KAJIAN JENIS TANAH DAN NAUNGAN TERHADAP HASIL DAN

advertisement
KAJIAN JENIS TANAH DAN NAUNGAN TERHADAP HASIL DAN
ANALISIS USAHA TANI SAMBILOTO
(Andrographis Paniculata Ness)
Sudarmi, Nugraheni Retnaningsih, Agustina Intan Niken Tari*
Abstrak : Tujuan penelitian: mengkaji pengaruh jenis tanah terhadap hasil dan analisis usahatani
sambiloto, mengkaji pengaruh naungan terhadap hasil dan analisis usahatani sambiloto, mengkaji interaksi
jenis tanah dan naungan terhadap hasil dan analisis usahatani sambiloto. Metode penelitian, eksperimen
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap disusun secara faktorial, perlakuan terdiri dua faktor
yaitu jenis tanah (T) dan tingkat naungan (N), dengan 3 ulangan. Jenis tanah ada 3 macam yaitu: 1) Gromosol,
sebagai pembanding (T1); 2) Latosol (T2); 3) Regosol (T3). Naungan terdiri 4 level: 1) tanpa naungan, sebagai
pembanding (N1); 2) Naungan 30% (N2); 3) Naungan 50% (N3) dan 4) Naungan 70% (N4). Data dianalisis
dengan metode analisis ragam, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji jarak berganda
Duncan Multiple Range Test ± = 0,05%. Hasil penelitian, jenis tanah berbengaruh sangat nyata terhadap
hasil yaitu berupa berat simplisia hasil tertinggi pada jenis tanah Gromosol (T1) 19,473 gr/batang. Naungan
berpengaruh sangat nyata terhadap hasil/ berat simplisia, hasil terbaik pada (N1) 19,904 gr/batang. Ada
interaksi jenis tanah dan naungan, hasil terbaik berat simplisia pada perlakuan tanah Gromosol naungan
30% atau T1N2 yaitu 23,300 gr/batang. Hasil Analisis Usahatani bahwa perlakuan interaksi tanah gromosol
dengan naungan 30% (T1N2) memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp 20.225.000/ ha/musim tanam dan
nilai R-C ratio tertinggi juga perlakuan tanah gromosol naungan 30% (T1N2) yaitu nilai RC-ratio 3,615 (RCratio >1) berarti usahatani sambiloto menguntungkan.
Kata kunci : jenis tanah, naungan, hasil, analisis uasahatani, sambiloto.
PENDAHULUAN
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness) sudah umum digunakan dalam pengobatan
tradisional di Cina, India dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Sejak dulu, orang Jawa menyebutnya
sebagai obat segala obat karena dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Sampai saat ini sambiloto
merupakan salah satu tanaman obat yang banyak
digunakan dalam industri jamu tradisional.
Berdasarkan data Badan POM (2002), simplisia
sambiloto termasuk dalam 50 jenis simplisia utama
yang dibutuhkan oleh industri jamu.
Dengan berkembangnya industri jamu
tradisional, penyediaan bahan baku secara kontinyu
menjadi masalah pokok, karena sambiloto dipanen
dari habitat asli sehingga kualitas fisik tidak seragam
serta tidak ada jaminan kontinyuitas penyediaannya
untuk bahan baku obat (Sudarmi dan Nikentari, 2011)
Pemanenan dari dari habitat asli secara terus menerus
tanpa diimbangi budidaya dapat mengakibatkan
kelangkaan dan mengancam keberadaan plasma
nutfah sambiloto (Hanan, 1991; Anonim, 2001;
Muliawati, 2002; Winarto, 2003; Syukur dan
Hernani, 2001). Sampai saat ini tanaman sambiloto
*Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univet Bantara Sukoharjo
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
1
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
belum dibudidayakan (tumbuh liar di bawah tegakan
agro forestree seperti hutan jati, mahoni dll), sehingga
Kandungan kimia sambiloto yang sudah
diketahui yaitu : andrographolid, laktone, flavonoid,
pengambilan bahan baku simplisia sambiloto sebagian
besar dipenuhi dari pemanenan tanaman liar yang
lokasinya tersebar. Kondisi demikian menyebabkan
lokasi pemungutan sambiloto berpindah-pindah dan
asam kersik, aldehid, mineral, alkane (Anonim, 2007
a ; Anonim, 2003 ; Yusron dan Januwati, 2004).
Berbagai klaim khasiat sambiloto antara lain : untuk
mempengaruhi mutunya. Produktivitas simplisia
sambiloto dipengaruhi oleh tingkat naungan, baik
secara kuantitas maupun kualitas (Pitono et al, 1996).
meningkatkan imunitas terhadap infeksi kuman, anti
diare, anti demam, anti bakteri, gangguan lever, anti
diabet, anti peritrik, anti hepatoksik, anti malaria, anti
inflamasi (Yusron dan Januawati, 2004 ; Muliawati
Penelitian budidaya sambiloto yang telah dilakukan
pada umumnya belum mengacu kepada kualitas
dan Suharto, 2006 ; Heyne, 1987 ; Dalimartha, 2003).
Menurut Winarto (2003) ekstrak sambiloto dapat
simplisianya. Untuk merekomendasikan Standar
Prosedur Operasional (SPO) budidaya dalam upaya
merusak sel trophocyt dan trophoblast, berperanan
dalam kondensasi cytoplasma dari sel tumor dan
menuju Good Agricultural Practices (GAP) untuk
menghasilkan simplisia terstandar diperlukan
dukungan penelitian untuk penentuan lahan yang
sesuai diantaranya tingkat naungan, jenis tanah,
pemupukan dan lain-lain. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian budidaya sambiloto dengan faktor tumbuh
yang dapat meningkatkan produksi dan mutunya.
menghancurkan inti sel kanker.
Sambiloto merupakan tanaman yang
mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga dapat
tumbuh baik pada daerah dataran rendah sampai
daerah pegunungan (Sudarmi, 2008). Demikian pula
sambiloto dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah
seperti gromosol, litosol, latosol, andosol, podsol dan
lain-lain, tetapi sampai saat ini belum bisa dipastikan
daerah penghasil sambiloto karena keberadaanya
masih menyebar. Sampai saat ini petani belum tertarik
untuk membudidayakan sambiloto, dianggap tidak
Ironisnya Indonesia sebagai Negara penghasil
sambiloto, tetapi sampai sekarang sambiloto baru
dikenal secara terbatas dikalangan orang-orang yang
biasa mengkonsumsi jamu.
Permasalahan
Permasalahan pokok yang dihadapi dan perlu
mendapat upaya penyelesaian yaitu :
1.
Supaya tidak punah, perlu dilestarikan untuk
menjaga plasma nutfah, karena sampai saat ini
sambiloto belum dibudidayakan, apakah
budidaya sambiloto dapat dilakukan di lahan
marginal dan ternaungi supaya tidak mengganggu
pemanfaatan lahan tanaman pangan.
2.
Menjaga kuantitas guna memenuhi kebutuhan
bahan baku obat tradisional dan fitofarmaka serta
kualitas simplisia karena masih bercampur
dengan tumbuhan lain.
3.
Perlu dikaji analisis usahatani sambiloto agar
menguntungkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
budidaya sambiloto dengan memanfaatkan lahan
marginal yang ternaungi sehingga tidak mengganggu
lahan tanaman pangan, dengan pemberian faktor
tumbuh yang optimal sehingga dapat meningkatkan
produksi dan secara analisis usahatani
menguntungkan.
2
petani yakin bahwa budidaya sambiloto
menguntungkan.
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
Maka rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah jenis tanah berpengaruh pada hasil sambiloto?
2.
3.
4.
Apakah naungan berpengaruh terhadap hasil sambiloto?
Apakah ada interaksi pengaruh jenis tanah dan naungan terhadap hasil sambiloto?
Apakah budidaya sambiloto menguntungkan ditinjau secara analisis usahatani?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1.
2.
3.
4.
Mengkaji pengaruh jenis tanah terhadap hasil sambiloto.
Mengkaji pengaruh naungan terhadap hasil sambiloto.
Mengkaji interaksi pengaruh jenis tanah dan naungan terhadap hasil sambiloto.
Mengkaji analisis usahatani sambiloto.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1 Sebagai bahan informasi yang berminat memperdalam tanaman obat sambiloto.
2 Dapat memberikan sumbangan bagi kebijakan dan program kerja dalam pengembangan agroindustri obat
khususnya sambiloto.
3 Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sambiloto.
METODE PENELITIAN
Gambaran penelitian tertera pada Gambar 1.
Jenis Tanah
Naungan : 0-30-50-70 %
0% : sebagai pembanding
Budidaya Sambiloto
-Gromosol : sbg pembanding
-Latosol
-Regosol
Uji pendahuluan
kandungan unsur hara
Produksi berat segar
Produksi berat kering
Produksi simplisia
Analisis Usahatani
Gambar 1. Alur penelitian: kajian jenis tanah dan naungan pada hasil dan kandungan
andrographolid sambiloto ( Andrographis paniculata Ness ).
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
3
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2013
Faktor kedua adalah jenis tanah, terdiri dari 3 level
yaitu :
s/d November 2013 di Kebun dan di Laboratorium
Univet Bantara Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo
T1 = Tanah Gromosol (diambil dari wilayah
Kabupaten Sukoharjo).
dengan ketinggian tempat ± 86 m dari permukaan laut.
T2 = Tanah Latosol (diambil dari wilayah
Jumantono Kabupaten Karanganyar).
Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan meliputi : Pupuk kandang kotoran sapi,
yang dipesan dari peternak di Sukoharjo; Tanah
(Gromosol, Latosol dan Regosol) ; Polybag/pot ;
Benih sambiloto, dipesan dari petani di Kec.
Wuryantoro, Kab. Wonogiri; Pupuk majemuk NPK,
merk Phonska (15,15,15); Sekam; pestisida; Paranet
untuk naungan dan lain-lain. Alat meliputi :
Timbangan Elektrik Denver Instrument APX-203;
Oven ; Flux meter merk DX-100 Digital Lux Meter,
Tekemura elektrik Work LTD; Sprayer, selang plastik;
Gergaji, sabit; meteran gulung; cangkul, tampah,
ember; peralatan tulis dan lain-lain.
T3 = Tanah Regosol (diambil dari wilayah
Kabupaten Wonogiri).
Jadi ada 12 kombinasi perlakuan, tiap perlakuan
dibuat 10 tanaman, sehingga seluruhnya diperlukan
12 x 3 x 5 = 360 tanaman.
Analisa Data
1.
Data dianalisis menggunakan metode analisis
ragam, apabila perlakukan menunjukkan
pengaruh nyata terhadap perubah (variabel yang
diamati) maka dilanjutkan dengan uji
perbandingan rata-rata menggunakan uji jarak
berganda Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada jenjang murad a = 0,05 (Christensen,1996).
2.
Analisis Usahatani : untuk mengukur prinsipprinsip ekonomi dalam usahatani yaitu : Biaya ,
Penerimaan , Keuntungan dan RC – ratio.
a.
Biaya
Rancangan Percobaan
Percobaan lapangan yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh jenis tanah dan naungan
terhadap hasil dan kandungan andrographolid
sambiloto merupakan percobaan 3x4 faktorial,
disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL) dengan 3 ulangan
Faktor pertama adalah tingkat naungan, terdiri dari
4 level yaitu : N1 = tanpa naungan (0%)
N2 = dinaungi 30 %
N3 = dinaungi 50 %
N4 = NPK dinaungi 70 %
Biaya total dari usha tani sambiloto dihitung
dengan menggunakan rumus sbb:
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC
= Biaya total dari usahatani sambiloto
(Rp).
TFC
= Total biaya tetap dari usahatani
sambiloto ( Rp).
TVC = Total biaya variabel dari usahatani
sambiloto ( Rp ).
4
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
b.
Penerimaan
Nilai penerimaan total atau pendapatan kotor dari usahatani sambiloto dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
TR = TPP x p
TPP = Total produk sambiloto ( kg ).
P
c.
= Harga produk per unit dari ushatani sambiloto ( Rp / kg ).
Keuntungan Usahatani
Keuntungan usahatani sambiloto dihitung dengan menggunakan rumus sbb :
 = TR – TC
Keterangan :
d.

= Keuntungan usahtani sambiloto (Rp)
TR
= Penerimaan total dari usahatani sambiloto (Rp).
TC
= Biaya total dari usahatani sambiloto (Rp).
RC- Ratio : Analisis imbangan biaya dan penerimaan.
Analisis ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi dan menunjukkan daya saing dari
produk yang dihasilkan pada usahatani.
Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
RC-ratio =
TR
TC
Keterangan :
RC – ratio : Return and Cost Ratio
TR
: Total Revenue
TC
: Total Cost
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Berat Simplisia
Hasil tanaman sambiloto yaitu berupa simplisia, analisis ragam berat simplisia menunjukkan tingkat
naungan (N) dan jenis tanah (T) berpegaruh sangat nyata dan ada interaksi kedua perlakuan. Rerata berat
simplisia perlakuan N dan T disajikanTtabel 3.
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
5
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
Tabel 1. Rerata berat simplisia sambiloto perlakuan tingkat naungan (N) dan jenis tanah (T)
Perlakuan
Berat simplisia (gram)/batang
Perlakuan
Berat simplisia (gram)/batang
N1
N2
N3
N4
19,904 b
19,487 b
14,600 ab
8,970 a
T1
T2
T3
19,473 c
12,596 a
15,151 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada DMRT 5 %.
Dari Tabel 3, rerata berat simplisia tertinggi diperoleh pada perlakuan N1 yaitu 19,904 gram berbeda
tidak nyata dengan N2 (19,487 gram) dan jenis tanah T1(gromosol) yaitu 19,473 gram, sedang rerata berat
simplisia terendah pada N4 (8,970 gram). Hal ini berarti pemberian naungan sampai batas tertentu (30%), tidak
berpengaruh pada fotosintesis tanaman sambiloto, sehingga tidak berpengaruh terhadap berat simplisia sambiloto.
Produk bahan kering tanaman pada prinsipnya adalah hasil berat segar yang dihilangkan kadar airnya dengan
cara dioven pada suhu 60-70oC sehingga didapatkan berat konstan dan akhirnya yang tersisa adalah bahan
organik yang hidup dalam biomassa (Harjadi, 1991). Jenis tanah Gromosol memberi hasil terbaik dimungkinkan
dari hasil analisis tanah, jenis tanah gromosol paling baik kandungan N (Nitrogen) dan P (Pospor)nya sehingga
dapat membantu penyediaan unsur hara tanaman, maka berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman
sambiloto yang pada akhirnya dapat meningkatkan berat simplisianya. Menurut Sarief (1985), hasil tanaman
terutama dipengaruhi tersedianya unsur hara N dan P yang berperanan dalam pertumbuhan tanaman. Hasil
tanaman hampir seluruhnya ditentukan oleh pengambilan air dan unsur hara bagi tanaman yang diolah melalui
proses biosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995).
Tabel 2. Rerata berat simplisia sambiloto pada interaksi jenis tanah dan tingkat naungan
Perlakuan
N1
N2
N3
N4
T1
T2
T3
21,589 d
15,789 bc
22,333 d
23,300 d
17,661 bc
17,500 bc
22,622 d
9,217 ab
11,961 abc
10,383 abc
7,717 ab
8,811 ab
Keterangan : Angka-angka yg diikuti huruf sama menunjukkan berbeda tidak nyata DMRT 5 %.
Berdasar tabel 2. Interaksi jenis tanah dan naungan, hasil tertinggi berat simplisia pada perlakuan tanah
Gromosol dan naungan 30% atau T1N2 sebesar 23,300 gr/batang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanah
Gromosol naungan 50% atau T1N3 (22,622 gr/batang). Hal ini berarti naungan sampai 50% tidak mempengaruhi
berat simplisia sambiloto. Hal ini berarti sambiloto dapat berproduksi baik pada lahan ternaungi sehingga
tanaman sambiloto dapat dibudidayakan pada lahan ternaungi (untuk memanfaatkan lahan di bawah tegakan
hutan jati, mahoni dll).
6
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
2.
Analisis Usahatani
Dalam budidaya sambiloto, hasil yang mempunyai nilai ekonomi adalah simplisianya. Oleh karena
itu dalam perhitungan usahatani sambiloto berdasar dari jumlah simplisia yang dihasilkan permusim tanam
per hektar lahan. Beberapa alat analisis yang digunakan untuk mengukur penerapan prinsip-prinsip ekonomi
dalam uasahatani antara lain : Biaya , Penerimaan , Keuntungan dan RC – ratio. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Analisis pendapatan dan keuntungan usahatani sambiloto musim tanam 2013
Perlakuan
Produksi (kg)/ha
Biaya total (Rp)
Pendapatan (Rp)
Keuntungan (Rp)
T1N1
3.454,24
7.735.000
25.906.800
18.171.800
T1N2
3.728,00
7.735.000
27.960.000
20.225.000
T1N3
3.619,52
7.735.000
27.146.400
19.411.400
T1N4
1.661,28
7.735.000
12.459.600
4.724.600
T2N1
2.526,24
7.735.000
18.946.800
11.211.800
T2N2
2.825,76
7.735.000
21.193.200
13.458.200
T2N3
1.474,72
7.735.000
11.060.400
3.325.400
T2N4
1.234,72
7.735.000
9.260.400
1.525.400
T3N1
3.573,28
7.735.000
26.799.600
19.064.600
T3N2
2.800,00
7.735.000
21.000.000
13.265.000
T3N3
1.913,76
7.735.000
14.353.200
6.618.200
T3N4
1.409,76
7.735.000
10.573.200
2.838.200
Sumber : analisis data primer.
Keterangan - harga simplisia Rp 7000; / kg.
- jarak tanam 25 x 25 cm, maka ada 160.000 tanaman / ha.
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
7
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
Tabel 4. Analisis RC – ratio usahatani sambiloto musim tanam 2013
Perlakuan
TR: Total Revenue (Rp)
TC :Total cost (Rp)
RC –ratio = TR/TC
T1N1
25.906.800
7.735.000
3,349
T1N2
27.960.000
7.735.000
3,615
T1N3
27.146.400
7.735.000
3,509
T1N4
12.459.600
7.735.000
1,611
T2N1
18.946.800
7.735.000
2,449
T2N2
21.193.200
7.735.000
2,739
T2N3
11.060.400
7.735.000
1,456
T2N4
9.260.400
7.735.000
1,197
T3N1
26.799.600
7.735.000
3,465
T3N2
21.000.000
7.735.000
2,715
T3N3
14.353.200
7.735.000
1,856
T3N4
10.573.200
7.735.000
1,367
Sumber : analisis data primer
Dari Tabel 3, diketahui bahwa dalam analisis
usahatani sambiloto pada berbagai perlakuan, ternyata
yang paling menguntungkan adalah perlakuan
interaksi jenis tanah gromosol dan naungan 30%
(T 1 N 2 ) yaitu diperoleh keuntungan sebesar Rp
20.225.000/ ha/ musim tanam. Dari Tabel 4, nilai RCratio tertinggi adalah perlakuan interaksi jenis tanah
gromosol dan naungan 30% yaitu nilai RC-ratio 3,615
ini berarti harga RC-ratio > 1 artinya produk
usahatani sambiloto mampu berdaya saing dan
menguntungkan.
KESIMPULAN
1.
Naungan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil
yaitu berupa berat simplisia. Hasil terbaik berat
simplisia pada perlakuan tanpa naungan N1
2.
Jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap
hasil sambiloto yang berupa berat simplisia, hasil
tertinggi pada jenis tanah gromosol (T1) sebesar
19,473 gr/batang.
3.
Ada interaksi perlakuan jenis tanah dan naungan
terhadap hasil yang berupa berat simplisia yaitu
pada perlakuan jenis tanah gromosol dan naungan
30% atau T1N2 (23,30 gr/batang ).
4.
Hasil analisis usahatani, perlakuan interaksi tanah
gromosol naungan 30% memberikan keuntungan
tertinggi yaitu Rp 20.225.000/ ha/ musim tanam
dan nilai R-C ratio tertinggi adalah perlakuan
jenis tanah gromosol naungan 30% (T1N2) yaitu
nilai RC-ratio 3,615 ini berarti harga RC-ratio
>1 berarti produk usahatani sambiloto mampu
berdaya saing dan menguntungkan.
(19,904 gr/batang) dikuti naungan 30% N 2
(19,487gr/batang).
8
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Koordinator Perguruan
Tinggi Swasta Wilayah VI Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Sesuai dengan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian No.
015/K6/KL/SP/2013, tanggal 16 Mei 2013 yang telah
mendanai kegiatan penelitian ini.
2.
Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat
Tradisional 3(1) : 9-16.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia.
Badan Peneliian dan Pengembangan Kehutanan.
Jakarta.
Harjadi,S. S. (1991). Pengantar Agronomi. PT.
SARAN
1.
Hanan. (1996). Beberapa Catatan Penting Tentang
Sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia.
Gramedia. Jakarta.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut analisis
usahatani sambiloto diberbagai daerah.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
peningkatan kadar senyawa aktifnya dan
aplikasinya dalam pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2001). Andrographis paniculata Ness.
htttp://www.Scirius.com. [ 15 Mei 2006].
______. (2002). Pemakaian Simplisia Tahun 2002.
Badan POM. Jakarta.
______. (2003). Andrographis paniculata Ness. htttp:/
/www.hartwick.edu. [ 25 Mei 2007].
______. (2007). Sambiloto ( Andrographis paniculata
Ness ). www.pd persi.co.id
[10Juli 2007].
Muliawati, E. S. (2002). Kajian Tingkat Serapan Hara,
Pertumbuhan dan Produksi Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness.) pada
Beberapa Komposisi Media Tanam dan Tingkat
Penyiraman. Prosiding Simposium Nasional
II,Tumbuhan Obat dan Aromatik.251-255
________, E.S. dan Suharto. (2006). Kajian
Pemanfaatan GA3
Pada
Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness) di Beberapa
Jenis Tanah. Pross. Seminar Nasional Tumbuhan
Obat Indonesia XXIX. 230-235.
Sarief, ES. (1985). Konservasi Tanah dan Air. Pustaka
Buana. Bandung.
Sitompul,S.M. dan Guritno. (1995). Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Christensen, R. (1996). Analysis of variance, Design
Sudarmi. (2008). Pengaruh berbagai asal benih
and Regression : Applied Statistical Methods.
Chapman and Hall. London.
terhadap viabilitas sambiloto (Andrographis
paniculata Ness). Majalah Eksakta. ISSN: 085-
Dalimartha, S. (2003). Tumbuhan Obat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
2155. XXXIV No.4/17/2008. 39-48.
9
Kajian Jenis Tanah dan Naungan Terhadap Hasil dan Analisis .....
______. dan Nikentari, I. (2011). Kajian Dosis Pupuk
NPK dan Macam Media terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness). Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat. 7 Desember
2011. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo. 30-37.
Sudiatsa (2000). Budidaya dan Pengelolaan Pasca
Panen Tanaman Obat-Langkah Awal
Standarisasi Bahan Obat Tradisional. Balai
Penelitian Tanaman Obat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan Republik
Syukur C. dan Hernani. (2001). Budidaya Tanaman
Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Winarto, (2003). Sambiloto Budidaya Dan
Pemanfaatan untuk Obat. Penebar Swadaya
Jakarta.
Yusron, M. dan Januwati, M. (2004). Pengaruh
Kondisi Argoekologi terhadap Produksi dan
Mutu Simplisia Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness.) Prosiding Seminar Nasional
Tumbuhan Obat Indonesia. XXVI. Kelompok
Kerja Nasional Tanaman Obat Indonesia. 211231.
Indonesia.
10
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014
ISSN 0215-9511
Download