Analisis Penilaian Kinerja Pemasaran Terhadap Produk Keripik Tempe Menggunakan Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index (Studi Kasus di UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah Malang) Marketing Performance Assessment Analysis of Tempe Chip Using Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index (Case Study in SME Tempe Chip Bu Nurdjanah Malang) Leni Sumawati1)* , Wike Agustin Prima Dania2) , Mas’ud Effendi2) Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universtas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universitas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145 1) * [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan atribut apa saja yang diprioritaskan untuk dipertahankan dan perlu diperbaiki serta menentukan penilaian kinerja pemasaran pada UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah menggunakan Indeks PGCV. Atribut yang dipertahankan kinerjanya meliputi bentuk keripik tempe yang bervariasi (3,79), variasi rasa (2,93), rasa keripik tempe (3,44), kondisi kemasan (3,52), harga (3,64), kerenyahan (3,70), tenggag waktu kadaluarsa (3,80) dan atribut yang perlu diperbaiki kinerjanya meliputi meliputi desain kemasan (7,13), keterkenalan merek (7,07), kecapatan dan kesabaran karyawan dalam melayani (5,94), kelengkapan informasi (5,82), keseragaman ukuran (5,51), kemudahan memperoleh keripik tempe (5,43), sedangkan untuk dimensi yang dipertahankan kinerjanya meliputi Performance (3,59), Reliability (3,52), Feature (2,93), Conformance (3,79), serta Durrability (3,80) dan dimensi kualitas produk yang harus diperbaiki kinerjanya meliputi Serviceability (5,69), Aesthetic (6,32), dan Perceived Quaity (6,44). Berdasarkan nilai ACV menunjukkan bahwa kinerja dari atribut produk keripik tempe yang paling baik terdapat pada atribut rasa keripik tempe dengan nilai ACV sebesar 19,16, sedangkan kinerja atribut produk yang paling buruk terdapat pada atribut desain kemasan dengan nilai ACV sebesar 10,02. Kata kunci : Kinerja Pemasaran, Keripik Tempe, Potential Gain in Customer Value (PGCV) Indeks Abstract The purpose of this study is to determine what attributes are prioritized to be maintained and need to be improved and to define the marketing performance assessment on SMEs Tempe Chips Bu Nurdjanah using PGCV Index. Attribute that need to be maintained are variation shape (3.79), variation flavor (2.93), flavor (3.44), packaging condition (3.52), price (3.64), crispness (3.70), the duration of expired date (3.80). Attributes that need to be improved are the packaging design (7.13), fame brand (7.07), speed and patience employees in serving (5.94), the completeness of the information (5.82), uniformity of size (5.51) , the ease to get (5.43). Moreover, the dimension that need to be maintained are performance (3.59), reliability (3.52), feature (2.93), conformance (3.79), and durrability (3 ,80). On the other hand, the dimension that need to be improved are Serviceability (5.69), aesthetic (6.32), and perceived quaity (6.44). Based on the value of ACV, it indicates that the best attributes performance flavor attributes with ACV value of 19.16. While the worst performance is packaging design attributes with ACV value of 10.02 . Keywords: Marketing Performance, Chips Tempe, Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index 1 PENDAHULUAN Keripik tempe adalah tempe tipis atau tempe yang diiris-iris tipis, digoreng kering seperti kerupuk. Keripik tempe dibuat dari tempe kedelai. Tempe yang baik akan memiliki sifat yang kompak dan padat (Suryaningrat dkk, 2010). Makanan ringan berbahan baku tempe disebut keripik tempe adalah makanan yang banyak digemari masyarakat. Keripik tempe memiliki kelebihan dari segi keawetan, dan kepraktisan untuk dibawa sebagai buah tangan atau oleh-oleh (Susetyasi, 2013). Pasar keripik tempe terbuka lebar karena disukai sebagian besar masyarakat. Faktor lain yang mendukung adalah kemudahan memperoleh bahan baku, peralatan yang dibutuhkan sederhana, proses pengolahan yang mudah, serta sudah sangat populer di masyarakat. Meningkatnya konsumsi keripik tempe menyebabkan perkembangan industri kecil atau UKM keripik tempe di Kota Malang terus meningkat, dan permintaan akan produk terus berdatangan dari dalam ataupun dari luar Kota Malang. Salah satu industri kecil yang memproduksi keripik tempe di Kota Malang yaitu keripik tempe Bu Nurdjanah. Industri ini merupakan industri yang berjenis home industry yang memproduksi berbagai macam varian keripik tempe. UKM keripik Bu Nurdjanah juga menyediakan tempat atau outlet yang bersih, rapi dan tertata. UKM keripik tempe juga menyediakan berbagai fasilitas serta pelayanan para karyawan yang ramah. Hal tersebut dilakukan oleh pihak pemilik usaha agar konsumen puas dan kembali membeli keripik tempe di UKM Bu Nurdjanah. Meskipun begitu, masih banyak keluhan dari pelangan seperti persediaan stok barang yang kurang memadai, serta keluhan pada saat pengiriman barang terdapat beberapa produk keripik tempe yang hancur. Keluhan-keluhan seperti itu perlu diminimalisir agar nantinya konsumen merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. UKM tersebut hendaknya melakukan perbaikan kinerja serta melakukan pengukuran kinerja sehingga nantinya akan diketahui apa saja yang menyebabkan konsumen belum puas terhadap kinerja dari UKM Bu Nurdjanah. Perbaikan dan pengukuran tersebt dilakukan dengan tujuan konsumen akan merasa puas terhadap kinerja produk dari UKM keripik tempe Bu Nurdjanah. Hal ini dikarenakan kepuasan konsumen merupakan salah saah satu variabel indikator dalam pengukuran kinerja pemasaran yang harus dicapai. Menurut Widodo (2008), kinerja pemasaran merupakan konstruk atau faktor yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja, baik berupa kinerja pemasaran ( seperti volume penjualan, porsi pasar atau marketshare dan tingkat pertumbuhan penjualan). Menurut Setinjak dkk (2004), kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang merupakan hasil perbandingan dari presespsi seseorang yang merupakan hasil perbandingan dari presepsi kinerja produk dan harapannya. Menurut Siregar (2006), Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui atribut apa saja yang harus diperbaiki untuk memenuihi kepuasan konsumen serta digunaka untuk menentukan atribut-atribut mana saja yang paling berpotensi paling besar dalam memberikan nilai tambah atau keuntungan bagi perusahaan, sehingga dapat dibuat urutan prioritas perbaikan lainnya. Langkah pertama dalam menghitung indeks PGCV adalah mencari nilai ACV atau Achieved Customer Value, yaitu dengan mengalikan antara variabel importance dengan variabel performance. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di outlet keripik Bu Nurdjanah yang berada di JL. Sanan No. 124 Malang. Waktu Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan Agustus 2014. Pengolahan data penelitian dilakukan di Laboratorium Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. 1 Batasan Masalah Penentuan batasan masalah dilakukan untuk menyederhanakan ruang lingkup masalah penelitian. Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Responden yang digunakan dalam penelitian adalah laki-laki dan perempuan yang pernah membeli dan mengkonsumsi produk keripik tempe Bu Nurdjanah dengan rentang usia 17-65 tahun 2. Kinerja pemasaran didasarkan pada atribut produk 3. Identifikasi atribut produk berdasarkan 8 dimensi kualitas produk yang meliputi Performance, Feature, Reliabilty, Conformance, Durrability, Serviceability , Aesthetics dan Perceived Quality. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa atribut yang berhubungan dengan keripik. Identifikasi atribut didasarkan pada 8 dimensi kualitas produk yang dapat dilihat pada Tabel 1 . Tabel 1. Dimensi dan Atribut Kualitas Produk Dimensi Kualitas Produk Performance Reliability Atribut Produk Keripik Tempe 1. 2. 3. 4. Rasa Harga Kerenyahan Kondisi Kemasan Feature Durrability 5. Variasi rasa 6. Tenggang waktu kadaluarsa keripik tempe Serviceability 7. Kemudahan memperoleh produk 8. Kecepatan dan kesabaran karyawan dalam melayani pembeli 9. Bentuk Conformance Aesthetic 10. Keseragaman ukuran 11. Desain kemasan Perceived Quality 12. Keterkenalan merek 13. Informasi produk Penentuan Data dan Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Data Primer Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang berdasarkan kuesioner yang diberikan seperti data tentang karakteristik responden (usia,jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, dan frekuensi mengkonsumsi keripik tempe) 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian- penelitian sebelumnya baik berupa skripsi, jurnal, buku-buku dan juga dari internet. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap daya terima konsumen terhadap produk keripik tempe. 2. Kuesioner, merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden secara nyata. Kuesioner disebarkan di outlet keripik tempe “Bu Nurdjanah” yang ada di Malang. 3. Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi secara langsung dengan pihak yang terkait dengan penelitian, yaitu responden dan pengelola keripik tempe “Bu Nurdjanah”. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang preferensi konsumen khususnya keripik tempe. 4. Dokumentasi, dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung kemudian di dokumentasikan. Perencanan Sampel Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini di ambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan yang disebut sampel (Kristina, 2 2012). Dalam penelitian ini, teknik sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan metode accidental sampling dipilih karena tidak memiliki sejumlah data pelanggan, jadi tidak bisa ditentukan probabilitasnya. Perhitungan sampel menggunakan metode linier time function sehingga didapatkan sampel sebanyak 108 responden. Analisis Data menggunakan metode PGCV Analisis Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index tediri atas nilai ACV dan nilai UDCV, ACV = I x P (yang diperoleh), UDCV = I x Pmax nilai maksimum pada skala likert dimana I adalah Importance dan P adalah Performance. Selanjutnya indeks PGCV diperoleh dari hasil pengukuran nilai UDCV dengan nilai ACV. Tahapan dalam analisis PGCV akan dijelaskan dalam bentuk rumus yang dinyatakan ; PGCV = UDCV - ACV…………………(1) Nilai indeks PGCV diperoleh dengan rumus : ACV = I x P ……………………………(2) Keterangan : I = Skor rata-rata tingkat harapan P = Skor rata-rata tingkat kinerja UDCV = I x Pmax ……………………..(3) Keterangan : I = Skor rata-rata tingkat harapan Pmax = Nilai tertinggi dari skala likert Langkah –langkah dari analisis PGCV adalah sebagai berikut ; a. Langkah pertama, dari data hasil pengisian kuesioner yang diperoleh ditentukan indeks PGCV yang dihasilkan dari tiap responden untuk setiap atribut kualitas produk yang telah ditentukan. Atribut kualitas produk merupakan bagian dari dimensi produk yang terdiri atas 13 atribut kualitas produk yaitu rasa, harga, kondisi kemasan, bahan kemasan, variasi rasa, tenggang waktu kadaluarsa, kemudahan memperoleh produk, kecepatan dan kesabaran karyawan dalam melayani konsumen, kerenyahan, keseragaman ukuran, desain kemasan, keterkenalan merek, dan informasi produk. Data ini diperoleh dari nilai ACV dan nilai UDCV. b. Langkah kedua, setelah indeks PGCV dari tiap responden diperoleh, maka dihitung nilai tengah (median) dari indeks PGCV per atribut. Median merupakan ukuran nilai tengah yang berbeda dengan rata-rata (mean) hanya menyatakan poosisi tengah dari sederetan angka hasil pengamatan sedemikian rupa sehingga membagi dua sama banyak. Rumus median dinyatakan : Median = n+1 (jika n Ganjil )………….(4) 2 n+n 2 2 (jika n Genap)……….(5) 2 Keterangan : n = jumlah pengamatan Rumus median diatas apabila jumlah pengamatan ganjil maka digunakan rumus pada persamaan empat dan apabila jumlah pengamatan (n) genap maka digunakan rumus persamaan lima. c. Langkah ketiga, nilai indeks PGCV per atribut diplot dalam grafik indeks PGCV tiap atribut. Grafik tersebut menunjukkan secara visual, atribut mana yang harus diperhatikan untuk ditingkat kualitasnya. d. Langkah keempat dan kelima digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan setiap dimensi kualitas produk secara keseluruhan. Langkah keempat dihitung indeks PGCV tiap dimensi yang merupakan akumulasi dari butir ganda pengukuran kualitas produk. Indeks ini merupakan nilai tengah dari indeks PGCV per atribut. Perhitungan nilai tengah ini merupakan pembagian antara jumlah nilai indeks tiap atribut dalam satu dimensi yang sama dengan jumlah atribut dalam dimensi tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji validitas dan Reliabilitas Kuesioner yang telah dibagikan kepada responden yakni konsumen produk keripik tempe sejumlah 108 responden, kemudian dikumpulkan dan dilakukan uji validitas. Syarat yang di gunakan untuk uji validitas adalah r hitung > r kritis yakni 0,3. Jika kurang dari 0,3 maka kita anggap gugur/ tidak dipakai. 3 Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas didapatkan bahwa nilai validitas dari 13 atribut untuk tingkat harapa dan tingkat kepentingan adalah lebih dari 0,3, hal ini menunjukan bahwa item soal ke 13 atribut tersebut adalah valid. Berdasarkan uji reliabilitas yang diukur dengan mengunakan uji statistik Cronbach Alpha (α), dengan batasan suatu varibel dikatakan reliabel jila nilai Cronbach Alpha>0,60. Uji reliabilitas ini didapatkan hasil Cronbach Alpha dari data kuesioner tersebut adalah untuk tingkat harapan sebesar 0,751 dan untuk tingkat kinerja di dapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,628 sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner reliabel. Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index Tahap ini dilakukan suatu analisa yang bertujuan untuk mengukur nilai indeks PGCV untuk setiap atribut dan setiap dimensi kualitas produk. Analisa ini digunakan asumsi bahwa atribut yang memiliki nilai indeks PGCV di bawah median maka atribut tersebut harus dipertahankan kinerjanya, sedangkan atribut dengan nilai indeks PGCV di atas median maka atribut tersebut harus diperbaiki kinerjanya. Atribut yang memiliki nilai indeks PGCV terbesar berarti memiliki prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya. Hal ini berlaku juga untuk dimensi kualitas produk dimana aribut kualitas produk yang memiliki nilai di bawah median maka harus di pertahankan kinerjanya, sedangkan atribut kualitas produk yang memiliki nilai indeks PGCV di atas median maka atribut kualitas produk harus di perbaiki kinerjanya. Hasil perhitungan Indeks PGCV per Atribut dapat dilihat pada Tabel 2 serta diagram indeks PGCV per dimensi pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Indeks PGCV per Dimensi Tabel 2. Indeks PGCV per Atribut No. 1. 2. 3. 4. Atribut Rasa Harga Kerenyahan Kondisi kemasan Variasi rasa Tanggal kadaluarsa Kemudahan memperoleh produk Kecepatan dan kesabaran karyawan Variasi bentuk Simbol X1 X2 X3 X4 ACV 19,16 18,81 18,00 18,18 UDCV 22,60 22,45 21,70 21,70 PGCV 3,44 3,64 3,70 3,52 X5 X6 16,07 17,88 19,00 21,68 2,93 3,80 X7 13,82 19,25 5,43 X8 13,11 19,05 5,94 X9 11,81 15,60 3,79 10. Keseragaman Ukuran X10 10,59 16,10 5,51 11. Desain kemasan yang menarik Keterkenalan merek Kelengkapan informasi X11 10,02 17,15 7,13 X12 10,18 17,25 7,07 X13 15,73 21,55 5,82 5. 6. 7. 8. 9. 12. 13. Sumber : Data Primer yang diolah (2014) Berdasarkan hasil perhitungan Indeks PGCV per atribut dapat dijelaskan bahwa terdapat 7 atribut produk yang dipertahankan kinerjanya dan 6 atribut produk yang diperbaiki. Untuk nilai median dari indeks per atribut sebesar 3,80. Nilai median ini diperoleh dengan cara mengurutkan nilai indeks PGCV terkecil hingga terbesar kemudian dicari nilai tengahnya sehinggan diperoleh nilai median untuk indeks PGCV per atribut sebesar 3,80. Berdasarkan hasil perhitungan indeks PGCV per atribut pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa atribut produk keripik tempe yang kinerjanya perlu dipertahankan meliputi atribut rasa (3,44), harga (3,64), kerenyahan (3,70), kondisi kemasan (3,52), variasi rasa (2,93), variasi bentuk (3,79) dan tanggal kadaluarsa (3,80), sedangkan untuk atribut yang perlu diperbaiki kinerjanya terdapat 6 atribut yang meliputi kemudahan memperoleh produk (5,43), kecepatan dan kesabaran karyawan dalam melayani pembeli (5,94), keseragaman ukuran (5,51), desain kemasan yang menarik (7,13), 4 keterkenalan merek (7,07) dan kelengkapan informasi (5,82), setelah diketahui atribut apa saja yang perlu dipertahankan dan diperbaiki kemudian masing-masing atribut tersebut diprioritaskan mana yang harus dipertahankan dan diperbaiki terlebih dahulu. Prioritas ini dilihat dari nilai indeks PGCV, untuk atribut yang dipertahankan apabila atribut yang memiliki nilai indeks PGCV terkecil dibawah media maka atribut tersebut yang diprioritaskan terlebih untuk dipertahankan, sedangkan untuk atribut yang perlu diperbaiki yaitu atribut yang memiliki indeks PGCV terbesar. Prioritas atribut yang dipertahankan dan diperbaiki dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Atribut Produk yang Dipertahankan Kinerjanya No. Atribut Kualitas Produk 1. 2. 3. 4 Variasi rasa Rasa keripik Kondisi kemasan Harga yang terjangkau 5. Keripik tempe memiliki tekstur yang renyah Keripik tempe memiliki bentuk yang bervariasi Tanggal kadaluarsa yang tercantum pada kemasan 6. 7. Indeks PGCV 2,93 3,44 3,52 3,64 Prioritas 3,70 5 3,79 3,80 6 7 1 2 3 4 Sumber : Data Primer yang diolah (2014) Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa atribut produk yang mendapatkan prioritas pertama yang dipertahankan adalah atribut variasi rasa (2,93). Hal ini menunjukan kinerja keripik tempe Bu Nurdjanah yang dirasakan responden sudah sesuai. Keripik tempe yang diproduksi oleh UKM Bu Nurdjanah memiliki berbagai macam rasa yang terdiri dari rasa balado, original, keju, pedas manis dan lain sebagainya . Adanya berbagai macam varian rasa yang disediakan oleh UKM keripik tempe Bu Nurdjanah ini dapat dijadikan pilihan oleh konsumen saat membeli keripik tempe sehingga konsumen tidak merasa bosan akan produk keripik tempe yang ada. Menurut Aprah (2005), atribut variasi rasa pada produk pangan merupakan salah satu penentu yang handal untuk di terima atau tidaknya suatu produk pangan oleh konsumen. Atribut kedua yang nilai indeks PGCV berada di bawah median adalah rasa dari keripik tempe (3,44). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keripik tempe Bu Nurdjanah yang dirasakan oleh responden sudah sesuai. Keripik tempe yang diproduksi oleh Bu Nurdjanah juga memiliki rasa enak dan gurih. Rasa merupakan sifat penting dalam penerimaan produk pangan secara umum. Menurut Tseng (2007), tekstur dan rasa adalah salah satu penilaian mutu produk pangan. Atribut ketiga yang nilai indeks PGCV berada di bawah median adalah kondisi kemasan saat produk dikonsumsi (3,52). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja atribut kondisi kemasan saat produk dikonsumsi yang dirasakan oleh konsumen sudah sesuai dan harus dipertahankan kinerjanya. Kinerja dari produk ini sudah baik karena pada kondisi dilapangan tidak ditemukan kondisi kemasan yang rusak serta jika terdapat produk dengan kemasan yang rusak atau tidak sesuai. Menurut Nur (2009) mengungkapkan bahwa kondisi kemasan yang kurang baik atau memiliki bentuk tidak sesuai dengan semestinya dapat dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dikemasnya. Atribut kelima yang memiliki nilai indeks PGCV di bawah median adalah harga (3,64) yang berarti atribut ini harus dipertahankan. Atribut harga ini harus dipertahankan kinerjannya karena menurut konsumen kinerja dari atribut harga ini sesuai dengan apa yang di rasakan konsumen yakni harga yang terjangkau. Harga keripik tempe Bu Nurdjanah yaitu untuk kemasan ukuran kecil Rp. 3500,- sedangkan kemasan besar Rp. 6500,-. Berdasarkan harga tersebut konsumen menilai keripik tempe Bu Nurdjanah masih layak bila dibandingkan dengan kualitas yang di tawarkan. Menurut Ghanimata dkk (2012), harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan para pembeli sehingga harga menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahan. 5 Atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya adalah atribut kerenyahan keripik tempe (3,70). Hal ini menunjukkan kinerja keripik tempe Bu Nurdjanah dirasakan sudah sesuai yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya bahwasanya keripik tempe yang diproduksi oleh Bu Nurdjanah memiliki tekstur yang renyah sehingga konsumen menganggap kinerja dari atribut ini sudah baik dan harus dipertahankan kinerjanya. Tjiptono (2004), kerenyahan merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana volume ruang pada bahan yang terisi air teruapkan pada saat penggorangan dan ruang tersebut terisi oleh udara, sehingga volume ruang akhir lebih besar dibandingkan volume ruang awal setelah adanya penirisan minyak dan menyebabkan kerenyahan pada bahan. Atribut bentuk dari keripik memilki nilai indeks PGCV di bawah dari berarti atribut ini harus dipertahankan kinerjanya. Pada umumnya keripik tempe memiliki dua jenis bentuk yaitu bulat dan kotak. Jenis bentuk keripik yang bermacam-macam juga akan menentukan tingkat kesukaan konsumen di mana konsumen tidak akan cepat bosan dengan satu bentuk keripik saja. Menurut Essinger dan Wyle (2003) dalam Sugianto dan Sugiharto (2013), banyaknya jenis yang ditawarkan membuat konsumen tidak mudah bosan dengan produk yang monoton, sehingga konsumen memiliki banyak pilihan. Atribut terakhir yang memiliki nilai indeks PGCV yang berada di bawah median adalah tenggang waktu kadaluarsa. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja atribut ini yang dirasakan oleh responden sudah sesuai yakni adanya pencantuman tanggal kadaluarsa pada kemasan. Pada kemasan keripik tempe yang diproduksi oleh Bu Nurdjanah sudah tercantum tanggal kadaluarsa keripik tempe pada kemasan. Menurut Kusnanda dkk (2010), kadaluarsa adalah sudah lewat ataupun habisnya jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan apabila dikonsumsi. Tanggal kadaluarsa wajib dicamtukan pada kemasan makan atau minuman. Tabel 4. Atribut Produk yang Diperbaiki Kinerjanya No. Atribut Kualitas Produk 1. 2. 3. Desain kemasan Keterkenalan merek Kecepatan dan kesabaran karyawan dalam melayani pembeli Kelengkapan informasi Keseragaman Ukuran Kemudahan memperoleh produk 4. 5 6. Indeks PGCV 7,13 7,07 5,94 Prioritas 5,82 5,51 5,43 4 5 6 1 2 3 Sumber : Data Primer yang diolah (2014) Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa atribut produk yang mendapatkan prioritas pertama untuk diperbaiki adalah desain kemasan (7,13) salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh produsen supaya suatu produk dapat terlihat menarik di mata konsumen yaitu desain kemasan. Kemasan yang dimiliki keripik tempe Bu Nurdjanah kurang menarik, warna dan huruf pada kemasan pun tidak terlihat menarik dan kurang jelas. Alternatif perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki kembali kemasan yang sudah ada agar lebih terlihat menarik, seperti halnya pada kemasan terdapat gambar ataupun logo dari UKM keripik tempe, warna kemasan yang lebih mencolok. Suharyadi et al. (2007) mengatakan bahwa, penampilan produk tidak hanya meliputi kondisi fisik saja melainkan juga warna, simbol, bentuk tulisan sehingga penyesuaian dengan pasar sangatlah berarti dalam pemasaran. Atribut keterkenalan merek produk keripik tempe (7,07) perlu mendapatkan perbaikan dalam kinerjanya karena merek keripik tempe Bu Nurdjanah belum terlalu di kenal oleh masyarakat luas, sehingga atribut ini perlu diperbaiki kinerjanya. Alternatif perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan peningkatan dalam hal promosi seperti promosi di media cetak, iklan dan lain sebagianya. Menurut Wijaya (2013), mengatakan bahwa promosi merupakan bentuk pengenalan perusahaan atau produk kepada publik, disamping untuk memperkenalkan diri 6 juga bertujuan menarik pelanggan baru atau meningkatkan penjualan. Atribut selanjutnya adalah kecepatan dan kesabaran karyawan dalam melayani pembeli (5,94) perlu mendapatkan perbaikan kinerjanya. Pelayanan yang baik dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen dalam melakukan pembelian produk keripik tempe. Pelayanan yang diberikan oleh pihak UKM Bu Nurdjanah kurang baik seperti karyawan yang kurang ramah, karyawan yang lamban dalam melayani pembeli. Alternatif perbaikannya adalah dengan cara memberikan pelayanan terbaik seperti bersikap ramah terhadap konsumen serta sabar dalam melayani konsumen. Menurut Gea (2005), pelayanan yang baik sangat mempengaruhi banyaknya jumlah pelanggan dalam suatu perusahaan. Atribut selanjutnya yaitu atribut kelengkapan informasi produk (5,82) merupakan atribut selanjutnya yang harus diperbaiki kinerjanya. Atribut ini dianggap konsumen masih kurang baik kinerjanya atau kurang lengkap, walaupun informasi seperti merek dan komposisi produk sudah jelas. Namun informasi mengenai label halal belum tertera jelas pada kemasan. Hal ini menyebabkan kinerja kelengkapan informasi keripik tempe Bu Nurdjanah dianggap kurang baik sehingga perlu dilakukan perbaikan. Alternatif perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan cara melengkapi informasi yang berkaitan dengan produk baik itu jaminan label halal, PIRT maupun komposisi produk. Karena produk yang memilki label halal, PIRT dan Depkes sudah terjamin sehingga konsumen tidak perlu khawatir dalam mengkonsumsi produk tersebut. Atribut selanjutnya yang perlu diperbaiki kinerjanya adalah keseragaman ukuran dari produk keripik tempe (5,51). Bentuk keripik tempe yang diproduksi oleh Bu Nurdjanah sama dengan bentuk keripik tempe pada umumnya bulat dan kotak. Akan tetapi, kinerja atribut keseragaman ukuran dianggap tidak terlalu baik oleh responden, karena masih ditemukan sedikit keluhan terhadap keseragaman bentuk keripik tempe yang tidak sama dengan yang lainnya, untuk itu perlu dilakukan perbaikan kinerja terhadap atribut keseragaman ukuran dengan lebih memperhatikan lagi ukuran dari keripik tempe sehingga produk yang dihasilkan memiliki ukuran yang seragam. Menurut Syahyun (2004), untuk meningkatkan pangsa pasar seiring semakin selektifnya kosumen, maka hendaknya produsen bersiap-siap mengubah tampilan produknya dengan memperbaiki kualitas dan daya tarik produk, sehingga lebih memenuhi persyaratan kesehatan dan selera pasar. Atribut yang memiliki indeks PGCV di atas median adalah kemudahan memperoleh keripik tempe (5,43). Atribut ini perlu diperbaiki kinerjanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen merasa kurang puas terhadap kinerja dari atribut ini, hal ini karena lokasi atau outlet keripik tempe Bu Nurdajanah ini kurang strategis sehingga konsumen sulit untuk memperoleh produk keripik tempe tersebut selain itu pemasaran produk ini hanya dipasarkan pada satu kios yang berada di daerah sanan sehingga atribut ini kinerjanya belum sesuai yang diharapkan konsumen. Alternatif perbaikan yang harus dilakukan oleh pihak UKM Bu Nurdajanah membuka outlet baru serta mendistribusikan produk keripik tempe kepada toko-toko atau warung serta kios yang lokasinya mudah dijangkau dan strategis. Adanya lokasi yang strategis, usaha atau bisnis akan mengalami kemajuan. Tempat yang strategis jika lokasinya mudah di jangkau dan pas dengan jenis usaha yang akan didirikan(Dwiaryani dkk, 2010). Konsumen akan semakin puas apabila barang yang mereka dapat dengan mudah mendapatkan barang yang mereka inginkan (Irwan, 2008). Setelah diketahui nilai indeks PGCV per atribut, maka selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai indeks PGCV per dimensi. Nilai indkes PGCV per dimensi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Dimana nilai indeks PGCV diperoleh dari rata-rata indeks PGCV per atribut dalam satu dimensi kualitas produk. Grafik indeks PGCV per dimensi ditunjukkan pada Gambar 2. 7 Tabel 6. Indeks PGCV per Dimensi yang Dipertankan Kinerjanya No. 1. 2. 3. 4. 5. Dimensi Kualitas Produk Simbol Performance Reliability Feature Durrability Conformance Y1 Y2 Y3 Y4 Y6 Dipertahankan Indeks PGCV 3,59 3,52 2,93 3,80 3,79 Prioritas 3 2 1 5 4 Sumber : Data Primer yang diolah (2014) Tabel 7. Indeks PGCV per Dimensi yang Diperbaiki Kinerjanya No. Dimensi Kualitas Produk Simbol Diperbaiki 1. 2. Serviceability Aesthetic Y5 Y7 Indeks PGCV 5,69 6,32 3. Perceived Quality Y8 6,44 Prioritas 3 1 2 Gambar 2. Grafik Indeks PGCV per Dimensi KESIMPULAN a. Berdasarkan hasil pengolahan data sehigga didapatkan nilai ACV menunjukkan bahwa kinerja dari atribut produk keripik tempe yang paling baik terdapat pada atribut rasa keripik tempe dengan nilai ACV sebesar 19,16, sedangkan kinerja atribut produk yang paling buruk terdapat pada atribut desain kemasan dengan nilai ACV sebesar 10,02. b. Atribut produk yang harus dipertahankan kinerjanya meliputi bentuk keripik tempe yang bervariasi (3,79), variasi rasa (2,93), rasa keripik tempe (3,44), kondisi kemasan (3,52), harga (3,64), kerenyahan (3,70), tenggag waktu kadaluarsa (3,80), sedangkan untuk dimensi kualitas produk yang dipertahankan kinerjanya meliputi Performance (3,59), Reliability (3,52), Feature (2,93), Conformance (3,79), serta Durrability (3,80). Atribut produk yang harus diperbaiki kinerjanya meliputi desain kemasan (7,13), keterkenalan merek (7,07), kecapatan dan kesabaran karyawan dalam melayani (5,94), kelengkapan informasi (5,82), keseragaman ukuran (5,51), kemudahan memperoleh keripik tempe (5,43), sedangkan untuk dimensi kualitas produk yang perlu diperbaiki kinerjanya meliputi Serviceability (5,69), Aesthetic (6,32), dan Perceived Quaity (6,44). SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menambahkan atribut produk yang belum pernah diteliti sebelumnya seperti atribut bahan kemasan, bahan baku utama pembuatan keripik, warna produk serta pergantian produk yang cacat agar mempermudah dan memberikan alternatif lain bagi kosumen untuk memilih ini. Saran yang dapat diberikan untuk UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah adalah dapat memperhatikan dan melakukan perbaikan terhadap atribut dan dimensi kualitas, karena atribut dan dimensi kualitas produk memiliki pengaruh yang sangat penting bagi konsumen. Sehingga nantinya setelah dilakukannya perbaikan terhadap atribut dan dimensi tersebut dapat meningkatkan kepuasan konsumen terhadap keripik tempe. DAFTAR PUSTAKA Dwiaryani., dan Rosinta, F. 2010. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan. 8 Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi 17 (2): 114-126. Ghanimata, F., dan Kamal, M. 2012. Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Manajemen 1 (2): 1-8. Irawan, H. 2008. Sepuluh Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. Kristina, N., dan Wahyudin, N. 2012. Pengaruh Persepsi Atribut Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Mobil Merek Isuzu Elf. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akutansi Terapan 3 (1): 1-9. Kusnanda, F., dan Adawiyah,D., R., dan Fitria, M. 2010. Pendugaan Umur Simpan Produk Biskuit Dengan Metode Akselerasi Berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 19 (2): 117-122. Nur, M. 2009. Pengaruh Cara Pengemasan, Jenis Bahan Pengemas, dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi, dan Organoleptik Sate Bandeng. Jurnal Teknologi Industri dan Industri Hasil Pertanian 14 (1): 111. Siregar, S. F. 2006. Analisis Tingkat Kualitas Pelayanan Dengan Metode Index Potential Gain Customer Value (PGCV) di PT . Bank Mualmalat Indonesia Cabang Medan. Jurnal Sistem teknik Industri 7(4): 40-47. Suharyadi, N.A., Purwanto,S.K., Faturrohman, M. 2007. Kewirausahaan : Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Salemba Empat. Jakarta. Hal 121. Suryaningrat, I.B., Ruriani, E., dan Kurniawati, I. 2010. Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Peningkatan Kualitas Produk Mie Jagung. Jurnal Agrotek 4(1): 8-17. Susetyarsi, T.H. 2013. Analisis Pengaruh Atribut Produk Pada Mobil Toyota Avanza Ditinjau Dari Segi Interior, Eksterior Dan Mesin Terhadap Loyalitas Konsumen Di Semarang. Jurnal Stie Semarang 17 (1): 71 – 80. Tjiptono, 2004. Manajemen Jasa Edisi Kedua. Andi Offset. Yogyakarta. Hal 45-50 Tseng, H. et all. 2007. The Quality Improvement For Testimony Statisfaction Enchanment Through Capabilities of Product Inovativ on Six Sigma Way. Institute of Bissiness management of Nation Sun Yat sen University. Guangzhou. Widodo. 2008. Meningkatkan Kinerja Pemasaran Dengan Kreatifitas Startegi. Jurnal Manajemen Bisnis 1 (2) : 151-175. Wijaya, M.H.P. 2013. Promosi, Citra Merek, dan Saluran Distribusi Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Jasa Terminix di Kota Manado. Jurnal EMBA 1 (4): 105-114. 9