Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Bab II akan membahas tentang pengertian model teams games tournament
(TGT) secara terurut, definisi IPA, pengertian IPA, karakteristik pembelajaran
IPA, tujuan IPA di SD, penbelajaran IPA SD, dan ruang lingkup IPA di SD.
2.2 Model TGT
Teams games tournament (TGT) awalnya dikembangkan oleh Davied
Devries dan Keith Edward, ini merupakan model pembelajaran pertama dari
Johns Hopkis. Dalam model ini kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
yang beranggotakan 5 siswa dengan berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin,
dan latar belakang etnisnya, dibagungkan untuk bekerja sama dalam satu
kelompok kecil. Pembelajaran di dalam teams games tournament (TGT) hampir
sama dengan STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagian ganti kuis dan system
skor perbaikan individu, TGT menggunakan timnya dengan anggota tim lain yang
setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur dan Wikandari (2000)
menjelaskan bahwa teams games tournament (TGT) telah digunakan dalam
berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengejar
tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar,
seperti perhitungan dan penerapan berciri MATEMATIKA dan fakta-fakta serta
konsep IPA.
2.2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT)
Menurut Johnson dan Ohnson yang dikutip oleh Carolyn (TGT), model
teams games tournament (TGT) meliputi tiga tahap yaitu:
1.
Tahap mengajar (teaching)
Dalam tahap ini, guru mengajar materi pelajaran yang akan digunakan
dalam kompetisi. Materi pelajaran hanya secara garis besarnya saja dari suatu
materi. Tahap ini meliputi pembukaan yang dapat memotivasi siswa dalam
belajar, mambagun suatu pengetahuan awal mengenai materi tersebut, dan
6
7
memberikan petunjuk pelaksanaan model teams games tournament (TGT)
termasuk pembentukan kelompok. Tahap ini dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan.
2.
Tahap Belajar Dalam Kelompok (team study)
Kelompok mempunyai tugas untuk mempelajarai materi pelajaran secara
tuntas dan saling membantu dalam mempelajari materi tersebut. Jika ada kesulitan
harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum bertanya pada guru. Setiap anggota
kelompok dalam berdiskusi hendaknaya dengan suara perlahan, sehingga
kelompok yang lain tidak terganggu.
3.
Tahap Kompetisi (tournament)
Kelompoknya mewakili anggotanya untuk maju ke meja kompetisi, di atas
meja telah tersedia kartu. Kemudian siswa mengambil sebuah kartu dam
membacakannya dengan suara keras. Kelompok yang mengambil pertanyaan
tersebut harus menjawab, jika jawaban salah maka kelompok lawan mengajukan
jawabannya. Setiap jawaban kelompok yang benar diberikan poin atau skor, dan
skor-skor dijumlahkan sebagai skor kelompok.
2.2.2 Komponen-Komponen Pembelajaran TGT
Menutut Slavin (2005), ada lima komponen utama dalam pembelajaran
kooperatif tipe teams games tournament (TGT) adalah sebagai berikut :
1.
Penyajian Kelas (class pressentation)
Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe teams games turnament
(TGT) tidak berbeda dengan pengajaran biasa atau pembelajaran klasikal oleh
guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja.
Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya.
Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama pengajaran
kelas berlangsung sebab setelah ini mereka harus mengerjakan games akademik
dengan sebaik-baiknya dengan skor mereka akan menentukan skor kelompok
mereka.
2.
Kerja Kelompok
Kelompok terdiri 5-6 orang yang hertogen misalnya berdasarkan
kemampuan akademik dan jenis kelamin, jika memungkinkan suku, rasa tau kelas
8
social. Tujuan utama pembentukan kelompok adalah untuk menyakinkan siswa
bahwa semua anggota kelompok belajar dan semua anggota mempersiapkan diri
untuk mengikuti games dan tournament dengan sebaik-baiknya. Diharapkan tiap
anggota kelompok melakukan hal yang terbaik bagi kelompoknya dan adanya
usaha kelompok melakukan untuk membantu anggota kelompoknya sehingga
dapat meningkatkan kemampuan akademik dan menumbuhkan pentingnya
kerjasama diantara siswa serta meningkatkan rasa percaya diri.
3.
Permainan (games)
Pertanyaan dalam games dan dirancang dari materi yang relevan dengan
meteri yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili
mesing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah bentuk
sederhana. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan jawaban
pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.
4.
Kompetisi / Tournament (Tournament)
Turnamen adalah susuanan beberapa game yang dipertandingkan.
Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah
guru memberikan pengujian di kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.
Untuk ilustrasi turnamen dapat dilihat pada skema berikut ini:
9
Keterangan:
A1,B1,C1
= Siswa berkemampuan tinggi
A(2,3) B(2,3) C(2,3) = Siswa berkemampuan sedang
A4,B4,C4
= Siswa berkemampuan rendah
MT1,MT2,MT3,MT4 = Meja Turnament (1,2,3,4)
5.
Penghargaan Kelompok (Rekognisi Tim)
Setelah mengikuti game dan tournament, setiap kelompok akan memperoleh
poin. Rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari games dan tournament akan
digunakan sebagai penentu penghargaan kelompok. Jenis penghargaan sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat berupa
hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Berikut contoh perhitungan poin games dan
tournamaent dengan empat pemain menurut Slavin:
Tabel 2.1 Permainan Dengan Empat Pemain
10
Menurut Robet E.Slavin, penghargaan diberikanjika telah melewati kriteris
sebagai berikut:
Tabel 2.2 contoh kriteria penentuan pengargaan kelompok
Kriteria (Rata-Rata)
40
Penghargaan
Tim Baik (Goal Team)
45
Tim Sangat Baik (Great Team)
50
Tim Super ( Super Team)
Berdasarkan teori-teori mengenai pembelajaran kooperatif tipe teams
games tournament (TGT), peneliti menggunakan teori pembelajaran kooperatif
tipe teams games tournament (TGT) yang disampaikan oleh Slavin sebagai acara
dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT)
di SDN Kutowinangun 12 Salatiga tepatnya di kelas 5.
2.2.3 Kelebihan Kooperatif Tipe (TGT)
1. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan
menggunakan pendapatnya;
2. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi
3. Perilaku menggangu terhadap siswa lain menjadi labih kecil;
4. Motivasi belajar siswa bertambah;
5. Meningkatkan budi, kepekaan, tolensi antara siswa dengan siswa dan antara
siswa dengan guru;
2.2.4 Kekurangan kooperatif tipe (TGT)
1. sering menjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta
menyumbangkan pendapat;
2. kekurangan waktu untuk proses pembelajaan;
3. kemungkinana terjadi kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.
2.3 Definisi IPA
Untuk mempersiapkan sumber daya menusia abad ke 21, pembelajaran
mesti mengacu kepada konsep belajar yang dicanangkan oleh UNESCO dalam
11
wujud empat pilar pendidikan (the four pillars of education), yakni belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar melakukan sesuatu (learning to do),
belajar diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama (learning to life
together), sebagai dasar untuk berpartisipasi dan bekerja sama dengan orang lain
dalam keseluruhan aktivitas kehidupan menusia.
Dalam pembelajaran IPA banyak mencakup semua materi yang terkait
dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup,
energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA
lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA
mengkaji
pada
persoalan
yang
terkait
dengan
makhluk
hidup
serta
lingfkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala
kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di
alam.
Dari uraian mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka pendidikan IPA
merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran
termasuk pembelajaran di SMP.
Menurut Sitiatawa (2013) seabagi pengetahuan, proses, dan produk, serta
penerapan dan sarana pengembangan nilai plus sikap tertentu yakni:
1. Sains
adalah
pengetahuan
yang
mempelajari,
menjelaskan,
serta
menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspenya yang bersifat empiris.
2. Sebagai proses atau metode dan produk. Dengan menggunakan metode ilmiah
yang sarat ketrampilan proses, mengamati, megajukan maslah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis, serta mengevaluasi data dan
menarik kesimpulan terhadap fenomena alam, maka akan diproses produk ipa,
misalkan fakta, konsep, prinsip, dan generalisis yang kebenarannya bersifat
tentatif.
3. Dengan penguasaan pengetahuan dan produk, ipa dapat dipergunakan untuk
menjelaskan, mengolahan dan memanfaatkan, memprediksi fenomena alam,
serta mengmbnagkan disiplin ilmu lainnya dan teknologi.
12
4. Sains mempu dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan sikap dan nilainilai tertentu, misalnya nilai, religius, skeptisme, objektivitas, keteraturan,
sikap keterbukaan, nilai praktis dan ekonomi, serta nilai etika atau estetika.
Dari kedua pengertian dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan
suatu usha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam
dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian
atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat
dikembangkan di masyarakat.
Pendidika IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap
siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian yang baik dan dapat
menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam
untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi
dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan
ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut
akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama
digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru.
Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan
proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat
ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang
ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita
tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga
menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka
kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang
sesuai dari tujuan pendidikan.
2.3.1 Pengertian IPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
13
mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapakn dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Permendiknas, 2008: 147) selain
itu Ilmu pengetahuan alam yang berasal dari kata asing’’natural science ”yang
artinya ilmiah, berhubungan dengan alam atau paut alam.Sedangkan science
artinya ilmu pengetahuan, jadi IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwaperistiwa yang terjadi dalam alamsekitar yang bersifat:
1. Obyektif: artinya penegtahuan itu sesuai dengan kenyataan dari obyeknya.
2. Bersifat sistematik: artinya IPA mempunyai sistem yang teratur.
3. Mengandung metode tertentu yaitu ilmiah.
Menurut Srini M. Sikandar (2007) Ilmu Pengetahuan Alam adalah
pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan
eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,
hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa.
2.3.2 Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga
perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan
minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
14
teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta
yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya
dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan
objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi
dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA
terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih
memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji
pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingfkungannya.
Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada
pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
Pembelajaran IPA interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal
ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam
kegiatan
belajar
mengajar.
Sehinga
pembelajaran
yang
terjadi
adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran tersebut dalam kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) guru
berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai
produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu
menerapkan
prinsip-prinsip
pembelajaran
yang
tepat.
Beberapa
prinsip
pembelajaran IPA di SD sebagai berikut:
1. Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning
to do, learning to be, learning to live toge ther. Learning to know, artinya
dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya
diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan penge tahuan tentang
alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya
menjadikan siswa sebagai
pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau
memperkaya
dan
mampu
untuk
pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil
15
interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya
diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together,
artinya dengan adanya
2. kesempatan
pemahaman
berinteraksi
sikap
positif
dengan berbagai individu akan
membangun
dan toleransi terhadap kemajemukan dalam
kehidupan bersama.
3. Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu dite rapkan dalam pembelajaran IPA karena
pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar
penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu
lebih banyak.
4. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam
mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu
dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka
miliki dengan struktur kognitifnya.
5. Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki
prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang
perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang
baru.
6. Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari
manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah
satu alat ukur.
7. kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan
masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar
siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.
8. Prinsip pemblajaran bermuatan nilai. Masyarakat dan lingkungan sekitar
memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu dihargai. Oleh karena itu,
pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak
buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang
diperjuangkan masyarakat sekitar.
9. Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Prinsip
ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada
16
siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan
yang bersifat motorik.
Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang
kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan
menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal.
Tabel 2.3 Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
IPA SD Kelas 5 Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
5. Memahami Hubungan Antara
Gaya, Gerak, Dan Energi, Serta
Fungsinya.
5.1 Mendeskripsikan Hubungan
Antara Gaya, Gerak Dan
Energi Melalui Percobaan
(Gaya Gravitasi, Gaya Gesek,
Gaya Magnet).
2.3.3
Karakteristik Pembelajaran IPA
Menurut Jocobson dan Bergman (1980) yang dikutip oleh Sosanto Ahmad.
1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam,
termasuk juga penerapannya.
3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia
alam.
4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagai atau beberapa
saja.
5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
2.3.4 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) secara terperinci adalah :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
17
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Menurut Sitiatawa (2013) sebagai memberikan petunjuk tentang bagaimana
seharusnya IPA diajarkan pada pendidikan dasar. Salah satu diantaranya adalah
menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan alam sekitar, serta dapat
memahami pejelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam. Hal ini sesuai
dengan salah satu tujuan pendidikan IPA yaitu bahwa IPA harus mampu
memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dimana kita hidup, dan
bagaimana kita sebagai makhluk hidup harus bersikap terhadap alam.
2.3.5 Ruang Lingkup IPA di SD.
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek
yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkungan kerja ilmiah meliputi,
kegiatan
berkomunikasi,
menyelidiki
ilmiah,
pengembangan
kreativitas,
pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. Ruang lingkup pemahaman konsep
dalam kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan KBK sebelum
digunakan secara terperinci ruang lingkup materi yang terdapat dalam kurikulum
KTSP adalah:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu: manusia, hewan, tumbuhan
dan intraksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2. Benda atau materi, sifat-sifat dan lingkungannya meliputi: cair, gas dan padat.
18
3. Energi dan perunahanya seperti: gaya, bunyi, panas, listrik, cahaya, magnet,
dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, serta benda-benda
langit lainnya.
2.3.6 Pembelajaran IPA di SD
IPA dapat didefinisikan sebagai kumpulan suatu pengetahuan yang telah
tersusun secara terbimbing. Hal ini berjalan sesuai dengan kurikulum KTSP (
Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu masalah
alam dengan cara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang fakta, konsep, atau prinsip saja akan tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan” IPA juga merupakan suatu ilmu bersifatempiris dan
membahas soal fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadi
pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.
Hakekat IPA sbagai suatu proses diwujudkan dan melaksanakan
pembelajaran yakni untuk melatih suatu ketrampilan proses bagaimana cara
produk SAINS akan ditemukan.
Asy (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan suatu proses harus perlu
latihan
dalam
pembelajaran
IPA
misalnya:
mengamati,
mengukur,
mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal buhungan ruang dan waktu,
beserta ketrampilan proses terintegrasi dan merancang juga langsung experiment
dengan meenyusun hipotesis, menemukan variable, dan data. Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya,
mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan
dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam
(Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).
Dengan demikian dapat disimpulkan suatu ketrampilan adalah proses dalam
pembelajaran IPA di SD melalui ketrampilan dasar serta ketrampilan terintegrasi.
19
Sedangkan yang kedua untuk dapat melatih siswa agar menemukan serta dapat
menyelesaikan masalah secara ilmiah agar dapat menghasilkan suatu produkproduk IPA yaitu konsep, fakta, generalisasi, hokum dan teori-teori yang baru.
Sehingga harus dapat diciptakan suatu kondisi pada saat pembelajaran IPA
di SD yang bisa mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian,
pembelajaran suatu kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitar.
Setelah melakukan invertigasi akan terungkap suatu fakta atau melalui data. Data
yang diperoleh dari hasil kegiatan invertigasi itu perlu digeneralisasikan agar
siswa dapat pemahaman tentang konsep yang lebih baik.
Untuk itu siswa perlu dibimbing dalam berpikir
secara induktif bukan
hanya itu akan tetapi masih ada beberapa konsep tentang IPA yang bisa dilakukan,
sehingga siswa dapat memverifikasi dan menerapkan hukum atau prinsip.
Sehingga siswa perlu dibimbing berpikir secara deduktif.
Kegiatan belajar IPA seperti ini , dapat menumbuhkan bahwa hakikat IPA
meliputi beberapa aspek yaitu factual, keseimbangan antara proses dan produk,
keaktifandalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta
pengembangan sikap ilmiah.
Pelaksanaan pembelajaran IPA yang diatas dipengaruhi oleh tujuan apa
yang ingin hendak dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran
IPA di SD sudah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di
Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah KTSP dan
Kurikulum 2013 akan tetapi hanya SD-SD tertentu saja yang sudah menggunakan
kurikulum 2013 namun masih banyak SD yang masih menggunakan kurikulum
KTSP.
Dalam kurikulum KTSP selain merumuskan tentang tujuan pembelajaran
IPA juga tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, serta arah pengembangan pembelajaran IPA untuk
mengembangkan meteri pokok, kegiatan pembelajaran dan Indokator pencapaian
Kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD
harus mengacu pada kurikulum itu.
20
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas
2006) secara terperinci sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Berdasarkan
Keberadaan, Keindahan, dan Keteraturan Alam Ciptaan-Nya.
2. Dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan kingkungan alam dan segala keturunannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP dan MTs.
2.3.7 Pengertian Hasil Belajar IPA
Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan
kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan.Perkembangan
kepribadian erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku yang telah
dihasilkan dan ingin mengetahui hasil perolehannya dalam suatu pendidikan
dikenal dengan istilah preatasi belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh
guru. Nana Sudjana( 1990:22) mengartikan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Ada
tiga hasil belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan,pengetahuan dan pengertian,
sikap dan cita-cita.
21
Menurut pendapat Sudjana, Nana (1995: 56) hasil balajar sebagai:
1. kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intriksi
pada diri siswa.
2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
3. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama
diingatnya.
4. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni
mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap
dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, ketrampilan, atau perilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengantrol atau menilai dan mengendalikan dirinya
terutama dalam nilai hasil yang dicaainya maupun menilai dan mengendalikan
proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil
dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil balajar yaitu suatu
perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan
mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan,
pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.
Untuk mengetahui perkembangan sampai dimana hasil yang telah dicapai
oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan
kemajuan yang harus dicapai maka ada criteria (patokan) yang mengacu pada
tujuan yang harus telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar
pengaruh strategi balajar mengajar terhadap keberhasilan balajar siswa. Menurut
Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Dimyati (2002: 3): Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajardiakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Berdasarkan pernyatan para ahli tentang hasil belajar, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa keberhasilan belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa
22
dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatau perubahan dan
pembentukan karakter dan tingkah laku seseorang.
2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan.
Penelitian tentang model pembelajaran TGT sebelumnya pernah diuji atau
diteliti oleh beberapa orang. Penelitian ini relevan dengan penelitian.
Ayuk septiana dewi (2010) dengan judul “ Keefektifan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe teams game tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas V SD ’’ menyatakan bahwa hasil belajar matematika
siswa kelas V SD diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT lebih baik dibandingkan siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai yang berbeda
yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 82,06 sedang pada
metode pembelajaran konvensional sebesar 74,06 dan uji ketuntasan.
Luh Juwita Purwati, (2010) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) di Sekolah Dasar” menyimpulkan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar IPA setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament(TGT) berbantuan LKS dengan nilai
ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I 76,66% berada pada kategori
tinggi (23 orang siswa yang dapat mencapai KKM) dan pada siklus II 93,3%
berada pada kategori sangat tinggi (28 orang siswa yang dapat mencapai KKM).
Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament
(TGT) berbantuan LKS sebesar 16,64%. Berdasarkan analisis data dan
pembahasan disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe team games
tournament (TGT) berbantuan LKS sangat efektif digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SD.
Prihatin, Vitalis (2011) dengan judul “Perbedaan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPS dengan Mengunakan Model Pembelajaran teams games tournament
(TGT) dan Simulasi di SD Tlogo Mas Malang Pada Mata Pelajaran IPS”. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas dan
23
hasil belajar siswa kelas IV yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
TGT dan model pembelajaran simulasi pada materi koperasi. Aktivitas siswa
kelas eksperimen sebesar 65% dengan kategori sangat baik dan baik. Dari 40
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran, terdapat 6 siswa yang nilai
aktivitasnya terkategori sangat kurang. Sedangkan siswa yang nilai aktivitasnya
terkategori baik berjumlah 12 orang, dan yang terkategori sangat baik berjumlah
14 orang. Sedangkan aktivitas siswa kelas kontrol sebesar 42,5% dengan kategori
sangat baik dan baik. Dari 40 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran,
terdapat 18 siswa yang nilai aktivitasnya terkategori sangat kurang. Sedangkan
siswa yang nilai aktivitasnya terkategori baik berjumlah 7 orang, dan yang
terkategori sangat baik berjumlah 10 orang.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa model teams games
tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian
berbeda dengan peneliti sebelumnya, pada peneliti ini mata pelajaran yang
digunakan adalah IPA tentang Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk Dan Gerak Suatu
Benda Peniliti ini melakukan secara tidakan kelas (PTK) pada siswa kelas 5 di
SDN Kutowinangun 12 Salatiga.
2.5 Kerangka Berfikir
Kerangka pikir Model Pembelajaran teams-games-tournament (TGT) dapat
digambarkan sebagai berikut:
24
Gambar 2.2 Kerangka Perpikir
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasakan permasalah yang ada tersebut, maka peneliti menggunakan
hipotesis sebagai berikut:
Penerapan
model pembelajaran teams-games-tournament (TGT) dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 di SD Negeri Kutowinangun 12
Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
Download