Teori Kepribadian Adler Adler (Psikologi Individu) Sejarah

advertisement
Teori Kepribadian Adler Adler (Psikologi Individu)
Sejarah
Seperti Freud, Alfred Adler juga lahir di Austria, 14 tahun setelah Freud - pada tahun 1870. Ia
memperoleh gelar dokter pada tahun 1895. Setelah periode singkat sebagai dokter mata, dia berlatih
psikiatri, bergabung dengan Freud lingkaran Wina dari perusahaan asosiasi. Adler sangat independen
bahkan seorang pemberontak, Adler memisahkan diri dari Freud setelah 10 tahun dan memulai
gerakan psikoanalitiknya sendiri, yakni Individual Psychology.
Kontribusi Adler telah mengalami nasib ironis. Banyak dari apa yang dia katakan telah menjadi begitu
luas diterima, dan tampak masuk akal, yang telah dimasukkan ke dalam ide-ide dan istilah sehari-hari,
kebijaksanaan biasa yang kita miliki tentang psikologi intuitif. Beberapa konsep-konsep ini begitu
umum. Namun demikian, popularitas ide-ide Adler membuat mereka sedikit berbeda, mereka tetap
penting, bahkan dalam pemikiran kontemporer tentang kepribadian.
Hal ini sering dikatakan bahwa setiap teori kepribadian menangkap kepribadian terbaik dari teori yang
dibuat. Masa kanak-kanak Adler sendiri ditandai dengan penyakit kronis dan bermusuhan dengan
lima saudara kandungnya. Menariknya, kedua tema – tubuh yang lemah - tidak berdaya, dan
persaingan saudara - menjadi konsep sentral dalam teorinya. Bagi Adler, manusia itu lahir dalam
keadaan tubuh yang lemah, tak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan itu menimbulkan perasaan
inferiorita dan ketergantungan kepada orang lain. Kerentanan biologis ini menjadi akar keadaan
psikologis yang bertahan dalam diri seseorang dan yang sentral dalam teori Adler; perasaan rendah
diri.
Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh satu dorongan utama – dorongan untuk mengatasi
perasaan inferior & menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh pandangan
mengenai masa depan, tujuan dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior, dan ditarik keinginan
menjadi superior, maka orang mencoba hidup sesempurna mungkin.
Inferiorita bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus
diselesaikan. Bukan rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, walaupun ada dua
unsure membandingkan kemampuan khusus diri dan kemampuan orang lain yang lebih matang dan
berpengalaman. Superiorita, pengertiannya mirip pengertian transendensi sebagai awal realisasi diri
Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow. Soperiorita bukan lebih baik disbanding orang lain
atau mengalahkan orang lain, tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus berusaha
menjadi lebih baik – menjadi semakin dekat dan semakin dekat dengan tujuan final.
Perasaan inferiorita ada pada semua orang, karena manusia mulai hidup sebagai makhluk yang kecil
dan lemah. Sepanjang hidup, perasaan ini terus muncul ketika orang menghadapi tugas baru dan
belum dikenal yang harus diselesaikan. Perasaan ini justru menjadi sebab semua perbaikan dalam
tingkah laku manusia. Anak yang belajar bermain skate merasa inferior sampai ia betul-betul mahir.
Orang tua yang mendapat promosi merasa inferior pada posisi barunya sampai dia memahami
bagaimana menangani tugasnya. Setiap tugas baru memunculkan inferiorita yang dapat diredakan
ketika orang itu mencapai tingkat berfungsi yang lebih tinggi.
Kondisi-kondisi khusus seperti kelemahan organic/cacat, pemanjaan dan pengabaian – mungkin dapat
membuat orang mengembangkan kompleks inferiorita (inferiority complex) atau kompleks superiorita
(superiority complex). Dua
kompleks
ini
berhubungan
erat. Kompleks
superior
selalu
menyembunyikan – atau kompensasi dari – perasaan inferior, sebaliknya kompleks inferior sering
menyembunyikan perasaan superiorita. Misalnya, orang yang congkak dan sombong dan berusaha
menguasai orang lain yang dalam hal tertentu lebih lemah darinya, mungkin menunjukan kompleks
superiorita. Sesungguhnya, orang itu justru tersiksa dengan perasaan tidak mampu, tetapi dengan cara
tertentu menarik perhatian dan mendorong orang lain mengitarinya, agar dia dapat berlagak superior.
Orang yang terus menerus depresi dan takut mungkin mengembangkan alas an untuk tidak berusaha
maju dan karena itu dapat memperoleh layanan special dari orang lain. Orang ini mungkin sebenarnya
merasa barhak atas layanan itu karena adanya perasaan superioryang tersembunyi dan keyakinan
bahwa semua kesulitan itu sesungngguhnya bukan karena salahnya.
Teori Adler
Menurut Adler, masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi yang sehat bukan hanya
mencintai dan bekerja, melainkan merasakan kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan
kesehjateraan mereka. Beberapa prinsip penting dalam teori Adler adalah sebagai berikut:
1. Satu-satunya kekuatan dynamic yang melatar belakangi aktivitas manusia adalah perjuangan
untuk sukses atau superior ( striving for superiority ).
2. Persepsi subyektif ( subyektive perception ) individu membentuk tingkah laku dan
kepribadian.
3. Semua fenomena psikologis di satukan ( unity of personality ) di dalam diri individu dalam
bentuk self.
4. Manfaat dari aktifitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interest sosial ( social interst).
5. Semua potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup (life of style) dari self.
6. Gaya hidup dikembangkan melalui kekuatan kretif ( cretive power ) individu.
Inferioriy dan Superiority
Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi
superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa
depan. Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas
atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam
pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan
orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik
dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik,
untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat seseorang
mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan
erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan
inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap
orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.
Social Interest
Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain yang berkelanjutan
sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Meskipun minat sosial dilahirkan, tetapi
menurut Adler terlalu lemah atau kecil untuk dapat berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu
menjadi tugas Ibu, yang menjadi orang pertama dalam pengalaman seorang anak, untuk
mengembangkan potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat membantu anak untuk memperluas minat
sosialnya, maka anak akan cenderung tidak memiliki kesiapan ketika menghadapi masalah dalam
lingkungan sosialnya.
Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai superior dengan cara yang sehat dan
kurangnya minat sosial tersebut dapat mengarahkan pada fungsi yang maladaptif. Semua kegagalan
seperti neurotik, psikotik, pemabuk, anak yang bermasalah dan lainnya disebabkan kurangnya
memiliki minat sosial mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan dan seks tanpa memiliki
keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kerja sama. Makna yang diberikan pada
kehidupan lebih bernilai pribadi. Tidak ada orang lain yang mendapatkan keuntungan dengan
tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan merupakan merasakan superioritas personal dan
hanya berarti untuk diri mereka sendiri. sebagai manusia yang sehat, maka pada waktu yang
bersamaan ia akan berjuang mencapai superior dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
Style of Life
Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan,
perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai
superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang
berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah
ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan
atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang
mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai
tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut.
Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik
(hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai
kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan
dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.
Subjective Perception
Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif, artinya orang menetapkan tujuan-tujuan untuk
diperjuangkan berdasarkan interpretasinya tentang fakta, bukan berdasarkan fakta itu sendiri.
Kesatuan ( Unity ) Kepribadian
Adler memilih nama psikologi individu ( individual psychology ) dengan harapan dapat menekankan
keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-pecah. Psikology individual
menekankan pentingnya unitas kpribadian. Fikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan ke
satu tujuan tungal dan mengejar satu tujuan. Ketidak konsistenan tingkah laku tidak ada; kalau dilihat
dalam kaitannya dengan tujuan final – menjadi superiorita atau menjadi sukses, semua kegiatan itu
konsisten dan bermakna.
•
Logat prgan ( organ dialect)
Uniti kepribadian bukan hanya kesatuan aspek - aspek kejiwaan seperti motivasi, perasaan dan pikiran
tetapi unity juga meliputi keseluruhan organ tubuk. Gejala-gejala fisik, misalnya kelemahan itu
berbicara tentang tujuan individu yang oleh adler dinamakan logat organ ( organ dialect ) atau bahasa
organ ( organ jargon )
•
Kesadaran dan tak sadar
Unitas kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan tak sadar. Menurut adler, tingkah laku tak sadar
adalah bagian dari tujuan final yng belum diformulasi dan belum difahami secar jelsas. Adler menolak
dikotomi antara kesadaran dan tak sadar yang dianggapnya sebagai bagian yang bekerja sama dalam
sistim yang unifi. Fikiran sadar adalah apa saja yang difahami dan diterima individu dapat membantu
perjuangan menjadi sukses.
Diri yang Kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku.
Sukarnya menjelaskan soal ini ialah karena kita tak dapat menyaksikanya secara langsung akan tetapi
hanya dapat menyaksikan lewat manifestasinya. Inilah yang mengantarai pernagsang yang dihadapi
individu dengan respon yang dilakukanya. Diri yang kreatif adalah yang member arti kepada hidup;
yang menetapkan tujuan serta membuat alat untuk mencapainya
Kekuatan kreatif self
Adler berpendapat, setiap orang memiliki kekuatan untuk bebas menciptakan gaya hidupnya sendiri sendiri. Manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa dirinya dan bagaimana dia
bertingkah laku. Manusia mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya,
bertanggung jawab mengenai tujuaan finalnya, menentukan cara memperjuangkan mencapai tujuan
itu, dan menyumbang pengembangan minat sosial. kekuatan kreatif itu memebuat setiap manusia
menjadi manusia bebas bergerak menuju tujuan yang terarah.
Perkembanagan abnormal
Faktor eksternal dalam salah suai
•
Cacat fisik yang buruk
Cacat yang sangat buruk, apakah dibawa dari lahir atau akibat kecelakaan/ penyakit, tidak cukup
untuk membuat salah suai. Cacat itu harus diikuti dengan perasaan infriorita yang berlebihan.
Perasaan subyektif ini mungkin didorong oleh cacat tubuh, tetapi perasaan itu sesungguhnya hasil
atau ciptaan self kreatif
•
Gaya hidup manja ( pampered )
Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab sebagian besar neurosis. Anak yang dimanja
mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat aktifitas yang rendah. Mereka menikmati pemanjaan
itu, berkeinginan kuat tetap dimanja, mengembangkan hubungan parasit dengan ibunya ke orang lain.
Mereka mengharap orang lain memperhatikan dirinya melindunginya dan memuaskan semua
keinginanya yang mementingkan diri sendiri. ciri yang lain, sangat mudah putus asa, selalu ragu,
sangat sensitif, tak sabaran, emosional khususnya dalam hal kecemasan. Mereka menganggap orang
lain itu ada untuk melayani dirinya mengharap orang lain memanjakanya seperti yang dilakukan
ibunya. mereka melihat dunia dengan kacamata pribadi, dan yakin bahwa mereka ditakdirkan menjadi
nomer satu.
•
Gaya hidup diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak dikehendaki, akan mengembangkan gaya hidup diabaikan.
diabaikan merupakan konsep yang relatif; tidak ada orang yang merasa mutlak diabaikan atau mutlak
tidak dikehendaki. Kenyatan bahwa anak selamat melewati masa bayi adalah bukti ada seseorang
yang merawatnya, itu berarti ada bibit minat sosial di dalam jiwanya.
•
Kecendurangan pengamana ( safeguarding )
Semua penderita neurotik menciptakan pengaman terhadap harga dirinya. Gejala itu berperan sebagai
kecenderungan pengamanan,
memproteksi inflasi image diri dan mempertahankan
gaya hidup
neurotik. konsep kecenderungan pengamanan mirip konsep mekanisme pertahanan dari freud.
keduanaya adalah simptom yang dibentuk sebagai proteksi terhadap self atau ego. Namau ada berapa
perbedaan antara keduanya. Pertama, mekanaisme pertahanan melindungi ego dari kecemasan
instingtif, sedang kecenderungan pengamanan melindungi self dari tuntutan luar. Kedua, mekanisme
pertahanan merupakan gejala umum yamg dilakukan semua orang, sedang kecenderungan
pengamanan mereupakan salah satu simptom neurotik, walapun mungkin setiap orang ( normal atau
abnormal ) memakai kecenderungan itu untuk mempertahankan harga diri. Ketiga, mekanisme
pertahanan
beroperasi pada tingkat tak sadar sedang kecenderungan pengamanan bekerja pada
tingkat sadar dan tak sadar.
•
Sesalan (excuses)
1.
Pada sesalan “ya, tetapi” orang pertama menyatakan apa yang sesungguhnya mereka senang
mengerjakanya - sesuatau terdengar bagus untuk orang lain - kemudian diikiuti dengan pernyataan
sesalan. Seseorng wanita mungkin mengatakan “saya sesungguhnya senang kuliah, tetapi anak saya
membutuhkan terlalu banyak perhatian saya.” seorang pemimpin mengatakan “saya setuju dengan
proposal anda tetapi kebijakan perusahaan tidak mengijinkan.” sesalan yes-but dipakai untuk
mengurangi bahaya harga diri yang jatuh karena melakukan hal yang berbeda dengan orang lain.
2.
Sesalan “sesungguhnya kalau” dinyatakan dengan cara berbeda. “sesungguhnya kalau istri
saya lebih banyak memberi dukungan saya mungkin bisa maju lebih cepat dalam profesi saya.”
“sesungguhnya kalau saya tidak memiliki hambatan fisik, sukses kerja saya akan lebih sempurna.”
sesalaan if-only ini melindungi perasaaan lemah dari harga diri dan menipu orang lain untuk percaya
bahwa mereka sesungguhnya lebih seperior dari kenyataan yang ada sekarang,
•
Agresi
1.
Merendahkan (depreciation) adalah kecenderungan manilai rendah prestasi orang lain dan
menilai tinggi prestasi diri sendiri. kecendrungan pengamanan ini ada pada tingkahlaku agresi sprti
sadisme, gosip, kecemburuan, dan tidak toleran. maksud dibalik depresiasi adalah untuk mengecilkan
orang lain sehingga kalau dibandingkan penderita akan menjadi lebih baik.
2.
Menuduh (accusation), adalah kecenderungan menyalahkan orang lain atas kegagalan yang
dilakukanya sendiri, dan kecendrungan untuk mencari pembalasan dendam, sehingga mengamankan
kelemahan harga dirinya. semua neurotik menunjukan gejala akusasi. Penderita narotik sering
bertingkah laku yang membuat lingkunganya menderita lebih dari dirinya.
3.
Menuduh diri sendiri (self-accusation), ditandai oleh menyika diri dan perasaan berdosa,
menyiksa diri terjadi pada penderita masokisme, depresi dan bunuh diri, yang maknanya
mengamankan agar kekuatan neurotik tidak menyakiti orang lain yang dekat dengan penderita.
akusasi diri dapat dipandang sebagai kebalikan dari depresi walapaun keduanya sama-sama mengarah
pada superioita personal, dalam depresi penderita neurotik mengecilkan orang lain agar diri tampil
bagus kalau dibndingkan. Dalam akusasi diri penderita neurotik menilai rendah dengan tujuan
membebankan penderitaan orang lain kepada dirinya untuk melindungi harga dirinya.
Adler’s typology of personality
Adler mengembangkan teori mengenai tipe kepribadian berdasakan derajat minat sosial dan aktivitas
yang dimiliki seseorang, hal yang terpenting bagi Adler bukanlah bagaimana seseorang mengatasi
perasaan inferioritasnya, melainkan sejauhmana seseorang mengembangkan gaya hidup yang
konstruktif dibandingkan yang destruktif. Sejauhmana empati dan minat sosial dari masing-masing
tipe. Kapasitas untuk berempati merupakan hal yang penting dalam kehidupan.
Berikut adalah 4 tipe berdasarkan tipologi ini:
1. The Rulling-dominant Type: asertif, agresif fdan aktif. Ia memanipulasi dan menghadapi situasi
kehidupan dan orang-orang didalamnya, tingkat aktivitasnya tinggi tetapi dikombinasikan denan
minat sosial yang minimal. Aktivitas yang dilakukan dapat mengarah pada perilaku antisosial.
2. The Getting-Leaning Type: mengharapkan orang lain memenuhi kebutuhannya dan mendukung
minatnya, bergantung pada orang lain. Merupakan kombinasi antara minat sosial yang rendah dan
tingkat aktivitas yang rendah.
3. The Avoidant Type: menarik diri dari permasalahan. Menghadapi suatu tugas dengan cara
menghindar. Memiliki minat sosail yang rendah dan tingkat aktivitas yang sangat rendah.
4. The Society Useful Type: Merupakan tipe yang paling sehat. Memiliki penilaian yang realistik
atas masalah yang dihadapi. Memiliki orientasi sosial dan bekerjasama dengan orang lain untuk
mengahadapi tugas kehidupan. Merupakan kombinasi antara tingat aktivitas dan minat sosial yang
tinggi.
Neurotic Safeguarding Strategies
Semua orang neurotik menciptakan pengamanan atas harga dirinya, seperti defense mechanism
menurut Freud. Pengamanan tersebut merupakan perlindungan terhadap self atau ego dari pengaruh
luar, biasanya interpersonal, ancaman. Terdapat 3 strategi pengamanan, yaitu:
1. Excuses atau strategi rasionalisasi
Seseorang mencoba untuk membebaskan dirinya dari tuntutan umum kehidupan dengan cara
menekankan pada simtom neurotiknya, simtom neurotik digunakan sebagai alasan untuk melarikan
diri dari tuntutan kehidupan sehingga tidak menunjukkan yang terbaik. Seseorang merasa aman
karena adanya kebebasan untuk tidak melakukan yang terbaik dari tuntutannya yang kurang terhadap
perkembangan diri.
2. Aggresive Strategies
a. Depreciation: kecenderungan merendahkan orang lain sehingga orang tersebut tidak terlihat
superior sebagai ancaman, melebihkan penilaian diri dalam hubungannya dengan orang lain. Strategi
untuk mencapai superior dengan membuat orang lain merasa inferior.
b. Accusation: perasaan tidak disadari yang menyalahkan orang lain atas perasaan inferior dan frustasi
yang dialami. Mengarah pada ekspresi langsung kemarahan
c. Self-accusation: menyalahkan diri sendiri atas ketidakberuntungan yang dialami. Hal itu dilakukan
dengan cara yang dapat menarik perhatian, simpati atau bantuan dari orang lain.
3. Distancing Strategies
Melindungi harga diri dengan membatasi keterlibatan dalam kehidupan dan menghindari tantangan
yang memungkinkan adanya resiko kegagalan.
a. Moving backward: adanya konflik mendasar dimana seseorang menginginkan kesuksesan dan
menghindari kegagalan. Pada akhirnya orang tersebut memiliki motivasi untuk tidak melakukan
apapun atau kembali pada tahap perkembangan yang kurang mencerminkan kecemasan.
b. Standing Still: seseorang tidak melakukan apapun dalam taraf yang lebih dramatis. Ia menolak
tanggung jawab yang memungkinkan adanya evaluasi. Melindungi diri dari kegagalan dengan tidak
melakukan apapun.
c. Hesitation: secara tidak sadar menciptakan kesulitan pada diri dan juga menciptakan cara untuk
tidak mengatasinya sehingga menjadi simtom neurotik. Mengulur waktu sehingga masalah tidak perlu
lagi dihadapi.
d. Construction of obstacles: bentuk pengecualian karena seseorang melihat masalah yang mungkin
dapat mencegahnya untuk menunjukkan usaha yang lebih besar sehingga dapat melindungi harga
dirinya.
Faulty Life-styles
Gaya hidup yang maladaptif merupakan hasil dari tiga kondisi, yaitu cacat fisik, gaya hidup dimanja
dan gaya hidup diabaikan. Anak dengan cacat fisik cenderung memilki perasaan tidak adekuat dalam
memenuhi tugas dalam hidupnya. Pengertian dari orangtua dapat membantu anaknya untuk
mengembangkan kekuatan untuk mengkompensasikan kelemahannya itu. Anak yang dimanja gagal
untuk mengembangkan minat sosial dan memenuhi harapan sosial. Ia memiliki kebutuhan untuk
menerima tanpa memberi, anak akan sedikit atau tidak melakukan sesuatu untuk orang lain dan
memanipulasi orang lain untk memuaskan kebutuhannya. Sedangkan anak yang diabaikan dapat
menjadi musuh di lingkungannya dan didominasi oleh kebutuhan untuk balas dendam.
Penelitian Khas Adler mengenai Urutan Kelahiran
Sejalan dengan perhatian Adler terhadap penentu sosial kepribadian, ia mengamati bahwa kepribadian
anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu dalam satu keluarga akan berlainan.
1. Anak Pertama
Menurut Adler, anak pertama memiliki posisi yang unik, yaitu sebagai anak satu-satunya pada suatu
waktu, dan kemudian mengalami pergeseran status ketika anak kedua lahir. Anak pertama awalnya
mendapatkan perhatian utuh sampai terbagi saat adiknya lahir. Peristiwa tersebut mengubah situasi
dan pandangan anak pertama terhadap dunia. Bila anak pertama berusia lebih tua 3 tahun atau lebih
ketika memiliki adik, maka biasanya akan merasa permusuhan dan kebencian terhadap adiknya.
2. Anak Tengah
Ciri anak tengah adalah ambisius. Ia selalu berusaha melebihi kakaknya dan cenderung memberontak
atau iri hati. Tetapi pada umumnya ia dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik.
3. Anak Bungsu
Anak bungsu adalah anak yang dimanjakan. Sama seperti anak sulung, kemungkinan ia akan menjadi
anak yang bermasalah dan menjadi orang dewasa yang neurotik dan tidak mampu menyesuaikan diri.
4. Anak Kedua
Sifat anak ini selalunya lebih agresif berbanding dengan anak sulong. Dia selalu dibantu dalam
banyak perkara dan sentiasa ada penyokong di belakang kejayaannya –sama ada ibu, bapa atau kakak
atau abangnya. Dia turut mempunyai daya saing yang lebih tinggi dan sering kali berlumba- lumba
untuk menjadi yang lebih baik daipada adik- beradiknya yang lain. Anak kedua boleh menjadi
seorang yang degil atau cuba dilihat menyerlah daripada orang lain dalam apa- apa perkara.
5. Anak Kembar
Salah satu daripada pasangan kembar ini akan bersifat lebih agresif, cerdas, dan aktif. Maka, ibu bapa
mereka cenderung melihat salah seorang daripada mereka adalah kakak atau abang kepada yang satu
lagi. Anak kembar boleh mengalami masalah ketidaktentuan identiti. Pasangan kembar yang lebih
menyerlah akan menjadi ketua dan model kepada pasangannya yang lebih lemah dan pasif.
Aplikasi Teori Alfred Adler
Teori Adler diaplikasikan dalam keadaan keluarga dan psikoterapi. Aplikasinya disesuaikan dengan
tujuan utama dari teori ini.
1. Keadaan Keluarga
Adler mengembangkan teori urutan lahir, didasarkan pada keyakinannya bahwa keturunan,
lingkungan, dan kreatifitas lingkungan bergabung membentuk kepribadian. Dalam sebuah keluarga,
setiap anak lahir dengan unsur genetik yang berbeda, masuk ke dalam setting sosial yang berbeda, dan
anak-anak itu menginterpretasi situasi dengan cara yang berbeda. Karena itu, penting untuk melihat
urutan kelahiran (anak pertama, kedua, dan seterusnya), dan perbedaan cara orang menginterpretasi
pengalamannya (Alwisol, 2004).
Dalam konsep ini, Adler mengungkapkan bahwa urutan kelahiran anak mempengaruhi pemberian
perhatian orang tua terhadap anaknya. Sebagai contoh, anak sulung akan mendapatkan perhatian yang
utuh dari orang tuanya hingga perhatian itu terbagi ketika dia memiliki adik. Dengan kehadiran sang
adik, maka anak sulung mengalami suatu gejala traumatis akibat „turun tahta‟. Dari hal ini, anak
sulung mengalami perubahan situasi yang mewajibkannnya untuk berbagi dan menjadi orang tua
kedua bagi sang adik. Anak sulung ini mungkin akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab atau
justru menjadi pribadi yang merasa tidak aman dan minim interes sosialnya. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor genetik, kesiapan menerima adik baru, dan interpretasi terhadap pengalamannya sendiri.
Sifat positif
Memerhatikan
dan
Urutan kelahiran
Sifat negative
Anak Sulung
Penuh kecemasan yang berlebihan
melindungi orang lain
Kebencian tidak sadar
Pengorganisasi yang baik
Memaksakan diri untuk diterima
Harus
selalu
menjadi
“benar”
sementara yang lain selalu “keliru”
Sangat kritis terhadap orang lain
Tidak kooperatif
Sangat termativasi
Anak Kedua
Kooperatif
Bersaing secara moderat
Mudah putus asa
Sangat kompetitif
Memiliki
ambisi
yang
Anak Bungsu
Gaya hidup manja
realistik
Bergantung pada orang lain
Ingin
sempurna
dalam
segala
yang
tidak
sesuatu
Memiliki
ambisi
realistic
Dewasa secara sosial
Anak Tunggal
Perasaan unggul yang berlebihan
Perasaan kooperatif yang rendah
Pemahaman diri yang dilebihlebihkan
Gaya hidup manja
2. Psikoterapi
Menurut Adler (dalam Alwisol, 2004), psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya keberanian,
perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang. Jadi, tujuan utama
psikoterapi adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong
berkembangnya minat sosial.
Adler yakin bahwa siapa pun dapat mengerjakan apa saja. Keturunan memang sering membatasi
kemampuan seseorang, dalam hal ini sesungguhnya yang penting bukan kemampuan, tetapi
bagaimana orang memakai kemampuan itu. Melalui humor dan kehangatan, Adler berusaha
meningkatkan keberanian, harga diri, dan social interest klien. Menurutnya, sikap hangat dan
melayani dari terapis mendorong klien untuk mengembangkan minat sosial di tiga masalah
kehidupan; cinta atau sekual, persahabatan, dan pekerjaan.
3. Mmpi-mimpi
Menurut Adler mimpi menipu diri sendiri (self deception) dan tidak bisa mudah dipahami bahkan
oleh
pemimpi
sendiri. Mimpi
menyamar
untuk bias
membohongi
pemimpi,
membuat
penginterpretasian oleh diri sendiri (self-interprettation) tidak mudah. Semakin tujuan individu tidak
konsisten dengan realitas , semakin banyak mimpi digunakan menipu si pemimpi.
4. Rekoleksi- Rekoleksi Awal
Meskipun Adler percaya bahwa memori-memori yang diingat kembali dapat memberinya petunjuk
untuk memahami gaya hidup pasien, namun tidak menganggap memori –memori ini penyebab gaya
hidup tersebut. Karena pengalaman yang diingat kembali bisa berkaitan dengan realitas objektif, atau
hanya fantasi belaka yang tidak begitu penting. Manusia merekonstruksi ulang peristiwa-peristiwa
untuk membuat mereka tetap konsisten dengan suatu tema atau pola yang terus dijalaninya di
sepanjang hidup mereka.
Adler menekankan pada rekoleksi-rekoleksi awal selalu konsisten dengan gaya hidup sekarang dan
bahwa pemahaman subjektif mereka terhadap pengalaman-pengalaman ini menghasilkan sejumlah
petunjuk untuk memahami tujuan akhir maupun gaya hidup mereka saat ini.
Adler percaya bahwa pasien dengan tingkat kecemasan tinggi akan sering memproyeksikan gaya
hidup mereka saat ini ke dalam memori pengalaman kanak-kanak mereka tentang peristiwa yang
menakutkan dan menimbulkan kecemasan. Sebaliknya orang yang penuh percaya diri cenderung
mengingat memori yang berisi hubungan-hubungan menyenangkan dengan orang lain. Dikeduanya,
pengalaman awal tidak menentukan gaya hidup. Tapi sebaliknyalah yang benar yaitu rekoleksirekoleksi pengalaman awal malah dibentuk oleh gaya hidup saat ini.
Psikopatologi
Penyakit Jiwa adalah penyakit yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri yang mengakibatkan
terganggunya sistem syaraf,sehinga mengakibatkan gerak gerik dari pada manusia tersebut menjadi
tidak terkontrol atau tidak normal.
Dalam uraian pengertian gangguan jiwa ada beberapa pendapat dari para ahli psikologi. Diantaranya
salah satu definisi gangguan jiwa dikemukakan oleh Frederick H. Kanfer dan Arnold P. Goldstein.
Menurut kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang
karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya
terhadap dirinya sendiri.
Penyebab ganguan kejiwaan itu bermacam-macam. Ada yang bersumber dari hubungan dengan orang
lain yang tidak memuaskan (seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak
terbatas), kehilangan seseorang yang dicintai,kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Selain itu ada pula
ganggan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik, kelainan sistem syaraf dan gangguan pada otak.
Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Alfred Adler
mengungkapkan bahwa terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah diri
(inferiority complex) yang berlebih-lebihan. Sebab-sebab timbulnya rendah diri adalah kegagalan
didalam mencapai superioritas di dalam hidup. Kegagalan yang terus-menerus ini akan menyebabkan
kecemasan dan ketegangan emosi.
Perasaan rendah, rendah diri, keunggulan kompleks, kompensasi, gaya hidup, tujuan-diarahkan,
konstelasi keluarga, fiksi finalism, hubungan antara tubuh, pikiran, dan semangat, dan psikiatri
sebagai ilmu hubungan interpersonal, merupakan ide yang dikembangkan oleh Alfred Adler. These
ideas and theories were developed from 1907 when his first book was written until his death in 1937.
Ide dan teori-teori ini dikembangkan dari 1907 ketika buku yang pertama ditulis sampai kematiannya
pada 1937.
Dari pemahaman tentang organ rendah(organ inferiority), Adler mulai melihat setiap individu
memiliki kelemahan. Adler wrote, “to be a human being means to feel oneself inferior. The child
comes into the world as a helpless little creature surrounded by powerful adults. A child is motivated
by his feelings of inferiority to strive for greater things. When he has reached one level of
development, he began to feel inferior once more and the striving for something better begins again
which is the great diving force of mankind.” Adler menulis, “Untuk menjadi manusia berarti merasa
rendah diri. Anak datang ke dalam dunia sebagai makhluk lemah, sedikit kuat karena dikelilingi oleh
orang dewasa. Seorang anak yang didorong oleh-Nya untuk berusaha melakukan hal-hal yang lebih
besar. Ketika ia telah mencapai satu tingkat perkembangan, ia mulai merasa rendah sekali lagi dan
berjuang untuk sesuatu yang lebih baik lagi yang dimodali dengan kekuatan manusia itu sendiri. ”
Every person has inferiority feelings whether he will or can admit it. Pokok permasalahannya adalah
setiap orang mempunyai perasaan rendah diri, apakah ia dapat membuangnya atau tidak. Adler says
that since the feeling of inferiority is regarded as a sign of weakness and as something shameful, there
is naturally a strong tendency to conceal it. Adler mengatakan bahwa sejak rasa rendah dianggap
sebagai tanda kelemahan dan sebagai sesuatu yang memalukan, ada kecenderungan alamiah yang kuat
untuk menyembunyikan itu. Indeed, the effort of concealment may be so great that the person himself
ceases to be aware of his inferiority as such, being wholly preoccupied with the consequences of the
feeling and with all the objective details that subserve its concealment. Sesungguhnya, upaya
perahasiaan menjadi besar ketika kita terlalu sibuk memikirkan konsekuensi dan tujuan setiap usaha
dengan semua rinciannya yang membantu proses perahasiaan. So effectively may an individual train
his whole mentality for this task that the entire current of his psychic life flows ceaselessly form below
to above, that is, from feeling of inferiority to that of superiority, occurs automatically and escapes his
own notice. Hal ini tidak mengherankan jika kita sering menerima balasan negatif ketika kita
menanyai orang apakah dia merasa rendah diri. It is better not to the press the point, but to observe his
psychological movements, in which the attitude and individual goal can always be discerned. Lebih
baik tidak menanyai langsung ke pokok permasalahan seperti itu, tetapi cukup dengan mengamati
gerakan psikologisnya, di mana sikap dan individu dapat selalu menjadi tujuan utama pengamatan.
Both healthy individual and the neurotic individual cope with their feeling of inferiority by
compensatory action through gaining power to overcome the sense of weakness. Tindakan
mendapatkan kekuasaan dilakukan untuk menanggulangi rasa rendah diri.These aggressive reactions
often lead to considerable success in terms of recognized achievement in some area of life; some
accomplishment of power over others. Reaksi agresif ini sering mengakibatkan banyak keberhasilan
dalam hal pencapaian dalam beberapa bidang kehidupan, melalui tindakan penguasaan diri atas orang
lain. The healthy individual will strive to overcome his inferiority feelings through involvement with
society. Individu yang sehat akan berusaha untuk mengatasi perasaan rendah dirinya melalui
keterlibatan dengan masyarakat. He is concerned about the welfare of others as well as himself. Dia
khawatir tentang kesejahteraan orang lain serta dirinya sendiri. He develops good feelings of selfworth and self-assurance. Dia mengembangkan baik perasaan diri sendiri dan hal-hal yang menjamin
perasaan itu, yaitu orang lain. Efek negatif dari usaha memperoleh superiorotas yang berlebihan
adalah timbul egoisme dalam rangka untuk mendominasi, menolak untuk bekerja sama, atau ia
mungkin ingin mengambil dan tidak member.
Satu hal yang penting adalah rasa rendah diri(inferiority) bisa diekpresikan dalam bermacam-macam
bentuk, selain berkuasa. Cara pengekpresian biasanya tergantung pada gaya hidup seseorang.
Modal utama Psikiater dalam mengobati atau proses konseling adalah dengan memahami secara
mendalam masalah inferioritas(rendah diri), kompensasi (usaha menutupi kelemahan), dan usaha
untuk memperoleh superioritas.
Konseling atau pengobatan penyakit jiwa disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit jiwa yang
diderita pasien. Pada dasarnya konseling/pengobatan dilakukan dalam dua hal, yaitu pemberian
sugesti sehingga mengerti tentang permasalahan sebenarnya dan dalam bentuk perbuatan/
memberikan perlakuan tertentu pada pasien.
Sugesti/pengertian berupa; jangan menganggap diri terlalu super dengan menyadari keterbatasan.
Banyak hal dalam kehidupan ini tidak dapat dimengerti dan bersedia menerima kenyataan tersebut
karena keterbatasan kita. Berpikir positif berarti menerima kenyataan, kita menyadari keterbatasan
berarti menerima dan tidak kecewa dengan
segala konsekuensi atas keterbatasan tersebut.
Diusahakan dalam melakukan segala sesuatu terfokus, dalam arti menentukan secara tegas tujuan
yang ingin dicapai lalu konsentrasikan segenap tenaga dan pikiran untuk mencapainya.
Memupuk sosialitas atau kesosialan dengan melatih berbuat suatu kebaikan untuk orang lain. Jika
anda terlalu sibuk dengan diri sendiri tau terlibat dalam kesulitan-kesulitan sendiri, cobalah berbuat
sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa
berpartisipasi dalam masyarakat dan bisa memberikan arti atau suatu nilai individu kepada kita. Juga
memberikan rasa kepuasan dan kemudahan, karena kita merasa berguna. Perbuatan tadi akan
membawa kita kepada penelitian diri sendiri, distansi diri dan instropeksi. Rasa tersebut akan lebih
cepat mengeluarkan kita dari ganguan batin, egosentrisme, serta ketegangan. Semua itu akan
menimbulkan rasa kehangatan, rasa simpati dan rasa kasih saying pada sesame manusia dan akan
memupuk kesehatan jiwa maupun raga.
Kepribadian Sehat
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah
banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav
Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray,
teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari
Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin
Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :

Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.

Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen

Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa

Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi.

Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti :
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian
yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003)
mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
Kepribadian yang sehat :

Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang
dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.

Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan
hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik.

Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.

Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)

Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan), pengetahuan dan keterampilan.

Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka
terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain
dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya.

Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor
achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang)
Kepribadian yang tidak sehat :

Mudah marah (tersinggung)

Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

Sering merasa tertekan (stress atau depresi)

Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
binatang

Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati
atau dihukum

Kebiasaan berbohong

Hiperaktif

Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

Senang mengkritik/ mencemooh orang lain

Sulit tidur

Kurang memiliki rasa tanggung jawab

Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)

Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama

Pesimis dalam menghadapi kehidupan

Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Kritik Terhadap Adler
Teori Adler, seperti Freud menghasilkan banyak konsep yang tidak mudah diverifikasi maupun
difalsifikasikan. Fungsi lain teori yang berdaya guna adalah membangkitkan riset, dan mengenai
criteria ini, teori Adler berada pada tingkat di atas rata-rata. Banyak riset yang tertarik pada psikologi
individu sudah meneliti rekoleksi-rekoleksi awal, kepedulian social, dan gaya hidup.
Konsep daya kreatif memang sangat menarik. Mungkin banyak orang percaya bahwa mereka memang
disusun dari sesuatu yang lebuh dari sekedar unteraksi hereditas dan lingkungan. Banyak orang secara
intuitif merasa bahwa mereka memiliki beberapa unsure dalam jiwa mereka (jiwa, ego, diri, daya
kreatif).
•
Kehidupan jiwa di anggap terlampau sederhana
•
Arti dasar dan keturunan dipandang sangat kecil, dan pengaruh lingkungan di nilai berlebihan.
Konsep Kemanusian/Kesimpulan
Adler percaya bahwa pada dasarnya manusia adalah penentu dirinya sendiri (self determined) dan
bahwa mereka membentuk kepribadian dari makna yang mereka berikan kepada pengalamanpengalaman mereka. Material bangunan kepribadian ini disediakan oleh hereditas dan lingkungan,
namun daya kreatif membentuk material iini dan menjadikannya berguna. Adler sering menekankan
bahwa kegunaan yang dibangun dari kemampuan-kemampuan diri sendiri lebih penting daripada
jumlah kemampuan itu. Hereditas memberkati manusia dengan kemampuan tertentu dan lingkungan
memberi beberapa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut namun,
pada akhirnya manusia itu sendiri yang harus bertanggung jawab dengan penggunaan kemampuankemampuan tersebut.
Manusia bergerak maju, dimotivasikan oleh tujuan di depan lebih daripada insting-insting bawaan
atau daya-daya kausal. Tujuan-tujuan masa depan ini sering kali ketat dan tidak realistic namun,
kebebasan pribadi manusia mengizinkan mereka membentuk ulang tujuan-tujuan mereka, dan
karenanya mengubah hidup mereka. Manusia menciptakan kepribadiannya dan sanggup mengubah
kepribadiannya tersebut. Manusia menciptakan kepribadiannya sendiri dan sanggup merubah
kepribadian tersebut dengan mempelajari sikap-sikap baru.
Sikap-sikap ini menjadi pedoman bagi pemahaman bahwa perubahan bisa terjadi, bahwa tak seorang
pun atau kondisi apapun bertanggun jawab bagi “siapa dirinya” dan bahwa tujuan-tujuan pribadi harus
disubordinasikan pada kepedulian social.
Adler paercaya bahwa pada akhirnya manusia bertanggung jawab atas kepribadian mereka sendiri.
Daya kreatif manusia sanggup mentranformasi perasaan-perasaan tidak tepat menjadi kepedulian
social maupun tujuan keunggulan pribadi yang berpusat pada diri sendiri. Kemampuan ini berarti
manusia tetap bebas untuk memilih antara sehat secara psikologis atau neurotisisme. Adler
menganggap pembatasan pada diri sendiri sebagai patologi sedangkan kepedulian social yang kuat
sebagai standar kedewasaan psikologis. Manusia yang sehat memiliki tingkat kepedulian sosial tinggi
namun, di sepanjang hidup, manusia masih tetap bebas untuk menerima atau menolak normalitas dan
menjadi apa yang diinginkan.
Download