advokat sebagai salah satu bagian

advertisement
ADVOKAT SEBAGAI SALAH SATU BAGIAN
DARIPELAKSANAANKEKUASAANKEHAKIMAN*
Oleh: lndra Sahnun Lubis, S.H.
KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA
Kekuasaan Kehakiman, dalam konteks negara Republik Indonesia, adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya
Negara Hukum Republik Indonesia.
Perubahan (Amandemen) Undang-Undang Dasar 1945 telah membawa
perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan
kehakiman. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan
kehakiman dilaksanakan oleh:
u
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara.
u
Mahkamah Konstitusi
Selain itu terdapat pula Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, yang merupakan pengadilan khusus dalam Lingkungan
Peradilan Agama (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan
peradilan agama) dan Lingkungan Peradilan Umum (sepanjang kewenangannya
menyangkut kewenangan peradilan umum).
Di samping perubahan mengenai penyelenggaraan kekuasaan kehakiman,
UUD 1945 juga mengintroduksi suatu lembaga baru yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial. Komisi Yudisial
bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehonnatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim.
• Disampaik.an pada Dialog Nasional Tentang Huk.um Dan Eksistensi Serta Kompetens1
Lembaga Negara Di Bidang Penegakan Huk.um Dalam Sislem UUD Negara Republik. Indonesia
Tahun 1945. dise!enggarak.an o!eh BPHN bekerja sama dengan Forum Konstitusi, Jakana. J
Desember 2009.
89
Perubahan UUD !945 yang membawa perubahan mendasar mengenai
penyelengaraan kekuasaan kehakiman, membuat perlunya dilakukan perubahan
secara komprehensif mengenai Undang-Undang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Lentang Kekuasaan Kehakiman
mengatur mengenai badan-badan pcradilan penyelenggara kekuasaan
kchakiman, asas-asas penyelengaraan kekuasaan kehakiman, jaminan
kedudukan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang dalam hukum dan
dalam mencari keadilan.
PENEGAKAN HUKUM
Penegakan hukum (law er~forcement) dalam arti luas mencakup kegiatan
untuk melaksanakan dan mcnerapkan hukum serta melakukan tindakan
hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan
oleh subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur
arbitrasc dan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya (alternative desputes
or conflicts resolution). Bahkan, dalam pengertian yang lebih luas lagi,
kegiatan penegakan hukum mencakup pula segala aktifitas yang dimaksud
agar hukum sebagai perangkat kaidah normatif yang mengatur dan mengikat
para suhjek hukum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan
bemegara benar-benar ditaati dan sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana
mestinya. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu menyangkut kegiatan
penindakan terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan terhadapperaturan
perundang-undangan, khususnya yang lebih sempit lagi-melalui proses
peradi\an pidana yang melibatkan peranan aparat kepolisian, kejaksaan,
advokat atau pengacara, dan badan-badan peradilan.
Karena itu dalam arti sempit, aktor-aktor utama yang peranannya sangat
menonjol dalam proses penegakan hukum adalah polisi,jaksa, pengacara, dan
hakim. Pada penegak hukum ini dapat dilihat pertama-tama sebagai orang
atau unsur manusia dengan kualitas. kualifikasi, dan kultur kerjanya masingmasing. Dalam pengertian demikian persoalan penegakan hukum tergantung
aktor, pelaku, pejabat a tau aparat penegak hukum itu sendiri. Kedua, penegak
hukum dapat pula dilihat sebagai institusi, badan atau organisasi dengan
kualitas birokrasinya sendiri-sendiri. Da\am kaitan itu kita melihat penegakan
hukum dari kacamata kelemhagaan yang pada kenyataannya, belum
terinstusionalisasikan secara rasional dan impersonal. Namun, kedua perspektif
tersebut perlu dipahami sccara komprehensif dengan melihat pula keterkaitannya
satu sama lain serta keterkaitannya deng:an berbagai faktor dan elemen yang
terkait dengan hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang rasional.
90
Profesi hukum perlu ditata kembali dan ditingkatkan mutu dan
kesejahteraannya. Para profesional hukum itu antara lain meliputi (i)
legislator (politisi), (ii) perancang hukum (legal drafter), (iii) advokat, (iv)
notaris, (v) Pejabat PembuatAkta Tanah, (vi) polisi, (vii) jaksa, (viii) panitera,
(ix) hakim, dan (x) arbirter atau wasit. Untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme masing-masing profesi tersebut, diperlukan sistem sertifikasi
nasional dan standarisasi, termasuk berkenaan dengan sistem kesejahteraannya.
Di samping itu juga perlu dilakukan program pendidikan dan pelatihan terpadu
yang dapat terus-menerus membina sikap mental, meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan profesional aparat hukum tersebut.
Di samping itu, agenda penegakan hukum juga memerlukan kepemimpinan
dalam semua tingkatan yang memenuhi dua syarat. Pertama, kepemimpinan
diharapkan dapat menjadi penggerak yang efektif untuk tindakan-tindakan
penegakan hukum yang pasti; kedua, kepemimpinan tersebut diharapkan
dapat menjadi teladan bagi lingkungan yang dipimpinnya masing-masing
mengenai integiritas kepribadian orang yang taat aturan.
Salah satu aspek penting dalam rangka penegakan hukum adalah proses
pembudayaan, pemasyarakatan, dan pendidikan hukum (law socialization
and law education). Tanpa didukung oleh kesadaran, pengetahuan, dan
pemahaman oleh sujek hukum dalam masyarakat, nonsens suatu norma
hukum dapat diharapkan tegak dan ditaati. Karena itu, agenda pembudayaan,
pemasyarakatan dan pendidikan hukum ini perlu dikembangkan tersendiri
dalam rangka perwujudan ide negara hukum di masa depan. Beberapa faktor
yang terkait dengan soal ini adalah (a) pembangunan dan pengelolaan sistem
dan infrastruktur informasi hukum yang berbasis teknologi informasi; (b)
peningkatan upaya publikasi, komunikasi dan sosialisasi hukum; (c)
pengembangan pendidikan dan pelatihan hukum; dan (d) pemasyarakatan
citra dan keteladanan di bidang hukum.
PERANAN ADVOKAT DALAM PENEGAKAN HUKUM
Pasa124 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. Oleh karena itu, selain sebagai pelaku
kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, badan
lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman juga harus
mendukung terlaksananya kekuasaan kehakiman yang merdeka. Salah satunya
adalah profesiadvokatyang bebas, mandiri, dan bertanggungjawab, sebagaimana
selanjutnya diatur dalam undang-undang nomor 18 tahun 2003.
91
Ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Advokat memberikan status kepada
Advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan
penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan. Kedudukan
tersebut memerlukan suatu organisasi sebagai wadah profesi Advokat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) UU Advokat. Oleh karena
itu organisasi Advokat pada dasamya adalah organ negara dalam arti luas
yang bersifat mandiri (independent state organ) yang juga melaksanakan
fungsi negara.
Dengan demikian, profesi advokat memiliki peran penting dalam upaya
penegakan hukum. Setiap proses hukum, baik pidana, perdata, tata usaha
negara, selalu melibatkan profesi advokat yang setara dengan penegak
hukum lainnya. Dalam upaya pemberantasan korupsi, terutama praktik mafia
peradilan, advokat dapat berperan besar dengan memutus mata rantai praktik
mafia peradilan yang terjadi. Kemandirian dan kebebasan yang dimiliki oleh
profesi advokat, tentu harus diikuti oleh adanya tanggung jawab masingmasing advokat dan organisasi advokat yang menaunginya.
PENTINGNYA KODE ETIK PROFESI
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki
cita-cita dan nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan
juga karena Jatar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki
keahlian yang tertutup bagi orang lain. Dengan demikian profesi menjadi
suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri dan karena itu mempunyai
tanggung jawab khusus. Karena memiliki monopoli atas suatu keahlian
tertentu, selalu ada bahaya profesi menutup diri bagi orang dari luar dan
menjadi suatu kalangan yang sukar ditembus. Bagi klien yang mempergunakan
jasa profesi terten.tu keadaan seperti itu dapat mengakibatkan kecurigaan
jangan-jangan fa dipermainkan. Kode etik dapat mengimbangi segi negatif
profesi ini.
Pertama sekali, dengan adanya kode etik, kepercayaan masyarakat akan
suatu profesi dapat diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian
bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode etik ibarat kompas yang
menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu
moral profesi itu di mata masyarakat.
Kode etik profesi juga penting sebagai sarana kontrol sosial. Kode etik
memberikan semacam kriteria bagi para cal on anggota kelompok profesi dan
membantu mempertahankan pandangan para anggota lama terhadap prinsip
professional yang tclah digariskan. Selain itu kode etik profesi penting untuk
92
mencegah pengawasan ataupun campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah
atau oleh masyarakat
ETIKA PROFESI HUKUM
Mengapa perlu adanya kode etik profesi hukum?
Dalam drama Carle's Rebellion, Shakespeare mengatakan, "Let's kill
all the lawyers". Bunuhlah semua pengacara kalau ingin mengubah negara
demokratis menjadi negara totaliter (absolute), atau jika kita ingin negara
ini penuh korupsi, dan hancur karena main kuasa dan main hakim sendiri.
Pemyataan ini menunjukkan hakikat para pengacara/advokat ada\ah pembela
kebenaran dan keadilan karenanya profesi pengacara/advokat merupakan
profesi terhormat dan luhur (officium nobile).
Kode etik penting bagi profesi hukum karena profesi hukum merupakan
suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki ciat-cita dan nilainilai bersama, serta memiliki izin untuk menjalankan profesi hukum. Apalagi
Pengacara/Advokat memiliki Jatar belakang pendidikan yang sama dan
sama-sama memiliki monopoli atas keahlian di bidang hukum dan tentu saja
tertutup bagi orang lain. Dengan adanya kode etik, kepercayaan masyarakat
akan diperkuat karena setiap klien merasa ada kepastian bahwa kepentingannya
akan terjamin. Kode etik adalah sebuah kompas yang menunjuk arah moral
bagi profesional hukum dan sekaligusjuga menjamin mutu moral profesional
hukum di mata masyarakat. Dengan demikian, kode etik profesi hukum
merupakan self regulation (pengaturan diri) bagi profesional hukum dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis.
Robert D. Kahn membeberkan lima manfaat kode etik. Yakni, (a) kode
etik menjadi tempat perlindungan bagi anggotanya manakala berhadapan
dengan persaingan yang tidak sehat dan tidakjujur di dalam mengembangkan
profesi yang sesuai dengan cita-cita dan rasa keadilan dalam masyarakat,
(b) kode etik menjamin rasa solidaritas dan kolegalitas antar anggota untuk
saling menghormati, (c) kode etik mengokohkan persaudaraan dian tara para
anggota, terutama hila menghadapi campur tangan dari orang lain, (d) kode
etik menuntut anggotanya mesti memiliki kualitas pengetahuan hukum, (e)
kode etik mewajibkan anggotanya untuk mendahulukan pelayanan kepada
masyarakat. Kode etik profesi hukum memuat kewajiban dan keharusan
untuk menjalankan profesinya secara bertanggung jawab atas hasil dan
dampak dari perbuatannya dan keharusan untuk tidak melanggar hak-hak
orang l~in.
93
Download