ii. tinjauan pustaka

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Keuangan.
Kinerja keuangan adalah suatu alat analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2010).
Mengukur kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu
yang dapat mengukur sejauh mana pencapaian yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam melihat organisasi perusahaan
dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam
bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengkur besarnya tanggung
jawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah, sebab ada yang
dapat diukur dengan mudah dan ada juga yang tidak dapat diukur
(Anggari,2011).
2.2. Laporan Keuangan.
Menurut Munawir (2007), laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat analisis untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut Myer
dalam Munawir (2007), laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh
akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah
daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar
rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahakan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar
laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan). Sedangkan menurut Brigham dan
Houston (2010), laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas kerja
dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk
memikirkan aset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut. Berdasarakan
pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah berupa catatan angka-angka yang disusun berdasarkan proses akuntansi
6 pada suatu perusahaan yang dapat dijadikan sebagai data laporan atas kegiatan
yang telah dilakukan perusahaan dalam satu periode.
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara
periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi
laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu
progress report dan menurut Munawir (2007), laporan keuangan terdiri dari
data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara lain:
1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan
keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti
jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang
disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang
maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos
ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi di masa lampau dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam
pos-pos yang dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya
peristiwa tersebut.
2. Prinsip-prinsip
dan
kebiasaan-kebiasaan
di
dalam
akuntansi
(accounting convention and postulate), berarti data yang dicatat itu
didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan
dengan tujuan memudahkan pencatatan dan untuk keseragaman.
3. Pendapat pribadi (personal judgement), walaupun pencatatan transaksi
telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah
ditetapkan dan sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun
penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung
daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Suatu hal yang penting yaitu bahwa baik prosedur, anggapan-anggapan,
kebiasaan-kebiasaan maupun pendapat pribadi yang telah digunakan harus
dipertahankan secara terus menerus atau secara konsisten dari tahun ke tahun.
Namunn dalam hal ini tidak berarti bahwa prosedur, kebiasan, maupun
pendapat pribadi yang digunakan tidak boleh diubah. Jika suatu ketika
7 manajemen ingin merubah prosedur, kebiasaan maupun pendapat pribadi yang
telah dipakai, harus dijelaskan dalam laporan keuangan sehingga mereka yang
membaca laporan itu dapat mengetahui dengan jelas dasar mana yang
sesungguhnya digunakan dalam laporan keuangan yang bersangkutan.
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi
laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menujukkan jumlah
aktiva, hutang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu,
sedangkan perhitungan laporan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu
dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau
alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam
prakteknya sering diikut-sertakan kelompok lain yang sifatnya membantu
untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut (Munawir,2007). Namun dalam
penelitian ini laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan
laba rugi.
2.2.1. Laporan Neraca.
Menurut Munawir (2007), Neraca adalah laporan yang sistematis tentang
aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Jadi
tujuan neraca adalah untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan
pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup
dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender,
sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet. Sedangkan menurut
Brigham dan Houston (2010), neraca adalah suatu laporan mengenai posisi
keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu.
Jadi neraca merupakan laporan keuangan harta atau kekayaan perusahaan
atau keadaan posisi keuangan pada tanggal tertentu. Neraca akan memberikan
informasi mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan
memperlihatkan bagian yang dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam
dari kreditor untuk suatu jangka tertentu. Dengan demikian neraca terdiri dari
tiga bagian yaitu aktiva, hutang, dan modal (Munawair, 2007).
Menurut Munawir (2007) aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan
yang berwujud saja maupun kekayaan perusahaan yang tidak berwujud. Pada
8 dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva
lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva
lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang
tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu
tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Aktiva tidak
lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau
jangka panjang (mempuyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak
akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan
dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang
jangka panjang). Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan
dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan
yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) lebih dari satu tahun
(Munawir,2007).
Komponen yang terakhir adalah modal, menurut Munawir (2007) modal
adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan.
Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh
hutang-hutangnya.
2.2.2. Laporan Rugi Laba.
Laporan rugi laba adalah laporan yang merangkum pendapatan dan beban
perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu
tahun. Sedangkan menurut Munawir (2007), laporan rugi laba adalah suatu
laporan yang sistimatis tentang penghasilan biaya, laba rugi yang diperoleh
oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada
keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap perusahaan, namun
prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:
9 1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau service) diikuti
dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga
diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari
penjualan dan biaya umum atau administrasi.
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar operasi
pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar
usaha pokok perusahaan.
4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil sehingga
akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
2.3. Analisis Laporan Keuangan.
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan terdiri
dari mempelajari hubungan-hubungan atau kecenderungan untuk menentukan
posisi keuangan dan hasil operasi perkembangan perusahaan yang
bersangkutan (Munawir, 2007). Dengan menganalisa laporan keuangan suatu
perusahaan dapat diketahui kinerja keuangan dari perusahaan tersebut.
Sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan perusahaan dan kemudian
menggunakan infornasi ini untuk meningkatkan kinerja keuangan.
Menurut Munawir (2007), dalam menganalisis dan menilai posisi
keuangan dan potensi-potensi kemajuan perusahaan, faktor utama yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan
tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid
dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan
tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat
pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang
10 lancarnya atau hutang jangka pendeknya. Sebaliknya tidak dapat
segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih (jatuh
tempo), berarti perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid.
Dengan demikian likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
Kewajiban
digolongkan
keuangan
suatu
perusahaan
pada
dasarnya
dapat
menjadi
dua,
yaitu
kewajiban
keuangan
yang
berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur) dan kewajiban
keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (intern
perusahaan). Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan atau
kreditur dinamakan ”likuiditas badan usaha”, sedangkan yang
berhubungan dengan pihak intern atau proses produksi dinamakan
”likuiditas perusahaan”.
2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya, apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan,
baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu
perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut mempunyai
kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutanghutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih
kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan insolvabel.
Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang likuid menunjukkan
keadaan keuangan yang kurang baik karena kedua-duanya pada suatu
waktu akan menghadapi kesulitan keuangan. Perusahaan yang ilikuid
akan segera mengalami kesulitan keuangan walaupun perusahaan
tersebut dalam keadaan solvabel, sebaliknya kalau perusahaan dalam
keadaan insolvabel tetapi likuid tidak akan segera mengalami kesulitan
keuangan dan kesulitan keuangan baru timbul kalau perusahaan itu
dibubarkan.
3. Profitabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu
11 perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan
menggunakan
aktivanya
profitabilitas
suatu
secara
perusahaan
produktif.
Dengan
dapat
diketahui
demikian
dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
4. Stabilitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melakukan
usahanya
dengan
stabil
yang
diukur
dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutanghutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan
untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham
tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
2.3.1. Analisis Trend
Menurut Munawir (2007), Analisis trend atau tendensi posisi dan
kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend
percentage analysis) adalah suatu metode atau teknik analisa untuk
mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan
tensensi tetap, naik atau bahkan menurun.
Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase (trend
percentages) diperlukan dasar pengukurnya atau tahun dasarnya. Biasanya
data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan
keuangan yang dianalisis tersebut dianggap sebagai tahun dasar.
Menurut Munawir (2007), tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan
keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka index 100,
sedangkan pos-pos yang sama dari periode-periode yang dianalisis
dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar
dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang
dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan
tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara
masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya.
12 2.3.2. Analisis Rasio
Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan
keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi
keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan.
Menurut Munawir (2007), rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain. Sedangkan menurut Riyanto (2008), pengertian rasio itu
sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam ”arithmatical terms” yang
dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data
keuangan.
Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas (Riyanto,2008), yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahan untuk memenuhi seluruh
kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas yaitu
rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan
posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk
mengecek modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat
apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar
tepat pada waktunya, memelihara modal kerja yang cukup untuk
operasi normal, membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan dan
memelihari tingkat kredit yang menguntungkan. Analisis likuiditas
pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut:
a.
Current Ratio
Perbandingan antara junlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh
tuntutan atau tagihan dari para kreditur segera dapat berubah
menjadi tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo
hutang atau tagihan tersebut.
13 b.
Quick Ratio
Rasio yang dihitung degan menggunakan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan persediaan dibagi dengan hutang lancar.
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak
likuid dan unsur tersebut seringkali merupakan kerugian jika
terjadi likuiditas. Oleh karena itu, rasio cepat merupakan ukuran
penting untuk mengetahui kemamapuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan
penjualan persediaan.
c.
Cash Ratio
Rasio yang dihitung dari penjumlahan atas kas dan efek yang
dibagi dengan hutang lanacar. Rasio menunjukan kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas
yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera
diuangkan.
d.
Working Capital to Total Assets Ratio
Rasio yang dihitung atas pegurangan aktiva lancar dengan hutang
lancar yang nantinya dibagi dengan jumlah aktiva. Rasio ini
untukmenghitung likuiditas dari total aktiva dan posisi moda
kerja.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu
perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva
yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Kondisi
keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya
kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio-rasio
yang umum digunakan dalam rasio solvabilitas antara:
a. Total Debt to Capital Assets
Mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk
mendanai pembelian, investasi atau aktiva perusahaan. Semakin
besar nilai rasio berarti semakin besar resiko yang ditanggung
14 perusahaan. Semakin kecil nilainya berarti semakin baik karena
jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil.
b. Total Debt to Equity Ratio
Perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek
maupun
jangka
panjang
dengan
jumlah
modal
sendiri
perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka
kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin
rendah demikian pula sebaliknya
c. Long Term Debt to Equity Ratio
Perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Semakin besar nila rasio ini, maka kemampuan modal
sendiri untuk menjamin hutang jangka panjang semakin rendah
demikian juga sebaliknya.
d. Tangible Assets Debt Coverage
Untuk mengukur sejauh mana besarnya aktiva tetap tangible
yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang. Jika
nilai nya semakin kecil kurang mendekati angka nol, maka
semakin kecil aktiva tangible yang dapat menjamin hutang
jangka panjang.
e. Time Interest Earned Ratio
Untuk mengukur besarnya jaminan keuntungan untuk membayar
bunga utang jangka panjang. Semakin besar nilainya, maka
semakin besar yang dijaminnya.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan
sumber-sumber dananya. Rasio aktivitas terdiri dari:
a. Total Assets Turnover Ratio
Memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan
untuk menghasilkan penjualan. Dengan kata lain adalah
kecepatan berputarnya total aktiva dalam satu periode tertentu.
Semakin cepat perputarannya yang ditunjukkan dengan angka
15 rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan
dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisiensi untuk
menghasilkan penjualan.
b. Receivable Turnover Ratio
Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan
besarnya piutang yang belum ditagih. Perusahaan yang
mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan
mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah.
Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan
prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah
dan rasionya tinggi
c. Average Collection Peroid
Memberikan gambaran tentang berapa periode rata-rata yang
diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
d. Inventory Turnover
Memberikan gambaran tentang kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu.
e. Average Day’s Inventory
Memberikan
gambaran
tentang
berapa
periode
rata-rata
persediaan barang berada di gudang.
f. Working Capital Turnover
Memberikan gambaran tentang kemampuan modal kerja berputar
dalam suatu oeriode siklus kas dari perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profabilitas menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijakan
dan keputusan-keputusannya. Rasio profitabilitas terdiri dari:
a. Gross Profit Margin
Rasio ini mengukur ukuran persentase dari hasil sisa penjualan
sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin
tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin
rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi
pengendalian
harga
pokok
atau
biaya
produksinya,
16 mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisiensi.
b. Net Profit Margin
Rasio
ini
mencerminkan
kemampuan
manajemen
untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi
/usaha, beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan.
Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa
penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran.
c. Rate of Return On Investment
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan. Rasio ini juga membandingkan laba operasional
dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
kondisi perusahaan yang semakin baik.
d. Operating Profit Margin
Menggambarkan tentang laba operasi sebelum bunga dan pajak
(neto operating income) yang dihasilkan oleh setiap rupiah
perusahaan.
e. Operating Ratio
Menggambarkan tentang seberapa banyak biaya operasi dalam
setiap rupiah penjualan.
f. Rate of Return an Total Assets
Menggambarkan
tentang
kemampuan
dari
modal
yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham).
g. Rate of Retur on Net Worth (ROE)
Menggambarkan tentang kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferan dan
saham biasa.
17 2.3.3. Analisis Dupont
Menurut Brigham dan Houstoun (2010), Du Pont merupakan bagan yang
dirancang untuk menunjukkan hubungan diantara tingkat pengembalian atas
investasi, perputaran aktiva, marjin laba dan hutang bahwa tingkat
pengembalian atas aset dapat diperoleh dari perkalian marjin laba dengan
perputaran total aset.
Pada dasarnya persamaan dalam bagan Du Pont memperlihatkan interaksi
antara marjin laba bersih, perputaran total aktiva dan penggunaan hutang yang
digunakan untuk mendanai aktiva yang akibatnya menentukan tingkat
pengembalian modal sendiri. Pada sisi kiri bagan Du Pont digunakan untuk
menghitung profitabilitas perusahaan yaitu marjin laba bersih atas penjualan.
Berbagai biaya didaftarkan dan dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya
dan kemudian dikurangkan dari penjualan untuk menghasilkan laba bersih
perusahaan. Laba bersih dibagi dengan penjualan akan menghasilkan marjin
laba bersih. Pada sisi kanan bagan Du Pont menyajikan aktivitas perusahaan
dilihat dari berbagai aktiva dan kemudian membagi penjualan dengan total
aktiva untuk memperoleh perputaran total aktiva yaitu berapa kali perusahaan
memanfaatkan aktivanya setiap tahun.
18 TINGKAT PENGEMBALIAN
EKUITAS (R0E)
1‐ Rasio Hutang
Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA)
Margin Laba Bersih Laba Bersih dibagi
dibagi
dikali
Penjualan Perputaran Total Aktiva Penjualan dibagi
Total Aktiva Penjualan dikurangi
Aktiva Lancar
Total Biaya Harga Pokok Penjualan Biaya Operasi Tunai Depresiasi
Biaya Bunga
Aktiva Tetap Aktiva Lain
Kas dan Surat Berharga Piutang Dagang Persediaan Aktiva Lancar Lainnya Pajak
Gambar 1. Kerangka analisis Du Pont (Sawir dalam Suseno,2010)
19 2.4. Penelitian Terdahulu
Suseno (2010) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan PT.
Bimatama Indonesia Estetika dengan menggunakan analisis trend, analisis
common size, analisis rasio dan analisis Du Pont. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan
jangka pendek menunjukkan bahwa hutang lancar dan aktiva lancar
mengalami peningkatan. Sementara, kondisi keuangan jangka panjangnya
menujukkan kecenderungan meningkat dalam dua tahun terakhir. Sedangkan
berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukkan
keadaan kurang likuid dan kurang solvabel. Berdasarkan hasil analisis Du
Pont, kinerja perusahaan selama lima tahun menunjukkan fluktuasi. Faktor
internal yaitu harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan yang cukup
besar. Sedangkan perusahaan sejenis (kompetitor) dan kondisi perekonomian
merupkan faktor eksternalnya. Perbedaan terhadap penelitian penulis bahwa
penulis tidak menggunakan analasis common size seperti yang dilakukan
Suseno.
Anggari (2011) melakukan penelitian kinerja keuangan PT. Musi Hutan
Persada Muara enim dengan menggunakan analisis trend, analisis rasio, dan
analisis Du Pont. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Perkembangan
keuangan PT. Musi Hutan Persada selama 4 tahun pengamatan dengan
menggunakan analisis trend pada sisi aktiva mengalami peningkatan secara
fluktuatif. Sedangkan hasil analisis rasio memperlihatkan tingkat likuiditas
perusahaan cenderung menurun, sedangkan tingkat solvabiltas cukup
beresiko, tingkat profitabilitas perusahaan cenderung mengalami peningkatan,
dan hasil analisis Du Pont, perkembangan kinerja keuangan perusahaan
cenderung meningkat. Faktor internal perusahaan yang mempengaruhi antara
lain yaitu penjualan, biaya dan aktiva serta sumber daya manusia, sedangkan
faktor eksternal seperti cuaca dan pihak lain yang ikut bekerja sama dengan
PT. Musi Hutan Persada serta pemerintah yang sifatnya sementara dan tidak
bisa dikendalikan oleh perusahaan. Perbedaan terhadap penelitian penulis
bahwa penulis menggunakan perbandingan dengan rataan industri dalam
analisis rasio.
Download