10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Sejarah Menurut kamus

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teori
1. Sejarah
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan
sebagai silsilah, asal-usul (keturunan), atau kejadian yang terjadi pada
masa lampau. Sedangkan para ahli mengemukakan definisi sejarah
antara lain sebagai berikut.
a. Sejarah menurut Widja adalah suatu studi yang telah dialami
manusia diwaktu lampau dan telah meninggalkan jejak diwaktu
sekarang, di mana tekanan perhatian diletakkan, terutama dalam
pada aspek peristiwa sendiri. Dalam hal ini terutama pada hal yang
bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang
disusun dalam cerita sejarah (I Gede Widja, 1989: 9).
b. Sejarah Sartono Kartodirdjo adalah gambaran tentang masa lalu
manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara
ilmiah dan lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan
tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman
tentang apa yang telah berlalu (Sartono Kartodirdjo, 1982: 12).
c. Sejarah menurut Sidi Gazalba adalah gambaran masa lalu tentang
manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara
ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan
10
11
tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang
telah berlalu (Gazalba, 1981: 13).
Dari beberapa pengertian sejarah di atas maka dapat disimpulkan
bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian atau
peristiwa pada masa lalu manusia serta merekontruksi apa yang terjadi
pada masa lalu. Dengan adanya pembelajaran sejarah pada siswa maka
dapat membantu siswa dalam memahami perilaku manusia pada masa
lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
2. Minat Belajar
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, rasa takut, dan kecenderungankecenderungan lain yang menggerakkan individu pada suatu pilihan
tertentu (Andi Mappiare, 1982: 62). Crow and Crow dalam bukunya
Educational Psychology yang dikutip oleh Abdul Rachman Abror
(1993: 112), “minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak
yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda
atau kegiatan atau pun bisa berupa pengalaman yang afektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”. Minat melahirkan perhatian
spontan dan perhatian spontan memungkinkan terciptanya konsentrasi
untuk waktu yang lama. Minat merupakan suatu sikap batin dalam diri
seseorang, maka tumbuhnya minat itu bermuara pada berbagai dorongan
batin (The Liang Gie, 1995: 130).
12
Menurut Slameto (2010: 180) “minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai
suatu
hal
dibandingkan
hal
lainnya,
dapat
pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang
memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian lebih pada subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir
tetapi diperoleh kemudian. Menurut Winkel (1983: 30), minat adalah
kecenderungan yang agak menetap dalam subyek merasa tertarik pada
bidang atau hal tertentu sehingga merasa senang berkecimpung dalam
bidang itu. Perasaan senang akan menimbulkan minat, kemudian
diperkuat lagi oleh sikap yang positif.
Menurut Bigot yang dikutip oleh Abdul Rachman Abror (1993:
112) minat mengandung unsur-unsur, yakni unsur kognisi (mengenal,
unsur emosi (perasaan), dan unsur konasi (kehendak). Oleh karena itu
minat dianggap sebagai respon yang sadar karena kalau tidak demikian
maka minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Minat mengandung
unsur kognisi, artinya minat itu didahului oleh pengetahuan dan
informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tesebut. Minat
mengandung unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu
13
disertai dengan pengalaman tertentu.
Sedangkan
unsur
konasi
merupakan kelanjutan dari unsur kognisi dan unsur emosi yang
diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu
kegiatan.
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan respon sadar dari suatu hubungan diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri yang mengandung unsur kognisi, emosi dan konasi
serta faktor yang mempengaruhi dan mendasari timbulnya minat yang
dapat mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu seperti citacita. Sehingga indikator dari minat meliputi kemauan untuk melakukan
suatu kegiatan, partisipasi dalam suatu aktivitas, ketertarikan pada suatu
hal, dan perhatian terhadap suatu obyek.
Cara meningkatkan minat siswa menurut para ahli yang dikutip
oleh Slameto (2010: 181) adalah sebagai berikut.
a. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan minat siswa pada
suatu obyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat
siswa yang telah ada.
b. Menurut Tanner & Tanner, pengajar harus berusaha membentuk
minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan
informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu
dan menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan
datang.
14
c. Menurut Rooijakkers, meningkatkan minat siswa dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita
sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu siswa melihat bagaimana hubungan antar materi yang
diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu
(Slameto, 2010:180). Apabila siswa menyadari bahwa belajar adalah
alat untuk mencapai tujuan yang dinggapnya penting dan membawa
kemajuan pada dirinya, maka siswa akan lebih berminat untuk belajar.
Selain itu, guru juga harus mengemas pelajaran menjadi lebih menarik
dan tidak membosankan serta sesuai dengan minat siswa agar prestasi
belajar siswa menjadi lebih baik.
Perubahan minat dapat dilihat dari diri siswa yang sudah lebih
berminat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Minat merupakan salah
satu faktor keberhasilan belajar siswa. Minat besar pengaruhnya
terhadap keaktifan belajar siswa, apabila bahan pelajaran tidak sesuai
dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya karena bahan pelajaran yang disampaikan tidak menarik. Oleh
karena itu, guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya
dalam pembelajaran agar siswa lebih senang dalam belajar dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa
15
Menurut Safari (2005:111) minat belajar adalah kesenangan dalam
melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk
memenuhi kesediaanya dalam belajar. Kemudian definisi operasional
dari minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes minat belajar
dan
mengukur
aspek
:
Kesukacitaan,
Ketertarikan,
Perhatian,
Keterlibatan.
Dalam definisi tersebut dapat disusun indikator minat belajar
sebagai berikut :
a. Gairah siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar.
b. Inisiatif siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar.
c. Respon siswa terhadap materi dan tugas yang diberikan oleh guru.
d. Kesegeraan siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan
latihan soal yang diberikan oleh guru.
e. Kosentrasi siswa dalam belajar.
f. Ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas dan soal latihan yang
diberikan oleh guru.
g. Kemauan siswa untuk belajar.
h. Keuletan siswa dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang
diberikan oleh guru.
i. Kerja keras dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang
diberikan oleh guru.
16
Dengan adanya indikator di atas, dapat diketahui siswa yang
berminat, kurang berminat dan tidak berminat dalam mengikuti Kegiatan
Belajar Mengajar dalam mata pelajaran sejarah.
3. Mata Pelajaran Sejarah
Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan atau peristiwa-peristiwa penting di masa lampau dalam
kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kehidupan dalam masyarakat.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan
sebagai silsilah, asal-usul (keturunan), atau kejadian yang telah terjadi
pada masa lampau.
Dari pengertian sejarah dapat diketahui bahwa di dalam sejarah
terkandung beberapa aspek yang perlu dipelajari, yaitu aspek
pengetahuan, aspek sikap, dan aspek ketrampilan. Aspek-aspek ini akan
bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan
yang dihadapi di dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Sering
dikatakan bahwa pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan
manusia, yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya untuk menjaga
peninggalan masa lampau, mengetahui pertentangan antar suku bangsa
yang mungkin mempunyai permasalahan yang sama serta untuk
mengenang dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh
para pahlawan kita.
17
Oleh karena belajar sejarah mempunyai tujuan yang baik bagi
generasi muda maka sejarah perlu dan harus dipelajari oleh siapapun
terutama oleh generasi muda yang ada di negara ini. Memahami sejarah
di masa yang silam, peserta didik dapat menangkap nilai-nilai yang
dianut oleh tokoh terdahulu. Menurut Kartodirjo (1982: 43) tujuan
pengajaran sejarah adalah:
a. Membangkitkan perhatian serta minat kepada sejarah tanah air.
b. Mendapatkan inspirasi, baik dari kisah kepahlawanan maupun
peristiwa yang merupakan strategi nasional.
c. Memberikan pola berpikir rasional, kritis, empiris, dan realistis.
d. Mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Sedangkan menurut Kasmadi (2000: 12) mengemukakan bahwa
tujuan luhur dari pelajaran sejarah adalah untuk menanamkan semangat
kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara serta sadar untuk
menjawab untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah
satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi
pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antar
bangsa dan negara. Siswa menjadi memahami bahwa ia merupakan
bagian dari masyarakat negara dan dunia.
18
4. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
a.
Pengertian
Pembelajaran
pemanfaatan
kooperatif
kelompok
dapat
kecil
dilakukan
dalam
dengan
pengajaran
cara
yang
memungkinkan siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan
belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut. Cooperative learning menurut Slavin (1984) yang dikutip
oleh Etin Solihatin (2007: 4) adalah “suatu model pembelajaran di
mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang,
dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”. Sedangkan
pengertian cooperative learning menurut Etin Solihatin sendiri
adalah perilaku bersama dalam bekerja dan membantu di antara
sesama anggota kelompok yang mempunyai struktur kerja sama
yang teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan tiap
anggota kelompok itu sendiri (Solihatin, 2007: 4).
b.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman
sebaya yang berinteraksi antar sesama sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan suatu masalah. Menurut Arends (1997: 111), model
pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:
19
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menyelesaikan materi belajar,
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah,
3) Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang berbeda-beda,
4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada
individu (www.docstoc.com).
c.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan
pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi
murid. Selain tujuan bersama yang akan dicapai, kebersamaan dan
kerjasama
dalam
pembelajaran
ini
juga
diarahkan
untuk
mengembangkan kemampuan kerjasama diantara para siswa.
Pembelajaran ini akan memberikan kesempatan siswa untuk
mendiskusikan suatu masalah, mendengarkan pendapat-pendapat
orang lain dan memacu siswa untuk bekerjasama, saling membantu
untuk menyelesaikan permasalahan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran kooperatif, pengelolaan
kelas harus diselaraskan dengan strategi pembelajaran. Tujuan
pembelajaran kooperatif yang dirangkum oleh Ibrahim, dkk
(2000:7) antara lain:
1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
20
2) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut
ras,
budaya,
kelas
sosial,
kemampuan,
maupun
ketidakmampuan.
3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi (www.desi_na.student.fkip.uns.ac.id).
5.
Teknik Jigsaw II
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al sebagai
strategi Cooperative Learning. Teknik dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Teknik
ini
mendengarkan,
menggabungkan
dan
berbicara.
kegiatan
Jigsaw
membaca,
orisinil
menulis,
membutuhkan
pengembangan yang ekstensif dari materi-materi khusus. Bentuk
adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah yaitu Jigsaw II. Jigsaw II
dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit perbedaan.
Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw
II. Pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan
menjadi spesialisasinya saja, sementara konsep-konsep yang lain ia
dapatkan melalui diskusi dengan teman satu grupnya. Pada tipe II,
setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep
(scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli
(expert). Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh
dari konsep yang akan dibicarakan (Trianto, 2010: 75).
21
Cara menggunakan cooperative learning teknik Jigsaw orisinal
menurut Anita Lie (1999: 73-74) adalah sebagai berikut.
1.
Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi
empat bagian.
2.
Sebelum pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk
hari itu. Pengajar dapat menuliskan topik di papan tulis dan
menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut.
Kegiatan “Brainstorming” ini dimaksudkan untuk mengaktifkan
schemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang
baru.
3.
Siswa dibagi dalam kelompok berlima
4.
Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama.
Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
Demikian seterusnya.
5.
Kemudian siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka
masing-masing.
6.
Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang
dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa dapat
saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya.
22
7.
Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan
bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa.
Siswa membaca bagian tersebut.
8.
Kegiatan ini dapat diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam
bahan pelajaran hari itu. Diskusi dilakukan antara pasangan atau
dengan seluruh kelas.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II
menurut Trianto (2010: 75-78) adalah sebagai berikut.
1.
Orientasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
penekanan tentang manfaat penggunaan Jigsaw II dalam proses
belajar mengajar. Siswa diminta mempelajari konsep secara
keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
(Bisa juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya
harus dibaca dirumah)
2.
Pengelompokan
Siswa dibagi kedalam kelompok dengan beranggotakan 5-6 orang
siswa dengan kemampuan heterogen. Berilah indeks 1 untuk siswa
dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik,
indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok
rendah. Tiap grup akan berisi:
Grup A {A1, A2, A3, A4, A5}
Grup B {B1, B2, B3, B4, B5}
23
Grup C {C1, C2, C3, C4, C5}
Grup D {D1, D2, D3, D4, D5}
Grup E {E1, E2, E3, E4, E5,}
3.
Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli
Grup (kelompok) asal kemudian dipecah menjadi kelompok yang
akan mempelajari materi yang akan diberikan guru dan dibina
supaya menjadi ahli berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3}
Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4}
Tiap
kelompok
diberi
konsep
materi
sesuai
dengan
kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat
baik kemampuannya diberi materi yang lebih kompleks, begitu
seterusnya. Setiap kelompok diharapkan dapat belajar topik yang
diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam
grup (kelompok) “asal” sebagai tim ahli.
4.
Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Para “ahli” dalam konsep tertentu ini kemudian kembali kepada
grup (kelompok) “asal”. Sehingga di dalam kelompok telah
memiliki 5 orang ahli dalam konsep tertentu. Selanjutnya guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk mempresentasikan
keahliannya kepada anggota grupnya masing-masing, satu per satu.
24
5.
Pengakuan kelompok
Penilaian didasarkan pada skor peningkatan individu, pada
seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap
siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimun pada
kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh
skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka
melampaui skor dasar mereka.
B.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang mengkaji tentang model pembelajaran kooperatif yang
pernah dilakukan yaitu seperti berikut.
1. Penelitian yang ditulis oleh Sri Supadmi (2009) berjudul “Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw bagi Siswa SMP Negeri 2 Mertoyudan
Magelang”. Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran Kooperatif Jigsaw meningkatkan partisipasi belajar dan
hasil belajar siswa dengan peningkatan rerata prosentase partisipasi
belajar siswa, yaitu pada siklus I sebesar 78% meningkat menjadi 87%
pada siklus II. Dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai batas
tuntas minimal (>75), yaitu sebelum tindakan 4 siswa (12%) yang
tuntas, pada siklus I menjadi 7 siswa (21%), kemudian pada siklus II
sebanyak 24 siswa (71%), dan pada akhir siklus I dan II meningkat
menjadi 29 siswa (85%).
25
2. Penelitian yang ditulis oleh Ahnanto (2009) berjudul “Prestasi Belajar
Sosiologi dengan Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Metode
Jigsaw pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran
2009/2010”. Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa pelaksanaan
Penerapan
Pendekatan
Cooperative
Learning
Metode
Jigsaw
meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 1,70 dan kenaikan prestasi
belajar yang menggunakan metode ceramah sebesar 1,28 diperoleh nilai
pengujian t hitung sebesar 2,078 lebih besar dari t tabel sebesar 1,670
dengan taraf signifikansi sebesar 5%.
C.
Kerangka Pikir
Strategi dan metode pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah sebagian
besar adalah berupa teori dan ceramah. Sedangkan siswa secara umum akan
cepat merasa bosan menerima materi yang bersifat teori. Terlebih jika guru
masih menggunakan strategi pengajaran yang konvensional dan kurang
dapat memberikan inovasi-inovasi pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Hal ini akan menyebabkan minat belajar siswa menjadi rendah
karena siswa tidak terlibat aktif dalam proses belajar. Melihat situasi yang
demikian, perlu dilakukan upaya pemecahan masalah melalui penerapan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sebagai alternatif pembelajaran
yang dapat dilakukan adalah pembelajaran model kooperatif teknik Jigsaw
II.
26
Dengan penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw II
yang tepat diharapkan dapat meningkatkan indikator-indikator dalam minat
meliputi:
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu
mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang
disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari
bidang tersebut.
b. Ketertarikan Siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa
tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
c. Perhatian Siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan
dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa
yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan
memperhatikan objek tersebut.
d. Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut
senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek
tersebut.
27
Dengan demikian uraian kerangka pikir tersebut di atas dapat
digambarkan sebagai berikut:
Kondisi awal
Tindakan
Hasil akhir
Minat belajar siswa
untuk melakukan suatu
kegiatan dalam proses
belajar, berpartisipasi,
tertarik pada bahan
pelajaran,
perhatian
pada penjelasan guru
masih dibawah standar
(<75%)
Strategi
Minat belajar siswa
untuk melakukan suatu
kegiatan dalam proses
belajar
mengajar,
berpartisipasi, tertarik
pada bahan pelajaran,
perhatian
pada
penjelasan
guru
meningkat (>75%).
pembelajaran
kooperatif
teknik Jigsaw II
Jigsaw II
Gambar 1.
Alur Kerangka Pikir
Download