yang
berlebihan,
serta
pengelolaan
kualitas air yang kurang tepat dapat
mengakibatkan
keseimbangan
lingkungan terganggu, sehingga ikan
menjadi stres dan dapat memicu
berkembangnya
penyakit
(Sari dkk., 2012).
Ikan mas (Cyprinus carpio)
adalah jenis ikan air tawar yang pada
umumnya paling banyak kita
temukan di Indonesia. Untuk
membantu perekonomian msyarakat
sebagaimana ikan mas dapat di
budidayakan baik dalam kolam
terpal atau kolam tanah. Subsistem
pada budidaya ikan mas tersebut
terdiri dari subsistem pembenihan,
subsistem pendederan, dan subsistem
pembesaran (Kowarin dkk., 2014).
Ikan mas tergolong jenis ikan
yang sangat toleran terhadap
fluktuasi suhu air antara 14-23oC.
Namun, suhu air optimum standar
yang baik untuk pertumbuhan Ikan
Mas berkisar 26-28oC. Ikan mas
mampu
beradaptasi
terhadap
perubahan
kandungan
oksigen
terlarut dalam perairan. Ikan mas
juga tidak sensitif terhadap perlakuan
fisik seperti seleksi, penampungan,
penimbangan, dan pengangkutan.
Karena sifatnya yang sangat adaptif
terhadap lingkungan baru, ikan mas
tersebar hampir diseluruh penjuru
dunia.
Permintaan hasil perikanan
terutama ikan mas yang semakin
tinggi mengakibatkan masyarakat
menerapkan sistem budidaya intensif
bahkan super intensif. Kondisi ini
tentunya akan menimbulkan kendala,
salah satunya meningkatnya peluang
terserangnya penyakit pada beberapa
ikan. Penyakit pada ikan dapat
disebabkan oleh parasit, jamur,
bakteri, dan virus. Penyakit bakteri
menjadi salah satu kendala budidaya
ikan mas, karena dapat menyebabkan
kematian pada ikan serta kerugian
ekonomi yang tidak sedikit. Penyakit
`Ulcerative disease` atau penyakit
borok/penyakit bercak merah yang
mengakibatkan kematian pada ikan
mas termasuk di dalamnya ikan-ikan
kecil atau benih mati yang
disebabkan oleh bakteri Aeromonas
sp.
dan
Pseudomonas
sp.
(Nurjanah dkk., 2014).
Penyakit yang menyerang
ikan mas ada yang merupakan
penyakit noninfeksi dan infeksi.
Penyakit non-infeksi adalah penyakit
yang timbul akibat adanya gangguan
faktor selain patogen, misalnya
karena faktor lingkungan, kualitas
pakan yang kurang baik, dan
penyakit karena turunan. Sedangkan
penyakit infeksi biasanya timbul
karena gangguan organisme patogen
berupa parasit, jamur, bakteri, dan
virus.
Furunculosis
merupakan
penyakit yang memiliki ciri-ciri luka
yang khas yaitu nekrosis pada otot,
pembengkakan di bawah lapisan
kulit dengan luka terbuka berisi
nanah, dan jaringan yang rusak di
puncak
luka
tersebut
seperti
cekungan
(Winaruddin
dan
Eliawardani, 2007).
Penyakit ikan yang disebabkan
oleh bakteri sangat mempengaruhi
hasil budidaya karena penyakit
tersebut dapat menurunkan hasil ikan
budidaya. Penyebaran penyakit yang
disebabkan oleh bakteri salah
satunya adalah melalui luka ikan.
Salah satu bakteri yang diduga hidup
pada ikan mas adalah bakteri
Pseudomonas sp. Bakteri ini dapat
langsung
menyerang
dan
menginfeksi bagian tubuh ikan yang
terlihat mengalami bercak merah.
Pada penelitian ini dilakukan
pemeriksaan
bakteri-bakteri
penyebab penyakit yang diduga
bersifat patogen pada ikan mas
sehingga dapat di identifikasi bakteri
apa saja yang menginfeksi ikan
tersebut.
Pseudomonas
aeruginosa
merupakan
bakteri
yang
memproduksi sejumlah endotoksin
dan produk ekstaseluler yang
menunjang
invasi
lokal
dan
penyebaran mikroorganisme. Selain
itu bakteri yang mempunyai sifat
zoonosis
yaitu
bakteri
yang
mempunyai sifat dapat menularkan
penyakit dari hewan/ikan kepada
manusia dan sebaliknya. Bakteri
tersebut
adalah
Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus
dan
Vibrio
cholera
(Rahmaningsih dkk., 2012).
Enterococcus faecalis adalah
bakteri yang memiliki kemampuan
resisten hampir pada semua obat
antiseptik. Bakteri ini memiliki
kemampuan resistensi intrinsik dan
resistensi yang didapat (acquired).
Bakteri Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans merupakan
golongan bakteri yang sama dengan
Enterococcus faecalis yaitu bakteri
gram positif anaerob fakultatif
(Charyadie dkk., 2014). Tujuan dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui bakteri apa saja yang
menjadi patogen pada ikan mas
tersebut dan untuk mengetahui
kondisi
lingkungan
dengan
keberadaan
patogen
yang
menginfeksi ikan mas tersebut.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Mei sampai dengan
Agustus 2016. Pengambilan sampel
ikan dilakukan di Kolam Patumbak
Kabupaten Deli Serdang yang
merupakan tempat budidaya ikan
mas yang diduga terkena penyakit.
Isolasi bakteri sampel ikan dilakukan
di
Badan
Karantina
Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I
Medan I, Identifikasi bakteri yang
tumbuh dari sampel ikan dilakukan
di Laboratorium Rumah Sakit Murni
Teguh, dan Identifikasi Bakteri
sampel
air
dilakukan
di
Laboratorium
Pengujian
dan
Kalibrasi BTKLPP Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara
lain laminar air flow, autoklaf,
inkubator,
timbangan
analitik,
penggaris, milimeterblok, hot plate,
cawan Petri, tabung reaksi, lampu
Bunsen, masker, sarung tangan, botol
sampel, toolbox, alumunium foil,
magnetic stirer, labu Erlenmeyer,
oven, mikroskop, jarum ose,
dissecting set, alat tulis, alat Vitec 2
compact, komputer, dan kamera.
Bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
sampel uji ikan mas sebanyak satu
ekor
(7,5cm) dan air, buku
identifikasi bakteri, Media Tripticase
Soy Agar (TSA, Oxoid), NaCl 1%,
NaOH, alkohol 70 %, medium O/F
dengan kandungan 1% glukosa, dan
bahan uji pewarnaan gram, larutan
safranin, larutan iodin, larutan kristal
violet, larutan H2O2 3%, kertas label.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan
pengambilan sampel ikan mas yang
mengalami gejala klinis yang
terserang penyakit
di Kolam
Patumbak. Pada penelitian ini
dilakukan beberapa tahapan yaitu
sterilisasi alat dan bahan , pembuatan
media bakteri, pengukuran berat
sampel ikan, pengukuran kualitas air
kolam, isolasi dan identifikasi bakteri
patogen pada ikan, dan uji reaksi
biokimia.
Pengambilan Sampel Ikan
Sampel ikan mas diambil dari
kolam Patumbak yang mengalami
gejala penyakit seperti terdapatnya
borok atau luka pada permukaan
tubuh ikan. Sampel ikan dimasukkan
ke dalam kantong plastik berisi air
kolam dan kemudian dibawa ke
laboratorium dalam keadaan hidup
untuk dilakukan pengidentifikasian
Pengambilan sampel air
dilakukan dengan mengambil contoh
air Kolam dengan menggunakan
botol steril. Botol yang telah berisi
air hasil sampling dimasukkan ke
dalam coolbox untuk menjaga agar
bakteri tidak mati kemudian dikirim
ke laboratorium untuk dianalisis.
Untuk luasan kolam ikan mas
di kolam patumbak ini berukuran 2
ha perpetak nya 20 x 20 m.
Isolasi Bakteri Patogen dari
Sampel Ikan
Bakteri patogen diisolasi dari
beberapa bagian tubuh ikan yaitu
hati, ginjal, dan kulit yang
mengalami luka atau borok. Hati,
ginjal, dan kulit diambil secukupnya
dengan menggunakan pisau yang
telah steril. Isolasi bakteri dilakukan
dengan menggunakan teknik cawan
gores atau streak plate pada bagianbagian tubuh ikan tersebut. Bakteri
yang tumbuh dipindahkan ke media
TSA dengan menggunakan teknik
cawan gores, kultur inkubasi dengan
posisi cawan terbalik selama 24 - 48
jam (Darmayasa, 2008). Selanjutnya
dilakukan
pengamatan
secara
makroskopik
dan
mikroskopik
dengan pewarnaan gram, serta uji
biokimia dengan menggunakan alat
vitek 2 compact yang merupakan
salah satu alat cepat untuk
mengidentfikasi spesies dari bakteri.
Tahap pewarnaan gram dilakukan
dengan mengambil isolat bakteri
dengan jarum ose secara aseptik dan
dioleskan pada kaca obyek. Isolat
bakteri kemudian ditetesi ungu violet
dan dibiarkan selama 1 menit,
selanjutnya dicuci dengan air
mengalir dan dianginkan hingga
kering. Isolat bakteri kemudian
ditetesi lagi dengan larutan iodine
dan dibiarkan selama 1 menit,
kemudian dicuci dengan air mengalir
dan dianginkan hingga kering.
Selanjutnya isolat bakteri ditetesi
alkohol 95% selama 30 detik,
kemudian dialiri air dan dianginkan
hingga kering.
Isolat
bakteri
kemudian ditetesi safranin selama 30
detik dan dicuci dengan air mengalir,
dikeringkan dengan kertas penghisap
dan dikering anginkan, kemudian
dilakukan
pengamatan
dengan
menggunakan mikroskop. Bakteri
gram positif ditandai dengan warna
ungu yang menunjukkan bahwa
bakteri tersebut mampu mengikat
warna kristal violet, sedangkan
bakteri gram negatif ditandai dengan
warna
merah
muda
yang
menunjukkan bahwa bakteri tersebut
tidak mampu mengikat warna kristal
violet
dan
hanya
terwarnai
oleh safranin (pewarna tandingan)
(Hadioetomo, 1993). Bentuk sel
bakteri yang tumbuh kemudian
diamati bentuk selnya secara
mikroskopik pada kaca preparat
sehingga dapat diketahui bentuknya
(kokus, batang atau spiral).
Karakterisasi dan Identifikasi
Bakteri
Tahap identifikasi bakteri
diinkubasi selama 48 jam, dilakukan
isolasi bakteri dengan metode
goresan kuadran beberapa tahap
hingga diperoleh 1 isolat yang murni.
Isolat-isolat
yang
diperoleh
kemudian
diamati
morfologi.
Pengamatan pada morfologi koloni
meliputi bentuk, tepian, elevasi dan
warna
koloni,
sedangkan
pengamatan morfologi sel meliputi
uji pewarnaan Gram, bentuk sel dan
uji motilitas (Safrida dkk., 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ikan Terserang Penyakit
Tanda-tanda ikan yang terinfeksi
penyakit pada Kolam ditunjukkan
dengan adanya lesi, borok atau luka
pada sampel ikan dan hal ini
merupakan gejala klinis ikan sakit
yang akan di uji seperti pada Gambar
1.
Lendir
Luka atau borok
untuk
mengidentifikasi
bakteri
patogen yang menginfeksi sampel
ikan mas. Pewarnaan Gram yang
dilakukan
secara
mikroskopik
dengan perbesaran 1000x didapat
hasil pewarnaan gram bakteri Gram
negatif berwarna merah muda yang
berbentuk
basil
atau
batang
sedangkan Gram positif berbentuk
coccus bulat yang dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 1. Ikan Mas (C. carpio)
yang terinfeksi penyakit
Dari hasil pemeriksaan organ
dalam ikan uji juga terdapat gejala
klinis seperti pada hati, dan limpa.
Hati ikan uji terlihat pucat, berwarna
merah kekuning-kuningan. Limpa
pada ikan uji terlihat terdapat warna
merah memucat seperti tampak pada
Gambar 2.
Hati
Limpa
Gambar 2. Organ Dalam Ikan Mas
(C. carpio)
Morfologi Sel Bakteri Potensial
Patogen Pada Ikan
(a)
(b)
Gambar 3. Bentuk Sel dari Isolat (a)
Bakteri Gram Negatif (b)
Bakteri Gram Positif
(perbesaran 1000x).
Bakteri potensial patogen
yang ditemukan dapat dilihat dari
morfologi koloni meliputi tepian,
elevasi dan warna koloni yang dapat
dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan
tabel 1 dapat dijelaskan bahwa kedua
koloni bakteri memiliki perbedaan
yang dapat dilihat pada Tabel 1..
Pengamatan morfologi sel
perlu dilakukan pewarnaan Gram
Tabel 1. Morfologi koloni bakteri yang ditemukan pada sampel ikan mas
No
Kode
Isolat
1.
KM2
2.
KM1
Morfologi Koloni
Elevasi
Warna
Putih
Rata
Cembung
kekuningan
Rata
Cembung
kuning
Tepian
Morfologi Sel
Gram
Bentuk
_
Basil
+
Coccus
Hasil Identifikasi Bakteri Pada
No
Parameter
Fisika
Alat
1
Suhu (oC)
Termometer
24
pH
pH meter
6,8
2
Hasil
Ikan
Pengamatan Bakteri potensial
patogen ini juga ditemukan pada
Kolam yang merupakan tempat Ikan
Mas itu hidup. Hasil pengamatan uji
biokimia melalui alat vitek 2
compact yang merupakan salah satu
alat cepat untuk mengidentifikasi
spesies dari bakteri dapat dilihat pada
Lampiran 6. Hasil pengamatan
No
Kode
Isolat
Organ
Spesies bakteri
Target
1
KM2
Pseudomonas
aeruginosa
Kulit
Enterecoccus
faecalis
Hati
2
KM1
Tabel 3. Pengukuran kualitas air
kolam
Patumbak
Kabupaten Deli Serdang
Keadaan kualitas air yang
buruk tersebut dapat disebabkan
manajemen pengaturan limbah padat
(manure) maupun limbah cair (air
buangan) yang kurang memadai
sehingga
dapat
menyebabkan
pencemaran terhadap air yang
digunakan. Pengujian parameter
mikrobiologi untuk kualitas air
kolam dapat dilihat pada Lampiran 6.
Hasil pemeriksaan mikroba dari
sumber air dapat diilihat pada Tabel
4.
Tabel
No
bakteri dari sampel ikan ditemukan
dua bakteri dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Pengamatan Bakteri
Pseudomonas dan Entrecoccus dari
sampel ikan mas
Kualitas Air
Kondisi
lingkungan
merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan pada
habitatnya, salah satu diantaranya
Kolam. Hasil pengamatan kondisi
kualitas air di Kolam Patumbak
Kabupaten Deli Serdang Patumbak
disajikan pada pada Tabel 3.
4.
Pengujian parameter
mikrobiologi
di
Kolam Patumbak Deli
Serdang
Parameter
Hasil
Mikrobiologi Analisis
1
Total Coliform
5000
2
Colifaecal
1000
Pembahasan
Hasil pengamatan gejala
klinis yang terlihat pada ikan mas
yang diambil dari kolam ikan
menunjukkan terdapatnya lesi, luka
atau borok dan lendir yang berlebih
pada bagian luar tubuh ikan (Gambar
1). Pada pengamatan dilapangan
ikan mas yang diduga sakit juga
berenang ke permukaan,
dan
mengalami pergerakan lambat. Kordi
(2004) menyatakan bahwa dalam
melakukan
identifikasi
atau
diagnosis penyakit ikan, nama
penyakit dan gejala klinisnya penting
diketahui karena dapat membantu
dalam
menentukan
kepastian
penyebabnya.
Isolasi bakteri pada penelitian
ini dilakukan untuk mendapatkan
bakteri patogen pada ikan mas yang
di duga terserang penyakit. Hasil
isolasi bakteri yang tumbuh pada
media umum/ trypticase soy agar
pada ikan uji yang diambil dari
kolam tempat ikan itu hidup
didapatkan Pseudomonas aeruginosa
dan Enterecoccus faecalis. Bakteribakteri ini merupakan bakteri
patogen yang menyebabkan penyakit
(Kismiyati dkk., 2009).
Bakteri Pseudomonas sp pada
isolasi sampel ikan uji merupakan
bakteri patogen yang paling dominan
ditemui pada ikan yang mengalami
luka atau borok pada badan
permukaan ikan yang sakit. Organ
yang paling dominan ditemukan
bakteri ini adalah kulit. Lubis dkk.,
(2014) menjelaskan bahwa serangan
bakteri ini pada kulit meyebabkan
kulit
menjadi
kesat,
timbul
pendarahan yang selanjutnya diikuti
dengan luka-luka borok, perut
kembung serta terjadi pendarahan
pada hati, ginjal dan limfa saat
dilakukan pembedahan.
Bakteri Pseudomonas sp.
merupakan penyakit yang memiliki
bercak merah atau borok pada
permukaan tubuh ikan. Hal ini sesuai
dengan Purnama dkk., (2013)
menjelaskan bahwa pertumbuhan
bakteri sangat dipengaruhi oleh
adanya sumber karbon yang cukup,
suhu yang optimal, dan kondisi pH
yang cocok serta kondisi lain yang
mendukung. Bakteri Pseudomonas
aeruginosa merupakan bakteri Gram
negatif dan termasuk golongan
bakteri patogen dan merupakan salah
satu penyakit yang memiliki borok
atau luka pada tubuh ikan.
Bakteri Enterococcus faecalis
pada isolasi sampel ikan uji
merupakan
bakteri yang
ditemui pada tubuh ikan
sakit.
Bakteri ini dapat menginfeksi saluran
urin, pembuluh darah, endokardium,
lambung, limfa, saluran empedu,
luka
bakar,
dan
lain-lain.
Pertumbuhan bakteri Enterococcus
faecalis
melalui
pembentukan
biofilm yang merupakan tempat
perlekatan mikroorganisme dan
mikroorganisme
akan
memperbanyak diri pada permukaan
biofilm tersebut (Nurliza, 2015).
Hasil pengamatan morfologi
sel yaitu pewarnaan gram dan bentuk
sel pada bakteri Pseudomonas
aeruginosa berbentuk batang dan
merupakan bakteri negatif karena
bakteri-bakteri
ini
tetap
mempertahankan warna metil red/
merah pada pewarnaan gram. Hal ini
sesuai dengan Agustina dkk., (2013),
yang menyatakan bahwa sel yang
memiliki berwarna merah karena
terwarnai oleh warna pembanding
yaitu safranin. Bakteri gram negatif
terlihat berwarna merah muda.
Bakteri gram negatif mengandung
lipid dan lemak dalam persentase
yang lebih tinggi dari pada bakteri
gram positif. Selain itu bakteri gram
negatif juga memiliki peptidoglikan
yang lebih tipis daripada bakteri
gram positif.
Hasil pengamatan morfologi
sel yaitu pewarnaan dan bentuk sel
menunujukkan bakteri Enterecoccus
facealis berbentuk kokus (bulat) dan
merupakan bakteri gram positif
karena bakteri-bakteri ini tetap
mempertahankan warna metil ungu
pada pewarnaan gram. Safrida dkk.,
(2012), menyatakan bahwa bakteri
gram positif terlihat berwarna ungu
karena asam-asam ribonukleat pada
sitoplasma sel-sel gram positif
membentuk ikatan yang lebih kuat
dengan kompleks ungu kristal violet
sehingga ikatan kimiawi tersebut
tidak mudah dipecahkan oleh
pemucat warna. Reaksi tersebut
didasarkan atas perbedaan komposisi
kimiawi dinding sel. Sel gram positif
mempunyai dinding dengan lapisan
peptidoglikan yang tebal.
Parameter kualitas air yang
diamati pada penelitian ini adalah
suhu dan pH. Kualitas air merupakan
salah satu faktor sangat penting
dalam pemeliharan ikan mas
(Cprinus carpio) karena kualitas air
tempat pemeliharaan ikan akan
sangat mempengaruhi kerentanan
ikan terinfeksi penyakit. Penyakit
ikan merupakan salah satu masalah
serius yang dihadapi oleh para
pembudidaya ikan karena berpotensi
menimbulkan kerugian yang sangat
besar. Kerugian yang terjadi dapat
berupa peningkatan kematian ikan.
Selain
faktor
genetik
(keturunan),
pertumbuhan
juga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan
perairan. Salah satu yang dominan
adalah suhu. Suhu mempunyai
peranan penting dalam menentukan
pertumbuhan ikan yang dibudidaya
dan mempengaruhi laju metabolisme
pada biota akuatik. Berdasarkan
pengukuran kualitas air dilapangan
pada kolam yaitu suhu 24 oC.
Menurut Tarigan (2002), bahwa suhu
air kolam yang standar untuk
pemeliharaan budidaya ikan mas
berkisar antara 25-30oC.
Hasil
kualitas
air
menunujukkan pada kolam pH yaitu
6,8 berarti keadaan ini menyebabkan
kondisi yang kurang baik. Hal ini
sesuai Tatangindantu dkk., (2013),
menyatakan pH yang ideal bagi
kehidupan biota air tawar adalah
antara 7 - 8,5. pH yang sangat
rendah, menyebabkan kelarutan
logam-logam dalam air makin besar,
yang bersifat toksik bagi organisme
air, sebaliknya pH yang tinggi dapat
meningkatkan konsentrasi amoniak
dalam air yang juga bersifat toksik
bagi organisme air.
Hasil pengukuran (Tabel 4)
parameter mikrobiologi, diketahui
bahwa Total Coliform di Kolam
Patumbak Kabupaten Deli Serdang
masih memenuhi baku mutu seperti
yang tercantum dalam PP No. 82
tahun 2001, dan masih dikategori
baik. Total coliform pada kolam ikan
ini menunjukkan hasil 5000, untuk
hasil
parameter
mikrobiologi
Colifaecal di kolam patumbak
menunjukkan hasil 1000. Hasil
pengujian parameter mikrobiologi ini
tidak melebihi baku mutu karena
kondisi air kolam ini masih dalam
kategori yang baik untuk kehidupan
biota yang belum terlalu tercemar.
Hal ini sesuai dengan Lewerissa dan
Martha (2014), menjelaskan bahwa
pencemaran perairan dapat berupa
pencemaran fisik, kimia, maupun
biologis. Pencemaran secara biologis
atau
yang
lebih
tepatnya
mikrobiologis terutama disebabkan
oleh
adanya
mikroorganisme
patogenik dalam air yang berbahaya
bagi kesehatan karena akan menjadi
sumber penularan berbagai jenis
penyakit Penyakit infeksi ini sangat
berbahaya
sehingga
diperlukan
parameter
mikrobiologis
yang
penting dalam menentukan kualitas
perairan. Adanya bakteri coliform /
fecal coliform di dalam air
menunjukkan kemungkinan adanya
mikroba
yang
bersifat
enteropatogenik dan toksigenik yang
berbahaya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Bakteri potensial patogen yang
menginfeksi ikan mas (C.
carpio) yaitu Pseudomonas
aeruginosa
dan
bakteri
Enterecoccus faecalis yang
paling banyak ditemukan pada
isolasi media umum/Tryptic Soy
Agar.
2. Bakteri yang ada pada air kolam
tempat ikan mas (C. carpio) itu
hidup
merupakan
bakteri
parameter mikrobiologis yang
penting dalam menentukan
kualitas perairan.
Saran
Setelah
ditemukannya
penyakit bakterial pada ikan mas
(Cyprinus carpio) yang dipelihara
pada kolam Patumbak Deli Serdang,
disarankan
untuk
melakukan
pengelolaan kolam dan kualitas air
secara baik dan rutin agar tidak
menjadi wabah penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D., C, Yulvizar., dan R,
Nursanty. 2013. Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Pada
Ikan Kembung (Rastrellinger
sp.) Asin Berkitosan. Jurnal
Biospecies 6 (1) : 15-19
Charyadie, F, L., S. Adi., dan R. P.
Sari. 2014. Daya Hambat
Ekstrak
Daun
Alpukat
(Persea
america,
Mill.)
Terhadap
Pertumbuhan
Enterecoccus faecalis. Jurnal
8 (1) : 1907-5987.
Darmayasa, I.B G. 2008. Isolasi dan
Identifikasi
Bakteri
Pendegradasi Lipid (lemak)
Pada
Beberapa
Tempat
Pembuangan Limbah Dan
Estuari DAM Denpasar.
Bumi Lestari, 8: 122-127.
Hadioetomo,
R.
S.
1993.
Mikrobiologi Dasar Dalam
Praktek Teknik Dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Penerbit
Gramedia, Jakarta.
Kismiyati, S, Surbekti., R, W, N,
Yusuf., dan R, Kusdarwati.
2009. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Gram Negatif Pada
Luka Ikan Mas
Koki
(Carassius auratus) Akibat
Infestasi Ektoparasit Argulus
sp. Jurnal Ilmu Perikanan dan
Kelautan 1 (2) : 2-6.
Kordi, G. H. 2004. Penanggulangan
Hama dan Penyakit Ikan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Kowarin, E., G. O. Tambani., dan S.
V. Rantung. 2014. Analisis
Finansial
Usaha
Pembenihan Ikan
Mas
(Cyprinus carpio L) di Desa
Warukapas
Kecamatan
Dimembe
Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal
Ilmiah
PS.
Agribisnis
Perikanan Manado 2 (1) :
85-88.
Lewerissa, F. dan M, Kaihena. 2014.
Analisis Kualitatif Bakteri
Coliform dan Fecal Coliform
Pada Mata Air Desa Saparua
Kecamatan
Saparua
Kabupaten Maluku Tengah.
[Skripsi].
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam.
Universitas Pattimura.
Lubis, Y. P. P., Yunasfi., dan R,
Leidonald. 2014. Jenis-Jenis
Bakteri Pada Luka Ikan Patin
(Pangasius
djambal).
[Skripsi]. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.
Nurjanah, S., S. B. Prayitno., dan
Sarjito. 2014. Sensitivitas
Bakteri Aeromonas sp dan
Pseudomonas
sp
yang
Diisolasi Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio) Sakit
Terhadap Berbagai Macam
Obat Beredar. Jurnal Of
Aquaculture Management
and Tehcnology 3 (4) : 308316.
Nurliza. 2015. Bakteri yang Diisolasi
Dari Saluran Akar yang
Telah Dilakukan Perawatan
Dengan
Periodontitis
Apikalis yang Persisten.
Universitas Sumatera Utara.
Purnama. 2013. Aktivitas Antibakteri
Glukosa Terhadap Bakteri
Staphylococcus
aerus,
Pseudomonas aeruginosa,
Bacillus
subtillis,
dan
Escherichia coli. [Skripsi].
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Rahmaningsih, S., S. Wlis., dan A.
Mulyana. 2012. Bakteri
Patogen
Dari
Perairan
Pantai
dan
Kawasan
Tambak di Kecamatan Jenu
Kabupaten Tuban. Jurnal
Ekologia 12 (1) : 4-54.
Safrida, D. Y., Y. Cut., dan D. N.
Cut. 2012.
Isolasi dan
Karakterisasi
Bakteri
Berpotensi Probiotik Pada
Ikan Kembung (Rastrelliger
sp.). Depik 1 (3) : 200-203.
Sari, D. S. 2012. Pencegahan Infeksi
Bakteri
Aeromonas
hydrophila Pada Ikan Nila
(Oreochromis
niloticus)
dengan Pemberian Ekstrak
Etil Asetat Rimpang Temu
Ireng
(Curcuma
aeruginosa). [Skripsi].
Tatangindatu, F., O, Kalesaran., dan
R, Rompas. 2013. Studi
Parameter Fisika Kimia Air
Pada Aeral Budidaya Ikan
di Danau Tondano, Desa
Palelon,
Kabupaten
Minahasa. Jurnal Budidaya
Perairan 1 (2) : 8-19.
Tarigan, R. 2002. Cara Pemeliharaan
Ikan
Pada
Kolam
Pekarangan.
Jurnal
Pengabdian
Kepada
Masyarakat 8 (28) : 84-90.
Winaruddin dan Eliawardani. 2007.
Inventarisasi
Ektoparasit
yang Menyerang Ikan Mas
yang Dibudidayakan Dalam
Jaring Apung di Danau Laut
Tawar Kabupaten Aceh
Tengah. Jurnal Kedokteran
Hewan 1 (2) : 66-69.
Download