Tragulus javanicus - Manajemen Files Narotama

advertisement
TIGKAH LAKU KACIL (Tragulus javanicus) YAG
BERHUBUGA DEGA AKTIVITAS MAKA
DI PEAGKARA
SKRIPSI
BEIK ASHAR BAGUS
DEPARTEME ILMU PRODUKSI DA TEKOLOGI PETERAKA
FAKULTAS PETERAKA
ISTITUT PERTAIA BOGOR
2011
1
RIGKASA
BENIK ASHAR BAGUS. D14050296. 2011. Tingkah Laku Kancil (Tragulus
javanicus) yang Berhubungan dengan Aktivitas Makan di Penangkaran. Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
: Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si
: Dr. Wartika Rosa Farida
Kancil (Tragulus javanicus) merupakan satwa liar yang berstatus dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Populasi kancil saat ini
mengalami penurunan dan dikhawatirkan keberadaannya akan hilang di masa
mendatang. Penangkaran merupakan salah satu upaya konservasi ex situ untuk
mempertahankan populasi kancil. Informasi mengenai perilaku kancil di
penangkaran sangat terbatas, padahal perilaku tersebut dapat memberikan gambaran
dan informasi tentang manajemen pemeliharaan yang baik. Informasi mengenai jenis
pakan yang disukai oleh kancil, murah, bergizi, serta tidak bersaing dengan makanan
manusia di penangkaran juga masih sangat terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dan mempelajari aktivitas tingkah laku harian dan pemilihan jenis pakan
pada kancil di penangkaran.
Penelitian dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember 2009 di
Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Cibinong. Materi yang digunakan adalah satu ekor kancil
betina yang telah ditangkarkan selama tiga tahun. Peubah yang diamati adalah
aktivitas makan, minum, defekasi, urinasi, lokomosi, grooming, memamahbiak, dan
istirahat serta pemilihan jenis pakan. Pengamatan dimulai pukul 06.00 WIB hingga
pukul 06.00 WIB hari berikutnya. Setiap periode pengamatan dibagi lagi menjadi
beberapa interval per 15 menit. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode one zero sampling. Nilai satu akan diberikan bila ada aktivitas yang
dilakukan dan nol bila tidak ada aktivitas. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif.
Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini ada 12 jenis, yaitu ubi jalar
merah (Ipomea batatas), jambu biji (Psidium guajava), oyong (Luffa acutangula),
labu siam (Sechium edule), labu air (Lagenaria siceraria), buncis (Phassolus
calcaratus), kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus), sawi putih (Brassica
chinensis), kulit pisang lampung (Musa sp.), daun brojo lego (Mikania cordata),daun
jaat liar (Phaseolus sp.), dan meniran (Phylanthus urinaria,). Aktivitas pemilihan
pakan kancil di penangkaran memperlihatkan sifat selektif terhadap pakan yang
diberikan. Urutan pemilihan pakan pada siang hari adalah ubi jalar merah, labu siam,
jambu biji merah, oyong, labu air, buncis. Pada periode malam hari adalah kulit
pisang lampung, daun meniran, kecambah, sawi putih, daun brojo lego, dan daun
jaat liar. Pakan yang diberikan disarankan dipotong-potong kecil. Aktivitas kancil
didominasi aktivitas istirahat (36,371%), diikuti memamahbiak (15,312%), lokomosi
(15,558%), grooming (13,814%), makan (12,603%), urinasi (3,284%), devekasi
3,058%), dan minum (0%). Kandang kancil sebaiknya diberi tempat persembunyian
untuk mengakomodasi aktivitas istirahat, grooming, dan memamahbiak.
Kata kunci
:Kancil (Tragulus javanicus), tingkah laku, penangkaran
i
ABSTRACT
Daily Behaviour of Mouse Deer (Tragulus javanicus)
Related to Eating Activity in Captive
B. A. Bagus, H. C. H. Siregar, and W. R. Farida
Mouse deer (Tragulus javanicus) is a wild animal with the status of protected based
on the Government Regulation No. 7, 1999. Mouse deer population has decreased
and could be extinct in the future. Captive breeding is one of the ex situ efforts to
preserve this wild animal population. This research was conducted in SeptemberDecember 2009 in Small Mammal Captivity, Zoology Division, Research Center for
Biology, LIPI, Cibinong. A female mouse deer aged three years and had been
captivated for 3 years was used as the observed. Variables measured were daily
activities (eating, drinking, defecating, urinating, locomotion, grooming, ruminating,
and resting) and selection of feeds: Ipomea batatas, Sechium edule, Psidium guajava,
Luffa acutangula, Lagenaria leucantha, Phassolus calcaratus, Musa sp.), Phylanthus
urinaria, Phaseolus radiatus, Brassica chinensis, Mikania cordata, and Phaseolus
sp. Observations were carried out for 24 hours, from 06.00 am until 06.00 am the day
after. Each periode was divided into 15 minutes observation intervals. One-zero
sampling method was used in the data collecting then the data were analysed
descriptively. Mouse deer prefered Ipomea batatas, Sechium edule, Psidium guajava,
Luffa acutangula, Lagenaria siceraria, and Phassolus calcaratus, as feeds in the day
light and Musa sp., Phylanthus urinaria, Phaseolus radiatus, Brassica chinensis,
Mikania cordata, and Phaseolus sp. in the night. The percentage of mouse deer’s
activities are 36,371 % resting, 15,312% ruminating, 15,558% locomotion, 13,814%
grooming, 12,603% eating, 3,284% urinating, 3,058% defecation and 0% drinking.
The captive should be given hiding place to acomodate resting, ruminating, and
grooming activities.
Keywords: Tragulus javanicus, behavior, captivity
ii
TIGKAH LAKU KACIL (Tragulus javanicus) YAG
BERHUBUGA DEGA AKTIVITAS MAKA
DI PEAGKARA
BEIK ASHAR BAGUS
D14050296
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEME ILMU PRODUKSI DA TEKOLOGI PETERAKA
FAKULTAS PETERAKA
ISTITUT PERTAIA BOGOR
2011
iii
Judul
: Tingkah Laku Kancil (Tragulus javanicus) yang Berhubungan dengan
Aktivitas Makan di Penangkaran
Nama
: Benik Ashar Bagus
NIM
: D14050296
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
(Ir. Hotnida.C.H.Siregar, M.Si)
NIP. 19620617 199003 2 001
Pembimbing Anggota,
(Dr. Wartika Rosa Farida)
NIP. 19590131 198403 2 001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri M. Agr.Sc)
NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 03 Januari 2011
Tanggal Lulus:
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 September 1985 di Jombang, sebagai anak
ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Moh Shohim dan Ibu Siti
Asiyah. Pendidikan Sekolah dasar diselesaikan tahun 1999 di Madrasah Ibtidaiyah
Tarbiyatus Shibyan desa Sumengko Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik,
pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan tahun 2002 di SLTPN 1 Ngoro,
Jombang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di
SMUN 1 Jombang, Jawa Timur.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2005. Selama menjadi mahasiswa,
Penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti : BEM KM, BEM Fakultas,
Forces, JAC (Jombang Agrostudent Community) dan beberapa kepanitiaan kegiatan
yang bersifat lokal maupun nasional yang diselenggarakan oleh lembaga
kemahasiswaan yang ada di lingkungan kampus.
v
KATA PEGATAR
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat taufik serta
hidayahNya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi yang
berjudul “Perilaku Kancil (Tragulus javanicus) yang Berhubungan dengan Aktivitas
Makan di Penangkaran”.
Kancil merupakan salah satu satwa liar yang mempunyai potensi untuk
dijadikan hewan penghasil daging yang bergizi. Hal ini dikarenakan daging kancil
memiliki kandungan asam amino yang lengkap. Daging kancil juga memiliki
karakteristik organoleptik daging yang enak dan gurih. Kancil juga dapat dijadikan
sebagai hewan model herbivora karena ukuran tubuhnya yang kecil sehingga mudah
dalam penanganan.
Usaha penangkaran memerlukan dasar pengetahuan dalam ilmu perilaku,
reproduksi, ilmu nutrisi pakan, ilmu lingkungan, dan ilmu genetik. Informasi
mengenai perilaku harian kancil di penangkaran belum banyak diketahui, padahal
informasi tentang perilaku ini sangat berguna untuk manajemen pemeliharaan kancil
yang baik dan efisien di penangkaran.
Kancil yang digunakan pada penelitian pada awalnya ada dua ekor (jantan
dan betina), namun kancil jantan mati karena stres sehingga hanya tersisa satu hewan
yang digunakan sebagai hewan percobaan. Oleh karena hewan yang digunakan
dalam penelitian hanya satu ekor, maka pengambilan data diperbanyak dengan waktu
yang lebih lama (3 bulan).
Informasi mengenai jenis pakan yang disukai oleh kancil, murah, bergizi,
serta tidak bersaing dengan makanan manusia di penangkaran juga masih sangat
terbatas. Melihat permasalahan tersebut maka Penulis merasa tertarik untuk meneliti
kancil.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi usaha pelestarian satwa
(penangkaran) dan dunia peternakan.
Bogor, Maret 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................................... i
ABSTRACT.............................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
Kancil (Tragulus javanicus) ........................................................................ 3
Klasifikasi dan Morfologi ................................................................ 3
Habitat dan Status Konservasi ......................................................... 3
Karakteristik Karkas dan Kandungan Nutrisi Daging Kancil ......... 4
Tingkah Laku ............................................................................................... 5
Tingkah Laku Makan ...................................................................... 7
Tingkah Laku Membuang Kotoran (Defekasi dan Urinasi) ............ 8
Tingkah Laku Istirahat ..................................................................... 9
Tingkah Laku Minum ...................................................................... 9
Tingkah Laku Merawat Diri ............................................................ 9
Tingkah Laku Bergerak (Lokomosi) ............................................. 10
Pemilihan dan Konsumsi Pakan ................................................................ 10
Jenis Pakan................................................................................................. 11
Ubi Jalar Merah (Ipomea batatas) ................................................. 11
Oyong (Luffa acutangula) ............................................................. 11
Labu Siam (Sechecium edule)........................................................ 12
Pisang lampung (Musa sp.) ............................................................ 12
Sawi Putih (Brassica chinensis) .................................................... 12
Buncis (Phaseolus vulgaris) .......................................................... 13
Jaat Liar (Phaseolus sp.) .............................................................. 13
Daun Brojo lego (Mikania cordata) .............................................. 13
Meniran (Phylanthus urinaria) ...................................................... 14
Jambu Biji (Psidium guajava) ....................................................... 14
Labu Air (Lagenaria siceraria) ..................................................... 15
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) ............................ 15
MATERI DAN METODE ..................................................................................... 16
vii
Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 16
Materi ......................................................................................................... 16
Hewan ............................................................................................ 16
Kandang ......................................................................................... 16
Peralatan......................................................................................... 17
Pakan .............................................................................................. 17
Prosedur ..................................................................................................... 17
Rancangan .................................................................................................. 18
Peubah yang diamati ...................................................................... 18
Analisis Data .............................................................................................. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 20
Keadaan Umum ......................................................................................... 20
Kondisi Hewan .............................................................................. 20
Kondisi Kandang ........................................................................... 20
Kondisi Lingkungan ...................................................................... 21
Aktivitas dan Tingkah Laku Kancil ........................................................... 22
Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan Kancil . 23
Aktivitas Makan ............................................................................. 23
Aktivitas memamahbiak ................................................................ 25
Aktivitas Minum ............................................................................ 26
Aktivitas Defekasi.......................................................................... 26
Aktivitas Urinasi ............................................................................ 28
Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Kancil ................................... 29
Aktivitas Lokomosi........................................................................ 29
Aktivitas Merawat Diri atau Grooming ......................................... 30
Aktivitas Istirahat ........................................................................... 31
Pemilihan Pakan ........................................................................................ 33
Kesimpulan ................................................................................................ 36
Saran .......................................................................................................... 36
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38
LAMPIRAN........................................................................................................... 41
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Rataan Karkas Kancil, Kambing, dan Domba ................................................ 4
2. Kandungan Asam Amino Daging Kancil dan Beberapa Ternak Lain............ 5
3. Rataan Suhu dan Kelembaban di Penangkaran ............................................ 20
4. Urutan Pemilihan Pakan pada Kancil di Siang Hari ..................................... 34
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Phaseolus sp. ............................................................................................... 13
2. Brojo lego (Mikania cordata) ...................................................................... 14
3. Meniran (Phylanthus urinaria) .................................................................... 14
4. Kancil (Tragulus javanicus) ........................................................................ 16
5. Kandang Kancil ........................................................................................... 16
6. Persentase Harian Aktivitas Kancil Selama Penelitian................................ 22
7. Tingkah Laku Makan Kancil di Penangkaran ............................................. 24
8. Tingkah Laku Memamahbiak Kancil di Penangkaran ................................ 25
9. (a) Kancil pada saat Defekasi (b) Kancil Selesai Defekasi ........................ 27
10. Tingkah Laku Defekasi Kancil di Penangkaran .......................................... 27
11. Tingkah Laku Urinasi Kancil di Penangkaran ............................................. 28
12. Tingkah Laku Lokomosi Kancil di Penangkaran ........................................ 29
13. Tingkah Laku Grooming Kancil di Penangkaran ........................................ 31
14. Kancil Istirahat di Gorong-Gorong ............................................................. 32
15. Tingkah Laku Istirahat Kancil di Penangkaran ............................................ 33
x
DAFTAR LAMPIRA
Nomor
Halaman
1. Data Rataan Aktivitas Kancil Selama Penelitian ......................................... 42
2. Persentase Aktivitas Kancil Selama Penelitian ........................................... 42
3. Persentase Aktivitas Kancil Tiap Tingkah Laku Selama Penelitian............ 43
4. Data Suhu dan Kelembaban Lingkungan pada Pengamatan ....................... 43
5. Data Pemilihan Jenis Pakan Pada Siang Hari .............................................. 44
6. Data Pemilihan Jenis Pakan Pada Malam Hari ............................................ 45
xi
PEDAHULUA
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi di dunia sehingga mendapat sebutan Megadiversity Country. Keanekaragaman
ini mencakup ekosistem, spesies, dan genetis yang berada di darat, perairan air tawar,
di kawasan pesisir, dan laut. Padahal luas daratan Indonesia hanya 1,5% dari luas
dunia (Bappenas, 2003). Kekayaan yang berupa keanekaragaman hayati ini perlu
dijaga dan dilestarikan agar masih dapat dinikmati di masa yang akan datang. Salah
satu keanekaragaman hayati tersebut adalah kancil (Tragulus javanicus) yang saat ini
populasinya mengalami penurunan dan diperkirakan terancam punah.
Kepunahan satwa liar pada umumnya disebabkan oleh tingkah laku manusia
yang tidak bertanggungjawab. Penjualan satwa secara ilegal dan perburuan liar yang
terus berlangsung tanpa menghiraukan waktu perkembangbiakan dapat menyebabkan
populasi kancil di habitat aslinya berkurang. Perburuan terhadap kancil dikarenakan
daging kancil dikonsumsi sebagai sumber protein hewan dan menurut Setiawan
(2005) daging kancil memiliki karakteristik organoleptik daging yang enak dan
gurih. Hutan-hutan yang merupakan habitat asli dari satwa liar juga beralih fungsi
menjadi lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, dan industri untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Penebangan hutan secara ilegal (ilegal logging), dan
penerapan hukum yang tidak tegas juga menambah parah dari kerusakan habitat
satwa liar di alam. Akibatnya populasi satwa liar tersebut akan berkurang karena
habitat aslinya telah rusak.
Kancil merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, status konservasi kancil bersama semua anggota
genus Tragulus merupakan satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia
(Departemen Kehutanan, 1999). IUCN (International Union for Conservation of
Nature and Natural Resource) menyatakan kancil berstatus terancam punah
(endangered species).
Penangkaran merupakan salah satu program pelestarian satwa di luar
habitatnya. Prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha penangkaran adalah
memenuhi kebutuhan hewan sehingga dapat hidup layak dan dapat mengkondisikan
lingkungannya seperti di habitat alaminya. Pemenuhan prinsip ini dimaksudkan agar
1
satwa tersebut dapat berproduksi dengan baik. Pengetahuan pola tingkah laku harian
satwa dan pengetahuan jenis pakan yang disukai oleh satwa, murah, bergizi, serta
tidak bersaing dengan makanan manusia sangat diperlukan untuk mendukung
keberhasilan usaha penangkaran. Keberhasilan penangkaran merupakan langkah
awal dari usaha budidaya.
Kancil mempunyai beberapa keunggulan diantaranya memiliki nilai
persentase karkas yang tidak jauh berbeda dengan kambing dan domba (Rosyidi,
2005). Kandungan asam amino daging kancil relatif lebih tinggi dan lengkap dari
beberapa hewan domestikasi (sapi, domba, kambing), kecuali kerbau (Widiatmoko,
2005). Kancil juga dapat dijadikan hewan model herbivora karena ukuran tubuhnya
yang kecil sehingga mudah dalam penanganan.
Informasi mengenai perilaku kancil di penangkaran masih sangat terbatas,
padahal perilaku tersebut dapat memberikan gambaran dan informasi tentang cara
makan, minum, grooming, lokomosi, urinasi, istirahat, dan memamahbiak. Informasi
mengenai jenis pakan yang disukai oleh kancil, murah, bergizi, serta tidak bersaing
dengan makanan manusia di penangkaran juga masih sangat terbatas. Informasi ini
dapat membantu manajemen pemeliharaan kancil di penangkaran menjadi lebih baik
dan efisien. Keberhasilan manajemen pemeliharaan di penangkaran diharapkan dapat
mempertahankan dan mengembangkan populasi kancil serta lebih lanjut dapat
mengarah pada usaha budidaya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mempelajari, dan menganalisis
aktivitas perilaku kancil yang terdapat di Penangkaraan Mamalia Kecil, Bidang
Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong,
Bogor. Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis pakan
yang disukai oleh kancil, murah, bergizi, serta tidak bersaing dengan makanan
manusia di penangkaran. Informasi ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu mengatasi masalah konservasi terutama dalam hal penerapan zooteknik
pengelolaan kancil dan penerapan jenis pakan alternatif yang disukai oleh kancil,
murah, bergizi, serta tidak bersaing dengan makanan manusia. Keberhasilan
penangkaran kancil nantinya diharapkan dapat mengarah pada usaha budidaya.
2
TIJAUA PUSTAKA
Kancil (Tragulus javanicus)
Klasifikasi dan Morfologi
Ruminansia adalah jenis hewan yang mempunyai kebiasaan memamahbiak.
Ruminansia dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan jenis makanannya. Golongan
pertama adalah pemakan rumput berserat kasar, seperti sapi, kerbau, domba.
Golongan kedua adalah ruminansia pemakan rumput dan daun-daunan, seperti
kambing, gazelle, dan impala. Golongan ketiga adalah ruminansia pemakan daundaunan, umbi, biji-bijian, dan buah-buahan yang mudah dicerna. Perbedaan jenis
makanan ini menimbulkan adanya perbedaan struktur anatomis alat pencernaan
masing-masing golongan. Kancil yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
ruminansia golongan ketiga (Kay et al., 1980).
Kancil diklasifikasikan kedalam kingdom Animalia, sub kingdom Metazoa,
filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactila, sub ordo Ruminansia, famili
Tragulidae, dan genus Tragulus. Genus Tragulus dibagi menjadi tiga spesies yaitu
Tragulus napu dengan berat antara 5-8 kg, T. meminna dengan berat 2.25-2.70 kg,
dan T. javanicus dengan berat 2-2.5 kg. Kancil merupakan hewan herbivora. Ukuran
panjang badannya antara 45-100 cm dengan tinggi antara 20-40 cm. Satwa ini
memiliki kepala kecil, moncong mulut lebar dengan rambut yang sedikit di bagian
hidung, matanya lebar tanpa kelenjar air mata, telinganya kecil dan memusat.
Lehernya pendek dan tidak bertanduk. Kancil memiliki empat kaki, kuku semu lebih
lemah daripada kuku tengah. Gigi kancil berjumlah 34. Hewan jantan memiliki gigi
taring atas yang panjang dan berbentuk tombak, sedangkan kancil betina memiliki
gigi taring atas kecil. Perutnya terdiri dari empat bagian tetapi omasumnya tereduksi
dan kecil. Betina memiliki empat puting, jantan memiliki skrotum yang tidak runcing
dan penisnya berbentuk spiral (Grzimek, 1972).
Habitat dan Status Konservasi
Habitat merupakan hasil interaksi berbagai komponen yaitu komponen fisik
yang terdiri dari air, tanah, topografi, dan iklim (makro dan mikro) serta komponen
biologis yang terdiri dari manusia, vegetasi, dan satwa. Habitat yang sesuai
menyediakan semua kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama musim tertentu
3
atau sepanjang tahun (Smiet, 1986). Kelengkapan habitat terdiri dari beberapa jenis
termasuk makanan, perlindungan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan oleh spesies
kehidupan liar untuk bertahan hidup dan melangsungkan reproduksinya secara
berhasil (Bailey, 1984). Wilayah jelajah (home range) adalah wilayah yang
dikunjungi satwa liar secara tetap karena dapat memenuhi kebutuhan makan, minum
serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung, tempat tidur, dan tempat kawin
(Alikodra, 1990).
Hasil penelitian Farida et al. (2003) di Cagar Alam Nusakambangan Barat
dan Nusakambangan Timur menyatakan bahwa habitat kancil tersebar hampir di
semua lokasi di wilayah luar maupun dalam kawasan. Kancil menyukai habitat di
tempat-tempat rimbun misalnya di bawah rimbunan pohon-pohon salak, banyak
jatuhan daun-daun kering dan umumnya tempat bersarangnya tidak jauh dari sungai.
Kancil merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, status konservasi kancil bersama semua anggota
genus Tragulus merupakan satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia
(Departemen Kehutanan, 1999).
Karakteristik Karkas dan Kandungan utrisi Daging Kancil
Rataan karkas kancil sebesar 52,03%. Persentase karkas kancil jantan lebih
kecil daripada kancil betina. Kancil jantan memiliki berat organ-organ non-karkas
yang lebih berat dibanding kancil betina. Kancil memiliki persentase karkas tidak
jauh berbeda dengan kambing dan domba (Rosyidi, 2005). Rataan karkas kancil,
kambing, dan domba tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Karkas Kancil, Kambing, dan Domba
Jenis Hewan
Kancil
Domba
Kambing Kacang
Kambing Peranakan Etawah
Rentangan (%)
47,14-55,68
45,00-57,00
40,72-44,22
43,37-49,76
Rataan (%)
52,03
52,00
42,46
46,65
Sumber : (Rosyidi, 2005)
Kandungan asam amino kancil relatif tinggi dan lengkap dibandingkan
dengan ternak lainnya kecuali kerbau (Widiatmoko, 2005). Kandungan asam amino
daging kancil dibandingkan dengan ternak lain disajikan pada Tabel 2. Kancil
termasuk salah satu spesies satwa liar yang mampu menghasilkan proporsi produksi
4
daging yang relatif tinggi sehingga kancil mempunyai potensi untuk dijadikan
sebagai salah satu hewan penghasil daging yang potensial (Rosyidi, 2005).
Setiawan (2005) melaporkan bahwa daging kancil memiliki daya mengikat
air rendah, susut masak besar, dan sangat empuk. Daging kancil matang memiliki
kesan juiceness sedang, empuk, tekstur agak halus, dan rasa yang gurih. Daging
kancil jantan maupun betina tidak berbeda nyata secara fisik maupun organoleptik,
kecuali untuk warna daging matang betina lebih cerah dibandingkan jantan.
Tabel 2. Kandungan Asam Amino Daging Kancil dan Beberapa Ternak Lain
No
Asam Amino
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
As. Aspartat
As. Glutamat
Serin
Glisin
Histidin
Arginin
Threonin
Alanin
Prolin
Tirosin
Valin
Methionin
Sistin
Isoleusin
Leusin
Phenilalanin
Lisin
Kancil
Sapi
Kerbau Domba Kambing
…………………………….%.................................
0,93
2,56
1,49
3,97
0,58
0,87
0,30
1,07
1,32
0,07
0,77
0,18
0,13
0,47
1,22
0,41
0,46
0,41
0,11
1,17
0,29
0,30
0,90
1,42
0,46
1,19
0,35
0,82
0,19
0,19
0,51
0,11
1,32
0,34
0,34
0,21
0,05
0,65
0,19
0,17
0,43
0,36
0,08
0,08
0,36
0,08
1,23
0,29
0,32
0,18
0,19
1,88
0,48
0,53
0,19
0,10
0,90
0,21
0,22
0,56
0,18
1,80
0,49
0,47
Sumber : (Widiatmoko, 2005)
Tingkah Laku
Tingkah laku hewan adalah suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap
lingkungannya. Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk beradaptasi
dengan lingkungan tertentu. Satwa liar yang didomestikasi akan mengalami
perubahan tingkah laku yaitu berkurangnya sifat liar dan agresif, musim kawin yang
lebih panjang, dan kehilangan sifat berpasangan (Craig, 1981).
Tingkah laku pada tingkat adaptasi ditentukan oleh kemampuan belajar
hewan untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang baru.
Menurut Stanley dan Andrykovitch (1984), tingkah laku maupun kemampuan
5
belajar hewan ditentukan oleh sepasang atau lebih gen. Tingkah laku individu dalam
satu spesies secara umum relatif sama meskipun terdapat variasi. Tingkah laku
tersebut dapat diwariskan pada turunannya yaitu berupa tingkah laku dasar.
Perilaku satwa adalah respon atau ekspresi satwa terhadap rangsangan atau
stimulus atau agent yang mempengaruhinya. Rangsangan dibagi menjadi dua
macam yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain
adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, dan faktor motivasi. Rangsangan luar dapat
berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis, dan rangsangan kimia (Mukhtar,
1986). Rosyidi (2005) menyatakan, perilaku merupakan suatu kegiatan yang
diperlihatkan oleh hewan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Satwa liar
sebagian besar mempunyai berbagai pola tingkah laku yang dapat dicobakan untuk
suatu situasi, dengan demikian kancil belajar menerapkan salah satu pola yang
menghasilkan penyesuaian terbaik (Alikodra, 1990).
Perilaku merupakan suatu aktivitas yang perlu melibatkan fungsi fisiologis.
Setiap macam perilaku melibatkan penerimaan rangsangan melalui panca indera.
Perubahan rangsangan-rangsangan ini menjadi aktivitas neural, aksi integrasi
susunan syaraf dan akhirnya aktivitas berbagai organ motorik, baik internal maupun
eksternal (Tanudimadja dan Kusumamihardja, 1985). Kebanyakan perilaku yang
diarahkan untuk suatu tujuan (seperti makan, minum, tidur, dan seksual) terdiri dari
tiga tahap yang jelas dan terjadi secara siklis. Tiga tahap tersebut yaitu perilaku
apetitif, konsumatoris, dan refraktoris. Tahap apetitif dapat sederhana atau kompleks,
sering mencakup mencari dari perilaku yang diubah dan yang banyak dipelajari.
Tahap konsumatoris relatif cenderung untuk konsisten, memperlihatkan sedikit
perbedaan dari individu yang satu terhadap individu lain dan sebagian besar dapat
instinktif. Tahap refraktoris mencakup hilangnya perhatian dan berhentinya aktivitas
konsumatoris, meskipun kesempatan untuk memberi respon selalu ada.
Satwa liar mempunyai berbagai tingkah laku dan proses fisiologis untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Menurut Mukhtar (1986),
aktivitas tingkah laku dapat dikelompokkan kedalam sembilan sistem tingkah laku,
yaitu: (1) tingkah laku makan dan minum (ingestif); (2) tingkah laku mencari
perlindungan (shelter seeking), adalah kecenderungan mencari kondisi lingkungan
yang optimum dan menghindari bahaya; (3) tingkah laku persaingan antara dua
6
satwa yang sejenis (agonistik), umumnya terjadi selama musim kawin; (4) tingkah
laku seksual yang merupakan tingkah laku peminangan (courtship), kopulasi dan halhal lain yang berkaitan dengan hubungan satwa jantan dan betina satu jenis; (5) care
giving atau epimelitic adalah pemeliharaan terhadap anak (maternal behaviour); (6)
tingkah laku meminta dipelihara merupakan tingkah laku individu muda untuk
dipelihara oleh yang dewasa (care soliciting atau et-epimelitic); (7) tingkah laku
eliminatif atau tingkah laku membuang kotoran; (8) tingkah laku meniru salah satu
anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap
rangsangan dan koordinasi yang berbalas-balasan (allelomimetik); dan (9) tingkah
laku memeriksa lingkungannya (investigatif).
Tingkah Laku Makan
Hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh makanan, yaitu pertama
tetap berada di tempat dan makanan datang sendiri, kedua berjalan untuk mencari
makan, dan ketiga menjadi parasit bagi organisme lain. Tingkah laku makan
dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis makanan yang tersedia, dan
habitat (Warsono, 2002).
Fungsi utama tingkah laku adalah untuk menyesuaikan diri terhadap beberapa
perubahan keadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Tingkah laku makan
disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (makanan) dan rangsangan dari dalam
(adanya kebutuhan atau lapar). Tingkah laku ini berkembang sesuai dengan
perkembangan dari proses belajar (Alikodra, 1990).
Satwa liar mempunyai tingkah laku proses fisiologis untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Satwa liar melakukan kegiatan-kegiatan yang agresif,
melakukan persaingan dan bekerja sama untuk mendapatkan makanan, perlindungan,
pasangan untuk kawin, reproduksi dan sebagainya untuk mempertahankan
kehidupannya (Alikodra, 1990). Hasil pengamatan Winarto et al. (1991) melaporkan
secara berurutan dari beberapa pakan yang disukai kancil adalah pisang, kacang
panjang, kangkung, pepaya, jambu biji, jagung, mentimun, tomat, wortel, dan bayam.
Penggunaan otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif
dibandingkan pada domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkut
pakan, sedangkan pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. (Winarto et al.,
1991). Keadaan seperti demikian dikarenakan otot-otot bibir relatif kurang
7
berkembang yang mengakibatkan pasifnya gerakan bibir dalam menangkap pakan.
Bibir pada kancil berfungsi untuk mengambil dan menahan pakan untuk dimasukkan
ke dalam mulut (Nurhidayat et al., 1992). Otot bibir pada domba berkembang baik
untuk merumput (Hafez, 1969).
Kancil yang hidup di alam mendapatkan pakan dari tumbuhan dan buahbuahan. Hasil penelitian yang dilakukan di Nusakambangan Barat dan Timur
melaporkan ada 34 jenis tumbuhan hutan yang tergolong kedalam 21 suku tumbuhan
sebagai sumber pakan kancil dan kijang, 14 jenis diantaranya adalah jenis tumbuhan
yang dipilih kancil sebagai sumber pakannya, 19 jenis tumbuhan yang dimakan
kijang, dan hanya 1 jenis tumbuhan berupa daun muda dan buah uris-urisan (Grewia
laevigata) yang dimakan oleh kancil dan kijang (Farida et al., 2003). Dilaporkan
dari penelitian di Taman Nasional Gunung Halimun bahwa tercatat sebanyak 50 jenis
tumbuhan hutan yang termasuk kedalam 22 famili dari tanaman hutan yang dipilih
oleh kancil dan rusa sebagai sumber makanan. Terdapat 44 jenis tumbuhan hutan
yang dimakan kancil dan 50 jenis yang dimakan rusa (Farida et al., 2006).
Kancil
termasuk
Sub
ordo
Ruminansia
yang
mempunyai
perilaku
memamahbiak. Aktivitas memamahbiak umumnya dilakukan pada waktu istirahat
setelah makan sebagaimana ruminansia lain. Memamahbiak dilakukan dengan
duduk, posisi kaki depan maupun belakang ditekuk di bawah badan. Aktivitas
memamahbiak selama ada waktu kosong. Frekuensi memamahbiak pada siang hari
lebih tinggi daripada malam hari, namun mencapai puncak pada periode pukul 22.0002.00 WIB. Puncak aktivitas makan pada kancil yang hidup secara berkelompok di
Kebun Binatang Ragunan dan Surabaya terjadi pada pukul 09.00-12.00 WIB dan
pada periode 15.00-18.00 WIB (Winarto et al., 1991).
Tingkah Laku Membuang Kotoran (Defekasi dan Urinasi)
Kancil pada saat urinasi bisa di sembarang tempat, akan tetapi yang paling
sering biasanya menempatkan urinnya pada tempat yang sama di sudut kandang
dekat tempat buang feses. Kancil betina saat akan melakukan urinasi ditandai dengan
merendahkan pantat sambil membuka paha lebar-lebar, sedangkan pada kancil jantan
hanya sedikit merendahkan pantatnya dan tidak membuka paha terlalu lebar. Proses
urinasi yang umum pada jantan air mengucur ke bawah dari bawah perut, sedangkan
yang betina air kencing mengucur dari belakang pantat seperti pancuran (Rosyidi,
8
2005). Jumlah dan komposisi urin sangat berubah-ubah dan tergantung pemasukan
bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup seperti
temperatur, kelembaban, aktivitas tubuh, dan keadaan kesehatan (Koolman et al.,
2000).
Tingkah Laku Istirahat
Perilaku istirahat pada hewan dilakukakan dalam berbagai bentuk yaitu tidur
(siang hari pada hewan nokturnal), duduk di atas panjatan tanpa melakukan aktivitas
lainnya dan lain sebagainya. Istirahat (tidak bergerak) menunjukkan tidak adanya
aktivitas kadang diselingi dengan merawat tubuh (grooming) (Kinnaird, 1997).
Perilaku istirahat pada kancil meliputi perilaku diam, istirahat untuk memamahbiak,
dan tidur. Perilaku diam biasanya dilakukan di sudut kandang yang jauh dari pintu
kandang. Perilaku diam dilakukan dengan keempat kakinya lurus menapak ke lantai
tidak bergerak, kepala agak menunduk, kadang-kadang matanya terlihat menutup
(Rosyidi, 2005).
Tingkah Laku Minum
Aktivitas minum dilakukan oleh hewan untuk memenuhi kebutuhan akan air.
Hewan akan minum jika merasa haus. Winarto et al. (1991) melaporkan bahwa
selama pengamatan yang dilakukan di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta aktivitas
minum pada kancil sangat jarang dilakukan. Aktivitas minum hanya diketahui 1-2
kali saja. Pengamatan yang dilakukan di Kebun Binatang Surabaya aktivitas minum
tidak pernah dilakukan. Kebutuhan air diduga sudah terpenuhi dari makanan yang
didapat dan didukung lingkungan kandang yang sejuk. Rosyidi (2005) melaporkan
bahwa kemampuan menahan haus pada kancil diduga karena kemampuan dinding sel
darah merah kuat sehingga mampu menahan terjadinya hemolisis. Kemampuan sel
darah merah dalam menahan terjadinya hemolisis dibuktikan dari hasil penelitian di
laboratorium bahwa darah kancil tahan terhadap penambahan NaCl hingga 25%.
Tingkah Laku Merawat Diri
Grooming merupakan salah satu tingkah laku pada hewan untuk merawat
dirinya dari ektoparasit yang melekat pada rambut di permukaan tubuhnya (Mitchell
dan Erwin, 1987). Perilaku grooming merupakan rangkaian dari perilaku istirahat
(perilaku merawat tubuh ini lebih sering dilakukan pada saat istirahat). Perawatan
9
tubuh pada kancil dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan badannya ke benda
keras. Perilaku merawat tubuh dilakukan pada dua posisi, yaitu berdiri dan rebah.
Perilaku merawat diri dilakukan dengan cara menjilati bulu-bulu di sekitar bibir kiri
maupun bibir kanan dengan menggunakan lidah. Lidah juga digunakan untuk
membersihkan bulu di kaki dan perut (Rosyidi, 2005).
Tingkah Laku Bergerak (Lokomosi)
Tingkah laku bergerak adalah semua pergerakan satwa dari satu tempat ke
tempat lainnya (Kinnaird, 1997). Tingkah laku lokomosi pada kancil adalah aktivitas
kancil pada saat berjalan-jalan untuk makan, minum, dan bermain. Aktivitas berjalan
pada kancil dilakukan dengan cara melangkahkan kaki secara bergantian antara kaki
kanan dan kiri (Rosyidi, 2005).
Pemilihan dan Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) diartikan sebagai jumlah pakan
yang dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum
(Parakkasi, 1995). Konsumsi zat makanan sangat diperlukan untuk membantu
metabolisme dalam tubuh (Sutardi, 1980). Aktivitas konsumsi meliputi proses
mencari makan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indra hewan
terhadap pakan, proses memilih pakan, dan proses menghentikan pakan.
Produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi
pakan akan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi daripada
pakan yang berdaya cerna rendah. Temperatur lingkungan yang tinggi menurunkan
konsumsi sedangkan penurunan temperatur merangsang pusat makan untuk
meningkatkan konsumsi pakan (Arora, 1989).
Cara pengambilan pakan pada kancil agak sedikit berbeda dibandingkan
dengan ruminansia lain. Pengambilan pakan diawali dengan pemilihan pakan
menggunakan alat penciuman. Kancil mengambil pakan pilihannya setelah memilih
pakan yang disediakan. Pengambilan pakan dilakukan dengan menggunakan bibir
atas dan bawah kemudian pakan yang diambil dibawa langsung ke gigi geraham.
Pakan yang telah sampai di gigi geraham dikunyah sebentar sebelum ditelan. Lama
pengunyahan awal ini tergantung dari jenis pakan yang dipilihnya (Nurhidayat et
al., 1992). Pengambilan rumput pada domba dilakukan dengan bibir yang ototototnya berkembang dengan baik (Hafez, 1969). Pakan yang berupa pisang, pepaya,
10
dan mentimun hanya dikunyah beberapa kali saja lalu ditelan. Pakan yang berupa
sayur-sayuran dan polong-polongan yang ukuran panjangnya 10-20 cm dikunyah
bertahap sampai keseluruhan potongan itu masuk kemudian baru ditelan (Winarto et
al., 1991).
Jenis Pakan
Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna, dan digunakan oleh hewan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa jenis pakan merupakan bahan-bahan pakan
yang dapat dimakan atau edible. Bahan pakan mengandung zat-zat makanan, yaitu
komponen-komponen yang ada dalam bahan pakan tersebut yang dapat digunakan
oleh hewan (Tillman et al., 1991).
Ubi Jalar Merah (Ipomea batatas)
Kandungan protein sebagian besar kultivar ini adalah antara 1,5% dan 2,5%.
Ubi jalar merupakan sumber vitamin C yang baik dan vitamin B sedang. Ubi
berdaging jingga adalah sumber beta karoten yang amat baik, yang kandungannya
lebih tinggi dibandingkan dengan yang berdaging kuning sedangkan yang berdaging
putih hanya mengandung sedikit atau tidak mengandungnya (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999). Rosyidi (2005) melaporkan bahwa komposisi nutrien yang
terdapat dalam ubi jalar adalah 35,19% bahan kering, 2,30% protein kasar, 2,56%
serat kasar, 1,88% lemak kasar, 93,04% bahan ekstrak tanpa nitrogen, 0,23% abu,
88,46% total digestible nutrients.
Oyong (Luffa acutangula)
Oyong merupakan jenis tanaman setahun, berbatang lemah, berbulu, dan
merambat. Buahnya bulat panjang, berbelimbing dengan ukuran 15-30 cm dan
semakin mengecil ke pangkalnya. Oyong banyak ditanam di Asia tropika. Tanaman
ini cocok ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m dpl. Pertumbuhannya
tidak membutuhkan perawatan khusus, hanya pada waktunya memerlukan ajir
sebagai rambatannya. Buah yang tua berserat. Kandungan airnya tinggi dan nilai
gizinya rendah. Oyong dapat memberi rasa dingin pada yang memakannya.
(Sastrapradja et al., 1984). Kandungan gizi oyong adalah air 94,5 g, energi 19 Kkal,
protein 0,8 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 4,1 g, abu 0,4 g, kalsium 19 mg, fosfor 33 mg,
besi 0,9 mg (Mahmud et al., 2009).
11
Labu Siam (Sechecium edule)
Labu siam atau waluh siyem lebih dikenal dengan nama gambas di daerah
Jawa Barat. Tanaman ini tumbuh merambat, batangnya kecil dan panjang. Buah
berbentuk seperti bola lampu, berdaging tebal, lunak, dan banyak mengandung air.
Tanaman ini berasal dari Amerika tropika, sekarang banyak ditanam di kawasan
malesia seperti Filipina, Malaysia dan Indonesia. Labu siam dapat dan mudah
tumbuh dimana saja, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Syarat penting
untuk pertumbuhannya yaitu penyinaran matahari yang penuh. Tanaman ini tidak
menyukai air tergenang. Labu siam memiliki kandungan air sebesar 92% dari
buahnya (Sastrapadja et al., 1984). Kandungan gizi labu siam adalah air 92,3 g,
energi 30 Kkal, protein 0,6 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 6,7 g, abu 0,3 g, kalsium 14
mg, fosfor 25 mg, besi 0,5 mg (Mahmud et al., 2009).
Pisang lampung (Musa sp.)
Pisang lampung mirip dengan pisang mas dan memiliki perbedaan pada
ujung buahnya. Pisang lampung ujung buahnya lancip sedangkan pisang mas ujung
buahnya tumpul. Setiap tandannya terdiri dari enam sampai delapan sisir dan setiap
sisir terdiri dari 18-20 buah. Berat setiap sisir 940 gram, berat setiap buah 50 gram.
Panjang buah sembilan cm dan lingkar buah 10,5 cm. Warna kulit buah kuning
penuh dan warna daging buah kuning kemerahan. Rasa buahnya manis dan
aromanya harum. Pisang lampung disajikan sebagai hidangan segar. Jenis pisang ini
mudah sekali rontok dari sisirnya. (Satuhu dan Supriyadi, 1999).
Sawi Putih (Brassica chinensis)
Sawi putih tumbuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi ini
sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar
dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya berwarna hijau segar. Jenis
sawi ini tergolong terbesar dan terberat diantara jenis sawi lainnya. (Haryanto et al.,
2003). Kandungan gizi sawi putih adalah air 96,6 g, energi 9 Kkal, protein 1 g, lemak
0,1 g, karbohidrat 1,7 g, serat 0,8 g, abu 0,6 g, kalsium 56 mg, fosfor 42 mg, besi 1,1
mg (Mahmud et al., 2009).
12
Buncis (Phaseolus vulgaris)
Tumbuhan ini termasuk kedalam famili leguminosae dan mempunyai dua tipe
pertumbuhan, yaitu membelit atau merambat dan tegak. (Setianingsih, 2002).
Kandungan setiap 100 g bagian biji kering yang dapat dimakan berisi 10 g air, 22,6 g
protein, 1,4 g lemak, 62 g karbohidrat, 4,3 g serat, dan 3,7 g abu. Kandungan
energinya rata-rata 1.453 kJ per 100 g. Kandungan setiap 100 g polong muda adalah
91 g air, 1,8 g protein, 0,2 g lemak, 6,6 g karbohidrat, 1 g serat, dan 0,7 g abu.
Kandungan energinya rata-rata 126 kJ per 100 g. (Van der Maesen dan
Somaatmadja, 1993).
Jaat Liar (Phaseolus sp.)
Suku polong-polongan atau Fabaceae merupakan salah satu tumbuhan dikotil
yang terpenting dan terbesar. Banyak tumbuhan budidaya penting termasuk kedalam
suku ini, dengan bermacam-macam kegunaan antara lain sebagai bahan makanan,
minuman, bumbu masak, zat pewarna, pupuk hijau, pakan ternak, dan bahan
pengobatan. Anggota suku ini dikenal karena kemampuannya mengikat (fiksasi)
nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan
bakteri tertentu pada akar atau batangnya. Tumbuhan ini memiliki kandungan gizi
sebagai berikut air 9,61%, abu 8,85%, protein kasar 1,43%, serat kasar 20,02%,
energi bruto 3.928,55 kal/gram (Apriyanti, 2010). Dokumentasi jaat liar (Phaseolus
sp.) disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Phaseolus sp.
Sumber : Bagus (2009)
Daun Brojo lego (Mikania cordata)
Tumbuhan brojo lego (M.cordata) merupakan tumbuhan liar yang banyak
terdapat di lingkungan sekitar. Tumbuhan ini bersifat merambat dan mudah tumbuh.
13
Daun brojo lego mempunyai kandungan nutrisi sebagai berikut air 10,58%, abu
11,29%, protein kasar 18,44%, lemak kasar 1,58%, serat kasar 17,44%, energi bruto
3674,84 kal/gram (Apriyanti, 2010). Dokumentasi brojo lego (Mikania cordata)
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Brojo lego (Mikania cordata)
Sumber : Bagus (2009)
Meniran (Phylanthus urinaria)
Tumbuhan ini termasuk dalam famili Euphorbiaceae banyak ditemukan
tumbuh liar di pekarangan rumah dan ladang. Meniran dapat tumbuh di dataran
rendah hingga dataran tinggi (1.000 meter dpl.). Seluruh bagian tumbuhan meniran
dapat digunakan sebagai obat. Meniran juga berkhasiat mencegah penularan penyakit
karena virus dengan memperkuat daya tahan tubuh. Senyawa kimia yang dikandung
meniran antara lain filantin, kalium, mineral, dammar, dan zat penyamak (Kusuma,
2005). Kandungan gizi pada meniran adalah kadar abu 6,39%, protein 10,65%,
lemak 2,94%, serat kasar 29,97%, energy bruto 3.967 kal/gram (Farida, 2007).
Dokumentasi meniran disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Meniran (Phylanthus urinaria)
Sumber : Bagus (2009)
Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji merah tiap 100 g daging buahnya mengandung 3.100 mikrogram
vitamin A dan 310 miligram vitamin C. Buah daging yang pucat warnanya praktis
14
tidak bervitamin A, namun rata-rata masih mengandung 46 miligram vitamin C (
Rismunandar, 1989). Rukmana (2008), melaporkan Tiap 100 g buah jambu biji
mengandung 49,0 kalori, 0,9 g protein, 0,3 g lemak, 12,2 g k, 14,0 mg kalsium, 28,0
mg fosfor, 1,1 mg zat besi, 5 SI vitamin A, 0,02 mg vitamin B1, 87,0 mg vitamin C,
86,0 g air, dan 82,0% bagian yang dapat dimakan. Vitamin C hanya terdapat pada
daging dan kulit buah yang masih hijau, sedangkan pada buah yang sudah tua dan
matang kandungan vitamin C-nya menurun. Jambu biji memiliki kandungan vitamin
C paling banyak dibandingkan dengan buah yang lain.
Labu Air (Lagenaria siceraria)
Labu air atau labu botol (Lagenaria siceraria) adalah tanaman purba yang
tersebar luas dan sangat cocok tumbuh pada kondisi semi kering daerah tropika dan
subtropika. Tanaman ini berasal dari Afrika yang kemudian didomestikasi di dataran
rendah tropika afrika tengah di bagian selatan. Labu air merupakan tanaman setahun
dengan batang jalar merambat, panjang, bertulang, dan bercabang banyak, dengan
panjang batang 3-15 m. Batang merayap longitudinal dengan bulu lembut dan sulur
bercabang, satu pendek dan lainnya panjang. Daunnya sederhana, sangat besar,
berbentuk jantung (cordate) atau lonjong dengan lebar 15-30 cm. Permukaan daun
tertutup bulu halus lir-beludru dan berbau harum. Tanaman ini cocok tumbuh di
tanah bertekstur ringan dan berdrainase baik dengan pH mendekati netral. Buah
memerlukan waktu empat sampai lima bulan untuk mencapai matang sempurna dan
memiliki kulit keras permanen (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Kandungan gizi
labu air adalah air 95 g, energi 19 Kkal, protein 0,6 g, lemak 0,2 g, kh 3,8 g, seratabu 0,4 g, kalsium 12 mg, fosfor 18 mg, besi 0,6 mg (Mahmud et al., 2009).
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman
yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses perkecambahan dan
pertumbuhan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam
medium pertumbuhan. Air diabsorbsi dan digunakan untuk memacu aktivitas enzimenzim sebagai metabolisma perkecambahan di dalam benih (Salisbury dan Ross,
1992). Kandungan gizi kecambah atau tauge adalah air 90,4 g, energi 34 Kkal,
protein 3,7 g, lemak 1,2 g, karbohidrat 4,3 g, serat 1,1 g, abu 0,4 g, kalsium 166 mg,
fosfor 74 mg, besi 0,8 mg (Mahmud et al., 2009).
15
MATERI DA METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Penangkaraan Mamalia Kecil, Bidang Zoologi,
Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. Penelitian
dilaksanakan dari tanggal 9 September sampai dengan 30 Desember 2009.
Materi
Hewan
Penelitian ini menggunakan hewan percobaan satu ekor kancil (Tragulus
javanicus) berjenis kelamin betina dan telah ditangkarkan selama tiga tahun. Kancil
yang digunakan berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Dokumentasi kancil disajikan
pada Gambar 4.
Gambar 4. Kancil (Tragulus javanicus)
Sumber : Bagus (2009)
Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang aktivitas dan dilengkapi dengan
gorong-gorong dari beton sebagai tempat istirahat atau tidur bagi kancil. Kandang
berukuran panjang 455 cm, lebar 260 cm, dan tinggi 220 cm dan dilengkapi dengan
tempat pakan dan minum. Dokumentasi kandang kancil disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Kandang Kancil
Sumber : Bagus (2009)
16
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jam, termohygrometer,
peralatan kebersihan, tempat makan, tempat minum, alat hitung, kamera digital, pita
ukur, teropong (binoculars) dan alat tulis.
Pakan
Pakan yang digunakan terdiri dari 12 jenis, yaitu ubi jalar merah (Ipomea
batatas), jambu biji (Psidium guajava), oyong atau gambas (Luffa acutangula), labu
siam (Sechium edule), labu air (Lagenaria siceraria), buncis (Phassolus calcaratus),
kecambah (Phaseolus radiatus), sawi putih (Brassica chinensis), kulit pisang
lampung (Musa sp.), daun brojo lego (Mikania cordata), daun jaat liar (Phaseolus
sp.) dan daun meniran (Phylanthus urinaria).
Pakan dibagi menjadi dua bagian, pakan yang diberikan pagi hari yaitu ubi
jalar, jambu biji merah, oyong atau gambas, labu siam, labu air, dan buncis dan
pakan yang diberikan pada sore hari yaitu kecambah, sawi putih, kulit pisang
lampung, daun brojo lego, daun jaat liar, dan daun meniran.
Prosedur
Penelitian pendahuluan dilakukan terlebih dahulu yaitu dengan mencari
bahan pakan yang bersumber dari tumbuhan liar di sekitar kandang, masing-masing
pakan baik berupa rumput, tumbuhan perdu, daun yang berasal dari pohon, umbiumbian ataupun pohon buah-buahan diberikan kepada kancil untuk diketahui apakah
pakan tersebut dimakan atau tidak. Tumbuhan liar yang dimakan kancil kemudian
didata dan diidentifikasi di Herbarium Bogoriens (Bidang Botani) Pusat Penelitian
Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. Dipilih 12 pakan yang
paling disukai dan terjamin ketersediaanya selama masa penelitian. Ke-12 pakan
yang dipilih dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan kecenderungan
pakan yang dikonsumsi kancil pada siang dan malam hari. Kelompok satu diberikan
pada pagi hari pukul 06.00 WIB dan kelompok dua diberikan pada sore hari pukul
18.00 WIB. Masa adaptasi atau preliminary dilakukan selama 14 hari.
Pengambilan data dilakukan sebanyak 24 kali selama 24 jam yang berlangsung
delapan minggu, pengamatan dibedakan menjadi minggu ganjil dan minggu genap,
minggu ganjil (minggu pertama, ketiga, kelima, dan ketujuh), pengambilan data pada
hari Senin, Rabu, dan Jumat sedangkan pada minggu genap (minggu kedua, keempat,
17
keenam, dan kedelapan), pengambilan data pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB
keesokan harinya. Waktu pengamatan dibagi menjadi enam periode yaitu pagi hari
(06.00-10.00 WIB), siang hari (10.00-14.00 WIB), sore hari (14.00-18.00 WIB),
petang hari (18.00-22.00 WIB), malam hari (22.00-02.00 WIB) dan fajar (02.0006.00 WIB). Setiap periode pengamatan dibagi lagi menjadi interval waktu selama
15 menit. Aktivitas yang diamati kemudian dicatat.
Pengamatan pada pemilihan pakan dilakukan dengan cara melihat pakan
pertama yang dimakan dari semua jenis pakan yang diberikan. Preferensi kancil
terhadap pakan yang diberikan diamati, kemudian dicatat. Data yang telah diperoleh
kemudian dianalisis secara deskriptif.
Rancangan
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan aktivitas kancil yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan,
terdiri dari :
-
Aktivitas makan, yaitu memasukkan makanan ke mulut, mengunyahnya, dan
kemudian menelannya.
-
Memamahbiak, yaitu aktivitas pengunyahan kembali pakan yang telah ditelan
dan disimpan di rumen ke mulut (proses regurgitasi) yang kemudian
dikunyah kembali (proses remastikasi) setelah proses remastikasi selesai
pakan akan ditelan kembali (proses redeglutasi).
-
Aktivitas minum, yaitu memasukkan air atau cairan ke dalam tubuh melewati
mulutnya.
-
Aktivitas defekasi, yaitu aktivitas mengeluarkan kotoran dalam bentuk padat.
-
Aktivitas urinasi, yaitu aktivitas mengeluarkan kotoran berbentuk cair.
2. Aktivitas yang mempengaruhi aktivitas makan, terdiri dari :
-
Lokomosi, yaitu aktivitas menggerakkan tubuh dengan cara berpindah dari
tempat yang satu ke tempat yang lain, bermain dan bersuara.
-
Grooming, yaitu aktivitas membersihkan diri atau merawat tubuh seperti,
menjilat dan menggaruk maupun membersihkan badan yang lainnya.
18
-
Istirahat, yaitu tidak adanya aktivitas yang terjadi, apabila kancil dalam
keadaan diam atau tidur dan duduk.
3. Pencatatan suhu dan kelembaban lingkungan sekitar kandang
Pengukuran
peubah
suhu
dan
kelembaban
menggunakan
alat
thermohygrometer. Waktu pengukuran dilakukan sebanyak lima kali, yaitu pagi hari
(06.00 WIB), siang hari (12.00 WIB), sore hari (18.00 WIB), malam hari (00.00
WIB), dan fajar (05.00 WIB).
Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode one zero sampling. Nilai satu
diberikan apabila ada aktivitas dan nilai nol diberikan apabila tidak terjadi aktivitas
(Martin dan Batesson, 1988). Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai
dengan pukul 06.00 WIB hari berikutnya dengan interval waktu pengamatan 15
menit. Apabila terjadi aktivitas dalam waktu 15 menit tersebut maka dicatat angka
satu dan angka nol apabila tidak terjadi aktivitas. Pencatatan ini terus berulang
sampai waktu akhir pengamatan yaitu pukul 06.00 WIB hari berikutnya.
Penghitungan persentase aktivitas setiap individu adalah sebagai berikut :
Persentase Aktivitas = (A/B) x 100 %
A = Rata-rata aktivitas yang diamati dalam perlakuan
B = Total semua aktivitas yang diamati
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
19
HASIL DA PEMBAHASA
Keadaan Umum
Kondisi Hewan
Kondisi kancil betina selama penelitian secara keseluruhan dapat dikatakan
baik dan sehat. Kondisi yang sehat dapat dilihat dari bulunya yang mengkilat, cara
berjalannya yang normal, aktivitasnya normal, nafsu makannya lahap, sorot matanya
tajam, feses dan urinnya normal (tidak mencret), serta tubuhnya yang gemuk.
Kondisi Kandang
Kandang kancil dibuat dari kerangka besi berdinding kawat loket sehingga
udara mengalir bebas. Kandang berventilasi baik akan menjamin aliran udara yang
terus menerus melewati kandang dan sekitar hewan (Tillman et al., 1991). Ventilasi
yang baik juga akan mencegah seminimal mungkin debu dan menurunkan kadar
bau-bauan yang berhubungan langsung dengan keadaan kesehatan hewan
(Anggraeni, 2006). Tumbuhan dan pepohonan banyak tumbuh di sekitar kandang,
salah satunya adalah tumbuhan granadila merah (Passiflora coccinea) yang tumbuh
menjalar di atas kandang. Tumbuhan tersebut secara tidak langsung mempengaruhi
suplai oksigen dan mengurangi cekaman suhu di sekitar kandang. Kisaran suhu di
Penangkaran Mamalia selama pengamatan antara 22-31 oC dan kelembaban antara
60-99%. Rataan suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Suhu dan Kelembaban di Penangkaran
Waktu
Pagi
Siang
Sore
Malam
Fajar
Temperatur (0C)
23,75
30,13
25,08
24,04
23,54
Rh (%)
90,83
69,67
86,25
96,21
96,54
Kondisi suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi dan malam
hari, serta suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari akan
berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas kancil, seperti aktivitas makan, lokomosi,
dan istirahat.
20
Kondisi Lingkungan
Lokasi kandang, tingkat kebisingan, suhu, kelembaban, bau-bauan, dan
aktivitas makhluk hidup lain yang merupakan bagian dari lingkungan sekitar adalah
faktor-faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan selama pengamatan karena
akan mempengaruhi perilaku kancil yang diamati. Mukhtar (1986), menyatakan
perilaku satwa dipengaruhi oleh dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan
rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi
hormon, dan faktor motivasi. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan,
tenaga mekanis, dan rangsangan kimia.
Kancil merupakan hewan nokturnal yang bersifat aktif pada malam hari, tidak
banyak mengeluarkan suara, mudah stres, dan sangat peka terhadap lingkungan
sekitar. Kebisingan maupun cekaman lingkungan lain di sekitar penangkaran
mempengaruhi aktivitas yang diamati. Kebisingan ditimbulkan oleh suara-suara yang
berasal dari lingkungan sekitar seperti suara satwa, suara manusia, dan suara yang
berasal dari kendaraaan bermotor yang lewat di sekitar kandang. Tanggapan kancil
terhadap gangguan ini ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba lari
menuju tempat persembunyian (gorong-gorong) untuk menghindar dari bahaya.
Kancil termasuk hewan yang peka terhadap aktivitas makhluk hidup maupun
benda lain yang berada di sekitar lingkungannya. Kancil mengenali lingkungan dan
memberi tanggapan terhadap kondisi lingkungan dengan menggunakan indra
pendengaran dan indra penciuman. Telinga akan digerak-gerakkan untuk mendeteksi
suara. Bau-bauan dideteksi dengan cara menggerak-gerakkan kepalanya ke atas, ke
bawah, ke kiri, dan ke kanan (seperti gerakan mencari sumber bau atau menciumcium). Kancil menoleh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang untuk melihat objek.
Hewan ini sesekali keluar dari tempat persembunyian untuk memeriksa
lingkungannya dengan cara berputar-putar di kandang sambil mengendus-endus dan
menggerak-gerakkan telinga. Jumailah (1999) melaporkan bahwa perilaku
memeriksa situasi dilakukan jika kancil mencurigai sesuatu yang asing atau ingin
mengetahui keadaan sekitarnya. Pemeriksaan dilakukan biasanya dengan cara
mengendus-endus atau kepala didongakkan dan lubang hidung dibuka lebar.
Aktifnya penggunaan indra penciuman ini, menurut Nurhidayat et al. (1992)
dikarenakan kancil mempunyai otot M. Dilatator nares lateralis menuju ke lateral
21
cuping hidung. Otot ini sangat berperan dalam mendilatasikan cuping hidung
sehingga kancil dapat dengan mudah mengendus-endus untuk memeriksa lingkungan
sekitar.
Aktivitas dan Tingkah Laku Kancil
Aktivitas kancil yang diamati terdiri atas tingkah laku yang berhubungan
langsung dengan makan, yaitu: makan, minum, urinasi, dan defekasi. Aktivitas lain
yang diamati adalah tingkah laku yang mempengaruhi pola makan (lokomosi,
grooming, memamahbiak, dan istirahat). Pengamatan kancil dilakukan mulai pukul
06.00 sampai pukul 06.00 WIB pagi berikutnya.
Kancil memulai aktivitasnya dengan berjalan keluar dari gorong-gorong
(bangun tidur) kemudian melakukan aktivitas lokomosi mengelilingi kandang.
Tingkah laku berputar-putar ini bertujuan memeriksa keadaan sekitar. Aktivitas
lokomosi ini juga penting untuk menyesuaikan diri terhadap suhu udara yang dingin
sehingga panas tubuhnya meningkat dan kancil tidak kedinginan. Hewan ini akan
mendekati tempat pakan jika keadaan sekitar dirasa aman. Persentase aktivitas kancil
selama 24 jam disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Persentase Harian Aktivitas Kancil Selama Penelitian
Aktivitas kancil yang paling dominan selama di penangkaran adalah istirahat,
yaitu 36,371% atau sekitar 8,72 jam dari total aktivitas kancil selama 24 jam.
Aktivitas istirahat yang tinggi ini dipengaruhi oleh suhu udara lingkungan sekitar.
Aktivitas lain yang cukup tinggi adalah lokomosi (15,558% atau 3,73 jam). Kancil
merupakan binatang ruminansia yang melakukan aktivitas memamahbiak untuk
mencerna makanannya. Nilai persentase aktivitas memamahbiak adalah 15,312%
22
atau 3,67 jam dari total semua aktivitas. Aktivitas memamahbiak biasanya dilakukan
saat kancil sedang istirahat. Aktivitas lain yang banyak dilakukan kancil dalam
sehari-harinya adalah grooming, yaitu 13,814% atau 3,31 jam sehari. Grooming
memiliki peranan penting sebagai bentuk perawatan tubuh. Aktivitas makan
mempunyai nilai persentase sebesar (12,603% atau 3,03 jam), defekasi (3,058% atau
0,73 jam), urinasi (3,284% atau 0,79 jam), dan minum (0%).
Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan Kancil
Aktivitas Makan
Aktivitas makan dimulai dengan proses pemilihan pakan yang diberikan.
Kancil memilih jenis pakan menggunakan indra penciumannya, yaitu dengan
mengendus-endus pakan yang disediakan. Hewan ini mengambil pakan dengan
menggunakan bibir atas dan bibir bawah untuk selanjutnya dikunyah sebentar
menggunakan gigi geraham sebelum ditelan.
Pengunyahan yang dilakukan oleh kancil sedikit berbeda dengan yang
dilakukan oleh hewan ruminansia lainnya. Pakan cenderung seperti di dorong ke
kerongkongan yang diikuti dengan gerakan kepala ke atas dan ke bawah (seperti
gerakan manggut-manggut atau menelan pakan dengan keras). Pakan akan dikunyah
beberapa saat sesuai ukuran, keras lunaknya, dan jenis pakan yang dipilih. Menurut
Nurhidayat et al. (1992), keadaan makan tersebut terjadi akibat otot-otot bibir kancil
relatif kurang berkembang, yang menyebabkan pasifnya gerakan bibir dalam
menangkap pakan. Bibir pada kancil berfungsi untuk mengambil dan menahan pakan
untuk dimasukkan ke dalam mulut. Winarto et al. (1991) menyatakan penggunaan
otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif dibandingkan pada
domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkat pakan, sedangkan
pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. Pakan yang dipotong-potong
menjadi bagian yang kecil dapat memudahkan proses pengambilan, pengunyahan,
dan penelanan pakan oleh kancil.
Aktivitas makan pada kancil biasanya dilakukan ketika keadaan lingkungan
sekitar telah sepi. Kancil merupakan hewan yang sangat peka terhadap gangguan dari
lingkungan luar. Kancil bersifat pemalu dan selalu berusaha untuk tidak terlihat.
Hewan ini akan lari dan bersembunyi di gorong-gorong jika merasa terancam.
Aktivitas makan kancil biasanya dilakukan terpisah dari tempat fesesnya. Kancil
23
akan melanjutkan aktivitas berikutnya seperti grooming, istirahat di gorong-gorong,
defekasi, urinasi, maupun memamahbiak setelah selesai makan.
Aktivitas makan kancil disajikan pada Gambar 7. Secara keseluruhan
intensitas makan kancil terlihat lebih tinggi pada waktu malam hari dibandingkan
dengan siang hari. Kondisi ini sesuai dengan sifat kancil sebagai hewan nokturnal
(aktif pada malam hari). Aktivitas makan tertinggi terjadi pada pukul 18.00-19.00
WIB, yaitu sebesar 9,61% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk makan
dalam sehari. Pada waktu tersebut bertepatan dengan waktu pemberian pakan dan
merupakan waktu pergantian dari siang ke malam. Peningkatan aktivitas makan juga
terjadi pada pukul 23.00-04.00 WIB. Peningkatan aktivitas makan dapat juga
diakibatkan oleh kondisi suhu lingkungan sekitar. Rata-rata suhu udara pada malam
hari sebesar 24,04 oC dan pada waktu fajar 23,54 oC, sedangkan kelembaban pada
malam hari sebesar 96,21% dan pada waktu fajar sebesar 96,54%. Kondisi udara
tersebut cukup dingin. Hewan ini membutuhkan panas yang tinggi untuk menjaga
keseimbangan suhu tubuh sehingga dia akan mengkonsumsi pakan lebih banyak.
Temperatur lingkungan yang tinggi menurunkan konsumsi sedangkan penurunan
temperatur merangsang pusat makan untuk meningkatkan konsumsi pakan (Arora,
1989). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Winarto et al. (1991) yang
melaporkan aktivitas makan kancil yang terendah terjadi pada periode antara pukul
22.00-02.00 WIB.
Gambar 7. Tingkah Laku Makan Kancil di Penangkaran
24
Aktivitas memamahbiak
Aktivitas memamahbiak memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan
aktivitas lain yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan, yaitu sebesar
15,312%. Kancil termasuk golongan hewan ruminansia yang melakukan aktivitas
memamahbiak. Aktivitas memamahbiak ini dilakukan pada saat suasana tenang baik
dalam kondisi kancil duduk, istirahat maupun berdiri. Aktivitas memamahbiak pada
kancil dilakukan dengan mengembalikan pakan yang telah ditelan dan disimpan di
rumen ke dalam mulut (proses regurgitasi), yang kemudian dikunyah kembali (proses
remastikasi) dan setelah proses remastikasi selesai maka pakan akan ditelan kembali
(proses redeglutasi). Pakan tersebut selanjutnya dicerna lagi oleh enzim-enzim
mikroba rumen (microbial attack) seperti pada hewan ruminansia lainnya.
Jumlah kecapan dalam proses memamahbiak tergantung dengan besar
kecilnya pakan dan jenis bahan pakan yang dikonsumsi. Kancil membutuhkan
suasana yang tenang untuk memamahbiak. Suasana yang gaduh akan mngganggu
aktivitas memamahbiak, kancil kadang-kadang akan berhenti memamahbiak jika
merasa dirinya terancam. Aktivitas memamahbiak dilakukan selama ada waktu luang
sehingga pada setiap periode pengamatan ditemukan aktivitas memamahbiak.
Aktivitas memamahbiak tertinggi terjadi pada pukul 07.00-08.00 WIB yaitu sebesar
9,65% lalu menurun dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB dan naik kembali
pada pukul 23.00 WIB seperti yang tampak pada Gambar 8. Jika dibandingkan
dengan aktivitas makan (Gambar 7), tampak bahwa aktivitas memamahbiak
dilakukan setelah aktivitas makan.
Gambar 8. Tingkah Laku Memamahbiak Kancil di Penangkaran
25
Aktivitas memamahbiak terendah terjadi pada pukul 18.00-19.00 WIB
dengan nilai sebesar 0,13% dari keseluruhan total memamahbiak. Nilai yang rendah
ini dimungkinkan karena pada waku tersebut adalah waktu pemberian pakan
sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas lokomosi dan makan.
Aktivitas Minum
Aktivitas minum adalah aktivitas memasukkan air atau cairan ke dalam tubuh
melewati mulut. Selama penelitian tidak ditemukan aktivitas minum pada kancil.
Kancil tidak melakukan aktivitas minum diduga karena kebutuhan akan air sudah
terpenuhi dari pakan yang dikonsumsi. Kondisi kandang yang sejuk dan tingginya
curah hujan diduga juga berpengaruh terhadap aktivitas minum kancil. Menurut
Rosyidi (2005), kancil memiliki dinding sel yang cukup tebal sehingga diduga saat
sel-sel kancil memetabolisme pakan dapat mengefisiensi penggunaan air. Keadaan
ini menyebabkan kancil tahan tidak minum beberapa hari bahkan beberapa minggu,
sehingga kebutuhan minum kancil hanya berasal dari kandungan air yang ada dalam
pakan maupun dari hasil metabolisme tubuh.
Aktivitas Defekasi
Aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk
padat. Kancil termasuk hewan yang bersih, hal ini ditandai jika kancil melakukan
aktivitas defekasi maupun urinasi maka sebagian besar kotoran kancil akan
ditempatkan di tempat yang sama di salah satu bagian sudut atau pinggir kandang
dan kadang-kadang agak terpisah. Jika melihat sifat atau tingkah laku defekasi atau
urinasi kancil maka hewan ini berpotensi untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan
untuk kesenangan (pets) seperti kelinci. Aktivitas defekasi pada kancil rata-rata
diawali dengan aktivitas urinasi. Feses kancil yang normal berbentuk bulat panjang
hampir mirip dengan kotoran domba atau kambing namun ukurannya lebih kecil.
Ukuran feses kancil beragam, besarnya kurang lebih sebesar pentol korek api.
Tingkah laku dan posisi tubuh saat melakukan defekasi pada kancil mirip
domba atau kambing, yaitu dilakukan dengan melebarkan kedua kaki bagian
belakang sehingga menyebabkan bagian punggung belakang agak tertarik ke bawah.
Kancil akan diam berkonsentrasi sebelum mengeluarkan feses dan ketika proses
pengeluaran feses berlangsung ekor diangkat agak ke atas seperti yang ditunjukkan
26
pada Gambar. 9 (a). Ekor kembali diturunkan ke bawah jika proses pengeluaran feses
sudah selesai seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 9 (b). Rosyidi (2005)
menyatakan bahwa dari cara urinasi dapat digunakan untuk membedakan jenis
kelamin pada kancil yaitu kancil betina saat melakukan eliminasi paha kancil dibuka
lebar-lebar serta pantat diturunkan sangat rendah sekali hampir menyentuh lantai
kandang. Hewan jantan pada waktu defekasi paha tidak dibuka lebar-lebar dan pantat
tidak terlalu diturunkan.
(a)
(b)
Gambar 9. (a) Kancil pada saat Defekasi (b) Kancil Selesai Defekasi
Sumber : Bagus (2009)
Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas defekasi tertinggi terjadi pada pukul
24.00-01.00 WIB sebesar 13,42% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk
defekasi dalam sehari seperti yang terlihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tingkah Laku Defekasi Kancil di Penangkaran
27
Tingginya aktivitas defekasi ini disebabkan oleh hasil metabolisme konsumsi pakan
pada waktu sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh,
sehingga harus dikeluarkan.
Aktivitas Urinasi
Aktivitas urinasi dilakukan untuk membuang kotoran yang berbentuk cair.
Tingkah laku urinasi pada kancil tidak jauh berbeda dengan tingkah laku defekasi.
Total aktivitas urinasi sebesar 3,284% (0,79 jam) dari total aktivitas kancil selama
24 jam seperti yang tampak pada Gambar 11.
Gambar 11. Tingkah Laku Urinasi Kancil di Penangkaran
Nilai ini menempati urutan ketiga terbesar dalam hasil persentase aktivitas
yang berhubungan langsung dengan makan. Aktivitas urinasi kancil pada malam hari
memiliki intensitas lebih tinggi daripada di siang hari (Gambar 11). Keadaan
demikian dikarenakan suhu pada waktu malam hari adalah rendah (24,04oC) dan
kelembaban tinggi (96,21%). Keadaan ini mengakibatkan suhu udara menjadi cukup
dingin. Kondisi udara yang dingin akan merangsang tubuh kancil untuk
memproduksi panas tubuh lebih tinggi, hal ini bertujuan untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tetap stabil. Jumlah urin akan meningkat akibat dari aktivitas tubuh
tersebut sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas urinasi. Jumlah dan
komposisi urin sangat berubah-ubah dan tergantung pemasukan bahan makanan,
berat badan, usia, jenis kelamin, dan lingkungan hidup seperti temperatur,
kelembaban, aktivitas tubuh dan, keadaan kesehatan (Koolman dan Rohm. 2000).
28
Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Kancil
Aktivitas Lokomosi
Bergerak adalah salah satu ciri makhluk hidup. Aktivitas gerak dibagi
menjadi tiga yaitu gerak statis, gerak dinamis, dan gerak kombinasi. Gerak statis
adalah gerakan-gerakan tubuh tanpa proses perpindahan tempat seperti gerakan
mengangkat kaki, grooming, memamahbiak, menggerakkan kepala ke kiri dan ke
kanan, menggerakkan ekor dan lain sebagainya. Gerakan dinamis adalah gerakan
pada hewan yang dilakukan dengan proses perpindahan tempat (lokomosi) seperti
gerakan berjalan lurus tanpa dibarengi gerakan statis. Gerakan kombinasi adalah
gerakan yang dilakukan hewan yang menggabungkan gerakan statis dan dinamis
seperti gerakan menangkap mangsa dan gerakan mengitari daerah teritorial.
Hasil pengamatan menunjukkan kancil lebih aktif pada malam hari
dibandingkan dengan siang hari, hal ini dimungkinkan karena kancil di alam
merupakan hewan malam (nokturnal). Suhu yang tinggi (30,13oC) dan kelembaban
yang rendah (69,67%) di siang hari menyebabkan udara panas. Kondisi ini akan
menyebabkan kancil tidak banyak melakukan aktivitas gerak untuk menjaga
kestabilan suhu tubuhnya agar tetap nyaman. Aktivitas lokomosi kancil tertinggi
terjadi pada pukul 24.00-01.00 WIB sebesar 9,23% seperti tampak pada Gambar 12.
Gambar 12. Tingkah Laku Lokomosi Kancil di Penangkaran
Aktivitas lokomosi yang tinggi pada waktu tersebut terjadi akibat suhu udara
yang rendah (24.04 oC) dan kelembaban yang tinggi (96.21%). Kondisi lingkungan
29
seperti ini akan menyebabkan udara yang sangat dingin, sehingga kancil banyak
melakukan aktivitas lokomosi untuk menjaga panas tubuhnya agar tetap stabil.
Nilai persentase lokomosi kancil pada pukul 18.00-19.00 WIB juga cukup
tinggi sebesar 6,24%, hal ini diarenakan kancil mendapatkan rangsangan dari luar
berupa pakan. Pemberian pakan yang dilakukan membuat kancil harus bergerak
mendekati pakan yang diletakkan di depan gorong-gorong. Aroma pakan dan rasa
lapar membuat kancil terangsang untuk bergerak mendapatkan makanan tersebut.
Menurut Alikodra (1990) tingkah laku mendekati tempat pakan ini disebabkan oleh
adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan
atau lapar).
Hewan ini sangat aktif, kancil akan berjalan kesana kemari untuk melihat
keadaan sekitar. Berdasarkan tingkah laku dari kancil yang sangat aktif maka
kandang untuk memelihara kancil harus cukup luas. Kandang yang luas
memungkinkan kancil bergerak bebas, sehingga hewan ini tidak mengalami stres.
Lantai kandang dari tanah memungkinkan terjadinya penyerapan urin ke tanah lebih
bagus sehingga urin tidak menggenang. Urin yang menggenang dapat menjadi sarang
penyakit sehingga dapat mengganggu kesehatan kancil. Lantai yang berupa tanah
juga dapat mengurangi luka pada kaki kancil yang sangat kecil.
Aktivitas Merawat Diri atau Grooming
Tingkah laku perawatan tubuh (grooming) merupakan tingkah laku yang
sangat penting diperhatikan oleh perawat satwa. Hewan yang sehat dan bahagia akan
memperlihatkan kebiasaan grooming yang memakan waktu cukup banyak. Tingkah
laku perawatan dilakukan oleh hewan seperti menjilati bulu atau rambut, menelisik
(mencari kutu) dan mandi pasir.
Aktivitas grooming pada kancil dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
menempel pada tubuhnya dan untuk merapikan bulu yang kusut agar tampak rapi
dan mengkilap. Hewan ini akan melakukan aktivitas grooming baik dalam posisi
duduk atau rebah maupun berdiri yaitu dengan cara menjilati bulu, kaki, dan anggota
tubuh lainnya dengan menggunakan lidahnya. Kancil juga sesekali menggosokgosokkan kepala ke dinding kandang hal ini di dukung oleh penelitian Jumailah
(1999) yang menyatakan bahwa perawatan tubuh pada kancil dilakukan dengan cara
menggosok-gosokkan badannya (punggung dan kepala) ke benda keras. Hewan ini
30
hampir melakukan aktivitas grooming setiap jam selama pengamatan. Kancil
merupakan hewan yang menyenangi kebersihan jika dilihat dari aktivitas yang suka
merawat diri.
Aktivitas grooming pada kancil cukup tinggi, yaitu 13,814% atau 3,31 jam
sehari. Aktivitas grooming yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa kancil merasa
bahagia dan sehat. Aktivitas grooming pada pukul 08.00 dan 11.00 WIB cukup tinggi
sebesar 5,64% dan 5,79% (Gambar 13), hal ini dimungkinkan karena pada jam
tersebut mendekati puncak pertengahan siang hari yang memiliki suhu tinggi
sehingga kancil akan mendinginkan tubuhnya dan merelaksasi otot-ototnya dengan
cara grooming.
Aktivitas grooming pada selang waktu antara pukul 18.00-19.00 WIB
tergolong tinggi yaitu sebesar 16,84%, hal ini dimungkinkan karena pada selang
waktu tersebut terjadi peralihan dari siang ke malam sehingga kancil akan melakukan
adaptasi suhu dan merelaksasi otot-ototnya untuk menghadapi aktivitas malam.
Aktivitas grooming secara umum pada siang hari memiliki nilai persentase yang
lebih tinggi dibandingkan dengan malam hari. Kancil pada siang hari banyak
melakukan aktivitas istirahat sehingga akan lebih banyak memiliki waktu luang
untuk merawat diri atau grooming.
Gambar 13. Tingkah Laku Grooming Kancil di Penangkaran
Aktivitas Istirahat
Aktivitas istirahat ini sangat penting dilakukan untuk memproduksi energi,
mencerna pakan, memamah biak, dan memberikan kesempatan mengendurkan otototot yang tegang akibat aktivitas yang telah dilakukan oleh kancil.
31
Aktivitas istirahat pada kancil dibagi menjadi dua tipe yaitu istirahat total dan
istirahat sementara. Istirahat total artinya kancil tidak melakukan aktivitas apa-apa
yaitu kancil akan duduk dengan cara menekuk keempat kakinya dan kadang-kadang
sambil menutup mata seperti orang mengantuk dengan meletakkan kepalanya di
bawah, namun tetap dalam posisi duduk. Istirahat sementara artinya kancil akan
berdiam beberapa menit untuk melepas lelah biasanya dilakukan dengan posisi tubuh
berdiri.
Kancil lebih suka beristirahat di dalam gorong-gorong (Gambar 14). Hewan
ini menyukai habitat di tempat-tempat rimbun yang banyak jatuhan daun-daun kering
yang diduga sebagai alas tidurnya dan juga di bawah rimbunan pohon-pohon salak
dan umumnya tempat bersarang tidak jauh dari sungai (Farida et al., 2003). Sarang
juga digunakan untuk berteduh dari hujan, berlindung dari teriknya sinar matahari,
dan
bersembunyi.
Tempat
persembunyian
diperlukan
dalam
manajemen
perkandangan kancil karena sifat kancil yang suka bersembunyi di gorong-gorong.
Gambar 14. Kancil Istirahat di Gorong-Gorong
Sumber : Bagus (2009)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kancil lebih banyak melakukan
aktivitas istirahat pada siang dibanding pada malam hari seperti tampak pada Gambar
15. Hal ini diduga karena di alam kancil merupakan hewan malam (nokturnal).
Aktivitas istirahat, memamahbiak, dan grooming cukup tinggi (lebih dari 50%).
Ketiga aktivitas ini membutuhkan tempat yang aman dengan sedikit gangguan dan
tenang. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, dalam kandang kancil sebaiknya
disediakan tempat persembunyian misalnya gorong-gorong.
32
Gambar 15. Tingkah Laku Istirahat Kancil di Penangkaran
Pemilihan Pakan
Pakan diberikan dalam bentuk segar dan diletakkan dalam sebuah wadah,
karena bila pakan sudah dalam keadaan layu dan kotor, maka kancil enggan
memakannya. Rosyidi (2005) menyatakan bahwa kancil menyukai pakan yang segar,
kandungan air tinggi, memiliki daya cerna tinggi, serta kandungan serat kasarnya
rendah. Urutan pemilihan pakan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui
tingkat kesukaan (preferensi) pakan yang diberikan. Church (1976), mengatakan
bahwa satwa memiliki sifat seleksi yang cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia,
sehingga satwa akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya.
Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini ada 12 buah, yang dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok siang dan kelompok malam. Pembagian ini
didasarkan pada kecenderungan pakan yang dikonsumsi kancil pada siang dan
malam hari. Bahan pakan pada kelompok siang adalah ubi jalar merah, jambu biji
merah, oyong, labu siam, labu air, dan buncis. Bahan pakan pada kelompok malam
adalah kecambah, sawi putih, kulit pisang, daun brojo lego, daun jaat liar, dan daun
meniran. Ubi jalar merah, jambu biji merah, oyong, labu siyam, labu air, buncis, sawi
putih, dan kulit pisang dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dengan
ukuran kurang lebih sebesar dadu untuk memudahkan kancil dalam memakan pakan
tersebut. Tumbuhan brojo lego dan jaat liar masing-masing hanya diambil daunnya.
Kecambah diberikan secara langsung. Urutan ranking pakan atau ranking jenis pakan
yang diberikan pada kancil dapat dilihat pada Tabel 4
33
Tabel 4. Urutan Pemilihan Pakan pada Kancil di Siang Hari
Rangking
1
2
3
4
5
6
Keterangan :
Jenis Pakan
Siang
Ubi jalar merah
Labu siam
Jambu biji merah
Oyong
Labu air
Buncis
Malam
Kulit pisang
Daun meniran
Kecambah
Sawi putih
Daun brojo lego
Daun jaat liar
Angka 1 sampai dengan angka 6 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari
pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.
Pakan yang dipilih pertama kali pada pengamatan siang hari adalah ubi. Ubi
dipilih karena sebagian besar umbinya terdiri atas karbohidrat yang mudah dicerna,
sehingga dapat segera dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, teksturnya
halus, dan kadar serat kasar yang rendah (2,56%) (Rosyidi, 2005). Labu siam
menduduki peringkat kedua karena memiliki kandungan karbohidrat dan kadar air
yang cukup tinggi masing-masing sebesar 6,7 g dan 92,3 g. Labu siam juga memiliki
aroma yang khas dan kadar serat kasar yang rendah (Mahmud et al., 2009). Peringkat
ketiga ditempati oleh jambu biji merah. Buah ini dipilih karena daging buahnya
berbau harum, berkadar air tinggi 86,0 g, berwarna cerah, serta memiliki kandungan
karbohidrat cukup tinggi sebesar 12,2 g (Rukmana, 2008).
Peringkat keempat ditempati oleh oyong. Jenis pakan ini cukup disukai
karena memiliki kandungan karbohidrat sebesar 4,1 g dan air sebesar 94,5 g.
Peringkat kelima ditempati oleh labu air. Jenis pakan ini kurang disukai karena
memiliki kandungan karbohidrat yang cukup rendah yaitu sebesar 3,8 g. Jenis pakan
yang paling tidak disukai pada waktu siang hari adalah buncis. Jenis pakan ini tidak
disukai diduga karena faktor aroma. Hasil pengamatan pemilihan pakan pada siang
hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air tinggi. Pilihan ini
mencukupi kebutuhan air bagi kancil sehingga kancil tidak perlu minum. Hal ini
didukung oleh aktivitas minum kancil yang 0%.
Jenis pakan yang dipilih pertama kali pada periode malam hari adalah kulit
pisang lampung. Pakan ini dipilih karena digunakan sebagai sumber karbohidrat,
beraroma harum, berwarna cerah, dan bertekstur empuk. Jumailah (1999),
melaporkan bahwa bahan pakan yang dipilih kancil pertama kali adalah pisang.
Kecenderungan kancil terhadap pisang berkaitan dengan preferensi. Pisang
34
mempunyai aroma yang wangi, bentuk dan tekstur yang lunak. Hasil pengamatan
Winarto et al. (1991) menyebutkan bahwa pakan yang paling disukai kancil adalah
pisang. Peringkat kedua ditempati oleh daun meniran. Jenis pakan ini cukup disukai
karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi 10,65%. Tekstur daun yang
lembut dan aroma yang khas juga menjadi faktor penyebab pakan ini dipilih.
Peringkat ketiga ditempati oleh kecambah. Kecambah dipilih karena memiliki
kandungan air yang besar (90,4 g) dan protein yang cukup tinggi (3,7 g).
Peringkat keempat ditempati oleh sawi putih. Pakan ini cukup disukai karena
mengandung 1,7 g karbohidrat dan 96,6 g air. Peringkat kelima ditempati oleh daun
brojo lego pakan ini tidak begitu disukai karena kandungan airnya rendah (10,58%)
dan serat kasarnya cukup tinggi (17,44%). Jenis pakan yang paling tidak disukai
adalah daun jaat liar. Jenis pakan ini tidak disukai karena memiliki kandungan air
yang rendah sebesar 9,61% dan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 20,02%.
Kancil dalam memilih pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat
kasar dan cukup banyak mengandung air (Jumaliah, 1999). Peringkat selanjutnya
berturut-turut ditempati oleh oyong, labu air, buncis. Hasil pengamatan pemilihan
pakan pada malam hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air
rendah dengan kandungan karbohidrat, protein, dan serat kasar agak tinggi. Hal ini
didukung oleh proses ruminasi yang tinggi di malam hari.
Kancil merupakan satwa ruminansia yang memiliki alat pencernaan
sederhana, lambung kancil hanya memiliki 3 ruangan yaitu rumen, retikulum, dan
abomasum (Sigit, 1984) yang tidak mampu mencerna bahan pakan yang kadar serat
kasarnya tinggi sehingga kancil sebaiknya diberikan pakan dengan kadar serat kasar
rendah dan energi cukup tinggi. Jumailah (1999), menyatakan kancil dalam memilih
pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat kasar dan mengandung
cukup banyak air. Pakan pilihan tersebut dapat dikatakan merupakan pakan yang
berkualitas baik. Kancil juga termasuk dalam jenis kelompok satwa peranggas atau
browsers atau concentrate selectors yang menyukai daun-daunan, umbi-umbian, bijibijian dan buah-buahan yang mudah dicerna (Kay et al., 1980). Hal ini dilakukan
agar kancil dapat memperoleh nutrisi sesuai dengan habitat aslinya.
35
KESIMPULA DA SARA
Kesimpulan
Tingkah laku harian kancil di penangkaran didominasi istirahat (36,371%),
diikuti oleh memamahbiak (15,312%), lokomosi (15,558%), grooming (13,814%),
makan (12,603%), defekasi (3,058%), urinasi (3,284%), dan minum (0%). Aktivitas
kancil di penangkaran pada malam hari lebih tinggi daripada di siang hari. Kancil
menyukai jenis pakan berkadar air tinggi, lunak dan beraroma enak. Jenis pakan
yang berasal dari tumbuhan liar yang diberikan kepada kancil ternyata dikonsumsi
dengan baik dan tidak berbahaya terhadap kancil hal ini dibuktikan dengan kondisi
kancil yang sehat. Urutan jenis pakan yang dipilih kancil pada pemberian di siang
hari berturut-turut adalah ubi, labu siam, jambu biji merah, oyong, labu air, dan
buncis. Urutan jenis pakan yang dipilih pada pemberian malam hari adalah kulit
pisang, daun meniran, kecambah, sawi putih, daun brojo lego dan, daun jaat liar.
Saran
Dalam manajemen pemberian pakan kancil di penangkaran sebaiknya pakan
dipotong-potong dalam bentuk kecil terlebih dahulu sebelum diberikan kepada
kancil. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses penelanan pakan oleh kancil.
Pakan sebaiknya diberikan dua kali sekitar pada pukul 06.00 dan 17.00 WIB dan
jumlah pakannya lebih banyak diwaktu sore dibandingkan dengan pagi hari.
Penelitian tentang pakan kancil yang berasal dari tumbuhan liar lebih diperbanyak
lagi. Kandang kancil sebaiknya diberi tempat persembunyian untuk mengakomodasi
aktivitas istirahat, grooming, dan memamah biak. Model kandang yang ideal juga
perlu diteliti agar pemeliharaan kancil di penangkaran menjadi lebih baik.
36
UCAPA TERIMA KASIH
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan
nikmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan manusia untuk
senantiasa menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Hotnida, C.H. Siregar, M.Si sebagai
pembimbing utama, Dr. Wartika Rosa Farida sebagai pembimbing anggota, dan Ir.
Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc. yang telah memberikan bantuan, bimbingan,
dorongan, waktu, nasehat, kritik dan saran selama Penulis mengerjakan tugas akhir.
Penulis ucapkan terima kasih juga kepada Ir. Bernadeta Nenny Polii, SU sebagai
pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan bimbingannya serta Dr.
Ir. Rudi Afnan sebagai dosen pembahas seminar yang telah memberikan saran
berkaitan dengan penelitian ini.. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr.
Ir. Didit Diapari, MS dan Ir. Komariah, M.Si yang bersedia menjadi dosen penguji
sidang. Tidak lupa kepada ibunda Siti Asiyah dan Siti Naningsih serta ayahanda Moh
Shohim dan Abdul Fatah tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan.
Kepada istriku tersayang Kiki Ratnaning Arimbi yang telah memberikan dukungan
moril dan cinta kasih yang tulus.
Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Umar, Bapak Maman dan,
Bapak Parta yang telah banyak membantu selama penelitian di Penangkaraan
Mamalia Kecil, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong. Penulis
juga mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya kepada Adi sebagai teman satu
tim penelitian. Terima kasih atas doa, bantuan, dan dorongannya kepada, Mas Asief,
Syaiful, Jito, Wikdal, Agoeng, Erli, Elfian, Dendi, Angga, Saidah dan teman-teman
ikalum serta JAC. Ucapan terima kasih Penulis ucapkan kepada semua rekan-rekan
IPTP angkatan 42 Fakultas Peternakan IPB juga Tim Pendamping IPB atas segala
bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Akhir kata Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Bogor, Maret 2011
Penulis
37
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anggraeni, R. 2006. Perilaku yang berhubungan dengan pola makan walabi kecil
(Dorcopsulus vanheurni) betina di penangkaran pada siang hari. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Apriyanti, Y. 2009. Analisis proksimat pada beberapa pakan hijauan bagi satwa
liar. Skripsi. Universitas Nusa Bangsa, Bogor.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2003. Strategi dan
Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020. Dokumen
Regional. Bappenas, Jakarta.
Bailey, J. A. 1984. Principles of Wildlife Management. John Wiley and Sons,
New York.
Craig, J. V. 1981. Domestic Animal Behavior: Causes and Implication For
Animal Care and Management. Prentige Hall Inc., Englewood Cliffs, New
Jersey.
Church, D. C. 1976. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Volume 1.
Digestive Physiology. 2nd Ed. Metropolitan Point Co., Portland.
Farida, W. R., L. E. Setyorini & G. Sumaatmadja. 2003. Habitat dan keragaman
tumbuhan makanan kancil (Tragulus javanicus) dan kijang (Muntiacus
muntjak) di Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Timur. J.
Biodiversitas Vol 4 (2): 97-102.
Farida, W. R., G. Semiadi, T. H. Handayani & Harun. 2006. Habitat distribution
and diversity of plants as feed resources for mouse deer (Tragulus
javanicus) and barking deer (Muntiacus muntjak) in Gunung Halimun
National Park. J. Tropics. Vol 15 (4): 371-376.
Farida, W. R. 2007. Kemampuan cerna dan konsumsi pakan pada landak (Histrix
bracyura) di penangkaran. Laporan Teknik Pusat Penelitian Biologi LIPI
Tahun Anggaran 2007. Bogor. H : 683-690.
Grzimek, B. 1972. Grzimek’s Animals Life Encyclopedia. (Mamalia 1). Van
Nostrad Reinhold Company, New York.
Hafez, E. S. E. 1969. The Behaviour of the Domestic Animals. 2nd Ed. The
Williams and Withins Co., Baltimore.
Haryanto, E., T. Suhartini & E. Rahayu . 2003. Sawi dan Selada. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Departemen Kehutanan. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 7
Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.
http://www.dephut.go.id/. pdf. [19 Desember 2010].
38
Jumailah, N. 1999. Pola perilaku, estimasi kuantitatif konsumsi dan daya cerna
kancil (Tragulus javanicus) terhadap pakan di Kebun Binatang Ragunan
Jakarta. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kay, R. N. B., W. V. Engelhart & R. G. White. 1980. The digestive phisiology
of wild ruminant in Ruckenbusch and Thivend ( Eds ): Digestive
Phisiology and Metabolism in Ruminans. 1 st Ed. Avi Publishing Co.,
Connecticut.
Kinnaird, M. F. 1997. Sulawesi Utara: Sebuah Panduan Sejarah Alam. GEF
Biodiersity Collections Project, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.
Koolman, J. & K. H. Rohm. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia.
Terjemahan: S. I. Wanandi. Hipokrates, Jakarta.
Kusuma, F. R. & B. M. Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Agromedia.
Jakarta.
Mahmud, M. K., Hermana, N. A. Zulfianto, R. R. Apriyantono & I. Ngadiarti.
2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Gramedia, Jakarta.
Martin, P. & P. Beteson. 1988. Measuring Behaviour, An Introduction Guide. 2nd
Ed. Cambridge University Press, Cambridge.
Mitchell, G. & J. Erwin. 1987. Behaviour Cognition and Motivation: Comparative
Primate Biology, Part B. Vol. II. Alan R. Liss, New York.
Mukhtar, A. S. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tingkah Laku Satwa (Ethologi).
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam.
Departemen Kehutanan, Bogor.
Nurhidayat., S. Agungpriyono, T. Wresdiati, R. I. R. Manggung, N. Suyono, A.
Winarto, M. K. Alimi, C. Nisa, I. Djuwita, H. Setjanto, L. Rahardja, A.
Budiono, S. Golfiani, & M. Fahrudin. 1992. Studi morfologi rongga mulut
kancil (Tragulus javanicus) dengan tinjauan khusus: otot-otot pengunyah.
Laporan Teknik. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press,
Jakarta.
Rismunandar. 1989. Tanaman Jambu Biji. Sinar Baru, Bandung.
Rosyidi, D. 2005. Beberapa aspek biologi dan karakteristik karkas kancil
(Tragulus javanicus). Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Rubatzky, V. E & M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan
Gizi. Terjemahan. Jilid III. Edisi ke-2. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Rukmana, H. R. 2008. Bertanam Buah-buahan di Pekarangan. Kanisius,
Yogyakarta.
Salisbury, F. B. & C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th Ed. Wadsworth
Publising Company, California.
39
Sastrapadja, S., B. P. Naiola, E. R. Rasmadi, Roemantyo, E. K. Soepardijono &
E. B. Waluyo. 1984. Tanaman Pekarangan. Lembaga Biologi NasionalLIPI. Balai Pustaka, Jakarta.
Satuhu, S. & A. Supriyadi. 1999. Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek
Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setianingsih, T. & Khaerudin. 2002. Pembudidayaan Buncis Tipe Tegak dan
Merambat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, N. 2005. Karakteristik fisik dan organoleptik daging kancil (Tragulus
javanicus). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sigit, K. 1984. Studi tentang anatomi alat pencernaan dengan tinjauan khusus
pada lambung, usus, hati, dan pancreas pada kancil (Tragulus sp.). Tesis.
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Smiet, D. 1986. Management of Habitat. School of Environmental Conservation
Management, Bogor.
Stanley, M. & G. Andrykovich. 1984. Living: An Introduction to Biology.
Addison Wesley Publishing Company, Inc., Canada.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Tanudimadja, K & S. Kusumamihardja. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Jurusan
Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo &
S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Van der Maesen, L. J. G. & S. Somaatmadja. 1993. Prosea Sumber Daya Nabati
Asia Tenggara Kacang-Kacangan. Terjemahan: S. Danimihardja.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Warsono, I. U. 2002. Pola tingkah laku makan dan kawin burung kasuari
(Casuarrius sp.) dalam penangkaran di Taman Burung dan Taman
Anggrek Biak. http://rudict.tripod.com/sem1-023. [5 Juni 2009].
Widiatmoko, B. 2005. Karakteristik karkas dan kandungan nutrisi daging kancil
(Tragulus javanicus). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Winarto, A., S. Agungpriyono, Tutik W., R. I. R. Manggung, Nono S., N. Said,
M. K. Alimi, & C. Nisa. 1991 Pengamatan perilaku makan pada kancil
(Tragulus sp.) di Kebun Binatang Ragunan dan Surabaya. Laporan
Penelitian. Lembaga Penelitian IPB, Bogor.
40
LAMPIRA
41
Lampiran 1. Data Rataan Aktivitas Kancil Selama Penelitian
Jam
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
24.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
total
Rataan
Makan
Minum Urinasi Defekasi Lokomosi Grooming Istirahat
Memamahbiak
Total
8.5
0
0
0
9.5
6.5
18.5
8.25
51.25
2.75
0
0
0
2.5
9.5
23.25
18
56
4.25
0
0
0
4
6.5
23
10
47.75
5
0
0.25
0
5.5
5.25
23.25
6.25
45.5
6.75
0
0.5
0
6.75
9.75
20.25
4.75
48.75
4
0
1.25
1
4.5
6.5
21.25
1.5
40
4
0
0.75
0.75
4.5
8
20.75
7
45.75
2.5
0
0.25
0.25
3
6.25
22.25
4.5
39
1.5
0
1
1
1.75
6
23
4.5
38.75
3.5
0
0
0
5.5
7.75
18.75
9.75
45.25
4.5
0
1.25
1.25
6
7.75
19.25
9.5
49.5
9.5
0
1.5
1.5
10.5
8
16.5
4.75
52.25
14.75
0
5
4.75
16.75
10.5
11
0.25
63
5.5
0
2.5
2.5
7.75
6.25
18.75
6.75
50
5.75
0
3
2.75
8.5
6.75
18.25
5.5
50.5
7.5
0
1.5
1
10.25
7.5
18.5
5.25
51.5
3.25
0
2.75
2.75
3.5
5.75
22.5
16.75
57.25
12.75
0
0.75
0.75
16.5
6
8
6.75
51.5
12.5
0
5
5
17.5
8.25
10.75
6.75
65.75
0
0
0
0
0
5.25
23.5
13
41.75
11
0
3
3
12.5
5.5
12
11
58
11.75
0
4.25
4
16.75
7
11.5
9.5
64.75
5.5
0
3.25
2.75
7.25
5.25
20.25
15.25
59.5
6.5
0
2.25
2.25
8.25
6.5
18
1
44.75
153.5
0
40
37.25
189.5
168.25
443
186.5
1218
6.40
0
1.67
1.55
7.90
7.01
18.46
7.77
50.75
Lampiran 2. Persentase Aktivitas Kancil Selama Penelitian
Jam
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
24.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
total
Makan
0.70
0.23
0.35
0.41
0.55
0.33
0.33
0.21
0.12
0.29
0.37
0.78
1.21
0.45
0.47
0.62
0.27
1.05
1.03
0
0.90
0.96
0.45
0.53
12.603
Minum
Urinasi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.02
0.04
0.10
0.06
0.02
0.08
0
0.10
0.12
0.41
0.21
0.25
0.12
0.23
0.06
0.41
0
0.25
0.35
0.27
0.18
3.284
Defekasi
0
0
0
0
0
0.08
0.06
0.02
0.08
0
0.10
0.12
0.39
0.21
0.23
0.08
0.23
0.06
0.41
0
0.25
0.33
0.23
0.18
3.058
Lokomosi
0.78
0.21
0.33
0.45
0.55
0.37
0.37
0.25
0.14
0.45
0.49
0.86
1.38
0.64
0.70
0.84
0.29
1.35
1.44
0
1.03
1.38
0.60
0.68
15.558
Grooming
0.53
0.78
0.53
0.43
0.80
0.53
0.66
0.51
0.49
0.64
0.64
0.66
0.86
0.51
0.55
0.62
0.47
0.49
0.68
0.43
0.45
0.57
0.43
0.53
13.814
Istirahat
1.52
1.91
1.89
1.91
1.66
1.74
1.70
1.83
1.89
1.54
1.58
1.35
0.90
1.54
1.50
1.52
1.85
0.66
0.88
1.93
0.99
0.94
1.66
1.48
36.371
Memamahbiak
0.68
1.48
0.82
0.51
0.39
0.12
0.57
0.37
0.37
0.80
0.78
0.39
0.02
0.55
0.45
0.43
1.38
0.55
0.55
1.07
0.90
0.78
1.25
0.08
15.312
42
Lampiran 3. Persentase Aktivitas Kancil Tiap Tingkah Laku Selama Penelitian
Jam
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
24.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
total
Makan
Minum Urinasi Defekasi
Lokomosi
Grooming
Istirahat
memamahbiak
5.54
0
0
0
5.01
3.86
4.18
4.42
1.79
0
0
0
1.32
5.65
5.25
9.65
2.77
0
0
0
2.11
3.86
5.19
5.36
3.26
0
0.63
0
2.90
3.12
5.25
3.35
4.40
0
1.25
0
3.56
5.79
4.57
2.55
2.61
0
3.13
2.68
2.37
3.86
4.80
0.80
2.61
0
1.88
2.01
2.37
4.75
4.68
3.75
1.63
0
0.63
0.67
1.58
3.71
5.02
2.41
0.98
0
2.5
2.68
0.92
3.57
5.19
2.41
2.28
0
0
0
2.90
4.61
4.23
5.23
2.93
0
3.13
3.36
3.17
4.61
4.35
5.09
6.19
0
3.75
4.03
5.54
4.75
3.72
2.55
9.61
0
12.5
12.75
8.84
6.24
2.48
0.13
3.58
0
6.25
6.71
4.09
3.71
4.23
3.62
3.75
0
7.5
7.38
4.49
4.01
4.12
2.95
4.89
0
3.75
2.68
5.41
4.46
4.18
2.82
2.12
0
6.88
7.38
1.85
3.42
5.08
8.98
8.31
0
1.88
2.01
8.71
3.57
1.81
3.62
8.14
0
12.5
13.42
9.23
4.90
2.43
3.62
0
0
0
0
0
3.12
5.30
6.97
7.17
0
7.5
8.05
6.60
3.27
2.71
5.90
7.65
0
10.63
10.74
8.84
4.16
2.60
5.09
3.58
0
8.13
7.38
3.83
3.12
4.57
8.18
4.23
0
5.63
6.04
4.35
3.86
4.06
0.54
100
0
100
100
100
100
100
100
Lampiran 4. Data Suhu dan Kelembaban Lingkungan pada Pengamatan
Hari
Suhu (C)
Kelembaban (%)
Siang
Sore
Malam Fajar
Pagi
Siang
Sore
Malam
Fajar
Pengamatan Pagi
1
22
31
30
25
24
95
65
80
98
98
2
23
30
26
23
24
95
70
95
97
98
3
24
30
24
24
24
85
80
98
97
98
4
24
30
24
25
23
89
70
98
95
97
5
25
31
29
24
24
92
66
59
97
97
6
24
28
29
23
24
80
89
70
97
94
7
25
31
31
24
24
85
67
67
96
95
8
22
31
29
24
24
95
65
80
98
98
9
23
28
26
23
24
95
85
85
97
95
10
25
30
31
23
24
95
70
67
97
96
11
24
29
30
23
23
80
72
66
97
97
12
24
31
24
24
23
85
66
80
96
98
13
24
30
25
24
23
85
70
90
90
94
14
25
28
29
25
24
90
85
68
95
96
15
23
31
26
25
23
95
67
85
95
98
16
22
31
30
25
24
95
67
67
95
95
17
23
30
25
24
23
95
70
85
90
96
18
24
29
24
24
24
85
72
88
96
95
19
25
30
26
24
23
92
54
85
97
97
20
23
31
24
24
24
95
67
82
97
98
21
25
31
25
25
23
92
65
92
98
95
22
24
30
24
25
23
95
65
98
99
98
23
23
31
24
23
23
95
60
96
98
97
24
24
31
24
24
23
95
65
80
97
97
total
570
723
639
577
565
2180
1672
1961
2309
2317
rataan
23.75
30.13
26.63
24.04
23.54
90.83
69.67
81.71
96.21
96.54
sd
0.99
1.03
2.63
0.75
0.51
5.20
7.98
11.76
2.19
1.38
43
Lampiran 5. Data Pemilihan Jenis Pakan Pada Siang Hari
hari ke- ubi jalar merah
1
1
2
1
3
2
4
1
5
1
6
2
7
1
8
1
9
2
10
1
11
2
12
1
13
1
14
2
15
1
16
2
17
1
18
1
19
2
20
1
21
1
22
2
23
1
24
2
Total
33
Rata-rata
1.375
Jenis Pakan
jambu biji merah oyong labu siam labu air buncis
3
4
2
5
6
2
5
3
6
4
1
4
3
5
6
3
4
2
5
6
3
4
2
5
6
1
5
3
6
4
3
4
2
5
6
3
5
2
6
4
3
4
1
5
6
3
4
2
6
5
3
4
1
5
6
3
5
2
6
4
3
4
2
5
6
1
5
3
6
4
3
4
2
5
6
3
5
1
4
6
3
4
2
5
6
3
5
2
4
6
3
6
1
5
4
2
1
3
5
6
2
4
3
6
5
3
4
1
5
6
2
4
3
5
6
1
5
3
6
4
60
103
51
126
128
2.5 4.29
2.13
5.25 5.33
44
Lampiran 6. Data Pemilihan Jenis Pakan Pada Malam Hari
hari ke-
kecambah sawi monumen
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
6
2
4
3
6
3
4
2
6
3
5
2
5
3
4
4
5
2
6
3
4
6
4
1
4
5
4
2
4
3
4
3
4
4
3
3
4
Total
73
105
Rata-rata
3.04
4.38
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Jenis Pakan
kulit pisang daun brodjo legophaseolus daun meniran
1
5
6
2
2
5
6
1
1
5
6
2
2
5
6
1
1
6
5
2
1
4
5
2
1
6
5
3
2
5
4
1
1
6
5
2
3
5
4
1
2
4
6
1
1
4
6
3
2
5
6
1
1
3
6
2
3
4
5
1
1
5
6
2
1
3
5
2
2
5
6
3
1
3
6
2
1
5
6
3
1
6
5
2
1
5
6
2
1
5
6
2
1
6
5
2
34
115
132
45
1.42
4.79
5.5
1.88
45
Download