BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnnya Berikut ini ada

advertisement
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnnya
Berikut ini ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang
mengungkapkan tentang pengaruh promosi dan produk terhadap perusahaan,
antara lain.
Nurhadi pernah meneliti tentang Pengaruh Promosi, Kualitas Produk,
dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen pada Pt. Tiga
Serangkai Internasional. Penelitianya dilaksanakan di SD, SMP sederajat kota
Surakarta. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh
promosi terhadap kepuasan konsumen pada PT. Tiga Serangkai Internasional,
2) pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen pada PT. Tiga
Serangkai Internasional, 3) pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan
konsumen pada PT. Tiga Serangkai Internasional, 4) pengaruh promosi,
kualitas produk dan kualitas layanan secara bersama-sama terhadap kepuasan
konsumen pada PT. Tiga Serangkai Internasional. Dan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: Hasil uji t menunjukkan variabel promosi, kualitas
produk dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan konsumen PT. Tiga Serangkai Internasional. Hasil uji F
menunjukkan terdapat pengaruh secara bersama-sama antara promosi, kualitas
produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen PT. Tiga
Serangkai Internasional. Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan
7
8
hasil sebesar 0,554 berarti proporsi variasi variabel promosi, kualitas produk
dan kualitas pelayanan mempengaruhi variasi variabel kepuasan konsumen
sebesar 55,4%, sedangkan sisanya 44,6% menggambarkan adanya variasi
bebas lain yang tidak dijelaskan dalam model ini, misalnya kepercayaan dan
keluahan konsumen. 6
Selain itu Irfansyah Alkautsar (Universitas Negeri Semarang) tahun
2011 menulis Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Periklanan, Promosi
Penjualan, dan Penjualan Perseorangan Terhadap Kepuasan Konsumen
Produk Perahu Sekoci Pt. Jatitengah Perdana Jakarta”. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh periklanan, promosi penjualan, dan
penjualan perseorangan terhadap kepuasan konsumen produk perahu sekoci
PT.Jatitengah Perdana Jakarta secara parsial dan simultan. Sampel dalam
penelitian ini adalah konsumen produk perahu sekoci PT.Jatitengah Perdana
Jakarta yang berjumlah 40 perusahaan. Kesimpulanya yaitu ada pengaruh
periklanan, promosi penjualan, dan penjualan perseorangan secara parsial dan
simultan terhadap kepuasan konsumen produk perahu sekoci PT. Jatitengah
Perdana Jakarta.7
Kemudian Sigit Sujarwo Semarang mahasiswa UNS strata D2
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Produk dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Britama Pada PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Semarang Pandanaran. Penelitianya
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan yang diambil oleh Bank BRI
6
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=7869 (Online 09 April 2012)
http://lib.unnes.ac.id/2673/ (online 09 April 2012)
7
9
tentang produk tabungan Britama terhadap loyalitas pelanggan. Dan juga
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan yang diberikan oleh
Bank BRI terhadap para nasabah. Kemudian yang terakhir penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk tabungan Britama dan kualitas
pelayanan yang diberikan terhadap loyalitas nasabah tabungan Britama Bank
BRI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persepsi nasabah tentang produk
tabungan Britama yang di tawarkan oleh BRI adalah menarik yaitu sebanyak
55 responden, serta terdapat 31 responden yang menyatakan bahwa produk
tabungan Britama yang ditawarkan oleh BRI adalah cukup menarik, dan
terdapat 8 responden yang menyatakan bahwa produk tabungan Britama yang
ditawarkan oleh BRI adalah sangat menarik. Kemudian persepsi nasabah
tentang pelayanan yang diberikan oleh BRI adalah 45 responden berpendapat
baik, 27 cukup baik, 20 berpendapat sangat baik. Dan berdasarkan hasil
perhitungan regresi linier sederhana dan uji test, terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara produk tabungan dan variabel pelayanan terhadap loyalitas
dari para nasabah tabungan Britama. 8
Beberapa penelitian diatas mempunyai beberapa persamaan dengan
penelitian ini, antara lain mengenai topik penelitian dimana instrumen yang di
teliti berupa Marketing Mix yaitu promosi, produk. Akan tetapi ke dua
penelitian
tersebut
berusaha
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi loyalitas konsumen. Dalam penelitian kali ini penelitian yang
di harapkan adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
8
http://eprints.undip.ac.id/24767/1/Sigit_Sujarwo.pdf (Online 09 April 2012)
10
jumlah transaksi nasabah. Terdapat perbedaan yaitu mengenai subjek
penelitian objek penelitian dan jumlah sampel.
B. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah terdiri dari dua kata, yaitu
“Bank” dan
“Syariah”. Kata bank menurut kamus besar ekonomi adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran (sirkulasi) uang.9 Kemudian pendapat
lain mengatakan Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang
berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang
berlebihan dana (surflus) dan pihak yang kekurangan dana (defisit).
Sementara kata syariah dalam versi Bank syariah di Indonesia adalah
aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak Bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha dan
kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. 10
Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “Bank Syariah”.
Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak yang berlebihan dana (surflus) dengan pihak yang
kekurangan dana (defisit) untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya
sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, Bank Syariah dapat disebut
Islamic banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan
9
Sigit & sujana, Kamus Besar Ekonomi, Bandung: CV Pustaka Gravika 2007, h, 47.
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h 1.
10
11
dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba),
spekulasi (maysir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).11
Bank Islam secara struktural fungsional tidak berbeda dari
tujuan dan fungsi pokok Bank-bank konvensional. Namun, secara
prinsip yuridis antara Bank syariah dengan Bank konvensional memiliki
perbedaan yang mendasar, yakni; Bank Islam adalah Bank yang
melakukan operasionalnya berlandaskan aturan-aturan hukum Islam
yang sumber utamanya adalah Al-Qur’an dan Hadits, yang sangat
melarang sekaligus mengharamkan transaksi riba. 12
Kesimpulannya
bahwa
Bank
syariah
adalah
lembaga
intermediasi yang dalam prinsip dan operasional serta kegiatan usahanya
berlandaskan syariat Islam yakni Al-Qur’an dan Hadits. Yaitu dengan
menggunakan sistem bagi hasil yang secara adil, dan menjauhi riba
(bunga) sesuai dengan ayat Q.S Ali Imran: 130 yang berbunyi:







  
  

11
Ibid., h. 1.
Muhammad, “Kekuatan Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan
Masyarakat”, Makalah disajikan dalam seminar Nasional Ekonomi Islam diselenggarakan LPM
Equator Kalimantan Tengah, Februari 2011, h. 1, di Palangka Raya.
12
12
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah agar kamu beruntung”.13
b. Sejarah berdirinya bank syari’ah di Indonesia
Ide pendirian Bank Syari’ah di Indonesia sudah muncul sejak
tahun 1970-an. Hal ini sempat sempat di bicarakan pada acara Seminar
Nasional Hubungan Indonesia – Timur Tengah pada tahun 1974 dan
pada tahun 1976 dalam Seminar Internasional yang di selenggarakan
oleh lembaga studi ilmu-ilmu kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan
bineka tunggal ika. Namun saat itu ide tersebut kurang popular
mengingat saat itu belum ada landasan hukum untuk menjalankan bank
syari’ah.
Kemudian ide tersebut bergulir lagi pada tahun 1988 pada saat
adanya Paket Kebijakan Oktober (Pakto) dimana pemerintah membuka
liberalisasi industri perbankkan. Para ulama saat itu berusaha untuk
mendirikan Bank yang bebas bunga. Musyawarah Nasional (MUNAS)
IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Cisarua, Bogor tanggal 19 – 22
Agustus 1990 menetapkan rekomendasi pembahasan bunga Bank dan
perbankkan. Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti dengan pertemuan di
Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 22 – 25 Agustus 1990.
Berdasarkan amanat MUNAS IV MUI tersebut dibentuklah kelompok
kerja untuk mendirikan kelompok kerja untuk mendirikan Bank
Syari’ah di Indonesia. Sampai akhirnya, didirikanlah Bank Muamalat
13
Ali-Imran [3]: 130.
13
Indonesia (BMI) dengan ditandatanganinya akte pendirian PT. BMI
pada tanggal 1 November 1991. Bank Muamalat Indonesia resmi
beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992.14 Dengan demikian, pertama
kalinya Bank syariah berdiri di Indonesia adalah Bank Muamalat
Indonesia yakni pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi
pada tanggal 1 Mei 1992.
c. Dasar Hukum Bank Syari’ah
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui
keberadaannya di negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis
normatif tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia
diantaranya adalah Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, UndangUndang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang No.
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-Undang No. 3 tahun
2006 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989
tentang peradilan agama.
Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat
perbankan syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya di seluruh
Ibu kota Provinsi dan Kabupaten di Indonesia, bahkan beberapa Bank
konvensional dan lembaga keuangan lainnya membuka Unit Usaha
Syariah (Bank Syariah, Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah dan
14
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008, h. 50.
14
semacamnya). Pengakuan secara yuridis dimaksud, memberi peluang
tumbuh dan berkembang secara luas kegiatan usaha perbankan syariah,
termasuk memberi kesempatan kepada Bank umum (konvensional)
untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. 15
d. Fungsi dan Peran Bank Syari’ah
Fungsi dan peran Bank Syari’ah dijabarkan oleh AAOIFI ( Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) adalah
sebagai berikut:
1) Manajer investasi, yaitu Bank Syari’ah dapat mengelola investasi
dana nasabah.
2) Investor, yaitu Bank Syari’ah dapat menginvestasikan dana yang
dimiliki maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank Syari’ah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya.
4) Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syari’ah, Bank Syari’ah juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainya.16
e. Ciri-ciri Bank Syari’ah
15
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah . . ., .h. 2.
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, h.52.
16
15
Adapun ciri-ciri Bank Syariah menurut Hosen dan Hasan Ali
(PKES, 2008:8) dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1) Bank syariah menjadikan uang sebagai alat tukar, bukan komoditi
yang diperdagangkan.
2) Bank syariah menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas
transaksi riil bukan sistem bunga sebagai imbalan terhadap pemilik
uang yang besarnya ditetapkan dimuka.
3) Resiko usaha akan dihadapi bersama antara nasabah dengan Bank
syariah dan tidak mengenal selisih negatif (negative spread).
4) Pada Bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai
pengawas kegiatan operasional Bank syariah agar tidak menyimpang
dari nilai-nilai syariah. 17
Adapun perbedaan antara Bank Syariah dan konvensional secara
singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
17
Buchari Alma, & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung, Alfabeta,
2009, h. 8.
16
Tabel 1.1
PERBEDAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL
Keterangan
Bank Syariah
Bank
Konvensional
Akad dan aspek
legalitas
Hukum Islam dan
Hukum Positif
Hukum Positif
Lembaga penyelesaian
sengketa
Badan Arbitrase
Syariah Nasional
(BASYARNAS)
Badan Arbitrase
Nasioanal
Indonesia (BANI)
Investasi
Berdasarkan syariah
Umum
Prinsip Operasional
Bagi hasil, jual-beli,
dan sewa.
Bunga
Tujuan
Profit dan Falah
Oriented
Profit Oriented
Hubungan Nasabah
Mudharib dan
Shahibul Maal
Debitor dan
Kreditor.18
f. Prinsip - Prinsip Operasional Bank Syariah
Dalam menjalankan aktivitasnya, Bank syariah menganut
beberapa prinsip seperti prinsip keadilan, kesederajatan/kesetaraan dan
18
Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005,
h. 48.
17
prinsip ketentraman.19 Sementara itu, menurut Zainuddin Ali (2008),
selain ketiga prinsip tersebut ia menambahkan tiga prinsip lagi yang
harus dimiliki oleh Bank syariah sebagai salah satu bagian dari lembaga
keuangan syariah, yakni prinsip kemitraan, transparansi dan prinsip
universal,20 yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip keadilan, yakni keuntungan atas dasar bagi hasil dan margin
keuntungan serta resiko masing-masing pihak ditetapkan atas
kesepakatan bersama antara Bank dan nasabah.
2) Prinsip kesederajatan/kesetaraan, yakni nasabah penyimpan dana,
pengguna dana dan Bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap
resiko dan keuntungan yang berimbang.
3) Prinsip ketentraman, yakni bahwa produk Bank syariah mengikuti
prinsip dan kaidah muamalah Islam (bebas riba dan menerapkan zakat
harta).21
4) Prinsip kemitraan, yakni posisi nasabah investor (penyimpan dana),
dan pengguna dana, serta Bank syariah, sejajar sebagi mitra usaha
yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.
5) Prinsip transparansi, yakni Bank syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor
dapat mengetahui kondisi dananya.
19
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syari’ah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 12
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah . . ., h. 58-59.
21
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah . . . . , h. 9.
20
18
6) Prinsip universal, yakni tidak membedakan suku, agama, ras dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai
rahmatan lil alamin.22
2. Produk
a. Pengertian produk
Produk adalah segala sesuatu baik yang bersifat fisik maupun
fisik maupu non fisik yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk
memenuhi keinginannya dan kebutuhannya. 23
Kata ‘produk’ sebenarnya lebih mangacu pada keseluruhan
konsep atas objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada
konsumen. Sedangkan istilah ‘barang’ dan ‘jasa’ adalah merupakan
sub kategori yang digunakan untuk menggambarkan dua jenis produk.
Istilah “barang” banyak digunakan untuk menyebut produk hasil
manufaktur.24
Terlepas dari istilah tersebut, pada realitasnya konsumen
bukanlah membeli barang atau jasa, melainkan manfaat yang spesifik
dan nilai dari keseluruhan penawaran. Keseluruhan penawaran kepada
konsumen ini disebut “the offe” yang maksudnya adalah manfaat yang
dinikmati konsumen dari pembelian produk.25
Berbagai produk jasa yang ditawarkan oleh Bank antara lain:
22
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, . . . h.59.
Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h. 67.
24
Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, h. 84.
25
Ibid.,
23
19
1) Simpanan Giro
2) Simpanan deposito
3) Sertifikat Bank
4) Berbagai macam tabungan
5) Fasilitas kredit, perumahan, mobil, investasi, modal kerja, dan lain
sebagainya.
6) Transfer
7) Kliring- menagih giro bilyet/cek pada Bank di kota yang sama
8) Inkaso-membantu menagih giro bilyet/cek ke Bank di kota lain
9) Jual beli efek
10) Surat jaminan atau garansi Bank.26
b. Produk perbankan syariah
Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara
(intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan
dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang mengalami
kekurangan dana(deficit units). Dalam bank syariah, hubungan antara
bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur,
melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana
dalam istilah syariah disebut “shohibul maal” dengan pengelola dana
“mudharib”.27
26
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa, bandung: Alfabeta,
2011. h. 336
27
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilusttrasi,
Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h. 56.
20
Secara teoritik produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah
dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:
1) Produk Penyaluran Dana (financing);
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis
besar produk pembiyaan syariah terbagi ke dalam empat katagori
yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu:28
a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan
adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of
property). Tingkat keuntungan Bank ditentukan di depan dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual beli dapat di bedakan berdasarkan bentuk
pembayaranya dan waktu penyerahan barang, yakni sebagai
berikut:
(1) Pembiayaan murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak
bank
dan
nasabah.
Dalam
murabahah,
penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli,
28
Adiwarman A.karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2007, h. 97.
21
kemudian dia mensyaratkan atas laba dalam jumlah
tertentu. 29
Transaksi jual beli murabahah adalah transaksi jual
beli dimana Bank menyebutkan jumlah keuntunganya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan (margin).30
(2) Pembiayaan salam
Salam adalah teransaksi jual beli diman barang yang
diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang
diserahkan
dilakukan
secara
tunai.
tangguh
Bank
sementara
bertindak
pembayaran
sebagai
pembeli,
sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini
mirip jual beli ijon (yaitu jual beli dalam pertanian padi
dimana padi yang akan dijual belikan belum pasti, masih
dalam tahap tanam dan belum masa panen), namun dalam
transaksi Salam kuantitas, kualitas, harga, dan waktu
penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.31
(3) Pembiayaan istishna
Menurut jumhur ulama fuqaha, istishna merupakan
suatu jenis khusus dari salam. Biasanya, jenis ini digunakan
29
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilusttrasi, h. 62.
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 98.
31
Ibid., h. 99
30
22
dibidang manufaktur. Dengan demikian, ketentuan isthisna
mengikuti ketentuan dan aturan akad salam.32
Produk istishna merupakan produk salam tapi dalam
istishna pembayaranya dapat dilakukan oleh dalam bebrapa
kali (temin) pembayaran. Ketentuan umum pembiayaan
istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas
seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga
jual yang telah di sepakati dicantumkan dalam akad istishna
dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad jika terjadi
perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga
setelah akad di tanda tangani, seluruh biaya tambahan tetap
di tanggung nasabah.33
b) Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah)
Al- ijarah berasal dari kata al- ajru yang berarti al –
‘iwadhu (ganti). Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 34
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat.
Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual
beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila
32
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 65.
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2007, h. 100.
34
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 66.
33
23
pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah
objek transaksinya adalah jasa.35
c) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah)
(1) Pembiayaan Musyarakah
Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau
syirkah. Musyarakah adalah kejasama antara kedua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masingmasing
pihak memberikan
kontribusi dana
dengan
keuntungan dan resiko akam ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
Musyarakah
ada dua jenis,
yaitu musyarakah
pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah
pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau lebih.
Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan
dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dan
mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi
keuntungan dan kerugian. 36
Transaksi musyarakah
dilandasi adanya keinginan
para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua
bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
35
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal 101.
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 67.
36
24
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun tidak bewujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang
bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan
(trading
aset),
kewiraswastaan
kepandaian (skill),
(enterpreneurshipi),
kepemilikan (property), peralatan
(equipment), atau (intangible asset) seperti hak paten atau
(goodwill), kepercayaan/reputasi (creditwothiness) dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
(2) Pembiayan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antra dua atau
lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan
(mudharib)
sejumlah
dengan
modal
suatu
kepada
perjanjian
pengelola
pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
paduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maal dan
keahlian dari mudharib.37
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul
maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesempatan yang dituangkan
37
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 103.
25
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola.
Perbedaan yang esensial dari mudharabah dan
musyarakah terletak pada besarnya kontribusi manajemen
dan keuangan atau
salah satu diantara itu. Dalam
mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak,
sedangkan musyarakah modal berasal dari dua pihak atau
lebih.
d) Pembiayaan dengan akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuks mencari keuntungan, tetapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan.
2) Produk Penghimpunan Dana (funding)
a) Prinsip wadi’ah
Al- wadi’ah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai
meninggalkan atau meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada
orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari aspek teknis,
wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.
26
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad
dhamanah yang diterapkan pada rekening giro. Wadi’ah
dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah
amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan
oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah,
pihak yang dititipi (Bank) bertanggung jawab atas kebutuhan
harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut.38
Ketentuan umum dari produk ini adalah:
(1) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi
hak milik atau ditanggung Bank, sedang pemilik dana tidak
dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana
sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi
tidak boleh diperjanjikan di muka.
(2) Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang
isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan
persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro,
Bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit
card.
38
Ibid., Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 107-108.
27
(3) Terhadap pembukaan rekening ini Bank dapat mengenakan
pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya
yang benar- benar terjadi.
(4) Ketentuan- ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening
giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.39
b) Prinsip mudharabah
Mengaplikasikan
mudharabah,
penyimpanan
atau
deposan bertindak sebagai shabibul maal (pemilik modal) dan
Bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan
Bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah atau ijarah
seperti yang dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut
digunakan Bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah.
Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang
disepakati.
Bila
Bank
menggunakan
untuk
melakukan
pembiayaan mudharabah, maka Bank bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi.40
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak
penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu:
(1) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi
Bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah
39
Ibid., Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 108.
Ibid., Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 108.
40
28
tidak memberikan persyaratan apapun kepada Bank ke
bisnis apa dana yang disimpanya itu hendak disalurkan,
atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun
mensyaratkan
dananya
diperuntukkan
bagi
nasabah
tertentu. Jadi Bank memiliki kebebasan penuh untuk
menyalurkan dana URIA ini kebisnis manapun yang
diperkirakan menguntungkan.41
(2) Mudharabah Muqayadah
(a) Mudharabah Muqayadah on Balance Sheet
Jenis Mudharabah ini merupakan simpanan
khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syaratsyarat tertentu yang harus dipatuhi oleh Bank.
(b) Mudharabah Muqayadah of Balance Sheet
Jenis Mudharabah ini merupakan penyaluran
dana
Mudharabah
langsung
kepada
pelaksana
usahanya, dimana Bank bertindak sebagai perantara
yang mempertemukan antara pemilik dana dengan
pelaksana usaha.42
c. Produk Jasa (service)
Selain menjalankan fungsinya
sebagai intermediaries
(penghubung) antara pihak yang kelebihan dana (surflus of fund)
dan pihak yang kekurangan dana (deficit of fund), Bank Syariah
41
Ibid., h. 109.
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 60
42
29
dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. 43
Adapun produk jasa perbankan syariah antara lain berupa:
1) Sharf (Jual beli Valute Asing)
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu Valute dengan valute
lainya. Transaksi jual beli mata uang asing dapat dilakukan baik
dengan sesama mata uang yang sejenis, misalnya rupiah dengan
rupiah maupun yang tidak sejenis, misalnya rupiah dengan dolar
atau sebaliknya.
2) Ijarah (sewa)
Jenis kegiatan antara lain menyewakan kontan simpanan
dan jasa tatalaksana administrasi dokumen. Bank dapat imbalan
sewa dari jasa-jasa tersebut.44
3. Promosi
a. Pengertian dan peran promosi
Dalam kamus besar ekonomi Promotion (promosi) dinyatakan
sebagai berikut:
“Kegiatan komunikasi dalam usaha meningkatkan volume
penjualan dengan cara mengikuti pameran, memasang
periklanan, melakukan demonstrasi, dan usaha lain yang
bersifat persuasive.”45
43
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung: Alfabeta,
2010. h. 58-59.
44
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 112.
45
Sigit & sujana, Kamus Besar Ekonomi, Bandung: CV Pustaka Gravika 2007, h. 361
30
Menurut Fajar Laksana promosi adalah suatu komunikasi dari
penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang tepat yang
bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya
tidak mengenal menjadi mengenal sehimgga menjadi pembeli dan
tetap mengingat produk tersebut.46
Promosi merupakan salah satu variable dalam bauran
pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam
memasarkan produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi
sebagai alat komunikasi antara perusaan dengan konsumen, melainkan
juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan
pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan
kebutuhanya.47
b. Bauran promosi
Aspek promosi ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk
memberikan informasi pada pasar tentang produk/jasa yang dijual,
tempat dan waktunya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini,
antara lain:
1) Periklanan (Advertising)
Aktivitas promosi memberikan pengaruh yang penting
tehadap keberhasilan penjualan perusahaan. Iklan merupakan salah
satu
alat
yang umum digunakan oleh perusahaan untuk
46
Fajar Laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008, h. 133.
47
Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat,
2006, h. 120.
31
mengarahkan komunikasi persuasife pada pembeli. Menurut Kotler
(2001:578):48
Periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal
dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor
tertentuyang memerlukan pembayaran.
Periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi
impersonal (impersonal communication) yang di gunakan oleh
perusahaan barang atau jasa. Peran periklanan dalam pemasaran
jasa adalah untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap
keberadaan jasa
yang ditawarkan, menambah pengetahuan
konsumen tentang jasa yang ditawarkan membujuk calon
konsumen untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut, dan
membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan lain yang
mendukung positioning jasa.49
Terdapat beberapa tujuan periklanan, diantaranya adalah:50
a) Iklan yang bersifat memberikan informasi
Yaitu iklan yang secara panjang lebar menerangkan
produk
jasa
dalam
tahap
rintisan
(perkenalan)
guna
menciptakan permintaan atas produk tersebut. Contoh, sebuah
Bank Syariah yang baru berdiri menjelaskan melalui iklan
advertorial apa, bagaimana sistem operasinya, dan produk jasa
yang ditawarkan oleh Bank Syariah tersebut.
b) Iklan membujuk
48
Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h. 140.
Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, h. 120.
50
Ibid.,
49
32
Iklan menjadi penting dalam situasi persaingan dimana
sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang
selektif akan merek tertentu. Contoh, perusahaan asuransi
takaful mengiklankan kelebihan-kelbihan produknya dibanding
asuransi konvensional, dimana ada unsur saling bantumembantu diantara peserta dan unsure lainya.
c) Iklan pengingat
Iklan ini akan sangat penting dalam tahap kedewasaan
suatu produk untuk manjaga konsumen agar selalu ingat akan
produk tersebut. Contoh, perusahaan penerbanagan Garuda
mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa kini Garuda
lebih baik meski diusianya yang sudah mapan.
d) Iklan pemantapan
Iklan yang berusaha meyakinkan para pembeli mereka
telah mengambil pilihan yang tepat. Contoh, bimbingan belajar
(BIMBEL) “ Nurul Fikri” mempublikasikan bahwa 80%
siswanya diterima di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
terkemuka. Hal ini makin memantapkan pilihan siswa SMA
untuk memilih BIMBEL tersebut.
Penjelasan diatas ada beberapa pilihan media yang dapat
digunakan untuk melakukan pengiklanan diantaranya lewat surat
kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk
33
poster-poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat
yang strategis.
2) Penjualan Pribadi (Personal selling)
Personal selling Merupakan kegiatan perusahaan untuk
melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan
kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau
interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya
itu. Yang termasuk dalam personal selling adalah: door to door
selling, mail order, telephone selling, dan direct selling.51
Penjualan perseorangan mempunyai peranan yang penting
dalam pemasaran jasa, karena:
a) Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan konsumen
sangat penting.
b) Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan oleh mesin.
c) Orang merupakan bagian dari produk jasa.
3) Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi
penjualan
adalah
semua
kegiatan
yang
dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari
produsen sampai pada penjualan akhirnya. Point of sales
promotion terdiri atas brosur, lembar informasi, dan lain-lain.52
51
Ibid h. 121.
Ibid
52
34
Menurut pendapat lain di jelaskan bahwa, promosi
penjualan adalah kegiatan penjualan yang bersifat jangka pendek
dan tidak dilakukan secara berulang serta tidak rutin, yang
ditujukan untuk mendorong lebih kuat mempercepat respon pasar
yang
di
targetkan
sebagai
alat
promosi
lainya
dengan
menggunakan bentuk yang berbeda. 53
Merupakan kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk
yang dipasarkanya sedemikian rupa sehingga konsumen akan
mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan
pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian
konsumen.
4) Publisitas (Pubilicity)
Meripakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan
untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada
konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk
yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana
didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal
yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi
yang mampu membentuk opini masyarakat secara tepat, sehingga
sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan" atau
"memasyarakatkan ".
53
Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h 147.
35
c. Langkah-langkah melakukan promosi dan komunikasi yang tepat.54
1) Mengidentifikasi Audiens Target
Dalam tahapan ini kita menetukan siapa audiens target kita.
Audiens target bisa merupakan merupakan individu, kelompok
masyarakat khusus atau umum. Bila perusahaan telah melakukan
segmentasi dan penargetan, maka segmen itulah yang menjadi
audiens target.
Salah satu hal penting harus diketahui oleh komunikator
ialah bagaimana citra objek menurut pandangan halayak tersebut
pada saat ini. Citra : adalah serangkaian anggapan, ide- ide dan
kesan seseorang terhadap suatu objek.
2) Menentukan Tujuan Komunikasi
Setelah mengetahui audiens target dan ciri- cirinya, maka
kemudian dapat menentukan tanggapan apa yang dikehendaki.
Perusahaan harus menentukan tujuan komunikasinya, apakah
untuk menciptakan kesadaran, pengetahuan, kesukaan, pilihan,
keyakinan, atau pembelian.
3) Merancang Pesan
Kemudian perusahaan harus menyusun pesan yang efektif.
Idealnya suatu pesan harus mampu memberikan perhatian
(Attention – A), menarik (Interest – I), membangkitkan
54
Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, h. 123-124.
36
keinginan(desire – D) dan menghasilkan tindakan (action –A),
yang semuanya dikenal sebagai metode AIDA.
Pesan yang efektif harus dapat menyelesaikan empat
masalah, yaitu : How, What, When dan Who.
4) Menyeleksi Saluran Komunikasi
Perusahaan harus menyeleksi saliran – saluran komunikasi
yang efisien untuk membawakan pesan. Saluran komunikasi itu
bisa berupa komunikasi personal ataupun nonpersonal.
5) Menetapkan Jumlah Anggaran Ekonomi
Menetapkan anggaran sangatlah penting karena untuk
menetukan menggunakan media apa, juga tergantung pada
anggaran yang tersedia. Ataukah perusahaan yang berorientasi
pada pencapaian sasaran promosi yang akan dicapai sehingga
sebesar itulah anggaran yang akan berusaha disediakan.
6) Menentukan Bauran Promosi
Langkah berikutnya setelah menetapkan anggaran promosi
adalah menentukan alat promosi apa yang akan digunakan, apakah
melalui periklanan, penjualan perorangan, promosi penjualan, atau
hubungan masyarakat dan lain- lain (atau bauran dari berbagai
perangkat tersebut).
37
7) Mengukur Hasil- hasil Promosi
Setelah melaksanakan rencana promosi, perusahaan harus
mengukur dampaknya pada audiens target, apakah mereka
mengenal atau mengingat pesan- pesan yang diberikan. Berapa kali
melihat pesan tersebut, apa saja yang masih diingat bagaimana
sikap mereka terhadap produk atau jasa tersebut, dan sebagainya.
8) Mengelola dan Mengoordinasi Proses Komunikasi
Sebab jangkauan komunikasi yang luas dari alat dan pesan
komunikasi yang tersedia untuk mencapai audiens target, maka
alat dan pesan komunikasi perlu dikoordinasikan. Karena jika
tidak, pesan- pesan itu akan menjadi lesu pada saat produk tersedia,
pesan kurang konsisten atau tidak efektif lagi. Untuk itu,
perusahaan-perusahaan
mengarah
pada
penerapan
konsep
pemasaran
yang
komunikasi pemasaran yang terkoordinasi.
Konsep ini menghendaki agar:
a) Memilih
direktur
komunikasi
bertanggungjawab penuh atas usaha- usaha komunikasi
persuasif.
b) Menyusun filosofi mengenai peran dan besarnya alat- alat
promosi yang digunakan.
38
c) Menelusuri semua pengeluaran promosi dengan produk, alat
promosi, daur hidup produk dan hasil penelitian sebagai dasar
memperbaiki penggunaan alat- alat promosi.
d) Mengkoordinasikan kegiatan promosi dan waktunya pada saat
kampanye. 55
Istilah pemasaran dalam ilmu ekonomi syariah disebut dengan
Syariah Marketing yaitu sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan
proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator
kepada stakeholder-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan
akad dan prinsip-prinsip Muamalah (bisnis) dalam islam.56 Definisi
tersebut didasarkan pada salah satu ketentuan dalam bisnis islami yang
tertuang dalam Hadits Nabi mengatakan:
َ ‫اﷲِﻤ َﺻﺎ َ ﻠﱠﻰ اﷲ ُ ﻋَ ﻠَﻴ ْ ﻪِ و َ ﺳ َ ﻠﱠﻢ‬
ُ ‫اﷲ ُﻮ ْﻋَلَﻨـْ ﻬ‬
ُ ‫َﺿِنﱠﻲ رَ َﺳ‬
َ‫أَﻧَﺲٍ و َ ﻋَ ﺎﺷ ِ ﺸَ ﺔَ ر ا‬
ْ ‫ﻗَﺎلَْﺼ ًﻓَﻤﺎ َ ﺮﱠ ِِﻢ‬
‫ﻠُﺢَ َﺮ َج َ ﺷِ ﻴ‬
‫َﺼ َﻓَﺨ‬
ْ َ‫ﻗَﺎل‬
‫ﻣ َ ﺮﱠ ﺑِﻘَﻮ ْ م ٍ ﻳـ ُ ﻠَﻘﱡﻮﻓ ْـَﻘَنَﺎلَﱂَْﻟَﻮﺗ ْـَﻔْ ﻌ َ ﻟﻠُﻮ‬
: ْ ‫ﻠَﻢ ُدُ ﻧـْﻴ َ ﺎﻛُﻢ‬
ِ‫َﻋْْ ﺮ‬
‫ ﺑِأﺄَﻣ‬:ْ َ‫ﻗَﺎل‬
‫َﻛَﺬَاـْﺘُﻢ‬
‫ْﺖ َْ ا ﻛَﺬَا و أَﻧ‬
‫ـَﻘَﺎﻟُﻮ‬
‫ﻨَﺤ ْ ﻠِ ﻜ؟ُﻢﻓْ ﻗـُ ﻠ‬
َ‫ﺎﻟِ ﺎل‬
َ‫ﻣ َﻓـَﻘ‬
ٌ ‫أَﺧ ْ ﺮ َ ﺟ َ ﻪ ُ ﻣ ُ ﺴ ْ ﻠِﻢ‬
Artinya: “ Dari Anas dan Aisyah ra sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: Kuberikan kau suatu nasehat dan sahabatpun
berkata: Tidakkah engkau melakukan kebaikan. Beliau
berkata: Keluarkanlah biji kurma itu, saya berkata maka
datanglah kedua kalinya. Tidakkah engkau anjurkan hal
tersebut dan saya berkata: Ini dan itu, beliau berkata: Kamu
lebih mengetahui urusan duniamu”
(HR. Muslim)
Dari Hadist diatas kaidah fiqih merumuskan:
55
Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h. 140.
Buchari Alma, & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung, Alfabeta,
2009, h. 258.
56
39
ِ‫ﻘُﻮدَْ مﻟِ َﻴ ْ ﻞ ُ ﻋَ اﻟْﺒﻠَﻰُ ﻄْﻼَنِ اَو‬
‫اﻟﺼﱢﺤﱠﺔِ ﻳـﺣ َ ﱴﱠ‬
ِ ‫ﺻ ْ ﻞ ُ ﰱ ِ اﻟْﻌ ُ ﻘُﻮ ْ دِ و َ اﻟْﻤ ُ ﻌ َ ﺎﻣ َ ﻼَت‬
ِ ْ ‫اﻟﺘﱠﺤ ْ ﺮِﱘ‬
Artinya: “Pokok hukum segala macam aqad dan muamalah ialah sah,
sampai ada dalil tertentu yang datang membatalkan atau
mengharamkanya.”.57
Ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan
bagi para pemasar sebagai berikut:58
a. Teistis (rabbaniyyah)
Salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki
dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya
yang
religius
(diniyyah).
Kondisi
ini
tercipta
tidak
karena
keterpaksaan, tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religius,
yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak
terperosok ke dalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain.
Dalam hal ini Al-Qur’an surah Al- Zalzalah ayat 7-8 yang
berbunya:



   



   
Artinya:
57
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Imam Musbikin, Qawaid Al-fiqhiyyah, Jakarta;PT. Raja Grafindo Persada, 2001, h.20.
Hermawan Kartajaya, & Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung:
Mizan, 2006, h. 28.
58
40
Seorang syariah marketer akan segera mematuhi hukumhukum syariah , dalam segala aktifitasnya sebagai seorang pemasar.
Mulai dari melakukan strategi pemasaran, memilah-milah pasar
(segmentasi), kemudian memilih pasar mana yang harus menjadi
fokusnya (targeting), hingga menetapkan identitas perusahaan yang
harus senantiasa tertanam dalam benak pelanggannya (positioning).
Kemudian, ketika ia harus menyusun taktik pemasaran, apa
yang menjadi keunikan dari perusahaanya dibanding perusahaan lain
(diferensiasi), begitu juga dengan marketing mix-nya, dalam
mendesain produk, menetapkan harga, penempatan, dan dalam
melakukan promosi, senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai religius.
b. Etis (akhlakiyyah)
Sifat etis ini sebenarnya merupakan turunan dari sifat teistis
diatas. Dengan demikian, syariah marketing adalah konsep pemasaran
yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli
apapun agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang
bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama.
Rasulullah SAW bersabda kepada umatnya,
“Sesungguhnya
aku
diutus
dimuka
menyempurnakan akhlak yang mulia”.
bumi
untuk
Karena itu, sudah sepatutnya ini bisa menjadi panduan bagi
syariah marketer untuk selalu memelihara moral dan etika dalam
setiap tutur kata, prilaku, dan keputusan-keputusanya.
c. Realistis (al- waqi’iyyah)
41
Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis,
anti modernitas, dan baku. Syariah marketing adalah konsep
pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan
syariah Islamiyah yang melandasinya.
Syariah marketer adalah para pemasar profesional dengan
penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, apapun model atau gaya
berpakaian yang dikenekanya. Mereka bekerja dengan profesional dan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan
kejujuran dalam segala aktivitas pemasaranya. Ia tidak kaku, tidak
eksklusif, tetapi sangat fleksibel dan luwes dalam bersikap dan
bergaul. Fleksibelitas atau kelonggaran (al-‘afw) sengaja diberikan
oleh Allah SWT agar penerapan syariah senantiasa realistis (alwaqi’iyyah) dan dapat mengikuti perkembangan zaman.
d. Humanistis (insaniyyah).
Keistimeweaan syariah marketing yang lain adalah sifatnya,
yang humanitis universal. Pengertian humanitis (insaniyah) adalah
bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat,
sifat kemanusiaannya terpelihara dan terjaga, serta sifat-sifat
kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Dengan
memiliki, nilai humanistis ia menjadi manusia yang terkontrol, dan
seimbang (tawazun), bukan manusia yang serakah yang menghalalkan
segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Bukan
42
menjadi manusia yang bisa bahagia di atas penderitaan orang lain atau
manusia yang hatinya kering dengan kepedulian social. 59
4. Peningkatan Jumlah Transaksi Nasabah
Traksaksi adalah situasi atau kejadian yang melibatkan unsur
lingkungan dan mempengaruhi posisi keuangan. Setiap transaksi harus
dibuatkan keterangan tertulis seperti faktur atau nota penjualan atau
kwitansi dan disebut dengan Bukti Transaksi. Dalam akuntansi suatu
transaksi diukur dengan satuan mata uang. Oleh sebab itu transaksitransaksi yang bernilai uang saja yang dicatat dalam akuntansi. Jadi yang
dimaksud transaksi dalam akuntansi dalam arti yang spesifik yaitu
transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan. Karena hal tersebut yang
disebut dokumen transaksi dalam akuntansi adalah dokumen transaksi
yang mempengaruhi posisi keuangan. Ini adalah satu perbedaan sistem
informasi akuntansi dengan sistem informasi manajemen, dimana
transaksi dalam sistem informasi manajemen adalah semua kejadian yang
melibatkan unsur lingkungan baik yang berpengaruh maupun tidak
berpengaruh terhadap posisi keuangan.60
Ada beberapa bentuk transaksi pada perbankkan, diantaranya:
1. Front Liner/Officer : petugas Bank yang langsung berhubungan
dengan Nasabah yang membutuhkan pelayanan perbankan, antara lain
teller dan customer service.
59
Ibid., h. 38.
60
http// pengertiantransaksi/blogspot.com.online Minggu, 01 Juli 2012
43
2. Electronic Banking : meliputi antara lain jasa ATM, jasa transaksi on
line, phone Banking dan cash management.
3. Credit : penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga atau imbalan/bagi hasil.
4. Internet Banking : layanan yang diberikan kepada Nasabahnya untuk
melakukan transaksi perbankan melalui komputer dalam jaringan
internet.61
C. Kerangka Pemikiran
Produk
Peningkatan Jumlah
Transakasi
Promosi
Gambar 1.1
Kerangka pemikiran
Keterangan:
61
X1
: Promosi (variable independen)
X2
: Produk (variable independen)
Lampiran III Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia No. 11/ 31 / DPNP tanggal 30
November 2009
44
Y
: Peningkatan Jumlah Transaksi (variable dependen)
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan perumusan masalah yang telah
dipaparkan, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh signifikan antara Promosi terhadap peningkatan jumlah
transaksi pada Bank Syariah Mandiri.
2. Ada pengaruh signifikan antara Produk terhadap peningkatan jumlah
transaksi pada Bank Syariah Mandiri.
Download