SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK PADA

advertisement
SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK
PADA PENANDATANGANAN MOU
ANTARA KEMENAKER, BI, OJK DAN BNP2TKI
Jakarta, 16 Februari 2015
Yang saya hormati,
- Gubernur Bank Indonesia, Bp. Agus DW Martowardojo,
- Menteri Ketenagakerjaan, Bp. M. Hanif Dakhiri,
- Kepala BNP2TKI, Bp. Nusron Wahid,
- Para Deputi Gubernur Bank Indonesia
- Anggota Dewan Komisioner OJK
- Hadirin dan undangan yang berbahagia,
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
1. Marilah kita kembali mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena hanya
atas rahmat dan hidayah-Nya kita dapat berjumpa pada pagi hari yang baik ini
untuk bersama-sama melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman tentang
Peningkatan Penggunaan Transaksi Non-Tunai dan Perluasan Akses Keuangan
dalam rangka Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia antara
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan dan
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
2. Kami menyambut baik ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini. Ini adalah
langkah awal dalam upaya meningkatkan kemandirian finansial dan
kesejahteraan tenaga kerja kita, khususnya Calon TKI, TKI maupun keluarganya.
Kami berharap dengan adanya Nota Kesepahaman ini, koordinasi diantara
keempat lembaga/institusi ini akan dapat ditingkatkan, terutama dalam
menyusun kebijakan-kebijakan terkait ketenagakerjaan, implementasi gerakan
nasional non-tunai dan perluasan akses keuangan para tenaga kerja Indonesia
dan keluarganya.
1
Bapak, Ibu dan hadirin yang saya hormati,
3. Sektor jasa keuangan yang kontributif terhadap perekonomian bangsa dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan harapan kita bersama.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penyediaan akses keuangan dan
peningkatan literasi keuangan seluruh lapisan masyarakat menjadi sangat krusial
karena kedua aspek tersebut merupakan faktor gerbang utama bagi masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraannya.
4. Sebagaimana survey yang telah kami lakukan pada tahun 2013 lalu, tingkat inklusi
keuangan masyarakat kita masih sangat rendah dengan tingkat indeks utilisasi
produk/jasa keuangan hanya sebesar 59,74%. Salah satu faktor penyebabnya
adalah rendahnya tingkat literasi masyarakat kita, hanya 21,84% dari penduduk
Indonesia tergolong well-literate, tidak terkecuali para Tenaga Kerja Indonesia
dan keluarganya.
5. Rasa-rasanya akan sangat sulit meningkatkan inklusi keuangan bila tingkat literasi
keuangan masyarakat masih rendah. Kalaupun terjadi inklusi, maka masyarakat
rentan terhadap kerugian karena ketidaktahuan mengenai manfaat, risiko, biaya,
kesesuaian dan fitur-fitur dari suatu produk atau layanan keuangan yang telah
mereka miliki. Bila hal ini terjadi, maka inklusi keuangan menjadi tidak sustained,
dan bahkan dapat menimbulkan perasaan traumatis bagi masyarakat untuk
berhubungan dengan produk/layanan keuangan.
 Oleh karena itu dua agenda besar kita dalam lebih mensejahterakan masyarakat
luas adalah yang pertama, lebih membuka layanan keuangan kepada berbagai
lapisan masyarakat, dan kedua adalah meningkatkan literasi keuangan mereka.
 Dalam mendekatkan layanan keuangan kepada masyarakat luas dapat kami
sampaikan bahwa:
-
kami akan memperluas Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka
Keuangan Inklusif (Laku Pandai), termasuk mensinergikannya dengan Layanan
Keuangan Digital (LKD). Sesuai dengan rencana bisnis bank, pada tahap awal
tahun ini terdapat 17 bank yang akan mengikuti program laku pandai dengan
lebih dari 30.000 agen-agen bank yang akan melayani masyarakat.
2
-
Selain itu, kami juga mendorong tersedianya produk dan layanan keuangan
yang lebih bersifat mikro agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat
menengah kebawah. Pada pertengahan Desember 2014 lalu, kami
meluncurkan Layanan Keuangan Mikro di Desa Nelayan Karangsong,
Indramayu. Layanan Keuangan Mikro adalah layanan terpadu yang memiliki
proses sederhana dan cepat, akses yang mudah, dan harga terjangkau.
Dengan layanan ini, masyarakat dapat mengakses produk keuangan mikro
seperti tabungan tanpa biaya administrasi, asuransi mikro, reksa dana mikro,
cicilan emas maupun pembiayaan/kredit mikro serta jasa keuangan keuangan
lainnya seperti perencanaan keuangan dan konsultasi keuangan. Dengan
demikian, diharapkan layanan tersebut dapat terakses oleh setiap lapisan
masyarakat Indonesia, termasuk para TKI dan keluarganya.
6. Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat, dengan
berlandaskan Strategi Nasional Literasi Keuangan yang kami luncurkan tahun
2013, kami akan fokus pada tiga aspek yaitu meningkatkan edukasi keuangan
melalui sosialisasi/edukasi kepada masyarakat luas, penguatan infrastruktur
keuangan dan ketiga fokus pada pengembangan produk jasa keuangan. Tahun
2014 program peningkatan literasi keuangan kami fokuskan pada para ibu-ibu
dan UMKM, sedangkan tahun ini kami akan fokus pada pelajar dan professional.
7. Selain itu, dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat, kami juga
melakukannya dengan membuka akses sebesar-besarnya terhadap informasi
keuangan, salah satunya adalah menyediakan Layanan Konsumen OJK (Financial
Customer Care) bagi masyarakat luas. Berdasarkan data Layanan Konsumen OJK
tersebut, 76% layanan kepada masyarakat yang diberikan oleh OJK berkaitan
dengan permintaan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
produk atau jasa keuangan.
8. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan akses masyarakat pada
sumber informasi yang dapat diandalkan, terpercaya dan dapat memberikan
informasi yang lengkap. Penyediaan informasi keuangan ini juga merupakan
bentuk edukasi keuangan yang sangat penting, tidak hanya untuk meninghkatkan
pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan layanan keuangan tetapi juga
3
untuk menghindarkan masyarakat dari berbagai upaya penipuan melalui
penawaran produk/jasa keuangan.
Bapak Ibu Hadirin sekalian yang berbahagia,
9. Jumlah TKI yang saat ini telah mencapai lebih dari 429 ribu orang menjadikan
upaya untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan para TKI dan keluarganya
menjadi sangat penting untuk lebih sejahteranya kehidupan mereka. Terlebih,
tidak sedikit dari mereka bekerja di sektor informal, dan memiliki latar belakang
ekonomi dan pendidikan yang tidak terlalu baik. Sekitar 96% TKI kita berlatar
pendidikan SMA ke bawah. Bukan hal yang jarang terdengar bahwa TKI biasanya
memiliki uang ketika sedang bekerja, namun setelah kembali ke Indonesia
kehidupannya tidak lebih baik dibanding sebelum mereka berangkat ke luar
negeri.
10. Menyadari hal tersebut, sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian finansial
para calon TKI, TKI dan keluarganya, OJK bersama-sama BNP2TKI juga telah
melakukan kerjasama yang dikukuhkan dalam nota kesepahaman pada tanggal 7
Maret 2014. Kerjasama yang telah kami lakukan diantaranya dengan memberikan
edukasi keuangan kepada calon TKI, TKI maupun keluarganya.
11. Dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, maka kerjasama yang telah
kami inisiasi sebelumnya dengan BNP2TKI akan diperluas dan lebih komprehensif
dengan melibatkan Bank Indonesia dan Kemenaker.
Bapak, Ibu dan hadirin yang saya hormati,
12. Pertemuan yang kita lakukan pada pagi hari ini memiliki arti yang penting juga
bagi industri jasa keuangan. Dalam pertemuan Financial Executive Gathering dan
forum OJK Mendengar pada bulan Januari 2015 lalu, industri jasa keuangan
mengharapkan adanya koordinasi yang lebih baik lagi diantara regulator
keuangan dan pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan keuangan inklusif
dan literasi keuangan masyarakat. Melalui Nota Kesepahaman yang kita tanda
tangani bersama pagi ini adalah merupakan upaya koordinasi yang lebih kongkrit
agar secara nasional kebijakan yang diambil terkait dengan mendorong
4
kemandirian finansial para calon TKI, TKI dan keuarganya dapat lebih efektif dan
efisien. Dalam mewujudkan keinginan kita ini, tentunya tidak dapat hanya
mengandalkan peran para regulator dan Pemerintah, tetapi kami juga
mengharapkan kontribusi dari seluruh para pelaku industri jasa keuangan.
13. Selanjutnya, kami berharap implementasi dari Nota Kesepahaman ini dapat
berjalan dengan baik, sehingga apa yang kita harapkan bersama dapat terlaksana
secara berkesinambungan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
lebih luas khususnya para calon TKI, TKI dan keluarganya.
14. Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
Jakarta, 16 Februari 2015
Muliaman D. Hadad
Ketua Dewa Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan RI
5
Download