Residual Effect of Organic Matter and Phosphorus Fertilizer on

advertisement
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 37-46
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
PENGARUH RESIDU BAHAN ORGANIK DAN FOSFOR SETELAH PENANAMAN MELON DAN
KACANG PANJANG TERHADAP PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.)
Residual Effect of Organic Matter and Phosphorus Fertilizer on Production of
Cucumber (Cucumis sativus L.) After Planting of Melon and Long Bean
1)
Oleh:
Muhtiar1), Andi Bahrun2*), dan La Ode Safuan2)
Alumni S2 Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu
2)
Dosen Program Pascasarjana Universitas Haluoleo, Kendari.
*)
Alamat surat-menyurat: [email protected]
ABSTRACT. The aims of the research were to study the residual effects of organic matter and phosphorus fertilizer
on the production of cucumber after planting of melon and long bean. This research was conducted at the
Rahandouna Subdistrict, Kendari District, Southeast Sulawesi Province from Nopember to December 2010. The
research was arranged based on Split Plot Design, with two factors, namely organic matter residue as the first
factor or as the main plot consisted of four levels: without organic matter (B0), 5 t ha-1 (B1), 10 t ha-1 (B2), and 15 t
ha-1 (B3), and phosphorus fertilizer residue as the second factor or sub plot, consisted of five levels: without
phosphorus fertilizer (P0), 50 kg ha-1 (P1), 100 kg ha-1 (P2), 150 kg ha-1 (P3), and 200 kg ha-1 (P4). The results of the
research showed that: (1) the interaction of organic matter and phosphorus residual had not effected on the all
variable observed, (2) residue of organic matter in partially had an effects on fruit length, fruit circumference and
fruit fresh weight, (3) the phosphorus fertilizer residue in partially had an effected the fruit long, fruit
circumference and fruit fresh weight, and (4) the optimum dosage of residual of organic matter was abtained at
13,22 t ha-1 with fresh fruit production was 344,28 g fruit-1 or 7,23 t ha-1, (5) the optimum dosage of residual of
phosphorus fertilizer was abtained at 154,17 kg P2O5 ha-1 with fresh fruit production was 330,70 g fruit-1 or 6,95 t
ha-1.
Key words: Cucumber, residue, organic matter, phosphorus fertilize, production
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap produksi
tanaman mentimun. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Propinsi Sulawesi
Tenggara dan Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo
Kendari. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Nopember sampai Desember 2010. Penelitian ini
disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah yang terdiri atas dua faktor. Residu bahan organik sebagai petak
utama terdiri atas 4 taraf, yaitu tanpa bahan organik (B0), 5 t ha-1 (B1), 10 t ha-1 (B2), dan 15 t ha-1 (B3) dan Residu
pupuk fosfor sebagai anak petak, terdiri atas 5 taraf perlakuan, yaitu tanpa pupuk P2O5 (PO), 50 kg P2O5 ha-1 (P1),
100 kg P2O5 ha-1 (P2), 150 kg P2O5 ha-1 (P3), 200 kg P2O5 ha-1 (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Interaksi residu bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yang
diamati, (2) Residu pemberian bahan organik secara mandiri berpengaruh terhadap panjang buah, lingkar buah,
dan berat buah segar tanaman mentimun, (3) Residu pemberian fosfor secara mandiri berpengaruh terhadap
panjang buah, lingkar buah, dan berat buah segar tanaman mentimun (4) Residu bahan organik yang optimal
untuk menghasilkan buah mentimun segar yang berat adalah dosis 13,22 t ha-1 pada dosis tersebut akan
dihasilkan buah mentimun segar seberat 344,28 g buah-1 atau 7,23 t ha-1 dan Residu pupuk fosfor yang optimal
untuk untuk menghasilkan berat buah mentimun segar yang optimal adalah dosis 154,17 kg P2O5 ha-1 pada dosis
tersebut akan menghasilkan buah mentimun segar seberat 330,7 g buah-1 atau 6,95 t ha-1.
Kata Kunci: bahan organik, mentimun, produksi, pupuk fosfor, residu.
PENDAHULUAN
Mentimun merupakan salah satu sayuran
buah yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia
dalam bentuk segar, yaitu untuk lalap, asinan, acar,
dan bahan baku industri kosmetik dan obat-obatan.
Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran
buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin.
Kandung-an 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori,
0,8 g protein, 0,19 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg
fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 g tianin, 0,05 g riboflavin,
14 mg asam (Sumpena, 2001).
37
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
Berdasarkan data dari Badan Statistik Sultra
(BPS, 2008) produksi tanaman mentimun di Sulawesi
-1
Tenggara hanya mencapai 1,455 t ha . Produksi
-1
mentimun di Indonesia mencapai 3,5–4,8 t ha ,
-1
padahal potensinya bisa mencapai 20 t ha terutama
jika menanam mentimun hibrida. Ini menunjukkan
bahwa produksi mentimun di Sultra maupun produksi
mentimun Nasional masih rendah. Hal ini mungkin
disebabkan karena penanaman mentimun dalam teknik budidaya belum diterapkan secara maksimal. Di
samping itu pada umumnya tanaman mentimun
ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006).
Rendahnya produksi tanaman mentimun di
Sulawesi Tenggara disebabkan oleh beberapa faktor
pembatas yakni tingkat kesuburan tanah yang rendah
dan disertai tingkat kemasaman tinggi, karena tanahtanah pertanian di Sulawesi Tenggara umumnya didominasi oleh tanah Ultisol. Tanah Ultisol ini merupakan tanah yang mempunyai kadar P tersedia dan
bahan organik dalam tanah yang rendah sehingga
tanah tersebut kurang baik dalam penyediaan unsur
hara bagi tanaman. Keadaan ini merupakan kendala
yang umum di Sulawesi Tenggara khususnya dalam
pengembangan tanaman mentimun, karena tanaman
mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur,
banyak mengandung humus, tidak menggenang, dan
pHnya berkisar antara 6–7 (Rukmana, 1994).
Penambahan bahan organik seperti pupuk
kandang ke dalam tanah merupakan alternatif yang
lebih menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari segi lingkungan karena tidak
menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang
mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhannya (Karama et al.,
1996). Di samping mengandung unsur makro seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor
dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari
kotoran padat.
Menurut Budimantoro (2002), bahwa pemakaian pupuk anorganik cenderung berlebihan dan
terus menerus bisa menyebabkan dampak yang merugikan, seperti tanah akan kekurangan unsur mikro,
karena dalam pupuk anorganik tidak mengandung
unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.
Hasil penelitian Sutriadi et al. (2005) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang sebesar 2 t
-1
ha meningkatkan produksi jagung sebesar 6% pada
musim pertama sedangkan pada musim ke dua
sebesar 40% pada perlakuan tanpa dan dengan bahan
organik. Peningkatan produksi antar musim mencapai enam setengah kali. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh pemberian bahan organik umumnya terlihat terutama pada musim ke dua (residu).
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Hasil penelitian Rosmiyani (2010) pada
pertanaman pertama menunjukkan bahwa pemberian bahan organik secara mandiri dengan
-1
dosis 10–15 t ha dan pupuk fosfor 50–150 kg
-1
ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Hasil penelitian Arniana
(2010) pada pertanaman ke dua mengenai efek
residu dari pertanaman pertama menunjukkan
bahwa interaksi antara residu P dan bahan organik dapat meningkatkan produksi pada tanaman
kacang panjang pada perlakuan dosis bahan
-1
organik 15 t ha dan pada perlakuan dosis fosfor
-1
100 kg ha . Hal ini menunjukkan, bahwa residu
bahan organik dan fosfor masih efektif dalam
mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.
Menurut Tanjung dan Dalimunthe (2006)
dari aplikasi pupuk P secara empiris diketahui
kurang dari 10% yang diserap tanaman sedangkan sisanya (90%) terfiksasi oleh mineral liat,
oksida-oksida besi (hematit, gutit) dan oksidaoksida Al (gibsit, buhmit) sehingga terjadi pelonggokan P. Penambahan bahan organik (pupuk
kandang) dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur fosfor dan unsur lainnya. Selama proses
dekomposisi bahan organik (pupuk kandang) akan
menghasilkan asam-asam sitrat, oksalat, humik,
fulfit, dan lain-lain, yang dapat meningkatkan
kelarutan fosfat (P) di dalam tanah, sehingga akan
meningkatkan efisiensi serapan P oleh tanaman.
Di samping itu bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah menjadi
gembur.
Tanaman mentimun membutuhkan pu-1
puk kandang sebanyak 15-20 t ha , N 55 kg, P2O5
27 kg, dan K2O 27 kg untuk setiap hektarnya
(Wijaya, 2008), sehingga diduga residu bahan
organik dan fosfor pada pertanaman sebelumnya
masih dapat memenuhi kebutuhan tanaman
mentimun, karena itu dilakukan penelitian di
lokasi yang sama untuk mengetahui pengaruh
residu lanjutan dari bahan organik dan fosfor
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
mentimun.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh residu bahan organik dan fosfor
pada penanaman melon disusul oleh tanaman
kacang panjang terhadap produksi tanaman
mentimun.
BAHAN DAN METODE
Lokasi penelitian berada pada ketinggian
tempat 53 m dpl, dengan letak geografis pada
o
o
koordinat 04 01’56”LS dan 122 33’23”BT, di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. Analisis
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
38
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
tanah dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan
November 2010 sampai Desember 2010.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah benih mentimun varietas Mercy F1 (mentimun
hibrida), mulsa plastik hitam perak, ajir dari bambu,
label, tali rafia, dan bahan kimia untuk analisa tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
parang, pisau, gembor, jangka sorong, timbangan
analitik, timbangan kasar, dan seperangkat alat laboratorium untuk analisa tanah.
Residu bahan organik dan fosfor setelah pertanaman melon dan kacang panjang dipelajari melalui
penelitian yang disusun berdasarkan rancangan petak
terpisah yang terdiri atas 2 faktor (mengikuti penelitian sebelumnya). Pada penelitian Rosmiyani, (2010)
sebagai pertanaman pertama, perlakuan pemberian
pupuk kandang (faktor pertama) sebagai petak utama
terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu tanpa bahan orga-1
nik (B0) sebagai kontrol, 5 t ha setara dengan 1800 g
-1
-1
-1
petak (B1), 10 t ha setara dengan 3600 g petak
-1
-1
(B2), dan 15 t ha setara dengan 5400 g petak (B3).
Sementara itu perlakuan pemberian pupuk fosfor
(faktor ke dua) sebagai anak petak, terdiri atas 5 taraf
perlakuan yaitu, tanpa pupuk fosfor sebagai kontrol
-1
-1
-1
(P0), 50 kg ha atau 18 g petak (P1), 100 kg ha
-1
-1
-1
atau 36 g petak (P2), 150 kg ha atau 54 g petak
-1
-1
(P3), 200 kg ha atau 72 g petak . Setiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 60 petak
percobaan.
Pada penelitian pertama diberikan kapur
-1
dolomit sebanyak 1 t ha , pupuk N sebesar 130 kg
-1
-1
ha dan pupuk K sebesar 150 kg ha sebagai pupuk
dasar. Pada penelitian ke tiga dilakukan penanaman
mentimun tanpa penambahan pupuk. Lahan bekas
penelitian tahap kedua (kacang panjang) dibersihkan
dari gulma dan sisa tanaman kacang panjang, serta
perbaikan bedengan dan saluran drainase antar
bedengan.
Pembuatan lubang tanam dengan jarak antar
lubang 50 x 60 cm, kegiatan ini dilakukan satu minggu
sebelum tanam. Pada setiap lubang tanam dipasang
ajir yang tingginya sekitar 2 m, bagian ajir yang masuk
ke dalam tanah sekurang-kurangnya 20 cm. Penanaman dilakukan langsung di kebun tanpa disemai. Biji
ditanam dalam lubang yang dibuat dengan tugal dan
dipelihara sampai panen, tiap lubang tanam diisi
dengan 2 biji benih, kemudian lubang tersebut ditutup dengan tanah. Setelah 1 minggu penanaman
maka dilakukan pemotongan tanaman dan disisakan 1
tanaman untuk tiap lubang tanam.
Pemasangan ajir digunakan untuk merambatkan tanaman dengan menggunakan belahan
bambu setelah tanaman berumur 2 minggu atau
mencapai tinggi kira-kira 25 cm dengan cara di-
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
tancapkan pada jarak 10 cm dari batang tanaman.
Tumbuhan pengganggu dicabut dan dibuang, penyiangan dilakukan sewaktu-waktu jika pertumbuhan gulma mulai terlihat.
Penyulaman dilakukan untuk mengganti
benih yang tidak tumbuh atau mati, dan mengganti tanaman yang tumbuhnya kurang baik.
Penyulaman dilakukan satu minggu setelah penanaman. Pemangkasan dilakukan pada bagian
cabang yang kurang produktif, yaitu cabang yang
tumbuh pada batang utama dekat permukaan
akar. Pemangkasan di lakukan pada cabang yang
sudah mencapai panjang 20 cm dan disisakan 5
cm dari batang utama dengan tujuan untuk merangsang munculnya cabang baru yang produktif
agar terbentuk bunga dan buah secara maksimal.
Sebelum melakukan penanaman maka
pada masing-masing lubang tanam diberikan
Furadan 3 G. Panen tanaman mentimun dipanen
pada umur 35 hari setelah tanam, panen dilakukan sebanyak lima kali dengan interval panen tiap
tiga hari sekali sesuai dengan ukuran dan umur
buah yang dikehendaki.
Adapun variabel yang diamati dalam penelitian adalah: Umur tanaman (hari) pada saat
tanaman berbunga dan pada saat panen; Panjang
buah (cm) diukur dengan mengukur panjang buah
pada bagian ujung sampai pangkal buah; Lingkar
buah (cm), diukur dengan mengukur lingkar buah
persis pada bagian tengah buah; Bobot buah (kg),
diukur dengan cara melakukan penimbangan terhadap buah segar yang baru dipanen.
Analisis tanah yang digunakan adalah
analisis tanah awal penelitian pada tanaman
mentimun yang diambil secara komposit yang
dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Haluoleo Kendari mengenai
sifat kimia tanah meliputi: pH H2O, pH KCl, N, P,
K, dan C-Organik.
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam (anova). Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 0,05.
Untuk mengetahui dosis residu bahan organik
dan residu fosfor yang optimal untuk tanaman
mentimun dilakukan analisis regresi.
HASIL
Hasil pengamatan umur tanaman pada
saat berbunga dan pada saat panen menunjukkan
bahwa rata-rata umur berbunga tanaman mentimun adalah saat tanaman berumur 25 hari sesudah tanam dan umur tanaman pada saat panen
adalah pada saat tanaman mentimun berumur 35
hari sesudah tanam.
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
39
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
Hasil pengamatan dan analisis ragam pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap panjang
buah tanaman mentimun menunjukkan bahwa residu
bahan organik dan fosfor secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap panjang buah mentimun, sedangkan pengaruh interaksi antara bahan
organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata.
Hasil pengamatan dan analisis ragam pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap lingkar
buah tanaman mentimun menunjukkan bahwa residu
bahan organik secara mandiri memberikan pengaruh
nyata terhadap lingkar buah mentimun dan fosfor
secara mendiri memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap lingkar buah mentimun, sedangkan penga-
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
ruh residu antara bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata.
Hasil pengamatan dan analisis ragam
pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap berat buah tanaman mentimun menunjukkan bahwa residu bahan organik dan fosfor
secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah mentimun, sedangkan pengaruh interaksi residu bahan organik dan fosfor
memberikan pengaruh tidak nyata. Hasil uji
DMRT taraf 0,05 pengaruh residu bahan organik
terhadap panjang buah, lingkar buah dan berat
buah tanaman mentimun disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh residu bahan organik terhadap panjang buah (cm), lingkar buah (cm), dan berat
tanaman mentimun
Bahan
Berat buah
Panjang buah
DMRT
Lingkar buah
DMRT 0,05
organik
segar
(cm)
0,05
(cm)
-1
(t ha)
(g pohon )
B0 = 0
16,77b
14,65b
163,17b
B1 = 5
20,86b
2=12,94
18,23b
2 = 10,37
214,44ab
B2 = 10
34,98a
3=13,39
29,53a
3 = 10,73
385,33a
B3 = 15
27,22ab
4=13,61
23,79ab
4 = 10,91
322,83ab
buah segar (g)
DMRT
0,05
2 = 182,62
3 = 188,95
4 = 192,12
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama (ab) berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada α
= 0,05.
Hasil uji DMRT pada taraf 0,05 pengaruh
residu bahan organik terhadap panjang buah, lingkar
buah, dan berat buah pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa tanaman mentimun dengan residu tanpa
bahan organik (B0) menghasilkan buah segar yang
lebih pendek, kecil dan lebih ringan yang berbeda
nyata dengan buah segar yang dihasilkan oleh tanaman mentimun pada residu bahan organik dengan dosis
-1
10 t ha (B2), tetapi berbeda tidak nyata dengan
tanaman mentimun dengan residu bahan organik
-1
-1
dengan dosis 5 t ha (B1) dan dosis 15 t ha (B3),
sedangkan tanaman mentimun yang lebih panjang,
dan lebih berat diperoleh pada residu bahan organik
-1
dengan dosis 10 t ha (B2) yang berbeda nyata
dengan residu tanpa bahan organik (B0), tetapi
berbeda tidak nyata dengan residu bahan organik 15 t
-1
ha (B3) pada peubah panjang buah dan lingkar buah,
sedangkan pada peubah berat segar buah berbeda
tidak nyata dengan B1 dan B3.
Berdasarkan hasil uji DMRT pada taraf 0,05
pada Tabel 1, menunjukkan bahwa residu bahan
organik dapat meningkatkan produksi tanaman mentimun. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa
ketersediaan hara N tanah masih dalam status sedang
demikian pula dengan kadar C-Organik tanah masih
dalam status tinggi pula dimana kita ketahui bahwa
ke dua unsur ini merupakan bahan penyusun protoplasma yang banyak terdapat dalam jaringan meris-
tem yang mendukung pembelahan sel sehingga
dapat meningkatkan klorofil yang selanjutnya
dapat meningkatkan fotosintat tanaman serta
berpe-ngaruh pada kualitas buah yang dihasilkan.
Hasil uji DMRT pada taraf 0,05 pengaruh
residu fosfor terhadap panjang buah dan lingkar
buah disajikan pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
tanaman mentimun dengan residu fosfor (P0)
menghasil-kan buah segar yang lebih pendek dan
kecil yang berbeda nyata dengan buah segar yang
dihasilkan oleh tanaman mentimun dengan
-1
-1
residu fosfor 50 kg ha (P1), 100 kg ha (P2), 150
-1
-1
kg ha (P3), dan 200 kg ha (P4), sedangkan buah
segar mentimun yang lebih panjang dan besar
diperoleh pada residu fosfor dengan dosis 50 kg
-1
ha (P1) yang berbeda nyata dengan P0 tetapi
antar perlakuan P2, P3, dan P4 tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata.
Hasil uji DMRT pada taraf 0,05 pengaruh
residu pupuk fosfor terhadap berat segar buah
mentimun pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
tanaman mentimun dengan residu fosfor (P0)
menghasilkan buah segar mentimun yang lebih
ringan memberikan pengaruh nyata dengan perlakuan tanaman mentimun dengan residu fosfor
-1
150 kg ha (P3), tetapi berbeda tidak nyata
dengan perlakuan P1, P2 dan P4. Sementara itu
tanaman mentimun yang menghasikan buah
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
40
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
segar paling berat diperoleh pada residu dengan dosis
-1
150 kg ha (P3) yang berbeda nyata dengan P0, tetapi
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
antar perlakuan P1, P2, dan P4 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
-1
Tabel 2. Pengaruh residu fosfor terhadap panjang buah (cm), lingkar buah (cm), dan berat buah segar (g pohon )
tanaman mentimun
Pupuk fosfor (kg
-1
P2O5 ha )
Panjang buah
(cm)
DMRT
0,05
Lingkar buah
(cm)
DMRT
0,05
14,75b
Berat buah segar
-1
(g pohon )
DMRT 0,05
P0 = 0
16,61b
P1 = 50
27,98a
2 = 8,30
24,43a
2 = 6,75
175,90b
295,56a
2 = 105,25
P2 = 100
26,30a
3 = 8,73
22,11a
3 = 7,10
283,06a
3 = 110,72
P3 = 150
26,03a
4 = 8,96
22,43a
4 = 7,29
310,97a
4 = 113,63
P4 = 200
27,87a
5 = 9,19
24,02a
5 = 7,47
291,74a
5 = 116,54
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama (ab) berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada α
= 0,05.
Hasil analisis DMRT taraf 0,05 menunjukkan
bahwa residu dari pupuk fosfor secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap panjang buah,
lingkar buah dan berat buah tanaman mentimun. Hal
ini menunjukkan bahwa ketersediaan dari residu
fosfor sangat menentukan pertumbuhan dan hasil
tanaman mentimun. Hasil analisis tanah menunjukkan
kadar hara P tanah dalam status rendah jika dibandingkan kadar P tanah pada pertanaman sebelumnya, diduga karena telah dimanfaatkan oleh tanaman
sebelumnya, karena fosfor dalam tanaman berperan
sebagai komponen enzim dan protein tertentu, adenosin trifosfat (ATP), asam ribonukleat (RNA), asam
deoksiribo nukleat (DNA) dan fitin. Berperan dalam
reaksi tranfer energi, dan menurunkan sifat keturunan lewat DNA dan RNA. Gejala kekurangan P yaitu
pertumbuhan lambat, lemah dan kerdil. Fosfat diperlukan terutama untuk pembentukan akar baru.
dosis bahan organik yang optimal untuk
menghasilkan buah mentimun yang berat adalah
-1
13,22 t ha , pada dosis residu tersebut akan
dihasilkan buah mentimun seberat 344,28 g
-1
pohon . Pada penelitian ini, jarak tanam yang
digunakan adalah 60 x 50 cm dan jarak antara
petak/ bedengan adalah 50 cm maka populasi per
hektar adalah 21.000 tanaman, sehingga produksi
buah segar tanaman mentimun pada residu
-1
bahan organik dengan dosis sebesar 13,22 t ha
-1
adalah 7,23 t ha . Pada residu bahan organik
-1
mele-bihi dosis 13,22 t ha akan menurunkan
produksi buah segar tanaman mentimun. Hasil
analisis tanah pada menunjukkan bahwa kadar
hara P dan K tanah dalam status rendah jika
dibandingkan kadar tanah pada penanaman
sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa residu
bahan organik dengan dosis yang tinggi pada
tanaman mentimun, akan memberikan penga-ruh
negatif terhadap pertumbuhan dan produksi
buah karena bahan organik juga mengandung
unsur hara mikro yang apabila berada dalam
jumlah yang banyak atau berlebihan akan
menghambat pertumbuhan dan menurunkan
produksi tanaman.
Gambar 10. Kurva respon hubungan antara dosis residu bahan
organik dengan berat buah segar
Hasil analisis regresi pengaruh residu berbagai dosis bahan organik terhadap berat buah segar
adalah bersifat kuadratik (Gambar 10). Berdasarkan
hasil analisis regresi tersebut, diperoleh bahwa residu
Gambar 11. Kurva respon hubungan antara dosis residu pupuk
fosfor dengan berat buah segar
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
41
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
Hasil analisis regresi pengaruh residu berbagai dosis pupuk fosfor terhadap berat buah segar
adalah bersifat kuadratik (Gambar 11). Berdasarkan
hasil analisis regresi tersebut diperoleh residu pupuk
fosfor yang optimal untuk menghasilkan berat segar
buah mentimun yang optimal adalah dosis 154,17 kg
-1
ha , pada dosis residu tersebut akan menghasil buah
-1
mentimun segar seberat 330,7 g pohon . Pada penelitian ini jarak tanam yang digunakan adalah 60 x 50
cm dan jarak antar petakan adalah 50 cm, dengan
demikian maka populasi per hektar adalah 21.000
tanaman, sehingga produksi buah segar tanaman
mentimun pada residu pupuk fosfor dengan dosis
-1
-1
154,17 kg ha adalah 6,95 t ha . Hasil analisis tanah
pada menunjukkan bahwa ketersediaan hara P pada
tanah berkurang dan dalam status hara rendah jika
dibandingkan dengan kadar hara P pada pertanaman
sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa tanaman
mentimun yang ditanam pada tanah ultisol membutuhkan hara P untuk menghasilkan buah yang lebih
baik dimana kita ketahui bahwa fosfor merupakan
unsur makro primer bagi tanaman selain Kalium dan
Nitrogen. Ketiga unsur ini dibutuhkan dalam jumlah
banyak oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan produksinya secara maksimal, tanaman mentimun yang ditanam pada tanah ultisol membutuhkan hara P untuk menghasilkan buah yang optimal.
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil
buah segar tanaman mentimun yang maksimal maka
perlu pemberian pupuk fosfor.
Gambar 12. Kurva respon hubungan antara dosis residu bahan
organik dengan lingkar buah
Hasil analisis regresi pengaruh pemberian
berbagai dosis bahan organik terhadap lingkar buah
tanaman mentimun adalah bersifat kuadratik
(Gambar 12). Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut,diperoleh residu bahan organik yang optimal
untuk menghasilkan lingkar buah yang maksimal
-1
adalah dosis 11,68 t ha , pada dosis tersebut akan
menghasilkan tanaman mentimun yang mempunyai
lingkar buah sebesar 26,1 cm. Hasil analisis tanah
pada menunjukkan bahwa kadar P dan K tanah
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
berada dalam status rendah jika dibandingkan
dengan kadar pada pertanaman melon dan
kacang panjang akan tetapi kadar N dan COrganik tanah masih dalam status tinggi. Residu
pemberian bahan organik diduga kurang menyediakan unsur P dan N. Kelebihan atau kekurangan
unsur hara pada tanaman pada tanaman mengakibatkan proses fotosintesis tidak berjalan efektif dan fotosintat yang dihasilkan berkurang, menyebabkan jumlah fotosintat yang ditranslokasikan kebuah berkurang. Hal inilah yang menyebabkan penurunan berat buah dan kualitas buah.
Pemberian bahan organik berperan positif dalam
menyediakan unsur hara bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara dalam tanah memungkinkan
pertumbuhan dan produksi tanaman berlangsung
baik.
Gambar 13. Kurva respon hubungan antara dosis residu fosfor
dengan lingkar buah.
Hasil analisis regresi pengaruh residu
berbagai dosis pupuk fosfor terhadap lingkar
buah adalah bersifat kuadratik (Gambar 13).
Grafik tersebut menunjukkan bahwa lingkar buah
tanaman mentimun semakin besar pada residu
-1
pupuk fosfor dengan dosis 55 kg ha . Pada dosis
tersebut akan menghasilkan lingkar buah sebesar
19,33 cm. Hasil analisis tanah menunjukkan
bahwa kadar P tanah sangat rendah jika dibandingkan kadar P tanah pada pertanaman sebelumnya hal diduga bahwa unsur P telah banyak
diserap tanaman sebelumnya dan ketersediaan P
bisa saja difiksasi oleh Ca dan Mg karena kadar pH
tanah pada penelitian ini berada dalam status
agak masam dan netral dimana kita ketahui
bahwa di atas pH 7,0 P difiksasi oleh Ca dan Mg.
PEMBAHASAN
Bahan organik merupakan sumber
senyawa-senyawa organik yang dapat diserap
tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Selanjutnya Priyadarshini, (1999) menyatakan bahwa
pemberian bahan organik bermanfaat bagi
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
42
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
tanaman dalam menyediakan unsur N, P, K, dan
sulfur, memperbesar KTK tanah, dan meningkatkan
kelarutan P tanah, suatu unsur yang termasuk hara
esensial bagi tanaman.
Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikroba tanah diambil dari
bentuk ikatan komplek organik yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa
organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap
tanaman. Kebanyakan unsur di dalam tanah biasanya
tercuci dalam bentuk unsur tersedia dari hasil perombakan bahan organik. Pemanfaatan bahan organik
sangat penting dalam memperbaiki sifat-sifat fisika,
kimia, dan biologi tanah (Brady, 1990; dan Sanchez,
1992). Ditambahkan oleh Hanafiah, (2005) bahwa
selain mampu memperbaiki sifat fisika dan biologi
tanah, bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman.
Ma’shum et al. (1992) mengemukakan
bahwa pupuk organik memasok berbagai macam hara
terutama senyawa organik berkonsentrasi rendah dan
tidak mudah larut dalam air. Karena memasok berbagai hara dengan konsentrasi rendah dan tidak
mudah larut, pupuk organik tidak akan menimbulkan
ketimpangan hara dalam tanah, bahkan dapat memperbaiki neraca hara, sehingga pada tanah miskin
sangat diperlukan penambahan bahan organik. Lebih
lanjut Hairusyah dan Arifin (1992) menyatakan bahwa
miskinnya kandungan bahan organik dan unsur hara
tanah merupakan faktor pembatas produksi utama di
samping kemasaman tanah.
Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut
akar, memperkuat tegakan batang agar tanaman
tidak mudah rebah, pembentukan bunga, buah dan
biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit.
(Premono et al., 1992). Kekurangan P pada tanaman
akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme, diantaranya dalam proses sintesis protein, yang
menyebabkan terjadinya akumulasi karbohidrat dan
ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat
diamati secara visual, yaitu daun-daun yang lebih tua
akan berwarna kekuningan atau kemerahan karena
terbentuknya pigmen antosianin. Pigmen ini terbentuk karena akumulasi gula di dalam daun sebagai
akibat terhambatnya sintesa protein. Gejala lain
adalah nekrotis atau kematian jaringan pada pinggir
atau helai daun diikuti melemahnya batang dan akar
terhambat pertumbuhannya.
Sejalan dengan pendapat Gardner et al.
(1991), menyatakan bahwa tanaman membutuhkan
unsur hara yang cukup dan berimbang, apabila unsur
hara diberikan dalam dosis yang berlebihan atau dosis
rendah akan menyebabkan produksi menurun. Kelebihan atau kekurangan unsur hara yang diberikan
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
pada tanaman akan mengakibatkan proses fotosintesis tidak berjalan efektif dan fotosintat yang
dihasilkan berkurang, menyebabkan jumlah fotosintat yang ditranslokasikan ke buah menjadi berkurang. Hal inilah menyebabkan penurunan berat
buah dan kualitas buah.
Fosfor merupakan hara makro bagi
setiap tanaman, oleh karena itu ketersediaannya
sangat menentukkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Tanaman yang kekurangan fosfor akan
menampakkan gejala: pertumbuhan lambat,
lemah dan kerdil, berwarna hijau gelap, terjadi
peningkatan antosianin, proses pematangan buah
dan biji lambat, tanaman selalu hijau, pembentukan buah dan biji kurang sempurna, jumlah
buah berkurang dan hasil rendah (Marschner,
1995).
Karson et al. (2000) menyatakan bahwa
pertumbuhan dan produksi tanaman akan ditentukan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan
oleh ketersediaan unsur hara dan air. Peneliti
yang sama juga menyatakan bahwa pertumbuhan
dan produksi ditentukkan oleh laju fotosintesis
yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Heddy (1987) bahwa
ketersediaan unsur hara sangat penting dalam
proses pembelahan sel. Tanaman akan tumbuh
dan berproduksi dengan baik pada kondisi optimum apabila unsur hara tersedia di dalam tanah
dalam level yang berkecukupan dan seimbang.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: Interaksi residu bahan organik
dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap semua variebel yang diamati; Residu
pemberian bahan organik secara mandiri berpengaruh terhadap panjang buah, lingkar buah dan
berat buah segar tanaman mentimun; Residu
pemberian fosfor secara mandiri berpengaruh
terhadap panjang buah, lingkar buah dan berat
buah segar tanaman mentimun; Residu bahan
organik untuk menghasilkan buah mentimun yang
-1
berat adalah dosis 13,22 t ha , pada dosis
tersebut akan dihasilkan buah mentimun seberat
-1
-1
344,28 g pohon atau 7,23 t ha ; Residu pupuk
fosfor untuk menghasilkan berat segar buah
mentimun yang optimal adalah dosis 154,17 kg
-1
ha , pada dosis tersebut akan menghasilkan buah
-1
mentimun segar seberat 330,7 g pohon atau
-1
6,95 t ha ; Residu bahan organik dan fosfor serta
pemberian pupuk dasar N, P, K diduga tidak
cukup menyediakan hara pada pertanaman ketiga
karena produksi yang dicapai rendah yaitu 7,23 t
-1
-1
ha dan 6,95 t ha jika dibandingkan dengan produksi yang ada pada deskripsi varietas tanaman
-1
mentimun yaitu 50–60 t ha .
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
43
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
maka disarankan bahwa perlu penelitian lanjutan
tentang residu bahan organik dan pupuk fosfor
dengan penambahan pupuk N, P, K, pada pertanaman
ke tiga.
KEPUSTAKAAN
Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UIPress, 1995.
Adiningsih, S., 2000. Peranan Bahan Organik Tanah
dalam Sistem Usaha Tani Konservasi. Makalah disampaikan sebagai bahan pelatihan
“Revitalisasi Keterpaduan Usaha Ternak
dalam Sistem Usaha Tani” di Bogor dan Solo,
21 Februari – 6 Maret 2000.
Arniana, A., 2010. Pengaruh Residu Bahan Organik
dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.)
Anonim. 2008. BPS Sulawesi Tenggara.
Anonim. 2008. Bahan organik Artikel. http:/kmit.
faperta.ugm.ac.id/Artikel%20520Bahan%20O
rganik.html.
Baharjah, J.S., 1983. Sumber Daya Tanaman Untuk
memanfaatkan Keadaan Iklim Secara Efisien. Rapat Tekhnis Klimatology Pertanian
Direktorat Perlindungan Tanaman. Deptan.
Balitra, 1998. Laporan Tahunan Balitra tahun 1996/
1997. Balai Penelitian Tanaman Rawa. Banjar
Baru.
Budimantoro, 2002. Peranan Pupuk Kandang dalam
Perbaikan Struktur Fisik Tanah Pertanian.
Jurnal Penelitian Terpublikasi Unpad,
Bandung.
Bennett, W., 1993. Nutrient Deficiencies and Toxicities In Crop Plants. The American Phytopathological Society. St.Paul, Mannesota.
Brady, N.C., 1990. The Nature and Properties of Soils.
th
10 . Ed. New York.
Djamaluddin, 1985. Pemberian pupuk kandang dan
fosfat serta pengaruh residualnya terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
(Zea mays L.) di daerah transmigrasi Luwu
Utara, Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor
pada Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 200 p.
Diwiyanto, K., 2000. Restrukturisasi Peta Kesesuaian
dan Pemberdayaan Sumberdaya Unggulan
(Pembangunan Pertanian-Peternakan di
Indonesia). Makalah disampaikan sebagai
bahan pelatihan “Revitalisasi Keterpaduan
Usaha Ternak dalam Sistem Usaha Tani” di
Bogor dan Solo, 21 Februari – 6 Maret 2000.
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Darwis, 2009. Kendala pertanian Lahan Kering
Masam Daerah Tropika. Bahan Kuliah
Pengelolaan Lahan Kering. PPs Unhalu.
Kendari.
Erdiman dan Syafei, 1994. Pengaruh inkubasi
fosfat (TSP) dengan bahan organik dan
kapur terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung pada tanah PMK Sitiung.
p.67-76. Dalam Risalah Seminar Balitan
Sukamandi. Vol V.
Gardner, A.H., R. Brent Pearce, and Roger L.
Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Ginting S., 1992. Pengelolaan Lahan Kering
Masam di Sulawesi Tenggara. Makalah
Disampaikan pada Dies Natalis XI Unhalu,
6-8 September 1992. Kendari.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G.
Nugroho, M.R. Saul, M.A.Diha, Go Ban
Hong, H.H. Bai Ley. 1986. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Hanun, H., 2004. Peningkatan Produktivitas
Tanah Mineral Masam yang Baru di
Sawahkan Berkaitan dengan P Tersedia
Melalui Pemberian Bahan Organik, Fosfat Alam dan Pencucian Fe. Disertasi.
Sekolah Pascasarjana. Bogor.
Hairunsyah dan Arifin, M.Z., 1992. Kajian Pemberian Pupuk Kandang dan Fosfat Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Pipilan Kering
pada Tanah Pasiran dan Lempengan.
Hasil-Hasil Penelitian Jagung 1991/1992.
Balai Penelitian Tanaman Pangan.
Banjarbaru.
Hadjowigeno, S., 1997. Ilmu Tanah. Media Tama
Sarana Perkasa. Jakarta.
Hadjowigeno, S., 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Akademi Presindo. Jakarta.
Hanafiah, K.A., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, 2009. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hasibuan, B.E. 2004. Pupuk dan Pemupukan.USU
Press Medan, Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Heddy, S., 1987. Ekofisiologi Pertanaman. Sinar
Baru, Malang.
Imdad, H.P. dan A.A. Nawangsih, 1995. Sayuran
Jepang. Penebar Swadaya.
Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990.
Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Pangan. Prosiding Lokakarya Nasional
Makalah efisiensi Pupuk V Cisarua, 12-13
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
44
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
Nopember 1990. Badan Litbang Deptan.
Jakarta.
Karama, A.S., Adiningsih, J.S., dan Nursyamsi, D. 1996.
Peningkatan Produktivitas Tanam-an Pangan
melalui
Pertanian
Organik.
Makalah
dipersentasekan pada Seminar Nasional
Penerapan Teknologi Pertanian Organik.
Universitas Siliwangi. Tasikmalaya, 15 Mei
1996.
Karieeen, 2007. Bahan Organik.//karieeen. Word
press.com.June 18, 2007
Kuntyastuti, H., 1997. Tanggap Kedelai Terhadap
Pupuk P dan Pupuk Organik di Tanah Mediteran dalam Novita Nugrahaeni, Henny Kuntyastuti, M. Muchlis Adie, dan Abdullah Taufik
(penyunting) Risalah Seminar Hasil Penelitian
Komponen Teknologi Peningkatan produksi
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Balitkabi. Malang.
Las, I. 1982. Efisiensi Radiasi Surya dan pengaruh
naungan Fisis Terhadap Padi Gogo. Tesis.
Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Madjid, Abdul, 2007. Bahan Kuliah Online untuk
mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. (http://dasar2ilmutanah. Blog
spot.com/2007/11/bahanorganiktanah.htm)
Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S, Hendarsih, dan S.
Abdurachman, 2003. Panduan Teknis Pengelolaan Hara dan Pengendalian Hama Penyakit
Tanaman Padi Secara Terpadu. Puslitbangtan. 37 p.
Marshner, H., 1995. Mineral Nutrition in Higher
Plants. Academic Press Inc., London. p.195265 & 391-407.
Ma’shum, M., Lolita, E.S. Mahrup dan Sukartono.
1992. Perubahan Kalium Pada Tanah Tegalan
Akibat Pemberian Pupuk Kandang. Laporan
Penelitian Fakultas Pertanian. Unram.
Najiyati, S., dan Danarti., 1993. Petunjuk Mencari dan
menyiram Tanaman. Penebat Sawadaya.
Jakarta.
Nazaruddin, 2000. Budidaya dan pengaturan Panen
sayuran Dataran rendah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Nursyamsi, D., Sopandi, O., Erfandi, D., Sholeh, dan
Widjaja, I.P.G., 1995. Penggunaan bahan
organik, pupuk P dan K untuk mening-katkan
produktivitas tanah podzolik (Typic Kandiudults). Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah
dan Agroklimat 2: 47-52. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Prayoto dan Herujito, 1989. Pengaruh Beberapa Soil
Conditioner Terhadap Beberapa Sifat Fisik
Tanah Podzolik dan Hasil Kedelai di Nang-
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
gung, Jawa Barat. Hal 327-334 dalam
Subandi (Penyunting). Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi
Khusus 1989. Deptan. Jakarta.
Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah.
Angkasa. Bandung.
Purnomo, J., W. Putu, E. Santoso, dan D. Santoso,
1993. Pengaruh Pengolahan Tanah dan
Sumber Pupuk Fosfat Terhadap Hasil
Umbi. Hal 135-150 dalam Prodising
Pertemuan Teknis Penelitian Tanah.
Pusat Penelitian Tanah Cipayung, 13-15
Desember 1982.
Premono, E.M., Widyastuti, R., dan Anas, I., 1992.
Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Serapan
Kation Unsur Mikro Tanaman Jagung
pada Tanah Masam. Makalah PIT.
Bandung.
Priyadarshini, R. 1999. Estimasi Modal C (C-Stock),
Masukan Bahan Organik dan Hubungannya dengan Populasi Cacing Tanah pada
Sistem Wanatani. Tesis. Malang: Program Pasca Sarjana UNIBRAW.
Rubatzki, V., E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran
Dunia 3. Prinsip, Produksi, dan Gizi Edisi
ke Dua. ITB. Bandung.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius, Yogyakarta.
Roesmarkam dan N. W. Yumono, 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Rosmiyani. 2010. Pengaruh Bahan Organik dan
Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis
melo L.) Tesis Program Pascasarjana
Unhalu. Kendari.
Sanchez. P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah
Tropika (Terjemahan dari Bahasa
Inggris). Penerbit ITB, Bandung.
Satari, G., 1987. Peranan Fosfor Dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia. Hal. 1320 dalam Prosiding Lokakarya Nasional
Peng-gunaan Pupuk Fosfat. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Sitaniapessy, p.M., 1989. Klimatologi Pertanian.
Universitas Patimmura. Ambon
Sharma, O. P. 2002. Plant Taxonomi. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited
New Delhi Sitompul, S.M, dan Guritno,
B., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universty Press
Stevenson, F.J., 1982. Humus Chemistry Genesis,
Composition, Reaction. John Willey and
Sons. New York.
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
45
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46
Sulistiani, R., Pengaruh Macam Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
(Kailan, Sawi dan Selada). http://student
research.umm.ac.id/index.php/dept_of_ag
ronomy/article/view/ 3698.
Suharjo, H. M, Soepartin, Kurnia, 1993. Bahan
Organik Tanah. Informasi Penelitian Tanah,
Air, Pupuk dan Lahan. Pusat Pe-nelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Subair. 2002. Pemanfaatan Bahan Organik Seba-gai
Alternarif
Pengganti
Kapur
Untuk
Peningkatan Produktivitas Tanaman Jagung
(Zea mays L.) pada Tanah Masam di Sulawesi
Tenggara. Laporan Penelian Faperta Unhalu.
Kendari.
Suryantini dan A.A. Rahmianna. 2001. Peningkatan
Efektifitas Rhizoplus dan Pupuk Anorganik
untuk Produktivitas Kedelai di Tanah Regosol
dan Vertisol Melalui Penggunaan Pupuk
Organik. Hal. 269-77 dalam Ahmad Winarto,
Taufiq Fitritanto dan Bambang S. Kuncoro
(Penyunting) Kinerja Teknologi untuk meningkatkan Produktifitas Tanaman Kacang
kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Badan Litbang Pertanian Jakarta.
Sumpena, U., 2001. Budidaya Mentimun Intensif.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suntoro, 2003. Peranan Bahan Organik terhadap
Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sutanto, R. 2002a. Penerapan pertanian organik:
pemasyarakatan dan pengembangannya.
Kanisius. Jakarta.
Sutanto, R., 2002b. Pertanian Organik: menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Kanisius.
Jakarta.
Sutedjo, M.M., 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan
Tanaman
Pertanian.
Pustaka
Buana.
Bandung.
Sutriadi, M.T., R. Hidayat, S. Rochayati, dan D.
Setyorini, 2005. Ameliorasi Lahan dengan
Fosfat Alam Untuk Perbaikan Kesuburan
Tanah Kering Lahan Masam Typic Hapludux
di Kalimantan Selatan. Hlm 143-155 Dalam
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim. Buku II
Bogor 14-15 September 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Syahputra, D.F., 2007. Efek Residu Pupuk Organik
Terhadap Produksi Sawi (Brasicca juncea
L.) dan Beberapa Sifat Tanah Andisol.
Tan, K. H., 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Erlangga, Jakarta.
Tanindo, 2006. Cucumber (Cucumis sativus L.).
Available at: http://www.Tanindo.co.id/
abdi10/klinik.htm.
Tanjung, F., dan Mahyuddin Dalimunthe, 2006.
Pengaruh Residu Fosfor dan Bahan Organik Terhadap pH H2O, KTK, Al-dd dan
Produksi Kacang Hijau Setelah Dua Kali
Pertanaman Padi Pada Lahan Sawah
Tadah Hujan. Jurnal penelitian Bidang
Ilmu Pertanian Volume 4 Nomor 2;89-98.
Tisdale, S.L. and W.L. Nelson, 1974. Soil Fertility
and Fertilizers. MacMilan Publishing Co.
Inc., New York.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton, 1985.
Soil Fertility and Fertilizers. Fourth Ed.
Macmillan Publ. Co., New York. 754pp.
Tejasuwarno, 1999. Pengaruh Pupuk Kandang
Terhadap Hasil Wortel dan Sifat Fisik
Tanah. Konggres Nasional VII. HITI.
Bandung.
Warintek. 2006. Mentimun. Available at: http://
warintek. proqressio.or.id/.
Wien, H.C., 1997. The Physiology of Vegetable
Crops. Department of Fruit and Vegetable Science, Cornell University of
Ithaca. New York. CAB Internatioal.
Wiskandar, 2002. Pemanfaatan Pupuk Kandang
untuk Memperbaiki Sifat Fisik Tanah di
Lahan Kritis yang Telah di Teras. Kongres
Nasional VII. Bandung.
Wijaya, K., 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai
Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi
Alami Tanaman. Jakarta;Prestasi Pustaka.
Webstern, C.C. and Wilson, P.N., 1966. Agriculture in the Tropics. Longman Group. Ltd.
London.
Yasin, S., Yulanafatmawati, dan N. Hakim, 1997.
Teknologi inkubasi TSP dengan pupuk
kandang untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan jagung pada tanah masam.
Stigma.V:129-135.
Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik ………………………………….
46
Download