keris: modal sosial dalam politik

advertisement
KERIS: MODAL SOSIAL DALAM POLITIK
H.M. Fadhil Nurdin, PhD
(Dosen Unpad Bandung, Visiting Assoc. Professor di Universiti Malaya)
ABSTRAK
Tulisan ini membincangkan keris dari perspektif modal sosial, dan bagaimana digunakan
dalam kehidupan politik. Fakta membuktikan, keris bukan hanya sebagai simbol
kedaulatan dan kekuasaan tetapi digunakan juga sebagai instrumen untuk
kepentingan dan tujuan-tujuan politik. isu dan tantangan yang timbul
dalam peristiwa ini dibincangkan berdasarkan
pengalaman Indonesia dan Malaysia.
PENGENALAN
Keris adalah fenomena dunia. Fungsinya sebagai senjata tikam yang berasal dari
kawasan Nusantara. Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk awal
telah digunakan sejak abad ke-9, sebagai senjata untuk membela diri dan simbol
kekuasaan, jati diri dan bahkan memiliki kekuatan "super-naturaf, terutama dalam
perspektif komunitas dan para pewarisnya.
..Keris hanya dihunus bila maruah tercemar ..
bila air mata sudah menitik barulah keris digunakan untuk menegakkan maruah
..simbolik keris bukan sembarangan ..
jangan pegang keris jikalau tidak tahu menggunakannya ..
malu nanti kalau keris itu tertikam tuannya
*
Mengapakah keris mesti dikucup ?
Kenapakah keris mesti dipegang dan matanya
dijulang ke langit ? Keris dikatakan lambang
pergaduhan atau perdamaian ?
Penggunaan keris pada masa sekarang, dikenal di Indonesia (Jawa, Madura, Bali dan
Lombok, Sumatra, sebagian Kalimantan, serta sebagian Sulawesi), Malaysia, Brunei,
Thailand, dan Filipina (Mindanao). Selain sebagai senjata, keris juga sering dianggap
memiliki kekuatan supranatural. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai
legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken
Dedes. Tata cara penggunaan keris berbeda-beda, misalnya di daerah Jawa dan Sunda,
keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi ditempatkan di
depan pada masa perang, sedangkan di Sumatra, Malaysia, Brunei dan Fihipina, keris di
tempatkan di depan (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia).
Dalam masyarakat sekarang, keris masih dipakai dan digunakan terutama oleh para
pendekar pahlawan serta kalangan pembesar istana. Keris adalah a.at kebesaran bagi
raja-raja sebaga! lambang kekuasaan atau kedau.atan. Di Ma.aysia, keris ada.ah
lambang keme.ayuan yang mendukung kedau.atan, kekuasaan, maruah, dan jati diri
bangsa; dan di pihak ,ain dikatakan keris Me.ayu menjadi pe.indung pelbagai kaum yang
bernaung di bawahnya. Di Universitas Diponegoro Jawa Tengah, keris digunakan untuk
lambang dengan .atar be.akang bayangan Pangeran Diponegoro mempunyai arti
melindungi serta mempertahankan kemerdekaan bangsa dan tanah air.
KONSEP, ISU DAN MASALAH
Modal Sosial: Warisan dan Pewaris Keris
Istilah modal sosial mempunyai pengertian luas, dalam konteks perbincangan mengenai
Keris dapat dipandang sebagai warisan generatif - kerajaan ataupun kesultanan
sebelumnya Pada waktu yang sama dan kekinian, masih wujud pewaris sebagai
generasi yang memi.iki serta memelihara keris. Konsep warisan dan pewaris keris ini
dapat difahami sebagai fenomenaadunia -merujuk kepada social assets, terkait dengan
sumber-daya manusia, budaya, nilai moral agama partisipas, publik, komunitas dan
kelompok masyarakat tertentu yang ada dalam sebuah negara' Semua jen.s aset sosial
ini dilihat sebagai potensi yang mampu menghasilkan keuntungan ekonomi, politik dan
sosial sebuah masyarakat maupun negara.
Konsep modal sosial, mulai populer oleh Pierre Bourdieu (1970-1980), memperkenalkan
3 dimensi modal: ekonomi, budaya, sosial. Menurut Bourdieu, modal sosial mencakup
dimensi manusia dan pola-pola hubungan kemanusiaan yang mempengaruhi kehidupan
manusia. Konsep modal sosial mengandung norms or values of reciprocity. Dalam
perkembangan kontemporer, modal sosial difaham, sebagai ...Social networks are
connections between individuals based upon reciprocity and trust. ...These social
networks have value...and that strengthening relationships of trust and reaprocity
improves societal well-being (Alcock, 2002). Bahkan lebih jauh Arup Mitra (2008)
menyatakan modal sosial memiliki implikasi politik dan kebijakan : "...the policy
implication is the role of 'social capital' needs to be integrated with the existing support
schemes to make the latter cost-efficient and effective"
Dalam perspektif modal sosial, Pewaris Keris, memiliki social networks didalamnya
terdapat struktur sosial diantara para-aktor (orang-organisasi), serta dinamika hubungan
diantara mereka (social relationships) dalam situasi tertentu, baik formal maupun tidak
formal. Situasi dan dinamika hubungan diantara pewaris keris {orang - organisasi) ini
wujud dalam events (upacara adat, perkawinan, dan forum politik) sebagai bentuk nyata
wujudnya hubungan di dalam atau antar-keluarga, kelompok masyarakat sampai negara.
Kotak 1: Keris: Hubungan dan Organisasi Sosial
Di beberapa kota di Pulau Jawa ada perhimpunan penggemar dan pecinta tosan aji, terutama keris. Di
Surakarta, namanya Boworoso Tosan Aji, setelah itu ada Boworoso Panitikadga. Di Yogyakarta dan
Jakarta ada Pametri Wiji, singkatan dari Paheman Memetri Wesi Aji. Kemudian pada tahun 1990, di
Jakarta, ada lagi Damartaji, singkatan Persaudaraan Penggemar Tosan Aji. Secara berkala, para pecinta
tosan aji dan keris itu mengadakan sarasehan dan diskusi untuk membahas budaya keris dari berbagai
segi.
Sumber: www.geocities.com/Javakeris/front.htm
Dalam perspektif modal sosial, Keris bukan hanya difahami secara simbolik tetapi
dilihat juga sebagai alat kekuasaan, karena pemilik dan pengaruhnya memiliki social
networks dan social support systems. Konsepsi dan fakta ini - seringkali amat diperlukan
oleh individu {leaderhips) dan pendukung dunia nyata Keris. Fakta menunjukkan, keris
seringkali digunakan untuk mewujudkan hubungan interaksi yang berkesan dan bermakna
dengan individu-individu lain {followers) di dalam memampukan hidup, seterusnya amat
penting bagi memampukan leaders menjalankan peranan, tanggung jawab dan fungsi
sosial dan politiknya secara berkesan.
Kotak 2: Keris: Keluarga dan Kepemimpinan
Sarwo Edhie (meninggal di Jakarta 9 November 1989) suka wayang dan keris. la pun mewariskan tujuh
keris kepada ketujuh putra-putrinya. Anaknya yang tertua, mengikuti jejaknya, sebagai militer. Dua
menantunya juga jenderal, salah satunya Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono yang tepitih menjadi
Presiden periode 2004-2009, yang oleh redaksi Tokoh Indonesia diamati sebagai awal dinasti Sarwo
Edhie dalam puncak kepemimpinan Indonesia.
Sumber: www.tokohindonesia.eom/ensiklopedi/s/sarwo-edhie-wibowo/index.shtml
Dalam realtias serta aktivitas kehidupan para pewaris keris sebagai penerus warisan
budaya dan beragam hubungan sosial dan tradisi kerajaan ataupun kesultanan,
digambarkan sebagai nodes (aktor/organisasi) dan ties (ikatan/hubungan diantara aktor
atau organisasi). Sistem, bentuk ataupun jenis-jenis hubungan ini, meminjam istilah
Borgatti (2002), "...a set dyadic ties, all of the
same type, among a set of aktors". Dalam definisi dan konsepsi modal sosial, dinamika
hubungan antar para-pewaris keris masih wujud norms or values of reciprocity sebagai
prinsip-prinsip yang mendasari amalan saling mempercayai - terutama sekali dalam
membuat konsesi atau memberi keistimewaan kepada para pewaris keris oleh pengikut
atau komunitasnya. Konkritnya, konsep modal sosial ini difahami lebih jauh, karena ada
social networks; berwujud kepatuhan, kesetiaan dalam hubungan antara pewaris keris yang seringkali "dibai'at" sebagai pemimpin (leader) dengan para pengikut atau
komunitasnya (followers). Proses memberi dan menerima yang sifatnya timbal-balik,
melahirkan saling kepercayaan, kesefahaman dan kerjasama antar-pihak yang terlibat.
Ketiga azas social networks (kepercayaan, kesefahaman dan kerjasama) ini dapat
menggerakkan penyertaan individu atau komunitas dalam berbagai gerakan, baik sosial
maupun politik.
Politik: Kedaulatan, Kekuasaan dan Kesatuan
Fenomena Keris dapat dijelaskan dari berbagai perspektif; budaya dan seni sebagai
warisan, ekonomi, sosial, politik dan keamanan. Masing-masing pandangan ini dapat
menjelaskan secara sistematik, terintegrasi ataupun parsial. Dalam perspektif politik, keris
digambarkan sebagai bagian dari realitas kedaulatan dan kekuasaan - terutama dalam
kehidupan istana Raja dan Sultan. Kedua konsepsi kedaulatan dan kekuasaan ini saling
terkait dalam satu sistem, karena istilah kekuasaan wujud dalam kedaulatan. Dalam
membincangkan kedaulatan dan kekuasaan, bagaimana fenomena keris dalam politik
sebuah negara dianggap masih perlu dipertahankan ?
Kotak 3: Keris sebagai Simbolis Politik
Menjulang keris menjadi warisan Umno
Dalam perhimpunan agung Umno 2007, Ketua Pergerakan Pemuda Umno,
Hishammuddin Hussein sekali lagi menghunus, mencium, dan menjulang Keris
Panca Warisan tanpa menghiraukan bantahan keras dan meluas bahawa ia
merupakan simboi 'pergaduhan' yang akan menjejaskan perpaduan kaum.
Malah, Naib Ketua pergerakan itu, Khairy Jamaluddin mengisytiharkan bahawa selagi ada
Pergerakan Pemuda Umno, Keris Panca Warisan akan dijulang selama-lamanya dan mengingatkan
bahawa pada masa yang akan datang, sesiapa yang tidak berani menghunus dan menjulang Keris
Panca Warisan adaiah pengkhianat kepada bangsa dan parti!
Namun demikian, di samping Hishammuddin, Naib Presiden Umno, Najib Tun Razak dan Presiden
Umno, Abdullah Ahmad Badawi terpaksa mempertahankan simbolisme hegemonik Melayu itu
dalam ucapan masing-masing - tugas cuba menegakan benang basah, bagai tikus membaiki labu!
Dalam perspektif politik; kedaulatan dan kekuasaan, tekanan utama (simbolik maupun
nyata) -Keris sebagai senjata untuk pengembangan kekuatan yang efektif oleh
(pemimpin) Negara. Prakteknya, Keris seringkali digunakan sebagai alat perebutan
kekuasaan atau usaha saling bunuh (Ken Arok) dan sekurang-kurangnya untuk
mempengaruhi dari pemegang kekuasaan (leader) kepada pengikutnya. Secara aktual,
menurut pandangan Harold D. Laswell dan Abrahim Kaplan (1950), kekuasaan sering
digunakan untuk mengancam bahkan penyitaan-penyitaan yang kasar bagi
ketidaksepakatan terhadap situasi tertentu. Fakta menunjukkan Keris telah digunakan
sebagai instrumen politik. Dalam sebuah forum politik, seorang pemimpin menunjukkan
kekuatan, kekuasaan atau wibawanya dengan mengangkat Keris; walaupun dengan
maksud dan niat yang baik, betapa pentingnya mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa dengan berbagai upaya untuk meneruskan perpaduan bangsa dan
negara.
Kotak 4: Keris dan Isu Politik
Dalam isu hak-hak Melayu, ...ada seloka: "Kita tunduk memberi hormat; Kita mengangguk mengiakan; Kita berkalis
menolak sengketa; Diam jangan disangka tunduk; Mengalah jangan disangka lemah." ...dikupas juga isu keris. Keris
Panca Warisan diisytiharkan sebagai Tekad Baru Pemuda berlandaskan kepada pancaran lima rukun idealisme Pemuda
iaitu Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Neqara, Agenda Melayu dan Jati Diri. Secara simboliknya,
 ... Keris itu menjunjung lambang kekuatan dan warisan pusaka turun-temurun;
 ... Keris adalah lambang kemelayuan yang mendukung kedaulatan, kekuasaan, maruah, jati diri, amanah dan
tanggungjawab;
 ...Keris amat unik - dalam cara membuatnya atau cara disepuh, disarung, dipakai, diguna dan ada pantang larang;
 ...Keris bukan seperti kapak yang boleh digunakan untuk menebang atau parang untuk menyembelih.
 ...Keris bukan senjata gunaan seharian untuk ke sawah iadang tetapi untuk ke istana atau ke majlis majlis rasmi;
 ...Keris juga lambang kesatuan bernegara seperti Keris Panjang milik Yang di-Pertuan Agong;
 ...Keris ini ditempa daripada cantuman besi - berasal daripada sebelas bilah keris negeri-negeri di Tanah
 Melayu.
 ...Keris bukan sekadar simbol kekuasaan tetapi juga adalah simbol kesatuan. Masih ramai di kalangan
 rakyat Malaysia yang tidak mengetahui bahawa keris juga merupakan lambang kewibawaan, kebijaksanaan dan
ilmu. Orang yang memakai keris itu orang yang ada hikmah, bijaksana dan berpengetahuan dalam ilmu, bukan
hanya ilmu pendekar dan persilatan sahaja.
 ...Keris dikucup bukan sekadar menerima kuasa tetapi ada kaitan dengan tugas yang datang bersamanya; ada
hubungannya dengan kesediaan menjunjung tinggi tugas yang diwarisi dengan penuh keinsafan dan kejujuran.
 ...Keris dijulang bermakna menjulang kuasa, kedaulatan dan tanggungjawab yang diserahkan dengan
 ikrar untuk berlaku adil dan saksama dalam menunaikan amanah yang diterima;
 ...Keris tidak dihunus tanpa bertempat, Keris dihunus dengan tekad untuk mempertahankan bangsa dan kepentingan
negara, bukan hanya untuk orang Melayu tetapi juga untuk mempertahankan kaum-kaum lain yang bernaung di
negara ini;
 ...Keris Melayu menjadi pelindung kepada semua orang seperti juga kerajaan yang ada pada hari ini yang sentiasa
melindungi rakyat pelbagai kaum yang bernaung di bawahnya. Berteduhlah di bawah perlindungan keris Melayu
yang berdaulat ini. Tiada siapa yang harus gementar atau gugup dengan lambang yang abadi itu," ujarnya.
Source : Utusan Malaysia Online *Malay Vert [Read].
Keris dan Elitisme Kekuasaan
Dari sisi lain, kelemahan dan juga sekaligus kekuatan bagi para Pewaris Keris (the
ruling class), yang merekajuga aristokrat birokratik sering menyandarkan "kekuatan"
pada keris; biasanya tidak mampu melakukan perundingan persahabatan (diplomasi
politik; negosiasi dan kompromi). Karakter mereka lebih suka bersikap "arogan" dalam
menggunakan dan memusatkan kekuasaan (the ruling elite). Memusatkan kekuasaan
dalam situasi tertentu, kondisi negara akan berbahaya jika semakin otoriter, karena
organisasi kehidupan politik semakin terkonsentrasi di tangan elit sekelompok kecil
manusia. Menurut teori tentang elit dan kekuasaan selain ada the ruling elite juga ada
elit tandingan yang mampu meraih kuasa melalui massa; jika elit yang berkuasa
kehilangan kemampuannya untuk memerintah. Dalam hal ini, massa boleh mengawal
atas elit yang berkuasa, tetapi karena mereka tidak begitu acuh dengan permainan kuasa,
tidak boleh diharapkan mereka akan dapat menggunakan pengaruhnya.
Kotak 5: Keris dan Tafsiran Politik
Keris senjata untuk beia semua kaum, kata Pak Lah
Nash Rahman | Nov 7, 0711:34am
Perbuatan menghunus dan mengucup keris adalah
sebahagian dari adat warisan pusaka bangsa tetapi ia
telah ditakrifkan secara sempit dan negatif untuk
menakutkan orang bukan Melayu, kata Perdana Menteri,
Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi.
Isu keris masih belum reda
Nash Rahman | Nov 6, 07 11:37am
Ketua Pergerakan Pemuda, Datuk Seri Hishammuddin
Hussein berkata isu keris terus menjadi polemik yang
masih belum reda sehingga hari ini kerana masih ada
warganegara yang belum memahami kebudayaan bangsa
dan negara sendiri.
Perwakilan Pemuda Gerakan angkat keris
Wong Teck Chi \ Oct 5, 07 5:50pm
Seorang perwakilan Pemuda Gerakan menggamatkan
persidangan tahunan pergerakan itu di Kuala Lumpur
hari ini apabila beliau mengangkat dua bilah keris
'gergasi1 ketika menyampaikan ucapannya
Vilfredo Pareto (1939) seorang teoris elit politik percaya, setiap masyarakat yang
diperintah oleh sekumpulan kecil orang yang mempunyai kualitas tetap diperlukan
kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh. Mereka yang boleh
menjangkau pusat kekuasaan adalah yang terbaik; dikenal sebagai elit; karena
mereka orang-orang yang berhasil, mampu menduduki jabatan tertinggi dalam
lapisan masyarakat. Elit umumnya datang dari kelas yang sama namun terpilih; yaitu
orang-orang yang kaya dan juga pandai, namun mempunyai kelebihan tertentu. Pareto
lebih memusatkan perhatian pada elit yang memerintah; menurut dia berkuasa karena
boleh menggabungkan kuasa dan kelicikan, yang dilihatnya sebagai hal yang sangat
penting. Pareto mengembangkan juga konsep pergantian elit. Dari pandangan ini
dapat dilihat konteks isu keris yang ditimbulkan melalui forum politik, dapat difahami
sebagai bagian dari proses pergantian elit. Di satu sisi, ada upaya untuk tetap
mempertahankan kekuasaan dan kesatuan dengan menunjukkan simbolisme Keris.
Namun, disisi lain, ada pandangan yang memahami sebagai kelemahan dan tantangan
yang perlu diperbaiki, melalui falsafah, prinsip-prinsip dan tindakan politik, satu
diantaranya adalah dengan tetap mempertahankan semua anasir yang wujud dalam keris.
EKSISTENSI DAN SOLUSI
Eksistensi Keris: Falsafah dan Prinsip
Pada masa lalu dan juga sekarang, secara sosial dan politik masih ada kedudukan,
keperluan dan kepentingan Keris da.am eksistensi dan esensi sebuah negara,
antar-negara dan dunia Eksistens, dan esensi Keris adalah Machtentfaltung
(pengembangan, peningkatan dan penyebaran kekuasaan), bersama-sama dengan
kemauan untuk menjaga dan mempertahankan nya.
Upayanya
adalah
menanamkan
kekuatan tertinggi, dengan menunjukkan kebenaran esensinya, di mana sifat istimewanya
untuk mempertahankan kedaulatan. Secara konsepsional kedaulatan bersumber dari
rakyat, sedangkan kekuasaan dan kedaulatan yang wujud dalam Keris memiiki nuansa
untuk memfungsikan keamanan, ketertiban dan kesejahteraan
Fakta menunjukkan, luas dan kompleksnya fenomena Keris dalam konteks politik.
Kedaulatan negara bukan hanya merupakan kesatuan kuasa, tetapi dengan menggunakan
"kuasa Keris" di harapkan mampu memobilisasi rakyat untuk mengekalkan perpaduan
bangsa dan negara. Disinilah letak manfaat politik sebuah Keris, bukan hanya fokus
pada kepentingan kedaulatan negara untuk lebih mengokohkan eksistensi negara; tetapi
juga dapat mengarah kepada perlunya kerjasama antar-bangsa dan negara. Namun
kondisi kini, negara modern diharapkan tidak hanya memiliki kedaulatan, tetapi lebih
cenderung kepada upaya memberikan societal services seperti pengangkutan,
kesehatan, industri, pertanian dan sebagainya. Walaupun gagasan tentang berbagai
services telah melengkapi idea kedaulatan negara, dalam prakteknya diperlukan
keseimbangan ideologi, bahwa kedaulatan negara sama pentingnya dengan puttie
services yang harus diwujudkan melalui usaha-usaha mensejahterakan rakyat.
Dalam konsepsi kesejahteraan, Keris selayaknya merupakan simbol dan sumber nilai
kekuatan pendorong dalam berbagai usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia. Konsep kesejahteraan ini mempunyai makna dan upaya
yang berkaitan dengan kegiatan institusional. Karena itu, dalam paradigma baru; setiap
pemerintah pada suatu negara mempunyai persepsi, interpretasi dan pemahaman yang
berbeda terhadap upaya memajukan manusia (rakyat). Usaha negara dalam
mensejahterakan rakyat, dapat dilakukan dengan andaian:
 Secara institusional, usaha kesejahteraan ditujukan untuk semua anggota masyarakat.
Strategi kesejahteraan yang diamalkan, bukan hanya terfokus pada economic
growth, redistibution, social security, tetapi lebih kepada pendekatan kolektif: who
is welfare for ?
 Perkembangan di banyak negara, kelayakan setiap orang/individu bergantung pada
solidaristic social networks-nya, sehingga perlu upaya memberdayakan aset atau
social capital.
 Globalisasi telah melahirkan perubahan ekonomi dunia, dan meningkatkan industrialisasi.
Gambaran tentang membangun bangsa dan negara sejahtera, hakekatnya memerlukan
upaya kerja keras yang berkesinambungan. Profesionalisme dari berbagai bidang
pembangunan perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mewujudkan cita-cita setiap negara bangsa. Dalam konteks ini, harus
ada kemahiran profesional yang dapat membantu orang menyelesaikan masalah-masalah
mereka sendiri, serta meningkatkan kualitas hidup manusia (M. Fadhil Nurdin, 1986).
Kotak 6: Falsafah Kebangsaan dan Kebaikan
"...seorang muslim yang baik pastilah seorang anggota suatu bangsa yang
baik. Kafau anggota suatu bangsa terdiri dari beragam agama atau
anggota masyarakat terdiri dari berbagai bangsa, hendaknya menghayati
firman-Nya: "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat (arah yang ditujunya), dia
menghadap ke arnh itu. Maka behomba-lombalah kamu (melakukan)
kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu" (Al
Baqarah ayat 148)" (Prof. Dr. M. Quraish Shihab).
Sumber: http://cetak.kompas.com
Peranan Negara: Kepemimpinan dan Harmoni
Fenomena dunia Keris di kawasan nusantara, tidak menunjukkan situasi konflik. Negara
berperan strategis dalam menangani konflik. Kerja sama antar-negara dalam
menyelesaikan konflik masih dapat diselesaikan. Karena itu, perlu dilakukan terobosan
lain untuk memelihara dalam upaya menyelesaikan konflik (walau sekecil apapun), di
negara-negara kawasan nusantara. Meski negara merupakan manifestasi tertinggi
otoritas, tetapi otoritas adalah masalah relasi sosial yang bukan hanya melibatkan
hubungan politis karena masyarakat di luar negara memiliki mekanisme distribusi
otoritasnya sendiri. Jadi, otoritas dalam ruang sosial apapun diperlukan untuk menjaga
tertib sosial (Max Weber, 1978).
Peranan pemimpin (Pewaris Keris) dalam kehidupan bernegara, biasanya masyarakat
mau lebih mendengarkan suara para pemimpin yang secara tradisional memiliki
pengaruh. Disinilah prakarsa perdamaian amat ditentukan oleh bagaimana pemerintah
dalam suatu negara mempersepsi terhadap masalah sosial maupun politik yang
dihadapi
karena
kekuatan
otoritas
dan
legitimasi
yang
dimiliki
mampu
mengorientasikan masyarakat kearah konflik atau damai. Pemimpin harus mampu
mentransformasikan berbagai situasi ketegangan, pertentangan, dan sengketa yang
mudah menjadi konflik kekerasan menjadi kehidupan sosial yang harmoni dan damai.
Kotak 7: Peranan Negara: Kepemimpinan dan Harmoni
Wahbah Az-Zuhaili sebagai pemikir Islam, dalam tesisnya, bahwa perang bukanlah
naluri insani (manusia), tetapi merupakan pengaruh dari kehidupan bermasyarakat.
Tujuan agama, 1) memproklamirkan akidah ketuhanan. 2) menciptakan perdamaian
dan membasmi semua faktor yang bisa memicu peperangan di antara manusia.
Nabj Isa Al Masih mengatakan: "Saya datang ke bumi bukan untuk peperangan,
tetapi untuk perdamaian."
Dari teks-teks agama Islam pun, ada 250 ayat yang isinya anjuran untuk
perdamaian. "Allah pun berfirman, hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian
dalam perdamaian secara total,"
Singkatnya, semua agama sesungguhnya menyerukan perdamaian dan ini
hendaknya menjadi kebanggaan bagi seluruh manusia. "Penyebab perang itu
adalah para pemimpin dunia yang dikuasai sifat sombong dan tamak untuk
menguasa!'
Wahbah mengajak semua negara Islam untuk membuat perjanjian tidak berkonflik
dan memegang teguh perjanjian tersebut. "Yang kita sayangkan, bangsa-bangsa
Barat tidak pemah membiarkan negara-negara Islam bersepakat, bahkan banyak
dari mereka terus berusaha memecah belah umat Islam,"
Para ulama bisa berperan paling depan dalam mewujudkan perdamaian. Pasalnya,
para ulama dianggap kredibel dan bebas dari kepentingan-kepentingan politik.
Sumber : Http://cetak.kompas.com
PENUTUP
Fenomena Keris adalah dunia, melingkupi banyak daerah, kawasan dan negara. Keris
sebagai modal sosial dalam politik merupakan fakta serumpun yang mempunyai isu,
masalah dan tantangan sendiri. Dalam perspektif ini, Keris sebagai social assets dalam
politik memerlukan kajian mendalam, terutama untuk perbaikan domestic condition, dan
pengembangan institutional and organizational networks. Semoga, masa depan menjadi
lebih baik.
RUJUKAN
Buku:
Abdul Rahman Embong (ed), 2007, Social Science & Malaysian National Development, Kuala Lumpur,
Persatuan Sains Sosial Malaysia.
Bodjn, J (1962), The Six Books of A Commonwealth; Brown, CD (1950), John Adam and
the American Revolution;
Jones, G (1973), Sovereignity of the Law: Selection from Blackstone's Commentaries, Franklin,
J.H (1978), John Locke and the Theory of Souveignty; Ramanathan, K. (2003), Asas Sains
Politik.
Mohd Fauzi Yaacob (ed), 2Q06, Malaysia, Menangani Perubahan dan Pembangunan, Kuala Lumpur,
Universiti Malaya. Muhamad Fadhil Nurdin, 1986, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Bandung,
Angkasa.
Siti Hajar Abu Bakar Ah, 2006, Kebajikan Sosial, Aplikasi dalam Perkhidmatan Manusia, Kuala
Lumpur, Universiti Malaya.
David van Duuren, The Kris; An Earthy Approach to a Cosmic Symbol. Wijk en Aalburg (The
Netherlands): Pictures Publishers, 1998.
David van Duuren, Krisses; A Critical Bibliography. Wijk en Aalburg (The Netherlands): Pictures
Publishers, 2002.
Edward Frey, The Kris; Mystic Weapon of the Malay World. Selangor Darul Eshan: Oxford
University Press, 2003.
Jurnal:
Mitra, Arup, Social Capital, Livehood and Upward Mobility, Habitat International, 32. (2008), 261-269.
Website:
http.7/cetak. kompas, com
Utusan Malaysia Online *Malay Ver [Read].
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
www.geocities.com/javakeris/front.htm
www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/sarwo-edhie-wibowo/index.shtml
Download