PENGAWAS MADRASAH DAN EKSPEKTASI

advertisement
PENGAWAS MADRASAH DAN EKSPEKTASI MUTU PENDIDIKAN
1. Pendahuluan
Profesi pengawas adalah sebuah tugas fungsional yang tak dapat dipandang
dengan sebelah mata. Pengawas bukan merupakan sebuah tugas yang diberikan
kepada orang-orang atau guru-guru yang akan memasuki usia purna bakti, juga
bukan pula sebagai sebuah tugas bagi kepala madrasah atau guru-guru yang tak
ada akar rotan pun jadi. Pengawas sebagai sebuah tugas fungsional pendidikan
mempunyai peran yang sangat menentukan terhadap proses peningkatan mutu
pendidikan pada setiap satuan pendidikan. Pada waktu lalu mutu pendidikan
selalu dihubungkan dengan guru dan peserta didik. Sehingga pengawas
hanyalah sebagai pelengkap saja.
Fenomena ini bukanlah sebuah isapan jempol belaka, tapi setidak-tidaknya
masih terlihat eksistensinya sampai dengan saat ini.
Dimasa silam juga, persepsi masyarakat khusus kalangan pendidikan, guru, staf
dan warga madrasah yang lain tentang pengawasan madrasah boleh jadi hanya
berkutat pada kunjungan pengawas ke madrasah, ke kelas-kelas guna
melakukan penilaian tentang ketepatan strategi pembelajaran oleh guru.
Padahal jika kita menilik beberapa regulasi di atas, tugas, fungsi dan wewenang
pengawas sangatlah luas.
Sampai sekarang (mungkin) masih banyak yang menganggap profesi pengawas
madrasah lagi-lagi adalah sebagai persiapan bagi guru-guru ataupun yang
tadinya adalah sebagai kepala madrasah untuk menunggu masa-masa pensiun,
sehingga ada gurauan menjadi pengawas merupakan profesi „pendinginan‟
sebelum memasuki pensiun, bahkan istilah itu dengan sendirinya beredar
dikalangan pengawas madrasah itu sendiri. Selagi pengawas yang bersangkutan
tidak mau merubah paradigma itu dan pemerintah pusat maupun daerah belum
memberdayakan pengawas madrasah sebagaimana mestinya, maka dengan
sendirinya jabatan pengawas madrasah tetap berada di posisi marginal dalam
proses peningkatan mutu pendidikan pada madrasah, guna pencapaian cita-cita
mencerdaskan bangsa.
Saat ini perlu adanya ketegasan dari berbagai pihak yang berkepentingan untuk
menyatukan suatu pandangan atau persepsi akan keberadaan pengawas
madrasah secara khusus maupun pengawas pendidikan agama islam pada
sekolah secara umum, bahwa menjadi seorang pengawas bukan merupakan
sebuah “second option” (pilihan kedua) diantara pemilihan tugas fungsional
lainnya di dalam bidang kependidikan.
Saat ini juga masih ada opini yang terbentuk, bahwa menjadi pengawas adalah
pilihan terakhir sambil menunggu masa-masa berakhirnya menjadi PNS bahkan
tidak sedikit ada beberapa kalangan yang berpendapat bahwa menjadi
pengawas bagi guru-guru yang masih berusia muda adalah sebuah „kerugian‟
katanya. Persepsi inilah yang akhirnya menjadi titik permasalahan mengapa
banyak guru-guru maupun kepala madrasah banyak yang kurang berminat
untuk menjadi seorang pengawas.
2. Tugas dan Fungsi, Wewenang Pengawas Madrasah
Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 pada Bab II pasal 3
disebutkan bahwa Pengawas Madrasah mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan akademik dan manajerial pada madrasah.
Sedangkan fungsi Pengawas Madrasah adalah melakukan :
a. penyusunan program pengawasan di bidang akademik dan manajerial;
b. pembinaan dan pengembangan madrasah;
c. pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru madrasah;
d. pemantauan penerapan standar nasional pendidikan;
e. penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan; dan
f. pelaporan pelaksanaan kepengawasan.
Selanjutnya menurut PMA Nomor 2 Tahun 2012, ditegaskan bahwa pengawas memiliki
wewenang yaitu :
a.
memberikan masukan, saran, dan bimbingan dalam penyusunan,
pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan dan/atau pembelajaran
kepada Madrasah, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau
Kepala Kantor Wilayah Kemenerian Agama Provinsi;
b.
memantau dan menilai kinerja Kepala Madrasah serta merumuskan saran
tindak lanjut yang diperlukan;
c.
melakukan pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan di
madrasah; dan
d.
memberikan pertimbangan dalam penilaian pelaksanaan tugas. Dan
penempatan Kepala Madrasah serta guru kepada Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
3. Kompentensi Kepengawasan
Saat ini menjadi pengawas mestinya bukan merupakan second option lagi tapi
harus merupakan panggilan hati nurani, karena saat ini untuk menjadi seorang
pengawas tidak semudah seperti masa-masa lalu, perekrutan seorang calon
pengawas mesti melalui tahapan-tahapan panjang, dimulai dari usulan dari
calon pengawas itu sendiri, kemudian harus mengikuti tes akademik tertulis,
tes wawancara, penyusunan dan pengujian makalah yang dilakukan oleh para
asesor yang sangat berkompeten dan berpengalaman di bidang penulisan
makalah atau karya tulis lainnya, serta mengikuti diklat kepengawasan untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi pengawas. Ini artinya calon pengawas atau
pengawas nantinya harus memiliki kompetensi seperti dituangkan pemerintah
melalui Kementerian Agama Republik Indonesia dalam PMA No 2 Tahun 2012
yaitu sebagai berikut:
a. kompetensi kepribadian;
b. kompetensi supervisi akademik;
c. kompetensi evaluasi pendidikan;
d. kompetensi penelitian dan pengembangan; dan
e. kompetensi sosial.
4. Pengawas Madrasah dan Peningkatan Mutu Pembelajaran Madrasah
Peningkatan mutu pembelajaran pada madrasah dalam konteks tulisan ini
adalah mutu pada kegiatan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Mutu proses mengacu pada standar proses seperti yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 pada Bab I pasal 1 ayat 6 dinyatakan
bahwa” Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan itu sendiri ditegaskan
dalam Permendikbud Nomor 54 tahun 2013 yaitu “Standar kompetensi lulusan
adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.”
Dalam bagian lain yaitu pada pasal 19 ayat (1) PP Nomor 19 Tahun 2005,
menyatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”
Setiap satuan pendidikan mesti melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian pembelajaran dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efesien. Ini semua dapat berjalan dengan baik, tepat waktu, tepat cara, tepat
guna, mesti adanya pengawasan dari pihak pengawas Madrasah untuk
memastikan semua yang tertuang dalam program perencanaan, pelaksanaan,
penilaian pada tiap satuan pendidikan madrasah dapat terlaksana dengan baik.
Jadi mutu pembelajaran dalam konteks tulisan ini adalah mutu proses dan mutu
lulusan yang dapat diharapkan oleh semua pemangku kepentingan dalam
pendidikan madrasah dan juga menjadi ekspektasi seluruh warga madrasah
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pencapaian ini tentunya membutuhkan suatu bentuk pengawasan melekat dan
terencana dari pihak pengawas madrasah. Dan satu hal yang perlu diingat
keberadaan pengawas itu sendiri menjadi salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan tujuan pendidikan tersebut. Dengan demikian keberadaan
pengawas
madrasah sangatlah diharapkan dan menjadi salah satu faktor
penting dalam usaha peningkatan mutu pendidikan madrasah. Selamat bertugas
dan menikmati profesi sebagai pengawas madrasah/sekolah.
BIODATA PENULIS
NAMA
: ROBINSON, S. Pd. I
TTL
: TOBOALI, 5 DESEMBER 1973
JENIS KELAMIN
: LAKI-LAKI
PEKERJAAN
: GURU PNS
ALAMAT
: JL. TELADAN AMD GANG DUL TOBOALI
KAB. BANGKA SELATAN
NO.HP
: 081995409600
Download