Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terbukanya pasar bebas ASEAN Free Trade Associaciont (AFTA) industri
otomotif tak hanya berkonsentrasi pada kebutuhan domestik, tetapi terbuka pula
peluang memenuhi konsumsi pasar di Asia Tenggara. Pemerintah berharap industri
otomotif dapat memberi kontribusi yang semakin besar terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Industri otomotif merupakan salah satu industri nasional yang ikut berperan
dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Industri ini memiliki mata rantai
yang lengkap, mulai dari pembuatan komponen, produksi dan perakitan kendaraan,
jaringan distribusi dan penjualan hingga layanan purna jual. Berkembangnya
industri otomotif dan berbagai industri pendukungnya memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi penerimaan negara. Perkembangan industri otomotif
nasional serta potensi pasarnya yang besar dapat menarik minat investor asing
untuk mengembangkan investasinya. (Riantani dan Tambunan, 2013)
Krisis keuangan global di Amerika Serikat yang terjadi pada tahun 2008
membawa dampak yang cukup besar terhadap perkembangan industri otomotif.
Tingkat produksi dan penjualan mobil mengalami penurunan masing-masing
sebesar 22,6% dan 19,9% pada tahun 2009. Penurunan penjualan ini disebabkan
oleh melemahnya nilai rupiah terhadap Dolar AS. Krisis tersebut juga
berdampak pada penurunan harga saham yang paling tajam terjadi pada tahun
2008. Pada tahun tersebut juga terjadi kenaikan BBM yang memicu inflasi
dan berdampak pada penurunan penjualan serta penurunan harga saham.
Kenaikan BI Rate juga dapat memicu terjadinya penurunan penjualan pada
industri ini seperti yang terjadi pada Juli 2013 (Riantani dan Tambunan, 2013).
Dengan naik turunnya kurs Dolar, suku bunga akan naik karena Bank
Indonesia akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua,
gabungan antara pengaruh kurs Dolar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan
berdampak pada sektor investasi dan sektor riil (Adiwarman, 2008).
1
2
Namun kekhawatiran timbulnya gejolak ekonomi berupa melemahnya nilai
tukar rupiah dan melonjaknya harga minyak di pasar internasional, dapat
mempengaruhi target pasar. Karena industri otomotif sangat rentan terhadap
perkembangan nilai tukar Rupiah, tapi harus optimis nilai rupiah masih bisa
bertahan dibawah Rp10.000 sehingga tidak mempengaruhi harga mobil (Bambang
Trisulo, 2005).
Melemahnya rupiah pada tahun 2008, tidak seperti kasus pada tahun 1998
lalu. Sekarang lebih karena pengaruh meningkatnya harga minyak di pasar
internasional, sedang dulu akibat ambruknya sistem keuangan ekonomi nasional
dan regional. Sehingga gejolak fluktuasi nilai Rupiah kali ini hanya akan bersifat
temporer. Fluktuasi nilai tukar rupiah yang masih terjadi disebabkan masih
lemahnya tingkat kepercayaan kepada rupiah, kondisi sosial ekonomi yang belum
stabil dan fluktuasi harga minyak mentah di pasaran dunia (Wahyu, 2008)
Pengaruh lain krisis keuangan global adalah fluktuasi kurs. Nilai tukar rupiah
terhadap mata uang Dolar Amerika Serikat terus tergerus dan bertahan di atas level
Rp10.000 dalam sepekan terakhir. Bahkan, sudah mendekati posisi di Rp10.300 per
Dolar AS. (www.fokus.news.viva.co.id) Pelemahan rupiah itu akan membuat
pertumbuhan kredit melambat hingga 19 persen dari posisi saat ini di kisaran 22
persen. "Kemudian, hal itu berdampak pula ke perlambatan ekonomi kita," (Tony
Prasetiantono, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap Dolar AS adalah menurunnya daya beli masyarakat terhadap
barang atau kebutuhan sekunder seperti mobil. Pengaruhnya lainnya,yaitu bisa
melalui jalur inflasi. Barang-barang semakin mahal, sehingga mengerus daya beli
dan tingkat konsumsi masyarakat.
Dampak krisis keuangan global yang riil dan terasa ialah dijualnya
saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka
membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing, maka IHSG anjlok uang
rupiah hasil penjualannya dibelikan Dolar, yang mengakibatkan nilai rupiah
semakin turun, harga saham pada berbagai jenis perusahaan juga mengalami
penurunan, harga saham perusahaan manufaktur pun mengalami penurunan yang
signifikan karena hal tersebut, namun sayang bahwa kenyataan yang kasat mata
3
ini tidak mau diakui oleh pemerintah, sehingga pemerintah memilih membatasi
Bursa Efek dalam ruang geraknya dengan cara mengekang Bursa Efek demikian
rupa, sehingga praktis fungsi Bursa Efek ditiadakan. (Kwik Kian Gie, 2008)
Variabel makroekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
harga saham perusahaan adalah tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi
menyebabkan harga barang-barang mengalami peningkatan, sehingga daya beli
masyarakat menurun. Hal ini akan menurunkan minat investor untuk berinvestasi.
Jika minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan turun, maka akan terjadi
penurunan harga saham perusahaan. (Riantani dan Tambunan, 2013)
Harga saham perusahaan manufaktur berfluktuasi setiap tahunnya.
Berdasarkan data gabungan industri bermotor Indonesia (Gaikindo), harga saham
Astra Indonesia turun 5,04% menjadi Rp 68.700 dari Rp 72.350. harga saham
Indomobil turun 5,08% menjadi Rp 14.000 dari Rp 14.750. Hal ini langsung
berpengaruh pada kinerja saham-saham produsen dan komponen otomotif.
(Riantani dan Tambunan, 2013).
Ada dua pengaruh langsung krisis keuangan global terhadap perekonomian
di negara Indonesia. Pertama pengaruh terhadap keadaan indeks bursa saham
Indonesia. Kepemilikan asing yang masih mendominasi dengan porsi 66%
kepemilikan saham di BEI, mengakibatkan bursa saham rentan terhadap keadaan
keuangan global karena kemampuan finasial para pemilik modal tersebut (Tempo
Interaktif, 2008). Kedua, dibidang ekspor impor. Amerika Serikat merupakan
negara tujuan ekspor nomor dua setelah Jepang dengan porsi 20%‐30% dari total
ekspor (Depperin, 2008 pada Endah Purnamasari 2012). Dengan menurunnya
kinerja ekonomi Amerika Serikat secara langsung akan mempengaruhi ekspor
impor negara Indonesia juga.
Saham menjadi salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling
banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar
dan dana yang dibutuhkan untuk melakukan investasi tidak begitu besar jika
dibandingkan dengan obligasi. Tujuan perusahaan melakukan investasi saham
adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara
4
memaksimalkan nilai saham perusahaan yang pada akhirnya akan mencerminkan
harga saham tersebut.
Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Perusahaan
dengan prestasi baik, akan mengakibatkan sahamnya banyak diminati investor.
Prestasi yang baik dapat dilihat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan
keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor
untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual,
membeli, atau menanam saham. Saham-saham yang disukai investor yaitu
saham-saham dengan fundamental perusahaan yang baik, banyak diperdagangkan,
dan harganya naik.
Beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji variabel yang sama pun
menunjukkan hasil penelitian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Fachrudy
(2011) menunjukkan bahwa hanya variabel tingkat inflasi yang menunjukkan tidak
berpengaruh terhadap variabel harga saham. Hal tersebut tidak selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ria, Apriani dan Hari (2013) yang menunjukkan
bahwa variabel tingkat inflasi berpengaruh secara parsial walaupun menunjukkan
angka yang lemah serta penelitian yang dilakukan oleh Joven dan Trisnadi (2012)
menyimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizky
(2012) yang menyimpulkan bahwa tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perbankan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul :
“PENGARUH NILAI TUKAR (IDR/USD), TINGKAT SUKU BUNGA
(BI RATE), DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM
SEKTOR OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) PERIODE 2008-2012”
5
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan nilai tukar Rupiah per Dolar AS, Tingkat suku
bunga (BI RATE), dan Tingkat Inflasi terhadap Harga Saham Sektor
Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?
2. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar Rupiah per Dolar AS, Tingkat Suku
Bunga (BI RATE), dan Tingkat Inflasi berpengaruh secara simultan terhadap
Harga Saham Sektor Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012?
3. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar Rupiah per Dolar AS, Tingkat Suku
Bunga (BI RATE), dan Tingkat Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap
Harga Saham Sektor Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan masukan tentang
pengaruh nilai tukar Rupiah per Dolar AS, tingkat suku bunga (BI RATE), dan
Tingkat Inflasi terhadap harga saham Sektor Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pengaruh nilai tukar Rupiah
per Dolar AS, Tingkat Suku Bunga (BI RATE) dan Tingkat Inflasi secara
simultan terhadap Harga Saham Sektor Otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan mengukur pengaruh nilai tukar
Rupiah per Dolar AS, Tingkat Suku Bunga (BI RATE) dan Tingkat Inflasi
secara simultan terhadap Harga Saham Sektor Otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan mengukur pengaruh nilai tukar
Rupiah per Dolar AS, tingkat suku bunga (BI RATE) dan Tingkat Inflasi
6
secara parsial terhadap Harga Saham Sektor Otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Penulis, yaitu menambah wawasan pengetahuan dan daya nalar sebagai
bagian dari proses pembelajaran, sehingga dapat memahami bagaimana
sebenarnya aplikasi dan teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah
dibandingkan dengan praktik sesungguhnya.
2. Bagi pelaku bisnis dan praktisi keuangan, hasil dari studi ini diharapkan
dapat menjadi informasi yang menarik dan menjadi salah satu masukan
dalam mempertimbangakan keputusan investasi.
3. Emiten, sebagai bahan pertimbangan dalam mempertahankan kinerja
perusahaan dengan mengantisipasi fluktuasi nilai tukar, dan suku bunga.
4. Bagi akademisi dan peneliti di bidang keuangan di Indonesia, hasil studi
ini dapat dijadikan salah satu masukan seputar pengaruh variabel makro
ekonomi terhadap indeks harga saham dan sektor properti.
5. Lain-lain,
untuk menjadikan skripsi ini sebagai referensi dalam
memahami atau melanjutkan dan mengembangkan penelitian ini.
1.5
Kerangka Pemikiran
Investasi adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi
selalu memiliki dua sisi, yaitu return dan risiko. Risk and return merupakan kondisi
yang dialami oleh perusahaan, institusi atau individu dalam keputusan investasi
yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi. Dalam
dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika
risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika
return rendah maka risiko juga akan rendah (Fahmi, 2009:152).
7
Dalam melakukan kegiatan investasi terdapat dua jenis resiko yang harus
dipertimbangkan oleh setiap investor seperti yang dikemukakan oleh Halim
(2005;42) bahwa resiko sistematis ini merupakan resiko yang tidak dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi resiko ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi, karena resiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau
industri tertentu.
Dalam analisa ekonomi makro yang biasa disebut fundamental itu adalah
pendekatan yang didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten
maupun oleh administrator bursa efek. Dimana kerja emiten dipengaruhioleh
kondisi sektor industri berada dan perekonomian secara makro (Abdul, 2005;5).
Kondisi berbagai indikator makro seperti laju inflasi, suku bunga, neraca
pembayaran (nilai tukar), cadangan devisa, kondisi pemerintah dan lainnya.
Fluktuasi nilai tukar valuta asing yang tinggi dapat mendorong para investor
untuk memanfaatkannya dengan membeli valuta asing tersebut. Demikian juga jika
investor menduga akan terjadi devaluasi, maka mereka akan cenderung
mengalihkan investasinya ke dalam bentuk valuta asing tersebut (Antonius dan
Aris, 2009). Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam
satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing,
yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan.
Pada perdagangan mata uang terdapat kurs beli dan kurs jual, kurs beli
menunjukan nilai tukar yang dinyatakan dalam jumlah satuan mata uang negara lain
yang harus diserahkan kepada bank atau tempat penukaran uang untuk membeli
tiap unit mata uang negara tertentu. Sedangkan kurs jual menunjukan jumlah satuan
mata uang negara lain yang akan diterima dari bank atau tempat penukaran uang,
jika membeli mata uang negara lain dengan mata uang domestik. Dalam penelitian
ini yang digunakan adalah kurs tengah yang merupakan rata-rata dari kurs beli dan
kurs jual.
Tingkat kurs rupiah terhadap Dolar AS secara signifikan mempengaruhi
kinerja perusahaan yang operasinya banyak menggunakan Dolar AS, dan
8
menggunakan bahan baku impor, dan memiliki utang dalam Dolar, misalnya harga
saham akan turun seiring dengan menurunnya kinerja perusahaan tersebut. Selain
itu kurs juga berpengaruh terhadap investasi investor asing, investor asing akan
tertarik untuk berinvestasi di pasar modal ketika harga Dolar AS menguat dan ada
kecenderungan untuk melemah.
Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika telah memaksa
otoritas moneter untuk menaikkan tingkat suku bunga. Hal ini dimaksudkan agar
pemegang aset rupiah tidak beralih ke Dolar Amerika (J.Supranto, 2004 : 254).
BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh
Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai
sinyal (stance) kebijakan moneter (Siamat, 2005:139)
Hal ini mungkin dapat terlihat jelas pada sektor otomotif. Dengan
melemahnya Rupiah maka tingkat suku bunga BI Rate akan dinaikkan oleh Bank
Indonesia hal tersebut dilakukan juga untuk meredam inflasi. Tingkat BI Rate yang
semakin tinggi akan diikuti oleh bank-bank baik pemerintah maupun swasta untuk
menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Sektor otomotif sangat tergantung pada
suku bunga pinjaman. Perusahaan yang tergabung di sektor otomotif akan sulit
untuk mengembalikan tingkat pinjaman sehingga kinerja perusahaan tersendat dan
akibatnya investor enggan untuk menanamkan modalnya di sektor otomotif dan
harga saham perusahaan akan menurun.
Salah satu faktor fundamental ekonomi yang mempengaruhi tingkat suku
bunga adalah inflasi. Inflasi dapat dikatakan sebagai keadaan dimana terjadi
peningkatan harga umum yang terjadi secara terus-menerus atau keadaan dimana
akan terjadi peningkatan harga umum yang berlangsung secara terus-menerus.
Sedangkan, laju inflasi merupakan tingkat perubahan harga secara umum untuk
berbagai jenis produk dalam rentan waktu tertentu (Murni, 2006;203).
Menurut Manurung dan Rahardja (2004:96), ada beberapa faktor yang dapat
menentukan harga saham sebuah perusahaan. Salah satu diantaranya adalah faktorfaktor ekonomi. Faktor-faktor ekonomi yang paling diperhatikan dalam penentuan
harga saham adalah tingkat suku bunga dan nilai tukar.
9
Beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji variabel yang sama pun
menunjukkan hasil penelitian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Fachrudy
(2011) menunjukkan bahwa hanya variabel tingkat inflasi yang menunjukkan tidak
berpengaruh terhadap variabel harga saham. Hal tersebut tidak selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ria, Apriani dan Hari (2013) yang menunjukkan
bahwa variabel tingkat inflasi berpengaruh secara parsial walaupun menunjukkan
angka yang lemah serta penelitian yang dilakukan oleh Joven dan Trisnadi (2012)
menyimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizky
(2012) yang menyimpulkan bahwa tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perbankan.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
NO
1
Nama Peneliti /
Tahun
Judul
Fachrudy Asj'ari
ANALISIS PENGARUH
(2011)
KURS VALUTA ASING,
LAJU INFLASI, DAN SUKU
BUNGA TERHADAP HARGA
SAHAM INDUSTRI
OTOMOTIF (STUDI KASUS
Variabel
Hasil
X1 : Nilai
Tukar Valuta
Asing ; X2 :
Laju Inflasi
Nasional ; X3
: Tingkat
Suku Bunga
BI RATE ; Y :
Harga Saham
Variabel kurs valuta asing
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
harga saham rata-rata
industri otomotif dan
variabel tingkat suku
PADA BURSA EFEK
bunga BI RATE juga
INDONESIA)
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
harga saham rata-rata
industri otomotif
sedangkan laju inflasi
tidak berpengaruh secara
signifikan
2
Joven Sugianto
ANALISIS PENGARUH
X1 : Tingkat
Secara Parsial Tingkat
Liauw, Trisnadi
TINGKAT INFLASI,
Inflasi ; X2 :
Inflasi tingkat, Suku
Wijaya (2012)
TINGKAT SUKU BUNGA BI
Tingkat Suku
bunga BI RATE
RATE DAN NILAI TUKAR
Bunga BI
berpengaruh negatif dan
RUPIAH TERHADAP
RATE ; X3 :
signifikan
INDEKS HARGA SAHAM
Nilai Tukar
terhadap pergerakan
IHSG serta Nilai Tukar
10
NO
Nama Peneliti /
Judul
Tahun
Variabel
Hasil
GABUNGAN (IHSG) DI
Rupiah ; Y :
Rupiah berpengaruh
BURSA EFEK INDONESIA
IHSG
negatif dan
signifikan terhadap
IHSG
3
Ria Astuti,
ANALISIS PENGARUH
X1 : Tingkat
BI RATE memiliki
Apriani E.P dan
TINGKAT SUKU BUNGA (BI
Suku Bunga
korelasi yang lemah
Hari Susanta
RATE), NILAI TUKAR
(BI RATE) ;
terhadap IHSG, Nilai
(2013)
(KURS) RUPIAH, INFLASI,
X2 : Nilai
Tukar Rupiah (kurs)
DAN INDEKS BURSA
Tukar (Kurs) ;
memiliki korelasi yang
INTERNASIONAL
X3 : Inflasi ;
kuat terhadap IHSG,
TERHADAP IHSG (STUDI
X4 : Indeks
Inflasi memiliki korelasi
PADA IHSG DI BEI PERIODE
Bursa
yang lemah terhadap
2008-2012)
Internasional ;
IHSG, Indeks Nikkei
Y : IHSG
225 memiliki korelasi
positif terhadap IHSG,
Indeks Hang Seng
memiliki korelasi positif
terhadap IHSG.
4
Rizky Septian
PENGARUH TINGKAT
X1 : Tingkat
Secara parsial
(2012)
INFLASI, TINGKAT SUKU
Inflasi, X2 :
menunjukan bahwa
BUNGA, DAN NILAI TUKAR
Tingkat Suku
tingkat inflasi tidak
(IDR/USD) TERHADAP
Bunga, X3 :
berpengaruh secara
HARGA SAHAM PADA
Nilai Tukar,
signifikan terhadap harga
PERUSAHAAN
Y:Harga
saham, tingkat suku
PERBANKAN DI BEI
Saham
bunga berpengaruh
PERIODE 2006-2010
negatif signifikan
terhadap harga saham dan
nilai tukar Rupiah tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap harga
saham.
5
Suramaya Suci
PENGARUH INFLASI, SUKU
X1 : Inflasi,
Hanya kurs yang
Kewal (2012)
BUNGA, KURS DAN
X2 : Suku
berpengaruh signifikan
PERTUMBUHAN PDB
Bunga, X3 :
terhadap IHSG sedangkan
TERHADAP IHSG
Kurs, X4 :
tingkat inflasi, suku
Pertumbuhan
bunga BI RATE dan
PDB, Y :
perrtumbuhan PDB tidak
IHSG
berpengaruh terhadap
IHSG.
11
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari paparan di atas adalah bahwa nilai
tukar (kurs), tingkat suku bunga dan tingkat inflasi mempunyai pengaruh terhadap
harga saham suatu perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut:
Investasi
Risiko
return
Harga Saham
Risiko tidak
sistematis
Risiko
Sistematis
1. Risiko pasar
2. Risiko daya beli
1. Risiko mata uang (nilai
tukar rupiah per Dolar AS
2. Risiko tingkat suku bunga
3. Risiko Inflasi
Sumber : Penulis
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
1.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
“Adanya pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar (IDR/USD),
Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi baik secara Simultan maupun
secara Parsial terhadap Harga Saham pada Sektor Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2012”
12
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut
Uma Sekaran (2009:158) :
“Studi deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu
untuk menjelaskan karakteristik variable yang diteliti dalam suatu
situasi. Tujuan studi deskriptif, karena itu, adalah memberikan
kepada penaliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspekaspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif
seseorang, organisasi, orientasi industry atau lainnya.”
Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut menurut Rasdihan Rasyad
(2003:6) yaitu :
“Metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
kausalitas antar variabel melalui suatu perhitungan statistik
sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis
ditolak atau diterima.”
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna penyusunan skripsi ini
peneliti mengambil data objek penelitian pada situs website. Waktu penelitian
dimulai pada bulan Oktober 2013 sampai selesai.
Download