29 Oktober 2012 - Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan

advertisement
29 Oktober 2012
1. PENDAHULUAN
2
LATAR BELAKANG
Terdapat 3 (tiga) landasan hukum dalam penyusunan RKA-K/L, yaitu:
(i) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
khususnya pada Bab III Penyusunan dan Penetapan APBN Pasal 14;
(ii) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L; serta
(iii) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 112/PMK.02/2012 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
K/L.
Ketiganya belum sepenuhnya dapat memberikan panduan secara teknis
dalam penyusunan RKA-K/L yang sesuai dengan kebutuhan database
Kementerian PU.
3
TUJUAN DAN TANTANGAN
Tujuan
Menyempurnakan Kertas Kerja RKA-K/L khususnya untuk tahun 2013,
dalam hal Struktur Kertas Kerja, penerapan Bagan Akun Standar (BAS),
penerapan KPJM, beserta tata cara input datanya. Dengan demikian RKAK/L dapat dimanfaatkan secara maksimal menjadi database profil program
dan anggaran tahunan untuk berbagai keperluan, termasuk dalam rangka
pengendalian dan evaluasi program.
Tantangan
Perlu mengubah kebiasaan penyusunan RKA-K/L yang dilakukan selama
ini, untuk menghasilkan dokumen anggaran dan database yang lebih baik.
4
RUANG LINGKUP PENGATURAN
1. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L;
2. Penggunaan Akun Belanja;
3. Pengisian Volume Output;
4. Penulisan Lokasi Pekerjaan;
5. Input Prakiraan Maju/Penerapan KPJM;
6. Penyusunan RKA-K/L untuk Kegiatan Tertentu;
7. Penyusunan Rencana Penyerapan dan Data Dukung.
5
2. LANDASAN HUKUM DAN HAL-HAL
YANG HARUS DIPERHATIKAN
6
LANDASAN HUKUM [1]
1. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. PP No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
3. PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah;
4. PP No.73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;
5. Keppres No.42 Tahun 2002 jo. Keputusan Presiden No.72 Tahun 2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
6. PMK No.112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga;
7. PMK No.81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada
Kementerian Negara/Lembaga;
7
LANDASAN HUKUM [2]
8. PMK No.95/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013;
9. PMK No. 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun 2013;
10. PMK No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran;
11. PMK No.92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran
serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;
12. PMK No.248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan No.156/PMK.07/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
13. PMK No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; yang
dirinci dan dimutakhirkan melalui Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan No.Per-80/PB/2011 tentang Penambahan dan
Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan
Akun Standar;
8
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Mengetahui dasar alokasi anggaran Satker;
2. Kegiatan yang akan dilaksanakan beserta target sasaran Output
kegiatan;
3. Mendukung pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 22 tahun
2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;
4. Rincian biaya dalam rangka pencapaian Output kegiatan yang
dibatasi dalam hal iklan layanan masyarakat;
5. Rincian biaya dalam rangka pencapaian output kegiatan yang
dibatasi dan tidak diperbolehkan;
6. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) untuk
Masukan/Output Non-SB;
7. Pelaksanaan Pencapaian Output Kegiatan (Swakelola atau
Kontraktual).
9
3. PENYERAGAMAN STRUKTUR
KERTAS KERJA RKA-K/L
10
STRUKTUR ANGGARAN DALAM PENERAPAN
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
11
PENGERTIAN UMUM
(1) Program: penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi K/L yang
rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon I atau unit K/L yang
berisi Kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur;
(2) Kegiatan: penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan tugas
dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen Kegiatan
untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur;
(3) Output: prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan;
(4) Suboutput: pada hakekatnya merupakan output; dinyatakan sebagai
Suboutput adalah output-output yang mempunyai kesamaan dalam jenis dan
satuannya;
(5) Komponen: tahapan/bagian dari proses pencapaian output;
(6) Subkomponen: kelompok-kelompok detil belanja, yang disusun dalam rangka
memudahkan dalam pelaksanaan Komponen;
(7) Detil Belanja: rincian kebutuhan belanja dalam tiap-tiap jenis belanja yang
berisikan item-item belanja.
12
KESALAHAN UMUM STRUKTUR KERTAS KERJA [1]:
KESALAHAN PENGGUNAAN SUB-OUTPUT
Sub-Output digunakan untuk input
judul pekerjaan, yang berbeda jenis
dengan Output induknya
13
KESALAHAN UMUM STRUKTUR KERTAS KERJA [2]:
KESALAHAN PENGGUNAAN SUB-KOMPONEN
Sub-komponen digunakan untuk penulisan
lokasi pekerjaan; bukan merupakan
kelompok dari detil belanja
14
KESALAHAN UMUM STRUKTUR KERTAS KERJA [3]:
BELUM DILAKUKANNYA STANDARDISASI KODE OUTPUT
Kode Output tidak seragam
15
KESALAHAN UMUM STRUKTUR KERTAS KERJA [4]:
TERSEBARNYA KOMPONEN 1 (SATU) OUTPUT
Bagian-bagian dari1 (satu)
kesatuan output, seharusnya
disatukan/dikumpulkan
16
STRUKTUR KERTAS KERJA DAN PERUNTUKKANNYA
PROGRAM
UNIT ESELON I
KEGIATAN
Penjabaran dari Program yang rumusannya
mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau
penugasan tertentu K/L
OUTPUT
Barang atau jasa yang dihasilkan.
Merupakan salah satu ukuran kinerja kegiatan atau
bagian yang berkinerja, yang didukung oleh
kesatuan komponen pembentuknya.
Lokasi pekerjaan (kabupaten/kota) menggunakan
Lokasi sebagai atribut Output
SUB OUTPUT
Pada hakekatnya merupakan output, namun lebih
spesifik. Uraiannya dapat digunakan untuk
menjelaskan dukungan terhadap Program Nasional
Lintas Sektor, misalnya Dukungan MP3EI, dll.
KOMPONEN
Tahapan/bagian dari proses pencapaian output
SUB KOMPONEN
Digunakan untuk input judul paket-paket pekerjaan
(swakelola/kontraktual)
AKUN / DETIL
Pembebanan rincian pekerjaan kedalam akun yang
tepat dengan mengacu pada pengaturan Bagan Akun
Standar yang berlaku
17
STANDARDISASI KODE OUTPUT
1) Output Layanan Perkantoran (kode: 994);
2) Kendaraan Bermotor (995);
3) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi (996);
4) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran (997);
5) Gedung / Bangunan (998);
6) Output Cadangan (blokir) (999).
18
PERTIMBANGAN PENULISAN RINCIAN PEKERJAAN
TIDAK ADA STANDAR PENULISAN RINCIAN PEKERJAAN…!
 Penulisan rincian pekerjaan yang tidak detil, dengan rincian lebih
detil dalam RAB, akan mempermudah dalam melakukan revisi
anggaran;
 Penulisan rincian pekerjaan secara detil dapat dilakukan untuk
pekerjaan rutin tahunan yang penghitungan kebutuhannya
dilakukan berdasarkan Standar Biaya Masukan (SBM) dan Standar
Biaya Keluaran (SBK), agar mempermudah penyusunan Kertas
Kerja pada tahun-tahun mendatang, termasuk untuk melakukan
review angka dasar (baseline).
19
4. PANDUAN PEMILIHAN AKUN BELANJA
20
TEMUAN BPK UNTUK KEGIATAN TAHUN 2011
TERHADAP KESALAHAN PEMBEBANAN JENIS BELANJA
1. Pengelompokan Jenis Belanja pada saat penganggaran tidak
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, antara lain penganggaran
belanja modal yang belum sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakan dan atas realisasi belanja modal tersebut belum
dicatat sebagai aset tetap;
2. Penganggaran belanja barang tidak sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakan dan realisasi belanja konsultan dengan kode akun
52 yang dapat diklasifikasi sebagai aset tetap belum dicatat
sebagai aset tetap.
21
PENGERTIAN TIAP JENIS BELANJA [1/2]
 Belanja Pegawai: pengeluaran yang merupakan kompensasi
terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang
harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar
negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan
pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal.
 Belanja Barang: pengeluaran untuk menampung pembelian
barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan
jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.
22
PENGERTIAN TIAP JENIS BELANJA [2/2]
 Belanja Modal: Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam
rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan/atau aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang ditetapkan pemerintah.
 Bantuan Sosial: merupakan pengeluaran berupa transfer uang,
barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah
kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan
ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.
23
BEBERAPA HAL YANG PERLU PERHATIAN
 Pemilihan jenis belanja harus benar-benar didasarkan atas
karakteristik pekerjaan yang akan dilakukan;
 Pemilihan jenis belanja juga harus
keperluan audit dan pelaporan keuangan;
mempertimbangkan
 Pemilihan pembebanan pada jenis belanja modal harus
mempertimbangkan pencatatan dan pengelolaan asset
kedepan;
 Penggunaan bantuan sosial harus benar-benar selektif sesuai
dengan ketentuan yang berlaku (PMK 81/PMK.05/2012).
 Agar dapat terus mengikuti pemutakhiran peraturan-peraturan
terkait penerapan Bagan Akun Standar.
24
5. PANDUAN PENGISIAN VOLUME
OUTPUT
25
PERMASALAHAN PENGISIAN VOLUME OUTPUT
26
CARA INPUT VOLUME OUTPUT [1]:
PADA SAAT PEREKAMAN SUB-OUTPUT
27
CARA INPUT VOLUME OUTPUT [2]:
HITUNG OTOMATIS DARI ITEM KOMPONEN UTAMA
28
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Input Total Volume pada Level Sub-Output;
Perlu disiplin melakukan pengecekan kembali/update terhadap
isian total volume Output, terutama bila terjadi penambahan
atau pengurangan target volume dalam rincian pekerjaannya.
2. Penghitungan Otomatis terhadap Komponen Utama;
• Penulisan satuan volume detil pekerjaan harus sama dengan
satuan volume Output, misalnya volume Output “Kawasan”
namun ditulis “Kws”;
• Harus dipastikan bahwa detil pekerjaan yang akan dihitung
termasuk dalam komponen utama;
• Tidak berlaku untuk Satuan Output lebih dari 5 (lima) huruf.
29
PEMERIKSAAN VOLUME OUTPUT PADA MENU LAPORAN
DALAM APLIKASI RKA-K/L DIPA
Volume Output
30
6. PANDUAN PENULISAN
LOKASI PEKERJAAN
31
KETERBATASAN DALAM APLIKASI RKA-K/L [1/2]
“Lokasi” dalam menu rekam Output
lebih untuk menunjukkan Lokasi
Satker, namun dapat digunakan untuk
menunjukkan lokasi pekerjaan.
32
KETERBATASAN DALAM APLIKASI RKA-K/L [2/2]
Sebagian besar alokasi
di DKI Jakarta (Pusat)
diperuntukkan bagi
investasi di daerah lain
33
KEBERAGAMAN CARA PENULISAN LOKASI PEKERJAAN
PADA DETIL PEKERJAAN
Cara Penulisan: di bawah
akun dan dikelompokkan
berdasarkan jenis
pekerjaan (fisik dan
pendukung)
34
KEBERAGAMAN CARA PENULISAN LOKASI PEKERJAAN
PADA SUB KOMPONEN DAN DETIL PEKERJAAN
Cara Penulisan: lokasi
Kab/Kota menggunakan
header di bawah
komponen, detil lokasi di
bawah akun
Cara Penulisan: lokasi
Kab/Kota menggunakan
header di bawah
komponen, detil lokasi di
bawah akun
35
KEBERAGAMAN CARA PENULISAN LOKASI PEKERJAAN
PADA JUDUL PAKET PEKERJAAN
Penulisan lokasi yang
diulang, dengan header
di bawah komponen dan
dalam rincian pekerjaan
di bawah akun
Penulisan lokasi yang
diulang, dengan header
di bawah komponen dan
dalam rincian pekerjaan
di bawah akun
36
KEBERAGAMAN CARA PENULISAN LOKASI PEKERJAAN
PADA DETIL PEKERJAAN
Cara Penulisan: di bawah
akun, namun dengan pola
penulisan lokasi Kab./Kota
yang belum seragam
37
HASIL PENGGUNAAN LOKASI OUTPUT
SEBAGAI LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan
dengan
menggunakan
“Lokasi Output”
Konsekuensi: melakukan pengulangan perekaman Output untuk lokasi
kabupaten/kota yang berbeda
38
7. PANDUAN INPUT PRAKIRAAN MAJU
39
CONTOH KESALAHAN DALAM INPUT PRAKIRAAN MAJU
Output Layanan Perkantoran
hanya ditulis untuk TA. 2013
?
40
INPUT PRAKIRAAN MAJU SAAT PEREKAMAN OUTPUT

41
INPUT PRAKIRAAN MAJU SAAT PEREKAMAN KOMPONEN
42
PEMERIKSAAN PRAKIRAAN MAJU PER OUTPUT
PADA MENU FORM KPJM APLIKASI RKA-K/L
STRUKTUR ANGGARAN DAN PERUNTUKKANNYA
Prakiraan maju per Output
43
8. PENYUSUNAN RKA-K/L UNTUK
KEGIATAN TERTENTU
44
INPUT KEGIATAN DENGAN ALOKASI DARI PNBP
Output Kegiatan PNBP
Klik untuk memilih sumber
pendanaan dari PNBP
45
INPUT TARGET PENDAPATAN DARI PNBP
Menu untuk Input Data
Pendapatan PNBP
Perekaman Data Target PNBP
46
PEREKAMAN OUTPUT UNTUK DEKON-TP
Jenis Kewenangan
untuk Satker SKPD
47
9. TAHAPAN PENYUSUNAN DAN CONTOH
KERTAS KERJA
48
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [1]:
UPDATE APLIKASI RKA-K/L
49
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [2]:
INPUT SATUAN KERJA
Masukkan
kode Satker
Atau Klik di sini untuk
pencarian Satker
Pencarian dengan
menuliskan kode atau
nama Satker
50
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [3]:
PEMILIHAN OUTPUT
Memilih Output
Output Non SBK
Output dengan SBK
51
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [4]:
PEREKAMAN KODE INISIATIF BARU
Klik untuk memilih Jenis
Kegiatan Baseline atau
Inisiatif Baru
52
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [5]:
PEREKAMAN LOKASI OUTPUT/PEKERJAAN
Klik untuk memilih
Lokasi Output/Pekerjaan
53
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [6]:
PEREKAMAN JENIS KEWENANGAN
Klik untuk memilih Jenis
Kewenangan
54
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [7]:
VOLUME OUTPUT
Akan terisi begitu data volume Output
diinput pada
level Sub-output
Volume
Output dari atau
dengan memanfaatkan penghitungan
otomatis dari item komponen utama
55
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [8]:
TAHUN AWAL DAN AKHIR OUTPUT
Diisi sesuai tahun awal dan akhir
dilaksanakannya pekerjaan-pekerjaan
di bawah Output berkenaan
Volume Output dari
56
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [9]:
VOLUME KPJM
Pengisian volume KPJM disesuaikan
dengan tahun akhir Output, kecuali
untuk Kegiatan Prioritas Nasional
57
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [10]:
PEREKAMAN SUB-OUTPUT
Uraian Sub-output dapat digunakan untuk
menjelaskan dukungan terhadap Program Lintas
Sektor, misalnya Dukungan MP3EI.
Input total volume Output
per lokasi
58
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [11]:
PEREKAMAN KOMPONEN
Sifat Komponen:
Utama atau Pendukung
Harus dipastikan
tercontreng ()
59
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [12]:
PEREKAMAN SUB-KOMPONEN
Input judul Paket Pekerjaan
(Swakelola/Kontraktual)
60
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [13]:
PEREKAMAN AKUN
Klik untuk Pilih Akun
61
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [14]:
PEREKAMAN KODE KPPN
Klik untuk Pilih KPPN
62
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [15]:
PEREKAMAN SUMBER PENDANAAN
Klik untuk Pilih
Sumber Pendanaan
63
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [16]:
INPUT REGISTER PHLN
Klik untuk Pilih
Register PHLN
64
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [17]:
INPUT CARA HITUNG PHLN
Cara Hitung untuk
Pendanaan melalui PHLN
KPPN akan terisi
otomatis
Input keterangan persentase
PHLN dan RM Pendamping
Untuk pendamping
dari Pinjaman LN
65
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [18]:
CATATAN AKUN DAN CATATAN BLOKIR
Tidak harus diisi/diisi oleh
petugas Ditjen Anggaran
66
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [19]:
PERIKSA CATATAN ERROR PADA PEREKAMAN AKUN
Keterangan kesalahan/
kekurangan input data
67
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [20]:
PEREKAMAN DETIL PEKERJAAN
Pilih awal waktu
pelaksanaan pekerjaan
Input detil / item pekerjaan
Input Otomatis untuk
item yang memiliki SBM
Input volume dan harga
satuan item pekerjaan
68
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [21]:
PROSES VALIDASI
Data Valid. Proses
Validasi berhasil
69
TAHAPAN PENYUSUNAN KK RKA-K/L [22]:
INPUT DATA KPA
Pencarian Satker
70
CONTOH KERTAS KERJA YANG MENGIKUTI
PANDUAN TEKNIS
71
CONTOH KERTAS KERJA UNTUK
PEKERJAAN SWAKELOLA NON-FISIK
Nama Paket Swakelola pada
level Sub-Komponen
72
CONTOH KERTAS KERJA UNTUK
PEKERJAAN FISIK
Lokasi pekerjaan (Kab./Kota)
sebagai atribut Output
Nama Paket Swakelola pada
level Sub-Komponen
Lokasi pekerjaan (Kab./Kota)
sebagai atribut Output
Nama Paket Kontraktual pada
level Sub-Komponen
Detil pekerjaan, dimungkinkan sama
dengan nama Paket Pekerjaan
73
10. PENYUSUNAN RENCANA
PENYERAPAN DAN DATA DUKUNG
74
PENYUSUNAN RENCANA PENYERAPAN
Pilihan cara penghitungan
Diisi sesuai dengan
rencana penyerapan
anggaran yang realistis
namun menantang
75
KELENGKAPAN DATA DUKUNG [1/2]
1) Hasil cetakan Kertas Kerja RKA-K/L dan Arsip Data Komputer-nya
(ADK);
2) Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) dan Rancangan Anggaran Biaya
(RAB);
3) Gender Budget Statement (GBS) apabila berkenaan dengan ARG;
4) Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum (RBA BLU)
apabila berkenaan dengan Satker BLU;
5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) apabila
satuan biaya yang tercantum dalam KK RKA-K/L tidak terdapat
dalam Standar Biaya;
76
KELENGKAPAN DATA DUKUNG [2/2]
6)Data pendukung untuk pembangunan/renovasi bangunan/ gedung
negara, berupa:
• Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/gedung
negara atau yang sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum atau Dinas
Pekerjaan Umum setempat, untuk yang mengubah struktur bangunan.
• Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/gedung
negara atau yang sejenis dari konsultan perencana setempat dan SPTJM
KPA, untuk yang tidak mengubah struktur bangunan.
7)Data dukung teknis dalam suatu kasus tertentu antara lain:
peraturan perundangan/keputusan pimpinan K/L yang mendasari
adanya kegiatan/output, surat persetujuan dari Menteri PAN dan
RB untuk alokasi dana satker baru, dan lain sebagainya;
8)Data dukung terkait lainnya sehubungan dengan alokasi suatu
output.
77
TERIMA KASIH..
Download