program studi ners fakultas keperawatan dan kebidanan universitas

advertisement
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM UPAYA DETEKSI DINI
KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI
PUSKESMAS BIES ACEH TENGAH
TAHUN 2015
OLEH:
RIYADOHTUN SYANIAH NASUTION
11 02 085
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM UPAYA DETEKSI DINI
KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI
PUSKESMAS BIES ACEH TENGAH
TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep)
Di program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
OLEH:
RIYADOHTUN SYANIAH NASUTION
11 02 085
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
PERNYATAAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM UPAYA DETEKSI DINI
KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA PRODUKTIF
DI PUSKESMAS BIES ACEH TENGAH
TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya tulis saya sendiri dan
belum pernah di ajukan orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas
Sari Mutiara Indonesia Medan dan sepanjang pengetahuan saya, saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Medan, 1 Agustus 2015
Peneliti,
(Riyadohtun Syaniah Nasution)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Mahasiswa
Nama Lengkap
Nim
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Kewarganegaraan
Agama
Anak Ke
Alamat
: Riyadohtun Syaniah Nasution
:1102085
: Takengon, 08 Januari 1994
: Perempuan
: Indonesia
: Islam
: 5 dari 7 bersaudara
: Jl. Sengeda No. 220 Takengon
2. Data Orang Tua
Nama Ayah
Pekerjaan
Nama Ibu
Pekerjaan
Agama
Alamat
tengah
: H. Ali Sakti Nasution
:Wiraswata
:Hj. Ramisah Lubis
:Ibu rumah tangga
: Islam
: Jl. Sengeda No.220 Takengon – Aceh
3. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2000 – 2005 : SD Negeri 3 Takengon
2. Tahun 2006 – 2008 : SMP Negeri 1 Takengon
3. Tahun 2009 – 2011 : SMA Negeri 4 Takengon
4. Tahun 2011 – 2015 : SI Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. No Telp/HP
: 082360506161
5. Email
: [email protected]
i
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, 1 Agustus 2015
Riyadohtun Syaniah Nasution
Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap
dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di
Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015
Xi +63 Hal + 8 Tabel + 2 Skema +16 Lampiran
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan tumor ganas pada payudara yang terjadi karena adanya perubahan
pada pertumbuhan sel sehingga mengakibatkan terjadinya mutasi gen. Kanker payudara
merupakan salah satu penyakit resiko tinggi yang sering terjadi pada wanita usia produktif. Salah
satu upaya untuk mencegah terjadinya kanker payudara adalah melakukan deteksi dini kanker
payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Salah satu upaya untuk memberikan
informasi tentang SADARI adalah melalui pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dan sikap dalam
upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah.
Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperiment dengan rancangan One group pre test- post test
design. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang. Sampel dalam penelitian ini di
ambil dengan menggunakan teknik Random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang.
Hasil penelitian pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI mayoritas Baik
sebanyak (82,4%) dan sikap mayoritas positif sebanyak (88,2%). Hasil uji statistik menggunakan
uji Mc Nemar, menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap
Pengetahuan dan Sikap dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif
di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015, dengan nilai p value =0,001; 0.000 (p< 0,05).
Sehingga disarankan kepada wanita usia produktif agar lebih aktif mencari informasi seperti
melalui media elektronik, media masa, guna meningkatkan pengetahuan tentang SADARI
sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk melakukan SADARI dan rutin melakukan
pemeriksaan payudara sendiri setiap bulannya.
Kata Kunci
Daftar Pustaka
: Pendidikan Kesehatan, SADARI, Pengetahuan, Sikap,
Deteksi dini kanker payudara.
: 28 (2005 -2014)
ii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY
SARI MUTIARA INDONESIA OF UNIVERSITY
Mini – Thesis, 1 August 2015
Riyadohtun Syaniah Nasution
Effect Of Health Education On Breast Self- Examination (BSE) Of Knowledge
And Attitudes In The Early Detection Of Breast Cancer In Woman Aged
Productive In Health Centers Bies Aceh Tengah 2015 Years
Xi+ 63 page + 8 table + 2 scheme + 16 endosune
ABSTRACT
Breast cancer is recognized a malignant tumor on breast existed due to a changeable cell growth
that it may result in gen mutation.Breast cancer constitute one of a highly risk diseases often on
productive aged woman. One of efforts in order to prevent breast cancer is early detection of
breast cancer through breast self- examination (BSE). One of the efforts is to provide information
about BSE is through health education on BSE of knowledge and attitudes in the early detection of
breast cancer in woman aged productive in health centers Bies Aceh tengah. This type of research
is Quasy experiment with the design of One group pre test- post test design.Total population in
this study as many as 80 people. The sample of this research was taken by using Random sampling
technigne with number of sample 17 people. Analysis of data using Mc nemar test. The result were
obtained for the effect of health education on breast self- examination (BSE) of knowledge and
attitudes in the early detection of breast cancer in woman aged productive in health centers bies
aceh tengah 2015 years with P value = 0,001; 0,000 ( p< 0,005). It is suggested to women aged
productive in order to more actively seek such information through the electronic media, the mass
media, to increase knowledge about breast self- examination so as to foster motivation to perform
BSE and perform routine breast self- examination every month.
Keywords
Reference
: Health Education, BSE , Knowledge , Attitudes , Early Of
Detection Breast Cancer.
: 28 ( 2005- 2014 )
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat rahmat dan karunianya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam
Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di
Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015”
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan pada Program sarjana keperawatan di program Studi Ners Fakultas
Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun
2015. Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi ini. Dengan
segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak. Parlindungan Purba, SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Alhadi,SKM, selaku Kepala Puskesmas Bies Aceh Tengah serta staf yang
telah memberikan izin penelitian dan bekerja sama dalam melakukan
penelitian.
4. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
5. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan.
6. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku Ketua Penguji yang telah
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan
saran kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
iv
7. Ns. Flora Sijabat, MNS, selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu
untuk menguji dan memberi saran, masukan demi kelengkapan skripsi.
8. Ns. Bunga Theresia Purba M.Kep, selaku Penguji II yang telah
meluangkan waktu untuk menguji dan memberi saran, masukan demi
kelengkapan skripsi.
9. Ns. Agnes Marbun, S.Kep, selaku penguji III yang telah meluangkan
waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Jayusman, SKM.MM , selaku Kepala Dinas Kabupaten Aceh Tengah serta
staf bagian penelitian yang telah memberikan izin penelitian dan
pengambilan data.
11. Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
12. Keluarga peneliti teristimewa kedua orang tua saya yang sangat saya cintai
dan banggakan, ayah (H.Ali Sakti Nasution) dan ibu (Hj.Ramisah Lubis)
yang selalu memberikan doa kasih saying, perhatian, semangat,
pengorbanan, dan dukungan baik moril maupun material kepada peneliti
dalam penulisan skripsi ini.
13. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Namun peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhirnya peneliti berharap kiranya skripsi ini akan bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata peneliti mengucapkan
terimakasih.
Medan,1 Agustus 2015
Peneliti
(Riyadohtun Syaniah NST)
v
DAFTAR ISI
Hal
COVER DALAM
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................
ABSTRAK .........................................................................................................
ABSTRACT ........................................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
DAFTAR SKEMA ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
1. Tujuan Umum ...............................................................................
2. Tujuan Khusus ..............................................................................
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
1
5
6
6
6
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Kanker Payudara .....................................................................................
1. Definisi ..............................................................................................
2. Etiologi ..............................................................................................
3. Manifestasi Klinis .............................................................................
4. Patofisiologi ......................................................................................
5. Stadium Kanker payudara .................................................................
6. Penatalaksanaan ................................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................
8. Pencegahan ........................................................................................
B. Pendidikan Kesehatan .............................................................................
1. Definisi ..............................................................................................
2. Tujuan pendidikan kesehatan ............................................................
3. Sasaran pendidikan kesehatan ...........................................................
4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan .............................................
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan ..............................................
6. Tahap-tahap Kegiatan Pendidikan Kesehatan ...................................
7. Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan Masyarakat .................
C. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) .............................................
1. Definisi ..............................................................................................
2. Tujuan SADARI ...............................................................................
3. Target dan waktu pelaksanaan ..........................................................
4. Langkah - Langkah SADARI............................................................
8
8
8
11
12
12
13
14
15
16
16
17
18
18
19
20
21
22
22
23
23
24
vi
D. Pengetahuan (knowledge)........................................................................
1. Definisi ..............................................................................................
2. Tingkat Pengetahuan .........................................................................
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................
4. Cara Memperoleh Pengetahuan .......................................................
5. Proses Perilaku “TAHU” ..................................................................
6. Kriteria Tingkat Pengetahuan ...........................................................
E. SIKAP (Attitude) .....................................................................................
1. Definisi ..............................................................................................
2. Komponen Sikap ...............................................................................
3. Tingkatan Sikap ................................................................................
4. Sifat Sikap .........................................................................................
5. Ciri-ciri Sikap ....................................................................................
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhui Sikap ......................................
7. Faktor yang mempengaruhi Sikap wanita dalam SADARI ..............
8. Cara Pengukuran Sikap .....................................................................
9. Pengukuran Sikap .............................................................................
F. Kerangka Konsep ....................................................................................
G. Hipotesa...................................................................................................
25
25
26
28
30
31
32
32
32
33
34
34
36
37
39
39
40
44
44
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................
A. Desain Penelitian .....................................................................................
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .................................................
1. Lokasi Penelitian ................................................................................
2. Waktu Penelitian.................................................................................
C. Populasi dan Sampel ...............................................................................
1. Populasi ..............................................................................................
2. Sampel ................................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................
E. Prosedur Penelitian..................................................................................
1. Tahap Pelaksanaan Penelitian ...........................................................
2. Instrumen Penelitian ..........................................................................
F. Definisi Operasional................................................................................
G. Aspek Pengukuran ..................................................................................
H. Etika Penelitian .......................................................................................
I. Teknik pengolahan Data .........................................................................
J. Metode Analisa Data ...............................................................................
45
45
46
46
46
46
46
46
48
48
48
49
49
50
53
54
55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................
B. Hasil penelitian........................................................................................
1. Analisa Univariat ..............................................................................
2. Analisa Bivariat .................................................................................
C. Pembahasan .............................................................................................
1. Pengetahuan sebelum di berikan pendidikan kesehatan SADARI
di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015 .....................................
vii
56
56
57
60
61
61
2. Pengetahuan sesudah di berikan pendidikan kesehatan sadari di
puskesmas bies aceh tengah tahun 2015 ...........................................
3. Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI di
Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015 .........................................
4. Sikap sesudah di berikan pendidikan kesehatan SADARI di
Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015 .........................................
5. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI pada Wanita Usia Produktif di
Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 ......................................
6. Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas
Bies Aceh Tengah Tahun 2015 .........................................................
D. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................
63
65
67
68
70
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1.
Definisi operasiona ........................................................................ 49
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Umur , Pekerjaan , Pendidikan , Informasi
tentang SADARI ............................................................................ 57
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan
Kesehatan SADARI ....................................................................... 58
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan
Kesehatan SADARI ....................................................................... 58
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Sikap sebelum diberikan pendidikan
Kesehatan SADARI ....................................................................... 59
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Sikap sesudah diberikan pendidikan
Kesehatan SADARI ....................................................................... 59
Tabel 4.6.
Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI ..................................................... 60
Tabel 4.7.
Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI ........................................................................ 61
ix
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1. Kerangka konsep penelitian ........................................................... 44
Skema 3.1. Desain penelitian ............................................................................ 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Permohonan Pengisian Kuesioner
Lampiran 2
Informed Consent Kuesioner
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5
Leafleat Pendidikan Kesehatan
Lampiran 6
Surat izin memperoleh data dasar dari Universitas sari mutiara
Lampiran 7
Surat keterangan selesai melakukan pengambilan data awal dari
Dinas kesehatan Kabupaten Aceh tengah.
Lampiran 8
Surat izin penelitian dari Universitas Sari Mutira
Lampiran 9
Surat izin penelitian dari Dinas kesehatan kabupaten Aceh tengah
ke Puskesmas Bies
Lampiran10
Surat selesai melakukan penelitian dari Puskesmas Bies Aceh
tengah
Lampiran 11
Surat keterangan selesai melakukan penelitian dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh tengah
Lampiran 12
Master Data Penelitian
Lampiran 13
Lembar Output SPSS
Lampiran 15
Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran 16
Berita Acara Perbaikan Skripsi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik yang pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan (migrasi) sel, ketempat yang jauh
(metastasis) (Luwia,2003 dalam Olfah,dkk,2013).
Kanker payudara yang juga disebut ca mammae merupakan pertumbuhan sel
payudara yang tidak terkontrol karena terjadi perubahan abnormal dari gen
yang berperan dalam pembelahan sel. Kanker payudara sampai saat ini masih
menjadi masalah karena merupakan jenis kanker yang angka kejadiannya
paling tinggi di Indonesia. Kejadian kanker payudara meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Akan tetapi, usia muda juga bukan jaminan aman dari
kanker payudara
(Yayasan Kanker Indonesia, 2008 dalam Suastina 2013).
Menurut data World Health Organication (WHO) setiap tahun jumlah
penderita kanker payudara bertambah sekitar 7 juta. Survei terakhir di dunia
menunjukkan tiap 3 menit ditemukan penderita kanker payudara dan setiap 11
menit ditemukan seorang perempuan meninggal akibat kanker payudara.
WHO juga mengatakan selalu ada kasus baru terkait kanker, selama empat
tahun itu jumlah kematian yang disebabkan kanker melonjak dari 7.600.000
menjadi 8.200.000 dan lebih dari setengahnya berasal dari Negara
berkembang. Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi
pada wanita usia 50 tahun ke atas. Sedangkan 6%-nya pada usia kurang dari
40 tahun, namun banyak juga wanita yang berusia 30-an menderita penyakit
mematikan ini. Kematian akibat penyakit kanker diproyeksikan meningkat
15% secara global antara tahun 2010 dan 2020, hingga mencapai 44 juta
1
2
kematian. Peningkatan tertinggi (diperkirakan sebesar 20%) (WHO, 2010
dalam Umiyati, 2014).
Data terbaru dari American Cancer Society (ACS) telah menghitung bahwa di
tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita
meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker payudara. Data Pathology
Based Cancer Registry bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia,
menunjukkan kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua dari
semua jenis kanker yang sering diderita (Luwia, 2009 dalam Marlina 2014).
Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer
(IARC) tahun 2012, didapatkan estimasi insiden kanker payudara di Indonesia
sebesar 40 per 100.000 perempuan (Depkes RI ,2014). Berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di
Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim 17%. Di provinsi Aceh pada
tahun 2009 insiden rate kanker payudara 28,6 per 100.000 penduduk (Rasjidi,
2009 dalam Marlina, 2014). Menurut Suljipto, Dokter spesialis Bedah kanker
Rumah sakit kanker Dharmais menyatakan saat ini penderita kanker payudara
di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk,Sekitar 60-70% dari
penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin
parah (Depkes, 2013 dalam Marlina, 2014).
Tingginya angka kejadian kanker payudara mengakibatkan tidak sedikit pula
penderita kanker payudara yang berujung pada kematian. Jika tanda dan gejala
kanker payudara dapat ditemui sedini mungkin maka tingkat kesembuhan
akan semakin tinggi. Ironisnya, permasalahan yang sering muncul adalah
penderita kanker di Indonesia 50% datang ke tempat pengobatan dalam
kondisi stadium lanjut. Padahal jika ditemukan dalam stadium dini maka
angka kesembuhan pasien kanker payudara adalah 90%.Salah satu upaya yang
3
bisa dilakukan untuk mencegah kanker payudara ini adalah dengan
melaksanakan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan payudara sendiri
atau SADARI (Monty, 2012 dalam Suastina,2013 ).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah
deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih
efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi
(Suryaningsih,2009). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sangat
bermanfaat bagi para wanita usia dewasa awal karena dapat mengetahui
kelainan payudara sedini mungkin, lebih cepat mendeteksi kanker payudara
stadium dini sehingga mampu menyelamatkan jiwa para wanita dan lebih
sering perempuan melakukan pemeriksaan payudara sendiri maka akan
semakin mengenal dan memahami area serta kondisi payudaranya sehingga
akan meningkatkan status kesehatan khususnya kesehatan payudara, apabila
dijadikan kebiasaan yang rutin dan berkala maka akan lebih banyak kanker
payudara dari stadium dini yang dapat di deteksi (Luwia, 2003 dalam
Olfah,dkk, 2013).
Minimnya pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara membuat
pencegahan dan penanganan dini pun sulit dilakukan. Karena pada umumnya
gejala kanker tersebut terlihat dari beberapa kasus kecil yang seringkali dirasa
tidak penting dan tidak berbahaya. Namun pada kenyataannya, pengenalan
terhadap
gejala-gejala
awal
kanker
payudara
dapat
memaksimalkan
penanganan sebelum kanker bertumbuh dan menjadi fatal (Siregar, 2012
dalam Susanti, 2013).
Pengetahuan atau informasi yang benar tentang suatu objek adalah hal paling
utama untuk membentuk suatu konsep yang benar terhadap sesuatu sehingga
proses perubahan perilaku secara berurutan dapat terbentuk secara optimal
(Depkes RI, 2008). Perubahan perilaku tersebut dapat dilakukan melalui
4
pemberian pendidikan kesehatan. Dimana tujuan pendidikan kesehatan itu
sendiri adalah menanamkan pengetahuan, dengan harapan agar pengetahuan
tersebut dapat membentuk sikap yang pada gilirannya akan mempengaruhi
perilaku (Pickett & George, 2008 dalam Susanti, 2013). Menurut Wawan dan
Dewi dalam Notoatmodjo (2011), melalui sikap kita memahami proses
kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin
dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suastina, (2013) yang meneliti tentang
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang
SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di SMA Negeri 1 Manado,
diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan dengan nilai p value 0.000 α < (0,05).
Penelitian lain yang mendukung penelitian di atas oleh Susanti, (2013) di
Kelurahan Candirejo yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan
tentang pemeriksaan payudara sendiri (sadari) terhadap pengetahuan dan sikap
pada wanita usia subur, menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan
kesehatan dengan pengetahuan responden dengan p value = 0,000 < α (0,05)
dan ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan sikap responden dengan p
value = 0,000 < α (0,05).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Poniyah, (2012) di Dusun 1 Desa
Namorambe, yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap ibu tentang SADARI diperoleh hasil
bahwa ada
peningkatan nilai pengetahuan dan sikap ibu tentang SADARI setelah
dilakukan pendidikan kesehatan dimana nilai p = 0,000 (< 0,05), sehingga
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang SADARI menjadi efektif.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas Bies Aceh Tengah di
peroleh data jumlah wanita usia produktif tahun 2014 adalah sebanyak 1300
5
orang. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di puskesmas Bies Aceh
tengah pada tahun 2015 pada bulan januari sampai bulan mei terdapat
sejumlah 4 orang yang berobat masalah pada payudara seperti benjolan dan
ada yang berobat sudah mengalami kanker payudara. Dari 1300 orang wanita
usia produktif terdapat 15% wanita yang mengalami kanker dan mayoritas
adalah penderita kanker payudara. Hasil wawancara dengan petugas kesehatan
di puskesmas mengatakan bahwa tingginya angka kejadian kanker payudara
disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi
dini kanker payudara, diantaranya adalah tindakan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) sehingga terdapat kecenderungan kanker ditemukan pada
stadium lanjut. Kurangnya kesadaran masyarakat melakukan tindakan sadari
disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat atau kurangnya
informasi tentang pentingnya dilakukan tindakan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI). Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan sadari terhadap
pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita
usia produktif di puskesmas bies aceh tengah tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh
Pendidikan Kesehatan
SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam
upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di
Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui
Pengaruh
Pendidikan
Kesehatan
SADARI
Terhadap
Pengetahuan dan Sikap dalam upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada
Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015.
2. Tujuan khusus
6
a. Mengetahui tingkat pengetahuan Wanita Usia Produktif di
Puskesmas Bies Aceh tengah tentang SADARI sebelum diberikan
pendidikan kesehatan.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan Wanita Usia Produktif di
Puskesmas Bies Aceh tengah tentang SADARI sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.
c. Mengetahui sikap Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh
tengah tentang SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
d. Mengetahui sikap Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh
tengah tentang SADARI sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
e. Mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI pada wanita usia produktif di
Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015.
f. Mengetahui perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI pada wanita usia produktif di
Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Wanita usia produktif
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi Wanita usia
produktif tentang SADARI dan dapat menambah pengetahuan dengan
penuh kesadaran untuk melakukan SADARI dengan cara di berikan
pendidikan kesehatan SADARI.
2. Bagi pendidikan keperawatan
Menambah
sumber informasi tentang deteksi dini kanker payudara
maupun pengobatan kanker payudara dan bekerja sama dengan pelayanan
kesehatan untuk mengadakan bakti sosial di masyarakat dengan
mengirimkan mahasiswa untuk melakukan penyuluhan kesehatan dengan
didampingi dosen maupun tenaga kesehatan.
7
3. Bagi puskesmas
Dapat membantu dalam memajukan keterampilan dalam melakukan
pemeriksaan payudara sendiri serta memperluas peran meraka sebagai
pendidik klien dan bekerja sama dengan puskesmas dalam memberikan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan untuk menindak lanjuti pemberian pendidikan kesehatan
SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara (Ca Mammae) pada
masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kanker Payudara
1.
Definisi
Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu
payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau masa tunggal
yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini
keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan.
Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma (Mansjoer dkk,2003).
Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu),
saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara.
Worl Health Organization (WHO) memasukan penyakit ini ke dalam
international Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174.
Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel sehingga sel tumbuh dan
berkembang biak tanpa bisa dikendalikan. Penyebaran kanker getah
bening sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula
membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke
organ tubuh lain seperti hati,otak dan paru-paru (USU repository,2011
dalam Olfah,dkk,2013).
2.
Etiologi
Hingga saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti
karena termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu
dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluar,
8
Hormonal dan factor lain yang bersifat eksongen / factor luar (manjoer dkk,
2003 dalam Olfah, dkk, 2013) Menurut Prince & Wilson (2006) terdapat
beberapa faktor yang berkaitan dengan kanker payudara:
a.
Usia
Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan
yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan resiko ini akan
bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopause.
b.
Lokasi geografis dan ras
Eropa barat dan Amerika utara: lebih dari 6-10 kali keturunan amerika
utara perempuan Afrika – Amerika sebelum usia 40 tahun.
c.
Status perkawinan
Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara.
d.
Paritas
Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun yang belum
pernah melahirkan memiliki resiko lebih besar dari pada yang
melahirkan anak pertama di usia belasan tahun.
e.
Riwayat menstruasi
Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia
kurang dari 12 tahun memiliki resiko1,7 hingga 3,4 kali lebih besar dari
pada wanita dengan menarche yang datang pada usia lebih 12 tahun.
Wanita dengan menopause terlambat yaitu pada usia lebih dari 50 tahun
memiliki resiko 2,5 hingga 5 kali lipat lebih tinggi.
f.
Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara
beresiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan
saudara perempuan maka resiko menjadi 6 kali lebih tinggi.
g.
Bentuk tubuh
Obesitas atau setiap penambahan 10kg maka 80% lebih besar terkena
kanker payudara.
9
10
h.
Penyakit payudara lain
Wanita yang mengalami hiperplasia duktus dan lobules dengan atipia
memiliki resiko 8 kali lebih besar terkena kanker payudara.
i.
Terpajan radiasi
Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak
– anak bermanifestasi setelah usia 30 tahun.
j.
Kanker primer kedua
Dengan kanker ovarium primer, resiko kanker payudara 3-4 kali lebih
besar. Dengan kanker endometrium primer resiko kanker payudara 2
kali lebih besar. Dengan kanker kolorectal resiko kanker payudara 2 kali
lebih besar.
Beberapa faktor berdasarkan tingkat resiko terkait dengan kanker
payudara yang terdiri dari;
a. Resiko tinggi :
1) Usia lanjut.
2) Anak pertama lahir sesudah berumur 30 tahun.
3) Ikatan keluarga dekat (ibu, kakak, bibi dari ibu) menderita
kanker payudara.
4) Riwayat tumor payudara.
5) Diagnosa sebelum kanker payudara.
b. Resiko sedang:
1) Menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun).
2) Menopause lambat (sesudah umur 50 tahun).
3) Penggunaan hormon pada gejala menopause.
4) Terkena radiasi berlebihan dibawah umur 35 tahun.
5) Mempunyai riwayat kanker uterus, ovarium atau kolon.
11
c. Kemungkinan beresiko :
1) Penggunaan reserpin prolaktin dalam waktu lama.
2) Kegemukan, konsumsi lemak berlebihan.
3) Stress psikologi kronik (Menurut Olfah dkk,2013)
3.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan
atau massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya
kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peud d’orange), pembesaran
kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh.
Sedangkan jika berdasarkan fasenya tanda dan gejala kanker payudara
terdiri dari:
a. Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala ). Tanda
dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada
payudara. Kebanyakan 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Pada
stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan keluhan.
b. Fase Lanjut
1) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya
2) Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
3) Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh
walau diobati.
4) Puting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting
atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak
menyususi.
5) Puting susu tertarik kedalam.
6) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
12
c. Metastase luas, berupa:
1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2) Hasil rontgen thorax abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan
penyebaran ketulang.
4) Fungsi
hati
abnormal
(USU
respiratory,2011
dalam
Olfah,dkk,2013)
4.
Patofisiologi
Kanker payudara sering terjadi pada wanita diatas umur 40-50 tahun,
merupakan penyakit yang mempunyai banyak faktor terkait dan tergantung
pada lokasi dan jaringan terserang. Penyebab tidak dapat ditentukan dengan
pasti. Ada tiga faktor yang dapat mendukung yaitu hormon,virus dan
genetik. Kanker payudara dapat menjalar langsung pada struktur tubuh
terdekat atau berjarak oleh emboli sel kanker yang dibawa melalui kelenjar
getah bening atau pembuluh darah.
Kelenjar getah bening di axilla, supra klavikula atau mediastinal merupakan
tempat penyebaran pertama, sedangkan struktur tubuh lain adalah: paru,hati,
tulang belakang dan tulang pelvis. Diagnosis ini sangat diperlukan untuk
keberhasilan pengobatan prognosa penyakit ini tergantung dari luasnya
daerah yang diserang (Olfah,dkk, 2013).
5.
Stadium Kanker payudara
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker
payudara yaitu dimulai dari pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh wanita untuk mengetahui adanya
13
perubahan pada payudara sejak dini (Brunner & Suddarth,2006 dalam Olfah
dkk,2013)
Berdasarkan berat dan ringannya terdiri dari beberapa stadium, yaitu:
a.
Stadium I : tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2cm, tidak
terinfeksi pada kulit atau otot pektoralis , tanpa dugaan metastasis
aksila.
b.
Stadium II : tumor dengan diameter <2cm dengan metastasis aksila atau
tumor dengan diameter 2-5 cm dengan tanpa metastasis aksila.
c.
Stadium IIIa: tumor dengan diameter >5cm tapi masih bebas dari
jaringan sekitarnya dengan atau tanpa metastasis aksila yang masih
bebas satu sama lainnya atau tumor dengan metastasis aksila yang
melekat.
d.
Stadium IIIb: tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau
tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.
e.
6.
Stadium IV : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.
Penatalaksanaan
Batasan stadium yang masih bisa dioperasi atau diobati adalah stadium III a.
Sedangkan, terapi pada Stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi,
melainkan pengobatan paliatif. Ada beberapa pengobatan kanker payudara
yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit
(Tjindarbumi,2003 dalam Olfah, dkk,2013) yaitu:
a.
Pembedahan/operasi
Operasi adalah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki komplikasi
dan merekontruksi efek yang ada melalui operasi. Namun tidak semua
stadium kanker dapat disembuhkan atau dihilangkan dengan cara ini.
Semakin dini kanker payudara ditemukan kemungkinan sembuh dengan
14
operasi semakin besar. Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk
mengobati kanker payudara yaitu:
1) Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara.
2) Pengangkatan kelenjar getah bening (KGB) ketiak dilakukan
terhadap penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar
tumornya >2,5 cm.
b.
Radiasi/penyinaran
Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi
(Rasjidi.2007).
c.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga di seluruh tubuh
(Rasjidi,2007). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan
muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
7.
Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasosnografi (USG) payudara, mammografi
dan aspirasi jarum halus (FNAB) untuk menunjang diagnosis, untuk
menetukan metastasis dapat dilakukan foto thoraks, bone survey, USG
abdomen /hepar.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi atau tumor yang solid dan
kristik.Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang
15
mempunyai jaringan lemak yang domain serta jaringan fibroglandular yang
relatif lebih sedikit.Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tandatanda primer dan sekunder.Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi
memberikan ketepatan diagnostik yang lebih baik. (Olfah, dkk,2013).
8.
Pencegahan
Menurut Palupi (2000) dalam Olfah,dkk (2013) Strategi pencegahan yang
paling efektif untuk penyakit tidak menular yaitu promosi kesehatan dan
deteksi dini, begitupun pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan
antara lain berupa.
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan
pada orang yang sehat melalui
upaya menghindarkan diri paparan berbagai faktor resiko dan
melaksanakan pola hidup sehat.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko
untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan
melakukan deteksi dini melalui beberapa metode seperti mammografi
atau SADARI (pemeriksaan payudara sendiri).
c. Pencegahan Tersier.
Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang lebih diarahkan kepada
individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang
tepat pada kanker payudara sesuai stadiumnya akan dapat mengurangi
kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan
tersier penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta
16
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan (Olfah
dkk,2013)
B. Pendidikan Kesehatan
1.
Defenisi
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses penyediaan bahwa pendidikan
kesehatan adalah pengalaman belajar yang mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan prilaku yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan
atau kelompok ( A joint committe terminology in healt education of united
states dikutip dalam susilo,2011).
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menolong individu,
kelompok masyarakat dalam meningkatkan kemampuan prilaku untuk
mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmojo dikutip dalam Ali, 2010).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang
ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan
masyarakat (Nyswander dikutip dalam Ali,2010 ).
Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya kesehatan yang bertujuan :
a.
Menjadikan kesehatan sesuatu upaya kesehatan masyarakat.
b.
Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c.
Mendorong dan mengembangkan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada (WHO dikutip dalam Ali,2010).
Dari pengertian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni :
a. Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang integral dari
program pelayanan kesehatan.
17
b. Pendidikan kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif
berperan serta dalam upaya kesehatan.Disini ada proses perubahan
pengetahuan, sikap dan prilaku masyarakat dari kebiasaan tidak sehat
menjadi kebiasaan sehat secara sadar.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat ini menggunakan metode penyebaran
pesan,
menanamkan
keyakinan
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan sampai mereka sadar, tahu,mengerti, mau dan
mampu melaksanakan pesan tersebut.
d. Sasaran utama upaya pendidikan kesehatan masyarakat ini adalah
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun
yang sakit.
e. Tempat penyelenggaraan upaya pendidikan kesehatan ini adalah
institusi pelayanan kesehatan ( RS, Puskesmas, Klinik, Rumah bersalin,
dsb) di keluarga, dimasyarakat, di kantor- kantor dan balai pertemuan
dan lain- lain (Ali,2010).
2.
Tujuan pendidikan kesehatan
a.
Tujuan Umum
Pendidikan kesehatan masyarakat bertujuan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan
aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Tujuan tersebut dapat
diperinci menjadi:
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat.
18
4) Agar klien mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan
bagaimana caranya tanpa meminta pertolongan kepada sarana
pelayanan kesehatan formal.
5) Agar terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya.
(Ali,2010).
3.
4.
Sasaran pendidikan kesehatan
a.
Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b.
Masyarakat dalam kelompok tertentu.
c.
Sasaran individu dengan teknik pendekatan kesehatan individu.
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari tiga
dimensi (Notoatmojo 1993 dikutip dalam Ali, 2010) :
a. Dimensi sasaran
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Pendidikan
kesehatan
kelompok
dengan
sasaran
kelompok
masyarakat tertentu.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
b. Dimensi tempat pelaksanaan
1) Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan
keluarga.
2) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.
3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan
sasaran masyarakat atau pekerja.
19
c.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
1) Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion)
misalnya peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya
hidup dan sebagainya.
2) Pendidikan
kesehatan
untuk
perlindungan
khusus
(Spesific
Protection) misalnya imunisasi.
3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan segera
(Early Diagnosis and Prompt Treatment ) misalnya pengenalan
gejala dini penyakit melalui pendidikan kesehatan.
4) Pendidikan
kesehatan
untuk
pembatasan
cacat
(Disability
Limitation ) misalnya dengan pengobatan yang layak dan sempurna
dapat menghindari dari resiko kecacatan.
5) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misalnya
dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
(Ali, 2010).
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan
Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan ada beberapa prinsip dasar yang
harus diperhatikan:
a. Pendidikan kesehatan bukan hal pelayanan di kelas saja tapi
merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja dapat
dilakukan pendidikan kesehatan sepanjang ia dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan prilaku kesehatan.
b. Pendidikan kesehatan pada hakekatnya tidak dapat di paksakan oleh
seseorang kepada orang lain, akan tetapi individu, kelompok atau
masyarakat tersebutlah yang akan mengubah kebiasaan dan tingkah
lakunya dalam hal kesehatan dengan sukarela.
20
c. Pendidik hanya berperan untuk menciptakan suasana agar individu
,kelompok atau masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya.
d. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila yang di didik
(individu, kelompok, masyarakat) sudah berubah sikap dan tingkah
lakunya sesuai dengan tujuan yaaang telah di tetapkan (Ali, 2010).
6.
Tahap-tahap Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tahap-tahap pendidikan kesehatan, yaitu:
a. Tahap Sensitisasi
Tahap ini dilakukan untuk memberi informasi kesadaran pada
masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan
kesehatan. Misalnya kesadaran akan kesehatan, pelayanan kesehatan,
wabah penyakit dan kegiatan imunisasi anak.
b. Tahap Publisitas
Tahap ini adalah tahap kelanjutan dari tahap sensitisasi, yaitu proses
release dikeluarkan oleh Departemen kesehatan untuk menjelaskan lebih
lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan.
c. Tahap Edukasi
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi. Tujuannya untuk
menambah pengetahuan, mengubah sikap serta, mengarahkan kepada
prilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut.
d. Tahap Motivasi
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap edukasi perorangan atau
masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benar-benar
mengubah prilaku sehari-hari (Azwar dikutip dalam susilo, 2011).
21
7.
Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan Masyarakat
a. Sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan
1) Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam
merencanakan program pendidikan kesehatan masyarakat.
2) Memberi pendidikan kesehatan masyarakat kepada klien
(individu, kelompok, masyarakat) sesuai dengan rencana.
3) Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menilai
hasil pelaksanaan program pendidikan kesehatan.
b. Sebagai Pengelola
1) Membimbing tenaga keperawatan lain (yang lebih rendah), dan
kader kesehatan mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta
penilaian upaya pendidikan kesehatan masyarakat.
2) Ikut membantu dalam administrasi klien.
3) Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat – alat rumah tangga,
perawatan dan medik.
4) Menciptakan dan memelihara hubungan pribadi dan hubungan
kerja sama dengan petugas lain dalam unit kerjanya.
5) Ikut serta memberikan masukan dalam pelaksanaan evaluasi
penampilan kerja petugas dalam unitnya.
6) Memberi motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja.
c. Sebagai pendidik, berfungsi :
1) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada tenaga
keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya (bagi yang belum
mampu)
dalam
hal
kesehatan,
pendidikan
kesehatan
masyarakat dan lain lain, sehingga mereka tahu, mau dan
mampu melaksanakan tugas-tugas penyuluhan.
22
2) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada kader –
kader kesehatan, kader posyandu, kader dasa wisma dan lain
lain.
3) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada klien
dan keluarganya.
d. Sebagai peneliti, berfungsi :
1) Besama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara
sendiri -sendiri menyusun rencana penelitian kesehatan dalam
hal pendidikan kesehatan.
2) Bersama dengan tenaga lain atau secara sendiri-sendiri
melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan rencana.
3) Bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain atau secara sendiri
-sendiri
melaksanakan
evaluasi
hasil
penelitian
dan
merekomendasikan tindak lanjutnya (Ali,2010).
C. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1.
Defenisi
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang
berumur 20 tahun ke atas (Olfah,dkk, 2013).
Pemeriksaan payudara sendiri tentu sangat penting artinya bagi kesehatan
payudara anda. Dalam bahasa medis disebut breast self exam (BSE). Karena
itu, pada awal usia 20 tahun,wanita harus diberitahu manfaat dan batasanbatasan dari pemeriksaan payudara itu sendiri (Pamungkas,2011).
23
2.
Tujuan Sadari
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini.
Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih
pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik.SADARI hanya
untuk mendeteksi dini adanya ketidaknormalan pada payudara, tidak untuk
mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan
SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan
berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia
dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejakdini akan membantu
deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk
sembuh lebih besar (Otto,S, 2005 dalam Olfah,dkk 2013). Indikasi utama
SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan
mengamati payudara dari depan,sisi kiri, dan sisi kanan, apakah ada
benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik dan pengeluaran cairan atau
nanah dan darah.
3.
Target dan waktu pelaksanaan
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20
tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas.
Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih
berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan
SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut
jaringan payudara sudah terbentuk sempurna.
Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita
menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara
rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada
payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal
24
atau tidak berubah selama bertahun-tahun. Wanita yang belum menopause
sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan
hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara
sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu
setelah menstruasi. Satelah menopause SADARI sebaiknya dilakukan pada
tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan
wanita tersebut.
4.
Langkah - Langkah SADARI
Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara
dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis, sehingga
banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri ) pada saat menstruasi, pada hari ke
7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid, dirumah secara rutin
dan menyarankan pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan
pada payudara. Bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan
memilih tanggal yang setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau
tanggal lahirnya) pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari
telunjuk,jari tengah, dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada
payudara yang sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes,2009 dalam Pratama,
2014). .
Langkah- langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI);
Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009)
dalam Pratama (2014), yaitu:
a. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di
sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat
25
perubahan dan hal ukuran, bentuk atau warna kulit,atau jika ada kerutan,
lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
b. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di
atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang
sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk
melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.
c. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara
lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
d. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil
berdiri dan berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring.
Diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan di
periksa.
e. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk
menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk,tengah,dan
manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari
tersebut dengan gerakkan memutar keluar di seluruh permukaan
payudara.
f. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan
ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan
pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap
bulannya.
D. Pengetahuan (knowledge)
1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap subjek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga
26
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan presepsi terhadap objek (Notoatmodjo,2010).
Pengetahuan merupakan hasil tahu ”tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas
perhatian persepsi
terhadap
obyek.
Sebagai
besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo
,2003 dikutip dalam Wawan dan Dewi, 2011).
Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi pengertian, epidemiologi,
penyebab, faktor resiko, tanda gejala, tingkatan klinik, dan pencegahan serta
deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari kuliah,
membaca, literature, surat kabar, internet dan sumber lainnya.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yaitu : (Notoatmojo, 2003 dikutip dalam Wawan dan Dewi, 2011)
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
27
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu
”Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara laian yaitu mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
b.
Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap apa yang dipelajarinya.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real atau nyata. Aplikasi di sini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katakata
kerja,
dapat
menggambarkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
membedakan,
memisahkan,
28
e.
Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyususn
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan
kriterakriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007dalam Wawan dan
Dewi,2011).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a.
Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan kepada seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk
mencapai
keselamatan
dan
kebahagiaan.
Pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut YB Mantra yang dikutip dalam Notoatmojo (2003),
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap
29
berperan
serta
dalam
pembangunan
(Nursalam,2003)
pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas (1996) dalam Nursalam (2003), Pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), Usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa di percaya dari orang yang belum
tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
b.
Faktor Eksternal
1) Sosial budaya
Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi cara
dan sikap dalam menerima informasi.
30
2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu kondisi yang ada di sekitar
manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan dan
Dewi, 2011).
4.
Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoadmojo,2003) adalah
sebagai berikut:
a.
Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya perbedaan. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
31
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagi upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
masa lalu.
b.
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula –mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.
Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini
kita kenal dengan penelitian ilmiah (Wawan dan Dewi,2011).
5. Proses Perilaku “ TAHU”
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), Perilaku
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati
langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran) diamana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian
dan tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah baik lagi.
d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
e. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
32
6. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik
: Hasil presentase 76% - 100%.
b. Cukup :Hasil presentase 56% - 75%.
c. Kurang :Hasil presentase > 56%.
E. SIKAP (Attitude)
1.
Definisi
Sikap (attitude) adalah respon tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau
objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapatan dan emosi yang
bersangkutan (senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan
sebagainya). Camplell (1950) mendefinisikan sangat sederhana yakni : “ an
individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to
object”.Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau
kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan,perhatian, dan gejala kejiwaan yang lainnya
(Notoatmodjo,2010).
Thomaz & Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga
sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu
(purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran
yang sifatnya individual.
Aiken (1970) menambahkan bahwa Sikap adalah predisposisi atau
kecendrungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara
33
positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai
terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. Definisi yang dikemukakan
Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme
terjadinya maupun intensitas dari
sikap itu sendiri. Predisposisi yang
diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.Definisi di atas
nampaknya konsisten menempatkan sikap sebagai predisposisi atau tendensi
yang menentukan respon individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau
tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap
dapat berupa benda, situasi dan orang.
Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu social semenjak awal
abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby,
1974), mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa italia
Attitude yaitu “Manner of placing or holding the body, dan Way of feeling ,
thinking or behaving “. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri,
atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.
Free online dictionary (www.Thefreedictionary.com) mencantumkan sikap
sebagai a complex mentol state involving belief and feelings and values and
dispositions to act in certain ways. Sikap adalah kondisi mental yang
kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk
bertindak dengan cara tertentu (Wawan dan Dewi,2011).
2. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
Azwar,2000:23 (dalam Wawan dan Dewi,2011):
34
a.
Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu sapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang controversial.
b.
Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
c.
Komponen Konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berprilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi
atau kecendrungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu.Dan berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.
3. Tingakatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan dewi,2011, sikap
mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
35
a.
Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan
stimulus yng diberikan atau obyek.
b.
Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi merespon stimulus yang
datang.
c.
Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu
adalah indikasi sikap tingkat tiga.
d.
Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
4.
Sifat Sikap
Achmadi (1990) dalam Azwar (2005), mengatakan bahwa sikap dibedakan
atas:
a.
Sikap Positif
Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
penerimaan, pengukuran, persetujuan serta melaksanakan norma–norma
yang berlaku di tempat individu itu berada.
36
b.
Sikap Negatif
Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku di tempat
individu itu berada.
5.
Ciri-Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto,1998:63 dalam Wawan dan
Dewi,2011:34)
a.
Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam berhubungan dengan
obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif –motif biogenis
seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b.
Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.
c.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d.
Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang.
37
6.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
a.
Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan seseorang alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap adanya stimulus.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk
dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap
penting akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap
sesuatu. Pada umumnya individu cenderung akan memiliki sikap yang
konfermis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c.
Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan di tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita.Tanpa kita sadari kebudayaan
telah menanamkan garis pengaruh sikap kita, terhadap berbagai
masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya.
Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat
memudarkan
individual.
dominasi
kebudayaan
dalam
pembantukan
sikap
38
d.
Media Massa
Media massa sebagai sarana komunikasi, ada berbagai bentuk media
yang ada mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap. Bila pesanpesan sugesti cukup kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai
suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian
dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,
garis pemisah antara sesuatu boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh
dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajarannya. Konsep moral
dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepeercayaan yang ikut
menentukan sikap individu terhadap suatu hal.
f.
Pengaruh faktor emosional
Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai tempat penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat merupakan sikap
yang persisten dan bertahan lama (Azwar, 2005).
39
7. Faktor yang mempengaruhi Sikap wanita dalam SADARI
Faktor -faktor yang mempengaruhi sikap wanita dalam pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan wanita tentang SADARI (Pemeriksaan payudara
sendiri) tentang apa itu SADARI, bagaimana cara melakukan SADARI,dan
kapan waktu yang tepat untuk melakukan SADARI.
2. Masih kurangnya informasi mengenai cara pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) tentang cara bagaimana cara meraba yang tepat pada payudara.
3. Ketidaksiapan mental dan takut bila ternyata ditemukan adanya benjolan
atau kanker didalam tubuhnya, karena bila ditemukan kanker pada
payudaranya para wanita merasa menjadi semakin tidak percaya diri dan
tidak bias hidup secara normal.
4. Wanita dengan usia lebih muda umumnya kurang memperhatikan
kesehatannya, karena merasa lebih kuat dibandingkan dengan wanita usia
tua dimana sudah mulai merasakan gejala penyakit yang timbul
5. Kebudayaan pada daerah tertentu yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk tidak melakukan SADARI.
6. Kepercayaan tertentu yang melarang seorang wanita untuk tidak melihata
bagian tubuhnya (seperti payudaranya) dengan cermin dan meraba-raba
sendiri payudaranya.
8.
Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap
mungkin berisi atau mengatakn hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap.
Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya
40
pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap
yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan tidak favourable.Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan
favourable dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan
demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua
negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama
sekali obyek sikap (Azwar,2005 dalam Wawan dan Dewi,2011).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara
langsung
dapat
dinyatakan
bagaimana
pendapat/pernyataan
responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat
responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,2003 dalam Wawan dan
Dewi,2011).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap
(Hadi,1971), yaitu:
9.
a.
Keadaan objek yang diukur
b.
Situasi pengukuran
c.
Alat ukur yang digunakan
d.
Penyelenggaraan pengukuran
e.
Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran
Pengukuran Sikap
Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah
bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap,
antara lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis
Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multi dimensional Scaling.
41
a.
Skala Thurstone
Metode ini dengan cara memberikan orang tersebut sejumlah item sikap
yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis
dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan
perhitungan ukuran yang mencerminkan derajat favorabilitas dari
masing– masing pernyataan. Derajat ( ukuran ) favorabilitas ini di sebut
nilai suka.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat
skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah
atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada
beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk menetukan
derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai
itu di ekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11.
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11. Sangat setuju tugas penilai
ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap
pernyatan itu. Median atau rata-rata perbedaan penilaian antar penilai
terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masingmasing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari
aitem yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi. Dari aitem
tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuisioner skala
sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini
kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk
menunjukan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuan pada
masing-masing aitem sikap tersebut.
42
b.
Skala Likert
Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang sederhana
di bandingkan skala Thurstone.Likert menggunakan teknik konstruksi
test yang lain. Masing-masing respondennya diminta melakukan
egreement atau disagreement nya untuk masing-masing aitem dalam
skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, sangat tidak setuju). Semua aitem yang favorable diubah nilainya
dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang
sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable
nilai skala sangat setuju nilainya 1 sedangakan untuk yang sangat tidak
setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun
dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).
c.
Unobstrusive Measures
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat
aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam
pertanyaan.
d.
Multidimensional Scaling
Teknik
ini
memberikan
deskripsi
seseorang
lebih
kaya
bila
dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidemensional.
Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsiasumsi mengenai stabilitas struktur dimensional kurang valid terutama
apabila diterapkan pada orang lain.
e.
Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung)
1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden
43
2) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh
kerelaan responden.
3) Pendekatan ini merupakan pendekatan obsevasi terhadap reaksireaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu
yang bersangkutan.
4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial
reaction, voice tones, body gesture,keringat, dilatasi pupil mata,
detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya.
44
F. Kerangka Konsep
Skema 2.1
Kerangka Konsep
V. Dependent
V. Independent
Pengetahuan
Pendidikan
kesehatan
SADARI
Sikap
G. Hipotesa
Ha1 : Ada pengaruh Pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan
dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif.
Ha2 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap Sikap dalam
upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Quasi experiment. Quasi
experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena eksperiment
jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperiment yang dapat
dikatakan ilmiah mengikuti peraturan- peraturan tertentu (Arikunto,2006),
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan One group pre post design yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Sadari Terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam upaya Deteksi Dini
Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah
Tahun 2015.
Skema 3.1
X1
X3
Y
X2
X4
Keterangan :
X1
= Tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan
X2
=Tingkat sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan
X3
= Tingkat pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
X4
= Tingkat sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Y
= Intervensi (Pemberian pendidikan kesehatan)
45
46
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Bies Aceh tengah. Jl. TakengonAngkup Sp.Uning niken Kecamatan Bies.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan sejak pada bulan Maret – Agustus Tahun
2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita Usia
Produktif yang berada di Puskesmas Bies, yang berjumlah 80 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populsai yang akan diteliti atau sebagian dari
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2007). Metode
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan tehnik Simple
Random Sampling. penelitian ini menggunakan Standart Deviasi yang telah
diteliti oleh Sulastri, “Pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan video
dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap perubahan
pengetahuan dan sikap remaja putri di Sma 9 Balikpapan”,dengan simpangan
baku (9,470 ) perbedaan selisih yang diinginkan d (7), dengan rumus :
Besar sampel dalam penelitian ini ditemukan dalam rumus Madiyono,dkk
n=
[
Keterangan:
]
2
47
n
= Perkiraan jumlah sampel
Zα
= Kesalahan Tipe ( 1,96 )
Zβ
= Kesalahan Tipe ( 0,842 )
Sd
= Simapangan Baku (9,470)
d
= Selisih Rerata Kelompok
n =[
=
[
=
[
=[
]
2
]
]
]
2
2
2
=
= 14,36 = 15
Jadi jumlah sampel yang ingin di capai peneliti dalam penelitian ini adalah 15
responden
untuk
mengantisipasi
kemungkinan
berkurangnya
sampel
dilakukan penambahan responden sebesar 10 % dari jumlah sampel yang
ingin dicapai jadi sampel penlitian ini adalah 15 +(15 x 10%) = 16,5 atau 17.
Di butuhkan 17 responden untuk setiap kelompok total keseluruhan sampel
adalah 17 responden.
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 17 orang wanita usia
produktif.
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wanita usia produktif yang berusia 20 – 45 tahun.
2. Wanita usia produktif
Tengah.
yang datang berobat ke puskesmas Bies Aceh
48
3. Wanita usia produktif tanpa penyakit kanker.
4. Wanita usia produktif yang bersedia menjadi sampel penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung melalui responden dengan wawancara
langsung dan mengunakan kuesioner, yaitu dengan memberikan pertanyaan
dan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapat tanggapan
dan jawaban.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Tengah dan
Puskesmas Bies Aceh tengah.
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Peneliti mengurus surat izin studi pendahuluan dan penelitian dari kampus
Universitas sari mutiara.
b. Penelti meminta izin penelitian dari Dinas kesehatan untuk dilakukan
penelitian di Puskesmas Bies Aceh Tengah.
c. Melakukan pertemuan dengan pihak Puskesmas Bies untuk izin penelitian.
d. Melakukan pertemuan dengan asisten penelitian untuk melakukan
persamaan persepsi.
e. Peneliti mendatangi puskesmas pada hari yang telah disepakati dan
menemui para calon responden.
f. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang
akan dilakukan kepada responden.
g. Peneliti melakukan informant consent.
49
h. Peneliti memberikan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan
SADARI.
i. Peneliti memberikan pendidikan kesehatan SADARI setelah responden
mengisi semua pertanyaan dan pernyataan pada kuesioner.
j. Memberikan kembali pendidikan kesehatan SADARI setelah seminggu
diberikan intervensi.
k. Memberikan kuesioner kembali setelah diberikan pendidikan kesehatan
SADARI selama 2 kali pemberian, untuk mengukur pengetahuan dan sikap
setelah diberikan intervensi.
l. Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
2. Instrumen Penelitian
a. Video
b. Leafleat
c. Kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap responden
F. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Variabel independen
Pendidikan
SADARI
kesehatan
Definisi Operasional
Penyampaian materi
kesehatan mengenai
SADARI dalam upaya
deteksi dini kanker
payudara yang
diberikan selama 30
menit yang dilakukan 2
kali penyuluhan
pendidikan kesehatan.
Alat Ukur
1.Metode
ceramah
2.video
Hasil ukur
Skala ukur
Nominal
50
Variabel Dependent
Pengetahuan
Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI).
Pemahaman responden
tentang
pemeriksaan
payudara sendiri dalam
upaya
deteksi
dini
kanker payudara. yang
diharapkan dimiliki oleh
responden
meliputi:
pengertian
SADARI,
manfaat SADARI, tanda
dan
gejala
kanker
payudara, Faktor resiko
kanker payudara,Waktu
pelaksanaan SADARI,
Cara melakukan Sadari.
Kuesioner
Nilai total
skor:
Baik
= 14 - 20
Cukup
= 7 - 13
Kurang
=0–6
Ordinal
Sikap
Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI)
Tanggapan responden
atau wanita usia
produktif dalam
melakukan Pemeriksaan
payudara sendiri
(SADARI) .
Kuesioner
Nilai total
skor:
Positif
=21 – 30
Negatif
=10 – 20
Ordinal
G. Aspek Pengukuran
1. Pengetahuan
Untuk mengukur tingkat pengetahuan Wanita usia produktif dengan
pendidikan kesehatan SADARI diukur dengan menggunakan penilaian skala
Guttman, jika dari 10 pertanyaan-pertanyaan kuesioner “benar” memperoleh
nilai 1 dan jika “salah” memperoleh nilai 0 (Hidayat,2007).
Keterangan :
P
= Nilai yang dicari
Rentang
= Nilai jawaban tertinggi dikurang jawaban terendah
Banyak kelas = Banyak kelas
51
P = 6,6
P=7
Berdasarkan jumlah nilai skor yang diperoleh maka variabel pengetahuan
dapat dikategorikan :
Baik
= 14 - 20
Cukup = 7 - 13
Kurang = 0 – 6
Kuesioner Pengetahuan mengadopsi dari kuesioner penelitian sebelumnya
yang diteliti oleh Rahmawati (2011), dengan menggunakan skala Guttman.
Kuesioner tersebut telah dimodifikasi oleh peneliti dan melakukan uji
validitas dan uji reabilitas kembali dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap
– tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi
yang digunakan yaitu, pearson product moment (r) (Notoatmodjo,2010).
Uji validitas dilakukan pada tanggal 24 April 2015 pada 20 orang wanita usia
produktif di Puskesmas Kota Takengon. kuesioner ini terdiri atas 20
pertanyaan, dengan taraf signifikansi 5% (0,05) nilai r table adalah 0,444. Dari
hasil uji validitas di dapat nilai koefisien korelasi validitas
0,444 dan
koefisien reabilitas alpha cronbach 0,967 > r tabel dari (0.444), hasil ini
menunjukan instrument valid dan reliabel untuk digunakan.
52
2. Sikap
Untuk mengukur sikap Wanita usia produktif dalam pendidikan kesehatan
SADARI diukur dengan menggunakan skala Likert, dari 10 pertanyaan dengan
3 pilihan jawaban; Setuju (skor 3), Ragu – ragu ( skor 2), dan tidak setuju ( skor
1) (Hidayat,2007).
Jumlah skor tertinggi 30 dan jumlah skor terendah 10 (Hidayat, 2007).
Keterangan:
P
= Nilai yang dicari
Rentang
= Nilai jawaban yang tertinggi dikurang jawaban terendah
Banyak kelas
= Banyak kelas
P = 10
Berdasarkan jumlah nilai skor yang diperoleh maka variabel sikap dapat
dikategorikan :
Positif
= 21 - 30
Negatif `
= 10 - 20
Kuesioner Sikap menggunakan skala likert, uji validitas yang dilakukan peneliti
pada tanggal 24 April 2015 pada 20 orang wanita usia produktif di puskesmas
Kota Takengon. Kuesioner ini terdiri atas 10 pernyataan, engan taraf signifikan
5% ( 0,05) nilai r tabel 0,444. Dari hasil uji validitas terdapat 2 item yang tidak
valid dengan nilai koefisien korelasi validitas < 0,444 ( item 6 dengan r hitung
0,317 dan item 8 dengan r hitung 0,189) lalu kedua item tersebut dibuang.
Kemudian peneliti mengubah pernyataan untuk item no 6 dan item no 8, lalu
53
diuji validitas kembali pada tanggal 27 April 2015 didapat nilai koefisien
korelasi validitas
0,444 dan koefisien reabilitas alpha cronbach 0,924 > r
tabel dari (0.444), hasil ini menunjukan instrument valid dan reliabel untuk
digunakan.
H. Etika Penelitian
Sebelumnya peneliti mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Bies Aceh Tengah.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian kepada responden, serta kerahasian data yang di berikan. Responden
berhak untuk menerima dan menolak untuk menjadi responden dalam penelitian.
Bila calon menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta responden
untuk menandatagani persetujuan yang telah disediakan. Setelah mendapat
persetujuan peneliti melakukan penelitian dengan etika peneliti meliputi :
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelsakan maksud dan tujuan
peneliti kepada responden yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian.
Setelah mendapat persetujuan dari responden baru peneliti mulai melakukan
penelitian.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Tidak mencantumkan nama responden dalam lembar observasi dalam
penelitian, tetapi menukarnya dengan kode inisial nama responden, termaksud
dalam penyajian hasil penelitian.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi tersebut dijamin oleh peneliti, hanya kelompok tertentu
saja yang disajikan atau dilaporkan hasil penelitian (Notoatmodjo,2010).
54
I. Teknik pengolahan Data
Setelah semua data pada lembar kuisioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan
data melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2010 ) yaitu :
1. Editing
Setelah selesai melakukan penelitian, maka peneliti melakukan pengecekan
kembali data yang telah di dapatkan oleh peneliti.
2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategorikategori. Klasifikasi dilakukan dengan member tanda atau kode berbentuk
angka pada masing-masing jawaban. Pemberian kode tersebut meliputi
karakteristik responden berdasarkan umur diberi kode 1 yaitu umur “20-28”,
kode 2 umur “29-37”, kode 3 umur “38-45”. Berdasarkan pekerjaan yang
diberi kode 1 “IRT”, kode 2 “PNS”, kode 3 “Swasta”. Berdasarkan
pendidikan yang diberi kode 1 “SD”, kode 2 “SMP”, kode 3 “SMA”, kode 4
“Perguruan tinggi”. Berdasarkan informasi tentang SADARI diberi kode 1
“pernah”, kode 2 “tidak pernah”. Berdasarkan kuesioner Pengetahuan kode 1
jika pertanyaan “benar”, kode 0 pertanyaan “salah”. Berdasarkan nilai skor
pengetahuan kode 1 yaitu dengan nilai “0-6”, kode 2 nilai “7-13”, kode 3 nilai
“14-20” dan pengetahuan yang diberi kode 3 “baik”, kode 2 “cukup”, kode 1
“kurang”. Berdasarkan kuesioner sikap pertanyaan dengan kode 3 “setuju”,
kode 2 “ragu-ragu”, kode 1 “tidak setuju” dan sikap dengan kategori “negatif”
diberi kode 1, kategori “positif” diberi kode 2 dengan jumlah kategori negatif
“10-20” diberi kode 1, kategori positif “21-30” diberi kode 2.
55
3. Entry data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian dimasukkan
dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data
melalui pengolahan
komputer.
4. Tabulating
Setelah data dimasukkan dan dilakukan pengolahan melalui komputer, maka
didapat hasil pengolahan data tersebut, selanjutnya peneliti memasukkan hasil
data kedalam bentuk distribusi frekuensi tabel sesuai dengan tujuan penelitian
yang diinginkan peneliti untuk mempermudah pengolahan data berikutnya.
J. Metode Analisa Data
Data penelitian yang telah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi dari karakteristik responden yang meliputi: umur, pekerjaan,
pendidikan, dan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap kedua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji Mc Nemar dengan nilai α<
0,05 taraf kesalahan 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan nilai p value
0,000 setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Mc Nemar,
didapat bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif di
Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bies Pemerintahan Kabupaten Aceh
Tengah. Puskesmas Bies berada di jalan Takengon – Angkup Sp, Uning Niken
Kecamatan Bies, Yang berjarak ± 7 km dari ibu kota Aceh tengah, dengan luas
wilayah kerja ±27 km². Dengan berbatasan wilayah, bagian utara berbatasan
dengan kecamatan bebesen, bagian selatan berbatasan dengan kecamatan silih
nara, bagian barat berbatasan dengan kecamatan bebesen, bagian timur
berbatasan dengan kecamatan pegasing. Kecamatan Bies memili 12 desa, dengan
jumlah penduduk 7650 jiwa, dengan jumlah tenaga medis/petugas kesehatan
sebanyak 51 orang. Puskesmas Bies Terdiri dari kebidanan, Poli gigi, Poli THT,
Imunisasi, Gizi, Laboraturium.
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang meliputi analisa univariat dan
analia bivariat. Analisis bivariat akan menguraikan gambaran karakteristik
responden, sedangkan analisis bivariat melihat perbedaan pengetahuan dan sikap
sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada wanita usia produktif.
B. Hasil penelitian
Berdasarkan penelitian yang peneliti laksanakan pada tanggal 06 sampai tanggal
22 juni tahun 2015 pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah,
tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan
Sikap Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif
di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015, dengan jumlah sampel 17
responden yang di peroleh dari data primer, maka di peroleh hasil sebagai berikut:
56
57
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian. Dalam analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
dari tiap variabel (Notoatmodjo,2010).
a. Karakteristik responden berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan,
dan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan Umur, Pekerjaan,
Pendidikan, dan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
di Puskesmas Bies Aceh Tengah
Tahun 2015
(n = 17)
Karakteristik Responden
Umur
20 – 28
29 – 37
38 – 45
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Swasta
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan tinggi
Informasi tentang Pernah
SADARI
Tidak pernah
n
6
7
4
14
3
1
4
9
3
2
15
%
35,3%
41,2%
23,5%
82,4%
17,6%
5,9%
23,5%
52,9%
17,6%
11,8%
70,6%
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui karakteristik responden dalam penelitian
ini berdasarkan variabel umur mayoritas umur 29 – 37 tahun yaitu (41,2%).
Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden adalah ibu rumah tangga sebanyak
(82,4%). Berdasarkan pendidikan mayoritas responden adalah pendidikan SMA
sebanyak (52,9%), dan berdasarkan informasi tentang SADARI mayoratis
responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang SADARI sebanyak
(70,6%).
58
b. Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan SADARI
Tabel 4.2.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI
di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015
(n=17)
Tingkat Pengetahuan sebelum
diberikan pendidikan
kesehatan SADARI
Baik
Cukup
Kurang
n
%
1
14
2
5,9%
82,4%
11,8%
Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui tingkat pengetahuan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan adalah mayoritas responden cukup sebanyak
(82,4%).
c. Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI
Tabel 4.3.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI
di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015
(n=17)
Tingkat Pengetahuan
sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
SADARI
Baik
Cukup
Kurang
n
%
14
2
1
82,4%
11,8%
5,9%
59
Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui tingkat pengetahuan responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan adalah mayoritas responden yang berpengetahuan
baik sebanyak (82,4%).
d. Sikap wanita usia produktif sebelum diberikan pendidikan kesehatan
SADARI
Tabel 4.4.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Sikap
sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI
di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015
(n=17)
Sikap sebelum diberikan pendidikan
kesehatan SADARI
Negatif
Positif
n
%
14
3
82,4%
17,6%
Berdasarkan tabel 4.4. diatas dapat diketahui sikap responden sebelum diberikan
pendidikan kesehatan SADARI adalah mayoritas negatif sebanyak (82,4%).
e. Sikap wanita usia produktif sesudah diberikan pendidikan kesehatan
SADARI
Tabel 4.5.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Sikap
sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI
di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015
(n=17)
Sikap sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI
Negatif
Positif
n
%
2
15
11,8%
88,2%
60
Berdasarkan tabel 4.5. diatas diketahui sikap responden sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI adalah mayoritas positif sebanyak (88,2%).
2. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap tingkat
pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita
usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015. maka dilakukan
analisis bivariat menggunakan uji statistik Mc Nemar dengan hasil:
a. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI
Tabel 4.6.
Tabel Tabulasi silang pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015
(n=17)
Pengetahuan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Kurang
Pengetahuan
Sebelum
Pendidikan
Kesehatan
%
Cukup
%
Baik
%
Total
%
Kurang
1
5,9%
1
5,9%
0
0%
2
11,8%
Cukup
0
0%
1
5,9%
13
76,5%
14
82,4%
Baik
0
1
0%
5,9%
0
2
0%
11,8%
1
14
5,9%
82,4%
1
17
5,9%
100%
Total
Berdasarkan hasil
uji statistik perbedaan
Pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan SADARI menggunakan uji Mc Nemar ( Tabel 4.6.)
dapat dilihat bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap
pengetahuan wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015
diperoleh nilai p = 0,001, karena nilai α< 0,05 maka Ha1 diterima.
PValue
0,001
61
b. Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
SADARI
Tabel 4.7.
Tabel Tabulasi Silang Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015
(n=17)
Sikap Sesudah Pendidikan Kesehatan SADARI
Negatif
%
Positif
%
Total
Sikap Sebelum
Pendidikan
Kesehatan
SADARI
Total
%
Negatif
2
11,8%
12
70,6%
14
82,4%
Positif
0
2
0%
11,8%
3
15
17,6%
88,2%
3
17
17,6%
100%
Bedasarkan hasil uji statistik perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI menggunakan uji Mc Nemar ( Tabel 4.7.) dapat
dilihat bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap sikap wanita
usia produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 diperoleh nilai p =
0,000, karena nilai α< 0,05 maka Ha2 diterima.
C. Pembahasan
1. Pengetahuan sebelum di berikan pendidikan kesehatan SADARI di
Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015.
Berdasarkan hasil tabel distribusi frekuensi pengetahuan sebelum diberikan
pendidikan kesehatan SADARI (Tabel 4.2.) diperoleh hasil bahwa mayoritas
responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak (82,4%). Berdasarkan
hasil kuesioner penelitian hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang
mereka dapat dari tenaga kesehatan, maupun mencari informasi dari media
sosial seperti TV, majalah maupun koran tentang pentingnya melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
P
0,000
62
bebereapa faktor yaitu; pendidikan, usia minat dan kreatifitas, pengalaman,
kebudayaan, lingkungan sekitar dan informasi (Notoatmodjo,2005 dalam
Pratama,2014).
Hal ini didukung juga oleh data karakteristik responden
tentang informasi SADARI bahwa mayoritas responden menjawab tidak
pernah mendapat informasi tentang SADARI sebanyak (70,6%), dan hasil
wawancara dengan Kepala Puskesmas bahwa di Puskesmas Bies belum pernah
diadakan penyuluhan tentang pemeriksaan payudara sendiri.
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap subjek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan
sebagainya).
Dengan
sendirinya
pada
waktu
penginderaan
sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan presepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan
merupakan hasil tahu ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek
terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagai besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo ,2003 dikutip dalam Wawan
dan Dewi, 2011).
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Viviawati (2014) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang
pemanfaatan dan prosedur pemeriksaan SADARI karena kurangnya minat
responden dalam mencari informasi tentang kanker payudara dan cara
pemeriksaan SADARI baik melalui internet, majalah, brosur ataupun media
63
masa. Pengetahuan tentang manfaat dan cara pemeriksaan SADARI sangat
penting diketahui oleh responden karena manfaat dan cara pemeriksaan
SADARI merupakan bagian terpenting dalam SADARI. Pengetahuan yang
baik tentang cara pemeriksaan SADARI sangat penting diketahui oleh remaja
putri karena merupakan salah satu alasan untuk mengaplikasikan SADARI
sebagai upaya rutin dalam mencegah kanker payudara.
Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Simanullang (2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
tentang pengetahuan dalam melaksanakan SADARI diperoleh bahwa
pengetahuan ibu kurang sebanyak 26 orang (52,0%). Dan penelitian yang di
lakukan oleh Viviawati (2014) di SMK N1 Karanganyar tentang pengaruh
pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan “SADARI” sebagai deteksi dini
kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap diperoleh hasil bahwa
pengetahuan remaja putri di SMK N 1 Karanganyar sebelum di berikan
pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI sebagian besar dalam
kategori cukup sebesar 26 responden (84%).
2. Pengetahuan sesudah di berikan pendidikan kesehatan SADARI di
Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI pada
(Tabel 4.3.) diperoleh hasil bahwa
mayoritas responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik
sebanyak (82,4%). Hal ini menunjukan adanya peningkatan pengetahuan wanita
usia produktif setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI. Hal ini
disebabkan karena berdasarkan data yang diperoleh peneliti pertanyaan –
pertanyan sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI
mayoritas
64
dijawab salah namun setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas
responden menjawab benar. Karena saat diberikan pendidikan kesehatan
sebagian wanita usia produktif memperhatikan dengan seksama dan bertanya
tentang materi yang disampaikan, dan diharapkan dengan peningkatan
pengetahuan mengenai pemeriksaan payudara sendiri maka terbentuk prilaku
dalam pencengahan masalah payudara.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadinya perubahan
pengetahuan ,sikap dan tingkah laku individu , keluarga, kelompok khusus, dan
masyarakat dalam membina serta memelihara prilaku hidup sehat serta berperan
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. (Nursalam,
2008 dalam Pratama,2014). Peningkatan pengetahuan responden setelah
diberikan pendidikan kesehatan SADARI terjadi karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah informasi. Informasi yang didapat dari
media
massa
mempengaruhi
fungsi
kognitif
dan
afektif
seseorang
(Notoadmodjo,2005 dalam Pratama,2014). informasi juga bisa didapatkan dari
pendidikan formal maupun nonformal, contohnya penyuluhan.
Hal ini sesuasi dengan teori bahwa Pendidikan kesehatan dimaksudkan untuk
memberi penerangan maupun mengubah masyarakat menuju keadaan yang
lebih baik seperti yang dicita-citakan, suatu usaha menyebarluaskan hal-hal
yang baru agar masyarakat dapat tertarik untuk melaksanakannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada
masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi- informasi, dan
kemampuan-kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan prilaku
hidup
menurut
Simanullang,2012)
apa
yang
seharusnya
(Notoadmojo,
2010
dalam
65
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2011) pada
siswi kelas XI SMA Negeri I Candiroto tentang Pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap Peningkatan pengetahuan diperoleh hasil bahwa
terjadi peningkatan tingkat pengetahuan siswi kelas XI SMA Negeri I Candiroto
sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI sebagian besar adalah
baik sebanyak 56 siswi (73,7%) dan sebagian kecil kurang sebanyak 4 siswi
(5,3%). Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Sunaryo (2004) dalam Umiyati
(2014) bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka
(Sunaryo, 2004 dalam Umiyati, 2014).
3. Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas
Bies Aceh tengah tahun 2015
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi Sikap Sebelum diberikan pendidikan
kesehatan SADARI pada (Tabel 4.4.) mayoritas responden yang memiliki Sikap
dalam kategori negatif sebanyak (82,4%). Hal ini disebabkan karena
berdasarkan data yang diperoleh bahwa responden kurang mengerti cara
melakukan pemeriksaan payudara sendiri sehingga wanita usia produktif kurang
menyadari pentingnya pemeriksaan payudara dilakukan. Hal ini sesuai
penelitian Viviawati (2014) bahwa pengetahuan yang kurang akan berdampak
pada sikap yang negatif karena kurang mengetahui tentang cara melakukan
pemeriksaan SADARI, sehingga minat dalam melakukan pemeriksaan
SADARI juga kurang.
Menurut Aiken (1970) dalam Ali (2010) sikap adalah predisposisi atau
kecendrungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara
positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap
66
objek, situasi, konsep, atau orang lain. Definisi yang dikemukakan Aiken ini
sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya maupun
intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap objek
diperoleh
dari
proses
belajar.
Definisi
diatas
nampaknya
konsisten
menempatkan sikap sebagai predisposisi atau tendensi yang menentukan respon
individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau tendensi ini diperoleh individu
dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi dan
orang.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap
stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predesposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003
dalam Simanullang,2012).
Hal ini didukung oleh teori Wawan & Dewi (2011) dalam Viviawati (2014),
bahwa sikap tertentu terhadap suatu objek menunjukkan tentang pengetahuan
orang terhadap objek sikap yang bersangkutan. Sikap positif yang harus dimiliki
remaja putri yaitu mau menerima cara pemeriksaan SADARI sebagai deteksi
dini kanker payudara dan dilakukan secara rutin. Menerima dapat diartikan
bahwa subjek mau dan memperhatikan yang diberikan objek.
Hasil penelitian sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada
wanita usia produktif juga di dukung oleh hasil penelitian Susanti (2013) di
kelurahan candirejo tentang
pengaruh pendidikan kesehatan tentang
pemeriksaan Payudara sendiri (sadari) terhadap pengetahuan Dan sikap deteksi
dini kanker payudara Pada wanita usia subur (wus) diperoleh hasil bahwa
sebagian besar sikap WUS sebelum diberikan pendidikan kesehatan dalam
67
kategori kurang baik, yaitu pada kelompok intervensi (66,7%) dan pada
kelompok kontrol (72,2%). dan penelitian yang dilakukan Simanullang,P (2012)
di Dusun 1 Desa Namorambe Kecamatan Namorambe tentang efektivitas
pendidikan kesehatan tentang sadari terhadap Pengetahuan dan sikap ibu dalam
melaksanaan sadari diperoleh Hasil penelitian sikap sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan diperoleh bahwa sikap ibu tentang SADARI memiliki
sikap negatif sebanyak 33 orang (66,0%)
4. Sikap sesudah di berikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas
Bies Aceh tengah tahun 2015.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi sikap sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI (Tabel 4.5.) mayoritas responden yang memiliki sikap
dalam kategori positif sebanyak (88,2%). Hal ini dikarenakan setelah diberikan
pendidikan kesehatan SADARI seluruh responden memperhatikan leafleat yang
diberikan, video dan penjelasan dari peneliti. Sehingga sikap wanita usia
produktif mengalami peningkatan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
Menurut Setiawan (2010) dalam Umiyati (2014) bahwa penyuluhan kesehatan
adalah kegiatan penambahan pengetahuan yang dilakukan dengan penyebaran
pesan dan melakukan keyakinan atas pentingnya kesehatan, sehingga
masyarakat tidak hanya sadar, tahu, mengerti, tetapi dapat berbuat sesuatu dan
mengetahui apa yang harus dilakukan (Setiawan, 2010). Selain itu penyuluhan
yang menggunakan metode ceramah untuk mencapai tingkatan sikap seseorang
agar mengubah persepsi mereka tentang suatu hal.
Hal ini sesuai dengan teori Wawan & Dewi (2011) dalam Viviawati (2014)
menyatakan bahwa pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi sikap seseorang. Teori menyebutkan bahwa untuk dapat menjadi
68
dasar pembentukan sikap, pengalam pribadi harus meninggalkan kesan yang
kuat. Media masa juga berpengaruh terhadap sikap seseorang karena berita yang
seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh
sikap penulisnya akibatnya akan berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
(Wawan & Dewi, 2011). Selain faktor pengalaman pribadi dan media masa, ada
tahap motivasi yang merubah seseorang setelah mengikuti pendidikan kesehatan
benar – benar mengubah perilaku sehari –hari (Azwar dalam Susilo,2011).
Hal ini didukung oleh oleh hasil penelitian Susanti (2013) bahwa sebagian besar
sikap WUS sesudah diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori baik, yaitu
pada kelompok intervensi (94,5%) dan pada kelompok kontrol (61,6%). Dan
penelitian yang dilakukan oleh Viviawati (2014) di SMK N1 Karanganyar
tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan “SADARI”
sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap diperoleh
hasil bahwa Sikap remaja putri di SMK N1 Karanganyar sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI sebagian besar dalam
kategori positrif yaitu sebanyak 24 responden (77%).
5. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas Bies Aceh
Tengah Tahun 2015.
Berdasarkan Hasil uji statistik menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p
=0,001 dengan
nilai α < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dalam upaya deteksi dini
kanker payudara pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah
tahun 2015.
Adanya perbedaan pengetahuan wanita usia produktif tentang
SADARI dapat diartikan bahwa pendidikan kesehatan memberikan perubahan
pengetahuan wanita usia produktif dalam upaya deteksi dini kanker payudara di
69
puskesmas Bies Aceh tengah. Bila dilihat dari nilai pengetahuan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan mayoritas cukup sebanyak (82,4%) dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas baik sebanyak (82,4%), yang
berarti pengetahuan sebelum diberi pendidikan kesehatan lebih kecil dari
pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.hal ini berarti pendidikan
kesehatan memberikan perubahan positif terhadap peningkatan pengetahuan
wanita usia produktif tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker
payudara.
Hal ini didukung oleh penelitian Umiyati (2012) di rw 03 kelurahan Bulustalan
semarang tentang perbedaan pengetahuan dan sikap wanita usia subur Tentang
praktik SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) Sebelum dan sesudah
penyuluhan bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang Praktik SADARI
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dilihat dari hasil uji wilcoxon pvalue yaitu 0,000.
Menurut Viviawati (2014) Pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI
sangat mempengaruhi terhadap pengetahuan remaja putri. Pendidikan kesehatan
terjadi karena adanya perubahan kesadaran dalam diri individu sendiri untuk
menambah pengetahuan dan kemampuan melalui teknik praktek belajar dengan
tujuan untuk mengingat fakta/kondisi nyata dengan cara memberikan dorongan
terhadap pengarahan diri (Mubarak, et al 2007 dalam Viviawati,2014).
Sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan SADARI
yang dapat mengubah atau meningkatkan pengetahuan wanita usia produktif.
Pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan yang
kemudian dapat menciptakan persepsi pada diri seseorang terhadap suatu objek
yang kemudian akan mengubah perilaku seseorang, Notoatmodjo (2005).
70
6. Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
SADARI pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas Bies Aceh Tengah
Tahun 2015
Hasil uji statistik perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p= 0,000
dengan nilai α <0,05, dan dapat disimpulkan ada perbedaan sikap tentang
pemeriksaan SADARI sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
SADARI. Adanya perbedaan sikap wanita usia produktif tentang SADARI
dalam upaya deteksi dini kanker payudara di puskesmas Bies Aceh tengah dapat
diartikan bahwa pendidikan kesehatan memberikan dampak perubahan sikap
pada wanita usia produktif dalam upaya deteksi dini kanker payudara di
puskesmas Bies. Bila dilihat dari sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatn
mayoritas negatif sebayak (82,4%) dan sikap sesudah diberikan pendidikan
kesehatan mayoritas positif sebanyak (88,2%), yang berarti sikap sebelum
diberikan pendidikan kesehatan lebih kecil dari sikap setelah diberi pendidikan
kesehatan. hal ini berarti pendidikan kesehatan memberikan perubahan positif
terhadap peningkatan sikap wanita usia produktif dalam upaya deteksi dini
kanker payudara di Puskesmas Bies Aceh tengah.
Menurut Setiawan (2010) dalam Umiyati (2014) Penyuluhan kesehatan adalah
kegiatan penambahan pengetahuan yang dilakukan dengan penyebaran pesan
dan melakukan keyakinan atas pentingnya kesehatan, sehingga masyarakat
tidak hanya sadar, tahu, mengerti, tetapi dapat berbuat sesuatu dan mengetahui
apa yang harus dilakukan . Dengan adanya pendidikan kesehatan tersebut
diharapkan ada perubahan perilaku kesehatan dari responden yang nantinya
akan meningkatkan atau memelihara kesehatan
71
Hal ini didukung oleh penelitian Susanti (2013) di Kelurahan Candirejo tentang
pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan Payudara sendiri
(SADARI) terhadap pengetahuan dan sikap deteksi dini kanker payudara Pada
wanita usia subur (WUS) bahwa Ada perbedaan yang signifikan Ada
perbedaan yang signifikan sikap WUS sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan pada kelompok intervensi dengan nilai p =0,000 < α (0,05).
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan nilai p = 0,058 > α (0,05), dan didukung dengan penelitian Umiyati
(2012) di
Rw 03 kelurahan Bulustalan semarang tentang perbedaan
pengetahuan dan sikap e penyuluhan bahwa ada perbedaan sikap waanita usia
subur tentang Praktik SADARI sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
terlihat dari hasil uji wilcoxon p-value yaitu 0,000.
Dengan adanya pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dan sikap
wanita usia produktif, mereka akan lebih menyadari betapa pentingnya
pemeriksaan payudara sendiri dilakukan untuk mendeteksi dini adanya benjolan
pada payudaranya. Maka dari itu kesadaran masyarakat akan SADARI sangat
penting agar terhindar dari kanker payudara.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan tersebut meliputi :
1. Banyak responden yang bertukar informasi dan bekerja sama saat pengisian
kuesioner berlangsung walaupun sudah diperingatkan oleh peneliti.
2. Peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol, peneliti hanya menggunakan
kelompok intervensi saja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan wanita usia produktif sebelum diberikan pendidikan
kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015 adalah
mayoritas cukup (82,4%), dan sikap usia produktif sebelum diberikan
pendidikan kesehatan SADARI mayoritas negatif (82,4%).
2. Tingkat pengetahuan wanita usia produktif sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015 mayoritas
Baik (82,4%), dan sikap usia produktif sesudah diberikan pendidikan
kesehatan SADARI mayoritas Positif (88,2%).
3. Ada pengaruh Pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan wanita usia
produktif tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara di
Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015 dengan nilai p-value = 0.000
(p<0,05)
4. Ada pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap sikap wanita usia produktif
tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara di Puskesmas
Bies Aceh tengah Tahun 2015 dengan nilai p-value = 0.000 (p<0,05)
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Wanita Usia Produktif
Disarankan kepada ibu- ibu atau wanita usia produktif agar lebih aktif mencari
informasi seperti melalui media elektronik, media masa, guna meningkatkan
72
73
pengetahuan tentang SADARI sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk
melakukan SADARI.
2. Bagi Puskesmas Bies Aceh tengah
Disarankan kepada Pihak Puskesmas agar memberikan pendidikan kesehatan
tentang pemeriksaan payudara sendiri di desa- desa untuk meningkatkan
derajat kesehatan wanita usia produktif di kecamatan Bies.
3. Bagi Pendidikan Keperawatan
Menambah sumber informasi tentang deteksi dini kanker payudara maupun
pengobatan kanker payudara dan bekerja sama dengan pelayanan kesehatan
untuk mengadakan bakti sosial di masyarakat.
4. Bagi peneliti lain
Disarankan kepada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian lanjutan
dengan cara menggunakan metode ceramah dan demonstasi atau dengan
menggunakan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi
agar hasil penelitian lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Zaidin. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan.Jakarta.TIM.
Arikunto,S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta. EGC.
Azwar S. (2005). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta.
PustakaPelajar
Brunner.,suddarth. (2006) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
DepKes R.I.(2014). Angka kejadian kanker payudara. Available http:
//www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/170-angka-kejadiankanker-payudara.html.Diakses 26 Maret 2013.
DinKes Aceh Tengah. (2015). Data Wanita Usia produktif di puskesmas Bies
Aceh Tengah Tahun 2014. Takengon - Aceh Tengah.
Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika
Kementerian
kesehatan
republik
Indonesia
(2014).
www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-tentangkanker.html diakses 23 Maret 2015.
Marlina, M. (2014).Hubungan Dukungan dan Sikap Suami Dengan Motivasi ibu
dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh Tahun 2014. Diakses 17 Februari 2015.
Notoatmodjo, S.(2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:RinekaCipta.
Notoatmodjo,S. (2005).Pendidikan dan Prilaku Kesehatan . Jakarta. RinekaCipta.
Olfah,Y et al. (2013). Kanker payudara dan SADARI. Yogyakarta.Nuhamedika.
Pamungkas, Z. (2011).Deteksi dini Kanker Payudara.yogyakarta. Bukubiru
Pratama,
Laras (2014).Efektivitas pendidikan kesehatan terhadap nilai
pengetahuan mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada
remaja putrid di SMPN 3 Tangerang Selatan.Diakses 25 April 2015.
Rahmawati, T. (2011). Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
Peningkatan pengetahuan tentang sadari pada siswi Kelas xi di sma n 1
candiroto temanggung. Yogyakarta.StiKes Alma Ata. Diakses 25 April
2015.
Riwidikdo, H. (2009).Statistik Kesehatan.Mitra Cendikia. Jogjakarta.
Simanullang, P. (2012).Efektivitas pendidikan kesehatan tentang sadari terhadap
Pengetahuan dan sikap ibu dalam melaksanaan sadari di dusun 1 desa
Namorambe
kecamatan
namorambe.
Jurnal.uda.ac.id/files/jurnal%20poniyah.pdf. Diakses 15 januari 2015.
Susilo, R (2011). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan.EGC. Jakarta.
Sutjipto.(2013). Jumlah penderita kanker payudara masih cukup tinggi. Available
at: //http. www.depkes.co. id. Dilihat tanggal 21 Maret 2015.
Susanti,A.(2013). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan Payudara
sendiri (sadari) terhadap pengetahuan Dan sikap deteksi dini kanker
payudara Pada wanita usia subur (wus) Di kelurahan candirejo.
perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3193.pdf. Diakses 15 Januari
2015.
Suastina.(2013). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
Siswi tentang sadari sebagai deteksi dini kanker payudara di sma negeri
1
Manado.
ejournal.unstrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2188.
Diakses 15 Januari 2015
Suhita, Byba M. ( 2008). Pengaruh Health Education terhadap pengetahuan dan
sikap wanita dewasa tentang“ sadari “ dalam upaya deteksi dini Ca
Mammae di Kediri . core.ac.uk/download/pdf/16506827.pdf. Diakses 3
Februari 2015.
Sulastri,dkk. (2012). Pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan video dalam
pemeriksaan payudara sendiri (sadari) terhadap Perubahan
pengetahuan dan sikap remaja putrid Di sman 9 balikpapan.
pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/97d470addf806c90c1ec6e04d850297f.pdf.
Diakses 23 April 2015
Umiyati,dkk.(2014). Perbedaan pengetahuan dan sikap wanita usia subur
Tentang praktik sadari(pemeriksaan payudara sendiri) Sebelum dan
sesudah penyuluhan di rw 03 kelurahan Bulustalan semarang. Diakses
23 April 2015.
Viviawati. (2014). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaab
“SADARI” sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan
dan sikap remaj putri di SMK N 1 Karangannyar.Diakses tanggal 1 Juli
2015.
Wawan & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia.Yogyakarta.NuhaMedika.
Lampiran 1
PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER
Assalamualaikum Wr.Wb
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar S-1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia, maka
yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Riyadohtun syaniah Nst
NIM
: 1102085
Judul penelitian
: Pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap
pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara di puskesmas
Bies Aceh Tengah tahun 2015.
Dengan segala kerendahan hati mohon kepada ibu – ibu berkenan menjadi
responden penelitian ini dengan mengisi pertanyaan yang saya ajukan dengan
jujur dan sesuai pengetahuan ibu – ibu.
Jawaban ibu – ibu
sangat saya
butuhkan semata–mata hanya untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan jawaban yang ibu –ibu
akan saya jaga
kerahasiannya. Atas kesediaan dan bantuan ibu – ibu , saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikium Wr.Wb
Medan, Juni 2015
Hormat saya,
(Riyadohtun Syaniah NST)
Lampiran 2
INFORMED CONSENT KUESIONER
Dengan ini kami,
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh :
Nama
: Riyadohtun syaniah Nst
Pendidikan
: Program Studi Ilmu Keperawatan,Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
Judul Penelitian
: Pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dan
sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara di puskesmas Bies Aceh Tengah
tahun 2015
Bersedia untuk mengisi daftar pertanyaan penelitian yang disusun oleh
mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan,Universitas Sari Mutiara Indonesia.
tanpa paksaan. Jawaban yang diberikan akan dirahasiakaan dan hanya semata –
mata untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Demikian surat pertanyaan ini kami buat.
Medan, Juni 2015
Responden
(
)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Produktif Di
Puskesmas Bies Takengon – Aceh Tengah Tahun 2015
A.Data Demografi
1.No.Responden
: ………..
2.Umur
: ………..Tahun
3.Pekerjaan
:
Ibu Rumah Tangga
PNS
:
SD
SMA
Swasta
4.Pendidikan
SMP
Perguruan
Tinggi
5. Pernahkah ibu mendapat informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri ?
Pernah
Tidak pernah
B.Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan
pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang
telah tersedia.
2. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list ( √ )
dikotak yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini.
3. Isilah Kuesioner ini secara jujur menurut pendapat anda.
4. Apabila merasa kesulitan atau tidak ada yang dimengerti anda boleh
bertanya kepada peneliti
5. Terimakasih atas kerja samanya
C. Pertanyaan Pengetahuan
Berilah tanda check list ( √ ) pada salah satu pilihan yang tertera di belakang
pertanyaan untuk menunjukan jawaban yang saudara pilih.
Keterangan:
B = Benar
S = Salah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pertanyaan
SADARI disebut juga dengan pemeriksaan payudara
sendiri.
SADARI adalah cara sederhana untuk mendeteksi adanya
kanker payudara.
SADARI sangat mudah dilakukan, dan dapat dikerjakan
sendiri
SADARI sangat bermanfaat untuk menemukan kelainan
pada payudara
Melakukan SADARI ditujukan untuk menemukan kanker
payudara dalam stadium dini
Payudara yang terkena kanker akan berubah bentuk dan
ukuran karena terjadi pembengkakan.
SADARI dapat dilakukan setiap bulan.
SADARI dapat dilakukan antara hari ke-7 sampai ke-10
dari siklus menstruasi dengan menghitung hari pertama
haid sebagai hari pertama.
Semua wanita dewasa boleh melakukan SADARI
SADARI dianjurkan pada wanita pasca menopause (tidak
mens lagi)
SADARI dilakukan dengan berdiri di depan kaca agar
B
S
12
13
14
15
16
17
18
19
20
dapat melihat payudara secara jelas
Salah satu cara SADARI adalah dengan mengangkat
kedua tangan ke atas kepala.
Pada payudara yang abnormal, ketika kedua tangan ditarik
keatas kepala, maka akan terlihat perubahan warna kulit
Pada payudara abnormal, ketika kedua tangan ditarik
keatas kepala,maka akan terlihat pembengkakan pada
payudara.
Saat kedua tangan diletakkan di depan payudara seperti
bersilah siku mengarah ke samping, maka tidak akan
terjadi perubahan seperti cekungan.
Cara melakukan SADARI dengan meraba kedua payudara
dengan jari dengan searah jarum jam.
Cara melakukan SADARI dengan meraba kedua payudara
dengan jari dengan berlawanan jarum jam.
SADARI dapat dilakukan dengan posisi berbaring
Ketika melakukan SADARI, pada saat menekan daerah
sekitar putting, jika keluar cairan yang abnormal maka
perlu khawatir
SADARI dilakukan pada kedua payudara.
D.Pernyataan Sikap
Berilah tanda check list ( √ ) pada kolom jawaban pertanyaan dibawah ini :
Keterangan:
S
= Setuju
RR
= Ragu - ragu
TS
= Tidak setuju
No
Pernyataan
1
Sebagai seorang wanita dewasa saya harus
selalu waspada terhadap kanker payudara
Saya akan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri sejak usia 20 tahun ke atas.
Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan
sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.
Saya akan segera memeriksakan diri ke
puskesmas jika payudara saya mengalami
kemerahan dan terasa nyeri jika ditekan
Sebagai seorang wanita sebaiknya melakukan
pemeriksaan payudara sendiri sekali dalam
sebulan.
Saya akan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri jika sudah muncul keluhan seperti rasa
nyeri
Saya perlu melakukan pemeriksaan payudara
sendiri jika sudah tidak mengalami haid
(Menopause).
Saya akan melakukan pemeriksaan payudara
saya sendiri pada hari ke 7 – 10 dari siklus
haid saya dihitung dari hari pertama secara
teratur tiap bulannya
Jika saya melakukan pemeriksaan payudara
sendiri, saya akan melakukannya secara
berurutan sesuai tahapnya
Saya akan melakukan pemeriksaan payudara
lanjut, jika hasil pemeriksaan sadari
menunjukan adanya benjolan.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S
RR
TS
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Deteksi Dini Kanker Payudara
Sub Topik
: SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Juni 2015
Waktu
: 30 menit
Tempat
: Puskesmas Bies Aceh Tengah
Sasaran
: Wanita Usia Produktif yang berumur 20 - 45 Tahun
A. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan para wanita usia
produktif dapat mengerti dan memahami tentang penyakit Kanker
payudara, dan cara deteksi dini kanker payudara dengan melakukan
SADARI.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini para wanita usia produktif
diharapkan :
a. Mengetahui Pengertian SADARI
b. Mengetahui Manfaat SADARI
c. Mengetahui Tanda dan gejala Kanker Payudara
d. Mengetahui Faktor resiko Kanker Payudara
e. Mengetahui Waktu Pelaksanaan SADARI.
f. Mampu melakukan SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri) dengan
tepat
B. Metode : - Ceramah
- Tanya jawab
C. Media
: - Leafleat
- Video
D.Proses Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Tahap
Pembukaan
Waktu
2 Menit
Inti
15 Menit
Evaluasi
10 Menit
Penutup
3 Menit
Kegiatan Peneliti
Pembukaan:
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4. Menjelaskan topik
penyuluhan dan
mekanisme
penyuluhan
Kegiatan Responden
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
Penyampaian Materi:
1. Mengakaji
1.Menjawab
pengetahuan dan
2.Mendengarkan dan
sikap awal mengenai
memperhatikan
topik yang akan
disampaikan
2. Menyampaikan
materi:
a) Pengertian SADARI
b) Manfaat SADARI
c) Tanda dan Gejala
Kanker Payudara
d) Faktor Resiko Kanker
Payudara
e) Waktu Pelaksanaan
SADARI
f) Langkah – langkah
SADARI.
Evaluasi:
1. Memberi kesempatan
1. Bertanya
kepada Wanita usia
2. Menjawab
produktif untuk
bertanya
2. Menanyakan kembali
kepada peserta tentang
materi yang
disampaikan
1. Menyimpulkan Materi
1. Mendengarkan
2. Memberi salam
2. Menjawab salam
Materi Penyuluhan
A. Pengertian SADARI
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang
berumur 20 tahun ke atas ( Olfah,dkk, 2013).
B. Manfaat SADARI
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini.
Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih
pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI
hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak
untuk mencegah kanker payudara.
Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker
payudara dengan mengamati payudara dari depan,sisi kiri, dan sisi kanan,
apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik dan
pengeluaran cairan atau nanah dan darah. SADARI sebaiknya dilakukan
sekitar satu minggu setelah menstruasi.(Olfah,dkk 2013).
C. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan
atau massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari putting susu,
timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange),
pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh (Olfah,dkk
2013).
D. Faktor Resiko Kanker Payudara
Hingga saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti
karena termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu
dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga,
hormonal dan faktor lain yang bersifat eksogen / faktor luar (Mansjoer
dkk,2003 dalam Olfah,dkk,2013).
Menurut Prince & Wilson (2006) terdapat beberapa faktor yang berkaitan
dengan kanker payudara:
1) Usia
2) Lokasi geografis dan ras
3) Status perkawinan
4) Paritas
5) Riwayat menstruasi
6) Riwayat keluarga
7) Obesitas
8) Penyakit payudara lain
9) Terpajan radiasi
E. Waktu Pelaksanaan SADARI
Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita
menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara
rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada
payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah
normal atau tidak berubah selama bertahun-tahun. Wanita yang belum
menopause sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab
perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada
payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar 5
sampai 10 hari setelah menstruasi. Satelah menopause SADARI sebaiknya
dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin
dalam kehidupan wanita tersebut (Olfah,dkk 2013).
F. Langkah – Langkah SADARI
Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes
(2009) dalam Pratama (2014), yaitu:
g. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan
di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat
perubahan dan hal ukuran, bentuk atau warna kulit,atau jika ada
kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
h. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan
di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di
pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan
badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.
i. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara
lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
j. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil
berdiri dan berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring.
Diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan di
periksa.
k. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk
menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk,tengah,dan
manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari
tersebut dengan gerakkan memutar keluar di seluruh permukaan
payudara.s
l. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara
sebelah
kanan
dengan
menggunakan
tangan
kiri.
Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila
ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang
sama setiap bulannya.
Langkah – langkah
pemeriksaan payudara
sendiri
Langkah 1
Berdiri di depan cermin, tangan
disisi tubuh, dan perhatikan ukuran dan
bentuk , warna kulit,atau jika ada kerutan
pada payudara.
Langkah 2
Angkat kedua tangan diatas
kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua
tangan di pinggang sambil menekan agar otot
dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk
melihat apakah kedua payudara menggantung
seimbang
Langkah 3
Tekan masing-masing puting dengan ibu jari
dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat
apakah ada cairan yang keluar.
Langkah 4
Lakukan
perabaan
payudara.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan
sambil berdiri dan berbaring. Jika
memeriksa
payudara
sambil
berbaring.
Diletakkan
sebuah
bantal di bawah pundak sisi
payudara yang akan di periksa.
(Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Langkah 5
Angkat lengan kiri ke atas kepala ,Gunakan
tangan kanan untuk menekan paydara kiri
dengan ketiga jari tengah (telunjuk,tengah,dan
manis). Mulailah dari daerah putting susu dan
gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakkan
memutar keluar di seluruh permukaan payudara.
Langkah 6
Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi
pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan
dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan
ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal
apabila ada kelainan pada payudara yaitu
dengan menggunakan teknik yang sama setiap
bulannya.
Riyadohtun syaniah nasution
1102085
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA
SADARI
2.
HORMONAL
- Haid pertama usia< 12
tahun
Apa itu SADARI ?
Kanker Payudarara
SADARI ( pemeriksaan payudara
sendiri) yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker
dalam payudara
-
Melahirkan anak pertama
usia >35 tahun
-
Tidak menyusui anak
-
Riwayat keturunan
-
Penyakit payudara lain
Apa itu Kanker Payudara?
Kanker payudara adalah tumor ganas
pada payudara atau salah satu
payudara.
kanker payudara juga merupakan
benjolan atau masa tunggal yang sering
terdapat di daerah kuadran atas bagian
luar, benjolan ini keras dan bentuknya
tidak beraturan dan dapat digerakkan.
Tanda dan Gejala
Kanker payudara
Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari
keluhan benjolan di payudara, rasa sakit, keluar cairan dar i
putting susu, timbulnya kelainan kulit ,kemerahan, kulit
payudara seperti kulit jeruk.
Faktor Resiko Kanker
Payudara
1. DIET
-
Peningkatan badan
berlebihan
-
Makanan cepat saji
-
Minuman beralkohol
Waktu Pelaksanaan
SADARI
Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu
bulan. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar 7 sampai 10 hari
setelah menstruasi. Satelah menopause SADARI sebaiknya
dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga
aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut
Lampiran 13
Lembar Output SPSS
Statistics
Informasi tentang
Umur
N
Pekerjaan
Valid
Missing
Pendidikan
SADARI
17
17
17
17
0
0
0
0
Frequency Table
1.Umur
Umur
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
20 - 28
6
35.3
35.3
35.3
29 - 37
7
41.2
41.2
76.5
38 - 45
4
23.5
23.5
100.0
17
100.0
100.0
Total
2. Pekerjaan
Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid
Ibu Rumah Tangga
Swasta
Total
Percent
Valid Percent
Percent
14
82.4
82.4
82.4
3
17.6
17.6
100.0
17
100.0
100.0
3.Pendidikan
Pendidikan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SD
1
5.9
5.9
5.9
SMP
4
23.5
23.5
29.4
SMA
9
52.9
52.9
82.4
Perguruan tinggi
3
17.6
17.6
100.0
17
100.0
100.0
Total
4.Informasi tentang SADARI
Informasi tentang SADARI
Frequency
Valid
Percent
pernah
Valid Percent
Cumulative Percent
2
11.8
11.8
11.8
tidak pernah
15
88.2
88.2
100.0
Total
17
100.0
100.0
UJI Mc Nemar
5.Pengetahuan sebelum dan sesudah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Pengetahuan
sebelum *
Pengetahuan
sesudah
Missing
Percent
17
100.0%
N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
17
100.0%
Pengetahuan Pre test * Pengetahuan Post test Crosstabulation
Pengetahuan Post test
Kurang
Pengetahu Kurang
an Pre test
Count
% of Total
Cukup
Baik
Total
0
2
5.9%
5.9%
.0%
11.8%
0
1
13
14
.0%
5.9%
76.5%
82.4%
0
0
1
1
.0%
.0%
5.9%
5.9%
1
2
14
17
5.9%
11.8%
82.4%
100.0%
Count
% of Total
Total
1
Count
% of Total
Baik
1
Count
% of Total
Cukup
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
McNemar-Bowker Test
df
14.000
N of Valid Cases
sided)
2
.001
17
UJI Mc Nemar
6.Sikap sebelum dan sesudah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Sikap sebelum *
sikap sesudah
Missing
Percent
17
100.0%
N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
17
100.0%
Sikap Pre test* Sikap Post test Crosstabulation
Sikap Post test
Negatif
Sikap Pre
Negatif
test
Count
% of Total
Positif
Total
12
14
11.8%
70.6%
82.4%
0
3
3
.0%
17.6%
17.6%
2
15
17
11.8%
88.2%
100.0%
Count
% of Total
Chi-Square Tests
Exact Sig. (2Value
sided)
McNemar Test
N of Valid Cases
a. Binomial distribution used.
.000
17
Total
2
Count
% of Total
Positif
a
Download