EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK

advertisement
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN
KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA BENTUK LAHAN ASAL VOLKANIS
DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG
Ainun Zahriyah
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Negeri Malang
e-mail: [email protected]
ABSTRAK: Kecamatan Pasrujambe adalah salah satu kecamatan di
Kabupaten Lumajang yang memiliki bentuk lahan asal Volkanis dan
merupakan daerah yang banyak mengembangkan tanaman kopi Robusta yang
bernilai ekonomis. Luas lahan perkebunan rakyat total untuk tanaman kopi
Robusta di Kecamatan Pasrujambe pada tahun 2010 adalah 732 Ha dengan
nilai produktivitasnya sebesar 550 Kg/Ha/Tahun. Nilai produktivitas tersebut
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman kopi
Robusta di Kecamatan Tempursari yang luas lahannya lebih kecil. Perkebunan
kopi di beberapa desa di Kecamatan Pasrujambe juga ditanam pada lahan
curam, hal ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya erosi. Jika kegiatan
budidaya tanaman kopi terus dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan evaluasi
kesesuaian lahan maka dapat merugikan penggunanya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik lahan dan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk
tanaman kopi Robusta di Kecamatan Pasrujambe. Dengan menggunakan
metode purposive sampling, maka dari dua puluh unit lahan yang ada, dipilih
lima unit lahan sebagai sampel penelitian. Metode analisisnya adalah
membandingkan (matching). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta pada bentuk lahan asal Volkanis
di Kecamatan Pasrujambe pada unit lahan 1.A.I.K adalah cukup sesuai (S2nr),
pada unit lahan 2.B.I.K adalah cukup sesuai (S2oa, nr, eh), pada unit lahan
2.B.II.K adalah cukup sesuai (S2nr, eh), pada unit lahan 2.B.III.K adalah sesuai
marginal (S3rc, eh) dan pada unit lahan 4.D.I.K adalah sesuai marginal (S3rc).
Kata kunci: evaluasi kesesuaian lahan, kopi robusta, bentuk lahan asal volkanis
Kopi Robusta (Coffea canephora)
kurang lebih 3 bulan, masa kering tersebut
merupakan salah satu jenis kopi yang banyak
sangat diperlukan karena kopi Robusta
dibudidayakan oleh penduduk karena kopi
melakukan penyerbukan silang. Curah hujan
Robusta lebih mudah dibudidayakan jika
yang paling baik untuk tanaman kopi adalah
dibandingkan dengan tanaman kopi Arabika.
daerah yang mempunyai curah hujan optimal
Syarat tumbuh kopi Robusta antara lain dapat
antara 2000 sampai 3000 mm per tahun
ditanam pada ketinggian 0-1000 m dpl, tetapi
(Mulyana, 1982:22).
ketinggian optimal adalah 400-800 m dpl.
Kecamatan Pasrujambe merupakan
Temperatur rata-rata antara 21oC – 24oC.
salah satu kecamatan di Kabupaten
Kopi Robusta memerlukan masa kering
Lumajang yang juga mengembangkan
1
2
tanaman kopi. Produk pertanian kopi yang
tahun 2010 sebesar 732 Ha yang berarti
sedang dikembangkan oleh pemerintah
masih 7,5 % dari total luas Kecamatan
Kecamatan Pasrujambe adalah produk
Pasrujambe. Perkebunan kopi rakyat ini
pertanian kopi organik. Hal ini dikarenakan
memiliki luas tanaman menghasilkan (TM)
kondisi pasar saat ini yang cenderung
sebesar 669 Ha dan luas tanaman rusak (TR)
meminati produk pertanian organik, sehingga
sebesar 28 Ha. Produktivitas tanaman kopi di
perlu adanya inovasi untuk menjadikan
Kecamatan Pasrujambe sebesar 550
tanaman kopi sebagai salah satu produk
Kg/Ha/Tahun, nilai produktivitas tersebut
pertanian organik yang bernilai ekonomis
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan
yang juga akan berpengaruh pada
produktivitas tanaman kopi di Kecamatan
peningkatan kesejahteraan petani kopi.
Tempursari yang memiliki luasan tanaman
Kecamatan Pasrujambe memiliki luas
menghasilkan (TM) sebesar 637,5 Ha namun
wilayah sebesar 97,30 km2 dan terletak di
nilai produktivitasnya mencapai 725
barat Kabupaten Lumajang dengan
Kg/Ha/Tahun. Menurut Djaenudin
ketinggian + 400 m dpl sampai dengan +
(2003:220), hasil kopi Robusta yang
1.200 m dpl, yang keseluruhan daerahnya
diusahakan pada berbagai kondisi lahan dan
berada di bawah lereng Gunung Semeru
manajemen untuk perkebunan rakyat bisa
sebelah timur. Kecamatan Pasrujambe
mencapai 0,5 – 1,2 Ton/Ha, sehingga potensi
memiliki topografi landai hingga curam
produksi tanaman kopi di Kecamatan
dengan tumbuhan yang dominan berupa
Pasrujambe masih perlu ditingkatkan.
tanaman kopi dan pisang. Kecamatan ini
Perkebunan kopi banyak
memiliki bentukan lahan asal Volkanis
dibudidayakan pada lahan di bawah lereng
dengan sub bentuk lahannya berupa
Gunung Semeru, adanya hujan abu Gunung
pegunungan Vulkanik Tua, Aliran Lava,
Semeru dapat menghambat proses
Aliran Lahar dan Dataran Vulkan dengan
pembungaan. Perkebunan kopi di beberapa
bahan induknya berupa batuan Andesit,
desa di Kecamatan Pasrujambe juga ditanam
Basal, Tefra Berbutir Halus, Tefra Berbutir
pada lahan curam, hal ini dikhawatirkan akan
Kasar, Aluvium Muda dan Breksi. Bahan
memicu terjadinya erosi. Selain itu,
induk ini akan berpengaruh terhadap proses
penanaman dan perluasan tanaman kopi
pembentukan tanah di Kecamatan
Robusta saat ini dilakukan oleh petani pada
Pasrujambe.
lokasi bekas penebangan (Telecenter Semeru
Berdasarkan data Statistik
Perkebunan Kabupaten Lumajang (2010),
Lumajang, 2011).
Adanya perluasan lahan tersebut
luas lahan perkebunan rakyat total untuk
menunjukkan meningkatnya minat
tanaman kopi di Kecamatan Pasrujambe pada
masyarakat Kecamatan Pasrujambe untuk
3
menanam kopi Robusta. Jika kegiatan
ditentukan sampelnya dengan menggunakan
budidaya tanaman kopi tersebut terus
metode purposive sampling.
dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan
Selanjutnya dilakukan penelitian yang
evaluasi kesesuaian lahan maka dapat
bertujuan mengumpulkan sejumlah data
merugikan penggunanya. Oleh karena itu,
berupa variabel dalam waktu bersamaan.
kesesuaian lahan untuk tanaman kopi
Data diambil berdasarkan dokumentasi,
Robusta di daerah penelitian sangat penting
pengamatan di lapangan, pengukuran di
untuk diketahui agar pemanfaatan lahan
lapangan, hasil uji laboratorium dan
dapat dimaksimalkan dengan harapan
wawancara dengan warga setempat. Data
terjadinya peningkatan produksi.
yang diambil melalui dokumentasi meliputi
Berlatar belakang dari pengembangan
data curah hujan, temperatur, serta peta-peta
komoditas tanaman kopi Robusta di
yang akan di overlay. Data yang diambil dari
Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang
hasil pengamatan di lapangan yaitu data
dan pentingnya evaluasi kesesuaian lahan
penyiapan lahan, drainase dan penggunaan
maka penelitian ini mengkaji tentang
lahan. Data yang diambil dari hasil
karakteristik lahan pada bentuk lahan asal
pengukuran lapangan yaitu kedalaman tanah,
Volkanis di Kecamatan Pasrujambe dan
kemiringan lereng, bahan kasar. Uji
menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk
laboratorium dalam penelitian ini untuk
budidaya tanaman kopi Robusta di wilayah
mengetahui nilai Kejenuhan Basa, pH H2O,
tersebut.
C Organik, KTK, Tekstur dan Salinitas.
Wawancara dilakukan dengan penduduk
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
survei dengan menggunakan pendekatan
setempat untuk mengetahui bahaya banjir
yang ada pada daerah penelitian.
Analisis data yang akan digunakan
deskriptif evaluatif. Subjek dalam penelitian
adalah membandingkan (matching) antara
ini adalah seluruh wilayah yang memiliki
karakteristik lahan daerah penelitian
bentuk lahan asal Volkanis yang ada di
berdasarkan hasil penelitian dengan syarat
Kecamatan Pasrujambe Kabupaten
tumbuh tanaman kopi Robusta yang telah
Lumajang, sedangkan objek penelitian
ditentukan oleh Pusat Penelitian dan
didasarkan dari peta unit lahan yang
Pengembangan Tanah dan Agroklimat
merupakan hasil tumpang susun (overlay)
Departemen Pertanian Versi 4 Tahun 2003
empat peta yaitu Peta Bentuk Lahan, Peta
sehingga diketahui kelas kesesuaian
Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng, dan
lahannya.
Peta Penggunaan Lahan yang kemudian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Lahan Daerah Penelitian
Berdasarkan Hasil dari overlay empat
peta maka didapatkan dua puluh unit lahan.
No
Unit lahan
Keterangan untuk kedua puluh unit lahan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Unit Lahan Wilayah Kecamatan Pasrujambe
Bentuk lahan
Jenis tanah
Kelerengan
1
1.A.I.H
2
1.A.I.K
3
1.A.I.SB
4
1.A.III.H
5
1.A.III.SB
6
1.A.III.TL
7
2.B.I.K
Pegunungan Volkanik
Tua (V.3.3)
Pegunungan Volkanik
Tua (V.3.3)
Pegunungan Volkanik
Tua (V.3.3)
Pegunungan Volkanik
Tua (V.3.3)
Pegunungan Volkanik
Tua (V.3.3)
Pegunungan Volkanik
Tua (V.3.3)
Aliran Lava (V.1.3)
8
2.B.I.SB
Aliran Lava (V.1.3)
9
2.B.I.TL
Aliran Lava (V.1.3)
10
2.B.II.H
Aliran Lava (V.1.3)
11
2.B.II.K
Aliran Lava (V.1.3)
12
2.B.II.SB
Aliran Lava (V.1.3)
13
2.B.II.TL
Aliran Lava (V.1.3)
14
2.B.III.H
Aliran Lava (V.1.3)
15
2.B.III.K
Aliran Lava (V.1.3)
16
2.B.III.SB
Aliran Lava (V.1.3)
17
2.B.III.TL
Aliran Lava (V.1.3)
18
3.C.I.TL
19
4.D.I.K
Dataran Volkanik
(V.1.5)
Aliran lahar (V.1.2)
20
4.D.I.TL
Aliran lahar (V.1.2)
Asosiasi Dystrandepts,
Humitropepts, Hydrandepts
Asosiasi Dystrandepts,
Humitropepts, Hydrandepts
Asosiasi Dystrandepts,
Humitropepts, Hydrandepts
Asosiasi Dystrandepts,
Humitropepts, Hydrandepts
Asosiasi Dystrandepts,
Humitropepts, Hydrandepts
Asosiasi Dystrandepts,
Humitropepts, Hydrandepts
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Dystropepts,
Eutropepts, Tropudalfs
Asosiasi Tropudalfs,
Tropudults
Asosiasi Dystrandepts,
Tropudults, Eutropepts
Asosiasi Dystrandepts,
Tropudults, Eutropepts
kelerengan
3-15 %
kelerengan
3-15 %
kelerengan
3-15 %
kelerengan
> 40 %
kelerengan
> 40 %
kelerengan
> 40 %
kelerengan
3-15 %
kelerengan
3-15 %
kelerengan
3-15 %
kelerengan
16-40 %
kelerengan
16-40 %
kelerengan
16-40 %
kelerengan
16-40 %
Kelerengan
> 40 %
kelerengan
> 40 %
kelerengan
> 40 %
kelerengan
> 40 %
kelerengan
3-15 %
kelerengan
3-15 %
kelerengan
3-15 %
Penggunaan
lahan
Hutan
Kebun
Semak belukar
Hutan
Semak belukar
Tegal/ladang
Kebun
Semak belukar
Tegal/ladang
Hutan
Kebun
Semak belukar
Tegal/ladang
Hutan
Kebun
Semak belukar
Tegal/ladang
Tegal/ladang
Kebun
Tegal/ladang
Sumber: Analisis Data 2012
Dari seluruh unit lahan yang ada,
maka didapatkan lima unit lahan yang
dijadikan sebagai sampel penelitian. Lima
unit lahan tersebut beserta titik pengambilan
sampelnya dijelaskan pada Tabel 1.2
5
No
Unit
lahan
Tabel 1.2 Sampel Penelitian di Kecamatan Pasrujambe
Bentuk
Jenis tanah
Kelereng- PenggunaTitik pengambilan sampel
lahan
an
an lahan
Koordinat
Desa
1.
1.A.I.K
Pegunungan
Volkanik
Tua (V.3.3)
2.
2.B.I.K
Aliran Lava
(V.1.3)
3.
2.B.II.K
Aliran Lava
(V.1.3)
4.
2.B.III.K
Aliran Lava
(V.1.3)
5.
4.D.I.K
Aliran lahar
(V.1.2)
Asosiasi
Dystrandepts,
Humitropepts,
Hydrandepts
Asosiasi
Dystropepts,
Eutropepts,
Tropudalfs
Asosiasi
Dystropepts,
Eutropepts,
Tropudalfs
Asosiasi
Dystropepts,
Eutropepts,
Tropudalfs
Asosiasi
Dystrandepts,
Tropudults,
Eutropepts
3-15 %
Kebun
S= 08o07’00,9”
E= 113o01’29,8”
Pasrujambe
3-15 %
Kebun
S= 08o06’51,8”
E= 113o04’36,1”
Jambearum
16-40 %
Kebun
S=8o07’04,4”
E= 113o03’09,7”
Pasrujambe
> 40 %
Kebun
S= 08o05’57,6”
E= 113o00’47,4”
Pasrujambe
3-15 %
Kebun
S= 08o08’55,4”
E= 113o08’05,6”
Karanganom
Sumber: Analisis Data 2012
Kelima unit lahan tersebut dipilih
Penentuan nilai-nilai karakteristik
sebagai sampel penelitian karena telah
lahan yang berhubungan dengan kedalaman
mewakili karakteristik lahan atau ciri-ciri dan
tanah seperti tekstur, Kapasitas Tukar Kation
sifat dari subjek yang memiliki variasi yang
(KTK), reaksi tanah atau derajat keasaman
berbeda di daerah penelitian. Selain itu,
(pH), C-organik, Kejenuhan basa (KB)
pemilihan kelima unit lahan tersebut
disesuaikan dengan kedalaman zone
diharapkan akan menunjukkan tingkat
perakaran dari tanaman yang dievaluasi,
kesesuaian lahan yang sesuai untuk tanaman
untuk berbagai tanaman tahunan yang
kopi Robusta.
berakar tunggang (dikotil) perlu lebih dalam
biasanya sampai kedalaman antara 60 sampai
Karakteristik Lahan Daerah Penelitian
Karakteristik lahan adalah suatu
100 cm (Djaenudin, 2003: 4). Maka dalam
penelitian ini, sampel tanah yang diambil
parameter lahan yang dapat diukur.
adalah pada kedalaman antara 60 sampai 100
Karakteristik lahan akan menentukan tingkat
cm, karena tanaman Kopi Robusta
kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu.
merupakan tanaman tahunan.
Dalam penelitian ini, karakteristik lahan yang
Data yang dikumpulkan berdasarkan
diukur adalah yang mewakili kualitas lahan
dokumentasi, uji laboratorium, pengamatan
untuk temperatur (tc), ketersediaan air (wa),
lapangan, pengukuran lapangan dan
ketersediaan oksigen (oa), retensi hara (nr),
wawancara dari masing-masing unit lahan
toksisitas (xc), bahaya erosi (eh), bahaya
tersaji dalam tabel 1.3.
banjir (fh) dan penyiapan lahan (lp).
6
Tabel 1.3 Karakteristik Masing-Masing Unit Lahan di Daerah Penelitian
Persyaratan penggunaan/
Kelas kesesuaian lahan
karakteristik lahan
1.A.I.K
2.B.I.K
2.B.II.K
2.B.III.K
Nilai
Nilai
Nilai
Nilai
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
23,16oC
24,78oC
23,94oC
22,27oC
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
2602,15
Lamanya masa kering (bln)
2,8
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik
Media perakaran (rc)
Tekstur
Sedang
Bahan kasar (%)
0,0006
Kedalaman tanah (cm)
120
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
41,29
Kejenuhan basa (%)
5
pH H2O
6,2
C-organik (%)
1,92
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,02
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
6
Bahaya erosi
Sangat ringan
Bahaya banjir (fh)
Genangan
F0
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
0
Sumber data: Data Primer dan Sekunder, 2012
4.D.I.K
Nilai
26,09oC
2602,15
2,8
2602,15
2,8
2602,15
2,8
2602,15
2,8
Agak baik
Baik
Baik
Baik
Halus
0
160
Sedang
0
140
Agak kasar
0,75
120
Agak kasar
0
110
42,91
21
6,1
0,21
38,63
18
6,0
1,05
14,81
24
6,2
1,18
22,99
32
6,3
0,28
0,02
0,02
0,01
0,05
15
Ringan
22
Ringan
46
Sedang
8
Sangat ringan
F0
F0
F0
F0
2
2
0
0
0
0
0
3
Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk
Tanaman Kopi Robusta Pada Bentuk
Lahan Volkanis Di Kecamatan
Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
masing-masing unit lahan. Berdasarkan data
karakteristik lahan tersebut, maka pada
bagian ini akan dilakukan pengklasifikasian
tingkat kesesuian lahan pada masing-masing
Evaluasi kesesuaian lahan adalah
proses penilaian terhadap sumberdaya lahan
untuk tujuan tertentu dengan menggunakan
suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji.
Hasilnya berupa arahan dan informasi
tentang penggunaan lahan yang tepat sesuai
dengan kondisi lahan yang ada. Evaluasi
kesesuaian lahan untuk tanaman kopi
Robusta pada bentuk lahan asal Volkanis di
Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang
didasarkan pada karakteristik lahan yang
telah dijelaskan sebelumnya, terhadap syarat
tumbuh tanaman kopi Robusta yang dimiliki
unit lahan.
Analisis data yang digunakan yaitu
metode matching (membandingkan) antara
karakteristik lahan dengan syarat tumbuh
tanaman kopi Robusta. Nilai kelas
kesesuaian lahan didasarkan pada nilai
terendah sebagai faktor pembatas evaluasi
kesesuaian lahan. Faktor pembatas yang
dimaksud, yaitu: temperatur rerata, curah
hujan, lamanya masa kering, drainase,
tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK
liat, Kejenuhan basa, pH H2O, C-organik,
7
salinitas, kelerengan, bahaya erosi, genangan,
dan tidak sesuai (N) bagi pengembangan
batuan di permukaan dan singkapan batuan.
tanaman kopi Robusta. Untuk tingkat
Dari hasil matching tersebut, kemudian akan
kesesuaian lahan yang ada di daerah
diklasifikasikan ke dalam kelas sangat sesuai
penelitian akan dijelaskan pada Tabel 1.4.
(S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3)
Tabel 1.4 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Kecamatan Pasrujambe untuk Tanaman Kopi Robusta
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
1.A.I.K
Nilai
Kls
2.B.I.K
Nilai
Kls
Kelas kesesuaian lahan
2.B.II.K
2.B.III.K
Nilai
Kls Nilai
Kls
4.D.I.K
Nilai
Kls
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
23,16oC
S1
24,78o
C
S1
23,94oC
S1
22,27oC
S1
26,09oC
S2
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
2602,15
S1
S1
2602,15
S1
2602,15
S1
2602,15
S1
2,8
S1
2602,1
5
2,8
S1
2,8
S1
2,8
S2
2,8
S1
Baik
S1
Agak
baik
S2
Baik
S1
Baik
S1
Baik
S1
Sedang
S1
Halus
S1
Sedang
S1
S3
S1
S1
0
160
S1
S1
0
140
S1
S1
S1
S1
Agak
kasar
0
110
S3
0,0006
120
Agak
kasar
0,75
120
41,29
5
6,2
1,92
S1
S2
S1
S1
42,91
21
6,1
0,21
S1
S1
S1
S2
38,63
18
6,0
1,05
S1
S2
S1
S1
14,81
24
6,2
1,18
S2
S1
S1
S1
22,99
32
6,3
0,28
S1
S1
S1
S2
0,02
S1
0,02
S1
0,02
S1
0,01
S1
0,05
S1
6
SR
S1
S1
15
Ringan
S2
S2
22
Ringan
S2
S2
46
Sedang
S3
S2
8
SR
S2
S1
F0
S1
F0
S1
F0
S1
F0
S1
F0
S1
0
0
S1
S1
2
2
S1
S1
0
0
S1
S1
0
0
S1
S1
0
3
S1
S1
Lamanya masa kering
(bln)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
Kelas Kesesuaian Lahan
Sub Kelas Kesesuaian
Lahan
Unit Kelas Kesesuaian
Lahan
S2
S2 nr
S2 nr-2
S2
S2 oa, S2 nr,
S2 eh
S2oa, S2nr-4,
S2 eh-1, S2
eh-2
S2
S2 nr, S2 eh
S3
S3 rc, S3 eh
S3
S3 rc
S2 nr-2,
S2 eh-1, S2
eh-2
S3 rc-1, S3 eh-1
S3 rc-1
Sumber: Analisis Data 2012
Keterangan:
SR : Sangat ringan
S1 : Sangat Sesuai
S2 : Cukup Sesuai
S3 : Sesuai Marginal
N : Tidak Sesuai
S2 oa-2
S2 nr-2
S2 nr-3
S2 nr-4
S2 eh-1
S2 eh-2
S3 rc-1
S3 eh-1
: Faktor pembatas pada drainase
: Faktor pembatas pada Kejenuhan Basa
: Faktor pembatas pada pH H2O
: Faktor pembatas pada C-organik
: Faktor pembatas pada lereng
: Faktor pembatas pada Bahaya erosi
: Faktor pembatas pada tekstur
: Faktor pembatas pada lereng
S1
S1
8
Pembahasan
pada unit lahan ini dapat diklasifikasikan ke
dalam jenis tanah Dystrandepts, tanah
Proses evaluasi kesesuaian lahan
dengan menggunakan metode pembandingan
Dystrandepts merupakan tanah baru
berwarna kelam dengan tingkat basa rendah.
(matching) antara karakteristik unit lahan
Dalam unit lahan ini, Kejenuhan Basa
dengan syarat tumbuh tanaman kopi Robusta
yang rendah sebesar 5 %, menjadi faktor
di lima unit lahan pada Tabel 1.4 memiliki
pembatas dengan kelas kesesuaian cukup
variasi tingkat kesesuaian lahan pada masing-
sesuai (S2). Tanah yang mempunyai
masing unit lahan dengan faktor
kejenuhan basa rendah akan cenderung
pembatasnya masing-masing. Faktor
meracuni tanaman karena kandungan kation
pembatas tersebut dapat diatasi dengan
asam terlalu banyak. Usaha perbaikan yang
melakukan usaha perbaikan. Menurut Rayes
dapat dilakukan adalah dengan memberi
(2006:186), usaha perbaikan terdiri dari tiga
kapur (pengapuran). Dengan usaha perbaikan
tingkat pengelolaan yaitu tingkat
ini, maka dapat meningkatkan kesesuaian
pengelolahan rendah, sedang, dan tinggi.
lahan aktualnya dari cukup sesuai (S2)
Berikut akan dijelaskan tingkat
menjadi kesesuaian lahan potensial sangat
kesesuaian lahan pada masing-masing unit
sesuai (S1) dengan tingkat pengelolaan
lahan dan penanganan yang dapat dilakukan
sedang.
terhadap faktor pembatas pada masing-
2.
masing unit lahan yang ada pada bentukan
Unit lahan 2.B.I.K
Hasil evaluasi kesesuaian lahan
lahan asal volkanis di Kecamatan Pasrujambe
2.B.I.K (aliran lava; Asosiasi Dystropepts,
Kabupaten Lumajang.
Eutropepts, Tropudalfs, lereng 3-15 %;
1.
Kebun) menunjukkan bahwa kelas
Unit lahan 1.A.I.K
Hasil evaluasi kesesuaian lahan
kesesuaian lahan untuk tanaman kopi
1.A.I.K (Pegunungan Volkanik Tua; Asosiasi
Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan
Dystrandepts, Humitropepts, Hydrandepts;
faktor pembatas berupa ketersediaan oksigen
lereng 3-15 %; Kebun) menunjukkan bahwa
(oa) pada karakteristik lahan drainase (S2 oa-
kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi
1), faktor pembatas retensi hara (nr) pada
Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan
karakteristik lahan C-organik (S2 nr-4) serta
faktor pembatas berupa retensi hara (nr) pada
faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada
karakteristik lahan kejenuhan basa (S2 nr-2).
karakteristik lahan lereng (S2 eh-1) dan
Dari adanya data primer di atas
beserta pengamatan pada profil tanah yang
bahaya erosi (S2 eh-2).
Dari adanya data primer di atas
ada pada unit lahan 1.A.I.K, maka dapat
beserta pengamatan pada profil tanah yang
diketahui bahwa sampel tanah yang diambil
ada pada unit lahan 2.B.I.K, maka sampel
9
tanah yang diambil pada unit lahan ini
menurunnya kelas drainase tanah. Faktor
diklasifikasikan ke dalam jenis tanah
pembatas drainase ini dapat diatasi dengan
Dystropepts, tanah Dystropepts merupakan
perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan
tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan
saluran drainase yang baik dan benar
tingkat basa rendah.
misalnya membuat parit. Dimana saluran
Pada unit lahan ini, C-Organik yang
pembuangan air (waterway) dibangun
rendah 0,21%menjadi faktor pembatas
menurut arah lereng dan merupakan saluran
dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2).
pembuangan air aliran permukaan (Juarti,
Nilai C-Organik menunjukkan kandungan
2004:76). Dengan usaha perbaikan ini, maka
bahan organik di dalam tanah. Dalam
dapat meningkatkan kesesuaian lahan
mengatasi faktor pembatas ini, usaha yang
aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi
dapat dilakukan adalah dengan memberi
kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1)
pupuk organik atau pupuk alami yang
dengan tingkat pengelolaan sedang.
merupakan hasil akhir dari perubahan atau
Unit lahan 2.B.I.K memiliki lereng
peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa
15% (miring atau berbukit) dan bahaya erosi
tanaman dan binatang, misalnya pupuk
ringan. Kondisi lereng dan erosi saling
kandang, pupuk hijau, kompos, guano,
berkaitan. Penanganan pada kemiringan
bungkil, tepung tulang dan sebagainya (Tim
lereng relatif sulit karena merupakan suatu
Karya Tani Mandiri, 2010: 63). Dengan
bentuk alami dari topografi, namun
usaha perbaikan ini, maka dapat
kemiringan lereng dapat diatasi dengan
meningkatkan kesesuaian lahan aktualnya
pembuatan teras. Di samping itu pembuatan
dari cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian
teras juga memberi kesempatan air untuk
lahan potensial sangat sesuai (S1) dengan
meresap ke dalam tanah (infiltrasi) (Juarti,
tingkat pengelolaan rendah.
2004:72). Usaha perbaikan ini juga akan
Unit lahan 2.B.I.K memiliki faktor
mengurangi potensi terjadinya erosi, namun
pembatas ketersediaan oksigen (oa) pada
usaha ini membutuhkan modal yang relatif
karakteristik lahan drainase (S2 oa-1).
besar dan hanya dapat menaikkan satu
Kondisi drainase pada unit lahan ini adalah
tingkat kelas kesesuaian lahan aktualnya dari
agak baik, meskipun tidak ditemukan adanya
cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan
bercak tetapi tanah ini sedikit menggenang
potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat
jika turun hujan. Hal ini berkaitan dengan
pengelolaan tinggi.
tekstur tanah dari unit lahan 2.B.I.K yaitu liat
3.
berdebu yang artinya fraksi liat merupakan
Unit lahan 2.B.II.K
Hasil evaluasi kesesuaian lahan
fraksi penyusun tanah yang dominan yaitu
2.B.II.K (Aliran Lava; Asosiasi Dystropepts,
49%. Implikasi dari sifat ini adalah
Eutropepts, Tropudalfs, lereng 16-40 %;
10
Kebun) menunjukkan bahwa kelas
lereng antara 10-40% adalah teras
kesesuaian lahan untuk tanaman kopi
pematang/guludan atau teras bangku, namun
Robusta adalah cukup sesuai (S2) dengan
usaha ini membutuhkan modal yang relatif
faktor pembatas retensi hara (nr) pada
besar, dan hanya dapat menaikkan satu
karakteristik lahan kejenuhan basa (S2 nr-2)
tingkat kelas kesesuaian lahan aktualnya dari
serta faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada
cukup sesuai (S2) menjadi kesesuaian lahan
karakteristik lahan lereng (S2 eh-1) dan
potensial sangat sesuai (S1) dengan tingkat
bahaya erosi (S2 eh-2).
pengelolaan tinggi.
Dari adanya data primer di atas
4.
Unit lahan 2.B.III.K
beserta pengamatan pada profil tanah yang
Hasil evaluasi kesesuaian lahan
ada pada unit lahan 2.B.II.K, maka sampel
2.B.III.K (Aliran Lava; Asosiasi Dystropepts,
tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat
Eutropepts, Tropudalfs, lereng > 40 %;
diklasifikasikan ke dalam jenis tanah
Kebun) menunjukkan bahwa kelas
Dystropepts, tanah Dystropepts merupakan
kesesuaian lahan untuk tanaman kopi
tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan
Robusta adalah sesuai marginal (S3) dengan
tingkat basa rendah.
faktor pembatas berupa media perakaran (rc)
Pada unit lahan ini, Kejenuhan Basa
pada karakteristik lahan tekstur (S3 rc-1), dan
sebesar 18 %menjadi faktor pembatas dengan
faktor pembatas bahaya erosi (eh) pada
kelas kesesuaian cukup sesuai (S2), seperti
karakteristik lahan lereng (S3 eh-1).
yang telah dijelaskan sebelumnya pada unit
Dari adanya data primer di atas
lahan 1.A.I.K untuk menaikkan Kejenuhan
beserta pengamatan pada profil tanah yang
Basa maka usaha perbaikan yang dapat
ada pada unit lahan 2.B.III.K, maka sampel
dilakukan adalah dengan memberi kapur
tanah yang diambil pada unit lahan ini dapat
(pengapuran). Dengan usaha perbaikan ini,
diklasifikasikan ke dalam jenis tanah
maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan
Eutropepts, tanah Eutropepts merupakan
aktualnya dari cukup sesuai (S2) menjadi
tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan
kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S1)
tingkat basa tinggi. Pada unit lahan ini,
dengan tingkat pengelolaan sedang.
karakteristik sifat tanah Eutropepts dapat
Unit lahan 2.B.II.K memiliki lereng
diketahui dengan adanya horizon penciri
22 % (miring atau berbukit) dan bahaya erosi
Kambik yaitu horizon yg menunjukkan
ringan. Kondisi lereng dan erosi saling
indikasi yang lemah tetang adanya Argilik
berkaitan. Semakin besar derajat kelerengan
atau Spodik, ditunjukkan dengan adanya
maka gangguan pada tanah akan sering
tekstur lempung berpasir, dan dapat dilihat
terjadi. Usaha perbaikannya adalah membuat
dari nilai KB yang tinggi sebesar 24%.
teras. Jenis teras yang dapat dibuat untuk
11
Unit lahan 2.B.III.K memiliki tekstur
Tetapi merubah tekstur ini membutuhkan
lempung berpasir yang artinya fraksi pasir
waktu yang lama dan menurut Rayes (2007)
merupakan fraksi penyusun tanah yang
meskipun ada usaha perbaikan tidak merubah
dominan yaitu 62%, debu 32% dan liat 6%.
tingkat kelas kesesuaian lahan sehingga unit
Tekstur lempung berpasir ini tergolong kelas
lahan ini tetap pada kelas sesuai marginal
tekstur agak kasar sehingga kurang baik
(S3).
untuk tanaman kopi Robusta. Tanah yang
Unit lahan 2.B.III.K memiliki lereng
terlalu banyak mengandung pasir akan
yang agak curam sebesar 42 % dengan erosi
semakin mudah akar berpenetrasi, serta
yang terjadi masih sedang. Penanganan pada
semakin mudah air dan udara untuk
kemiringan lereng relatif sulit karena
bersirkulasi dengan kata lain drainase dan
merupakan suatu bentuk alami dari topografi.
aerasi baik (air dan udara banyak tersedia
Kemiringan lereng dapat diatasi dengan
bagi tanaman), tetapi makin mudah pula air
membuat teras. Dengan usaha perbaikan ini,
untuk hilang dari tanah (Hanafiah, 2005:62),
maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan
sehingga tanah cepat kering dan merana.
aktualnya dari cukup sesuai (S3) menjadi
Tekstur merupakan faktor pembatas
kesesuaian lahan potensial sangat sesuai (S2)
permanen yang sulit di atasi untuk biaya dan
dengan tingkat pengelolaan tinggi.
teknologi ditingkat petani. Untuk merubah
5.
Unit lahan 4.D.I.K
kelas tekstur tanah teramat sulit dan mahal
Hasil evaluasi kesesuaian lahan
terutama apabila diperhitungkan atas dasar
4.D.I.K (Aliran lahar; Asosiasi Dystrandepts,
kemampuan finasial rata-rata petani saat ini.
Tropudults, Eutropepts; lereng 3-15 %;
Secara akademik tekstur yang mengandung
Kebun) menunjukkan bahwa kelas
banyak pasir dapat dipengaruhi dengan
kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi
menambahkan bahan halus maupun tanah liat
Robusta adalah sesuai marginal (S3) dengan
ke dalam tanah tetapi cara ini tidak dapat
faktor pembatas berupa media perakaran (rc)
direkomendasikan kepada masyarakat petani
pada karakteristik lahan tekstur (S3 rc-1).
lokal.
Unit lahan 4.D.I.K memiliki curah
Menurut Tanto (2009), adapun cara
hujan 2.602,15 mm dan lamanya masa kering
mengatasi tanah seperti ini adalah dengan
2,8 bulan, kondisi drainase baik, dengan
menambahkan bahan organik seperti:
tekstur lempung berpasir, kedalaman tanah
kompos, bokashi pupuk kandang, pupuk
efektif 110 cm, KTK liat sebesar 22,99%,
organik daun hijau yang mudah busuk
Kejenuhan Basa 32 %, pH H2O 6,3,
ditambah dengan kotoran hewan, tanah dan
kandungan C-Organik 0,28 %, Salinitas 0,05
air dengan perbandingan 1: 1: 1: 1, simpan
ms/dm, kelerengan 8% erosi yang terjadi
didalam drum dan biarkan selama 3 minggu.
adalah erosi percik yang tergolong sangat
12
ringan. Dari adanya data tersebut beserta
KESIMPULAN
pengamatan pada profil tanah yang ada pada
Kesimpulan
unit lahan 4.D.I.K, maka sampel tanah yang
Berdasarkan hasil penelitian dan
diambil pada unit lahan ini dapat
pembahasan tentang “Evaluasi Kesesuaian
diklasifikasikan ke dalam jenis tanah
Lahan Untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea
Eutropepts, tanah Eutropepts merupakan
Canephora) Pada Bentuk Lahan Asal
tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan
Volkanis Di Kecamatan Pasrujambe
tingkat basa tinggi.
Kabupaten Lumajang” maka dapat
Faktor pembatas terberat pada unit
lahan 4.D.I.K adalah tekstur dengan kelas
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kecamatan Pasrujambe secara
kesesuaian lahan sesuai marginal (S3). Unit
geomorfologi memiliki bentuk asal
lahan 4.D.I.K memiliki tekstur lempung
volkanis. Karakteristik lahan di daerah
berpasir yang artinya fraksi pasir merupakan
penelitian, secara umum adalah
fraksi penyusun tanah yang dominan yaitu
temperatur/suhu rata-rata 24,05oC, curah
70%, debu 21% dan liat 9%. Seperti yang
hujan 2602,15 mm, lama masa kering 2,8
dijelaskan pada unit lahan 2.B.III.K, tekstur
bulan, drainase baik, tekstur tanah
lempung berpasir ini tergolong kelas tekstur
lempung, liat, lempung berdebu, lempung
agak kasar sehingga kurang baik untuk
berpasir, bahan kasar < 15 %, kedalaman
tanaman kopi Robusta. Dari segi nutrisi
efektif tanah > 75 cm, KTK Liat > 16,
biasanya tanah yang terlalu banyak
kejenuhan basa > 20, pH H2O 6,0 – 6,5,
mengandung pasir kurang subur bagi
C-organik > 0,8, salinitas <1 mS/dm,
tanaman.
lereng < 8 % – > 40 %, bahaya erosi
Tekstur merupakan faktor pembatas
sangat ringan – sedang, batuan permukaan
permanen yang sulit di atasi untuk biaya dan
< 5 % dan singkapan batuan < 5 %.
teknologi ditingkat petani. Usaha perbaikan
2. Kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi
yang dapat dilakukan sama seperti yang
Robusta pada satuan bentuk lahan asal
dijelaskan pada unit lahan 2.B.III.K, tetapi
Volkanis di Kecamatan Pasrujambe pada
merubah tekstur membutuhkan waktu yang
Unit lahan 1.A.I.K adalah cukup sesuai
lama dan menurut Rayes (2007) meskipun
(S2) dengan faktor pembatas kejenuhan
ada usaha perbaikan tidak merubah tingkat
basa (S2 nr-2); pada Unit lahan 2.B.I.K
kelas kesesuaian lahan sehingga unit lahan
adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor
ini tetap pada kelas sesuai marginal (S3).
pembatas lama drainase (S2 oa-1), COrganik (S2 nr-4), lereng (S2 eh-1) dan
Bahaya Erosi (S2 eh-2); pada Unit lahan
2.B.II.K adalah cukup sesuai (S2) dengan
13
faktor pembatas kejenuhan basa (S2 nr-2),
yang sesuai untuk penggunaan lahan
lereng (S2 eh-1) dan bahaya erosi (S2 eh-
secara tepat.
2); pada Unit lahan 2.B.III.K adalah
3. Bagi pemerintah Kecamatan Pasrujambe
sesuai marginal (S3) dengan faktor
dengan adanya penelitian ini diharapkan
pembatas tekstur (S3 rc-1) dan lereng (S3
dapat membantu dalam perencanaan
eh-1); dan pada Unit lahan 4.D.I.K adalah
penggunaan lahan serta dapat
sesuai marginal (S3) dengan faktor
meningkatkan perekonomian masyarakat
pembatas tekstur (S3 rc-1).
dengan budidaya tanaman kopi Robusta
dan agar pemerintah bisa membantu
masyarakat dalam usaha perbaikan
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di
tersebut dengan menyediakan pupuk
atas maka penelitian ini memberikan
ataupun pembuatan teras untuk mengatasi
informasi dan saran untuk pemanfaatan lahan
kemiringan lereng dan bahaya erosi di
di Kecamatan Pasrujambe khususnya untuk
daerah penelitian.
pengembangan tanaman kopi Robusta
diantaranya sebagai berikut:
1. Perlu dilakukannya usaha perbaikan pada
faktor pembatas ketersediaan oksigen (oa)
pada karakteristik lahan drainase dengan
cara pengaturan sistem drainase, faktor
pembatas retensi hara (nr) pada
karakteristik lahan kejenuhan basa dan COrganik dengan cara pengapuran,
pemupukan atau pemberian bahan
organik, faktor pembatas bahaya erosi (eh)
pada karakteristik lahan lereng dan bahaya
erosi dengan cara pembuatan teras atau
penanaman tanaman penyangga,
sedangkan untuk faktor pembatas media
perakaran (rc) pada karakteristik lahan
tekstur sulit untuk dilakukan perbaikan,
tetapi bisa dilakukan upaya dengan
pemberian bahan organik.
DAFTAR RUJUKAN
Aksi Agraris Kanisius. Bercocok Tanaman
Kopi. 1974. Yogyakarta: Kanisius.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian
(BBSDLP). 2011. Evaluasi Lahan.
(Online),
(http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/eval
uasi_lahan.php, diakses pada 03
Februari 2012)
BAPPEDA Kabupaten Lumajang. 2008.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Lumajang tahun 20082028. Lumajang: BAPPEDA
Kabupaten Lumajang.
Biro Pusat Statistik. 2011. Kabupaten
Lumajang dalam Angka 2011.
Lumajang: BPS Kabupaten Lumajang.
Bronto, Sutikno. 2001. Volkanologi.
Yogyakarta: Sekolah TinggibTeknologi
Nasional Yogyakarta.
2. Bagi masyarakat di daerah penelitian agar
lebih memperhatikan pengelolaan lahan
Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2011. Kopi.
(Online),
14
(http://disbunjatim.go.id/komoditi_kopi
.php, diakses tanggal 6 Februari 2012).
Dinas Perkebunan Kabupaten Lumajang.
2010. Data Luas Areal dan Produksi
Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun
2010 Kabupaten Lumajang. (Online),
(lumajang.co.id/kebun.htm, diakses
pada 03 Februari 2012)
Djaenuddin, Marwan H., H. Subagyo.,
Mulyani, Anny., Suharta. 2003.
Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk
Komoditas Pertanian Versi 4. Jakarta:
Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Foth, D, Henry. 1988. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Yogyakarta: UGM Press
Hanafiah, Ali, Kemas. 2007. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Juarti. 2004. Konservasi Lahan dan Air.
Malang: UM Press.
Kartasapoetra. 1988. Kerusakan Tanah
Pertanian dan Usaha untuk
Merehabilitasinya. Jakarta: Bina
Aksara.
KOMINFO Jatim. 2011. Produksi Kopi
Jatim 2011 Diprediksi Turun. (Online),
(http://kominfo.jatimprov.go.id/watch/
28490, diakses tanggal 6 Februari
2012).
Mulyana, Wahyu. 1982. Segi Praktis Cocok
Tanam Kopi. Semarang: CV. Aneka.
Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi
Sumber Daya Lahan. Yogyakarta:
Andi
Ritung, Sofyan. Wahyunto, Agus F, Hidayat
H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan. Bogor: Balai Penelitian Tanah
dan World Agroforestry Centre
Suharto. 2007. Analisis Lansekap. Malang:
Fakultas Pertanian jurusan Tanah UB.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu
Tanah, Konsep dan Kenyataan.
Yogyakarta: Kanisius.
Tanto. 2009. Teknik Penyuburan Tanah.
(Online),
(http://tantoklik.blogspot.com/2009/01/
teknik-penyuburan-tanah.html, diakses
tanggal 5 Juli 2012).
Telecenter Semeru Lumajang. 2011. Profil
Primatani Lumajang. (Online),
(http://tcsemeru.wordpress.com/profilprima-tani-lumajang/, diakses tanggal
18 Februari 2012).
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman
Budidaya Tanaman Kopi. Bandung:
CV. Nuansa Aulia.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM
Press
15
LAMPIRAN
Tabel 1.5 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora)
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Lamanya masa kering (bln)
Kelembaban udara (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Gambut:
Ketebalan (cm)
Ketebalan (cm), jika ada
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
S1
Kelas kesesuaian lahan
S2
S3
N
22 – 25
25 – 28
19 - 22
28 – 32
< 19
> 32
2.000 - 3.000
2–3
45 – 80
1.750 - 2.000
3.000 - 3.500
3–5
80-90; 35-45
1.500 - 1.750
3.500 - 4.000
5–6
> 90; 30-35
< 1.500
> 4.000
>6
< 30
Baik
Agak baik
agak
terhambat,
agak cepat
terhambat, sangat
terhambat, cepat
halus, agak
halus, sedang
< 15
> 100
-
agak kasar
kasar, sangat halus
15 – 35
75 – 100
35 – 60
50 – 75
> 60
< 50
< 60
< 140
60 – 140
140 – 200
140 – 200
200 – 400
> 200
> 400
saprik+
saprik,
hemik+
hemik,
fibrik+
fibrik
> 16
> 20
5,5 - 6,5
> 0,8
≤ 16
≤ 20
6,5 – 7,0
5,0 - 5,5
≤ 0,8
<1
-
1–2
>2
-
-
-
-
> 175
125 – 175
75 – 125
< 75
<8
sangat rendah
8 – 16
rendah –
sedang
16-50
Berat
> 50
sangat berat
F0
F1
> F1
5 – 15
5 – 15
15 – 40
15 – 25
> 40
> 25
Bahaya banjir (fh)
Genangan
F0
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
<5
Singkapan batuan (%)
<5
Sumber: Djaenudin (2003:221) dengan modifikasi.
> 7,0
< 5,0
Keterangan:
Tekstur sh = sangat halus (tipe liat 2:1) ; h = halus : ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar
+ = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral
Bahaya erosi sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat
Download