PENGETAHUAN, SIKAP dan PRAKTEK WANITA DEWASA

advertisement
PENGETAHUAN, SIKAP dan PRAKTEK WANITA DEWASA MENGENAI PEMERIKSAAN
OBSTERTI DAN GINEKOLOGI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Ritha Melanie
ABSTRAK
Pengetahuan, sikap dan praktek/keterampilan masyarakat yang baik tentang Sadari merupakan
komponen indikator keberhasilan dari program pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini kanker
payudara. Sementara itu, peneliti menemukan bahwa sebagian besar dari wanita dewasa
pengunjung Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tidak mengetahui
manfaat, waktu, frekuensi, faktor risiko terkena kanker payudara dan tidak dapat melakukan Sadari
dengan teknik yang tepat. Padahal wanita dewasa seharusnya lebih mengetahui kesehatan
payudaranya sendiri dan mampu melakukan Sadari dengan teknik yang tepat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai pengetahuan, sikap dan praktek wanita dewasa mengenai Sadari di Poliklinik Obstetri
dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan jumlah sampel 48 responden yang
diperoleh dengan menggunakan tabel krecjie dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan
data dilakukan melalui angket tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, dan dengan
observasi. Pengolahan data dilakukan melalui analisis statistik deskriptif dengan prosentase dan
teknik median. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada domain pengetahuan wanita dewasa
tentang Sadari menunjukkan 16,7 % baik, 14,6 % cukup baik dan 68,8 % kurang baik. Pada
domain sikap 100 % bersikap positif atau favorabel. Sedangkan untuk domain praktek/tindakan
Sadari 6,3 % baik, 10,4 % cukup baik dan 83,3 % kurang baik.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, peran perawat sebagai pendidik (health edukator) dalam
upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek tentang Sadari sangat perlu direalisasikan.
Perawat harus memperhatikan prinsip dari proses pendidikan kesehatan mencakup metode/teknik,
media dan strategi yang harus dilaksanakan secara terorganisir dengan membuat langkah
perencanaan yang tepat yaitu mengenali masalah, masyarakat dan wilayah, menentukan prioritas,
tujuan, sasaran, materi, metode, media, membuat rencana evaluasi dan jadwal pelaksanaan,
sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima, dipahami dan diaplikasikan dengan baik.
A. PENDAHULUAN
Permasalahan mengenai kanker payudara cukup menarik untuk dibicarakan karena
sampai saat ini kanker payudara merupakan tumor ganas yang sering ditemukan pada wanita
baik di negara maju maupun negara berkembang. Kanker payudara terutama terdapat pada
wanita di atas 40 tahun dan jarang sekali ditemukan pada wanita di bawah 20 tahun.
Berdasarkan data yang dipublikasikan WHO bahwa setiap tahunnya di dunia bertambah 6,25
juta kasus baru kanker dan dari 180.000 kasus baru kanker yang diidentifikasi WHO pada tahun
1994, terdapat 18,4 % penderita kanker payudara. Di Amerika ternyata kanker payudara
menduduki peringkat pertama dengan perkiraan 1 di antara 10 wanita akan mengidap kanker
payudara dengan angka kematian mencapai 19 % dari seluruh kematian karena kanker
(Rosfein, 1988: 18). Dari hasil pencatatan 13 pusat patologi anatomik yang ada di Indonesia, dari
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
tahun ke tahun menunjukkan kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker
serviks dan Bandung termasuk dari 9 diantaranya (Tjakraatmadja, 1998: 99).
Gambaran di wilayah Jawa Barat secara terinci belum ada datanya. Sebagai gambaran
kiranya dapat dikemukakan di sini bahwa penderita kanker payudara yang datang berobat ke
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (Lukitto dikutip oleh Iyad, 1995) dari data yang dikumpulkan
berdasarkan Hospital Base Registration selama 11 tahun sebelumnya dari tahun 1972-1983
jumlah penderita kanker payudara yang datang berkunjung sebanyak 1020 orang atau rata-rata
hampir 93 orang dalam setahunnya. Selama 3 tahun dari 1983-1986, terdapat sebanyak 291
(17,66%) penderita kanker payudara dari 1648 orang penderita kanker ganas yang datang
berobat ke rumah sakit atau rata-rata 97 penderita per tahun. Dari tahun 1990-1993 selama 4
tahun, dari 231 penderita kanker payudara yang berobat ke RSHS, 67% masih operabel, akan
tetapi tidak ada seorang penderitapun dengan T1 (ukuran tumornya 2 cm atau kurang).
Mengingat betapa beratnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh kanker payudara ditinjau
dari segi harapan hidup, angka kesembuhan, lamanya penderitaan serta mahalnya biaya
pengobatan, maka sudah selayaknya individu/ masyarakat melakukan pencegahan sedini
mungkin. Pada umumnya usia antara 20 dan 40 tahun merupakan kehidupan reproduktif,
dimana seorang wanita mengalami masa perubahan siklus menstruasi, kehamilan, kelahiran dan
menyusui. Pada masa inilah payudara dikatakan aktif dan sebaiknya semua wanita harus
bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudaranya. Pemeriksaan rutin
dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan pada payudara merupakan kebiasaan
yang sangat baik yang harus dilakukan pada massa reproduktif ini (Braam, 1994: 39).
Sebenarnya kanker payudara merupakan kelainan yang dengan mudah dapat ditemukan
dalam stadium yang sangat dini dengan tehnik yang paling sederhana yaitu pemeriksaan
payudara sendiri (Sadari) yang dapat dilakukan oleh para wanita sendiri sehingga dapat dicegah
proses keganasannya dan kesembuhan yang semaksimal mungkin dapat diupayakan sebaikbaiknya (Gandasentana, 1997: 1652). Memang ada cara yang lebih akurat untuk mendeteksi
kanker payudara yaitu dengan ultra sonografi (USG) dan mammografi, namun sayang
pemeriksaan tersebut cukup mahal bagi kebanyakan masyarakat sehingga hal tersebut sulit
dianjurkan pada semua wanita (Viko, 1994: 35).
Di negara maju kesadaran masyarakat untuk melakukan Sadari cukup tinggi sehingga
kasus baru telah dapat ditemukan sejak dini (Muchlis dikutip oleh Irawan,1995). Kebudayaan
masyarakat Indonesia yang beraneka ragam membawa pengaruh terhadap upaya pendidikan
kesehatan umumnya, khususnya mengenai deteksi dini kanker payudara melalui teknik Sadari.
Adanya peningkatan jumlah penduduk yang dapat menamatkan pendidikan yang lebih tinggi dan
makin mudahnya informasi yang diperoleh melalui berbagai media, dapat diperkirakan
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
kemampuan masyarakat dalam hal Sadari akan makin meningkat. Penyediaan dan pengadaan
sarana, prasarana dan tenaga kesehatan profesional serta media yang menginformasikan
tentang penyakit kanker payudara dan pencegahannya merupakan upaya yang telah lama
dilakukan oleh pemerintah untuk melayani deteksi dini kanker payudara guna menghilangkan
keterlambatan pasien datang berobat pada stadium dini (Ramli, 1993: 1).
RSHS secara rutin mengadakan penyuluhan mengenai deteksi dini kanker payudara
(Sadari) setiap dua kali seminggu. Dari data yang diperoleh penulis di Poliklinik Obstetri dan
Ginekologi RSHS menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung yang datang adalah wanita
yang berusia 20 tahun ke atas dengan latar belakang pendidikan terendah rata-rata adalah SMA.
Berdasarkan pada studi awal melalui wawancara dan observasi terhadap 7 orang pengunjung, 2
orang diantaranya tidak mengetahui manfaat Sadari, sementara 5 orang lainnya tidak
mengetahui waktu Sadari dan dari kelima orang tersebut 4 diantaranya tidak tepat dalam
melakukan Sadari. Apabila kondisi ini berlangsung terus akan menghambat upaya pembentukan
kemampuan masyarakat/individu mengenai Sadari.
Wanita yang sudah berpengalaman dalam arti memiliki kemampuan dalam hal Sadari
dapat mengenal dengan baik keadaan payudaranya sendiri yang normal dan dapat menemukan
sedini mungkin bila ada kelainan pada payudaranya, sehingga ada kesempatan besar untuk
menemukan tumor dalam ukuran kecil (Tambunan, 1995: 34). Pendidikan kesehatan mengenai
Sadari merupakan usaha atau kegiatan yang membantu masyarakat/individu untuk
meningkatkan kemampuan (perilaku)-nya dalam pemeliharaan kesehatan payudara dan upaya
ini sudah cukup lama dilaksanakan melalui penyuluhan. Indikator keberhasilan dari program
pendidikan kesehatan adalah perubahan pengetahuan, sikap dan praktek/tindakan
(Notoatmodjo, 1993: 93). Kemampuan wanita dalam melakukan Sadari merupakan faktor yang
turut menentukan keberhasilan upaya deteksi dini tumor payudara, di mana kemampuan dalam
hal ini mulai dari domain kognitif dalam arti si subyek tahu terlebih dahulu mengenai materi
Sadari sehingga menimbulkan pengetahuan baru tentang Sadari dan selanjutnya muncul respon
dalam bentuk sikap yang akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa praktek/tindakan.
Oleh karena itu, peran wanita dalam pencegahan kanker payudara dengan deteksi dini tumor
payudara melalui Sadari merupakan upaya yang penting, karena di samping membantu
membebaskan diri dari penderitaan kanker payudara juga membantu menekan biaya
pengobatan kanker yang mahal (YKI, 1993: 12).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1).
Menggambarkan kemampuan wanita dewasa dalam Sadari di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung; 2). Mengidentifikasi mengenai; Pengetahuan wanita
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
dewasa tentang Sadari, Sikap wanita dewasa mengenai Sadari, dan Praktek/tindakan wanita
dewasa dalam Sadari
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Variabel dalam penelitian
ini adalah pengetahuan, sikap dan praktek/tindakan wanita dewasa dalam hal Sadari. Dengan
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita pengunjung Poliklinik Obstetri dan Ginekologi
RSHS Bandung yang berusia 18 sampai 40 tahun. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999: 56).
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
yang berdasarkan ciri atau sifat populasi yang diketahui sebelumnya. Berdasarkan dari jumlah
rata-rata kunjungan setiap minggu selama 4 bulan terdapat sebanyak 55 orang. Dengan
pertimbangan tersebut maka peneliti melakukan perhitungan ukuran sampel berdasarkan Tabel
Krejcie dengan taraf kesalahan 5%. Berdasarkan Tabel Krejcie bila jumlah populasi 55 orang
maka sampelnya 48 orang (n=48 orang).
Tabel 1. Definisi Oprasional
No.
Variabel
Definisi Operasional
Hasil Ukur
1.
Pengetahuan
mengetahui, memahami dan
mengaplikasikan materi Sadari.
2.
Sikap
3.
Praktek
menerima,
merespon
dan
bertanggung jawab terhadap
Sadari
prosedur/tahapan
yang
dilakukan responden dalam
melakukan Sadari.
1.
2.
3.
1.
2.
Baik > 75 %
Cukup 60 % - 75 %
Kurang < 60%
Positif > Median
Negatif < median
1. Baik > 75 %
2. Cukup 60 % - 75 %
3. Kurang < 60%
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden mengenai sumber informasi yang diperoleh tentang Sadari
dapat secara rinci dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Sumber Informasi
Tempat Pelayanan Kesehatan
Media Massa
Keluarga
Orang Lain
Jumlah
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Frek.
21
12
10
5
48
%
43,75
25,00
20,83
10,42
100
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa 43,75 % responden menyatakan bahwa informasi
tentang Sadari diperoleh melalui sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, rumah bersalin,
puskesmas, poliklinik).
Pelayanan dan informasi mengenai deteksi dini tumor payudara (Sadari) yang
diberikan oleh tenaga kesehatan memepunyai andil yang cukup besar terhadap perubahan
perilaku (pengetahuan, sikap, praktek) individu/masyarakat terhadap Sadari. Salah satu
upaya agar informasi mengenai Sadari dapat dipahami oleh orang dewasa dan mempunyai
dampak pada perubahan perilaku adalah dengan memperhatikan prinsip dari proses
pendidikan kesehatan yaitu proses belajar dan menentukan strategi yang tepat yang
mencakup isi atau materi Sadari yang relevan dan metode serta teknik yang sesuai dengan
kondisi sasaran, sebab hasil akhir yang dinilai dalam pendidikan orang dewasa
(Notoatmodjo, 1993: 33-34) adalah apa yang diperoleh sasaran belajar, bukan apa yang
dilakukan oleh pendidik/penyuluh.
2. Pengetahuan Tentang Sadari
Berdasarkan tabulasi data sebanyak 12 item pertanyaan mengenai pengetahuan
Sadari, berikut adalah penyajian data yang dikelompokkan berdasarkan sub variabel
mengetahui, memahami dan mengaplikasikan materi atau obyek yang berkaitan dengan
Sadari.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Sadari Berdasarkan Sub Variabel di
Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSHS Bandung.
Baik
Sub Variabel
Mengetahui
Memahami
Mengaplikasikan
Kriteria
Cukup
Kurang
Frek.
%
Frek.
%
Frek
%
8
10
8
16,7
20,8
16,7
17
13
12
35,4
27,1
25,0
23
25
28
47,9
52,1
58,3
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umumnya setiap sub variabel pengetahuan
memiliki kategori kurang, di mana pada sub variabel mengetahui mencapai 47,9 %
sedangkan sub variabel memahami mencapai 52,1 % dan yang terbanyak adalah pada sub
variabel mengaplikasikan materi Sadari yaitu sebanyak 58,3 %. Bila dilihat analisis domain
pengetahuan secara keseluruhan tanpa membedakan sub variabel mengetahui, memahami
dan mengaplikasikan Sadari, proporsi untuk kriterianya (baik, cukup, kurang) dapat dilihat
pada diagram 1.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Diagram 1 Proporsi Pengetahuan Tentang Sadari
Baik
16.7%
Cukup
14.6%
Kurang
68.8%
Dari diagram 1 diketahui bahwa terdapat 68,8 % responden dengan pengetahuan
yang kurang, 14,6 % dengan pengetahuan yang cukup dan 16,7 % responden dengan
pengetahuan yang baik tentang Sadari.
Hal mendasar yang perlu diketahui wanita agar dapat melakukan Sadari secara
efektif adalah dengan mengetahui waktu yang tepat untuk melakukannnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 31,3 % dari responden yang dapat menjawab dengan benar.
Perlu diketahui bahwa ada waktu tertentu di mana Sadari bisa efektif, yaitu pada hari ke 710 dari hari pertama haid (Guilory dan Reksoprojo, 1995). Waktu Sadari tersebut berkaitan
dengan keadaan hormon estrogen dan progesteron yang rendah dan jaringan kelenjar
payudara yang tidak oedema, sehingga akan lebih mudah menemukan kemungkinan
adanya benjolan yang masih berukuran kecil.
Pengetahuan mengenai Sadari merupakan pengetahuan yang akan membentuk
suatu keterampilan. Salah satu upaya agar penyampaian informasi tersebut dapat dipahami
dan berdampak pada peningkatan keterampilan adalah dengan menggunakan metode dan
strategi yang tepat. Di mana untuk metode penyampaiannya dapat berupa demonstrasi
mengenai teknik Sadari dengan menggunakan alat peraga, dan strateginya dengan
memperhatikan isi atau materi Sadari yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
Indera merupakam media yang mempermudah penerimaan informasi tentang
pengetahuan (Notoatmodjo, 1993: 46), di mana lebih dari 75 % sampai 85 % dari
pengetahuan diperoleh melalui mata. Semakin banyak indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu maka semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.
Penyuluhan/penyampaian informasi mengenai Sadari dengan menggunakan teknik
yang salah dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan wanita dewasa tentang Sadari
sehingga ada kecenderungan untuk mengabaikan masalah pemeliharaan kesehatan
payudara. Dengan menggunakan alat peraga dan demonstrasi, materi yang disampaikan
dapat diterima dengan jelas dan mempermudah persepsi, pemahaman serta aplikasinya.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
3. Sikap Mengenai Sadari
Hasil analisis data dari 13 item pertanyaan mengenai sikap responden pada Sadari
dengan menggunakan median, berdasarkan pada pengelompokkan sub variabel menerima,
merespon, menghargai dan bertanggung jawab didapatkan hasil seperti yang terlihat pada
table 4 berikut ini
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sikap Mengenai Sadari Berdasarkan Sub Variabel di Poliklinik
Obstetri dan Ginekologi RSHS Bandung
Sub Variabel
Menerima
Merespon
Menghargai
Bertanggung Jawab
Sikap Responden
Favorabel
Unfavorabel
Frek.
%
Frek.
%
48
100
0
0,0
48
100
0
0,0
48
100
0
0,0
47
97,9
1
2,1
Terlihat dari tabel 3 bahwa dari 48 responden 100 % bersikap favorabel pada sub
variabel menerima, merespon dan menghargai, sementara pada sub variabel bertanggung
jawab hanya 2,1 % yang bersikap unfavorabel. Adapun bila dilihat analisis domain sikap
secara keseluruhan tanpa membedakan sub variabel menerima, merespon, menghargai
dan bertanggung jawab pada Sadari, proporsi untuk kriterianya (baik, cukup, kurang) dapat
diketahui bahwa sikap wanita dewasa mengenai Sadari menunjukkan 100 % dari responden
bersikap favorable.
Dengan sikap yang favorabel bisa menjadi indikator bahwa responden mempunyai
kepercayaan atau keyakinan bahwa Sadari yang dilakukan sesuai prosedur akan membawa
manfaat atau keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 100 %
responden mempunyai sikap yang positif atau favorable, meskipun pada domain
pengetahuan termasuk dalam kriteria kurang, sesuai dengan asumsi bahwa sikap memiliki
“ekspresif” di mana dirasakan bahwa sikapnya perlu diekspresikan berdasarkan nilai-nilai
yang dimilikinya, misalnya seorang yang egois akan mengekspresikan sikapnya di mana
segala kepentingan diutamakan untuk dirinya (Mar’at, 1982:16). Hal ini berarti seluruh
responden meyakini bahwa Sadari merupakan salah satu upaya deteksi dini kanker
payudara yang efektif karena mudah dilakukan sendiri oleh wanita dan tanpa mengeluarkan
biaya. Dan juga menerima bahwa Sadari harus dilakukan secara rutin dengan teknik yang
tepat. Adanya sikap yang favorabel diharapkan mendukung wanita untuk melakukan
praktek/tindakan dalam mencapai keberhasilan upaya Sadari. Sesuai asumsi, bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku
(Newcomb dikutip oleh Notoatmodjo, 1993: 97).
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Sikap dari responden yang favorabel didukung karena telah adanya pengalaman
pribadi atau pengaruh dari orang lain. Dan ini merupakan salah satu komponen
pembentukan sikap, misalnya petugas kesehatan, keluarga atau orang lain. Apabila orangorang yang dianggap berarti ini mendukung dalam pembentukan sikap maka akan terbentuk
sikap yang baik pula. Sesuai asumsi yang menyatakan, bahwa faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah orang yang dianggap penting (Azwar, 1995: 32).
Sikap yang positif ini dapat dijadikan dasar bagi tenaga kesehatan (perawat, dokter,
bidan) dalam menyampaikan informasi tentang Sadari yang dilakukan dengan teknik Sadari
yang tepat. Namun sikap yang baik saja tidak akan menjadi perbuatan yang nyata tanpa
adanya faktor yang mendukung untuk berperilaku. Salah satu faktor pendukung tersebut
adalah dari petugas kesehatan (perawat, dokter, bidan) yang bertugas atau kebijakan rumah
sakit yang menunjang terlaksananya penyuluhan tentang Sadari dengan teknik Sadari yang
tepat.
Sikap wanita dewasa pada Sadari yang positif atau favorabel harus selalu tetap
dipertahankan dengan memberikan dukungan psikologi baik pada klien dan keluarga
dengan lebih meyakinkan bahwa Sadari merupakan teknik deteksi dini kanker payudara
yang efektif dengan tujuan agar sikap wanita dewasa terhadap Sadari tidak mudah
terpengaruh dengan hal-hal yang dapat merubah siksp wanita dewasa pada Sadari.
4. Praktek/Tindakan Dalam Sadari
Berdasarkan tabulasi data sebanyak 9 item observasi mengenai praktek Sadari,
berikut adalah penyajian data berdasarkan tingkat respon terpimpin.
Tabel 5 Ditribusi Frekuensi Praktek Dalam Sadari dengan respon terpimpin di Poliklink
Obstetri dan Ginekologi RSHS Bandung
Sub Variabel
Sadari dengan posisi berdiri
Sadari dengan posisi berbaring
Baik
Frek.
%
0
0,0
7
14,6
Kriteria
Cukup
Frek.
%
3
6,3
10
20,8
Kurang
Frek.
%
45
93,8
31
64,6
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada umumnya dari 48 responden termasuk kriteria
kurang baik dalam mempraktekan Sadari yang tepat, di mana pada Sadari dengan posisi
berdiri mencapai 93,8 % dan Sadari dengan posisi berbaring mencapai 64,6 %. Adapun bila
dilihat analisis domain praktek Sadari secara keseluruhan, proporsi untuk kriterianya (baik,
cukup, kurang) dapat dilihat pada diagram 3.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Diagram 3 Proporsi Praktek/Tindakan Dalam Sadari
B a ik
6 .3 %
C ukup
10.4%
K ura ng
83.3%
Dari diagram 3 diketahui bahwa pada Sadari sebanyak 83,3 % responden kurang
baik dalam mempraktekkan Sadari, sedangkan 10,4 % responden termasuk kriteria cukup,
dan hanya 6,3 % yang dapat mempraktekkan Sadari dengan baik. Hal ini disebabkan oleh
petugas kesehatan (perawat, dokter, bidan) dalam memberikan materi penyuluhan tentang
Sadari tanpa disertai demonstrasi atau penggunaan alat peraga sehingga responden
kesulitan untuk menterjemahkan materi yang disampaikan. Dalam kondisi ini petugas
kesehatan (perawat, dokter, bidan) bertanggung jawab hanya sebatas menyampaikan
materi Sadari saja tanpa memperhatikan metode dan strategi dalam penyampaiannya.
Kondisi ini secara perlahan akan berpengaruh buruk terhadap tercapainya kesehatan yang
optimal terutama berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan payudara.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan , antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas,
juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami, orang tua atau
mertua, dan lain-lain (Notoatmodjo, 1993: 99-100). Menurut Maramis dan Sukardi (1986:
137): Keterampilan fisik harus dipelajari dan bukan merupakan reflek motorik yang sudah
ada sejak lahir. Tujuan domain psikomotor ialah keterampilan yang memerlukan terutama
fungsi saraf somatomotorik dan otot yang dalam pengajaran harus mendemonstrasikan
keterampilan dari yang sederhana sampai dengan yang sulit sekali”.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan praktek wanita dewasa
mengenai pemeriksaan payudara (Sadari) yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pengetahuan wanita dewasa tentang pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) di Ruang
Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sebanyak 16,7 %
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
termasuk dalam kriteria baik, 14,6 % dalam kriteria cukup baik dan 68,8 % termasuk
kriteria kurang.
b. Sikap wanita dewasa pada pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) yang telah dilakukan
di Ruang Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada
umumnya 100 % bersikap positif atau favorabel. Hal ini merupakan faktor yang sangat
penting untuk mendukung keberhasilan upaya Sadari.
c. Praktek/tindakan wanita dewasa dalam pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) di
Ruang Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sebanyak 3
responden (6,3 %) dalam kriteria baik, 5 responden (10,4 %) dalam kriteria cukup dan
40 responden (83,3 %) dalam kriteria kurang.
2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka saran-saran yang
perlu
diupayakan berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan praktek mengenai Sadari adalah
sebagai berikut:
a. Bagi Instansi: Meningkatkan kerjasama antara bagian Poliklinik Obstetri dan Ginekologi,
tim Pemyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakitdan tim Penanggulangan Kanker
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dalam menentukan rencana tindak lanjut yang perlu
dilakukan dalam upaya penyuluhan tentang Sadari, yang meliputi: 1). Menelusuri
penyebab kurang berhasilnya pelaksanaan penyuluhan; 2). Memonitor rencana kegiatan
penyuluhan sesuai kebutuhan dan situasi; 3). Memonitor petugas pelaksana penyuluhan;
4). Mengawasi pelaksanaan penyuluhan.
b. Bagi tenaga kesehatan terutama perawat, yaitu memperhatikan prinsip dari proses
pendidikan kesehatan yaitu proses belajar dalam penyuluhan tentang Sadari yang
meliputi metode/teknik, media dan strategi penyuluhan. Dalam menyampaikan informasi
dengan menggunakan metode/teknik penyuluhan (demonstrasi, ceramah, tanya jawab,
dan lain-lain) yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, dan strategi (isi dan materi)
penyuluhan yang tepat yang didukung oleh media (buku, poster, leaflet, video caset,
audio, dan lain-lain), diharapkan informasi tentang Sadari dapat lebih jelas diterima,
dipahami dan diaplikasikan oleh sasaran dan tercipta persepsi yang sama tentang Sadari
antara penyuluh dan sasaran.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung : Unpad.
Arikunto, S. 1994. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi IV. Jakarta : Rineka
Cipta.
Arjoso, S. 1994. Perilaku Sehat Mengurangi Risiko Kanker. Warta Berkala Tantri, No. 6, Vol. IV,
27.
Azwar, S. 1998. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset.
Bosman, dkk. 1996. Onkologi. Diterjemahkan oleh Arjono. Edisi kelima. Yogyakarta : RSUP DR.
Sardjito.
Braam, dkk. 1994. 100 Pertanyaan Mengenai Kanker. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Depdiknas. 2000. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi Program Sarjana Universitas
Padjadjaran Tahun Akademik 2000/2001. Bandung.
Gandasentana, R. 1997. Kanker Serviks dan Kanker Payudara serta Permasalahannya. Majalah
Ilmiah Fakultas Kedokteran USAKTI, Vol. 16, No. 1, 1651-1656.
Gilbert, P. 1992. Payudara. Jakarta : Arcan.
Iyad, H. A. 1995. Kanker Payudara dan Permasalahannya. Dibacakan pada Ulang Tahun ke XVIII
YKI Wilayah Jawa Barat. Bandung : FK Unpad.
______________. 1990. Pemeriksaan Payudara Sendiri. Dalam Cara Hidup Sehat dalam
Mengurangi Risiko Penyakit Kanker. Bandung : YKI.
Kanwil Depkes. 1995. Kebijakan Operasional Penanggulangan Kanker di Provinsi Jabar. Bandung.
Luwia, M. dr. 1994. Menghadapi Si Kanker Payudara. Warta Berkala Tantri, Volume VI, No.6 3434.
Nasar, I.M. 2000. Situasi Penyakit Kanker Di Akhir Abad 20 dan Problemnya. Dalam prosiding
seminar sehari, Onkologi. Jakarta : UKI.
Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi
Offset.
Ramli, H. M. 1993. Deteksi dan Diagnosis Dini Kanker Payudara. Dalam Pencegahan, Diagnosisi
Dini dan Pengobatan Penyakit Menular. Jakarta : YKI dan FK UI.
Rosfein, R. 1988. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya kanker Payudara pada
Wanita di Beberapa RS di Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran, No. 49, 18-21.
Soebroto, J. B. 1994. Menyongsong Target YKI Wilayah Sudah Berkembang di Tahun 1994. Warta
Berkala Tantri, Vol. IV. 6, 22-23.
Soebrata, N. S. 1990. Cara Hidup Sehat dalam Mengurangi Risiko Penyakit Kanker Dalam
Sambutan Peringatan Hari Ulang Tahun YKI ke 13. Bandung : YKI.
Soejoga. 1990. Cara Hidup Sehat dalam Mengurangi Risiko Penyakit Kanker Dalam Sambutan
Peringatan Hari Ulang Tahun YKI ke 13. Bandung : YKI.
Sumantri, dkk. 1997. Pedoman Terapi Hematologi Onkologi. Bandung : Alumni.
Suparto. 1999. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Download