peningkatan keterampilan proses melalui

advertisement
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI
PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN GAYA MAGNET
KELAS V SD
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh
KASIANUS AJEN
NIM. F33111017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI
PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN GAYA MAGNET
KELAS V SD
Kasianus Ajen, K.Y. Margiati, Kartono
PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak
e-mail: [email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses
siswa dalam pembelajaran gaya magnet dengan menggunakan metode demontrasi
pada mata pelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Kampung Baru II.
Metode yang digunakan adalah metode diskriptif, bersifat kolaboratif. Bentuk
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subyek
penelitian adalah pendidik dan siswa kelas V yang berjumlah 25 siswa. Prosedur
penelitian menggunakan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Teknik yang digunakan yaitu observasi langsung dan pengukuran Alat
pengumpul data menggunakan lembar observasi dan tes. Hasil penelitian
kemampuan guru merencanakan pembelajaran pada siklus 1 sebesar 73%
sedangkan pada siklus 2 sebesar 86%. Kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran pada siklus 1 sebesar 71.% sedangkan pada siklus 2 sebesar 87%.
Keterampilan mengobservasi pada siklus 1 sebesar 62% dan pada siklus 2 sebesar
72%, keterampilan mengklasifikasikan pada siklus 1 66% dan pada siklus 2
sebesar 75%, keterampilan mengkomunikasikan pada siklus 1 sebesar 56% dan
pada sikus 2 sebesar 71%,dan keterampilan menyimpulkan pada siklus 1 sebesar
60% dan pada siklus 2 sebesar 67%, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa
pada siklus 1 sebesar 64,8 dan siklus 2 sebesar 78,4. Dengan membandingkan
presentase keterampilan proses dan ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 dan
siklus 2, disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran gaya magnet di
kelas V SDN 19 kampung Baru II Kabupaten Bengkayang.
Kata Kunci: Magnet, Metode Demonstrasi, Keterampilan proses
Abstract: The purpose of this research is to improve the skills of students in the
learning process by using magnetic force demonstration on teaching science in the
elementary school classroom V 19 Kampung Baru II. The method used is
descriptive method, is collaborative. Form of research is Classroom Action
Research with research subjects are educators and fifth grade students who are 25
students. Research procedures using stages: planning, implementation,
observation and reflection. Techniques used are direct observation and
measurement data collection tool using observation sheets and tests. The results
on the ability of teachers to plan learning cycle 1 was 73%, while in cycle 2 was
86%. The ability of teachers to implement the learning cycle 1 at 71.% While in
cycle 2 by 87%. Skills observed in cycle 1 was 62% and in cycle 2 by 72%,
classifying skills in cycle 1 and 66% in cycle 2 by 75%, communicating skills in
cycle 1 was 56% and in sikus 2 by 71%, and concluded skills in cycle 1 was 60%
and in cycle 2 by 67%, while the average value of student learning outcomes in
cycle 1 and cycle 2 by 64,8 by 78,4. By comparing the percentage of skill and
mastery learning process of students in cycle 1 and cycle 2, it was concluded that
the use of demonstration method can improve the skills of students in the learning
process in class V magnetic force SDN 19 New II Bengkayang hometown.
Keywords: Demonstration method, science process skills
Pengajaran IPA di sekolah dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap, kemampuan serta memberikan pengetahuan keterampilan
dasar berupa keterampilan proses agar dapat berpikir logis terhadap kejadian
sehari-hari dan dapat memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya.
Mengamati proses pembelajaran IPA di Kelas V SDN 19 Kampung Baru II
Kabupaten Bengkayang selama ini, proses pembelajaran yang dilakukan pendidik
lebih menekankan pada produk saja guna mencapai target kurikulum tanpa
memperhatikan aspek psikomotorik siswa yang dapat digali dengan kegiatankegiatan yang memunculkan keterampilan proses siswa, seperti : observasi,
mengklasifikasi/ mengelompokkan, mengkomunikasikan, menginferensi/
menyimpulkan. Hal ini berdampak pada kurangnya minat siswa untuk belajar dan
rendahnya ketercapaian ketuntasan siswa yang dibuktikan pada awal observasi
dari jumlah 17 siswa hanya 11 siswa yang memperoleh nilai ≥60, sedangkan
ketuntasan minimal setiap siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN 19
Kampung Baru II Kabupaten Bengkayang adalah 60.
Metode demonstrasi menurut Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana
(1998/1999) dalam (Soli Abimanyu,2008) mengemukakan bahwa demonstrasi
merupakan
cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan
mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk
tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam
topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode Demonstrasi biasanya
berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya :
proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu
cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.
Tujuan digunakannya metode demonstrasi dalam Soli Abimanyu, (2008)
adalah : (1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh
siswa, (2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa, dan
(3)Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersamasama. (Dalam Soli Abimanyu,2008).
Kelebihan metode demonstrasi dalam Soli Abimanyu, (2008) adalah : (1)
Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme,
(2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemontrasikan,
(3) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya mendengar
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi, (4) Siswa akan lebih aktif mengamati
dan tertarik untuk mencobanya sendiri, dan (5)Menyajikan materi yang tidak bisa
disajikan oleh metode lain. Sedangkan kelemahan metode demonstrasi antara lain:
(1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik, (2) Terbatasnya
sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, (3) Situasi yang sering tidak
mudah diatur dan terbatasnya waktu, (4) Demonstrasi memerlukan waktu yang
lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab, dan (5) Metode
demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang.Kelemahan
metode demonstrasi dapat diatasi melalui berbagai cara berikut: (1) Guru harus
terampil melakukan demonstrasi, (2) Melengkapi sumber, alat dan media
pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi, (3) Mengatur waktu sebaik
mungkin, dan (4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik
mungkin.
Langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi dalam Soli Abimanyu
(2008) meliputi hal-hal berikut : (a) Kegiatan Persiapan, yakni : (1) Merumuskan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, (2) Menyusun materi yang
akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, (3) Menyiapkan
garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan untuk
mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan, dan (4) Melakukan
latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan yang diperlukan.
(b) Kegiatan Pelaksanaan, yakni (1) Kegiatan pembukaan adalah sebagai berikut :
1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat memperhatikan
apa yang didemonstrasikan guru, 2) Tanyakan pelajaran sebelumnya, 3)
Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di
masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas, dan 4)
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugas-tugas apa
yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti. (2) Kegiatan Inti
adalah sebagai berikut : 1) Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah
direncanakan dan dipersiapkan oleh guru, 2) Pusatkan perhatian siswa kepada halhal penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru
sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-baiknya, 3)
Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan, dan 4)
Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses
demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar. (3)
Kegiatan Akhir adalah sebagai berikut : 1) Meminta siswa merangkum atau
menyimpulkan pokok-pokok atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi, (2)
Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dipahami, (3) Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi, dan (4) Tindak lanjut baik berupa
tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas untuk mendalami materi yang baru
diajarkan.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi. Pendekatan dalam keterampilan proses dijabarkan
dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan sikap,
nilai serta keterampilan. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan anak didik menyadari, memahami dan menguasai rangkaian bentuk
kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai peserta didik.
Rangkaian bentuk kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian,
dan mengkomunikasikan (Rustaman et al :2003).
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (dalam Dadan
wahidin, 2008) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan
semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifatsifat dari objek-objek atau kejadian-kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh
Abruscato (dalam Dadan Wahidin, 2008) yang menyatakan bahwa mengobservasi
artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh informasi atau data
mengenai benda atau kejadian. kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan
dengan kegiatan mengobservasi, misalnya menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki
oleh benda-benda, sistem-sistem dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini
dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran dan lain- lain.
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler (dalam Amalia
Sapriati, 2008:4.12) merupakan keterampilan yang dikembangkan melalui latihanlatihan mengkategorikan benda-benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan
sebelumnya dari) sifat-sifat benda tersebut. Menurut Abruscato (dalam Dadan
Wahidin, 2008) mengklasifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuwan
untuk menentukan golongan benda-benda atau kegiatan-kegiatan.
Keterampilan mengkomunikasikan menurut Dimiyati (1993:143) diartikan
sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu
pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau secara visual",sedangkan menurut
Djamarah (2000) menyatakan bahwa Kegiatan mengkomunikasikan dapat
berkembang dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan
aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatisasikan, bertanya,
mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar dan penampilan. (Dalam http://www.sarjanaku.
com/2011/01/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.html.)
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler (dalam Dadan
Wahidin, 2008) dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan
sementara. Menurut Abruscato (dalam Dadan Wahidin, 2008) menginferensi/
menduga/ menyimpulkan secara sementara adalah menggunakan logika untuk
membuat kesimpulan dari apa yang diobservasi. Contoh kegiatan untuk
mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu benda yang
dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa
kemudian mengguncang-guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian
menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari
kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi
yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Di samping itu juga belajar
bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari kata-kata yang
berbahasa Inggris yaitu “Natural Science” yang sering disebut science. Natural
artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.
Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi di
sekitar kita, semua dipelajari dalam IPA tanpa terkecuali. Di dalam kurikulum
2004 (Depdiknas :2004) IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan dan memiliki sifat ilmiah.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran
pokok yang wajib dipelajari di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Dalam KTSP
(2006:484) dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Dalam http: // www.crayonpedia.org/mw/KEMAGNETAN_ 9.2_DEWI_
GANAWATI, Penelitian tentang kemagnetan pertama kali dilakukan oleh Pierre
de Maricourt pada 1269. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa magnet memiliki
dua kutub yang searah dengan kutub utara dan selatan bumi. Pada 1600, William
Gilbert menyimpulkan bumi merupakan magnet raksasa. Di dalam kehidupan
sehari-hari kata “magnet” sudah sering kita dengar. Namun sering juga berpikir
bahwa jika mendengar kata magnet selalu berkonotasi menarik benda. Kita bisa
mengambil suatu barang hanya dengan sebuah magnet, misalkan pada peralatan
perbengkelan biasanya dilengkapi dengan sifat magnet sehingga memudahkan
untuk mengambil benda yang jatuh di tempat yang sulit dijangkau oleh tangan
secara langsung. Bahkan banyak peralatan yang sering kita gunakan, antara lain
bel listrik, telepon, dinamo, alat-alat ukur listrik, kompas yang semuanya
menggunakan magnet. Asal kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama
suatu daerah di Asia kecil.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan memilih metode
demonstrasi agar guru dapat memacu diri untuk dapat terampil menggunakan alat
dalam mempresentasikan sebuah konsep materi pembelajaran IPA, sesuai pokok
bahasan yang akan disampaikan yaitu gaya magnet. Dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran gaya magnet pada
mata pelajaran IPA di kelas V SDN 19 Kampung Baru II Kabupaten Bengkayang.
METODE
Menurut Sugiono (2009:3) metode penelitian adalah sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian
ini metode yang digunakan adalah metode diskriptif. Menurut Sukmadinata
dalam (http://ardhana12.wordpress) metode diskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Metode diskriptif
merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
keadaan subjek/objek berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Menurut Nurul
Zuriah (2009:47) menyatakan bahwa metode diskriptif dapat diartikan sebagai
penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi dan
daerah. Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Menurut Susilo (2007:16) Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru dikelas atau sekolah tempat mengajar, dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses pembelajaran.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 19 Kampung Baru II
Kabupaten Bengkayang, jumlah siswa 25 orang, laki-laki 11 orang dan
perempuan 14 orang beserta guru yang mengajar.
Tahapan penelitian menurut Arikunto (2002) meliputi empat kegiatan utama
yang ada pada setiap siklus yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan
(action), tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Adapun
tahapan penelitian sebagai berikut: (a) Perencanaan, menetapkan dan menyusun
rancangan tindakan secara garis besar yang meliputi antara lain: 1) Menetapkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, 2) Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, 3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan dipakai dalam
proses pembelajaran, 4) Membuat instrumen yang akan digunakan pada
pelaksanaan pembelajaran, dan 5) Menyusun lembar evaluasi yang sesuai dengan
materi pembelajaran. (b) Pelaksanaan, implementasi rancangan pembelajaran
yang telah dirancang kedalam proses pembelajaran untuk mengatasi masalah
yang dihadapi dalam pembelajaran, (c) Observasi (pengamatan), pada tahap
pelaksanaan juga berlangsung pengamatan terhadap proses pembelajaran, untuk
mengamati kesesuaian penyajian materi dan metode yang digunakan untuk
meningkatkan keterampilan proses siswa pada pembelajaran gaya magnet mata
pelajaran IPA di kelas V SD, dari pengamatan akan terlihat keberhasilan dan
permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran, dan (d) Refleksi, Pada
tahap ini peneliti dan guru kolaborator serta observer melakukan analisis
kelebihan dan kekurangan pada pelaksanaan penelitian untuk diperbaiki pada
tindakan selanjutnya dengan harapan pelaksanaan tindakan selanjutnya akan lebih
baik serta melihat keberhasilan indikator yang telah direncanakan sejak awal.
Teknik yang digunakan didalam pengumpulan data adalah teknik observasi
langsung dan pengukuran. Menurut Hadari Nawawi (2005:94) teknik observasi
langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan
dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang
pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau
situasi sedang terjadi.
Teknik observasi langsung digunakan untuk mengumpul data berupa: (1)
Data persentase kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. (2) Data
persentase peningkatan keterampilan proses mengobservasi, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan, dan menginferensi.
Teknik pengukuran yang digunakan adalah tes. Tes merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini sesuai tehnik
pengumpul data yaitu: (1) Lembar observasi kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran IPA. (2) Lembar observasi kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran IPA, (3) Lembar observasi keterampilan proses
mengobservasi, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, dan menginferensi, dan
(4) Soal tes yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan setelah kegiatan
pembelajaran.
Analisis data kemampuan
pembelajaran digunakan rumus :
guru
merencanakan
dan
melaksanakan
jumlah seluruh skor indikator yang diperoleh
X% =
x 100%
jumlah seluruh skor maksimal indikator
Untuk menganalisis data berupa persentase keterampilan proses siswa
digunakan perhitungan rumus :
jumlah seluruh skor indikator yang diperoleh
X% =
x 100%
jumlah seluruh skor maksimal indikator
Selanjutnya untuk menguji peningkatan hasil belajar siswa dihitung
dengan rumus :
jumlah seluruh perolehan nilai siswa
X =
x 100
jumlah seluruh siswa
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses
siswa setelah diterapkan metode demosntrasi dalam pembelajaran gaya magnet
pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN 19 kampung Baru II Kabupaten
Bengkayang. Jumlah siswa dalam penelitian ini adalah 25 orang. Pelaksanaan
penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang diamati oleh supervisor atau kolaborator.
Hasil keterampilan proses siswa dalam melakukan observasi, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan dan menyimpulkan dalam pembelajaran gaya magnet,
diawali dengan adanya kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Hasil analisis yang
dihasilkan dari pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel. 1
Rekapitulasi Analisis Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran IPA
Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Siklus I dan Siklus II
No.
1
2
Aspek yang diamati
Kemampuan guru merancang pembelajaran
Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
Persentase (%)
Siklus I
Siklus II
73%
86%
71%
87%
Tabel. 2
Rekapitulasi Persentase Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA
Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Siklus I dan Siklus II
No.
1
2
3
4
Keterampilan proses
Mengobservasi
Mengklasifikasi
Mengkomunikasikan
Menyimpulkan
Persentase (%)
Siklus I
Siklus II
62%
72%
66%
75%
56%
71%
60%
67%
Deskripsi pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pada hari senin, tanggal 18
Maret 2013, waktu pertemuan pukul. 09.30 WIB sampai dengan pukul 10.40
WIB. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berpedoman pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode demonstrasi
untuk meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran gaya magnet.
Aktivitas guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Mengucapkan
salam, (2) Mempersiapkan alat dan bahan pengajaran, (3) Melakukan appersepsi,
(4) Memberikan arahan kepada siswa tentang tugas siswa dalam mengamati
kegiatan demonstrasi, kemudian membagikan LKS, (5) Melakukan demonstrasi,
(6) Menugaskan siswa untuk mengklasifikasikan benda magnetis dan non
magnetis di depan kelas berdasarkan hasil pengamatan demonstrasi, (7)
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengkomunikasikan hasil
pengamatannya, (8) Membimbing siswa melakukan inferensi berdasarkan hasil
pengamatannya, (9) Memberikan konfirmasi mengenai hasil pengamatan siswa,
(10) Menugaskan kepada siswa untuk mengerjakan evaluasi pembelajaran dan
selanjutnya mengadakan tindak lanjut. Sedangkan aktivitas siswa yaitu : (1)
Mendengarkan penjelasan dan arahan mengenai pengamatan demonstrasi dari
guru, (2) Mengklasifikasikan hasil pengamatan dengan mengelompokkan benda
magnetis dan non magnetis didepan kelas, (3) Menanggapi hasil pengamatan
temannya yang ditugaskan didepan kelas atau yang lainnya, (4) Menyimpulkan
hasil pengamatannya dengan bimbingan guru, (5) Mengerjakan soal evaluasi
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran diamati oleh kolaborator yang
berkaitan dengan aktivitas kemampuan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, hasil pengamatan yang dicatat pada lembar observasi
adalah kemampuan guru dalam merencanakan pada siklus I sebesar 73% dan
melaksanakan pembelajaran sebesar 71%. Hasil observasi yang berkaitan dengan
aktivitas keterampilan proses siswa yang diamati oleh guru pengajar adalah
aktivitas mengobservasi sebesar 62%, mengklasifikasi sebesar 66%,
mengkomunikasikan sebesar 56%, dan menginferensi sebesar 60%.
Kegiatan refleksi dilakukan bersama kolaborator dan disepakati bahwa
pembelajaran belum terlaksana dengan baik dan aktivitas keterampilan proses
siswa dalam mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan dan menginferensi
belum maksimal dan kegiatan perbaikan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Deskripsi pelaksanaan siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanakan
siklus II dengan memperhatikan tingkat kelemahan baik dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi
untuk meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran gaya magnet.
Materi pembelajaran tetap fokus pada pokok bahasan gaya magnet dengan
melanjutkan materi sebelumnya yang telah disampaikan pada siklus I. Hasil
pengamatan kolaborator mengenai kemampuan dalam merencanakan
pembelajaran adalah 86% dan melaksanakan pembelajaran adalah
87%,
sedangkan hasil pengamatan guru peneliti tentang aktivitas keterampilan proses
siswa adalah aktivitas mengobservasi sebesar 72%, mengklasifikasi sebesar 75%,
mengkomunikasikan sebesar 71%, dan menginferensi sebesar 67%.
Refleksi siklus II dilakukan setelah pelaksanaan tindakan siklus II. Dari data
yang diperoleh selama observasi, diadakan perbincangan dengan kolaborator
untuk mendapatkan kesepakatan dan kesimpulan sebagai bahan perencanaan
tindakan selanjutnya. Pada siklus II terjadi peningkatan keberhasilan yang
ditandai dengan naiknya persentase pencapaian. Hal ini memberikan gambaran
bahwa penggunaan metode demonstrasi yang digunakan dalam proses
pembelajaran dapat membantu meningkatkan keterampilan proses siswa dalam
pembelajaran gaya magnet pada mata pelajaran IPA. Oleh karena itu peneliti dan
kolaborator membuat kesepakatan untuk menghentikan penelitian, tetapi akan
berusaha untuk menerapkan berbagai metode pada setiap proses pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil analisis penelitian
tentang aktivitas guru dan siswa. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan
metode demonstrasi dalam pembelajaran gaya magnet untuk meningkatkan
keterampilan proses siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN 19 Kampung
Baru II Kabupaten Bengkayang, hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I dan
siklus II, terjadi peningkatan dalam menyusun rencana pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
berikut ini:
Grafik.1
Aktivitas Guru Pada Siklus I dan II
100%
80%
86%
73%
87%
71%
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
60%
40%
Proses Belajar Mengajar
(PBM)
20%
0%
Siklus I
Siklus II
Berdasarkan grafik tersebut peningkatan aktivitas guru merancang
pembelajaran pada siklus I adalah 73% dan pada siklus adalah 86%, jadi terdapat
peningkatan sebesar 13%. Peningkatan aktivitas guru melaksanakan pembelajaran
pada siklus I adalah 71% dan pada siklus II adalah 87%, jadi terdapat peningkatan
sebesar 16%. Peningkatan aktivitas guru tersebut sudah baik, hal ini tidak lepas
dari saran dan masukan dari kolaborator dalam menyusun rancangan
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, juga kedisiplinan guru dalam
mengikuti langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang ada di Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Aktivitas keterampilan proses siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan
hasil analisis pada siklus I dan II mengalami peningkatan, peningkatan tersebut
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik. 2
Aktivitas Keterampilan Proses Siswa Siklus I dan II
75%
72%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
62%
71%
66%
56%
67%
60%
Siklus I
Mengobser
vasi
62%
Mengklasifi
kasi
66%
Mengkomu
nikasikan
56%
Menyimpul
kan
60%
Siklus II
72%
75%
71%
67%
Pada grafik diatas menunjukkan peningkatan pada setiap aktivitas
keterampilan proses siswa, yaitu : mengobservasi pada siklus I adalah 62% dan
pada siklus II adalah 72%, jadi terdapat peningkatan sebesar 10%,
mengklasifikasikan pada siklus I adalah 66% dan pada siklus II adalah 75%, jadi
terdapat peningkatan sebesar 9%, mengkomunikasikan pada siklus I adalah 56%
dan pada siklus II adalah 71%, jadi terdapat peningkatan sebesar 15%,
menyimpulkan pada siklus I adalah 60% dan pada siklus II adalah 67%, jadi
terdapat peningkata sebesar 7%. Dengan meningkatnya aktivitas keterampilan
proses siswa secara keseluruhan berdampak positif pada kemampuan daya serap
siswa yang ditunjukkan pada rata-rata hasil belajar siswa siklus I sebesar 64,8 dan
pada siklus II menjadi 78,4 dan ketercapaian ketuntasan klasikal 100%. Hasil
belajar tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik. 3
Ketuntasan Belajar Siswa
100
100
80
78,4
64,8
72
60
Siklus I
40
Siklus II
20
0
Hasil belajar
Persentase Ketuntasan
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan proses siswa
dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran gaya magnet pada
pelajaran IPA di kelas V SDN 19 Kampung Baru II Kabupaten Bengkayang,
disimpulkan bahwa : (1) Kemampuan guru merancang pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran gaya magnet yang pada
siklus I adalah 73% dan pada siklus II adalah 86%, berarti meningkat sebesar
13%. (2) Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi dalam pembelajaran gaya magnet yang pada siklus I adalah
71% dan pada siklus II adalah 87%, berarti meningkat sebesar 16%, (3)
Peningkatan keterampilan proses mengobservasi siswa dalam pembelajaran gaya
magnet dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas V SDN 19 Kampung
Baru Kabupaten Bengkayang yang pada siklus I 62% menjadi 72%, artinya
meningkat sebesar 10%, (4) Peningkatan keterampilan proses mengklasifikasi
siswa
dalam pembelajaran gaya magnet dengan menggunakan metode
demonstrasi di kelas V SDN 19 Kampung Baru Kabupaten Bengkayang yang
pada siklus I 66% menjadi 75% artinya meningkat sebesar 9%, (5) Peningkatan
keterampilan proses mengkomunikasi siswa dalam pembelajaran gaya magnet
dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas V SDN 19 Kampung Baru
Kabupaten Bengkayang yang pada siklus I 56% menjadi 71%, artinya meningkat
sebesar 15%, (6) Peningkatan keterampilan proses menyimpulkan siswa dalam
pembelajaran gaya magnet dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas V
SDN 19 Kampung Baru Kabupaten Bengkayang yang pada siklus I 60% menjadi
67%, artinya meningkat sebesar 7%, (7) Nilai rata-rata kelas siswa pada siklus I
adalah 64,8 (72%) dan pada siklus II adalah 78,4 (100%).
Jadi Penggunaan metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan
keterampilan proses siswa dalam pembelajaran gaya magnet dikelas V SDN 19
Kampung Baru II Kabupaten Bengkayang.
Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan berdasarkan penelitian adalah
sebagai berikut : (1) Metode demonstrasi dapat digunakan sebagai salah satu
metode untuk meningkatkan aktivitas keterampilan proses sains siswa dalam
pembelajaran IPA dikelas V SD khususnya pada materi gaya magnet, (2)
Sebelum
melaksanakan
pembelajaran,
lakukanlah
latihan-latihan
pendemonstrasian alat dengan tujuan memperlancar pendemonstrasian dikelas
nantinya, (3) Ciptakanlah suasana yang bersahabat atau tidak menegangkan dalam
proses pembelajaran, dan (4) Berikanlah kesempatan kepada siswa untuk aktif dan
kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan
komentar-komentar.
DAFTAR RUJUKAN
Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Amalia Sapriati, dkk. (2008). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas
terbuka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
BNSP .(2006).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata
Pelajaran ilmu Pengetahuan Alam.
Dadan, Wahidin, 2008. (Online http://makalahkumakalahmu.wordpress.Com/
2008/10/23/keterampilan-proses-dasar-pada-pembelajaran-ipa/), diakses hari
jum’at, tanggal 15 Pebruari 2013, jam20.45 WIB).
Dimiyati,
1993
(Online.
http://www.sarjanaku.com/2011/01/pendekatanketerampilan-proses-dalam.html) di akses hari jum’at, tanggal 15 Pebruari
2013, jam 20.45 WIB.
Djamarah, 2000 ( Online. . http://www.sarjanaku.com/2011/01/pendekatanketerampilan-proses-dalam.html) di akses hari jum’at, tanggal 15 Pebruari
2013, jam 20.45 WIB.
Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis 1991 Pendidikan IPA II. Jakarta.
Online. http: // www.crayonpedia.org/mw/KEMAGNETAN_ 9.2_DEWI_
GANAWATI,
Nawawi, Hadari. (2005). Teknik Pengumpulan Data. Jakarta: Depdiknas
Nurul Zuriah. (2005). Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Malang: Bumi
Aksara
Rustaman 2003. Keterampilan Proses Sains (Online)(http:biopointtenten.blogspot.
com/2010/08/keterampilan-proses–sains-kps.html diakses tanggal 23
Oktober2012 Jam 15.53 WIB).
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.
Susilo. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas, (http://ardhana 12
wordpress). diakses hari minggu, tanggal 17 Pebruari 2013.Jam.20.30 WIB
Download