(Plenari) POTENSI DAN PENGEMBANGAN IKAN

advertisement
Seminar UR-UKM ke-7 2012
”Optimalisasi Riset Sains dan Teknologi Dalam Pembangunan Berkelanjutan”
(Plenari)
POTENSI DAN PENGEMBANGAN
IKAN SELAIS (Kryptopterus DAN Ompok: Siluridae)
DI PROVINSI RIAU
Roza Elvyra
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau Pekanbaru, Indonesia. Email: [email protected]; [email protected]
ABSTRACT
Study on Kryptopterus and Ompok (Siluridae) in Indonesia, and in Sumatra particularly, is scarce.
Less study on the fish because Kryptopterus and Ompok were not found in all rivers in Indonesia.
They were found limited to a few ecosystem of the floodplain river in Kalimantan, Jambi,
Palembang and Riau. Riau Province has a potential of the ecosystem of floodplain river with its
high diversity of fish species. Floodplain river is a unique and complex ecosystem, it includes
watersheds, oxbow lake, marshes and rivers which has the unity function for the survival of many
species fish. Among the fish that live in the ecosystem of foodplain river in Riau Province are
Kryptopterus and Ompok belonging to the familiy Siluridae. They are generally known as lais fish,
or in Riau Province is known as selais fish. Five species of selais fish were found in Riau
Province, namely K. apogon, K. limpok, K. schilbeides, O. eugeneiatus and O. hypophthalmus.
Study on genetic diversity and biological reproduction of selais fish in Riau Province has been
done. Potential genetic resources and biological reproduction of fish asssociated with its habitat
will be discussed and can be used as the basis for the next development of biological resources in
the floodplain river of Riau Province.
Key word: selais fish, Kryptopterus, Ompok, Riau
ABSTRAK
Penelitian mengenai ikan Kryptopterus dan Ompok di Indonesia umumnya dan di Sumatera
khususnya, belum begitu banyak dilakukan. Kurangnya penelitian mengenai jenis-jenis ikan ini,
karena Kryptopterus dan Ompok tidak ditemukan pada semua sungai di Indonesia, hanya terbatas
pada beberapa ekosistem sungai rawa banjiran di Kalimantan, Jambi, Palembang dan Riau.
Provinsi Riau mempunyai potensi ekosistem sungai rawa banjiran atau floodplain river dengan
keragaman jenis ikannya yang tinggi. Sungai rawa banjiran merupakan ekosistem yang khas dan
kompleks, meliputi daerah aliran sungai, danau banjiran atau oxbow lake, rawa dan sungai utama
yang mempunyai kesatuan fungsi untuk kelangsungan hidup ikan didalamnya. Di antara ikan yang
hidup pada ekosistem sungai rawa banjiran di Provinsi Riau, ada jenis-jenis ikan dari genus
Kryptopterus dan Ompok yang termasuk famili Siluridae yang secara umum di Indonesia dikenal
sebagai ikan lais, atau di Provinsi Riau dikenal sebagai ikan selais. Lima jenis ikan selais
ditemukan di Provinsi Riau yaitu K. apogon, K. limpok, K. schilbeides, O. eugeneiatus dan O.
hypophthalmus. Penelitian mengenai keragaman genetik dan biologi reproduksi ikan selais di
Provinsi Riau telah dilakukan. Potensi sumberdaya genetik dan biologi reproduksi ikan selais
terkait kekhasan habitat hidupnya akan dibahas dan dapat dimanfaatkan sebagai landasan
pengembangan sumberdaya hayati sungai rawa banjiran selanjutnya di Provinsi Riau.
Kata kunci: ikan selais, Kryptopterus, Ompok, Riau
PENDAHULUAN
Ikan-ikan Kryptopterus dan Ompok secara alami hidup pada ekosistem sungai rawa banjiran.
Ikan-ikan ini di Indonesia hanya tersebar pada beberapa sungai rawa banjiran di Kalimantan,
Jambi, Palembang dan Riau. Sungai-sungai di Provinsi Riau sebagai habitat ikan selais merupakan
sungai rawa banjiran yang umumnya dicirikan oleh warna perairan coklat tua dan pH relatif lebih
rendah. Hartoto et al. (1998) menyatakan, warna perairan yang coklat tua sampai kehitaman pada
9
Seminar UR-UKM ke-7 2012
”Optimalisasi Riset Sains dan Teknologi Dalam Pembangunan Berkelanjutan”
perairan, disebabkan oleh adanya asam humat, pH relatif lebih rendah tetapi perairannya tidak
keruh atau transparansinya tinggi.
Ekosistem sungai rawa banjiran merupakan ekosistem yang kompleks. Ruas sungai utama
digunakan ikan sebagai tempat bergerak bebas. Pada ruas sungai juga ditemukan adanya lubuk
yang digunakan oleh ikan sebagai tempat berlindung. Anak sungai terutama pada bagian
pinggirnya, digunakan ikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Limpahan air banjir
dari sungai utama atau anak sungai pada ekosistem sungai rawa banjiran di musim hujan akan
membentuk genangan yang setelah mengalami proses geologis lebih lanjut membentuk sebuah
danau banjiran yang masih mempunyai hubungan langsung dengan sungai atau anak sungai yang
bersangkutan, baik secara terus menerus atau temporal. Danau banjiran digunakan oleh ikan
sebagai tempat pemijahan, tempat mencari makan dan juga tempat berlindung (Hartoto et al.
1998).
Ikan-ikan Kryptopterus dan Ompok di Indonesia dikenal dengan nama ikan lais atau di
Provinsi Riau sering disebut sebagai ikan selais. Ikan selais Kryptopterus dan Ompok tergolong ke
dalam kelas Osteichthyes, subkelas Actinopterygii, ordo Siluriformes dan famili Siluridae (Nelson
1984; Kottelat et al. 1993). Di Indonesia, genus Kryptopterus terdiri dari 14 jenis, sedangkan
genus Ompok terdiri dari 7 jenis (Kottelat et al. 1993). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dalam lima tahun terakhir, 5 jenis ikan selais diantaranya diperoleh dari Sungai Kampar dan
Sungai Indragiri Provinsi Riau yaitu K. apogon, K. limpok, K. schilbeides, O. eugeneiatus dan O.
hypophthalmus. Penelitian yang fokus terhadap ikan Kryptopterus dan Ompok di Indonesia
umumnya dan di Riau khususnya, masih sangat sedikit dilakukan. Sementara itu, ikan selais
mempunyai potensi untuk terus dikembangkan di masa mendatang.
POTENSI
Ikan selais merupakan ikan yang dikonsumsi masyarakat. Ikan selais bernilai ekonomis
tinggi, apalagi kalau dalam bentuk ikan salai atau smoked fish harganya menjadi lebih mahal. Ikan
selais salai merupakan ciri khas makanan daerah Riau dan sering disajikan sebagai menu sajian
spesifik di rumah makan di Provinsi Riau. Ikan selais juga telah ditetapkan sebagai maskot kota
Pekanbaru yaitu ibukota provinsi Riau.
Seiring berkembangnya metode perunutan DNA dalam dua dekade terakhir pada berbagai
organisme termasuk pada ikan, urutan gen-gen dari molekul DNA mitokondria mulai terungkap.
Sejumlah besar penelitian dengan menggunakan runutan gen mitokondria telah dilakukan (Pereira
2000). Penelitian secara molekuler untuk pencarian penanda genetik menggunakan gen sitokrom b
parsial (373 pb) dari DNA mitokondria telah dilakukan terhadap ikan selais K. schilbeides dari
Sungai Kampar Riau (Elvyra dan Duryadi 2007). Penelitian mengenai keanekaragaman genetika
dan hubungan kekerabatan K. limpok dan K. apogon dari Sungai Kampar dan Sungai Indragiri
Riau berdasarkan gen sitokrom b juga telah dipublikasikan (Elvyra et al. 2009). Data base secara
genetik diperlukan untuk meningkatkan potensi ikan selais dalam rangka pengembangan
sumberdaya genetiknya.
Ikan selais merupakan salah satu potensi sumberdaya hayati perairan di Provinsi Riau. Usaha
pelestarian sangat perlu dilakukan dalam upaya pengelolaan sumber daya perikanan yang
berkelanjutan di Provinsi Riau. Usaha tersebut akan lebih terarah, jika informasi fundamental
mengenai ikan selais dikaji lebih dalam. Informasi yang sangat diperlukan selain data base genetik
adalah aspek biologi reproduksi. Informasi biologi reproduksi sangat diperlukan untuk usaha
konservasi, domestikasi maupun pembudidayaan. Biologi reproduksi ikan selais perlu dikaji
fluktuasinya dalam periode tahunan, karena ekosistem sungai rawa banjiran sangat dipengaruhi
oleh fluktuasi curah hujan.
Penelitian biologi reproduksi ikan selais O. hypopthalmus di Langgam Sungai Kampar Riau
telah dilakukan. Ikan selais di Sungai Kampar mempunyai musim pemijahan yang bergantung
kepada saat masuknya musim hujan. Ukuran telur yang relatif seragam antara ovari bagian
anterior, tengah dan posterior menunjukan bahwa telur ikan selais matangnya serentak.
Berdasarkan sebaran diameter telur pada ovari tersebut, membuktikan bahwa ikan selais
mengeluarkan telur matangnya secara serentak dalam satu kali periode pemijahan atau pola total
spawner. Potensi fekunditasnya adalah berkisar 3111-11164 butir telur. Lokasi pemijahan yang
paling disukai adalah danau banjiran yang berhubungan dengan anak sungai. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan yang kuat antara perilaku pemijahan dengan keberadaan danau banjiran dan
kondisi curah hujan (Elvyra et al. 2010).
10
Seminar UR-UKM ke-7 2012
”Optimalisasi Riset Sains dan Teknologi Dalam Pembangunan Berkelanjutan”
Penelitian biologi reproduksi ikan selais K. limpok juga telah dilakukan di Sungai Tapung
Riau. Hasil penelitian menunjukkan pola yang serupa dengan yang di Sungai Kampar yaitu musim
pemijahan ikan selais ditandai dengan berangsur-angsur mulai naiknya permukaan perairan.
Welcomme (1985) menjelaskan bahwa ikan-ikan pada ekosistem sungai rawa banjiran sebagian
besar memijah tepat pada awal flooding atau selama flooding ke bagian floodplain, yang
disesuaikan dengan kondisi yang menguntungkan dengan melimpahnya sumber makanan dan
perlindungan dari predator. Van der Waal (2006) menyatakan adanya substansi petrichor ketika
permukaan perairan naik membasahi dataran yang kering setelah musim kemarau merupakan
trigger untuk proses pemijahan. Biologi reproduksi ikan selais perlu terus dikaji potensinya untuk
menunjang peningkatan usaha pengembangannya.
PENGEMBANGAN
Produksi ikan selais di provinsi Riau belakangan ini mengalami penurunan. Kondisi ini
disebabkan pencemaran lingkungan dan pendangkalan sungai, serta tingkat penangkapan yang
cenderung telah berada pada tingkat maksimal, terutama di sepanjang muara sungai dan danaudanau dekat daerah perkampungan (Diskanlut Provinsi Riau 2007). Sementara itu 62% hutan di
daerah aliran sungai seperti DAS Kampar, sudah rusak akibat alih fungsi menjadi perkebunan
sawit, hutan tanaman industri, pertanian tanaman pangan dan pembalakan liar atau illegal logging
(Fordas Provinsi Riau 2008), yang ditengarai merupakan tempat yang diperlukan untuk pemijahan.
Untuk mengatasi kondisi yang disebutkan di atas, perlu diupayakan pengembangan strategi
pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian ikan
selais, yaitu dengan melakukan usaha konservasi, domestikasi maupun pembudidayaan. Usaha
konservasi mempunyai fungsi utama yaitu sebagai fungsi ekologis dalam menunjang peningkatan
populasi alami melalui pemulihan populasi, dan sebagai fungsi sosio ekonomi maupun sosio
budaya dalam memenuhi aspek pemanfaatannya bagi kesejahteraaan manusia (Hartoto et al.
1998). Strategi konservasi yang perlu dikedepankan adalah melakukan pengaturan ukuran ikan
yang boleh ditangkap, pengaturan musim penangkapan dan pengaturan lokasi penangkapan. Usaha
domestikasi maupun pembudidayaan dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan kepadatan
populasi. Usaha pembudidayaan telah mulai dilakukan belakangan ini pada skala penelitianpenelitian di Perguruan Tinggi di Provinsi Riau.
KESIMPULAN
Ikan selais merupakan potensi sumberdaya hayati perairan di Provinsi Riau. Kajian ekobiologi
terutama biologi reproduksi ikan selais sangat diperlukan sebagai landasan usaha pengembangan
sumberdaya perikanan. Selain itu, eksplorasi genetik diperlukan untuk peningkatan potensinya dan
penerapan ipteks terhadap sumberdaya hayati sungai rawa banjiran di Riau khususnya dan di
Indonesia umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
[Diskanlut] Dinas Perikanan dan Kelautan. 2007. Statistik perikanan tangkap Provinsi Riau.
Diskanlut Provinsi Riau. Pekanbaru.
Elvyra, R. dan Duryadi, D. 2007. Kajian penanda genetik gen sitokrom b DNA mitokondria ikan
lais dari Sungai Kampar Riau. Jurnal Natur Indonesia 10:6 -12.
Elvyra, R., Duryadi, D., Affandi, R., Junior, Z. dan Yus, Y. 2009. Keanekaragaman Genetika dan
Hubungan Kekerabatan Kryptopterus limpok dan Kryptopterus apogon dari Sungai Kampar
dan Sungai Indragiri Riau Berdasarkan Gen Sitokrom b. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia 16:55-61.
Elvyra, R., Duryadi, D., Affandi, R. dan Junior, Z. 2010. Kajian aspek reproduksi ikan lais Ompok
hypophthalmus di Sungai Kampar, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan Provinsi
Riau. Jurnal Natur Indonesia 12: 117-123.
[Fordas] Forum Koordinasi Daerah Aliran Sungai. 2008. Kerusakan hutan dinilai sebabkan banjir.
Fordas Provinsi Riau. Pekanbaru.
11
Seminar UR-UKM ke-7 2012
”Optimalisasi Riset Sains dan Teknologi Dalam Pembangunan Berkelanjutan”
Hartoto, D.I., Sarnita, A.S., Sjafei, D.S., Satya, A., Syawal, Y., Sulastri, Kamal, M.M. dan Siddik,
Y. 1998. Kriteria evaluasi suaka perikanan perairan darat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Limnologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.
Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. and Wirdjoatmodjo, S. 1993. Freshwater Fishes of
Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus edition (HK) in collaboration with the
environment Rep. of Indonesia.
Nelson, J.S. 1984. Fishes of the world. Jhon Willey and Sons. Canada.
Pereira, S.L. 2000. Mitochondrial genome organization and vertebrate phylogenetics. Genetics and
Molecular Biology 23:745-752.
Van der Waal, B.C.W. 2006. Observations on the breeding habits of Clarias gariepinus
(Burchell). Journal of Fish Biology 6:23-27.
Welcomme, R.L. 1985. River fisheries. FAO Fisheries Technical Paper No. 262. FAO. Rome.
12
Download