Output file - RSUD Dr. Soetomo

advertisement
Saya Senantiasa Mengutamakan Kesehatan Penderita
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id
insert :
UU RI Nomor 44 Tahun 2009
tentang
Rumah Sakit
Juli 2012 Vol.16 No. 3
ISSN : 14106450
Peringatan Hari Kartini – Selasa 24 April 2012
Seminar dengan tema ‘Dengan Semangat Kartini Kita Tingkatkan
Kesehatan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Oleh Dharma Wanita Persatuan RSUD Dr. Soetomo-FK. Unair serta IIDI (Ikatan Istri Dokter Indonesia)
Group Paduan Suara menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini.
(Tampak kiri) Pembicara dari Dinkes Kota Surabaya Vitria Dewi, drg, Msi dengan moderator Ira Poernomo Budi, dr, SpR,
(tengah) Erwin Astha, dr, SpPD sebagai pembicara dari UPIPI RSUD Dr. Soetomo, (kanan) testimoni seorang ibu rumah tangga yang
berjuang untuk bertahan hidup sungguh luar biasa sejak tahun 2006, enam bulan usai suaminya meninggal dia didiagnosa mengidap HIV
dengan tubuh kurus kering dan berat badan turun jadi 33 Kg serta daya tahan tubuh hanya 97 sekarang menjadi meningkat daya tahan
tubunya 530 dan BB 60 Kg.
Ibu Rini Dodo Anondo foto bersama pembicara, moderator, ketua panitia dan peserta testimoni mantan pengidap HIV.
daftar isi
Juli 2012 Vol. 16 No. 3
02
04
08
KARYA BHAKTI
Prof. dr. H. Sam Soeharto, SpMK
Ketua Senat Universitas
Airlangga
ARTIKEL KESEHATAN
1. Manajemen Penatalaksanaan Identifikasi
Korban Meninggal pada Bencana Massal
2. Cerita Vitamin C
RUANG UNIK & LUCU
kuis mimbar
Pelantikan dan Serah Terima
Jabatan sebagai Wakil
Direktur Penunjang Medik
RSUD Dr. Soetomo oleh
Gubernur Jatim Soekarwo
dari Dr. Usman Hadi, dr,
SpPD-KPTI kepada Dra. Sri
Widayati, SpFRS, Apt di
Kantor Gubernur Propinsi
Jatim hari Jum’at tanggal
15 Juni 2012.
Dari Redaksi
berita foto
1. Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang)
2. Pameran Batik Nusantara
3. Seminar Populer GRIU Graha Amerta
4. Peringatan HUT GRIU Graha Amerta
5. Penandatanganan MOU dengan Kejati Jatim
6. Penandatanganan MOU dengan 9 Instansi
7. Pemberian tali asih kepada karyawan
perawatan
8. Sosialisasi Akreditasi RS oleh KARS
9. Bimtek PKRS & Humas
10. CRM Irna Medik
11. CRM Irna Obgyn
12. Sosialisasi Instalasi Radio Terapi
13. Workshop ‘Peran Dokter Gigi pada Deteksi
Dini HIV/ Aids
14. Workshop Keselamatan pasien
15. Sertijab & Pengantar Purna Tugas
27
31
32
• Lumpur Putri Hijau
• Ayam Panggang Taliwang COVER :
BERITA BAGIAN
Mengenal Pemasaran RSUD Dr. Soetomo
13
20
30
RUANG WANITA
Mimbar Juli 2012, Vol. 16. No. 3 menyampaikan
banyak artikel sebagaimana biasanya, dalam angket
yang sering dipilih adalah Artikel Kesehatan yang kali ini
kami memuat dua topik yang semoga menjadi tambahan
pengetahuan untuk kita semua.
Pada artikel Sekilas Info kami memilih 4 topik yang
bermanfaat untuk kita semua berupa tips-tips yang
semuanya untuk kepentingan kesehatan kita. Sebetulnya
sehat itu murah, justru sakit itu yang mahal, sayangnya
kita sering melupakan hidup sehat yang sebetulnya
beberapa prinsip saja yaitu makan seimbang dengan
benar jangan lupa cukup buah dan sayur, tidur cukup,
olahraga teratur, dan tidak merokok.
Selamat membaca dan selalu mengisi Sudoku obat
anti pikun dan menjawab Kuis Mimbar yaitu tebak siapa
dia dan angket berhadiah.
Susunan Redaksi
Pelindung : Dodo Anondo, dr, MPh - Direktur RSUDD Dr. Soetomo
Penasehat : Drs. Pungky Hendriastjarjo, MAk - Wakil Direktur Umum dan Keuangan • Dr. Kohar
Hari Santoso, dr., SpAn, KIC, KAP - Wakil Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan • Dra.
SEKILAS INFO
1. Cerita Menuju 19th WCET Biennial Congress
2. Situs Terpercaya Masalah Kesehatan
3. Memilih pasta gigi yang sesuai
4. Pilih Yang Segar. Diblender atau dijus ?
5. Tips memilih asuransi
Sri Widayati, Apt, SpFRS - Wakil Direktur Penunjang Medik • Bangun Trapsila Purwaka, dr.,
SpOG(K) - Wakil Direktur Pendidikan Profesi & Penelitian.
Pimpinan Redaksi : Sunarso Suyoso, dr., Sp.KK(K) - Kepala Instalasi PKRS & Humas
Wakil Redaksi : Didi Aryono Budiyono, dr., Sp.KJ(K) - Wakil Kepala Instalasi PKRS & Humas
Dewan Redaksi : Roestiniadi Djoko Soemantri, dr., Sp.THT (K) • Pranawa, dr., Sp.PD.KGH,
Agus Hariyanto, dr., SpA (K), Syaiful Islam, dr., Sp.S, dra. Esti Handayani, Apt.MARS
Redaksi Pelaksana : Moegiono M. Oetomo, dr., Sp.M • Rahayu Warni Kusasih, SKM • Rama
Krishna, SKM • Tutik Murniati, SE. • Ruri Mustikarani, S.Sos • Yasta Dwi Amanda, SKM
RUANG SENI
Tata Usaha : Widyowati, Zainal Mutakin, S.Sos, Susana Shinta A.
Cintai Pekerjaan Anda
Alamat : Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6 - 8 Surabaya • Telp. 5501086, 5501088, 5501123
• eMail: [email protected] • Website: www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id •
28
Foto-foto : ZM
tokoh
Sugeng
Redaksi menerima sumbangan foto atau karangan, berupa tulisan ilmiah,
pengalaman kerja, ide cerita, anekdot, suka duka dan lain-lain yang
menyangkut kesehatan. Redaksi berhak mengurangi atau menambah,
tanpa mengubah isi.
juli 2012 mimbar 1
karya bhakti
Prof. H. Sam Soeharto, dr., SpMK
Ketua Senat Universitas Airlangga
S
ejak 1971 sampai sekarang Prof. Sam bekerja sebagai
dosen Bagian Mikrobiologi Klinik di Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga (FK Unair). Beliau juga sempat
menjadi dosen di Fakultas Farmasi Unair di tahun 1975-1984.
Kemudian tahun 1984-1990 Prof. Sam menjabat sebagai
Kepala Pusat Kesehatan Kawasan Industri di Surabaya.
Hingga akhirnya pada tahun 1994 beliau ditetapkan sebagai
Guru Besar pada FK Unair dalam bidang Mikrobiologi Klinik.
Di sela-sela kesibukannya tersebut beliau dipercaya
memimpin Yayasan Rumah Sakit Bersalin Pura Raharja di
Surabaya (1989-2000) serta menjadi konsultan Mikrobiologi
Klinik pada Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (1989 – sekarang).
Dua tahun setelah ditetapkan sebagai Guru Besar, Prof.
Sam menjabat sebagai Ketua Komisi Akademik Senat (Guru
Besar) Universitas dan sebagai Ketua Badan Pekerja Senat
Unair di tahun 2002. Tiga tahun kemudian beliau terpilih
sebagai Ketua Senat Akademik Universitas hingga sekarang.
Riwayat Pendidikan
Meski lahir di Madiun, namun Prof. Sam mengaku
besar di Kota Pahlawan, Surabaya. Usai lulus dari Sekolah
Rakyat tahun 1956, beliau melanjutkan sekokah di SMPN 1
Surabaya dan lulus tahun 1959. Kemudian tahun 1962 beliau
lulus dari SMAN 2 Surabaya dan diterima kuliah di Fakultas
2 mimbar juli 2012
Kedokteran Unair. Selama kuliah beliau sering diminta
untuk membantu mengajar sebagi dosen di FK Unair
hingga akhirnya lulus di tahun 1971. Tahun 1978 beliau
mendapat brevet Mikrobiologi Klinik & mendapat gelar
spesialis Mikrobiologi Klinik di tahun 1984.
Riwayat Hidup
Pria kelahiran Madiun, 4 Februari 1943 ini menikah
dengan Dra. Darlina Adiwinata dan dikaruniai dua orang
putri :
- Windiarti, ST.
- Indri Novira, SE.
Pengalaman Organisasi
Sejak kuliah Prof. Sam aktif berkecimpung dalam
berbagai organisasi dan itu berlanjut hingga kini.
Waktu mahasiswa :
- 1966 : Ketua KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia) Universitas Airlangga
- 1966–1968 : Ketua Senat Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga
- 1968–1971 : Ketua Dewan Mahasiswa Universitas
Airlangga
Berikut beberapa jabatan yang pernah beliau emban
dalam kegiatan organisasi baik Ilmiah atau Sosial politik :
Kunjungan Presiden RI memberi kuliah umum Tahun 2007
Rapat dengan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Bapak Sudi Silalahi
- 1972 : Ketua Hippocrates Study Club Surabaya
- 1979:Wakil Ketua pengurus Pusat Perhimpunan
parasitologi & Mikrobiologi Klinik Kedokteran
Indonesia
- 1984 : Wakil Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli
Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI)
- 1986:
Ketua I Pengurus Pusat Perhimpunan
Mikrobiologi Klinik Indonesia (PERMI) selama 3
periode
- 2002 : Penasehat PAMKI
- 1982–1992 : Anggota MPR RI Utusan Daerah Jawa Timur
- 1992–1999 : Pimpinan Fraksi DPRD Jawa Timur
- 1994:Anggota Dewan Penasehat ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia) Orwil Jatim
- 1998:Anggota Tim Penasehat Khusus Presiden
Republik Indonesia
- 1998 : Ketua Dewan Direktur CPPS (Central for Public
Policy Studies) Surabaya
- 2006-Sekarang : Ketua Umum Pengurus Pusat PAMKI
berinteraksi dengan klinisi dalam penanganan infeksi,
seperti ikut saat visite pasien dan terlibat dalam tim-tim.
Pengalaman Berkesan
Banyak sekali pengalaman saya yang berkesan
khususnya dalam kehidupan berorganisasi yang mengisi
sebagian besar perjalanan kehidupan saya, saya sampaikan
di sini yang relevan dalam organisasi profesi.
Di bidang profesi saya bersama beberapa teman
ahli Mikrobiologi Klinik merupakan pendiri PAMKI
(Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia).
Saat membentuk PAMKI itu, kami berpikir bahwa
peranan ahli Mikrobiologi Klinik (MK) harus ditingkatkan
karena problem penyakit infeksi klinik semakin lama
semakin kompleks dan tidak bisa ditegakkan hanya
dengan diagnosa konvensional tapi harus dengan lebih
memahami perilaku mikroba yang terjadi.
Karena itu kami mengharapkan peranan ahli mirobiologi
klinik itu tidak berhenti sampai di dalam diagnosa
laboratoris tapi dia juga harus mampu berinteraksi
dengan teman-teman klinisi. Dalam berinteraksi ini ahli
MK harus bisa memberikan saran-saran yang terbaik
tentang penanganan infeksi berdasarkan hasil diagnosa
laboratoris.
Sekarang terbukti bahwa infeksi semakin banyak
yang bervariasi, ada infeksi-infeksi baru ataupun infeksi
lama yang menjadi baru, misal TBC. Hal ini memerlukan
penekunan terhadap apa yang terjadi dengan infeksi
tersebut dan itu harus benar-benar ditelaah oleh para ahli
MK.
RSUD Dr. Soetomo menjadi yang pertama menerapkan
hal ini. Di RS milik pemprov Jatim ini, para ahli MK telah
Suka-dukanya
Selama bekerja saya merasa sahabat saya semakin banyak.
Hal ini menyenangkan dan lebih berarti daripada jabatan
saya. Karena persahabatan itu seumur hidup sedangkan
jabatan itu hanya sementara.
Memiliki sahabat itu menjadi modal utama untuk
melakukan pekerjaan besar dalam perubahan. Karena
sahabat seringkali ada di saat kita memerlukan, menolong
pada saat sulit, dan yang terpenting memberitahu dan
mengingatkan saat kita salah.
Suatu hal yang luar biasa saat kita bersama sahabat
mengerjakan ide besar kemudian mampu memetik
keberhasilan meskipun hanya sedikit namun dapat
menikmatinya bersama-sama. Hal semacam itu sangat
bermakna dan merupakan kebanggaan besar.
Saran & Nasehat bagi Generasi Penerus
Generasi ke depan harus lebih siap untuk melanjutkan
langkah-langkah yg dibuat oleh generasi sebelumnya
dan harus ada transfer of spirit. Ini penting karena kita
membangun bukan tanpa hambatan dan kesulitan. Kesulitan
ini yang menempa kita untuk mempunyai semangat. Selain
itu kita tidak boleh alergi dengan ide-ide & perubahan.
Meskipun perubahan pada awalnya bukan hanya tidak
dimengerti, namun juga sering menimbulkan pengorbanan.
Kedua, kita harus berpikir panjang. Keberhasilankeberhasilan jangka pendek yang sesaat itu seringkali
memberikan dampak yang jauh lebih besar di kemudian
hari. Karena berpikir jangka pendek sering kali menimbulkan
komplikasi yang luas sehingga akhirnya mampu menerobos
mengenai etika, moralitas, serta aturan-aturan. Sedangkan
kalau berpikir jangka panjang keberhasilan yang kita
dapatkan akan lebih langgeng (lama).
Ketiga, jangan mengukur kesuksesan dengan materi
karena ini akan menghancurkan prestasi. Kita harus
memikirkan bahwa ada kebanggaan-kebanggaan batin
dalam setiap keberhasilan yang kita raih. Karena dalam setiap
yang kita lakukan terdapat dimensi-dimensi spiritual dan
ini perlu kita hayati. Dimensi spiritual ini dapat bermacammacam, misal penghargaan orang terhadap kita bahwa kita
itu adalah penolong, pengayom.
Motto
Tawakkal kepada Allah SWT…berusaha, bekerja &
bertawakkal kepada Allah SWT. Artinya hasil apapun yang
diberikan oleh Allah SWT adalah yang terbaik.
juli 2012 mimbar 3
artikel kesehatan
MANAJEMEN
PENATALAKSANAAN
IDENTIFIKASI KORBAN
MENINGGAL PADA
BENCANA MASSAL
Oleh: Ahmad Yudianto, Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Forensik &
Medikolegal FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2012
B
encana merupakan suatu kejadian yang mendadak
yang tidak terduga, dapat terjadi pada siapa saja,
kapan saja dan di mana saja. Bencana mengakibatkan
kerusakan dan kerugian harta benda, korban manusia baik
itu cedera maupun meninggal.
Beberapa kejadian bencana, misalnya kecelakaan KM
Senopati Nusantara di Laut Jawa di akhir tahun 2006 telah
merenggut ratusan nyawa hilang, baru ini tenggelamnya
kapal pengangkut imigran gelap yang terjadi di Samudra
Hindia. Dalam identifikasi korban meninggal merupakan
hal yang menyulitkan karena korban yang ditemukan sudah
tidak utuh lagi.
Dalam identifikasi bencana massal menggunakan
metode Disaster Victim Identification (DVI). DVI yang
telah direkomendasikan oleh Interpol. DVI merupakan
prosedur yang telah ditentukan untuk mengidentifikasi
korban dalam sebuah insiden atau bencana yang sah dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat serta
merupakan bagian dari investigasi, rekonstruksi tentang
sebab bencana. Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana
setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang
lainnya, yang terdiri dari The Scene, The Mortuary, Ante
Mortem Information Retrieval, Reconciliation dan Debriefing.
Kata kunci : Manajemen, penanganan korban mati
Pendahuluan
Bencana merupakan suatu kejadian yang mendadak
yang tidak terduga, dapat terjadi pada siapa saja, kapan
saja dan di mana saja. Bencana mengakibatkan kerusakan
dan kerugian harta benda, korban manusia baik itu cedera
maupun meninggal.
Masih jelas dalam ingatan kita, bencana tsunami di
Banda Aceh yang memakan korban meninggal ratusan ribu
jiwa, banjir bandang di Jember, gempa bumi di Yogyakarta
dan bencana-bencana lainnya.
Disamping bencana alam, kecelakaan alat transportasi
juga akan membawa dampak besar jumlah korban baik
meninggal maupun masih hidup. Di akhir tahun 2006, terjadi
tenggelamnya KM Senopati Nusantara di Laut Jawa dengan
jumlah korban ratusan orang yang hilang, serta terakhir
4 mimbar juli 2012
hilangnya pesawat Adam Air tujuan Surabaya-Menado.
Serta di akhir tahun 2011 terjadi tenggelamnya kapal yang
mengangkut imigran gelap dari Timur Tengah di Samudra
Hindia, dengan korban meninggal 103 orang sedangkan
yang hilang masih puluhan.
Sehingga korban-korban meninggal dalam kasuskasus tersebut di atas perlu diidentifikasi. Oleh karena
identifikasi ini penting sekali karena akan menjelaskan
secara hukum masih hidup atau sudah matinya seseorang
dan merupakan hak dari ahli waris korban, disamping itu
juga berkaitan dengan klaim asuransi, pensiunan dan lainlainnya.
Dalam penanganan identifikasi korban mati tersebut
merupakan hal yang perlu dapat perhatian khusus dan
memerlukan dana, sarana dan prasarana yang cukup
mahal serta dibutuhkan profesionalisme dari petugas
yang menangani hal tersebut.
Dasar Hukum Identifikasi Korban Bencana
Pada setiap bencana tentunya ada korban baik
hidup maupun meninggal, penanggulangannya akan
bersifat kegawatdaruratan. Identifikasi korban meninggal
dianggap masih bagian dari pelayanan kesehatan
mengingat ‘korban meninggal’ adalah korban juga.
Dalam aspek hukum nasional kita, Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) :
Pasal 120 ayat 1 KUHAP :
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta
pendapat seorang ahli atau orang memiliki keahlian
khusus.
Pasal 133 ayat 1 KUHAP :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan atau
mati yang diduga karena peristiwa pidana, ia berhak
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Karena pada dasarnya identifikasi korban bencana
massal baik itu meninggal masih merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan mengingat korban meninggal adalah
korban juga. Hal ini sesuai pada pasal 53 UU Kesehatan
Nomor 23 tahun 1992 dan PP Nomor 32 tahun 1996,
disamping itu juga proses identifikasi tidak memerlukan/
menunggu surat permintaan dari pihak penyidik (SPVR).
Sesuai dengan pasal-pasal pada KUHAP apabila pihak
penyidik ingin mendapatkan pemeriksaan identifikasi
berupa visum et repertum dapat dimintakan pada Dinas
Kesehatan/Rumah Sakit setempat sesuai dengan prosedur
yang berlaku, sedangkan informasi dan surat-surat resmi
yang berkaitan dengan hasil identifikasi akan dikeluarkan
oleh tim identifikasi yang ditandatangani oleh ahli-ahli
terkait.
Identifikasi Korban Meninggal
Identifikasi merupakan upaya pengenalan kembali
jati diri seseorang manusia baik yang sudah mati maupun
yang sudah meninggal. Sedangkan identifikasi massal
merupakan proses pengenalan jati diri korban massal
yang terjadi akibat bencana.
Dalam identifikasi bencana massal menggunakan
metode
Disaster
Victim
Identification (DVI). DVI yang telah
direkomendasikan oleh Interpol.
Keterlibatan Interpol dalam DVI
dimulai pada tahun 1978 ketika
terjadi ledakan di Spanyol yang
menewaskan 150 orang.
DVI merupakan prosedur
yang telah ditentukan untuk
mengidentifikasi korban dalam
sebuah insiden atau bencana yang
sah dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
serta merupakan bagian dari
investigasi, rekonstruksi tentang
sebab bencana.
Adapun proses DVI meliputi
5 fase, di mana setiap fasenya mempunyai keterkaitan
satu dengan yang lainnya, yang terdiri dari The Scene, The
Mortuary, Ante Mortem Information Retrieval, Reconciliation
dan Debriefing.
The Scene atau tempat kejadian perkara (TKP)
merupakan tempat terjadinya peristiwa dan akibat yang
ditimbulkan peristiwa tersebut, atau tempat-tempat lain
ditemukannya korban dan barang-barang bukti yang
berkaitan dengan peristiwa tersebut.
The Mortuary merupakan pengumpalan data-data post
mortem yang data-data hasil pemeriksaan forensik yang
ditemukan pada jenazah korban. Tahapan ini merupakan
pemeriksaan bagi korban meninggal, semua ciri yang
khas dicatat dan difoto serta difile dengan baik sehingga
memudahkan proses selanjutnya. Dalam pelaksanaan
pemeriksaan dikerjakan secara tim kerja yang meliputi
berbagai disiplin ilmu, yakni :
• Ahli Kedokteran Forensik
• Ahli Odontologi Forensik
• Ahli Antropologi fisik
• Ahli Fotografi
• Ahli Sidik Jari
Ante mortem information merupakan pengumpalan
data-data yang penting dari korban sebelum kejadian atau
pada waktu korban masih hidup, termasuk di sini data vital
tubuh, data gigi, data sidik jari dan data kepemilikan yang
dipakai/dibawa.
Reconciliation merupakan pencocokan data-data dengan
berbagai metode identifikasi melalui tahap sebagai berikut:
Identifikasi Primer
• Sidik Jari
• Catatan gigi
• DNA
•
Identifikasi Sekunder
• Ilmu kedokteran (medis) dan fotografi
• Harta benda milik korban (property)
Sedangkan tahap debrief merupakan evaluasi dari
pelakksanaan DVI.
ALUR KERJA
Tata Laksana Disaster Victim Identification (DVI)
Struktur Operasional DVI
Penanganan di TKP (Fase1):
Kegiatan :
1. Memberi tanda dan label di TKP
• Membuat sektor-sektor/zona pada TKP dengan
ukuran 5 x 5 m yang sesuai dengan situasi dan
kondisi geografis
• Memberikan tanda pada setiap sector
• Memberikan label orange pada jenazah dan
potongan jenazah, label diikat pada tubuh/ibu jari
kanan jenazah
• Menentukan label putih pada barang-barang
pemilih yang tercecer
• Membuat sketsa dan foto tiap sektor
2. Evakuasi dan tranasportasi jenazah dan barang
• Memasukkan jenazah dan potongan jenazah dalam
kantong jenazah dan diberi label sesuai label jenazah
• Memasukkan barang-barang yang terlepas dari
tubuh korban dan diberi label sesuai nama jenazah
Diangkut ke tempat pemeriksaan dan penyimpanan
jenazah dan dibuat berita acara penyerahan kolektif.
juli 2012 mimbar 5
artikel kesehatan
Penanganan di unit post mortem (Fase 2) :
Fungsi
• Menampung dan menyimpan sisa tubuh
• Mencatat dan menyimpan properti
• Tempat melaksanakan pengujian terhadap sisa
tubuh
• Tempat kordinasi untuk pemisahan sisa tubuh
Kegiatan
• Menerima jenazah/potongan dan barang dari unit
TKP
• Registrasi ulang dan megelompokkan kiriman
tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh,
potongan jenazah dan barang-barang
• Membuat foto jenazah
• Mencatat ciri-ciri korban sesuai formulir yang
tersedia
• Mengambil sidik jari korban dan golongan darah
• Mencatat gigi-geligi korban
• Mebuat roentgen jika perlu
• Melakukan otopsi
• Mengambil data-data ke unit pembanding data
Penanganan Unit Ante Mortem (Fase 3):
Fungsi
• Mendapatkan, menganalisa serta mencocokkan
data orang
• Mengetahui data orang hilang
• Mendapatka informasi DNA
• Mendapatkan informasi properti dalam formulir
Ante Mortem
Kegiatan
• Mengumpulkan data-data korban semasa hidup
seperti foto dan lain-lainnya dikumpulkan dari
instansi tempat korban bekerja, keluarga/kenalan,
dokter-dokter gigi pribadi, polisi (sidik jari).
• Memasukkan data-data yang ada/masuk dalam
formulir yang tersedia
• Megelompokkan
data-data
ante
mortem
berdasarkan : jenis kelamin dan umur
• Mengirimkan data-data yang telah diperoleh ke unit
pembanding data.
Data-data ante mortem :
• Umum: Nama, umur, BB-TB, pakaian, perhiasan serta
kepemilikan lainnya
• Medis: warna kulit, warna-jenis rambut, mata, cacat,
6 mimbar juli 2012
tattoo, tanda khusus lainnya, golongan darah serta
catatan medis lainnya
Penanganan Unit Pembanding data (Reconcilition)(Fase 4):
Fungsi
• Membandingkan data ante mortem dan data post
mortem
• Penetapan dari suatu Identifikasi
Kegiatan
• Mengkoordinasikan
rapat-rapat
penentuan
identitas korban antara unit TKP, unit data ante
mortem dan unit post mortem
• Mengumpulkan data-data korban yang dikenal
untuk dikirim ke tim identifikasi
• Mengumpulkan data-data tambahan dari unit TKP,
post mortem dan ante mortem untuk korban yang
belum dikenal.
Debriefing (Fase 5) :
Kegunaan
• Meninjau kembali pelaksanaan DVI
• Mengenali dampak positive dan negative operasi
DVI
• Menentukan keefektifan persiapan tim DVI secara
physikologi
• Melaporkan temuan serta memberikan masukan
untuk meningkatkan operasi berikutnya
Pada identifikasi bencana masal telah ditentukan
metode identifikais yang dipakai yaitu :
1. primer/Utama : a. gigi
b. Sidik jari
c. DNA
2. sekunder/pendukung : a. medis + visual
b. Property
KEPUSTAKAAN
Budi Sampurna, Identifikasi Korban Bnecana Massal. Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik
Interpol Disaster Victim Identification, National DVI
Standards.Version 2. August 2002
Slamet Poernomo, Identifikasi Medik. Lembaga Kedokteran
Kepolisian. Jakarta 1996.
DEPKES RI – POLRI, Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi
Korban Mati pada bencana Massal, Disaster Victim
Identification.Cetakan ke dua.Jakarta Depkes, 2006
--------------, Disaster Victim Identification Workshop,
Bandung, November 25-27th, 2006.
Cerita Vitamin C
S
Oleh : Nono Tri Nugroho, Nutrisionis Pelaksana
Lanjutan – Instalasi Gizi RSUD Dr Soetomo
yahdan, dahulu kala para penjelajah dunia mengarungi
samudra senantiasa mempunyai musuh yang selalu
siap menyerang. Musuh itu bernama sariawan. Sampai
akhirnya pelaut-pelaut itu menyadari bahwa dengan
membawa persediaan jeruk, mereka dapat terbebas dari
musuh tersebut. Bahkan, angkatan laut Inggris selalu
membawa tong-tong berisi perasan air jeruk sebagai logistik
mereka. Akhirnya setelah bertahun-tahun baru diketahui
bahwa zat ajaib dalam jeruk itu bernama vitamin C.
Mungkin, jika di Inggris banyak terdapat juwet mereka akan
membawa perasan juwet karena kandungan vitamin C nya
sangat tinggi.
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang
sangat penting bagi manusia. Pada umumnya tumbuhan
dan binatang kecuali kera dapat mensintesa vitamin C
sedangkan manusia tidak dapat mensintesanya dikarenakan
ketiadaan enzim gulonolakton oksidase. Vitamin C
memberikan keuntungan diantaranya sebagai anti oksidan,
anti atherogenik, anti karsinogenik, immunomodulator
sehingga manusia mutlak memerlukan asupan vitamin C
melalui makanan terutama buah dan sayur. Orang dewasa
memerlukan sekitar 100 – 120 mg vitamin C setiap hari.
Bagi yang tidak suka sayur dan buah mungkin kebutuhan
vitamin C dapat dipenuhi melalui produk suplemen vitamin
C sintetis yang dijual dipasar dalam bentuk tablet, kapsul,
bubuk Kristal, maupun cair. Produsen suplemen vitamin C
menyediakan vitamin C dalam dosis kecil sampai besar.
Vitamin C mudah diserap melalui transport aktif didalam
usus. 80 – 90% terserap ketika jumlah yang masuk sekitar
100 mg/hari. Saat asupan lebih besar (500 mg/hari) tingkat
efisiensi penyerapannya menurun. Vitamin C sangat sensitif
terhadap udara, cahaya, dan mudah rusak oleh penyimpanan
yang lama maupun pengolahan makanan yang berlebihan.
Meskipun vitamin C mudah terserap tetapi ia mempunyai
kapasitas simpan didalam tubuh terbatas. Rata-rata orang
dewasa mempunyai simpanan vitamin C sebesar 1.5 gram.
Pada keadaan kekurangan vitamin C dari makanan maka
simpanan tersebut dipakai dengan rata-rata pemakaian 3%
sehari. Simpanan vitamin C diperkirakan dapat mencukupi
kebutuhan untuk jangka waktu sekitar 3 bulan. Vitamin C
dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Vitamin C secara umum
tidak bersifat toksik tetapi pada dosis tinggi (2 – 6 gram/hari)
dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal atau diare.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan, kulit
kering, kelelahan, kegagalan proses ‘wound healing’ dan
depresi.
Vitamin C berperan penting dalam sintesa kolagen.
Kolagen adalah suatu bentuk protein yang banyak tersebar
pada jaringan tubuh terutama tulang dan jaringan ikat
yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Vitamin
C diperlukan untuk menjaga agar enzim prolyl dan lysyl
hidroksilase tetap dalam bentuk aktifnya sehingga terbentuk
asam amino hidroksiprolin dan hidroksilisin yang terdapat
pada struktur polipeptida kolagen. Hidroksilasi prolin
dan lisin diangkut oleh enzim prolyl hidroksilase dengan
menggunakan vitamin C sebagai kofaktor. Kekurangan
vitamin C akan menurunkan hidroksilasi prolin dan lisin
sehingga berpengaruh pada sintesa kolagen.
Vitamin C juga berperan sebagai kofaktor untuk
hidroksilasi di dalam sintesa karnitin. Karnitin diperlukan
untuk mengangkut asam lemak kedalam mitokondria
dimana ia akan digunakan untuk memproduksi energi.
Selain itu vitamin C ikut berperan dalam proses deaminasi
asam amino sehingga asam amino tersebut dapat
digunakan sebagai sumber energi.
Vitamin C juga penting untuk mentransformasi
kolesterol menjadi asam empedu sebagai modulator
mikrosomal 7 α-hidroksilasi yang akan membatasi reaksi
katabolisme kolesterol didalam hati. Jika kita kekurangan
vitamin C maka akan terjadi hiperkolesterolemia.
Vitamin C juga diketahui meningkatkan ketersediaan
dan absorbsi Fe dari sumber Fe non heme. Vitamin C
diduga dapat mereduksi ion ferri menjadi ion ferro yang
merupakan suatu bentuk zat besi yang mudah diserap.
Vitamin C juga membantu mencegah bentuk tereduksi
folasin dari proses oksidasi. Pada keadan kekurangan
vitamin C maka tetrahidrofolasin akan tereduksi sehingga
aktifitasnya sebagai koenzim terganggu dimana keadaan
ini dapat menimbulkan suatu gejala kelainan pada sel
darah merah.
Peroksidasi lemak dan modifikasi oksidatif dari LDL (Low
Density Lipoproteins) berimplikasi dalam perkembangan
aterosklerosis. Vitamin C berperan menjaga oksidasi LDL.
terutama oleh radikal bebas dan ROS (reaktif oksigen
spesies). Peran ini membuat vitamin C dapat dikatakan
sebagai anti atherogenik. Selain itu beberapa peneliti
percaya bahwa vitamin C dapat mencegah kanker melalui
netralisasi radikal bebas sebelum radikal bebas itu merusak
DNA dan memicu pertumbuhan tumor.
Beberapa bahan makanan sumber vitamin C yang
dilansir oleh persatuan ahli gizi pada tahun 2009
diantaranya sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
Sayuran
Daun pepaya
Daun katuk
Daun singkong
Sawi putih
Kol
Gambas
Kacangpanjang
Vitamin C
140 mg
104 mg
103 mg
102 mg
69 mg
50 mg
46 mg
No
1
2
3
4
5
6
7
Buah
Vitamin C
Jambumonyet
197 mg
Juwet
130 mg
Jambu biji
116 mg
Pepaya
78 mg
Mangga golek
65 mg
Lemon
50 mg
Jeruk manis
49 mg
Per 100 gr bahan
Jika melihat tabel di atas maka untuk mencukupi
kebutuhan vitamin C setiap hari kita hanya memerlukan
sekitar 2 – 3 kali makan buah dan sayur. Jika kita dapat
memenuhi asupan vitamin C setiap hari melalui makanan
maka suplementasi mungkin tidak terlalu diperlukan.
juli 2012 mimbar 7
berita bagian
MENGENAL PEMASARAN
RSUD Dr. SOETOMO
Kepala Seksi Pemasaran : Rahayu Warni Kusasih, SKM, MM
S
eksi Pemasaran berada dalam struktur organisasi RSUD
Dr. Soetomo sejak 22 Desember 2008 sesuai Perda
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah
Provinsi Jawa Timur. Sampai sekarang di lingkungan internal
RSUD Dr. Soetomo sendiri masih sulit membedakan antara
tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) Seksi Pemasaran dengan
Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Humas
(PKRS & Humas). Sering muncul pertanyaan-pertanyaan
seperti: untuk kegiatan pameran, mana yang menangani?
Pemasaran atau PKRS? Kalau company profile, bagian mana
yang membuat? Bikin poster, leaflet, brosur kemana? Belum
lagi Pemasaran dengan bagian lain, seperti dengan bagian
TU dan Bidang Diklat mengenai kunjungan tamu ke RSUD
Dr. Soetomo, dengan IKPK mengenai kerjasama pembiayaan
kesehatan dengan perusahaan, atau dengan Sub Bagian
Rumah Tangga mengenai petunjuk arah, dll. Sebagai unit
yang baru terbentuk seksi Pemasaran berkewajiban untuk
mensosialisasikan Tupoksi dan kegiatannya sehingga
internal RSUD Dr. Soetomo dapat memahami dan dapat
memanfaatkan sarana dan kegiatan yang ada pada
Seksi Pemasaran, khususnya dalam menunjang program
Pemasaran jasa kesehatan yang ada di unit kerja di RSUD Dr.
Soetomo.
Berikut ini akan diuraikan tentang Tupoksi Seksi
Pemasaran dari Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 11 tahun
2008 sebagai berikut :
1. Menyusun perencanaan program dan kegiatan Seksi
Pemasaran
2. Menyiapkan bahan koordinasi Pemasaran
3. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusus
usulan rencana kegiatan Pemasaran
4. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusun
usulan pengembangan manajemen Pemasaran Rumah
Sakit
5. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusun
standar kebutuhan peralatan, sarana, prasarana dan SDM
Pemasaran
6. Pemantauan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
Pemasaran
7. Menghimpun, mengelola, menganalisa dan menyusun
biaya satuan Pemasaran
8. Menyelenggarakan
pengukuran
kinerja
Seksi
Pemasaran
9. Menyiapkan bahan-bahan perumusan Kebijakan
10.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Bidang.
Seksi Pemasaran bersama Seksi Rekam Medik
merupakan seksi di bawah Bidang Pemasaran dan Rekam
Medik. Kedua seksi tersebut bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Pemasaran dan Rekam Medik, dengan
rentang kendali pada Wakil Direktur Penunjang Medik.
Pemasaran dan Rekam Medik menempati ruang di depan
mushala sebelah timur lapangan parkir dalam/tempat
upacara, menggunakan nomor telepon (031) 5501035,
1076,1335 dan fax : (031) 5501335.
Tugas utama Pemasaran yang tercantum dalam
Rencana Strategi (Renstra) RSUD Dr. Soetomo adalah
berperan serta dalam menciptakan citra positif RSUD
Dr. Soetomo dan menggali pasar potensial dengan
meningkatkan kunjungan pasien, khususnya pasien umum
dan menengah atas. Berbagai program dan kegiatan
sebagian besar sudah ditangani oleh unit kerja yang
terlebih dahulu lahir dan ada dalam struktur organisasi
RSUD Dr. Soetomo, oleh karenanya Seksi Pemasaran
berusaha mencari celah beberapa program dan kegiatan
agar tidak over laping dengan unit kerja lain.
Untuk itu Seksi Pemasaran menyusun kegiatan
yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pencapaian visi dan misi RSUD Dr. Soetomo melalui
rencana strategi tersebut diatas.
Beberapa kegiatan yang ditangani di Seksi Pemasaran
adalah :
1. Koordinator Pameran
2. Fasilitator CRM (Customer Relationship Manajemen)
3. Pengadaan Materi Siaran Informasi
4. Pengadaan Media Informasi
5. Siaran melalui Media Masa
6. Pelayanan Studi Banding antar Rumah Sakit
7. Fasilitator Lomba Persi Award
8. Pengadaan Souvenir/Cinderamata RSUD Dr. Soetomo
Kegiatan Pameran Jatim Fair Tahun 2011 di Grand City
8 mimbar juli 2012
1. Koordinator Pameran
Pemasaran
memfasilitasi
berbagai pelayanan yang
perlu dipromosikan dengan
pertimbangan : Pelayanan
tersebut
merupakan
pelayanan unggulan, belum
banyak dikenal masyarakat,
cakupan
pelayanan
cenderung
menurun,
atau
pengembangan
pelayanan
baru
yang
sedang
dipersiapkan.
Tentunya pelayanan yang
dipromosikan harus sudah
siap secara internal dari sisi
tempat, sarana, prasarana,
SDM, tarif pelayanan, sistem
pelayanan (struktur organisasi, alur pasien, rujukan,
pembayaran, dll) sehingga tidak mengecewakan
pasien yang akan memanfaatkannya.
Dalam satu tahun rata-rata pemasaran mengikuti 3 –
4 kali Pameran, yaitu pameran yang diselenggarakan
oleh PERSI, oleh Pemerintah Kota Surabaya, oleh
Pemerintah Propinsi Jawa Timur, dan lain-lain. Sedang
khusus untuk Pameran dalam rangka Pelayanan
Publik dikelola oleh Instalasi PKRS dan Humas. Kepala
unit kerja yang merasa perlu untuk mempromosikan
pelayanan yang ada di unit kerjanya dapat mengajukan
surat usulan ke Bidang Pemasaran dan Rekam Medik
agar dapat ditindak lanjuti.
2. Fasilitator CRM (Customer Relationship Manajemen)
CRM adalah merupakan kegiatan untuk membina
hubungan dengan pelanggan dengan cara
mengundang para pasien dan keluarganya atau
institusi lain, untuk berkumpul dan diberikan
informasi tentang pelayanan yang ada di unit kerja
tersebut. Dalam kesempatan itu biasanya dapat digali
pendapat audience tentang mutu pelayanan di RSUD
Dr. Soetomo, apakah sudah sesuai dengan harapan
pelanggan atau belum. Juga menampung saran atau
usul dari mereka mengenai pelayanan dan fasilitas apa
yang mereka butuhkan. Tujuan dari CRM ini adalah
untuk meningkatkan loyalitas pelanggan agar mereka
tetap mempercayai RSUD Dr. Soetomo bila mempunyai
masalah kesehatan, dengan cara menjalin silaturahmi
dan keakraban antara pasien dengan petugas
kesehatan. Kegiatan ini pendanaannya difasilitasi oleh
Seksi Pemasaran.
Unit kerja yang membutuhkan kegiatan CRM dapat
mengajukan usulan pada Seksi Pemasaran Bidang
Pemasaran dan Rekam Medik.
3. Pengadaan Materi Siaran Informasi
Seperti diketahui IPSM telah memasang jalur siaran
informasi ke semua IRNA, yaitu IRNA Obsgyn, Medik,
Bedah, Anak dan Jiwa. Siaran informasi ini menyiarkan
tentang waktu sholat, doa untuk orang sakit, anjuran
minum obat dan makan teratur serta larangan merokok
di wilayah rumah sakit. Materi siaran tersebut diproduksi
oleh Seksi Pemasaran, rencana ke depan akan terus
dikembangkan dengan menyiarkan Visi, Misi dan nilai
organisasi, lagu-lagu RSUD Dr. Soetomo, pengumuman
Leaflet RSUD Dr. Soetomo
untuk karyawan, hari ulang tahun karyawan, hari libur
atau cuti bersama, berita duka cita atau hal-hal lain yang
perlu diketahui oleh karyawan dan pengunjung RSUD
Dr. Soetomo. Apabila ada kekurang nyamanan mengenai
siaran informasi tersebut, baik itu volume suara yang
terlalu keras atau mati, atau gangguan siaran dapat
memberikan informasi kepada Seksi Pemasaran telp
1035, 1076 atau IPSM telp 1552, Saran dan usul tentang
revisi materi, maupun penambahan materi siaran
informasi dapat disampaikan ke seksi Pemasaran RSUD
Dr. Soetomo.
4. Pengadaan Media Informasi
Yang dimaksud dengan media informasi di sini adalah:
Leaflet, booklet, brosur, poster, stiker maupun banner.
Dalam hal ini Seksi Pemasaran membuat kesepakatan
dengan instalasi PKRS bahwa Media informasi yang di
fasilitasi oleh Seksi Pemasaran adalah khusus informasi
mengenai produk pelayanan kesehatan (jenis pelayanan,
alur, jam buka, SDM, biaya pelayanan, dll) yang perlu
diketahui oleh masyarakat umum. Sedangkan media
informasi untuk promosi/penyuluhan kesehatan
(patologi, gejala, penanganan, pencegahan penyakit)
dikelola oleh instalasi PKRS & Humas bertujuan untuk
memberikan penyuluhan pada penderita penyakit
tertentu. Usulan mengenai media infomasi yang
dibutuhkan bila mengenai layanan kesehatan dapat
melalui Seksi Pemasaran, sedang mengenai penyuluhan
penyakit melalui Instalasi PKRS & Humas.
Kegiatan Study Banding RS Muwardi Tahun 2010
5. Siaran melalui Media
Masa
Siaran informasi dapat pula
dilakukan pada media masa,
misalnya media cetak dan
media elektronik. namun
sesuai dengan Peraturan
menteri Kesehatan RI nomor
1787/ Menkes/Per/XII/2010,
tentang Iklan dan Publikasi
Pelayanan Kesehatan dan
etika Pariwara Indonesia,
maka informasi pelayanan
kesehatan tidak dengan cara
beriklan secara vulgar tetapi
dikemas dalam bentuk
iklan layanan masyarakat.
Seksi Pemasaran sangat
membatasi sekali Iklan
melalui
media
cetak,
juli 2012 mimbar 9
berita bagian
Rombongan dan Finalis Persi Award 2011
kecuali khusus untuk majalah atau direktori organisasi
kesehatan, namun apabila merupakan berita kesehatan,
promosi kesehatan dan informasi yang memang perlu
diketahui oleh masyarakat masih dimungkinkan. Siaran
informasi melalui media televisi akan dikembangkan di
tahun mendatang dengan dikoordinir oleh Pemasaran.
Unit kerja yang membutuhkan untuk mensosialisasikan
pelayanan kesehatan melalui media televisi dapat
mengusulkan melalui Seksi Pemasaran.
6. Pelayanan Studi Banding Antar Rumah Sakit
Kunjungan tamu ke RSUD Dr. Soetomo mempunyai
tujuan yang bermacam-macam, sehingga antara Bidang
Diklat, Bagian TU dan Bidang Pemasaran & Rekam Medik,
membuat kesepakatan bahwa kunjungan yang berkaitan
dengan birokrasi, dari Pemda, DPRD atau Kemenkes
(tamu dari Pusat) ditangani oleh Bagian TU, kunjungan
dari sekolah/Perguruan Tinggi kesehatan dan keperluan
magang, studi tour dan pelatihan ditangani oleh Bidang
Diklat, sedang kunjungan untuk keperluan studi banding
dari rumah sakit ditangani oleh Bidang Pemasaran dan
Rekam Medik. Semua kunjungan diwajibkan satu pintu
melalui surat permohonan kepada Direktur. dan bagian
TU akan mendisposisi sesuai bagian masing-masing.
Berikut adalah alat kerja pelayanan studi banding ke
RSUD Dr. Soetomo.
7. Fasilitator Lomba Persi Award
Persi award diselenggarakan sejak tahun 2006, semula
fasilitator lomba Persi Award ini ditangani oleh Instalasi
PKRS & Humas, namun sejak tahun 2010 disepakati untuk
dikelola oleh Pemasaran. Lomba ini diselenggarakan oleh
PERSI Pusat dalam rangka pertemuan tahunan Kongres
Persi. Persi award adalah merupakan suatu penghargaan
untuk rumah sakit yang mempunyai penemuan baru atau
pelayanan khusus atau sistem pelayanan tertentu yang
aplikatif sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
bagi masyarakat. Biasanya lomba ini diselenggarakan
satu tahun sekali dengan mengirimkan karya tulis pada
babak penyisihan. Bila dapat masuk babak final (lima
besar) peserta akan diundang untuk mempresentasikan
karya tulisnya dihadapan dewan juri di Jakarta. Pemenang
akan mewakili Indonesia pada ajang ASIAN HOSPITAL
MANAGEMENT AWARD pada tahun berikutnya. Bila ada
karyawan atau unit kerja yang berminat untuk mengikuti
10 mimbar juli 2012
dapat menghubungi Seksi Pemasaran.
Pengadaan Souvenir/Cinderamata RSUD Dr.
8. Soetomo
Dalam rangka peningkatan citra positif RSUD Dr.
Soetomo maka seksi Pemasaran telah menyediakan
cinderamata berupa plakat dan merchandise berciri
RSUD Dr. Soetomo. Plakat dan cinderamata tersebut
diperuntukan bagi:
1. Tamu yang berkunjung ke RSUD Dr. Soetomo
2. Sebagai cinderamata bagi institusi yang di
kunjungi pejabat RSUD Dr. SOetomo
3. Undangan HUT RSUD Dr. Soetomo dan eventevent penting lainya
4. Pengunjung pameran pemasaran pelayanan
kesehatan dan pameran pelayanan publik
5. Lain-lain
Cinderamata RSUD Dr. Soetomo
Demikian sepintas mengenai kegiatan ruang lingkup
kegiatan pemasaran, sedangkan untuk papan petunjuk
arah, Pemasaran pernah membantu Bagian Tata usaha
untuk mendesign bentuk papan petunjuk arah, namun
sesuai Tupoksinya maka sejak tahun 2012 usulan papan
petunjuk arah dapat langsung ditujukan kepada Bagian
Tata Usaha, tembusan Sub Bagian Rumah Tangga.
Mengenai permohonan kerjasama pembiayaan kesehatan
dari perusahaan tetap ditangani oleh IKPK (Instalasi
Kerjasama Pembiayaan Kesehatan). Semoga bermanfaat.
seputar soetomo
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG)
di Klub Bunga, Batu – Malang, 6 – 7 Juli 2012
Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dodo Anondo, dr., MPH, membuka acara Musrenbang 2012 secara simbolik dengan pemukulan gong.
Tampak kanan peserta Musrenbang.
Tampak kiri Manager Graha Amerta, Prof. Heru Santoso, dr.,Sp.OG (K), memeriahkan suasana saat sesi santai. Tampak kanan peserta
Musrenbang senam pagi sebelum memulai aktivitas di hari kedua.
Musrenbang dihadiri BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) yang juga sebagai pembicara. Penandatanganan Kesepakatan
Kinerja dengan IBP (Instalasi Bedah Pusat), Bidang Diklat, dan IKPK (Instalasi Kerjasama Pembiayaan Kesehatan) di akhir acara.
juli 2012 mimbar 11
seputar soetomo
Pameran Batik Nusantara
Dalam rangka HUT ke 9 GRIU Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo
Lobby GRIU Graha Amerta, 1-10 Mei 2012
Pengguntingan bunga Melati oleh ibu Rini Dodo Anondo sebagai tanda pembukaan pameran didampingi Direktur RSUD Dr. Soetomo dan
Kepala GRIU Graha Amerta sekaligus belajar mencanting. Tampak bawah para pasien terapi okupasi dengan mencanting.
Penandatanganan Berita Acara Penyerahan Anak
dari RSUD Dr. Soetomo kepada Dinas Sosial UPT Pelayanan Sosial
Pelayanan Asuhan Balita Sidoarjo
27 Juni 2012
Perwakilan Dinas Sosial sebagai saksi menandatangani berita acara penyerahan seorang anak yang selama ini dirawat di IRNA Bersalin II
RSUD Dr. Soetomo. Tampak kanan sang anak, Windi, digendong perawat IRNA Bersalin II.
12 mimbar juli 2012
Seminar Populer GRIU Graha Amerta
Sabtu, 26 Mei 2012
Dalam rangka HUT GRIU Graha Amerta ke-9 diadakan Seminar Populer ”Perjuangan Tak Kenal Lelah Mengatasi Infertilitas”
dengan narasumber para pakar Infertilitas yang tergabung dalam Klinik Fertilitas GRIU Graha Amerta.
Peringatan HUT GRIU Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo ke-9
Minggu , 27 Mei 2012
Setelah jalan sehat Direktur RSUD Dr. Soetomo dr. Dodo Anondo, MPH memotong tumpeng diserahkan kepada Kepala GRIU Graha
Amerta Prof. Heru Santoso, dr, SpOG(K). Tampak Kanan, Direktur RSUD Dr. Soetomo beserta Kepala GRIU Graha Amerta berfoto bersama
karyawan GRIU Graha Amerta yang memasuki masa pensiun usai menyerahkan cinderamata kepada mereka.
Tampak kiri salah satu peserta mendapatkan doorprize mesin cuci yang diserahkan oleh Prof. H.Abdus Sjukur,dr, SpB-KBD
mantan Direktur RSUD Dr. Soetomo periode Tahun 2002-2003 dan kanan para pemenang lomba tenis meja foto bersama
Kepala Bagian Pemasaran GRIU Graha Amerta, Yudha Haryono, dr, SpS
juli 2012 mimbar 13
seputar soetomo
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Bidang Hukum Perdata dan
Tata Usaha Negara antara RSUD Dr. Soetomo dengan
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur di Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Timur,
Rabu 9 Mei 2012.
Penandatanganan MOU dengan 9 instansi baik swasta maupun
pemerintah. Kesembilan instansi tersebut adalah KPRI, RSUD Haji
Surabaya, Dinkes Kota Surabaya, PT. Human Resources Provider,
CV. Sinergi Agung Lestari, CV. Shandaka Utama, PT. Enseval
Putera Mega Trading, Tbk., CV. Safety Parking, dan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Probolinggo.
Sosialisasi Penataan Kelembagaan Pola Hubungan Kerja pada Senin
2 Juli 2012 menampilkan narasumber dari Kementerian Kesehatan RI
dan diikuti oleh Pejabat Struktural, Ka. Instalasi, serta Ka. SMF/Dept.
di lingkungan RSUD Dr. Soetomo.
Pemberian tali asih kepada karyawan perawatan
yang purna tugas untuk periode Mei 2011 s/d April 2012.
Tali asih diserahkan langsung oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo
Dodo Anondo, dr., MPH.
14 mimbar juli 2012
Sosialisasi Akreditasi RS oleh KARS
Tanggal 3 Mei 2012 di GDC lantai 7
Dalam Rangka mempersiapkan Akreditasi RS diadakan Sosialisasi Akreditasi RS dengan narasumber dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) yang diikuti oleh Jajaran Struktural, Kepala Bidang/ Bagian/ Instalasi/ SMF/ Departemen. Sosialisasi ini membahas tentang akreditasi
RS tingkat Nasional yang mengarah pada akreditasi JCI (Joint Commission International).
Bimbingan Teknis PKRS & Humas – Tahap XXV
Angakatan I, Tanggal 29-30 Mei & Angkatan II, Tanggal 5-6 Juni 2012
Peserta angkatan I foto bersama Wakil Instalasi PKRS & Humas Didi Aryono Budiyono, dr, SpKJ(K) untuk tahun ini jumlah peserta paling
banyak. Angkatan I diikuti 103 peserta, dari RSUD Dr. Soetomo 64 peserta dan 39 peserta dari RS di Surabaya, Jawa Timur, RSAB Harapan
Kita Jakarta, RSUP Sanglah, RS BLU RSUP Prof. Dr.R.D.Kandow, RSUD Ulin Banjarmasin, RS Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat,
RS Dr. R. Soedjono Lombok Timur, RSUD Ali Hanafiah Batusangkar Sumbar, dan paling jauh dari RSUD Abepura Propinsi Papua. Jumlah
peserta Angkatan II 114 orang, dari RSUD Dr. Soetomo 75 peserta dan 39 peserta dari RS di Jawa Timur, RS Hasan Sadikin Bandung,
RS H. Boejasin Pelaihari Kalsel, RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.
Tampak kiri peserta sedang berdiskusi, tengah peserta dari RSAB Harapan Kita Jakarta sedang memberikan kesan-kesan selama mengikuti
Bimtek dan kanan Kepala Instalasi PKRS & Humas menyerahkan sertifikat secara simbolis kepada peserta angkatan II.
juli 2012 mimbar 15
seputar soetomo
CRM IRNA Medik – Rabu 2 Mei 2012
(Tampak kiri) Ka.Subid. Pemasaran, Rahayu Warni Kosasih,SKM, MM, Kabid. Keperawatan, Hermin Tumini, SKM, SPd, MM,Kes., dan
Kepala IRNA Medik, Diah Mira Indramaya, dr, SpKK, menjadi narasumber dalam CRM IRNA Medik. (Tengah) Pasien bersama perawat
memperagakan Cara Cuci Tangan yang benar. Dan (kanan) Obet Soegiono, SKM memberikan cinderamata kepada para peserta.
Para peserta CRM foto bersama Kepala Bidang Perawatan dan Kepala Irna Medik.
CRM IRNA OBSGYN – Selasa, 29 Mei 2012
PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
Acara dibuka oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo
dan para peserta juga foto bersama.
16 mimbar juli 2012
Sosialisasi Instalasi Radio Terapi RSUD Dr. Soetomo
Sabtu, 28 April 2012
Tampak Kiri Direktur RSUD Dr. Soetomo menghadiri acara Sosialisasi Instalasi Radioterapi yang diadakan pada Sabtu, 28 April 2012.
Tampak Kanan para peserta Sosialisasi diantaranya Prof. Dr. Roem Soedoko, dr., Sp.PA, salah satu tokoh di bidang pencegahan
dan pengobatan Kanker.
Acara ini juga dihadiri oleh para undangan yang terdiri dari perwakilan beberapa rumah sakit di Surabaya serta Dinas Kesehatan Surabaya.
Tampak kiri salah satu undangan bertanya saat sesi diskusi. Tampak Kanan para peserta dan para undangan diajak Tim Instalasi Radioterapi
tour keliling ruangan yang ada di Instalasi Radioterapi RSUD Dr. Soetomo.
Saat tour peserta dan para undangan tampak serius memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh Kepala Instalasi Radioterapi,
Diah Erawati, dr., Sp.Rad.
juli 2012 mimbar 17
seputar soetomo
Workshop ‘Peran Dokter Gigi pada Deteksi Dini HIV/ AIDS sebagai upaya
menurunkan Stigma & Diskriminasi menuju ‘Patient and Doctor Safety’
Surabaya, 24-25 Mei 2012
Acara dibuka oleh Wadir Penunjang Medik, Dr. Usman Hadi, dr, SpPD-KPTI (atas) dan bawah peserta foto bersama sebelum acara dimulai.
Workshop Keselamatan Pasien dengan tema
‘Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien Kita Bangun
Budaya Menuju RS Kelas Dunia’
Oleh Komite Keselamatan Pasien (KPRS), Selasa 22 Mei 2012
Diikuti oleh perawat-perawat RSUD Dr. Soetomo dengan pembicara Hardiono,dr, SpAnKIC
sebagai Ketua KPRS dan Tim KPRS.
18 mimbar juli 2012
SERAH TERIMA JABATAN DAN PENGANTAR PURNA TUGAS
PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN RSUD Dr. SOETOMO
Surabaya, Rabu 4 Juli 2012
Direktur RSUD Dr. Soetomo memberikan cindera mata kepada para Purna Tugas Dr. Usman Hadi, dr, SpPD-KPT,
Sri Rochani Imajinah, drg, M.Kes dan Diana Yuntari, drg, M.Kes.
NO
JABATAN
NAMA
LAMA
BARU
1
Dra. Sri Widayati, Apt, SpFRS
Kepala Bagian Kepegawaian
Wakil Direktur Penunjang Medik
2
Edison Siregar, drg, M.Pd.I
Kepala Seksi Pendidikan dan Latihan Profesi
Kepala Bagian Kepegawaian
3
Drs. Heru Mistiyono
Kepala Sub Bagian Perlengkapan & Aset
Kepala Bagian Tata Usaha
4
Dra. Tri Hartatie
Kepala Seksi Penelitian
Kepala Seksi Pendidikan Klinik
5
Florentina Joestandari, drg, MMT Kepala Seksi pelayanan Rawat Darurat, Intensif dan Invasif Kepala Seksi Penelitian
6
Dr. Esti Handayani, dra, Apt, MARS Kepala Seksi Pendidikan Klinik
Kepala Seksi pelayanan Diagnosyik
7
Lily Lidya, drg
Staf pada RSUD Dr. Soetomo
Kepala Seksi pelayanan Rawat Darurat,
Intensif dan Invasif
8
Poetri Srioetari Soetoyo, drg
Staf pada RSUD Dr. Soetomo
Kepala Seksi Pendidikan dan Latihan
Profesi
9
Choirul Wangit, ST
Staf pada RSUD Dr. Soetomo
Kepala Sub Bagian Perlengkapan & Aset
juli 2012 mimbar 19
sekilas info
Cerita Menuju 19th WCET Biennial
Congress di Adelaide South Australia
Oleh : Erfandi Ekaputra S.Kep.NS.ETN
B
enar kata pepatah “Berakit rakit ke hulu Berenang ke
tepian, Bersakit sakit dahulu Bersenang kemudian.
Hal ini tidak dapat dipungkiri, terkadang apa yang
kita harapkan baik cita-cita, ide, motivasi dan semangat
yang harapannya untuk kemaslahatan orang banyak mesti
akan mengalami suatu tantangan. Hal itu merupakan garis
natural yang harus kita pahami bersama. Suatu cita-cita
tanpa adanya suatu proses yang sulit dan terjal tidak akan
mendapatkan suatu kenikmatan apabila tujuan itu sudah
tercapai. Percayalah bahwa setiap adanya kesulitan pasti
adanya suatu kemudahan.
Sejak menggeluti suatu bidang spesialisasi perawatan
luka, stoma dan incontinensia, keinginan dan cita-cita saya
untuk mengikuti kongres dunia merupakan suatu harapan
dan tekad dalam mengembangkan ilmu dan wawasan
dalam kancah gejolak modernisasi di era globalisasi.
Pengembangan ilmu harus terus-menerus berubah
mengikuti dinamika waktu yang berpacu, tanpa kita peduli
hal itu kita akan tertinggal jauh oleh pesatnya kemajuan
ilmu pengetahuan yang baru. Salah satu wadah untuk
pengembangkan ilmu dan wawasan adalah mengikuti
kongres.
Panggilan Abstrak untuk Congress
Bermula dari sebuah informasi di internet tentang
adanya congress luka, stoma dan incontinensia di adelaide
Australia Selatan, dimana Call Abstract merupakan suatu
20 mimbar juli 2012
keinginan utama yang diharapkan oleh panitia congress
bagi setiap delegasi/peserta untuk saling berbagi/
sharing tentang beberapa pengalaman dan hasil inovasi
yang telah dilakukan dan berhasil dilaksanakan di instusi
masing-masing. Sebagai seorang perawat luka, stoma dan
incontinensia di Rumah sakit Dr. Soetomo selama hampir
lima tahun, telah banyak pengalaman yang didapat
untuk mengatasi permasalahan dengan luka, stoma dan
incontinensia tersebut. Maka dari itu saya mempunyai
tekad dan keinginan kuat mengikuti panggilan abstrak
tersebut untuk tujuan membagi pengalaman tentang
perawatan luka, stoma dan incontinensia dan juga untuk
memperkenalkan Rumah Sakit Dr. Soetomo di kancah
internasional. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Rumah
Sakit Dr. Soetomo menuju “World Class Hospital”. Dan inilah
sebuah titik balik awalnya keinginan saya untuk mengirim
abstract pada ajang congress tersebut. Pada awalnya
saya mengirim 2 abstract yaitu: Metode terapi tekanan
negatif pada proses penyembuhan luka (Teknologi) dan
suatu metode pembelajaran (The Bed Side Teaching) untuk
mahasiswa perawat (Education), dan yang diterima dalam
congress adalah The bed side teaching for the nurse dalam
katagori education dengan presentasi poster.
Cerita Perjuangan Menuju Congress
Apa yang kita pikirkan terkadang tidak sesuai dengan
apa yang kita kerjakan. Itulah kata yang tepat yang selama
ini saya rasakan untuk menuju ke congress. Perjalanan
menuju Congress Adelaide di Australia Selatan, bagi
saya merupakan pengalaman pertama, menarik, penuh
lika-liku pelik serta menyenangkan. Mari coba uraikan
pengalaman indah tersebut.
Pengalaman pertama dalam mengikuti congres
mempunyai banyak kesan dan cerita, mulai dari persiapan
pembuatan proposal untuk pengajuan dana berangkat
ke congress, sampai pengajuan proposal ke rumah
sakit, yang memang banyak mengalami kendala dalam
proses keputusan pemberian dana tersebut. Dan sampai
pada suatu keputusan untuk tidak berangkat dan hanya
poster saja yang dipresentasikan di congress, karena
khawatir kurangnya dana yang ada. Sampai akhirnya
keluar juga dana dari rumah sakit walaupun hanya untuk
biaya registrasi, yang nantinya untuk presentasi poster
di area eksebisi congress dan itu juga rencananya saya
akan titipkan pada teman yang akan berangkat ke sana.
Memang yang namanya jodoh tidak akan lepas dari
pasangannya, itu juga sudah terbukti dengan apa yang
saya alami saat itu. Setelah keinginan untuk menitipkan
poster pada teman, ternyata banyak komentar dan simpati
dari seluruh teman-teman sesama profesi ETN, yang
menyatakan sangat disayangkan kalau saya tidak hadir
pada congress tersebut, karena perwakilan dari Indonesia
hanya dua orang, termasuk saya yang abstraknya lolos
pada seleksi untuk congress. Sehingga mereka siap untuk
membantu dan mengharapkan saya tetap hadir dalam
congress tersebut. Dengan adanya keputusan tersebut
ada semangat dan keinginan lagi untuk tetap berusaha
untuk tetap menggalang dana, dengan tujuan agar
supaya tidak merepotkan teman-teman dan organisasi
dalam membantu untuk terselenggaranya keberangkatan
ke kongres. Hal ini tentunya diperlukan usaha keras dalam
upaya mewujudkan, yang dimulai dengan mengajukan
beberapa proposal lagi ke beberapa divisi instalasi bedah
yang terkait dengan bidang luka, stoma dan incontinensia
dan juga Graha Amerta, dimana selama ini memang bidang
saya juga banyak diaplikasikan di sana, terutama jika ada
konsulan dari dokter bedah digestive. Ya alhamdulillah
sebagian besar menyambut dengan baik, walaupun juga
ada sebagian yang masih belum menyadari pentingnya
pengembangan ilmu atau memang benar-benar belum
ada dana. Selain itu juga kita mendapatkan dana dari
beberapa sponsor. Maka melalui majalah Mimbar ini saya
mengucapkan, sekali lagi, banyak terima kasih kepada
para donasi dan sponsor atas perhatian dan supportnya
sehingga acara ini dapat berjalan dengan lancar dan
sukses, walaupun melalui proses yang sulit.
Cerita tentang Poster Congress selama perjalanan
Dalam perjalanan ke Australia, poster merupakan
obyek yang sangat fenomenal yang selalu membuat
pusing saya dan teman rombongan. Saat di Jakarta
poster tertinggal di bandara, tetapi dalam pencarian
yang menegangkan akhirnya poster ketemu. Tidak selasai
sampai di sini saja, poster di bandara Sidney hilang lagi, hal
ini karena poster tidak boleh di bawa ke kabin dan harus
di bagasi. Kejadian ini membuat saya tidak enak sama
teman-teman satu rombongan, sehingga penerbangan
ke Adelaide tertunda dari waktu yang ditentukan. Tetapi
keberuntungan ternyata masih berpihak kepada saya lagi,
dimana poster ditemukan lagi. Dan Akhirnya penyimpanan
poster di bagasi untuk penerbangan ke Adelaide diletakkan
secara khusus untuk mengantisipasi agar tidak hilang.
Ternyata benar sesampainya di Adelaide poster langsung
terpantau dengan baik, tetapi sebaliknya sekarang tas koper
teman saya yang berisi baju/costum adat untuk acara parade
delegasi pada pembukaan congress tertinggal di Sidney,
semuanya tertawa ha....ha...ha truss saya bilang, “Itu bukan
karena poster saya khannn .......?" Dan Alhamdulillah, pada
acara eksibisi poster di Adelaide Conventional Center, poster
kita dengan Tema
dengan setting Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya
berhasil dipresentasikan di congress Australia dan mendapat
apresiasi sangat menarik dari beberapa delegasi congress.
Cerita tentang pengalaman Congress luka, stoma
dan incontinensia
Beinnial Congress ke-19 WCET (Weaving Culture Education
& Technology) Di Adelaide South Australia mulai tanggal 19
– 23 April 2012 dengan tema “Weaving Culture Education &
Technology into a Brilliant Blend” merupakan sarana ajang
saling sharing beberapa pengalaman ilmu tentang luka,
stoma dan incontensia oleh perawat Enterostomal Therapy
dari beberapa negara. Bagi saya mengikuti congress di
luar negeri merupakan hal yang pertama selama karir saya
menjadi perawat. Dari segi ilmu pengetahuan, ada suatu
strategi baru dari hasil penelitian, studi kasus, inovasi
yang nantinya dapat diaplikasikan di tempat masingmasing. Selain itu kita dapat belajar bagaimana kita
berkomunikasi, bersosialisasi dengan banyak orang yang
mempunyai budaya dan karakter sifat yang berbeda dan
ini merupakan suatu proses pembelajaran. Apalagi congres
kali ini temanya sangat cocok yaitu misalnya salah satunya
mengenai budaya, bagimana suatu budaya akan dapat
mempengaruhi pada pola kehidupan seseorang yang
nantinya akan berdampak pada kesehatan orang tersebut.
Hal ini sangat cocok diterapkan di negara kita, dimana
sejak dulu kita memang dikenal sebagai bangsa yang
mempunyai bermacam budaya. Dari segi teknologi dan
edukasi, ada sebuah presentasi yang sangat menarik bagi
saya dan mungkin juga peserta lain yaitu bagaimana dia
melakukan proses belajar mengajar yang berani, berbeda
dan menarik, dimana dia seorang pengajar yang berdiri
di depan muridnya dia berperan sebagai pasien lengkap
dengan memakai baju pasien serta membawa kateter yang
berisi urin dan berperilaku serta berbicara sebagaimana
layaknya pasien dengan menggunakan technologi masker/
topeng yang lengkap dengan aksesorisnya. Selama proses
mengajar sang dosen/guru tetap berinteraksi dengan
muridnya seolah di suatu ruangan rumah sakit. Ini suatu
yang baru yaitu untuk menghindari kebosanan mahasiswa
dalam melakukan proses belajar mengajar. Dan memang
hasilnya sangat efisien dan efektif.
Sebenarnya masih banyak yang harus diceritakan
tentang pengalaman saya selama mengikuti congress di
Australia, tetapi mungkin yang diulas di atas sudah mewakili
dari sekian banyak pengalaman yang didapat. Tetapi pada
prinsipnya “Selagi kita masih bisa dan mampu lakukanlah
kalau memang itu yang terbaik, karena kesempatan hanya
datangnya satu kali saja”.
“Salam Antusias Perawat Indonesia”
juli 2012 mimbar 21
sekilas info
Situs Terpercaya Masalah Kesehatan
Belajar Jadi Pasien Cerdas
Sebelum ke dokter, pasien sebaiknya membekali diri dengan informasi dari sumber yang tepercaya, seperti :
1. http://www.idai.or.id/
Ini situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Berisi
informasi terkini panduan penanganan kesehatan anak,
imunisasi, perlindungan anak, perkembangan anak, dan
sebagainya.
4. www.aap.org
Situs resmi American Academy Pediatrics (AAP), organisasi
profesional dokter anak di Amerika. Berisi penangangan
kesehatan praktis untuk anak sampai remaja. Situs ini
merupakan rujukan dokter-dokter anak seluruh dunia.
2. http://milissehat.web.id/
Situs ini dikelola komunitas PESAT, berisi pedoman praktis
kesehatan anak dalam bahasa populer. Sebagian isi situs
ini diterbitkan oleh Intisari di buku <BayikuAnakku> dan
<Q & A Smart Parent for Healthy Children>. Sebagian besar
tulisan di situs ini merupakan hasil diskusi di milis <sehat@
yahoogroups.com>
5. www.mayoclinic.com
Situs rujukan kesehatan yang lengkap di Amerika Serikat.
Berisi penelitan terbaru, tren penanganan kesehatan praktis,
resep sehat dan sebagainya. Mayo Clinic sendiri merupakan
klinik swasta terkenal di Amerika sejak tahun 1800-an yang
menyatukan ribuan dokter di dunia. Sebagian dari isi situs ini
telah dibukukan dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
oleh Intisari dalam seri buku “Mayo MA Clinic Family Health
Book”.
3. www.who.int
Situs resmi Badan Kesehatan Dunia WHO. Berisi panduan
penanganan penyakit pada anak, penyakit knonis, gizi,
kesehatan lingkungan, kesehatan reproduksi dan banyak
lagi. Situs ini juga merupakan referensi utama untuk
penanganan penyakit yang sedang mewabah, misalnya
flu H5N1.
22 mimbar juli 2012
6. www.webmd.com
Disajikan dalam bahasa populer portal kesehatan yang cukup
popular di Amerika Serikat ini pernah mendapat berbagai
penghargaan karena kelengkapan dan kredibilitasnya setara
dengan situs tepercaya seperti National Geographic dan
BBC.
Sumber : Intisari-Online.com – Intisari Extra Sehat 2012, edisi
Pebruari 2012, hal 52
Memilih Pasta Gigi
Yang
sesuai
Oleh : Dian Savitri
Bagaimana memilih pasta gigi yang bagus? Pertanyaan itu
selalu muncul saat kita ada sedemikian banyak pilihan pasta
gigi. Pilih mana: yang berfluoride atau untuk mengendalikan
plak gigi, yang berbentuk gel atau krim? Yang manapun tidak
masalah.
P
ada dasarnya semua pasta gigi mengandung bahan
dasar yang mirip. Pasta gigi umumnya mengandung
sejenis bahan yang bersifat abrasif, seperti silikat clan
kalsium karbonat. Kedua bahan tersebut bertugas untuk
menghilangkan sisa-sisa makanan dan bakteri dari mulut.
Pasta gigi juga memiliki bahan pengental, misalnya
rumput taut dan semacam getah. Semuanya membuat
gigi tampil Iebih menarik. Odol juga mengandung sedikit
deterjen, misalnya sodium lauril sulfat (sodium lauryl sulfate),
yang akan membuatnya berbusa ketika dipakai.
Sebagai tambahan, pasta gigi dan juga yang berbentuk
gel mengandung gliserol atau sejenisnya yang membantu
agar mulut tetap Iembab. Yang terakhir adalah pemanis,
misalnya sakarin, yang membuat pasta gigi terasa enak.
Namun, pemanis tersebut tidak punya peran dalam
membersihkan gigi.
Fluoride Paling Penting
Menurut situs Teeth Braces Reviews, fluoride adalah
bahan terpenting yang harus ada dalam setiap pasta gigi.
Fluoride adalah mineral yang secara efektif mengurangi
risiko terjadinya pembusukan gigi. Caranya dengan
memperkuat enamell gigi dan membalik proses perusakan
yang disebabkan asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Membersihkan gigi dengan odol berfluoride jauh Iebih
menguntungkan, bila dibandingkan dengan mengonsumsi
fluoride melalui air yang mengandung mineral tersebut.
Apa pun jenis pasta gigi yang Anda pilih, pastikan pilih
produk yang telah mendapat izin BPOM.
Komponen Lain dalam Pasta Gigi
• Antibakteri
Biasanya adalah trikiosan atau yang bernama lain zinc
chloride. Bahan tersebut mencegah penyakit pada
gusi serta membantu mengurangi plak dan bau rnuIu.
• Perasa
Produk pasta gigi sangat beraneka warna dan rasa.
Perasa paling umum adalah peppermint, spearmint,
dan wintergreen. Meski demikian ada juga pasta gigi
yang tidak dilengkapi dengan rasa.
• Remineralisasi
Maksudnya adalah pernbentukan kembali enamel
gigi. Untuk keperluan tersebut, bahan yang harus ada
dalam pasta gigi adalah hydroxyapatite nanocrystals
dan kalsium fosfat.
• Bahan-bahan lain
Bahan ini biasanya ditambahkan agar pasta gigi tidaK
berubah bentuk menjadi bubuk. Bahan tersebut
adalah beragam turunan alkohol, gula, seperti
gliserol, sorbitol, dan xylitol.
Untuk Gigi Sensitif
Gigi sensitif dapat ditangani dengan menggunakan
formula khusus, pasta gigi yang mengandung strontium
chloride dan potasium nitrat. Kedua bahan kimia itu
menghambat jalan yang menuju ke saraf ke gigi, sehingga
mengurangi sensitivitasnya.
Pemutih
Banyak pasta gigi yang mengklaim dapat memutihkan
gigi Pasta gigi tersebut mengandung peroksida, yang
bersifat memutihkan tulang dan sejenisnya. Sitat abrasif
(mengikis) dalam pasta gigi menghilangkan noda pada
gigi, bukan peroksida. Pasta gigi berpemutih tidak dapat
mengubah warna alami gigi atau mengubah hilangnya
warna gigi akibat pembusukan dan noda yang dapat
menembus gigi.
Untuk menghi!angkan noda gigi pada permukaan gigi,
gunakan pasta gigi yang mengandung bahan pengikis yang
lembut membersihkan gigi dan/atau bahan tambahan
seperti sodium tripolifosfat, yang dapat menghancurkan
atau melarutkan noda. Jika anda rnenggosok gigi dua kali
sehari, pemutih akan membutuhkan waktu dua hingga
empat pekan agar membuat gigi tampak lebih putih.
Pasta gigi berpemutih biasanya aman dipakai seharihari. Namun, jika dipakai berlebihan, tentu saja akan
rnenimbukan bahava, misalnya rusaknya enamel.
Mouthwash
Beberapa produsen mouthwash yakin bahwa produk
mereka bersifat antiseptik dan antiplak yang dapat
membunuh bakteri penyebab plak. Plak menyebabkan
gigi berlubang, penyakit pada gusi (gingivitis), dan bau
mulut.
Jika telah menggunakan mouthwash, bukan berarti
anda bebas dari kewajiban gosok gigi. Sebab, dengan
menggosok gigi secara teratur, mouthwash tidak lagi
dibutuhkan.
Sumber : Gaya Hidup Sehat edisi 6-12 April 2012. Tahun
XIII No. 2.
juli 2012 mimbar 23
sekilas info
PILIH YANG
SEGAR ATAU DIBLENDER ATAU DIJUS ?
M. Sholekhudin
Semua ahli gizi sepakat bahwa serat buah dan sayur kaya manfaat. Persoalannya, buah dan
sayur bisa dimakan segar, bisa juga disayur, diblender, atau dijus. Mana yang lebik baik?
P
ertama-tama, sebelum menjawab pertanyaan di atas,
kita mesti memahami apa itu serat dan bagaimana sifat
kimianya. Serat adalah bagian dari tanaman (dalam hal
ini, buah dan sayuran) yang tidak dapat dicerna oleh enzim
di dalam saluran pencernaan manusia.
Serat dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu
serat larut air dan serat tidak larut air. Serat tidak larut air
contohnya serat kasar yang biasa kita lihat sebagai ampas
ketika kita membuat sari buah dengan menggunakan juicer.
Serat golongan ini contohnya selulosa, hemiselulosa, atau
lignin. Ketiganya tidak larut dalam air dan menjadi ampas
saat kita membuat sari buah.
Serat larut air misalnya serat yang bisa kita jumpai
di dalam produk-produk suplemen serat yang banyak
diiklankan di teve. Saat belum ditambah air, serat ini tampak
sebagai bubuk seperti tepung. Tapi begitu diaduk dengan
air, “tepung” ini larut dan tak lagi tampak oleh mata.
Serat larut air ini contohnya pectin, mucilago dan gom.
Jika dilarutkan air, serat-serat ini menyebabkan cairan
menjadi kental. Persis seperti larutan suplemen serat yang
banyak dijual bebas itu.
“Serat larut dan tidak larut mempunyai manfaat berbeda
tetapi keduanya bekerja saling menlengkapi,” kata ahli gizi dr.
Luciana B. Sutanto, MS, SpKG. Di dalam lambung, serat yang
larut air akan menimbulkan rasa kenyang dan menyebabkan
makanan tinggal lebih lama. Sedangkan serat tidak larut air,
selain menimbukan rasa kenyang, juga bermanfaat menjaga
kesehatan usus besar serta mencegah timbulnya tumor dan
kanker.
Serat Halus dalam Kondisi Khusus
Dalam keadaan tertentu, kata Luciana, ada kalanya
konsumsi serat yang sudah dihaluskan lebih dianjurkan
daripada serat dalam bentuk utuh. Ini misalnya terjadi pada
masa bayi, pada orang yang mengalami gangguan gigi-geligi,
atau kasus kesulitan menelan. Pada kondisi itu, konsumsj buah
dan sayuran Iebih dianjurkan dalam keadaan halus, misalnya
diblender lebih dulu
Lebih dari itu, data mengonsumsi makanan, tentu kita
tidak hanya memperhitungkan matematika gizi, tapi juga
mempertimbangkan kenikmatannya. Buah dan sayur tidak
harus selalu dikonsumsi dalam keadaan utuh. Sekali waktu kita
juga perlu variasi dalam bentuk jus atau diblender.
Satu jenis buah dan sayuran biasanya mengandung
dua jenis serat ini. Kadarnya berbeda-beda antar buah
dan sayuran. Kedua jenis serat ini tidak dicerna oleh enzim
pencernaan dan akan keluar bersama feses.
Konsumsi serat utuh dan serat halus masing-masing
punya kelebihan dan kekurangan. Tiap proses pengolahan
buah dan sayuran juga punya kelebihan dan kekurangan.
24 mimbar juli 2012
Sekadar contoh, pengolahan dengan menggunakan
blender akan menghasilkan ’jus’ yang berbeda dari ’jus’
yang dihasilkan (juice extractor).
Minum Selagi Segar
Dalam keadaan segar, belum diproses, buah dan sayuran
punya kemampuan menyimpan vitamin-vitamin di dalam sel
dan daging buah. Setelah dipotong, kemampuan menyimpan
vitamin ini hilang. Semakin kecil potongannya, semakin banyak
bagian dari buah atau sayur yang terpapar udara dan sinar.
Akibatnya, akan lebih banyak kerusakan yang terjadi, terutama
pada vitamin B dan C.
Itu sebabnya jus atau sari buah sebaiknya dikonsumsi
dalam keadaan segar alias baru dibuat. Jika disimpan terlalu
lama, kandungan vitaminnya akan menurun drastis.
Kandungan vitamin, misalnya vitamin C, dalam bahan
makanan menurun sangat drastis pada penyimpanan dan
pemrosesan. Vitamin ini bisa rusak karena reaksi dengan
oksigen (udara), ion logam, pemanasan, dan larutan yang
basa. Itu sebabnya vitamin C banyak hilang pada proses masak,
terutama lagi pada bahan makanan yang direbus, karena
vitamin C sangat tidak stabil di dalam air.
JUS VS SMOOTHIE
Selama ini, kita biasa menyebut keduanya dengan
nama yang sama, yaitu ’jus’. Tanpa memperhatikan bahwa
kadar serat dalam kedua jenis jus itu sebetulnya berbeda.
Dalam bahasa Inggris, istilah ’jus’ (juice) hanya digunakan
untuk hasil akhir proses penyarian buah atau sayuran
menggunakan juicer (juice extractor). Sedangkan hasil
akhir dari proses pemblenderan disebut dengan istilah
smoothie.
Istilah keduanya berbeda karena memang keduanya
punya perbedaan dalam hal kandungan serat, terutama
serat tak larut air. (Ini hanya perkara bahasa. Kalau kita
makan di kantin, lalu pesan smoothie mangga, mungkin
saja penjualnya akan mengeryitkan dahi).
Kulum di Mulut Lebih Dulu
Dr. B. Jensen’s, dalam bukunya Terapi jus, Menuju Hidup
Sehat dan Panjang Umur (terbitan Bhuana Ilmu Popuer),
mengatakan, bubur buah atau sayur hasil blenderan harus
dianggap sebagal makanan padat. Seperti bubur, jangan
diangap sebagai minuman. Meskipun bentuknya sudah halus,
makanan ini harus tetap dikunyah terlebih dahulu supaya
tercampur dengan air ludah. Pencampuran dengan air ludah
ini akan membantu proses pencernaan karena di dalam Iudah
terdapat enzim cema.
Pada proses pemblenderan, serat buah atau
sayuran hanya mengalami proses pengecilan ukuran.
Cuma dihaluskan saja. Saat keluar dari blender, jumlah
kandungan seratnya sama dengan saat masuk blender.
Tapi pada juicer, buah atau sayuran tidak hanya
mengalami proses penghalusan serat melainkan juga
penyaringan. Ini memang fungsi utama juicer. Alat ini
memang didisain untuk mengambil sari buah dan sayuran
kemudian membuang ampasnya. Hasil akhirya berupa sari
dalam bentuk cairan yang encer. Ampasnya, yang tak lain
tak bukan adalah serat, dibuang ke kotak sampah.
Tidak Rusak Saat Dimasak
Serat punya sifat kimia yang stabil. Ia berbeda dengan
vitamin, misalnya. Kebetulan kedua bahan ini merupakan
kandungan utama buah dan sayuran. Jika dimasak dengan suhu
tinggi, vitamin (terutama vitamin larut air, seperti vitamin B dan
C) mudah rusak karena sifatnya yang labil terhadap panas. Tapi
serat tidak. Secara kimia, strukturnya tidak berubah meskipun
ia direbus, dikukus, atau ditumis. Karena itu, proses pemanasan
tidak mengurangi manfaat serat buat kesehatan.
Serat Jus Lebih Sedikit
Ketika buah dan sayuran dimasak atau dihaluskan
menggunakan blender, jumlah kandungan seratnya tidak
berubah. Yang berubah hanya ukurannva. Perubahan
ukuran ini akan berpengaruh terhadap efek yang
ditimbulkan di lambung dalam keadaan halus, misalnva
setelah diblender, serat hanya akan mampir sebentar di
lambung. Itu sebabnya rasa kenyang yang ditimbulkan
juga tidak lama. Jika ukuran serat lebih besar, maka ia akan
tinggal lebih lama di lambung. Sehingga efek kenyang
yang ditimbulkan juga lebih lama.
Itu sebabnya, jika kita menginginkan efek kenyang
lebih lama, kita sebaiknya mengonsumsi serat buah dan
sayur dalam keadaan utuh, bukan serat halus setelah
diblender. Fungsi serat sebagai pengenyang seperti ini
diperlukan, misalnya, oleh mereka yang sedang menjalani
diet agar tidak banyak makan karena cepat lapar.
Jangan Lupa Vitaminnya
Di dalam jus (juice, sari buah atau sayuran) memang
masih terdapat serat, tapi berupa serat larut air. Serat
tak larut air akan terbuang sebagai ampas. Itu sebabnya,
jika kita menginginkan manfaat serat kasar dari buah
dan sayuran, pemblenderan Iebih dianjurkan daripada
penyarian dengan juicer.
Apakah itu berarti smoothie pasti lebih baik daripada
jus? Tidak selalu. Sebab, ada kondisi tertentu ketika buah
dan sayuran Iebih dianjurkan dikonsumsi sebagai jus. Ini
misalnya pada orang yang sedang menjalani terapi jus.
Pada terapi jus, bentuk saripati dianjurkan karena
memang bagian utama yang dimanfaatkan bukan seratnya,
melainkan kandungan gizi lain. Misalnya vitamin, mineral,
enzim, flavonoid, antioksidan, dan bahan-bahan fitokimia
lainnya yang banyak terdapat di dalam buah dan sayuran.
Dalam bentuk saripati (jus), konsentrasi bahan-bahan ini
Iebih tinggi jika dibandingkan di dalam smoothie.
Ketika kita mengonsumsi buah dan sayuran, yang perlu
diperhatikan bukan hanya perkara serat. Tujuannya jelas,
memperoleh manfaat maksimal dari makanan ini. Jika kita
terpaku pada serat, mungkin saja kita akan melupakan
mikronutrien penting seperti vitamin dan kandungan
fitokimia lainnya. Ini penting diperhatikan karena proses
pengolahan buah dan sayuran kadang mengorbankan
kandungan vitaminnya.
Ini memang bukan perkara serat. Tapi tetap perlu
diperhatikan supaya kita tidak terjebak: mengonsumsi serat
tapi melupakan vitamin.
Seni Bikin Jus & Smoothie
Agar jus dan smoothie menarik untuk dikonsumsi, ada
beberapa tips yang mungkin bisa dicoba.
• PiIih kualitas buah dan sayuran yang bagus. Jika mungkin
pilih yang organik. Cuci bersih sebelum diblender atau dijus.
• Jika kulitnya bisa dimakan dan tidak terlalu keras, bagian
ini tidak perlu dikupas. Kecuali jika khawatir terhadap,
misalnya, lapisan tilin atau sisa pestisida (Buah tertentu
misalnya apel impor sering mengandung lapisan lilin untuk
menjaga kesegarannya)
• Jika rasanya kurang enak, kita bisa mengkombinasikannya
dengan buah lain. Misalnya dengan cara ditambah sari jeruk
nipis. Jika ingin tampilannya lebih menarik secara visual, kita
bisa mengombinasikan beberapa macam buah dan sayur
yang warna-warni.
• Jika mungkin, tak usah ditambah gula. Sajikan dalam
keadaan segar.
Sumber : Intisari-Online.com – Intisari Extra Sehat 2012,
edisi Pebruari 2012, hal 15-23.
juli 2012 mimbar 25
sekilas info
TIPS MEMILIH ASURANSI
Pilih Asuransi Sesuai Kebutuhan
• Pahami terlebih dahulu jenis asuransi yang ditawarkan,
apakah asuransi jiwa, pendidikan, asuransi hari tua,
ataukah tabungan jangka panjang.
• Kumpulkan
informasi
produk
asuransi
dan
perusahaannya. Caranya, datangi langsung agen
penjualan di kantor atau cabang terdekat.
• Jelaskan kepada agen semua hal terkait kemampuan
dan kebutuhan Anda kemudian mintalah agen membuat
analisisnya.
• Teliti sebelum membeli. Cari informasi agen asuransi di
dua atau tiga perusahaan, pelajari masing-masing dan
cari tahu Iebih detail. Soalnya, agen asuransi kadang
memberi penjelasan dengan menutup-nutupi sisi
kekurangan asuransi yang ditawarkan.
• Cobalah bandingkan satu agen asuransi dengan agen
lainnya agar tahu yang terbaik.
• Cari berita di internet tentang perusahaan asuransi yang
akan Anda pilih. Sebuah perusahaan yang kelihatan
mentereng bisa saja tiba-tiba kolaps, seperti yang sering
kita baca beritanya.
• Cari tahu bagaimana pelayanan yang diberikan agen
asuransi karena ini rnenyangkut investasi jangka panjang.
• Cari second opinion kepada teman, keluarga atau
sahabat tentang asuransi yang mereka ikuti, bagaimana
pelayanannya, dan lain-lain. Cara ini sangat berguna buat
kita yang tak punya hanyak waktu mempelajari asuransi.
• Baca dengan baik aturan dan polisnya. Hanyak sekali
orang yang mengahaikan hal ini. Bahkan setelah tercatat
sebagai pemegang polis, mereka tidak membaca dengan
baik hak dan kewajiban.
• Selalu monitor perkembangan investasinya. Pastikan
Anda mengenal dengan baik agen asuransi. Jika
sewaktu-waktu ada yang perlu ditanyakan, Anda bisa
menghubunginya dengan mudah dan cepat.
• Bersikaplah realistis. Jangan ikut-ikutan menjadi
nasabah asuransi padahal sebetulnya Anda tidak
membutuhkan.
Sumber : Intisari-Online.com – Intisari Extra Sehat 2012, edisi
Pebruari 2012, hal 226
PENINGKATAN KONSUMSI HORTIKULTURA
JAWA TIMUR
SESUAI PERATURAN GUBERNUR JATIM NOMOR
22 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PRODUK
IMPOR HORTIKULTURA DAN PEMBERDAYAAN USAHA
HORTIKULTURA DI JAWA TIMUR
1. BANGSA YANG MAJU ADALAH BANGSA YANG CERDAS,
ORANG CERDAS PILIH PRODUK HORTIKULTURA DALAM
NEGERI. AYO CERDASKAN BANGSA, RAKYAT CERDAS
INDONESIA SEMAKIN DI DEPAN!!
2. TIADA HARI TANPA SAYUR DAN BUAH, ORANG CERDAS
PILIH SAYUR DAN BUAH NEGERI SENDIRI
26 mimbar juli 2012
3.JADILAH ORANG CERDAS YANG MENGKONSUMSI
PRODUK HORTIKULTURA DALAM NEGERI
4.KONSUMSI BUAH DAN SAYUR DALAM NEGERI,
JADIKAN TUBUH PENUH GIZI DAN BANGSA TUMBUH
MANDIRI
5. KONSUMSI PRODUK HORTIKULTURA DALAM NEGERI,
JADIKAN TUBUH PENUH GZI, BANGSA TUMBUH
CERDAS DAN MANDIRI
6. CINTAILAH AKU PRODUK LOKAL LEBIH SEHAT DAN
SEGAR
ruang seni
CINTAI PEKERJAAN ANDA
Bila Anda tidak mencintai pekerjaan Anda
Maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana
Rasakan kegembiraan dari pertemuan itu
Dan pekerjaan pun jadi menyenangkan
Bila Anda tidak bisa mencintai rekan-rekan kerja Anda
Maka cintailah suasana gedung kantor Anda
Ini mendorong gairah untuk berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas
dengan lebih baik lagi
Bila toh Anda tidak bisa melakukannya
Cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja Anda
Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga
Namun bila anda tidak menemukan kesenangan di sana
Maka cintailah apa pun yang bisa Anda cintai
Tanaman penghias meja, cicak di atas dinding atau gumpalan awan dari
balik jendela
Bila Anda tidak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan Anda
Maka, mengapa Anda di situ ?
Tidak ada alasan bagi Anda untuk tetap bertahan
Cepat pergi dan carilah apa yang Anda cintai
Lalu bekerjalah di sana
Hidup hanya sekali
Tak ada yang lebih indah selain melakukannya dengan rasa cinta yang
tulus
Tulus bekerja adalah ibadah
Namun... ingatkanlah diri kita..... bahwa......
Bekerja bukan semata-mata ibadah
Bekerja adalah Amanah
Sekecil apa pun tak kan bisa luput dari pertanggungjawaban di akhirat
kelak
M. KHAERUL ANAM, S.Kep.,Ns,
(Pelaksana Keperawatan R, Seruni)
juli 2012 mimbar 27
tokoh
Tokoh kali ini
menampilkan
sosok Bapak
Sugeng yang
tiap hari nya
bertugas di IRD
Dr. Soetomo.
SUGENG
Bagian IPS-IRD RSUD Dr. Soetomo
Riwayat Pekerjaan:
- Mulai bekerja pada tanggal 1 agustus 1985 di RSUD
Kabupaten Magetan, sebagai tenaga pembantu
perawat di R. Bedah. Kemudian di pindah ke R.
penyakit dalam laki-laki dan pada tanggal 30 juni 1989
diberi kepercayaan untuk merangkap sebagai tenaga
petugas pemeriksa mayat & rontgen.
- Pada akhir tahun 1989 pak Sugeng mengajukan
permohonan untuk dapat pindah dan bekerja di
Surabaya dengan alasan agar dapat berkumpul
dengan keluarga. Pada tanggal 7 Januari 1990 berhasil
pindah dan mulai bekerja di RSUD Dr.Soetomo
Surabaya. Awalnya beliau ditempatkan di IPS RSUD Dr.
Soetomo di bagian office (operation room). Kemudian
pada 9 september 1995 kepala IPS (yang menjabat
saat itu, red) memberi kesempatan untuk mengikuti
training operator boiler steam selama satu setengah
28 mimbar juli 2012
-
bulan di Jakarta, sejak saat itulah pak Sugeng mulai
bertugas sebagai mekanik.
Pada tanggal 30 Agustus 2000 pak Sugeng
ditugaskan di IRD Dr.Soetomo, untuk melaksanakan
pemeliharaan sarana khusus di IRD. Pekerjaannya
sebagai mekanik di IRD dijalani hingga sekarang,
saat jam kerja pak Sugeng dapat ditemui di ruang
IPS IRD atau dapat pula di bengkel.
Pengalaman selama bekerja di RSUD Dr.Soetomo:
Selama 22 tahun bekerja di RSUD Dr.Soetomo,
tentu banyak pengalaman yang diperoleh. Berikut
pengalaman-pengalaman yang paling berkesan bagi
Pak Sugeng:
- Bekerja dibagian IPS sangat menyenangkan bagi
pak Sugeng, terlebih lagi saat diberi kesempatan
untuk mengikuti berbagai pelatihan alat rumah
sakit yang seluruhnya dilaksanakan di Jakarta. Pak
sterilisator yang harus siap 24 jam, maka mau tidak
Sugeng merasa diberi kesempatan untuk menambah
ilmu dan mengembangkan kemampuannya sebagai
mau harus segera ke RS dan segera dikerjakan.
“Tidak perduli saat tengah malam ataupun hari libur
seorang mekanik. Selama ini beliau sudah 3 kali
mengikuti pelatihan alat Boiller Steam, Generating Set,
tetap harus berangkat, namanya juga tugas,” kata
pak Sugeng.
dan Gas Medis.
- Menggerindra, merupakan
pengalaman yang
tidak terlupakan bagi pak Sugeng. Biasanya tugas
khususnya ini dilakukan pada pasien kecelakaan kerja
Pesan-pesan:
Berikut pesan-pesan yang diberikan Pak sugeng yang
akan pensiun 4 tahun lagi:
ataupun pasien yang anggota tubuhnya terjebak
dengan benda. Sudah banyak kasus-kasus seperti
- Bekerjalah dengan dasar tanggung jawab, ikhlas,
dan jujur. “Karena kita sebagai pekerja di Rumah
ini terjadi. Pasien pertama yang ditolong adalah
orang gila dari Kediri, pak Sugeng menggerindra
Sakit tidak hanya bekerja untuk uang tapi juga untuk
menolong orang lain (pasien, red), jadi kalau bekerja
klaker yang di cincinkan ke alat vitalnya. Sedang
jangan pamrih , percaya Allah akan membalas hal
kasus yang paling berkesan adalah saat pak sugeng
menolong pekerja pabrik bakso yang tangannya
yang baik dengan yang baik.” ujar Pak Sugeng.
- Selalu semangatlah dalam bekerja, harus yakin kita
terjebak di alat penggiling daging, tangan pasien ini
terancam diamputasi. Tapi beruntung alat itu dapat
bisa menyelesaikan pekerjaan itu. “Bila ada rasa malas,
harus ingat pasien yang sedang membutuhkan
dihancurkan dan tangan pasien dapat terselamatkan,
sehingga pasien dengan ekonomi rendah ini pun
dapat menggunakan tanganya kembali untuk
alat yang sedang rusak, jadi ada semangat untuk
memperbaiki alat itu.” kata pak sugeng.
menghidupi keluarga. “Tugas khusus” pak sugeng
ini sempat menarik perhatian wartawan sehingga
profilnya juga sempat dimuat di koran Jawa Pos.
Suka dan Duka Selama Bekerja di RSUD Dr.Soetomo:
Semua hal selalu ada dua sisi, sama hal nya dengan
pekerjaan pasti ada suka dan duka. Namun apa pun
itu pekerjaan tetaplah tanggung jawab yang harus
dipenuhi. Suka dan duka selama melaksanakan tugas:
a. Suka:
- Bila atasan memberi tanggung jawab, maka
sangat senang sekali bila dapat mengerjakannya
dengan baik, maksimal, dan tepat waktu.
- Pihak
IRD
Dr.Soetomo
memperhatikan
pekaryanya dan tidak segan untuk memberikan
tanda terimakasih atas loyalitas pekaryanya,
sehingga hal ini dapat memacu pekaryanya
untuk mempertahankan dan meningkatkan
loyalitas. “Contohnya ini..”ujar pak Sugeng sambil
menunjukkan piagam penghargaan pegawai
teladan 2007 yang diberikan oleh pihak IRD
Dr.Soetomo.
a. Duka:
- Bila ada tugas yang urgent dari IRD seperti
listrik padam, rusaknya alat-alat medis maupun
Riwayat Pendidikan:
- SDN Bronggalan (6 tahun)
- Sekolah Teknik Yayasan Pembangunan (3 Tahun)
- Sekolah Teknik Menengah Yayasan Pembangunan (3
Tahun)
- Pelatihan Anatomi dan Bedah Mayat
- Pelatihan – pelatihan peralatan Rumah sakit
Riwayat Hidup:
Pak Sugeng lahir di Surabaya tanggal 28 Desember
1960. Merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara. Anak dari
bapak Kaprawi (alm.) dan ibu Sarmi ini sangat dipercaya
oleh keluarganya terutama saat mengambil keputusan
dalam permasalahan, meskipun usia nya paling muda
diantara saudara-saudara nya.
Pada tanggal 17 Maret 1989, menikah dengan Minarsih
yang bekerja di Inna Simpang Surabaya. Dari pernikahan
tersebut telah dikaruniai 2 orang putri dan 1 orang putra:
- Santy Yulia Subekti, putri pertama yang sedang
menempuh Tugas akhir S1 Farmasi di Universitas
Jember.
- Intan Kukuh Kinasih, alumni SMF Surabaya dan
sekarang bekerja di RS. Husada Utama.
- Pochik Try Walachirin, kelas 3 di SMAN 3 Surabaya
dan baru saja menyelesaikan UNAS SMA.
juli 2012 mimbar 29
ruang wanita
AYAM PANGGANG TALIWANG
(Untuk 10 porsi)
Eko Dwi Martini, DCN – Unit Gizi GRIU Graha Amerta
BAHAN :
- 1 ekor ayam kampung yang muda, buang kepala
dan kaki
- 1 sdm garam
- 2 sdm minyak untuk menumis
- 2 sdm air jeruk
LUMPUR PUTRI HIJAU
(Untuk 10 porsi)
Eko Dwi Martini, DCN – Unit Gizi GRIU Graha Amerta
Bahan :
Kulit:
• 100 gr
tepung terigu
• 2 butir
telur
• 180 cc
santan encer
• 1 ikat
daun suji, peras ambil sarinya
• Secukupnya garam
Isi:
• 50 gr tepung beras
• 4 sdm
tepung maizena
• 100 cc
santan encer
• Secukupnya garam
Cara membuat :
Adonan isi:
1. Encerkan tepung maizena dengan air dingin.
2. Campur tepung beras dengan santan encer dan
garam secukupnya,masak di atas api kecil, aduk
hingga rata.
3. Tambahkan larutan tepung maizena, aduk perlahan
hingga matang.
Adonan dadar:
1. Letakkan tepung terigu dalam mangkuk, lalu
pecahkan telur ditengahnya.
2. Aduk perlahan hingga tercampur.
3. Tuangi santan sedikit demi sedikit, tambahkan
perasan daun suji dan aduk sampai adonan licin.
4. Letakkan adonan di atas cetakan kue lumpur,
panggang di atas api kecil, ratakan sesuai cetakan.
5. Letakkan adonan isi didalam adonan dadar, ratakan.
6. Panggang hingga matang, angkat dan dinginkan
Kandungan Zat Gizi per porsi :
Energi :
115,21 kalori
Protein
: 3,44gram
: 4,38gram
Lemak
: 15,5gram
Karbohidrat
30 mimbar juli 2012
Bumbu yang dihaluskan :
- 10 butir bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 200 gr tomat
- 1 sdt terasi
Cara membuat :
- Belah dada ayam jangan sampai putus, lalu
tekan-tekan ayam supaya terbuka dengan baik.
- Lumuri ayam dengan garam dan minyak,
sisihkan.
- Panggang ayam selama 5 menit dengan api kecil,
olesi ayam dengan campuran air jeruk dan bumbu
halus sampai rata.
- Panggang ayam di atas api kecil sampai matang
sambil sesekali di balik dan diolesi bumbu.
- Tumis bumbu sampai matang dan sajikan
bersama ayam panggang.
Kandungan Zat Gizi per porsi :
Energi
: 164
kalori
Protein
:9,3 gram
Lemak
: 13,6gram
Karbohidrat
: 0,84gram
ruang unik & lucu
BUKANYA JAM 9 !!
Pada suatu hari di GPDT ada seorang bapak bertanya pada
satpam .
Bapak : Kulo badhe dateng lantai kalih miyos pundi nggih?
Satpam : kalau mau ke lantai 2 lewat sini (sambil menunjuk
kearah lift)
Bapak tersebut beijalan menuju pintu lift kemudian
mengetuk-ngetuk pintu lift sambil berteriak
"Assalamu'alaikum"
Suster : Bapak sabar ya ... nanti pintunya akan terbuka sendiri
Bapak tersebut tetap membuka pintu lift dengan
paksa.
Bapak : Pintunya kok mboten dibuka nggih sus?
(sambil garuk-garuk kepala dan seperti mengingatingat sesuatu) Oo . . . bukanya jam 9 Suster ... ???
Yuniana Primawanti - Irna Obgyn/R. Cendrawasih
IDOLAKU
Ada kejadian nyata yang terjadi di R.SEJAHTERA, pada waktu
pasien makan siang. Ada seorang pasien perempuan yang tidak
mau makan karena ingin bertemu dengan bapak SBY dulu dan
pasien tersebut bertanya kepada perawat. " Suster mana bapak
SBY? Kok sudah lama saya tidak bertemu dengannya".
Jawab perawat : " Beliau sudah pensiun Bu". Kemudian
lewatlah seorang Perawat laki-¬laki, tiba-tiba pasien
mengatakan dengan sangat gembira : " Lho, disini ternyata ada
M. Safee Salitoh. Dia salah satu pemain sepak bola dari Malaysia.
Suster M.Safee Sall itu idolaku lho…”
Lalu pasien berkata pada suster yang merawat: " Oke suster!
Saya mau makan, karena saya sangat senang sekali hari ini bisa
bertemu dengan idola saya yaitu: M. Safee Sali".
Walaupun bapak SBY tidak kemari , yang penting ada
idolaku M. Safee Sali, hatiku sudah terobati.
Kemudian si pasien mau makan dengan lahab sekali, karena
pasien merasa senang bertemu dengan sang idolanya.
Setelah itu perawat kembali ketempat R. Perawat, lalu
menceritakan kejadian tersebut kepada teman- teman perawat
R. sejahtera yang dinas pada waktu itu. Kemudian semuanya
tertawa ha.. . ha... ha.. .
Yang dimaksud bapak SBY adalah perawat laki-laki yang
mirip dengan bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono, yaitu
: Bpk. Guntur Supriyanto, S.St. Sekarang beliau sudah pension.
Yang dimaksud M. Safee Sall adalah perawat laki — laki
yang mirip dengan M. Safee Sali pemain timnas sepak bola
Malaysia, yaitu: Zaenal Abidin,Amd.Kep.
Eko Lesmono K.Amd.PK - TU R.Sejahtera
Baju Baru ........ Alhamdulilah Yah ....
Hari senin saat pertama kalinya karyawan dr Soetomo
memakai seragam baru. Dengan lagak sok jadi wartawan
investigasi, perawat C menanyai sejawatnya.
Perawat C : Bagaimana perasaan anda memakai baju baru?
Perawat Y :Waduh deg-degan aku seperti saat pertama kali
ketemu suamiku dulu
Perawat C : ??? heeeeee
Bagaimana dengan anda perawat I
soalnya
Perawat I
:
semriwing (sambil
tersenyum)
jeroannya keliatan
Perawat C : (Tersenyum)
Kalau anda perawat M?
Perawat M : Alhamdulilah yah ......sesuatu.......(versi syahrini)
Perawat C : hahahaha iya ......
Subhanallah yah ......
(Aneh-aneh aja jawaban dari teman-teman)
Chilmiati Aris Tsania, S. Kep. NS - SMF Penyakit Paru
SALTUM alias Salah Konstum
Ada pegawai di Instalasi Radioterapi RSUD Dr. Soetomo – P –
bersemangat memakai seragam dinas PNS (warna khaki/coklat)
yang baru diambilnya dari penjahit. Dengan bangganya dia ingin
menunjukkan bahwa dirinya adalah PN yang tertib, teladan dan
patut dicontoh. Dengan rasa percaya diri yang tinggi berangkatlah
dia ke Unit Kepegawaian untuk mengurus SK CPNS-nya dengan
mengenakan seragam dinas tersebut
Di Unit Kepegawaian...
P : Selamat pagi Pak...
UP : Ada perlu apa Mas, Ada yang bisa saya bantu ?
P : Mau mengambil SK CPNS Pak.
UP : Sampeyan pegawai mana mas'?
P : Saya pegawai RSUD Dr. Soetomo Pak.
UP : Ah, masa' si Mas... saya ga' percaya kalo Mas pegawai sini.
P : Lha saya kan pakai seragam Soetomo nih Pak.
UP : (sambil melihat dari atas sampai ke bawah, dan mengernyitkan
alis dan menahan tawa sambil menjawab) Semua orang juga
bisa pakai seragam kaya Mas....
P : Masa' Bapak ga percaya sih sama saya, ini lho keplek pegawai
saya. (sambil setengah berteriak. si-P ngotot)
UP:Nah... kalo itu baru saya bisa percaya, tapi kalo masalah
seragam sebaiknya Mas ngaca dulu ama orang-orang di
sekeliling.
P : .... (agak bingung, dan melihat sekelilingnya yang semuanya
menahan tawa)
UP: Semangat sih boleh – boleh saja Mas... tapi inget-inget hari
donk... Masa' hari Jum'at pakai seragam Coklat..kan harusnya
Batik. Hehehe (akhirnya ketawa setelah menahan cukup lama
diikuti oleh semua orang di ruangan Unit Kepegawaian)
Akhirnya si-P mengambil langkah seribu meninggalkan ruang
Unit kepegawaian dengan menahan malu.
Chintya - Instalasi Radioterapi
DIMASUKKAN BUBUR
Pagi hari di ruang interna wanita, seorang pasien dengan
konstipasi diberikan resep pencahar suppositoria. Resep dibawa
oleh keluarga pasien dan dilayani oleh asisten apoteker di UPF
ruangan. Pada saat penyerahan obat, asisten apoteker menyerahkafl
2 Suppositoria sambil rnenjelaskan : "Pak, ini nanti dimasukkan ke
dalam dubur ya". Siangnya pasien kembali ke UPF dan kebetulan
bertemu dengan apoteker supervisor ruangan.
Keluarga Pasien : "Mbak, ibu Sava itu tidak dapat bubur mbak"
Apoteker
: "Loh, terus apa masalahnya pak"
Keluarga pasien: "Katanya mba,(-nya tadi, obat ini dimasukkan
dalam bubur pak"
Apoteker
: "Loh pak, ini buat pencahar. Bukan dimasukkan
dalam bubur tapi dimasukkan dalam dubur"
Keluarga pasien : "Dubur itu apa pak?"
Apoteker
: "Dubur itu si** * ituloh pak, kan ini biar gampang
buang air besar"
Keluarga pasien : "Ow, saya kira ini dimasukkan bubur pak"
Apoteker
:"Ya sudah pak, dimasukkan sekarang ke
duburnya. Nanti kalau sudah lancar buang air
besar nggak usah dipakai lagi"
Untung keluarga pasien tadi bertanya. Kalau benar-benar
dimasukkan bubur, bagaimana rasa buburnya ya?
Halim P. Jaya, Apt – Instalasi Farmasi
juli 2012 mimbar 31
kuis mimbar
Tebak Siapa Dia
?
?
?
Tulis nama lengkap
dan unit kerjanya !!!
ak :
bat 6 minggu
eja redaksi paling lam
dim
ai
mp
sa
hir
ak
ter
• Jawaban
terbitan
setelah terbit.
majalah “Mimbar”
mumkan pada
diu
ng
na
me
Pe
•
berikutnya.
di ganggu gugat.
mutlak tidak dapat
njukkan
• Keputusan juri
sendiri dengan menu
mengambil hadiah
rus
ha
ng
na
me
Pe
•
88
kartu identitas.
PKRS Telp. 1086-10
di kantor Instalasi
il
mb
dia
t
pa
da
h
• Hadia
pada Jam kerja.
. 75.000,Hadiah sebesar Rp
Ketentuan meneb
Su Doku Teka-Teki abad ini :
Kita dipersilahkan mengisi kotak-kotak itu dengan angka mulai
dari 1 sampai 9. Syaratnya tidak boleh ada pengulangan angka di
dalam satu kolom, juga di dalam satu baris, serta didalam setiap
kotak parsial 3 x 3. Sebagai patokan awal, beberapa kotak telah
diisi dengan angka-angka pembuka, kita kemudian melanjutkan.
Jawaban Su Doku
9
1
6
8
5
4
2
3
8
4
2
1
7
3
6
9
8
8
7
3
6
2
9
1
4
5
7
9
8
3
6
2
4
5
1
1
2
4
9
8
5
7
6
3
3
6
5
7
4
1
9
8
2
6
3
9
2
1
8
5
7
4
4
8
1
5
9
7
3
2
6
2
5
7
4
3
6
8
1
9
2
7
6
9
1. Catur Endra K
Analis Medis
Lab. Mikrobiologi
RSUD Dr. Soetomo Sby
2. Dewi Rachmawati
Farmasi Bapenkar
RSUD Dr. Soetomo Sby
Jawaban “Kuis Mimbar” Vol. 16, No.2 :
Tebak Siapa Dia:
9
1
3
5
6
Pemenang Su Doku :
Pemenangnya :
4
8
7
5
5
4
8
9
8
6
5
6
7
9
2
2
7
9
4
Angket Berhadiah
Dolaji, A.Md.Kep.
Kepala Ruangan Rosela I
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Artikel apa yang paling anda senangi pada edisi
Mimbar edisi ini :
1. ......................................................................
......................................................................
Pemenangnya :
2. ......................................................................
......................................................................
1. Djoko Apendi
Ruang Isolasi Khusus
RSUD Dr. Soetomo Sby
2. Ruri Dwistya NP
Sub Bag Akuntansi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
32 mimbar juli 2012
1
Pemenang Angket Berhadiah :
Yunanik
CV Nusa Perkasa Lantai 7
(Artikel Ruang Seni & R. Keluarga)
Seminar Nasional Perumahsakitan serta Surabaya Hospital Expo VIII
Shangrila Hotel, 18-20 April 2012
(Tampak kiri) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PD Persi dan Polda Jatim dan (kanan) Gubernur Jatim Ir. Soekarwo
memukul gong sebagai tanda Seminar dan Hospex dibuka.
Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dodo Anondo, dr., MPH foto di stan pameran RSUD Dr. Soetomo
bersama para peserta seminar & panitia.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Presiden Republik Indonesia,
Menimbang :a.bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak
setiap orang yang dijamin dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan
upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya;
b. bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan
bagi
masyarakat
dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang harus tetap
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya;
c. bahwa dalam rangka peningkatan mutu
dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta
pengaturan hak dan kewajiban masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan,
perlu mengatur Rumah Sakit dengan UndangUndang;
d.bahwa pengaturan mengenai rumah sakit
belum cukup memadai untuk dijadikan
landasan hukum dalam penyelenggaraan
rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat;
e. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d serta untuk memberikan
kepastian hukum bagi masyarakat dan Rumah
Sakit, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Rumah Sakit;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1),
dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG
TENTANG
SAKIT
RUMAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
2. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan
nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
3. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
4. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di
Rumah Sakit.
5. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
6. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
juli 2012 mimbar
i
Pasal 3
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan;
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya
manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayanan rumah sakit; dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
BAB III
TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
Pasal 5
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
BAB IV
TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 6
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk :
a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan
masyarakat;
b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai
ketentuan peraturan perundangundangan;
c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara
profesional dan bertanggung jawab;
e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna
jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan;
f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian
Rumah Sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat;
g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat;
h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di
Rumah Sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa;
i. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan;
dan
j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan
berteknologi tinggi dan bernilai tinggi.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ii
mimbar juli 2012
dilaksanakan berdasarkan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
BAB V
PERSYARATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian,
dan peralatan.
(2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, atau swasta.
(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi
yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu,
atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan
Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk badan
hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang
perumahsakitan.
Bagian Kedua
Lokasi
Pasal 8
(1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai
kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta
sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit.
(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan
lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
(4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan
pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip
pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta
demografi.
Bagian Ketiga
Bangunan
Pasal 9
Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) harus memenuhi :
a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan
gedung pada umumnya, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan
fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang usia lanjut.
Pasal 10
(1) Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan.
(2) Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit terdiri atas ruang:
a. rawat jalan;
b. ruang rawat inap;
c. ruang gawat darurat;
d. ruang operasi;
e. ruang tenaga kesehatan;
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
j. ruang pendidikan dan latihan;
k. ruang kantor dan administrasi;
l. ruang ibadah, ruang tunggu;
m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n. ruang menyusui;
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry;
r. kamar jenazah;
s. taman;
t. pengolahan sampah; dan
u. pelataran parkir yang mencukupi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis
bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Sumber Daya Manusia
Pasal 12
(1) Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) yaitu Rumah Sakit harus memiliki
tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang
medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan.
(2) Jumlah dan jenis sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan jenis dan
klasifikasi Rumah Sakit.
(3) Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan
praktik atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
(4) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan
konsultan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
Bagian Keempat
Prasarana
Pasal 11
(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:
a. instalasi air;
b. instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. instalasi gas medik;
d. instalasi uap;
e. instalasi pengelolaan limbah;
f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi
keadaan darurat;
h. instalasi tata udara;
i. sistem informasi dan komunikasi; dan
j. ambulan.
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah
Sakit
(3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
(4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi
dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(5) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 14
(1) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing
sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
(2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan dengan
mempertimbangkan kepentingan alih teknologi dan ilmu
pengetahuan serta ketersediaan tenaga kesehatan setempat.
(3) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan bagi tenaga
kesehatan asing yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi
dan Surat Ijin Praktik
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga
kesehatan asing pada ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 13
(1) Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di
Rumah Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib
memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku,
etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien.
(4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Kefarmasian
Pasal 15
(1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan
terjangkau.
(2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti
standar pelayanan kefarmasian.
(3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis
pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi
sistem satu pintu.
(4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi
Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan kepada harga
patokan yang ditetapkan Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan
juli 2012 mimbar
iii
kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Bagian Ketujuh
Peralatan
Pasal 16
(1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) meliputi peralatan medis dan nonmedis harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan dan laik pakai.
(2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas
kesehatan yang berwenang.
(3) Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi
ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
(4) Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit
harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit
harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi
di bidangnya.
(6) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi
secara berkala dan berkesinambungan
(7) Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan
medis, standar yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan
manfaat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 17
Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal
12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 tidak diberikan izin
mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional
Rumah Sakit.
BAB VI
JENIS DAN KLASIFIKASI
Bagian Kesatu
Jenis
Pasal 18
Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya.
Pasal 19
(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus.
(2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Pasal 20
(1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi
menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat.
(2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba.
(3) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan
Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
iv
mimbar juli 2012
(4) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
Pasal 21
Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (1) dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Pasal 22
(1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit
pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar
rumah sakit pendidikan.
(2) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
Menteri yang membidangi urusan pendidikan.
Pasal 23
(1) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang
pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
(2) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat
dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Klasifikasi
Pasal 24
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan
secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas :
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.
(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VII
PERIZINAN
Pasal 25
(1) Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari izin
mendirikan dan izin operasional.
(3) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 (satu) tahun.
(4) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
setelah memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Pasal 26
(1) Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman
modal asing atau penanaman modal dalam negeri
diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan rekomendasi
dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi.
(2) Izin Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman
modal dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan setelah mendapat rekomendasi dari instansi
yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau
penanaman modal dalam negeri.
(3) Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat
yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
(4) Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 27
Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:
a. habis masa berlakunya;
b. tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar;
c. terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan; dan/atau
d. atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan
hukum.
Pasal 28
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan
Peraturan Menteri.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 29
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan
Rumah Sakit kepada masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat
tidak mampu atau miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/
miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian
luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan
dalam melayani pasien;
h. menyelenggarakan rekam medis;
i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak
antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana
untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut
usia;
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
standar profesi dan etika serta peraturan perundangundangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai hak dan kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. memiliki
sistem
pencegahan
kecelakaan
dan
penanggulangan bencana;
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional;
q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
lainnya;
r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah
Sakit (hospital by laws);
s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua
petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai
kawasan tanpa rokok.
(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenakan sanksi admisnistratif berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; atau
c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Bagian Kedua
Hak Rumah Sakit
Pasal 30
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:
a. menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya
manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit;
b. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan
remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan;
d. menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;
e. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;
f. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan;
g. mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah
Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
h. mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik
dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit
pendidikan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai promosi layanan kesehatan
sebagaimana dmaksud pada ayat (1) huruf g diatur dengan
Peraturan Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif pajak sebagaimana
dmaksud pada ayat (1) huruf h diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Ketiga
Kewajiban Pasien
Pasal 31
(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit
atas pelayanan yang diterimanya.
juli 2012 mimbar
v
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur
dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Hak Pasien
Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak:
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata
cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah
Sakit terhadap dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak
dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB IX
PENYELENGGARAAN
Bagian Kesatu
Pengorganisasian
Pasal 33
(1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif,
efisien, dan akuntabel.
(2) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan
medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite
medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum
dan keuangan.
vi
mimbar juli 2012
Pasal 34
(1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang
perumahsakitan.
(2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai
pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.
(3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi
kepala Rumah Sakit.
Pasal 35
Pedoman organisasi Rumah Sakit ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Pengelolaan Klinik
Pasal 36
Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola
Rumah Sakit dan tata kelola klinis yang baik.
Pasal 37
(1) Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit
harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.
(2) Ketentuan mengenai persetujuan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 38
(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan
pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak
hukum dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan
pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 39
(1) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit harus dilakukan audit.
(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
audit kinerja dan audit medis.
(3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
(4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat dilakukan oleh tenaga pengawas.
(5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan
yang ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Ketiga
Akreditasi
Pasal 40
(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga)
tahun sekali.
(2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga independen baik
dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar
akreditasi yang berlaku.
(3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Jejaring dan Sistem Rujukan
Pasal 41
(1) Pemerintah dan asosiasi Rumah Sakit membentuk jejaring
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan.
(2) Jejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
informasi, sarana prasarana, pelayanan, rujukan,
penyediaan alat, dan pendidikan tenaga.
Pasal 42
(1) Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal,
maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit
atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan.
(2) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban merujuk
pasien yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan
pelayanan rumah sakit.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Keselamatan Pasien
Pasal 43
(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan
pasien.
(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri.
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibuat secara anonim dan ditujukan
untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan
pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keenam
Perlindungan Hukum Rumah Sakit
Pasal 44
(1) Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala
informasi kepada publik yang berkaitan dengan rahasia
kedokteran.
(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan
menginformasikannya melalui media massa, dianggap
telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada
umum.
(3) Penginformasian kepada media massa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) memberikan kewenangan kepada
Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran
pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit.
Pasal 45
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum
apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau
menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan
tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.
Bagian Ketujuh
Tanggung jawab Hukum
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Bagian Kedelapan
Bentuk
Pasal 47
(1) Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit statis, Rumah
Sakit bergerak, dan Rumah Sakit lapangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
penyelenggaraan Rumah Sakit bergerak dan Rumah Sakit
lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 48
(1) Pembiayaan Rumah Sakit dapat bersumber dari penerimaan
Rumah Sakit, anggaran Pemerintah, subsidi Pemerintah,
anggaran Pemerintah Daerah, subsidi Pemerintah Daerah
atau sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)Ketentuan lebih lanjut mengenai subsidi atau bantuan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 49
(1) Menteri menetapkan pola tarif nasional.
(2) Pola tarif nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan komponen biaya satuan pembiayaan
dan dengan memperhatikan kondisi regional.
(3) Gubernur menetapkan pagu tarif maksimal berdasarkan
pola tarif nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berlaku untuk rumah sakit di Provinsi yang bersangkutan.
(4) Penetapan besaran tarif rumah sakit harus berdasarkan pola
tarif nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pagu
tarif maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 50
(1) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang dikelola Pemerintah
ditetapkan oleh Menteri.
(2) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang dikelola Pemerintah
Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(3) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit selain rumah sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit dengan memperhatikan besaran
tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 51
Pendapatan Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah
dan Pemerintah Daerah digunakan seluruhnya secara langsung
untuk biaya operasional Rumah Sakit dan tidak dapat dijadikan
pendapatan negara atau Pemerintah Daerah.
BAB XI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 52
(1) Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah
juli 2012 mimbar vii
Sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
(2) Pencatatan dan pelaporan terhadap penyakit wabah atau
penyakit tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah,
dan pasien penderita ketergantungan narkotika dan/
atau psikotropika dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 53
(1) Rumah Sakit wajib menyelenggarakan penyimpanan
terhadap pencatatan dan pelaporan yang dilakukan untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemusnahan atau penghapusan terhadap berkas pencatatan
dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 54
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap Rumah Sakit dengan melibatkan
organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi
kemasyaratan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi
masingmasing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diarahkan untuk :
a. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
terjangkau oleh masyarakat;
b. peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
c. keselamatan pasien ;
d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan
e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.
(3) Dalam melaksanakan tugas pengawasan, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah mengangkat tenaga pengawas sesuai
kompetensi dan keahliannya.
(4) Tenaga pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis medis dan
teknis perumahsakitan.
(5) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dapat mengambil tindakan administratif
berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. denda dan pencabutan izin.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 55
(1) Pembinaan dan pengawasan nonteknis perumahsakitan
yang melibatkan unsur masyarakat dapat dilakukan secara
internal dan eksternal.
(2) Pembinaan dan pengawasan secara internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dewan Pengawas
Rumah Sakit.
(3) Pembinaan dan pengawasan secara eksternal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Badan Pengawas
Rumah Sakit Indonesia.
viii mimbar juli 2012
Bagian Kedua
Dewan Pengawas Rumah Sakit
Pasal 56
(1) Pemilik Rumah Sakit dapat membentuk Dewan Pengawas
Rumah Sakit.
(2) Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan suatu unit nonstruktural yang
bersifat independen dan bertanggung jawab kepada
pemilik Rumah Sakit.
(3) Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit terdiri dari
unsur pemilik Rumah Sakit, organisasi profesi, asosiasi
perumahsakitan, dan tokoh masyarakat.
(4) Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit berjumlah
maksimal 5 (lima) terdiri dari 1 (satu) orang ketua
merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota.
(5) Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertugas :
a. menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;
b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana
strategis;
c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;
d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali
biaya;
e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah
Sakit; dan
g. mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit,
etika profesi, dan peraturan perundangundangan;
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Pengawas Rumah
Sakit diatur dengan Peraturan Menteri
Bagian Ketiga
Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia
Pasal 57
(1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Badan
Pengawas Rumah Sakit Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri.
(2) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia bertanggung
jawab kepada Menteri.
(3) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia merupakan unit
nonstruktural di Kementerian yang bertanggung jawab
dibidang kesehatan dan dalam menjalankan tugasnya
bersifat independen.
(4) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia
berjumlah maksimal 5 (lima) orang terdiri dari 1 (satu)
orang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang
anggota.
(5) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia
terdiri dari unsur pemerintah, organisasi profesi, asosiasi
perumahsakitan, dan tokoh masyarakat.
(6) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dalam
melaksanakan tugasnya dibantu sekretariat yang dipimpin
oleh seorang sekretaris.
(7) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Badan Pengawas
Rumah Sakit Indonesia dibebankan kepada anggaran
pendapatan dan belanja negara.
Pasal 58
Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia bertugas:
a. membuat pedoman tentang pengawasan Rumah Sakit
untuk digunakan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit
Provinsi;
b. membentuk sistem pelaporan dan sistem informasi yang
merupakan jejaring dari Badan Pengawas Rumah Sakit
Indonesia dan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi; dan
c. Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan
rekomendasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah
untuk digunakan sebagai bahan pembinaan.
Pasal 59
(1) Badan Pengawas Rumah Sakit dapat dibentuk di tingkat
provinsi oleh Gubernur dan bertanggung jawab kepada
Gubernur.
(2) Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi merupakan unit
nonstruktural pada Dinas Kesehatan Provinsi dan dalam
menjalankan tugasnya bersifat independen.
(3) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi
terdiri dari unsur pemerintah, organisasi profesi, asosiasi
perumahsakitan, dan tokoh masyarakat.
(4) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi
berjumlah maksimal 5 (lima) terdiri dari 1 (satu) orang
ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota.
(5) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Badan Pengawas
Rumah Sakit Provinsi dibebankan kepada anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 60
Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) bertugas :
a. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien di
wilayahnya;
b. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit
di wilayahnya;
c. mengawasi penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi,
dan peraturan perundang-undangan;
d. melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada Badan
Pengawas Rumah Sakit Indonesia;
e. melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan
rekomendasi kepada Pemerintah Daerah untuk digunakan
sebagai bahan pembinaan; dan
f. menerima pengaduan dan melakukan upaya penyelesaian
sengketa dengan cara mediasi.
Pasal 61
Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pengawas Rumah
Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 62
Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan
Rumah Sakit tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00(lima milyar rupiah).
Pasal 63
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara
dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua Rumah Sakit
yang sudah ada harus menyesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku dalam Undang-Undang ini, paling lambat dalam
jangka waktu 2 (dua) tahun setelah Undang-Undang ini
diundangkan.
(2) Pada saat undang-undang ini berlaku, Izin penyelenggaraan
Rumah Sakit yang telah ada tetap berlaku sampai habis masa
berlakunya.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini berlaku
semua peraturan perundang-undangan yang mengatur Rumah
Sakit tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti berdasarkan Undang-Undang ini.
Pasal 66
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2009 NOMOR 153
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
Wisnu Setiawan
juli 2012 mimbar
ix
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT
I. UMUM
Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan
dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem
kesehatan nasional.
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3)
dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan
yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan
upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang
sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan
perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu
sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh
tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang
bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan
dalam Rumah Sakit.
Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan
fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang
seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Dari aspek pembiayaan bahwa Rumah Sakit memerlukan
biaya operasional dan investasi yang besar dalam pelaksanaan
kegiatannya, sehingga perlu didukung dengan ketersediaan
pendanaan yang cukup dan berkesinambungan. Antisipasi
dampak globalisasi perlu didukung dengan peraturan
perundang-undangan yang memadai.
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar
penyelenggaraan Rumah Sakit saat ini masih pada tingkat
Peraturan Menteri yang sudah tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan. Dalam rangka memberikan kepastian dan
perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan
dan memberikan dasar bagi pengelolaan Rumah Sakit
diperlukan suatu perangkat hukum yang mengatur Rumah
Sakit secara menyeluruh dalam bentuk Undang-Undang.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
x
mimbar juli 2012
Cukup jelas.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan ”nilai kemanusiaan” adalah
bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit dilakukan
dengan memberikan perlakuan yang baik dan
manusiawi dengan tidak membedakan suku, bangsa,
agama, status sosial, dan ras.
Yang dimaksud dengan ”nilai etika dan profesionalitas”
adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki etika profesi dan
sikap profesional, serta mematuhi etika rumah sakit.
Yang dimaksud dengan ”nilai manfaat” adalah bahwa
penyelenggaraan Rumah Sakit harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan
dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Yang dimaksud dengan ”nilai keadilan” adalah bahwa
penyelenggaraan Rumah Sakit mampu memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang
dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta
pelayanan yang bermutu.
Yang dimaksud dengan ”nilai persamaan hak dan anti
diskriminasi” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah
Sakit tidak boleh membedakan masyarakat baik secara
individu maupun kelompok dari semua lapisan.
Yang dimaksud dengan ”nilai pemerataan” adalah
bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
Yang dimaksud dengan ”nilai perlindungan dan
keselamatan pasien” adalah bahwa penyelenggaraan
Rumah Sakit tidak hanya memberikan pelayanan
kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan
peningkatan derajat kesehatan dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan “nilai keselamatan pasien”
adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit selalu
mengupayakan peningkatan keselamatan pasien
melalui upaya majamenen risiko klinik.
Yang dimaksud dengan “fungsi sosial rumah sakit”
adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat
pada setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan moral
dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien
khususnya yang kurang/tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatan
Pasal 3
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient
safety” adalah proses dalam suatu rumah sakit yang
memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi,
dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko.
Yang dimaksud dengan sumber daya manusia di
Rumah Sakit adalah semua tenaga yang bekerja di
Rumah Sakit baik tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 4
Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan
perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan
kesehatan.
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan
perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan
perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Penapisan teknologi dimaksudkan dalam rangka
perlindungan terhadap keamanan dan keselamatan
pasien.
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Penyediaan Rumah Sakit didasarkan pada
perhitungan rasio tempat tidur dan jumlah
penduduk.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Informasi meliputi jumlah dan jenis pelayanan, hasil
pelayanan, ketersediaan tempat tidur, ketenagaan,
serta tarif.
Huruf h
Yang dimaksud dengan bencana adalah suatu
peristiwa yang terjadi secara mendadak/tidak
terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut
yang menimbulkan dampak terhadap pola
kehidupan normal atau kerusakan ekosistem,
sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa
untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu
manusia beserta lingkungannya.
Yang dimaksud dengan Kejadian Luar Biasa adalah
timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/
kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Yang dimaksud berteknologi tinggi dan bernilai tinggi
adalah teknologi masa depan dan teknologi baru yang
mempunyai aspek kemanfaatan yang tinggi dalam
pelayanan kesehatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Kegiatan usaha hanya bergerak di bidang
perumahsakitan dimaksudkan untuk melindungi
usaha rumah sakit agar terhindar dari risiko akibat
kegiatan usaha lain yang dimiliki oleh badan hukum
pemilik rumah sakit.
Pasal 8
Ayat (1)
Kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit
meliputi kajian terhadap kebutuhan akan pelayanan
Rumah Sakit, kajian terhadap kebutuhan sarana,
prasarana, peralatan, dana dan tenaga yang
dibutuhkan untuk pelayanan yang diberikan, dan
kajian terhadap kemampuan pembiayaan.
Studi kelayakan Rumah Sakit merupakan suatu
kegiatan perencanaan Rumah Sakit secara fisik dan
nonfisik agar Rumah Sakit berfungsi secara optimal
pada kurun waktu tertentu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan lokasi dan tata ruang adalah
jika dalam satu wilayah sudah ada Rumah Sakit, maka
pendirian Rumah Sakit baru tidak menjadi prioritas,
termasuk dalam hal pemekaran wilayah.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 9
Huruf a
Bangunan Rumah Sakit merupakan wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah yang berfungsi sebagai
tempat melakukan kegiatan pelayanan.
juli 2012 mimbar
xi
Huruf b
Persyaratan teknis bangunan untuk penyandang
cacat, anakanak dan orang usia lanjut memiliki
karakteristik sendiri.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Termasuk catu daya pengganti atau generator.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Pengelolaan limbah di rumah sakit dilaksanakan
meliputi pengelolaan limbah padat, cair, bahan
gas yang bersifat infeksius, bahan kimia beracun
dan sebagian bersifat radioaktif, yang diolah secara
terpisah.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tenaga tetap adalah tenaga
yang bekerja secara purna waktu.
Yang dimaksud dengan tenaga nonkesehatan antara
lain tenaga administratif, tenaga kebersihan, dan
tenaga keamanan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan kemampuan meliputi
kemampuan dana dan pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
xii mimbar juli 2012
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan tertentu
adalah tenaga perawat, bidan, perawat gigi,
apoteker, asisten apoteker, fisioterapis, refraksionis
optisien, terapis wicara, radiografer, dan okupasi
terapis.
Yang dimaksud dengan izin adalah izin kerja atau
izin praktik bagi tenaga kesehatan tersebut.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan standar profesi adalah
batasan
kemampuan
(capacity)
meliputi
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
dan sikap profesional (professional attitude) yang
minimal harus dikuasai oleh seorang individu
untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya
pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh
organisasi profesi.
Yang dimaksud dengan standar pelayanan Rumah
Sakit adalah pedoman yang harus diikuti dalam
menyelenggarakan Rumah Sakit antara lain Standar
Prosedur Operasional, standar pelayanan medis,
dan standar asuhan keperawatan.
Yang dimaksud dengan standar prosedur
operasional adalah suatu perangkat instruksi/
langkah-langkah
yang
dibakukan
untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Standar
prosedur operasional memberikan langkah yang
benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama
untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi
pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan
kesehatan berdasarkan standar profesi.
Yang dimaksud dengan etika profesi adalah kode
etik yang disusun oleh asosiasi atau ikatan profesi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah
obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah
bahan, instrumen, aparatus, mesin, serta implan
yang tidak mengandung obat yang digunakan
untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit
serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/
atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “instalasi farmasi”
adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur
dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi
serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian
di Rumah Sakit.
Yang dimaksud dengan sistem satu pintu adalah
bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan
kefarmasian termasuk pembuatan formularium
pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien.
Ayat (4)
Informasi harga obat (perbekalan farmasi) harus
transparan atau dicantumkan di dalam buku daftar
harga yang dapat diakses oleh pasien.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan peralatan medis adalah
peralatan yang digunakan untuk keperluan
diagnosa, terapi, rehabilitasi dan penelitian medik
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Yang dimaksud dengan peralatan nonmedis adalah
peralatan yang digunakan untuk mendukung
keperluan tindakan medis.
Yang dimaksud dengan standar peralatan medis
disesuaikan dengan standar yang mengikuti standar
industri peralatan medik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pengujian adalah
keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan
fisik dan pengukuran untuk membandingkan
alat yang diukur dengan standar, atau untuk
menentukan besaran atau kesalahan pengukuran.
Yang dimaksud dengan kalibrasi adalah kegiatan
peneraan untuk menentukan kebenaran nilai
penunjukkan alat ukur dan/atau bahan ukur.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan kekhususan lainnya
adalah jenis pelayanan Rumah Sakit sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan bidang
kedokteran.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam ayat ini yang dimaksud dengan badan hukum
nirlaba adalah badan hukum yang sisa hasil usahanya
tidak dibagikan kepada pemilik, melainkan digunakan
untuk peningkatan pelayanan, yaitu antara lain
Yayasan, Perkumpulan dan Perusahaan Umum.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah
Pemerintah Pusat termasuk TNI dan POLRI.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima)
spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain
dan 13 (tiga belas) subspesialis.
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4
(empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan)
spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4
(empat) spesialis penunjang medik.
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Ayat (3)
Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
lengkap.
Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
terbatas.
Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
minimal.
Ayat (4)
Cukup jelas.
juli 2012 mimbar xiii
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan izin mendirikan adalah ijin
yang diberikan untuk mendirikan rumah sakit setelah
memenuhi persyaratan untuk mendirikan.
Yang dimaksud dengan izin operasional adalah izin
yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan standar pelayanan rumah
sakit adalah semua standar pelayanan yang
berlaku di rumah sakit, antara lain Standar Prosedur
Operasional, standar pelayanan medis, standar asuhan
keperawatan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan ”pasien tidak mampu
atau miskin” adalah pasien yang memenuhi
persyaratan yang diatur dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan penyelenggaraan rekam
medis dalam ayat ini adalah dilakukan sesuai dengan
standar yang secara bertahap diuapayakan mencapai
standar internasional
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
xiv mimbar juli 2012
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan
sarana, prasarana dan peralatan yang dapat
difungsikan serta dipelihara sedemikian rupa untuk
mendapatkan keamanan, mencegah kebakaran/
bencana dengan terjaminnya keamanan, kesehatan
dan keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan
lingkungan Rumah Sakit.
Huruf p
Cukup jelas
Huruf r
Yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah
Sakit (Hospital bylaws) adalah peraturan organisasi
Rumah Sakit (corporate bylaws) dan peraturan
staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) yang
disusun dalam rangka menyelenggarakan tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) dan tata kelola klinis yang baik (good
clinical governance). Dalam peraturan staf medis
Rumah Sakit (medical staff bylaw) antara lain diatur
kewenangan klinis (Clinical Privilege).
Huruf s
Cukup jelas.
Huruf t
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Kewajiban pasien yang dimaksud dalam ayat ini
antara lain mematuhi ketentuan yang berlaku
di Rumah Sakit, memberikan imbalan jasa atas
pelayanan yang diterima di Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, memberikan
informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya kepada tenaga kesehatan di Rumah
Sakit, dan mematuhi kesepakatan dengan Rumah
Sakit.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 32
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan pemberian persetujuan
atau penolakan atas tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi dapat berupa seluruh tindakan
yang akan dilakukan atau dapat berupa tindakan
tertentu yang disetujui.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan
untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan
menjalankan tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis
yang baik (Good Clinical Governance).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pimpinan yang harus berkewarganegaraan
Indonesia adalah direktur utama, direktur medis dan
keperawatan, serta direktur sumber daya manusia.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pemilik Rumah Sakit antara
lain komisaris perusahaan, pendiri yayasan, atau
pemerintah daerah.
Yang dimaksud dengan kepala Rumah Sakit adalah
pimpinan tertinggi dengan jabatan Direktur Utama
(Chief Executive Officer) termasuk Direktur Medis.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan
fungsi-fungsi manajemen rumah sakit yang
berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas,
independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan
kewajaran.
Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi
manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan
klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis
bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan,
mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan
profesional, dan akreditasi rumah sakit.
Pasal 37
Ayat (1)
Setiap tindakan kedokteran harus memperoleh
persetujuan dari pasien kecuali pasien tidak cakap
atau pada keadaan darurat. Persetujuan tersebut
diberikan secara lisan atau tertulis. Persetujuan tertulis
hanya diberikan pada tindakan kedokteran berisiko
tinggi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “rahasia kedokteran” adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang
ditemukan oleh dokter dan dokter gigi dalam rangka
pengobatan dan dicatat dalam rekam medis yang
dimiliki pasien dan bersifat rahasia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Audit kinerja adalah pengukuran kinerja berkala yang
meliputi kinerja pelayanan dan kinerja keuangan.
Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional
terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan
kepada pasien dengan menggunakan rekam
medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis
Ayat (3)
Audit medis internal dilakukan oleh Komite Medik
rumah sakit
Audit kinerja internal dilakukan oleh Satuan
Pemeriksaan Internal.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas .
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient
juli 2012 mimbar xv
safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi,
dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien
adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang
tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi
(near miss).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Pasien berhak menolak atau menghentikan
pengobatan. Pasien yang menolak pengobatan
karena alasan finansial harus diberikan penjelasan
bahwa pasien berhak memperoleh jaminan dari
Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Pola Tarif Nasional adalah pedoman dasar yang
berlaku secara nasional dalam pengaturan dan
perhitungan untuk menetapkan besaran tarif rumah
sakit yang berdasarkan komponen biaya satuan (unit
cost).
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan ”biaya satuan (unit cost)”
adalah hasil perhitungan total biaya operasional
pelayanan yang diberikan Rumah Sakit.
Yang dimaksud kondisi regional termasuk didalamnya
indeks kemahalan setempat
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
xvi mimbar juli 2012
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pengawasan teknis medis
adalah audit medis
Yang dimaksud dengan pengawasan teknis
perumahsakitan adalah audit kinerja rumah sakit.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5072
Download