artikel bukti empirik keberhasilan model pembelajaran berbasis

advertisement
ARTIKEL
BUKTI EMPIRIK KEBERHASILAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
LEARNING) DALAM PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SMP
Oleh
Adi Wijaya, S.Pd, MA
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA
2014
Adi Wijaya – P4TK Matematika
BUKTI EMPIRIK KEBERHASILAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
LEARNING) DALAM PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SMP
Abstrak
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu model
pembelajaran yang disarankan untuk digunakan di kelas dalam implementasi kurikulum
2013. Model ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengawalinya dengan
menyajikan suatu masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar lebih
lanjut. Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, harapannya dapat
menjembatani siswa dalam memiliki kompetensi dasar pada kompetensi inti kedua dalam
kurikulum 2013. Model ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan model
pembelajaran secara konvensional. Beberapa contoh penelitian berkaitan dengan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah menambah bukti empiris akan kelebihan
dari penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam proses dan hasil belajar
Matematika siswa SMP.
Kata Kunci: pembelajaran berbasis masalah, kurikulum 2013, bukti empiris
A. PENDAHULUAN
Pendekatan ilmiah (pendekatan scientific) merupakan pendekatan dalam proses
pembelajaran yang diamanatkan dalam kurilulum 2013. Sedangkan salah satu model
pembelajaran yang disarankan untuk digunakan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini
adalah pembelajaran berbasis masalah (PBL). Model pembelajaran ini harapannya dapat
digunakan untuk menghantarkan peserta didik dalam memiliki kompetensi dasar pada
kompetensi inti kedua yaitu: (1) menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan
teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan
masalah; (2) memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta
memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui
pengalaman belajar; dan (3) memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat
dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran
yang mulai banyak dipraktikkan para guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
Adi Wijaya – P4TK Matematika
kelas. Hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya beberapa kelebihan penggunaan model
pembelajaran tersebut. Untuk memberikan tambahan data empiris terhadap kelebihan
penggunaan model pembelajaran berbasis masalah, dalam artikel ini diberikan beberapa
hasil penelitian terkait dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah terhadap
proses dan hasil pembelajaran Matematika SMP. Mudah-mudahan artikel ini dapat
menjadi bahan tambahan informasi bagi para guru yang akan, sedang, atau sudah
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran di kelas.
B. PEMBAHASAN
Pembelajaran berbasis masalah pada intinya merupakan suatu model pembelajaran
yang digunakan guru dalam membelajarkan suatu materi pokok (materi pelajaran) terkait
dengan kompetensi dasar yang dipilihnya dengan melalui pemberian masalah kepada
peserta didik untuk diselesaikannya. Pemberian masalah yang harus diselesaikan ini
hanyalah sebagai alat atau media agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dengan
kata lain, proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam rangka untuk memecahkan/
menyelesaikan masalah yang ada.
Secara ringkas, dalam buku Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
Tahun Ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs diuraikan tahapan-tahapan
dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Adapun tahapan-tahapan
tersebut adalah seperti dalam tabel berikut (BPSDM P dan K dan PMP, 2014).
Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa kepada
masalah
 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yg dibutuhkan
 Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih
Fase 2
Mengorganisasikan siswa
Membantu siswa mendefinisikan danmengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membimbing
penyelidikan individu
dan kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi
tugas dengan teman
Adi Wijaya – P4TK Matematika
FASE-FASE
Fase 5
Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
PERILAKU GURU
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja
Saat ini sudah banyak penelitian terkait penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah dalam pembelajaran di kelas. Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian
terkait dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran
Matematika di sekolah.
1.
Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Learning dan
Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw di SMP (Stanis, Lausamsikan, 2010).
Penelitian ini merupakan penelitian tesis yang bertujuan untuk mendeskripsikan
dan membandingkan keefektifan pembelajaran matematika dengan model problem based
learning dan model cooperative learning tipe jigsaw ditinjau dari aspek keterampilan
berpikir tingkat tinggi, sikap siswa, self concept dan motivasi belajar siswa. Populasi
penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Kefamenanu yang terdiri
dari 6 kelas. Dari populasi yang ada diambil dua kelas secara random hasilnya kelas VII B
dan VII C sebagai sampel penelitian.Kelas VII B diajarkan dengan model Problem Based
Learning dan kelas VII C dengan model Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen keterampilan berpikir tingkat
tinggi, angket sikap siswa terhadap matematika dan belajar matematika, self concept, dan
motivasi belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran matematika dengan
model Problem Based Learning dan Cooperative Learning tipe Jigsaw efektif ditinjau dari
aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi, sikap siswa, self concept siswa dan motivasi
belajar siswa; 2) terdapat perbedaan keefektifan pembelajaran matematika dengan model
Problem Based Learning dan model Cooperative Learning tipe Jigsaw ditinjau dari aspek
keterampilan berpikir tingkat tinggi, sikap siswa terhadap matematika dan belajar
matematika, self concept siswa, dan motivasi belajar siswa; 3) model pembelajaran
Problem Based Learning lebih efektif dari model Cooperative Learning tipe Jigsaw
ditinjau dari aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi; 4) model pembelajaran Problem
Adi Wijaya – P4TK Matematika
Based Learning lebih efektif dari model Cooperative Learning tipe Jigsaw ditinjau dari
aspek sikap siswa terhadap matematika dan belajar matematika; 5) model pembelajaran
Problem Based Learning lebih efektif dari model Cooperative Learning Tipe Jigsaw
ditinjau dari aspek self concept siswa; 6) Model pembelajaran Problem Based Learning
lebih efektif dari model Cooperative Learning tipe Jigsaw ditinjau dari aspek motivasi
belajar siswa. Implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran matematika yaitu disarankan
agar menerapkan model Problem Based Learning dan model Cooperative Learning tipe
Jigsaw tetapi lebih disarankan agar menerapkan model Problem Based Learning untuk
mencapai keterampilan berpikir tingkat tinggi, sikap siswa, self concept dan motivasi
belajar siswa.
2.
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Berpikir
Matematika Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (Tatang Herman,
2007).
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perbedaan kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi menurut penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan tipe masalah terbuka, pembelajaran berbasis masalah
dengan tipe masalah terstruktur, dan pembelajaran konvensional, serta kaitan antara model
pembelajaran tersebut dengan kemampuan matematika siswa, kualifikasi sekolah, dan
perbedaan gender. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain
kelompok kontrol pretes-postes. Unit-unit eksperimen ditentukan dengan memilih sekolah
berdasarkan tiga kualifikasi, sebagai plot utama penelitian. Pembelajaran sebagai
perlakuan yang dilakukan dibedakan ke dalam tiga kategori, begitu juga dengan
kemampuan umum matematika (kecerdasan matematika) siswa juga dikelompokkan ke
dalam tiga kategori.
Pada penelitian ini, setiap kelompok pada awal kegiatan diberi pretes, diberi
perlakuan dan pada akhir kegiatan diukur dengan postes yang ekuivalen dengan pretes.
Sedangkan perlakuan yang diberikan yaitu berupa pembelajaran berbasis masalah dengan
tipe masalahterbuka dan pembelajaran berbasis masalah dengan tipe masalah terstruktur.
Kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang menerima kegiatan pembelajaran
matematika konvensional (biasa). Untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, dalam penelitian ini dipilih tiga faktor yaitu
Adi Wijaya – P4TK Matematika
kualifikasi sekolah, kemampuan matematika (kecerdasan matematis) siswa, dan perbedaan
gender. Kualifikasi sekolah dibedakan kedalam tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang.
Kemampuan matematika siswa dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan
rendah, sedangkan faktor gender dibedakan kedalam laki-laki dan perempuan. Untuk
menganalisis data penelitian digunakan analisis variansi (Anova) dua-jalur dan satu-jalur.
Beberapa kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) dengan tipe masalah terbuka dan PBM dengan tipe masalah
terstruktur secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir
matematis tingkat tinggi siswa dibanding pembelajaran konvensional (biasa). Namun,
antara PBM terbuka dan PBM terstruktur tidak ditemukan adanya perbedaan yang berarti
dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa; (2) Peningkatan
kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dari sekolah kualifikasi baik dan
cukup, lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa dari sekolah kualifikasi
kurang; (3) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, PBM
dengan tipe masalah terbuka dan PBM dengan tipe masalah terstruktur lebih tepat
diberikan untuk siswa dari sekolah baik dan cukup, sedangkan pembelajaran
konvensional.lebih tepat diberikan untuk sekolah kualifikasi kurang; (4) Pada PBM dengan
tipe masalah terbuka dan pembelajaran biasa, kemampuan matematika tidak berperan
terhadap kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. Namun, pada PBM dengan
tipe masalah terstruktur, siswa berkemampuan matematika lebih tinggi memperoleh peningkatan kemampuan berpikir lebih baik daripada siswa berkemampuan matematika lebih
rendah; (5) Peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa laki-laki lebih
sesuai dengan PBM dengan tipe masalah terbuka daripada PBM dengan tipe masalah
terstruktur. Sedangkan untuk siswa perempuan, PBM dengan tipe masalah terstruktur lebih
sesuai daripada PBM dengan tipe masalah terbuka, meskipun keduanya tidak memberikan
perbedaan peningkatan kemampuan berpikir yang berarti.
3.
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Palembang (Femi Septiana, 2012)
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi-eksperimen) yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap
hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 9 Palembang. Dalam penelitian ini, yang
Adi Wijaya – P4TK Matematika
menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 9 Palembang, sedangkan
sampelnya adalah kelas VII.7 sebanyak 26 orang sebagi kelas eksperimen dan kelas VII.8
sebanyak 26 orang sebagai kelas kontrol. Untuk pengumpulan data, penelitian ini
menggunakan tes hasil belajar matematika siswa (posttest). Dimana rata-rata nilai nilai
posttest untuk kelas eksperimen adalah 82,62. Sedangkan rata-rata nilai posttest untuk
kelas kontrol adalah 70,04. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf
signifikan 5%. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 2.260 dengan derajat kebebasan
50. Dengan demikian ada pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil
belajar matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 9 Palembang.
4.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa di Kelas VII SMP Negeri 10 Palembang (Eni Franita, 2012)
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis siswa di kelas VII SMP Negeri 10 Palembang. Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Palembang, sedangkan
yang menjadi sampelnya adalah kelas VII.5 sebanyak 39 orang sebagai kelas eksperimen
dan kelas VII.6 sebanyak 40 0rang sebagai kelas kontrol. Untuk instrument penelitian ini
menggunakan tes, sedangkan untuk uji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan
0,05:2=0,025 (uji dua pihak). Rata-rata hasil tes akhir siswa pada kelas eksperimen 76,51
dan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis per indikator kelas eksperimen yaitu
81,72%. Dengan demikian ada pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas VII SMP Negeri 10 Palembang. Oleh
karena itu disarankan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah dalam proses pembelajaran Matematika pada khususnya dan pembelajaran lain
pada umumnya.
5.
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis (Ani Minarni, 2012)
Tulisan ini merupakan hasil penelitian untuk menyelidiki pengaruh pembelajaran
berbasis masalah (Problem-Based Learning, disingkat PBL) terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis (KPS) Siswa SMP. Penelitian ini bersifat quasi eksperimen
kelompok statis dan hanya postest. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII
Adi Wijaya – P4TK Matematika
SMP Negeri yang ada di Kota Bandung. Dari sekolah level atas dan sekolah level tengah
masing-masing diambil satu sekolah. Dari masing-masing level sekolah yang terpilih
diambil satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol. Instrumen
yang digunakan adalah tes KPS. Data hasil penelitian dianalisis melalui Anova satu jalur
dan Anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan: (1) PBL memberi pengaruh signifikan
terhadap KPS siswa ditinjau secara keseluruhan, pada masing-masing kategori KAM
(tinggi, sedang, rendah), maupun pada masing-masing level sekolah (atas, tengah); (2)
Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dan KAM , (3) Tidak terdapat interaksi
antara faktor pembelajaran dan level sekolah.
6.
Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika di SMP N 14
Semarang Kelas VII Materi Pokok Segiempat Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi
Jurusan Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UNNES.
(Pamikatsih, Dian Ayu. 2010)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada perbedaan kemampuan
berpikir kreatif matematis antara peserta didik yang diberi model Pembelajaran Berbasis
Masalah dan konvensional serta pengaruh antara keaktifan peserta didik yang diberi model
Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap perolehan hasil belajar. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VII SMP N 14 Semarang. Sampel dalam penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan teknik random sampling. Terpilih kelas VII A sebagai kelas dengan
model Pembelajaran Berbasis Masalah, kelas VII B sebagai kelas dengan pembelajaran
konvensional dan kelas VII E sebagai kelas uji coba. Hasil yang diperoleh dari uji
ketuntasan belajar dapat dinyatakan bahwa peserta didik kelas eksperimen telah mencapai
ketuntasan belajar. Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t
diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik kelas
eksperimen lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik kelas
kontrol. Hasil analisis hipotesis ketiga diperoleh persamaan regresi linier sederhana untuk
kelas eksperimen
Y = -9,503 + 4,823 x. Koefisien determinasi sebesar 91,6 % dan
uji regresi linier signifikan. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara hasil
belajar dengan keaktifan peserta didik.
Adi Wijaya – P4TK Matematika
Keenam contoh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah yang telah diuraikan di
atas menunjukkan bukti empiris bahwa ada hal positif yang dapat diambil dari penerapan
model pembelajaran berbasis masalah pada matapelajaran Matematika. Beberapa hal
positif (kelebihan) dari penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berdasarkan
beberapa penelitian di atas adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning efektif ditinjau
dari aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi, sikap siswa, self concept siswa dan
motivasi belajar siswa.
b.
Pembelajaran Berbasis Masalah baik dengan tipe masalah terbuka maupun dengan
tipe masalah terstruktur secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dibanding pembelajaran
konvensional (biasa).
c. Ada pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar
matematika siswa.
d. Ada pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis siswa.
e. Pembelajaran berbasis masalah memberi pengaruh signifikan terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
f. Kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik kelas yang menggunakan
pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif
matematis peserta didik kelas konvensional.
Bukti-bukti empiris tersebut di atas harapanya akan semakin menambah referensi
kelebihan dari penggunaan model pembelajaran berbasis masalah.
C. KESIMPULAN
Model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL)
merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan dalam implementasi
kurikulum 2013. Pembelajaran berbasis masalah pada intinya merupakan suatu model
pembelajaran yang digunakan guru dalam membelajarkan suatu materi pokok (materi
pelajaran) terkait dengan kompetensi dasar yang dipilihnya dengan melalui pemberian
masalah kepada peserta didik untuk diselesaikannya. Pemberian masalah yang harus
Adi Wijaya – P4TK Matematika
diselesaikan ini hanyalah sebagai alat atau media agar peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Dengan kata lain, proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam rangka
untuk memecahkan/menyelesaikan masalah yang ada. Beberapa penelitian yang telah
dikemukakan memberikan bukti empiris dari kelebihan/keuntungan penggunaan model
pembelajaran berbasis masalah di kelas.
REFERENSI
Ani Minarni. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis. Prosiding hasil Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta,10 November 2012 Diambil
dari http://eprints.uny.ac.id/7496/1/P-2010.pdf pada tanggal 23 April 2014.
Kemdikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran
2014/2015 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs. Jakarta: BPSDMP dan PMP
Kemdikbud.
Eni Franita. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa di Kelas VII SMP Negeri 10 Palembang. Skripsi:
FKIP
Universitas
Sriwijaya
Palembang.
Diambil
dari
http://www.akademik.unsri.ac.id/paper4/download/paper/TA_56081008025.pdf
pada tanggal 22 April 2014.
Femi Septiana. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Palembang. Skripsi: FKIP
Universitas
Sriwijaya
Palembang.
Diambil
dari
http://www.akademik.unsri.ac.id/paper4/download/paper/TA_56081008030.pdf
pada tanggal 22 April 2014.
Pamikatsih, Dian Ayu. (2010). Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Peserta Didik dalam
Pembelajaran Matematika di SMP N 14 Semarang Kelas VII Materi Pokok
Segiempat Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Jurusan Matematika. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UNNES. Diambil dari
http://lib.unnes.ac.id/8633/ pada tanggal 21 April 2014
Stanis, Lausamsikan. (2010). Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model
Problem Based Learning dan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw di SMP.
Thesis Universitas Negeri Yogyakarta. Diambil dari http://eprints.uny.ac.id/4700/
Tatang Herman. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Educationist,
No.1
Vol.1.
Diambil
dari
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._I_No._1Januari_2007/6._Tatang_Herman.pdf
Adi Wijaya – P4TK Matematika
BIO DATA PENULIS:
Nama
: Adi Wijaya, S.Pd, MA
NIP
: 196809211994031002
Jabatan
: Widyaiswara Madya
Kantor
: PPPPTK Matematika Yogyakarta
Email
: [email protected]
Adi Wijaya – P4TK Matematika
Download