perlindungan hukum terhadap pasien operasi caesar dalam

advertisement
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN OPERASI CAESAR
DALAM PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN KABUPATEN
PEKALONGAN
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH
GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM
OLEH:
NAILA NABILLA
NIM: 10340069
PEMBIMBING:
1. FAISAL LUQMAN HAKIM, S.H., M.Hum.
2. UDIYO BASUKI, S.H., M.Hum.
ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
ABSTRAK
Operasi caesar merupakan tindakan medis yang harus dilakukan terhadap
pasien ibu hamil yang memiliki indikasi tidak dapat melakukan persalinan secara
normal. Untuk bisa melaksanakan tindakan operasi caesar tersebut, maka sebelumnya
harus dilakukan persetujuan baik dari pasien maupun yang mewakilinya. Seperti
adanya beberapa pasien yang akan melakukan operasi caesar karena bayi yang
meninggal dalam kandungan, perdarahan sebelum hari perkiraan lahir, ketuban pecah
dini dan sebagainya yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan. Pihak Rumah Sakit menawarkan metode operasi caesar dengan
beberapa prosedur yang harus dilakukan pihak pasien yakni dengan memberikan
persetujuan tindakan medis (informed consent). Dari latar belakang tersebut maka
penyusun akan meneliti terkait pelaksanaan informed consent dan bagaimana
perlindungan hukum terhadap pasien operasi caesar dalam persetujuan tindakan
medis (informed consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang obyeknya langsung berasal
dari Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan yang berupa data
yang didapat melalui wawancara dengan narasumber dan responden yang diperkuat
dengan dokumen-dokumen serta arsip-arsip yang ada. Penelitian ini bersifat
Deskriptif Analitik, yaitu penelitian untuk menyelesaikan masalah dengan cara
mendeskripsikan masalah melalui pengumpulan data dalam bentuk kata-kata atau
gambaran, kemudian dianalisa sesuai dengan data yang penyusun temukan di
lapangan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan informed consent terhadap
pasien operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan
meliputi pemberian informasi dari pihak pasien, dokter menjelaskan tindakan medis
yang akan dilakukan beserta isi dari informed consent, penandatanganan formulir
informed consent dan pelaksanaan tindakan medis. Bentuk perlindungan hukum yang
diberikan pihak Rumah Sakit terhadap pasien operasi caesar ada dua yaitu
Perlindungan Hukum Preventif yakni pihak Rumah Sakit menjamin dokter atau
tenaga kesehatan melakukan tindakan medis sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) dan SPM (Standar Pelayanan Minimal) agar tidak
menimbulkan kesalahan tindakan medis dalam menangani pasien, dan Perlindungan
Hukum Represif yang bertujuan menyelesaikan sengketa melalui fasilitasi, mediasi
dan arbitrasi. Apabila dalam penyelesaian oleh pihak Rumah Sakit tidak ditemukan
jalan damai, maka pasien dapat melaporkan sengketa tersebut ke Dinas Kesehatan
dan/atau Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pekalongan dan/atau Majelis Kode Etik
Kedokteran (MKEK) dan/atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI).
ii
MOTTO
”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah: 5 )
“Selalu ada yang istimewa dalam sebuah citacita, bahkan untuk yang paling sederhana”
(Doy)
“The day will not be beautiful without the
dawn and dusk, so did the life that will not be
beautiful without goals, expectations and
challenges”
(Abink)
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Abah, Ibu, Kakak dan
Adikku yang selalu
Memberikan Semangat dan Do’anya
Serta
Almamaterku Tercinta
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
viii
KATA PENGANTAR
‫من ال َّر ِح ْي ِم‬
ْ ِ‫ب‬
ِ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْح‬
ََ‫َأَشَهَد‬.َ‫ىَودَيَنََالَحَقََلَيَظَهََرهََعَلَىَالدَيَنََكَلَه‬
َ َ‫اَلَحَمَدََلَلَهََالَذَيََأََرسَلَََرسَ َولَهََبَالَهَد‬
ََ‫َاَللَهَمََصَل‬.َ‫َوأَشَهَدََأَنََمَحَمَدَاَعَبَدَهََ َوَرسَ َولَه‬.
َ َ‫أَنََلََاَلَهََاَلََالََ َوحَدَهََلَشََريَكََلَه‬
َ‫َأَمَاَبَعَد‬,َ‫َوسَلَمََعَلَىَسَيَدَنَاَمَحَمَدََ َوعَلَىَأَلَهََ َوصَحَبَهََأَجَمَعَيَن‬
Kami memuji-Mu, duhai Dzat yang memang telah terpuji sebelum dipuji
oleh para pemuji. Kami mengharapkan ampunan-Mu, duhai Dzat yang
ampunan-Nya diharapkan oleh para pendosa. Kami memohon perlindungan-Mu,
duhai Dzat yang menjadi tempat perlindungan orang-orang yang takut. Puji
syukur untuk-Mu atas limpahan karunia-Mu yang begitu besar dan curahan
anugerah-Mu yang tiada terkira. Ya Allah, sampaikan shalawat dan salam
kepada hamba dan rasul-Mu yang mulia, Muhammad ibnu Abdullah, sang
revolusioner sejati yang syafa’atnya senantiasa kami nanti.
Penyusunan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap
Pasien Operasi Caesar dalam Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan”
menjadi tugas akhir dalam menuntut ilmu di Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama penyusunan
skripsi ini dan selama belajar di Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program Studi
Ilmu Hukum, penyusun banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan
ix
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun akan
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Prof. Dr. Musa Asy’ari, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2.
Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.
Udiyo Basuki, S.H., M.Hum. selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum dan Ach.
Thahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Hukum.
4.
Siti Fatimah, S.H., M.Hum. selaku pembimbing akademik yang selalu
mengarahkan dan memberikan saran dalam perkuliahan di Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
5.
Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum. selaku pembimbing I, dan Udiyo
Basuki, S.H., M.Hum. selaku pembimbing II, yang dengan kesabaran dan
kebesaran hati telah rela meluangkan waktu, memberikan arahan serta
bimbingannya kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Segenap Dosen Prodi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penyusun selama perkuliahan.
7.
Segenap karyawan TU Fakultas Syari’ah dan Hukum yang memberikan
pelayanan terbaik serta kesabaran demi kelancaran segala urusan
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
8.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Pekalongan dan para staf yang
banyak membantu penyusun dalam mencari seluruh data yang dibutuhkan
dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
x
9.
Abah H. Mas Syafrudin Chudhori Al-Jayani dan Ibunda Hj. Rodhiyah
tercinta, yang senantiasa mengiringi penyusun dengan doa, harapan,
nasihat, serta curahan kasih sayang. Semoga keberkahan dan kebahagiaan
selalu mengiringi keluarga kita. Amin.
10. Kakakku tersayang Eni Arofa, adikku tercinta Ahmad Abdillah Mandi
Mandeghani dan semua keluarga besarku yang telah memberikan doa,
kasih sayang, suport, dan pengorbanan kalian. I Love You
11. KH. Ahmad Warson Munawwir (alm) selaku pengasuh Pondok Pesantren
Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta serta KH. Muhammad
Fairuz Warson selaku pengasuh Madrasah Tahfidzil Qur’an Al Munawwir
Krapyak Yogyakarta yang telah memberikan ilmu, doa dan kesabaran
kepada penyusun.
12. Teruntuk “Jejaka-ku”, terima kasih atas kasih sayang, perhatian dan
kesabaran dalam memberi semangat dan inspirasi untuk menyelesaikan
tugas akhir ini. Menggenggammu adalah harapan untuk menuju pada
keabadian, karena engkau pilihan yang terbaik untukku dan masa depanku.
Amin.
13. Sosok “Yudistira” yang selalu ada untukku, terima kasih atas ada-mu.
14. Teman-teman Prodi Ilmu Hukum 2010 khususnya Lina, Alfi, Momo, Faiq,
Siti, para sahabatku dari awal merasakan bangku kuliah, terima kasih atas
ketulusan kalian, kebersamaan dalam suka dan duka, tertawa dan
menangis bersama, semoga kebersamaan dalam kekeluargaan ini
senantiasa terjaga sampai kelak. Amin
xi
15. Saudara terbaikku, Novi, Nova, Icha, Idut, Liza, A’yun, Nida, Teh Inna,
Nur, Heni, Nia, Mba Lutfi dan Mba Ubed serta keluarga di penjara suciku
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua kebaikan
yang telah kalian berikan, kalian yang selalu memberi motivasi untuk
senantiasa menatap masa depan dengan penuh optimis. Kalian adalah
saudara yang telah kupilih.
16. Semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah senantiasa memberikan pahala yang berlipat sebagai bekal
kehidupan di dunia dan akhirat.
Meskipun skripsi ini merupakan hasil kerja maksimal dari penyusun,
namun penyusun menyadari akan ketidaksempurnaan dari skripsi ini. Maka
dengan kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Penyusun berharap semoga penyusunan
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi pengembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan untuk perkembangan Hukum Perdata
pada khususnya.
Yogyakarta, 21 Mei 2014
Naila Nabilla
NIM: 10340069
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................. iii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI I ................................................................ iv
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI II ............................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 5
D. Telaah Pustaka .............................................................................. 5
E. Kerangka Teoretik ......................................................................... 8
F. Metode Penelitian .......................................................................... 16
G. Sistematika Pembahasan ............................................................... 23
BAB II
TINJAUAN
UMUM
PERLINDUNGAN
HUKUM,
PERJANJIAN, HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK,
OPERASI CAESAR DAN INFORMED CONSENT ....................... 25
A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum ............................ 25
1. Pengertian Perlindungan Hukum ............................................. 25
2. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien .................................... 27
xiii
B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian .............................................. 28
1. Pengertian Perjanjian ............................................................... 28
2. Syarat Sah Perjanjian ............................................................... 30
3. Asas-Asas Perjanjian ............................................................... 33
4. Unsur-Unsur Perjanjian ............................................................ 35
5. Akibat Perjanjian ...................................................................... 37
6. Berakhirnya Perjanjian ............................................................. 42
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak ...................................................... 43
1. Hak dan Kewajiban Pasien....................................................... 43
2. Hak dan Kewajiban Dokter ...................................................... 44
3. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit ............................................ 46
D. Tinjauan Umum Tentang Operasi Caesar .................................... 49
1. Pengertian Caesar .................................................................... 49
2. Jenis Tindakan Operasi Caesar................................................ 51
3. Alasan Perlunya Operasi Caesar ............................................. 52
4. Risiko dan Keuntungan Operasi Caesar .................................. 52
5. Hukum dan Etika Operasi Caesar ........................................... 54
E. Tinjauan Umum Tentang Informed Consent.................................. 55
1. Pengertian Informed Consent ................................................... 55
2. Bentuk dan Isi Informed Consent............................................. 57
3. Syarat Sahnya Informed Consent ............................................. 60
4. Tujuan dan Manfaat Informed Consent.................................... 61
5. Konsep Baku Persetujuan Tindakan Medis ............................. 62
xiv
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN ........................................ 65
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan ..................................................................................... 65
B. Sumber Daya Manusia ..................................................................
67
C. Sarana dan Prasarana...................................................................... 70
D. Kinerja Rumah Sakit ...................................................................... 73
E. Operasi Caesar dalam Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan ...................................................................................... 75
BABIV
ANALISIS PELAKSANAAN INFORMED CONSENT DAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN OPERASI
CAESAR
DALAM
PERSETUJUAN
TINDAKAN
MEDIS
(INFORMED CONSENT) DI RSUD KAJEN KABUPATEN
PEKALONGAN ................................................................................. 78
A. Pelaksanaan Informed Consent Operasi Caesar di RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan ................................................................... 78
B. Perlindungan Hukum terhadap Pasien Operasi Caesar dalam
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) di RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan ................................................................... 95
BAB V
PENUTUP ........................................................................................... 103
A. Kesimpulan ..................................................................................... 103
B. Saran-saran ..................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan sebuah urgensi yang tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan setiap insan di dunia ini, kesehatan tidak kalah penting dengan
kebutuhan manusia akan sandang, pangan maupun papan, karena tidak ada
satupun manusia yang tidak menginginkan hidup sehat. Hal tersebut juga
berlaku bagi seorang ibu yang sedang mengandung, yang mana pasti
menginginkan sang buah hati terlahir dengan selamat dan sehat.
Dalam sebuah persalinan terdapat dua macam persalinan yakni
persalinan secara normal (alamiah) dan persalinan yang dilakukan dengan
tindakan medis. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan medis ini
dilakukan dalam situasi dan kondisi di mana sang ibu tidak mungkin
melakukan persalinan secara alamiah, dalam artian ada indikasi medik untuk
dilakukannya operasi caesar.
Dalam kurun waktu inioperasi caesar sudah sedemikian familiar
dalam kehidupan masyarakat kita.Salah satu jenis intervensi medis di bidang
persalinan ini muncul seiring dengan semakin majunya teknologi, khususnya
teknologi di bidang kedokteran. Kemajuan teknologi ini sangat bermanfaat
bagi mereka yang membutuhkan, terutama para wanita yang mengalami
masalah dalam proses persalinan. Jadi pada intinya operasi caesar dilakukan
sebagai tindakan penyelamatan terhadap kasus-kasus persalinan normal yang
berbahaya.1
1
M.T. Indiarti, Caesar, Kenapa Tidak? (Cara Aman Menyambut Kelahiran Buah Hati
Anda), (Yogyakarta: elMATERA, 2007), hlm. 43
1
2
Informed consent pada dasarnya adalah persetujuan tindakan yang
diwajibkan untuk dibuat terlebih dahulu sebelum dokter melakukan tindakan
medis terhadap pasiennya. Persetujuan ini dilaksanakan setelah sebelumnya
pasien diberikan informasi yang cukup mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya
yang mencakup risiko, fakta-fakta penting maupun efek samping.
Persetujuan tindakan tersebut biasanya dilakukan secara tertulis dan
bisa menjadi dokumen medis maupun alat bukti yang sah secara hukum.
Sebagaimana diatur di dalam Pasal 7 Ayat (3)Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran, sekurang-kurangnya mencakup:
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
3. Alternatif tindakan lain dan risikonya;
4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;
6. Perkiraan pembiayaan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pemahaman secara
serius terhadap isi dari informed consent itu sendiri, bagaimana hak-hak serta
kewajiban, dari sisi dokter mungkin sudah benar-benar memahaminya, akan
tetapi dari sisi pasien ada kemungkinan besar tidak terlalu memperhatikan hal
tersebut, karena beban pikiran yang dimiliki tercurah pada permasalahan
3
kesehatannya, selain itu juga kemungkinan dikarenakan pengetahuan tentang
kesadaran hukumnya masih kurang.
Mungkin memang mudah membicarakan apa saja isi dari suatu
informed consent, akan tetapi dalam pelaksanaannya hal tersebut menjadi sulit.
Hal itu dikarenakan dalam pelaksanaannya masih banyak kendala yang harus
dihadapi. Misalnya kendala dari segi penjelasan, karena pada faktanya
seringkali bahasa kedokteran terlalu tinggi atau sulit untuk dimengerti oleh
masyarakat awam.
Pertanyaan baru kemudian timbul di benak kita, jika terjadi kerugian
yang dialami pasien akibat operasi caesar tersebut. Seperti gagalnya operasi
yang bisa mengakibatkan sang ibu atau bayi mengalami luka, cacat atau
bahkan kematian. Sedangkan dalam tindakan medis
tersebut
telah
menggunakan informed consent sebagai bukti persetujuan tindakan medis
yang diberikan pasien terhadap dokter yang akan menanganinya. Masalahmasalah yang timbul dalam pelaksanaan informed consent inilah yang menarik
untuk dikaji lebih mendalam.
Dalam hal ini penyusun bermaksud untuk membahas tentang
pelaksanaan informed consent dan bagaimana perlindungan hukum terhadap
pasien operasi caesar dalam persetujuan tindakan medis (informed consent) di
Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan. Yang mana dalam
penelitian ini, informed consentakan dikaitkan dengan tindakan intervensi
medis dalam persalinan yaitu operasi caesar. Hal tersebut dilakukan karena
kembali kepada yang diutamakan terhadap tindakan-tindakan medis yang
4
beresiko tinggi. Dan penyusun mengambil kasus di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan karena ada beberapa kasus terjadinya
kematian bayi pasca operasi caesarseperti ibu Sundariyang mengalami
perdarahan sebelum hari perkiraan lahir (Anteparta Haemorgic Imatur)yang
pada saat itu kandungan baru berumur 24 mingguselain itu juga karena
placenta yang menutupi jalan lahir sehingga mengharuskan pasien untuk
memilih metode operasi caesar, namun karena adanya dignosis tersebut sang
bayi tidak bisa diselamatkan.Selain adanya kasus kematian bayi pasca operasi
juga karena adanya keluhan dari pasien pasca operasi caesarseperti pasien
merasakan pegal-pegal pada bagian punggung, lemas dan panas di bagian
bekas jahitan.
B. Rumusan Masalah
Dari serangkaian ulasan diatas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan informed consent operasicaesar di Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan?
2. Bagaimanaperlindungan hukum terhadap pasien operasi caesar dalam
persetujuan tindakan medis (informed consent) di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan?
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan informed consent operasi
caesar di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
b. Untuk mengetahuiperlindungan hukum terhadap pasien operasi caesar
dalam persetujuan tindakan medis (informed consent) di Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
2. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kegunaan penelitian ini adalah:
a. Kegunaan Teoritis, diharapkan dapat memberisumbangan pemikiran
atau masukan bagi pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan
Hukum Perdata pada khususnyaserta dapat menambah bahan refrensi
di bidang karya ilmiah.
b. Kegunaan Praktis,
diharapkan dapat
memberi wawasan dan
pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti
khususnya tentang Perlindungan Hukum terhadapPasien Operasi
Caesar dalam Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) di
Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
D. Telaah Pustaka
Berdasarkan penelusuran kepustakaanyang dilakukan oleh penyusun,
terdapat beberapa judul mengenai hukum kesehatan diantaranya sebagai
berikut:
6
Annisa Sayyid,“Perlindungan Hak-hak Pasien dalam Pelayanan
Kesehatan Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Rumah Sakit
Bethesda Pusat D.I.Y)”. 2 Dalam skripsi ini penyusun menemukan hasil
penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perlindungan hak
pasien, yang mana meliputi rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran
pasienakan
hak-hak
mereka,
adanya
Consumers
Ignorance
yakni
ketidakmampuan untuk mengakses informasi karena adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang serba modern dan futuristik.
Hepy Diah Susanti,“Tinjauan Hukum Islam terhadap Perjanjian
Pelayanan Kesehatan antara Rumah Sakit dan Pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Pusat Yogyakarta”.3 Dalam skripsi ini mengkaji masalah cara
penyelesaian wanprestasi dalam hukum perikatan Islam yang terjadi di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah. Hasil penelitiannya, penyelesaian wanprestasi
dalam
hukum
perikatan
islam
adalah
melalui
tiga
jalan
yaitu
shulhu(perdamaian), tahkim (menunjuk seseorang untuk memperdamaikan)
dan al-qadha (penyelesaian melalui lembaga peradilan).
M. Lazuardi Redha Anugrah, “Penyelesaian Wanprestasi pada
Perjanjian Terapeutik Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
Annisa Sayyid, “Perlindungan Hak-hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan Menurut
Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di RS. Bethesda Pusat D.I.Y), Skripsi, Fakultas Syari’ah,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003
2
3
Hepy Diah Susanti, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Pelayanan Kesehatan
antara Rumah Sakit dan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Pusat Yogyakarta”, Skripsi,
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008
7
Jakarta Timur”.4 Dalam Skripsi ini penyusun memaparkan dari hasil penelitian
bahwa upaya penyelesaian wanprestasi dokter di RSUD Pasar Rebo dilakukan
dengan prosedur tertentu yang berujung pada suatu mediasi. Dan pihak RSUD
Pasar Rebo juga akan bertanggung jawab penuh apabila memang terjadi suatu
kelalaian yang dilakukan oleh dokter yang berada dibawah naungan RSUD
Pasar Rebo.
Ratih Kusuma Wardhani,“Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan
Medis (Informed Consent) di RSUP Dr. Kariadi Semarang”.5Dalam skripsi ini,
penulis menjelaskan bahwa pelaksanan persetujuan tindakan medis yang
diteliti disimpulkan bahwa terdapat antara informasi yang diberikan oleh
dokter mengenai tindakan medis yang akan dilakukan dengan pengertian yang
didapat oleh pihak pasien. Hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan
pengetahuan yang dimiliki dokter dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
pihak pasien.
Penelitian yang dilakukan penyusun memiliki perbedaan dengan
penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun perbedaannya terdapat pada
lokasi penelitian yang terletak di Rumah Sakit Umum Daerah yang bertempat
di Jl. Karangsari Karanganyar Kajen Kabupaten Pekalongan, yang mana di
Rumah Sakit ini belum pernah ada penelitian terkait informed consent operasi
caesar dari segi hukum. Selain pada lokasi, skripsi ini juga membahas tentang
M. Lazuardi Redha Anugrah, “Penyelesaian Wanprestasi pada Perjanjian Terapeutik
Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta Timur”, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2011
4
5
Ratih Kusuma Wardhani, “Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed
Consent) di RSUP Dr. Kariadi Semarang”, Tesis, Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro Semarang, 2009
8
perlindungan hukum terhadappasien operasi caesar dalam persetujuan
tindakan medis (informed consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan.Dalam penelitian ini informed consent akan dikaitkan
dengan tindakan intervensi medis dalam persalinan yaitu operasi caesar.
E. Kerangka Teoretik
1. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum merupakan segala upaya yang dapat
menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan
perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang
melakukan tindakan hukum. Perlindungan hukum menurut Setiono adalah
tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan
sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum,
untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan
manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.6
Bentuk-bentuk perlindungan hukum menurut Philipus M Hadjon
dibedakan menjadi dua, yaitu:7
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan hukum preventif tujuannya adalah untuk mencegah
sebelum terjadinya pelanggaran.Hal ini terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah pelanggaran.
6
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, 2004), hlm. 3
7
hlm. 5
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, (Surabaya: Bina Ilmu, 1988),
9
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa
tanggung jawab perusahaan, denda, penjara, dan hukuman tambahan
yang diberikan apabila sudah terjadi pelanggaran.
Perlindungan hukum dapat dilakukan secara publik maupun privat.
Perlindungan secara publik dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas
perlindungan hukum yang disediakan oleh ketentuan-ketentuan yang
bersifat publik, seperti peraturan perundang-undangan domestik dan
perjanjian-perjanjian internasional, bilateral, maupun universal, adapun
perlindungan secara privat, yaitu dengan berkontrak secara cermat.
Perlindungan hukum merupakan segala upaya yang dapat
menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan
perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang
melakukan tindakan hukum.Salah satu sifat dan sekaligus merupakan
tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada
masyarakat.Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat
tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.
2. Perjanjian
Di dalam Pasal 1313 KUHPerdata berbunyi “Perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih”. Sedangkan menurut Subekti, suatu
perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang
10
lain atau di mana dua orang berjanji kepada orang lain atau di mana dua
orang berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 8
Suatu perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi syarat-syarat
sebagaimana tersebut dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan membuat suatu perjanjian;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
3.
Hak dan Kewajiban
Setiap hubungan hukum selalu mempunyai dua sisi yaitu sisi hak
dan sisi kewajiban, tidak ada hak tanpa kewajiban, atau sebaliknya.
Demikian juga halnya dalam perjanjian yang diadakan antara dokter dan
pasien, hak dan kewajiban dibebankan kepada keduanya dan seyogyanya
dilaksanakan dengan baik supaya tujuan masing-masing tercapai.
Pelanggaran atas hak dan kewajiban dalam hal kedokteran akan
mengakibatkan akibat hukum, apabila hal itu dilakukan oleh dokter maka
masyarakat kedokteran akan menindak dengan melalui sidang-sidang
majelis kode etik dan majelis disiplin kedokteran yang salah satunya
dilaksanakan oleh MKEK (Majelis Kode Etik Kedokteran).9
8
Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan XIII ,(Jakarta: PT. Intermassa, 1991), hlm. 1
9
Safitri Hariyani, Sengketa Medik, Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter
Dengan Pasien, (Jakarta, Media, 2005), Hlm. 83-85
11
Hak-hak yang dimiliki pasien sebagaimana diatur dalam Pasal 52
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yaitu
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis, meminta
pendapat dokter, mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
menolak tindakan medis dan mendapatkan isi rekam medis.
Kewajiban pasien yang diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yaitu memberikan
informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya,
mematuhi nasehat dan petunjuk dokter, mematuhi ketentuan yang berlaku
disarana pelayanan kesehatan, memberikan imbalan jasa atas pelayanan
yang diterima.
Demikian pula bagi dokter, sebagai pengemban profesi, maka
iamemiliki hak dan kewajiban yang melekat pada profesinya tersebut.
Dalam menjalankan profesinya, seorang dokter memiliki hak dan
kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya dan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
Secara khusus hak-hak dokter dalam menjalankan praktik
kedokteran diatur dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, yaitu memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar
12
prosedur operasional, memberikan pelayanan medis menurut standar
professional dan standar prosedur operasional, memperoleh informasi
yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya dan menerima
imbalan jasa.
Sedangkan kewajiban dokter diatur lebih lanjut dalam Pasal 51
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yaitu
memberikan pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan standar profesi
atau standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien, merujuk
pasien ke dokter yang mempunyai keahlian atau kemampuan lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia, melakukan pertolongan darurat
atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya, menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, rumah
sakit juga memiliki hak dan kewajiban yang telah mendapatkan
pengaturan di dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Adapun hak dari rumah sakit menurut Pasal 30 UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu menentukan
jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan
klasifikasi rumah sakit, menerima imbalan jasa pelayanan serta
menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan
13
ketentuan peraturan perundang-undangan, melakukan kerjasama dengan
pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan, menerima bantuan
dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
menggugat
perlindungan
pihak
hukum
yang
mengakibatkan
dalam
melaksanakan
kerugian,
pelayanan
mendapatkan
kesehatan,
mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, mendapatkan insentif pajak bagi
rumah sakit publik dan rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit
pendidikan.
Adapun yang menjadi kewajiban dari rumah sakit menurut Pasal
29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu
memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada
masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai standar pelayanan rumah sakit, memberikan pelayanan gawat
darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya, berperan
aktif dalam memberikan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya, menyediakan sarana dan pelayanan bagi
masyarakat tidak mampu dan miskin, melaksanakan fungsi sosial antara
lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin,
pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan
korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi
kemanusiaan, membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
14
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien,
menyelenggarakan rekam medis, menyediakan sarana dan prasarana
umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana
untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia, melaksanakan
sistem rujukan, menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
standar
profesi
dan
etika
serta
peraturan
perundang-undangan,
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur, mengenai hak dan
kewajiban pasien, menghormati dan melindungi hak-hak pasien,
melaksanakan etika Rumah Sakit, memiliki sistem pencegahan kecelakaan
dan penanggulangan bencana, melaksanakan program pemerintah di
bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional, membuat daftar
tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan
tenaga kesehatan lainnya, menyusun dan melaksanakan peraturan internal
Rumah Sakit (hospital by law), melindungi dan memberikan bantuan
hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas,
memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.
4.
Informed Consent
Di dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomor
290/MENKES/PER/III/2008
Tindakan Kedokteran (Informed Consent) berbunyi:
tentang
Persetujuan
15
“Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.”
Appelbaum seperti dikutip Guwandi (1993) menyatakan bahwa
informed consent bukan hanya formulir persetujuan. Melainkan juga suatu
proses komunikasi. Formulir ini hanya sebagai bukti atau dokumentasi
atas apa yang telah disepakati. Pengertian informed consent juga
disampaikan oleh Komalawati:
“informed consent adalah suatu kesepakatan atau
persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan
dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapat informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan
untuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai
segala resiko yang mungkin terjadi.”10
Isi informed consent diatur di dalamPasal 7 Ayat (3) Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
(Informed Consent) sekurang-kurangnya informasi yang diberikan oleh
dokter mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;
f. Perkiraan pembiayaan.
10
D. Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent dalam TransaksiTerapeutik,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 86
16
Informed consent merupakan persetujuan tindakan medis yang
mana digunakan untuk suatu tindakan medis yang beresiko tinggi, seperti
operasi caesar. Operasi caesar dikatakan memiliki resiko yang cukup
tinggi karena operasi caesar merupakan operasi besar yang hanya menjadi
pilihan ketika kesehatan ibu dan anak terancam atau pada gawat janin dan
gawat ibu.
Bedah Sesar (Bahasa Inggris: Caesarean Section atau Cesarean
Section), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat SC) adalah suatu
persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 2500 gram.11
F. Metode Penelitian
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penelitian ini, penyusun
menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan Deskriptif-Analitis
yaitu, menggambarkan gejala atau fenomena yang diteliti dimana
pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi
meliputi analisis dan interpretasi data.12
2. Sumber Penelitian
11
Hanifa Wiknjosastro dkk, Ilmu Bedah Kebidanan, (Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1989), hlm. 14
12
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik, (Bandung:
Tarsito, 1994), hlm. 45
17
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber utama.
Data ini akan diperoleh dari hasil penelitian di lapangan yakni di
Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
b. Data Sekunder
Data sekunder ini akan diperoleh dari penelitian kepustakaan yang
berupa bahan-bahan hukum yang terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang sifatnya
mengikat. 13 Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer
adalah:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
c) Undang-UndangNomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
d) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
e) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
f) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Men.Kes/Per/III/2008
tentang
Persetujuan
Tindakan
Kedokteran;
2) Bahan Hukum Sekunder
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2007), hlm. 52
18
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi
penjelasan mengenai bahan hukum primer.
14
Bahan hukum
sekunder dalam penelitian ini adalah:
a) Buku-buku tentang hukum perjanjian;
b) Buku-buku tentang hukumkedokteran;
c) Buku-buku tentang kesehatan;
d) Buku-buku tentang informed consent;
e) Buku-buku tentang operasi caesar;
f) Bahan-bahan acuan lain yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti, baik dalam bentuk mekanik (hard file) maupun
elektronik (soft file).
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan bahan hukum primer
dan sekunder. 15 Bahan hukum tersier dalam penelitian ini adalah
Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa
Inggris-Indonesia, dan Ensiklopedi Hukum.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kajen Jl. Karangsari Karanganyar Kajen Kabupaten Pekalongan.
4. Teknik Pengambilan Sampel
14
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990), hlm. 12
15
Ibid, hlm. 12
19
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
non random sampling, yaitu tidak semua individu dalam populasi diberi
kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.16
Cara yang digunakan dalam pengambilan sample penelitian adalah
dengan purposive sampling. Purposive samplingini diterapkan apabila
peneliti benar-benar ingin menjamin, bahwa unsur-unsur yang hendak
ditelitinya masuk ke dalam sample yang ditariknya. 17 Untuk itu maka
diperlukan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam memilih
sample penelitian.
Kriteria yang digunakan sebagai tolak ukur pengambilan sampel
adalah:
a. 1 Dokter Obsgyndengan kriteria:
1) merupakan dokter kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kajen Kabupaten Pekalongan
2) telah memiliki masa praktik di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan selama lebih dari 1(satu) tahun;
3) Dokter Obsgynyang menangani pasien operasi caesar diRumah
Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
b. 4 Pasien dengan kriteria:
1) Pasien yang menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kajen Kabupaten Pekalongan dan memilih metode operasi caesar;
16
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 106
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2007), hlm. 196
20
2) Pasien yang bayinya meninggal;
3) Pada tahun 2013;
4) Berusia antara 21- 40 tahun.
5. Narasumber dan Responden
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narasumber adalah orang
yang memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi.18
Dan narasumber yang penyusun jadikan acuan dalam penelitian ini
adalah :
a. Dokter Obsgyn Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten
Pekalongan
b. Kabag Pelayanan Medis dan Non Medis di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan
c. Kabag Kepegawaian, Hukum dan Humasdi Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan
Responden adalah pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.19 Dan responden dalam
penelitian ini, adalah:
a.
4 Pasien yang memilih metode operasi caesardan bayi mengalami
kematian pasca operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan
7. Metode Pengumpulan Data
18
Kbbi.web.id/narasumber
19
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:Ghalia
Indonesia, 1994), hlm. 12
21
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diselidiki. Observasi tidak hanya
terbatas pada pengamatan dengan mata kepala saja, melainkan semua
jenis pengamatan yang baik dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.20
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan gambaran umum meliputi letak geografis, keadaan lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
b. Metode Interview/ Wawancara
Metode interview/wawancara adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan
mengungkapkan pertanyaan-pertayaan kepada responden.21
Dalam
penelitian
ini,
penggunaan
metode
interview/
wawancara digunakan dengan cara bertatap muka secara face to face
untuk menggali secara mendalam data-data terkait perlindungan
hukum terhadap pasien operasi caesar dalam persetujuan tindakan
20
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid III, (Jakarta: Andi Offset, 1994), hlm. 137
21
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press,
2003), hlm. 100
22
medis (informed consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data-data yang terkait
dengan fokus penelitian yang berasal dari sumber utamanya (obyek
penelitian), dalam hal ini adalah dokumen arsip-arsip, buku, artikel,
dan sebagainya yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.
8. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif, yaitu menyajikan data secara deskriptif dan
menganalisa secara kualitatif.
22
Data yang diperoleh lewat penelitian
lapangan dan kepustakaan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Secara
kualitatif maksudnya adalah semua data yang diperoleh dari hasil
penelitian diseleksi, dikelompokkan secara sistematis, dan dikaji untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti,
selanjutnya dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk deskriptif untuk
memperoleh kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini dibagi menjadi lima
bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun mengenai
sistematikanya adalah sebagai berikut:
22
Tatang M Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung: Rajawali, 1986), hlm. 98-
99
23
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang menggambarkan isi
skripsi secara keseluruhan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum perlindungan
hukum terhadap pasien. Tinjauan umum tentang perjanjian yang melingkupi
pengertian perjanjian, syarat sah perjanjian, asas-asas perjanjian, unsur-unsur
perjanjian, akibat perjanjian dan berakhirnya perjanjian. Tinjauan Hak dan
Kewajiban Para Pihak, Sertatinjauan umum tentang operasi caesar yang
meliputi istilah dan pengertian operasi caesar, jenis tindakan operasi caesar,
alasan perlunya operasi caesar, risiko dan keuntungan operasi caesar, hukum
dan etika operasi caesar. Dan juga sebagai pengantar untuk mengetahuai apa
sebenarnya informed consent yang meliputi pengertianinformed consent,
bentuk dan isi informed consent, syarat sahnya informed consent, tujuan dan
manfaat informed consent, dan juga konsep baku persetujuan tindakan medis.
Bab ketiga, merupakan gambaran umum tentang Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan, yang meliputi sejarah singkat RSUD
Kajen, Sumber Daya Manusia RSUD Kajen, sarana dan prasarana RSUD
Kajen, Kinerja di RSUD Kajen dan Operasi Caesar dalam Persetujuan
Tindakan Medis (informed consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan.
Bab keempat, analisis data yang sudah diperoleh pada bab ketiga,
yaitu:
24
a. Pelaksanaan informed consent operasi caesar di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
b. Perlindungan hukum terhadap pasien operasi caesar dalam persetujuan
tindakan medis (informed consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saransaran
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari penelitian ini, bahwa
persetujuan tindakan medis (informed consent) yang terjadi diantara dokter dan
pasien pada dasarnya adalah merupakan salah satu bentuk perjanjian yang
dapat ditinjau dari sudut hukum perdata. Pelaksanaan dari persetujuan tindakan
medis tersebut telah penyusun teliti di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penyusun dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Pelaksanaan informed consent operasi caesar di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan
Pelaksanaan informed consent operasi caesar, pihak pasien
dipersilahkan memberikan informasi terkait keluhannya yang kemudian
dokter memberi saran tindakan medis yang akan dilakukan dengan
memberi penjelasan terlebih dahulu terkait isi formulir informed consent
meliputi diagnosa, tujuan tindakan dilakukan, resiko, alasan dan perkiraan
pembiayaan, yang mana formulir informed consent tersebut akan menjadi
alat bukti terjadinya persetujuan tindakan medis. Dokter juga memberi
penjelasan dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien. Apabila pasien
menyetujui tindakan medis yang disarankan dokter, maka pasien harus
103
104
menandatangani formulir informed consent yang kemudian dilanjutkan
dengan pelaksanaan tindakan medis.
2. Perlindungan hukum terhadap pasien operasi caesar dalam persetujuan
tindakan medis (informed consent) di Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan
Perlindungan hukum yang diberikan pihak RSUD Kajen adalah
Perlindungan hukum preventif yakni Rumah Sakit menjamin dokter atau
tenaga kesehatan agar tidak menimbulkan kesalahan tindakan medis dalam
menangani pasien dengan menggunakan SOP (Standar Operasional
Prosedur) dan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Selain itu, pihak rumah
sakit juga memberikan perlindungan represif yang betujuan untuk
menyelesaikan masalah dengan proses di luar pengadilan (alternative
dispute resolution), penyelesaian tersebut dicapai dengan pembicaraan
kedua belah pihak secara langsung (konsiliasi atau negosiasi), ataupun
melalui fasilitasi, mediasi dan arbitrase. Proses penyelesaian sengketa di
RSUD Kajen diupayakan mencari cara penyelesaian yang cenderung
berdasarkan pemahaman kepentingan kedua belah pihak (interest-based,
win win solution).
Apabila dalam penyelesaian oleh pihak Rumah Sakit tidak
ditemukan jalan damai, maka pasien dapat melaporkan sengketa tersebut
ke Dinas Kesehatan dan/atau Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pekalongan
dan/atau Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK) dan/atau Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI).
105
B. Saran
1.
Untuk pihak RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan sudah seharusnya
mempublikasikan peraturan Rumah Sakit yang berisikan mengenai hak
dan kewajiban rumah sakit, dokter dan pasien yang mudah dilihat oleh
para pihak agar masing-masing pihak dapat membacanya sehingga faham
dan
mengerti
akan
hak
dan
kewajibannya,
misalnya
dengan
menempelkannya di dinding pada setiap ruang inap dan ruang dokter.
Saran tersebut ditujukan karena dari beberapa pasien yang penyusun
wawancara tidak mengetahui hak dan kewajiban sebagai pasien,
sedangkan hak dan kewajiban tersebut sangat penting dalam sebuah
perjanjian.
2.
Untuk dokter tetap harus mengawasi pelaksanaan tindakan medis yang ia
instruksikan dan mengontrol tindakan perawatan yang dilakukan oleh
perawat karena dari pihak dokter tidak selalu mengontrol tindakan
perawatan yang dilakukan perawat terhadap pasien.
3.
Untuk pasien diharapkan lebih aktif bertanya dalam proses penyampaian
penjelasan tindakan medis apabila belum faham atau belum jelas dengan
penjelasan yang diberikan dokter. Karena kebanyakan pasien hanya akan
menjawab apabila ditanya oleh dokter, dan pasien hanya menuruti apa
yang disarankan oleh dokter. Selain itu pasien juga disarankan turut aktif
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga diharapkan
Rumah Sakit tersebut dapat menjadi lebih baik dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan untuk kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku dan Karya Ilmiah
Amirin, Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, Bandung: Rajawali, 1986.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004.
Anugrah, M. Lazuardi Redha, “Penyelesaian Wanprestasi pada Perjanjian
Terapeutik Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta
Timur”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
2011.
Badrulzaman, Mariam Darus, Perjanjian Kredit Bank, Bandung: PT. Alumni,
1993.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005.
Dewi, Alexandra Indriyanti, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher: 2008.
Fuady, Munir, Sumpah Hipocrates (Aspek Hukum Malpraktek Dokter), Bandung:
PT. Citra Adtya Bakti, 2005.
Guwandi, J., Informed Consent, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2004.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Jilid III, Jakarta: Andi Offset, 1994.
Hadjon, Philipus M, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, Surabaya: Bina Ilmu,
1988.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.
Hariyani, Safitri, Sengketa Medik, Alternatif Penyelesaian Perselisihan antara
Dokter dengan Pasien Jakarta: Media, 2005.
HS, Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
106
107
Indiarti, Caesar, Kenapa Tidak? (Cara Aman Menyambut Kelahiran Buah Hati
Anda), Yogyakarta: elMATERA, 2007.
Komalawati, D. Veronica, Peranan Informed Consent dalam Transaksi
Terapeutik, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.
Mahdi, Dinajani S. Abidin, Quo Vadis Kliniko Mediko Legal Indonesia, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2008.
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1986.
Muljadi, Kartini dan Widjaya, Gunawan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada
Press, 2003.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Panduan Aspek Hukum Praktek Swasta
Dokter, (Jakarta: Yayasan Penerbitan IDI, 1994.
Purwodarminto, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1983.
Rahmawati, Siti, Clinical Pathway dan Aplikasi Activity Based Costing Bedah
Sesar di RS Undata Provinsi Sumatra Selatan, Yogyakarta: Gedung
Program S3 FK UGM, 2012.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1990.
Satrio, J, Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Cipta Aditya Bhakti, 1992.
Satrio, J, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian-Buku I,
Bandung: PT. Cipta Aditya Bhakti, 2001.
Sayyid, Annisa, “Perlindungan Hak-hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan
Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di RS. Bethesda Pusat
D.I.Y), Skripsi, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2003.
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Surakarta: Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2007.
108
Soeroso, R, Perjanjian di Bawah Tangan (Pedoman Praktis Pembuatan dan
Aplikasi Hukum), Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan XIII , Jakarta: PT. Intermassa, 1991.
Supriadi, Wila Chandrawila, Hukum Kedokteran, Bandung: Mandar Maju, 2001.
Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik,
Bandung: Tarsito, 1994.
Susanti, Hepy Diah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Perjanjian Pelayanan
Kesehatan antara Rumah Sakit dan Pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Pusat Yogyakarta”, skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Wardhani, Ratih Kusuma, “Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis
(Informed Consent) di RSUP Dr. Kariadi Semarang”, Tesis, Magister
Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang,
2009.
Wiknjosastro, Hanifa, dkk, Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1989.
Sumber Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
(Informed Consent
Lain - lain
Kbbi.web.id/narasumber
CURRICULUM VITAE
Nama
:
Naila Nabilla
Tempat Tanggal Lahir
:
Pekalongan, 2 Maret 1990
Agama
:
Islam
Alamat
:
Kertijayan, Kec. Buaran, Kab. Pekalongan, RT:
13, RW: 05, Jawa Tengah
No. HP
:
085729919767
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Formal:
1. MI Kertijayan Buaran Pekalongan, (1996-2002)
2. MTs Hidayatul Athfal Banyurip Alit Buaran Pekalongan, (2002-2005)
3. MA Matholi’ul Falah Kajen Margoyoso Pati, (2006-2009)
4. Kuliah Strata satu (S1) Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2010- sekarang).
Yogyakarta 21 Mei 2014
Penyusun,
Naila Nabilla
Download