PATOLOGI PROSES PERADANGAN Di Susun : Nurul Khanifah

advertisement
PATOLOGI
PROSES PERADANGAN
Di Susun :
Nurul Khanifah
(P27228014037)
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang terkoodinasi dengan
baik yang dinamis dan kontinyu.Untuk menimbulkan reaksi peradangan, maka jaringan
harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.Jika jaringan yang
nekrosis luas, maka reaksi jaringan tidak ditemukan ditengah jaringan, tetapi pada
tepinya, yaitu antara jaringan mati dan jaringan hidupdengan sirkulasi yang utuh.Juga jika
cidera yang langsung mematikan hospes, maka tidak ada petunjuk adanya reaksi
peradangan, karena untuk timbulnya reaksi peradangan diperlukan waktu.
Radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang
mengalami cedera, seperti karena terbakar atau terinfeksi. Radang atau inflamasi
merupakan satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin,bradikinin, serotonin, leukotrien, dan
prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam
sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
B.Rumusan Masalah
1.Pengertian peradangan ?
2.Gambaran Makrokopis peradangan akut?
3.Aspek cairan pada peradangan ?
4.Aspek Seluler pada peradangan?
5.Jenis dan fungsi leukosit?
6.Bentuk Peradangan ?
7.Faktor-faktor yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhannya?
8.Aspek sistemik dari peradangan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Peradangan
Radang adalah Secara khusus, peradangan adalah reaksi vaskuler yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat terlarut pada sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstisial pada daerah cidera atau nekrosis.
B. Gambaran Makrokopis peradangan akut
Peradangan akut adalah respon langsung dari tubuh terhadap cidera atau kematian
sel.
Gambaran ini diantaranya :
Rubor (kemerahan) : Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.Timbulnya
hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara
neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamine.
Kalor (panas): Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, sebab darah (pada suhu 370 C) yang disalurkan tubuh ke
permukaan daerah yang terkena lebih lebih banyak dari pada yang disalurkan
kedaerah normal.
Dolor (nyeri): reaksi peradangan dapat disebabkan oleh beberapa hal,
misalnya, bahan pH lokal atau kongesti lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. pembengkakan jaringan yang meradang juga dapat
mengakibatkan penigkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi juga dapat
menimbulkan nyeri.
Tumor (pembengkakan): Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman
cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-jaringan interstisial. Campuran
dari cairan dan sel yang tertimbun paada daerah peradangan disebut eksudat, pada
keadaan dini reaksi peradangan , sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang
terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel
darah putih atau leukosit meninggalkan aliaran darah dan tertimbun sebagai
bagian dari eksudat.
Function laesa (perubahan fungsi): Functio laesa atau perubahan fungsi
adalah reaksi peradangan yang telah dikenal. Sepintas lalu, mudah dimengerti,
mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dart lingkungan
kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Namun sebetulnya kita
tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang
meradang itu terganggu.
C. Aspek cairan pada peradangan
Di dalam pembuluh darah /kapiler akan dilewati oleh molekul –molekul
kecil,sedangkan molekul besar seperti protein akan tertahan di dalam kapiler. Sifat
pembuluh yang semipermeabel ini menyebabkan gaya osmotik yang cenderung
untuk menahan cairan dalam pembuluh. Hal ini juga diimbangi oleh dorongan
keluar dari tekanan hidrostatik didalam pembuluh.Pergeseran cairan dalam reaksi
peradangan sangat cepat.
Perubahan permeabilitas pembuluh darah akan menyebabkan cairan keluar
dan masuk kedalam ruang interstitial.Cairan yang keluar ini disebut exudat yang
disebabkan oleh radang sedang yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi disebut
Transudat.
D.ASPEK SELULER PADA PERADANGAN
1. Marginal dan Emigrasi
Hal menyebabkan leukosit akan mengalami marginasi, yaitu bergerak
kebagian arus perifer sepanjang aliran pembuluh darah,dan mulai melekat pada
endotel. Akibatnya pembuluh darah tampak seperti jalan berbatu, peristiwa ini
disebut dengan emigrasi.
2. Kemotaksis
Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang atau
yang terkena kuman yang disebabkan oleh sinyal kimia.
3.Mediator peradangan
Banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen akibat peradangan.
Mediator dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok:
Amina vasoaktif
Substansi yang dihasilkan oleh sistem enzim plasma
Metabolit asam arakhidona
Berbagai macam produk sel
4. Histamine
yang mampu menghasilkan vasodilatasi dan penigkatan permeabilitas
vaskuler.Sebagian besar histamin disimpan dalam sel mast yang tersebar luas
dalam tubuh.
5.Factok-faktor plasma
Plasma darah adalah sumber yang kaya akan sejumlah mediator penting. Agen utama
yang mengatur sistem ini adalah faktor Hageman (faktor XII), yang berada dalam plasma,
dalam bentuk tidak aktif dan dapat diaktifkan oleh berbagai cidera
6.Metabolit asam arakhidonat
Berasal dari banyak fosfolipid membrane sel, ketika fosfolipid diaktifkan oleh
cidera atau mediator lain. Asam arakhidonat dapat dimetabolisasikan dalam dua jalur
yang berbeda, yaitu jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase, menghasilkan
sejumlah prostaglandin, trombokson dan leukotrin.
E. JENIS DAN FUNGSI LEUKOSIT
1.Granulosit
Terdiri dari netrofil, eosinofil dan basofil yang memiliki granula dalam
sitoplasma.
Netrofil berasal dari sumsum tulang yang mampu bergerak aktif seperti
amoeba dan mampu
menelan berbagai zat (fagositosis).
Eosinofil ,meningkatnya jumlah pada saat alergi dan infeksi penyakit oleh
agen parasit ,karena
mengandung mayor basic protein yang toxic terhadap parasit.
Basofil berasal dari sumsum tulang seperti granulosit lainnya.Basofil
darah dan sel mast jaringan
dirangsang untuk melepaskan kandungan granulanya kedalam lingkungan
sekitarnya pada
berbagai keadaan cidera, baik rekasi imunologis maupun reaksi nonspesifik.
2. Monosit
Merupakan bentuk monosit yang berbeda dari granulosit, karena susunan
morfologi intinya dan sift sitoplasmanya yang relatif agranular. Sel yang sama,
yang terdapat dalam pembuluh darah disebut juga dengan monosit, dan jika
terdapat dalam eksudat, disebut dengan makrofag.
Makrofag
mempunyai
fungsi
yang
sama
denganfugsi
netrofil
polimorfonuklear, dimana makrofag adalah sel yang bergerak aktif yang memberi
respon terhadap rangsang kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta
mencerna berbagai agen.
3. Limfosit
Leukosit yang telah dimobilisasi tidak hanya menangkap mikroba yang
menyerbu, tetapi juga menghancurkan sisa jaringan hingga proses perbaikan dapat
dimulai.
F.
1.
BENTUK PERADANGAN
Eksudat nonseluler
Eksudat serosa
Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa, yang pada
dasarnya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah saat
radang. Terjadi bila adanya iritasi ringan pada membrane mukosa dan serosa.
Eksudat fibrinosa
Komponen utama eksudat adalah fibrin.ini menandakan peradangan
angkut yang cukup berat .Jaringan terlihat kaku,kusam dan berwarna putih
kuning.
Eksudat misinosa
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat
sel-sel yang dapat mensekresi musin. Eksudat ini merupakan sekresi sel, bukan
dari bahan yang keluar dari pembuluh darah.Contoh eksudat ini adalah pilek yang
disertai berbagai infeksi pernapasan bagian atas.
2.
Eksudat seluler
Eksudat netrofilik
Disebut juga dengan purulen yang terbentuk akibat infeksi bakteri.Infeksi bakteri
sering menyebabkan konsentrasi netrofil yang luar biasa tingginya didalam
jaringan, banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis
yang kuat kesekitarnya.
Eksudat campuran
Campuran
eksudat
seluler
dan
nonseluler,
dinamakan
sesuai
dengan
campurannya.Misalnya, eksudat fibrinopurulen terdiri dari fibrin dan netrofil
polimorfonuklear
3.
Peradangan granulamatosa
Jenis radang ini ditandai dengan pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan
pengelompokannya menjadi gumpalan nodular yang disebut granuloma.
G.
FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PERADANGAN
DAN
PENYEMBUHAN
Proses peradangan bergantung pada sirkulasi yang utuh ke daerah yang terkena.
Jadi, jika ada defisiensi suplai darah kedaerah yang terkena, maka proses peradangannya
sangat lambat, infeksi yang menetap dan penyembuhan yang jelek.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka akibat cidera atau daerah
peradangan lainnya, salah satunya adalah bergantung pada poliferasi sel dan aktivitas
sintetik, khususnya sensitif terhadap defisiensi suplai darah lokal dan juga peka terhadap
keadaan gizi penderita.
Penyembuhan juga dihambat oleh adanya benda asing atau jaringan nekrotik
dalam luka, oleh adanya infeksi luka dan immobilisasi yang tidak sempurna.
Komplikasi pada penyembuhan luka kadang-kadang terjadi saat proses
penyembuhan luka. Jaringan parut mempunyai sifat alami untuk memendek dan menjadi
lebih padat, dan kompak setelah beberapa lama.Akibatnya adalah kontraktur yang dapat
membuat dareah menjadi cacat dan pembatasan gerak pada persendian.
Komplikasi penyembuhan yang kadang-kadang dijumpai adalah amputasi atau
neuroma traumatik, yang secara sederhana merupakan poliferasi regeneratif dari serabut-
serabut saraf kedalam daerah penyembuhan dimana mereka terjerat pada jaringan parut
yang padat.
H. ASPEK SISTEMIK DARI PERADANGAN
Demam adalah fenomena umum yang sering terjadi sejajar dengan proses
peradangan lokal, yang manular maupun yang tidak manular. Penyebab demam adalah
dilepaskannya pirogen endogendari netrofil dan makrofag.Zat-zat ini mempengaruhi
pusat pengaturan suhu dihipotalamus. Hal lain yang mencolok yang mengikuti proses
peradangan lokal adalah perubahan-perubahan hematologis yang biasa ditemukan.
Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan yang mempengaruhi proses
pendewasaan (maturasi) dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang
mengakibatkan kenaikan jumlah suatu leukosit, kenaikan ini disebut dengan leukositas.
Pada cidera yang hebat, gejala berupa malaise, anoreksia dan ketidakmampuan
melakukan sesuatu yang beratnya berbeda-beda, bahkan sampai tidak berdaya melakukan
apapun.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Radang merupakan suatu manifestasi dari suatu penyakit.Radang juga
sebagai reaksi tubuh yang menguntungkan karena sebagai penghancuran
mikroorganisme yang masuk dan pembuatan dinding pada rongga akses, radang juga
dapat mencegah penyebaran infeksi.
Sedangkan reaksi merugikannya bagi tubuh ialah secara seimbang radang juga
memproduksi penyakit.Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori
jaringan yang permanen dan menyebabkan gangguan fungsi.
B.Referensi
Dauzbiotekhno.2013.patologi radang;
http://dauzbiotekhno.blogspot.com/2013/03/patologi-radang.html
Monita Sugianto,2010,proses inflamasi atau
peradangan;http://nanto14.blogspot.com/2010/03/proses-inflamasi-atauperadangan.html, diakses 14February 2013
TUGAS PATOLOGI 2
1.Apakah yang dimaksud dengan innate immunity ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Adactive /acquired immunity ?
3. Apakah yang dimaksud dengan immune memory ?
4 Apakah yang dimaksud dengan system imun pasif?
5.Apakah yang terjadi saat imflamasi ?
Jawab!
1. Innate immunity (bawaan) merupakan mekanisme pertahanan nonspesifik
yang terdiri atas garis pertahanan awal meliputi permukaan luar tubuh dan
membran mukosa. Tubuh dapat melindungi diri tanpa harus terlebih dulu
mengenali atau menentukan identitas organisme penyerang. Ini berarti sel-sel
dari sistem imun turunan mengenali dan merespon patogen dalam cara yang umum,
namun tidak seperti sistem imun adaptif, sistem imun turunan tidak menyediakan
kekebalan yang protektif dan jangka panjang bagi organisme yang memilikinya.
Sistem imun turunan menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan
dapat ditemukan pada semua tumbuhan dan hewan.
2.
Adaptive/acquired immunity merupakan mekanisme pertahanan spesifik
sistem kekebalan tubuh yang meliputi limfosit dan antibodi. Molekul asing yang
mendatangkan respon spesifik dari limfosit disebut antigen. Salah satu cara
antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan
antibodi. Sel B dan sel T dapat mengenali antigen spesifik karena memiliki
reseptor pada membran plasmanya. Sel-sel B dan sel-sel T, bersama-sama
mengenali antigen dengan jumlah yang tidak terbatas, tapi, masing-masing
individu sel hanya mengenali satu jenis antigen. Ketika satu antigen berikatan
dengan sel B atau sel T, maka sel tersebut akan berproliferasi (berkembangbiak,
perbanyak diri) dan membentuk klon sel-sel efektor (umurnya lebih pendek). Sel
tersebut dirangsang untuk memperbanyak diri menjadi sel efektor yang identik
yang disebut sel plasma oleh antigen yang ‘menyeleksi’ sel B tadi. Sel plasma
selanjutnya mensekresi antibodi yang spesifik untuk antigen tadi, ke dalam sistem
sirkulasi. Selain sel efektor, juga dibentuk sel memori; Sel T pembantu adalah
kekuatan pendorong utama dan regulator utama pertahanan kekebalan tubuh; Selsel dendritik "pemakan" sel dan melahap penyusup, seperti granulosit dan
makrofag. Seperti halnya makrofag, sel dendritik juga mengaktivasi sisa dari
sistem kekebalan tubuh. Serta mampu menyaring cairan tubuh untuk
membersihkan cair dan tubuh dari organisme dan partikel asing; Antibodi terdiri
dari sekelompok protein serum globuler yang disebut immunoglobulin
3.
Sel immune memory merupakan hasil diferensiasi sel limfosit T menjadi
sel T memori (memory T cell). Sel T memori diproduksi untuk “mengingat”
antigen yang telah masuk ke dalam tubuh. Jika kelak antigen yang sama
menyerang tubuh kembali, maka dengan adanya sel T memori akan terjadi
respons sekunder yang lebih cepat dan kuat. Akibatnya, sering antigen telah
dihancurkan sebelum terjadi demam atau radang. Sel memori ini berumur lebih
panjang dikarenakan fungsinya dalam mendeteksi/melawan antigen jika suatu
waktu terdapat antigen yang sama yang masuk ke dalam tubuh tadi. Memori sel T
membawa kekebalan tubuh jangka panjang atau ‘memori’ dari patogen penyebab
infeksi dan hadir setelah infeksi apapun. Memori sel T umumnya tidak mampu
melawan infeksi secara langsung, tapi mereka memungkinkan tubuh untuk
bereaksi dengan cepat dan mengendalikan patogen diakui bila ditemui kemudian.
Jika memori T sel mengenali patogen yang mereka hasilkan molekul kurir, yang
dikenal sebagai sitokin.Sitokin ini menarik sel T memori untuk daerah yang
memulai proliferasi dari sel-sel memori melalui pembelahan sel lainnya,
menghasilkan sel T efektor.
4.
Sistem imun pasif merupakan sistem kekebalan/imunitas yang sifatnya
sementara, terbagi atas kekebalan tubuh pasif alami berupa antibody dari ibu ke
bayi melalui ASI, antibody wanita hamil yang masuk ke janin melalui plasenta;
dan kekebalan tubuh pasif buatan/artifisial dengan pemberian antibody individu
disuntikkan ke individu lain sebagai serum.
5.
Proses yang terjadi pada respon inflamasi/peradangan yang merupakan
respon imun terhadap infeksi ditandai dengan kemerahan dan bengkak yang
diakibatkan oleh peningkatan aliran darah ke jaringan. Respon peradangan akibat
jaringan yang terluka akan mengeluarkan prostaglandin, dihasilkan pula histamin
yang diproduksi oleh sel darah putih (basofil) dan sel mast pada jaringan ikat)
yang menyebabkan aliran darah akan meningkat ke tempat atau bagian tubuh yang
terluka untuk membantu proses penggumpalan darah (agar luka tertutup) sehingga
mencegah bakterimasukkedalamsistemsirkulasi.
Download