BAB II TINJAUAN PUSTAKA Topik inti dalam

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Topik inti dalam penilitian ini adalah penentuan dan perancangan
pembiayaan kerjasama operasi. Agar analisis yang dilakukan terhadap
permasalahan-permasalahan dapat dilakukan secara mendalam, diperlukan grand
theory ataupun tinjauan pustaka yang tepat;
Tinjauan pustaka yang menjadi dasar teori dalam penyelesaian penelitian
ini antara lain mencakup teori mengenai aset, investasi, keuangan, kerjasama
operasi (KSO), studi kelayakan, risiko, dan landasan normatif. Berikut adalah
gambaran mengenai teori-teori yang digunakan:
Penelitian terdahulu;
 Used it to develop
evaluation criteria
and assign rating to
vendors,
 Application with
Benefits,
Opportunities, Cost
and Risks.
Pembiayaan
Investasi
 Output penelitian
 Informasi bagi
Perusahaan
• Sebagai dasar acuan
teori & normatif KSO
yang akan dilakukan
Keuangan
Analytical Hierarchy
Process
 Indikator terpenting
dalam investasi
 Metode pengambilan
keputusan dari
beberapa alternatif
pembiayaan
 Modal alat analisis
investasi
Studi Kelayakan
 Alat analisis
kelayakan investasi
 Mengkaji 6 (enam)
aspek
Kerjasama Operasi
 Bentuk investasi
yang akan dilakukan
 Acuan proyeksi dan
skema investasi
Sumber: Hasil olah data penulis 2012
Gambar 2.1
Tinjauan Pustaka
12
Penggunaan landasan teori tersebut bertujuan agar penelitian yang
dilakukan didukung oleh landasan-landasan teori yang sesuai, sehingga diperoleh
alat analisis yang dapat membuahkan hasil yang optimal. Oleh karena itu,
diharapkan
dengan kesesuaian tersebut, akan memperlihatkan alur benang merah
penelitian dengan jelas dan output penilitian yang dihasilkan sesuai dengan tujuan
dan harapan penelitian.
2.1
Pembiayaan Kerjasama Operasi di Beberapa Negara
Pembiayaan kerjasama operasi khususnya pabrik di beberapa negara
dilaksanakan dengan melibatkan sponsor swasta, umummnya konsorsium
perusahaan
swasta
untuk
membiayai,
merencanakan,
membangun,
mengoperasikan, dan memelihara pabrik, serta memperoleh pendapatan dari
operasi pabri tersebut selama periode tertentu.
Beberapa negara sudah melaksanakan kerjasama operasi dengan
melibatkan peran serta swasta. Bentuk kerjasama antara satu negara dan negara
lainnya dan model pembiayaan yang diterapkan memiliki perbedaan satu dengan
yang lainnya, tetapi pada dasarnya melibatkan peran swasta dalam porsi yang
lebih besar (financial today. 2012)
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa,
kerjasama operasi di beberapa sudah lumrah terjadi. Adapun pembiayaan tersebut
didasarkan pada tiga konsep, yaitu penyertaan modal investasi, bantuan atau
subsidi dari pemerintah, dan dana pinjaman. Tarif atupun harga produk dari
kerjasama operasi dihitung untuk menutupi biaya investasi dan pengeluaran biaya
operasional selama masa konsesi.
2.2
Investasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman uang
atau modal di suatu Perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Adapun Haming dan Basamalah (2010) mendefinisikan bahwa
investasi adalah keputusan mengeluarkan dana pada saat ini untuk membeli aktiva
13
riil atau aktiva keuangan, dengan tujuan untuk mendaptakan penghasilan yang
lebih besar di masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa investasi adalah
pengeluaran sumber daya untuk membeli aktiva riil atau keuangan, dalam
mengadakan
barang atau jasa modal pada saat ini, dengan tujuan untuk
menghasilkan barang atau jasa dengan manfaat yang lebih besar di masa yang
akan datang.
2.2.1
Kebutuhan Dana
Dana investasi berdasarkan jenis penggunaannya dibedakan atas initial
investment dan working capital. Inital investement adalah dana investasi yang
diperlukan untuk mengadakan barang modal Haming dan Basamalah (2010).
Sedangkan modal kerja (working capital) adalah dana yang diperlukan untuk
membayar aktivitas operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial.
Berdasarkan definisi tersebut, sebuah kerjasama operasi aset pabrik sudah tentu
hanya memerlukan pengeluaran operasi (working capital).
Untuk menghitung kebutuhan akan modal kerja (working capital) suatu
kerjasama operasi, perlu melakukan kalkulasi pada beberapa hal, adapun menurut
Haming dan Basamalah (2010) bahwa faktor-faktor yang perlu diperhitungkan
dalam menghitung kebutuhan modal kerja, meliputi;
1. Volume dan target pengadaan bahan baku dan bahan per tahun;
2. Perkiraan biaya tenaga kerja langsung per tahun;
3. Perkiraan biaya energi dan biaya jasa-jasa pihak ketiga per tahun;
4. Proyeksi biaya gaji dan biaya umum per tahun;
5. Biaya-biaya tunai selama satu tahun;
6. Taksiran kas minimun yang disyaratkan selalu ada;
7. Biaya pemasaran;
8. Target volume dan nilai penjualan yang dianggarkan per tahun.
Dalam menghitung jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan dalam
kerjasama operasi, lebih baik didefinisikan terlebih dahulu semua elemen dalam
kerjasama operasi yang memerlukan biaya. Adapun elemen operasi tersebut
14
antara lain meliputi; pengadaan bahan baku, pengolahan, sampai selesai diolah,
hingga selanjutnya siap diserahkan kepada pelanggan.
2.2.2
Haming dan Basamalah (2010) menyebutkan bahwa secara umum
Sumber Pendanaan dan Struktur Modal
kebutuhan dana investasi dapat dipenuhi melalui 3 (tiga) sumber, yaitu:
1. Dana sendiri dari pengusaha (investor, self financing);
2. Dana sendiri dan dana pinjaman investasi (leverage fianancing);
3. Dana sendiri dan pinjaman atau kerja sama asing (joint venture).
Adapun komposisi struktur modal dapat di ukur melalui proyeksi laba
operasi (Earning Before Interest and Taxes, EBIT). Hal tersebut dilakukan untuk
melihat tingkat pengembalian modal investasi yang dikeluarkan. Dengan
demikian, penilaian investasi dapat dilihat dari sisi prospek pendapatan, biaya
modal dan nilai Perusahaan atau nilai intrinsik saham Perusahaan, sehingga akan
diketahui alternatif struktur modal yang paling baik.
2.2.3
Aliran Kas
Mardiyanto (2009) menegaskan bahwa arus kas adalah laba ditambah
penyusutan. Dalam analisis investasi, arus kas merupakan unsur analisis yang
sangat penting kedudukannya, karena kelayakan finansial sebuah usulan rencana
investasi diukur pada nilai sekarang arus kasnya. Adapun menurut Haming dan
Basamalah (2010) jika nilai sekarang arus kas masuk lebih besar daripada nilai
sekarang arus kas keluar, maka rencana investasi itu dari sudut aspek finansial
adalah layak dilaksanakan, demikian pula jika terjadi sebaliknya.
Arus kas memiliki kemampuan untuk memikul beban-beban investasi
seperti depresiasi, dividen, bunga kreditor, dan selebihnya. Oleh karena itu, arus
kas menjadi indikator penilaian kinerja finansial proyek. Kondisi demikian
dicapai dengan mendiskonto NICF sebesar tingkat bunga yang berlaku atau
diperhitungkan dan kemudian diperoleh nilai sekarang dari NICF. Nilai sekarang
arus kas itu kemudian dibandingkan dengan nilai sekarang pengeluaran investasi
15
inisial (Io ). Jika nilai sekarang NICF > nilai sekarang I o , proyek dipandang layak
kerena mampu memikul beban yang ada, sekaligus membentuk laba bagi investor.
Jika kedua besaran arus kas itu dikurangkan, akan diperoleh nilai sekarang bersih
atau NPV (Net Present Value) dari proyek. Jika NPV > 0 atau positif, berarti
proyek layak dan jika NPV < 0 atau negatif berarti proyek tidak layak.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa arus kas
merupakan indikator utama dalam suatu analisis investasi. Hal tersebut
dikarenakan bahwa arus kas merupakan inti dari akumulasi perhitungan proyek
secara finansial, arus kas dapat mendeskripsikan depresiasi, biaya, pendapatan,
bunga kreditor, hingga deviden. Oleh kerena itu, diperlukan analisis mendalam
mengenai arus kas kerjasama operasi sehingga diperoleh tingkat kelayakan secara
menyeluruh dan akurat.
2.3
Kerjasama Operasi
Secara umum, kerjasama operasi merupakan suatu bentuk kerjasama
diantara dua pihak atau lebih dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu,
diperlukan definisi-definisi yang rinci mengenai KSO. Adapun menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia (2008) bahwa definisi-definisi dasar dalam KSO adalah:
1. Kerja sama operasi (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
dimana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama
dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara
bersama menanggung risiko usaha tersebut.
2. Pemilik aset adalah pihak yang memiliki aset atau hak penyelenggaraan
usaha tertentu yang dipakai sebagai objek atau sarana KSO.
3. Investor adalah pihak yang menyediakan dana, baik seluruh atau
sebagian, untuk memungkinkan aset atau hak usaha pemilik aset
diberdayakan atau dimanfaatkan dalam KSO.
4. Aset KSO adalah aset tetap yang dibangun atau yang digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan KSO.
16
5. Pengelola KSO adalah pihak yang mengoperasikan aset KSO.
Pengelola KSO dimungkinkan merupakan pemilik aset, investor atau
pihak yang ditunjuk.
6. Masa konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan pemilik aset
masih terikat dengan perjanjian bagi hasil atau bagi pendapatan atau
bentuk pembiayaan lain yang tercantum dalam perjanjian KSO.
Dapat diambil kesimpulan bahwa KSO merupakan suatu bentuk
perjanjian diantara para pihak untuk melakukan usaha bersama dengan
menggunakan aset ataupun hak usaha yang dimiliki. Adapun pihak yang
memiliki aset ataupun hak usaha disebut Pemilik Aset. Untuk menjalankan
usaha secara bersama dengan menggunakan aset ataupun hak usaha Pemilik
Aset, dibutuhkan pihak investor sebagai partner dalam menjalankan
kerjasama. Setelah terdapat kesepakatan diantara para pihak, selanjutnya
ditentukan mengenai Aset KSO, Pengelola KSO, dan Masa Konsesi KSO.
Terdapat dua pola dasar dalam KSO, pola KSO ini selanjutnya akan
menjadi acuan dalam menentukan kewajiban dan hak dari para pihak dalam
KSO, adapun dua pola dasar KSO adalah:
1. Pola Bangun, Kelola, Serah (BKS) atau disebut juga Build, Operate,
Transfer (BOT). Dalam pola ini, Aset KSO dikelola oleh investor yang
mendanai pembangunan sampai berakhir masa konsesi. Di akhir masa
konsesi investor akan menyerahkan aset KSO dan pengelolaannya
kepada pemilik aset.
2. Pola Bangun, Serah, Kelola (BSK) atau disebut juga Build, Transfer,
Operate (BTO). Dalam pola ini Investor mendanai pembangunan aset
KSO sampai siap dioperasikan dan jika siap dioperasikan, aset tersebut
diserahkan kepada pemilik aset untuk dikelola.
Berdasarkan dua penjelasan pola KSO tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pola KSO pada dasarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi pada masing-masing pihak. Pada dasarnya KSO dengan pola BKS
ataupun BSK dapat mengungtungkan pihak KSO apabila ditentukan dengan
17
pertimbangan yang matang, sehingga diperoleh hak dan kewajiban para
partisipan KSO secara seimbang. Berbeda dengan pola KSO, terdapat bentuk bentuk KSO yang terus berkembang dengan berbagai variasi. Adapun bentuk
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
KSO
1. KSO dengan entitas hukum yang terpisah (separate legal entity) dari
entitas hukum para partisipan KSO;
2. KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KSO merupakan suatu usaha
bersama antara satu pihak dan pihak lainnya yang berlandas pada kesepakatan
kedua belah pihak, dengan memperhatikan tujuan dan maksud kerjasama serta
aturan hukum yang berlaku, sehingga kerjasama operasi mempunyai konsekuensi
pengungkapan yang sama diantara kedua belah pihak
2.4
Pembiayaan Kerjasama Operasi
Pembiayaan dalam suatu kerjasama merupakan elemen yang penting
bagi berbagai pihak untuk mewujudkan tujuan dari persetujuan yang telah
disepakati. Menurut Yasin (2003) dasar pengertian mengenai pembiayaan
mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses pembentukan pembiayaan,
proses dan prosedur pelaksanaan pembiayaan, pelanggaran pembiayaan, serta
hubungan dalam konteks pembiayaan kerjasama.
2.4.1
Kerjasama Berdasarkan Pembagian Tugasnya
Yasin (2003) mengungkapakan bahwa kerjasama berdasarkan pembagian
tugasnya dibagi menjadi 3 (tiga) model yaitu konvensional, spesialis, dan kontrak
rancang bangun. Adapun untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut;
1. Kerjasama Konvensional
Pembagian tugasnya sederhana saja, yaitu Pengguna Jasa menugaskan
Penyedia Jasa untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut
sudah dibuat rencananya oleh pihak lain, tinggal melaksanakan nya
sesuai kontrak kerjasama.
18
2. Kerjasama Spesialis
Kerjasama yang diberikan oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa
berdasarkan keahlian dari Penyedia Jasa. Dalam kerjasama spesialis
tidak ada Penyedia Jasa Utama, semua sama-sama sebagai Penyedia
Jasa yang masing-masing punya keahlian khusus. Karena itulah disebut
Kontrak Kerjasama Spesialis.
3. Kerjasama Rancang Bangun (Design Contract/Build)
Dalam Kerjasama Rancang Bangun, Penyedia Jasa bertugas membuat
suatu
perencanaan
proyek
yang
lengkap
dan
sekaligus
melaksanakannya dalam satu Kontrak Kerjasama Konstruksi. Jadi,
Penyedia Jasa tersebut selain mendapat pembiayaanatas pekerjaan
konstruksi, dia mendapatkan pula imbalan jasa atas pembuatan
rencana/design proyek tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kerjasama konvensional adalah suatu kerjasama yang hanya menugaskan pihak
lain untuk membuat atupun merancang proyek sesuai dengan permintaan.
Adapun kerjasama spesialis merupakan suatu kerjasama yang menonjolkan
spesialisasi ataupun keahlian dari pihak-pihak yang ikut serta dalam kerjasama
suatu proyek. Selain itu, kerjasama rancang bangun adalah suatu kerjasama
dimana penyedia jasa ditugaskan untuk merancang bangun suatu proyek.
2.4.2
Kerjasama Berdasarkan Cara Perhitungan Biaya
Perhitungan
biaya
dalam
suatu
kerjasama
umumnya
ditentukan
berdasarkan kesepakatan diantara kedua belah pihak. Yasin (2003) menegaskan
bahwa terdapat dua bentuk cara penghitungan biaya, yaitu fixed lump sum price
dan unit price, apabila terdapat kebutuhan khusus kedua cara penghitungan
kontrak ini dapat digabungkan. Untuk lebih jelasnya berikut adalah penjelasannya.
1. Fixed Lump Sum Price
Fixed Lump Sum Price adalah suatu kontrak kerjasama di mana volume
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang. Fixed
19
Lump Sum secara lebih jelas yaitu suatu kerjasama atas atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang
pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses
penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa
sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Pada pekerjaan dalam
bentuk Lump Sum, dalam hal terjadi pembetulan perhitungan perincian
harga penawaran karena adanya kesalahan, harga penawaran total tidak
boleh diubah.
2. Unit Price
Secara umum, kontrak kerjasama unit price adalah kontrak kerjasama di
mana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan
perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan
yang benar-benar dilaksanakan. Secara lebih jelasnya Unit Price adalah
kontrak kerjasama jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka
waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu yang volume
pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan penyedia jasa.
Berdasarkan kedua penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
penghitungan secara fixed lump sum adalah metode penghitungan biaya yang
tidak bisa dirubah apabila kerjasama telah berjalan. Adapun metode penghitungan
unit price adalah metode penghitungan yang dapat sesuai dengan perubahan yang
terjadi pada saat kerjasama berlangsung. Namun pada kenyataannya, kedua
metode penghitungan biaya dapat digabungkan dalam suatu kerjasama sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
2.4.3
Kerjasama Berdasarkan Segi/Cara Pembayaran
Selain pembagian pembiayaan berdasarkan pembagian tugasnya, terdapat
pula pembagian kontrak kerjasama berdasarkan segi/cara pembayarannya. Yasin
(2003) membagi cara pembiayaan kedalam 3 cara yaitu cara pembiayaan bulanan,
cara pembiayaan atas prestasi, dan pra pendanaan penuh dari penyedia jasa.
20
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai pembagian kontrak berdasarkan segi/cara
pembayarannya yaitu;
1. Cara PembiayaanBulanan (Monthly Payment).
Dalam sistem/cara seperti ini, prestasi Penyedia jasa dihitung setiap
akhir bulan. Setelah prestasi tersebut diakui Pengguna Jasa, Penyedia
Jasa dibayar sesuai prestasi tersebut. Kelemahan cara ini adalah berapa
pun kecilnya prestasi Penyedia Jasa pada suatu bulan tertentu dia tetap
harus dibayar. Cara pembiayaan seperti ini menuntut persyaratan
kontrak yang jelas dan ketat, karena kecenderungan Penyedia Jasa
untuk menuntut sebesar-besarnya pembiayaantanpa terlalu memikirkan
kemajuan pekerjaan.
2. Cara Pembiayaanatas Prestasi (Stage Payment).
Dalam sistem/cara seperti ini, pembiayaan kepada Penyedia Jasa
dilakukan atas dasar prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah dicapai
sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Jadi tidak atas dasar prestasi
yang dicapai dalam satuan waktu (bulanan). Biasanya besarnya prestasi
dinyatakan dalam persentase.
3. Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Prefinancing).
Dalam sistem/cara seperti ini, Penyedia jasa harus mendanai dahulu
seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan
diterima baik Pengguna Jasa barulah Penyedia Jasa mendapatkan
pembiayaan sekaligus. Tetapi Penyedia Jasa yang harus menanggung
biaya uang (cost of money) ini tentunya dapat mencantumkan interest
during of construction pada nilai kontrak. Oleh karena seluruh
pekerjaan dibiayai terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa, untuk menjamin
Penyedia Jasa mendapatkan pembiayaan atas pekerjaannya, Pengguna
Jasa harus memberikan jaminan kepada Penyedia Jasa. Jaminan itu bisa
berupa jaminan Bank yang diberikan pada saat mulai pekerjaan dan
jaminan tersebut harus tetap berlaku selama masa pelaksanaan
pekerjaan.
21
Berdasarkan ketiga cara pembiayaan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode monthly payment adalah metode pembiayaan perbulan. Adapun
metode stage payment adalah metode pembiayaan per prestasi atas suatu
pekerjaan.
Kemudian yang terakhir yaitu metode contractor’s full pre
financing adalah metode pembiayaan penuh pada awal kerjasama oleh
penyedia jasa dengan jaminan bank yang diberikan oleh pengguna jasa.
2.5
Studi Kelayakan
Menurut Deanta (2006) studi kelayakan proyek adalah suatu studi
mengenai investasi atau proyek yang apabila dilakukan apakah akan berhasil atau
tidak. Sedangkan menurut Subagyo (2008) studi kelayakan bisnis merupakan
serangkaian analisis dengan perhitungan secara tepat dan akurat dari suatu
investasi modal, dengan membandingkan aliran biaya dan kemanfaatan dengan
menggunakan berbagai kriteria investasi. Berikut ini adalah beberapa kegunaaan
dilakukannya studi kelayakan:
1. Memandu pemilik dana (investor) untuk mengoptimalkan penggunaan
dana yang dimilikinya;
2. Memperkecil risiko kegagalan investasi, dan pada saat yang sama
memperbesar peluang keberhasilan investasi yang bersangkutan;
3. Alternatif investasi teridentifikasi secara objektif dan teruji secara
kuantitatif sehingga pimpinan mudah mengambil keputusan invetasi yang
objektif;
4. Setiap aspek dalam kelayakan ivestasi terungkap secara keseluruhan dan
lengkap, sehingga penerimaan dan/atau penolakan terhadap alternatif
investasi, didasarkan atas pertimbangan terhadap semua aspek, dan bukan
hanya pada aspek finansial saja.
Apabila berdasarkan studi tersebut segala persyaratan ternyata dapat
dipenuhi, berarti gagasan atau usulan atas proyek tersebut layak dijalankan
(feasible), sedangkan apabila berdasarkan analisis itu ternyata tidak memenuhi
22
persyaratan, berarti usulan proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan (not
feasible).
2.5.1
Semua aspek yang terkait dengan investasi harus melewati tahapan dalam
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Investasi
analisis investasti, sehingga keptusan investasi yang dilakukan berdasarkan atas
penilaian dari semua aspek yang terkait, dan tidak hanya karena aspek
finansialnya saja. Menurut Haming dan Basamalah (2010) berikut ini merupakan
aspek-aspek
yang harus di uji dalam studi kelayakan investasi.
1. Aspek Hukum;
Studi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan
dengan masalah ligitasi, kesepakatan, hubungan industrial, perizinan,
statuta Perusahaan, desain mengenai hak dan kewajiban pendiri, pemegang
saham dan karyawan. Tujuan analisis dari aspek hukum pada dasarnya
adalah untuk mengetahui kesesuaian rencana investasi dengan maksud dan
tujuan Perusahaan. Suatu usaha dikatakan legal jika telah mendapatkan
kesesuaian dengan aspek-aspek legal lainnya yang berhubungan dengan
Perusahaan. Adapun item-item indikator dalam aspek hukum mencakup:
a. Kesesuaian proyek;
b. Badan hukum proyek;
c. Kepatuhan proyek;
d. Hubungan industrial.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran;
Studi aspek pasar dan pemasaran dalam analisis kelayakan investasi
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai intensitas persaingan,
informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen, pendapatan ratarata calon kunsumen, ketersediaan saluran distribusi, dan kondisi sarana
angkutan. Aspek pasar dan pemasaran penting dalam analisis investasi,
karena akan merinci potensi penerimaan (arus kas masuk) selama usia
ekonomi proyek (masa konsesi). Pemasaran bermanfaat untuk menentukan
dan menilai apakah produk yang akan dihasilkan dapat diserap/diterima
23
oleh pasar (marketable) atau tidak. Adapun di dalam aspek pasar dan
pemasaran mencakup item-item sebagai berikut:
a. Taksiran atas volume permintaan pasar mencakup permintaan
kumulatif dan keluaran proyek yang dikaji selama usia ekonomis
proyek;
b. Taksiran permintaan secara regional selama usia ekonomis proyek
disertai studi mengenai pangsa pasar (market share);
c. Kajian mengenai persaingan;
d. Studi mengenai siklus hidup produk (product life cycle analysis);
e. Gambaran mengenai bauran pemasaran
3. Aspek Organisasi dan Manajemen;
Analisa mengenai aspek organisasi dan manajemen sangat penting dalam
analisis investasi. Aspek organisasi dan manajemen dalam suatu usaha
sangat signifikan peranannya, karena organisasi dan manajemen
merupakan suatu bentuk implementasi dari rencana strategis Perusahaan.
Melalui organisasi dan manajemen yang efektif, Perusahaan akan mampu
mencapai target dan tujuan yang ditetapkan. Adapun item-item indikator
dalam aspek organisasi dan manajemen meliputi:
a. Visi;
b. Misi;
c. Strategi;
d. Objektifitas;
e. Struktur.
4. Aspek Teknik dan Produksi;
Analisa mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis,
karena hal ini berkaitan dengan kapasitas proyek, bahan baku, desain
produk, dan analisis biaya produksi. Manajemen operasi dan produksi
dalam suatu aktivitas usaha merupakan sebuah tolak ukur untuk menilai
apakah kegiatan produksi dilakukan secara efisien dan efektif. Adapun
24
item-item indikator dalam aspek teknis dan produksi meliputi sebagai
berikut:
a. Berapa besar kapasitas produksi pabrik;
b. Bagaimanakah pasokan bahan baku, berapa jumlahnya, dan berapa
besar kemampuan pasokannya. apakah pasokan bahan baku terjamin
kesinambungannya, dan apakah terdapat sumber bahan baku alternatif;
c. Studi alternatif lokasi dan usulan lokasi yang representatif;
d. Desain produk;
e. Desain arus pengerjaan (assembling or flow process chart), apakah
sistem produksi merupakan integrated production system atau
nonintegrated production system;
f. Bagaimana keberadaan tenaga ahli yang diperlukan;
g. Studi dampak lingkungan.
5. Aspek Ekonomi dan Sosial;
Analisa aspek ekonomi dan sosial dalam suatu analisi kelayakan investasi
bertujuan untuk mengemukakan pengaruh positif proyek terhadap
perekonomian dan masyarakat sekitar proyek. Melalui analisis aspek
ekonomi dan sosial, analis mampu menilai dampak pencemaran dan
pengaruh investasi atau bisnis terhadap kondisi sosial masyarakat. Adapun
kajian dalam aspek ekonomi dan sosial meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pengaruh proyek terhadap penerimaan negara, anatara lain mencakup
Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penghasilan (PPh), pajak impor,
dan pajak ekspor;
b. Jasa-jasa umum yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat,
seperti sarana jalan, tenaga listrik, pemeliharaan kesehatan, olahraga,
pelatihan, dan pendidikan;
c. Kontribusi proyek terhadap perluasan kesempatan kerja dan alih
teknologi, serta pembinaan usaha kecil dalam bentuk Perusahaan mitra
binaan;
d. Kontribusi proyek terhadap proyek lainnya dalam pola hubungan
input-output, serta manfaat proyek untuk mengurangi ketergantungan
25
kepada impor. Dalam hal ini perlu dikaji kemampuan keluaran proyek
untuk dipakai sebagai bahan baku oleh Perusahaan lainnya (dalam pola
hubungan hulu-hilir), atau daya serap proyek terhadap produk lokal-
domestik untuk dijadikan bahan baku atau bahan penolong (dalam pola
hubungan hulu-hilir).
6. Aspek Finansial.
Studi terhadap aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu analisis
investasi, karena sekalipun aspek lain tergolong layak, jika analisa aspek
finansial memberikan hasil yang tidak layak, usulan proyek akan ditolak
kerena tidak akan memberikan manfaat ekonomi. Berikut ini item-item
indikator dalam analisa aspek finansial:
a. Kajian terhadap jumlah dana yang diperlukan, baik untuk untuk
keperluan investasi awal maupun untuk kebutuhan modal kerja;
b. Kajian terhadap sumber dana, sekaligus perhitungan mengenai biaya
atas modal yang direncanakan akan ditarik, termasuk perkiraan
terhadap struktur modal yang tergolong layak;
c. Proyeksi arus kas yang merinci prospek arus kas masuk dan keluar.
Proyeksi arus kas berguna sebagai landasan analisis kelayakan
finansial dengan menggunakan metode yang lazim, seperti Payback
Period, Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Internal
Rate Of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR).
d. Penyusunan proforma laporan keuangan yang dilengkapi dengan
analisis sumber dan titik impas (Break Event Point);
e. Kajian pengaruh indikator ekonomi makro terhadap kelayakan
keuangan proyek. Indikator ekonomi makro meliputi perubahan
tingkat bunga, inflasi, perubahan nilai tukar rupiah, dan berbagai
kebijakan ekonomi pemerintah.
Memperhatikan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sangat
diperlukan untuk melakukan analisa terhadap semua aspek yang berkaitan dengan
proyek. Analisa terhadap semua aspek kelayakan bertujuan untuk memberikan
26
penilaian terhadap suatu usulan investasi. Meskipun pada akhirnya pengambilan
keputusan investasi bertitik berat pada analisis aspek finansial, namun analisis
pada aspek-aspek lainnya harus tetap dilakukan agar memberikan tingkat
penilaian
yang akurat terhadap suatu usulan investasi.
2.5.2
Peralatan Analisis Kelayakan Invesasi
Menurut Haming dan Basamalah (2010) alat analisis kelayakan investasi
pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua golongan besar, yaitu metode
konvensional
dan metode analisis riset operasional. Metode analisis kelayakan
konvensional adalah metode analisis yang selama ini menjadi bagian dari capital
budgeting, yaitu metode pengembalian investasi (payback period), metode tingkat
balikan rata-rata akunttansi (average accounting rate of return), metode nilai
sekarang (present value method), indeks kemampulabaan (profitability index), dan
metode tingkat balikan internal (internal rate of return). Berikut adalah penjelasan
mengenai metode-metode konvensional:
1. Metode Pemulihan Investasi
Metode pemulihan investasi (payback method) adalah metode analisis
kelayakan investasi yang berusaha untuk menilai persoalan kelayakan
investasi menurut jangka waktu pemulihan modal yang diinvestasikan.
Dapat disimpulkan bahwa payback period adalah suatu periode atau
jangka waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali investasi
menggunakan aliran kas neto atau proceed. Adapun kriteria kelayakan
metode pemulihan investasi, meliputi:
a. Proyek dikategorikan layak jika masa pemulihan modal lebih pendek
daripada usia ekonomis proyek;
b. Proyek dikategorikan tidak layak jika masa pemulihan modal lebih
lama daripada usia ekonomis proyek.
Dengan penjelasan seperti diatas, dapat disimpulkan bahwa payback
method ataupun disebut payback period adalah metode penghitungan
investasi dengan indikator jangka waktu balik modal investasi, dimana
27
periode tersebut merupakan periode pemulihan investasi. Semakin cepat
periode tersebut terpenuhi, semakin baik pula proyek tersebut, begitupun
apabila sebaliknya. Namun tak cukup hanya menggunakan metode
payback method, karena simulasi yang digunakan kurang menyeluruh pada
kondisi keberlangsungan usaha.
2. Metode Tingkat Laba Rata Rata Akuntansi
Average rate of return (ARR) adalah metode yang dipakai untuk menilai
kelayakan investasi berdasarkan tingkat balikan investasi. Arifin dan
Syukuri (2006) menyatakan bahwa average rate of return dapat
menunjukan persentase neto setelah pajak yang dihitung dari investasi
rata-rata (average investement) atau dari initial investment. Sedangkan
Santosa (2009) menyatakan bahwa return on investment adalah rata-rata
profit tahunan dibandingkan dengan jumlah yang diinvestasikan. Adapun
John J. Clark (2001) dalam Haming dan Basamalah (2010) merinci jenis
peralatan analisis ini ke dalam lima metode, yaitu:
a. ROI (Return on Investment):
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 × 100
b. ARR (Average Return on Average Investment):
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒−𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
2
c. Average Book Return on Investment:
× 100
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 =
Ketarangan:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡−𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
Weighted Average Investment = (n) �
N
=
∑𝒏
𝒊=𝒍 𝑩𝑽𝒊
𝒏
jumlah periode atau tahun
�
BVi =
book value, nilai buku tahun ke-1
i
1, 2, ..., n.
=
× 100
d. ROA (Return on Asset), dengan rumus sebagai berikut:
28
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑃𝑀 × 𝑇𝐴𝑇𝑂 �𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Keterangan:
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
ROA
= Return on asset
PM
= Profit margin
�
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
×
TATO = Total asset turnover
ROA menunjukan keputusan investasi, kemudian PM mencerminkan
kemampuan menghasilkan laba dari aktivitas operasi (penjualan), dan
TATO mengungkapkan produktivitas aktiva Perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan.
e. ROE
𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
𝑅𝑂𝐸 = 𝑅𝑂𝐴 × 𝐹𝐿𝑀 �
Keterangan:
𝒆𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔
𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂
= 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 × 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔�
ROE = Return on equity
FLM = Financial leverage multiplier
Sumber: Haming dan Basamalah (2010)
Berdasarkan lima penjelasan mengenai Average rate of return dapat
ditarik kesimpulan bahwa, ROI yaitu indikator analisis investasi yang menitik
beratkan pada tingkat hasil dari nilai yang diinvestasikan. Sedangkan ARR yaitu
indikator analisis investasi yang focus pada membandingkan rata-rata hasil
pendapatan dengan nilai investasi awal. Berbeda halnya dengan ROA yaitu
sebagai analisis yang mendeskripsikan hasil pendapatatan dibandingkan dengan
nilai aset yang dimiliki. Sedangkan ROE adalah indikator analisis investasi yang
mengungkapkan kekayaan pemegang saham ataupun pemilik ekuitas. Dengan
semakin banyaknya alat analisis yang menggambarkan keseluruhan indikator
peniliaian, diharapkan hasil analisis investai kerjasama operasi aset pabrik dapat
diperoleh secara komprehensif dan akurat.
29
3. Metode Nilai Sekarang
Metode nilai sekarang (present value method) adalah metode penilaian
kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai yang akan datang arus kas,
menjadi nilai sekarang melalui pemotongan arus kas dengan memakai
faktor pengurang (diskon), pada tingkat biaya modal tertentu yang
diperhitungkan. Berikut adalah perhitungan mengenai metode nilai
sekarang:
𝑛
𝑁𝑃𝑉 = �
𝑖=1
Sumber: Haming dan Basamalah (2010)
𝐶𝐹𝑛
− 𝐼0
(1 + 𝑘)𝑛
Keterangan:
CF n = Arus kas masuk (cash inflow) tahun ke-n
I0
= Arus kas keluar (cash outflow/initial investment/initial outlay)
K
= Biaya modal (cost of capital) atau imbal hasil (rate of return)
N
= Umur proyek
Berdasarkan penjelasan berikut, dapat ditarik kesimpulan bahwa NPV
merupakan alat analisis investasi yang fokus pada berapa nilai investasi
yang diperoleh dimasa mendatang (akhir proyek) apabila di peroleh pada
masa sekarang (diskonto). Dengan analisis teersebut, dapat diperoleh hasil
nilai investasi yang diperoleh pada saat dengan cara mendiskon bunga
sesuai dengan nilai suku bunga yang berlaku.
4. Profitability Index Method
Profitability index adalah metode penilaian kelayakan investasi yang
mengukur tingkat kelayakan investasi berdasarkan rasio antara nilai
sekarang total arus kas masuk (TPV) dengan nilai sekarang investasi
inisial (I)o. Berikut ini adalah rumus dari PI:
𝐴𝑦
PI = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡
Sumber: Haming dan Basamalah (2010)
30
Dimana:
PI
= indeks kemampulabaan
TPV
= nilai sekarang arus kas masuk total
Io
= nilai sekarang pengeluaran investasi inisial
Berikut adalah kriteria kelayakan metode PI;
a. Proyek dikategorikan sebagai proyek yang layak, jika PI lebih besar
daripada satu (PI > 1).
b. Proyek dikategorikan sebagai proyek yang tidak layak, jika PI kurang
daripada satu (PI < 1).
Jika TPV > Io, hasil
𝑁𝑃𝑉
𝐼𝑜
> dari 1, s ehingga PI juga akan lebih besar
daripada 1 (PI > 1). Apabila proyek bertanda negatif h asi dari
𝑁𝑃𝑉
𝐼𝑜
juga
negatif, sehingga PI akan lebih kecil daripada 1 (PI < 1). Pada umumnya,
kesimpulan analisis dari aplikasi metode PI akan selalu sama dengan
kesimpulan yang diperoleh dari aplikasi metode NPV. Dari hasil
penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa PI merupakan alat
analisis investasi yang menindikasikan indeks keuntungan. Hal tersebut
dapat diperoleh dengan membandingkan total arus kas masuk dengan total
investasi.
5. Metode Tingkat Kemampulabaan Internal
Metode tingkat kemampulabaan internal adalah metode analisis kelayakan
yang bersasaran atau bermaksud untuk mengetahui tingkat balikan internal
sewaktu nilai sekarang arus kas masuk (TPV), sama dengan nilai sekarang
pengeluaran investasi (Io), atau sewaktu NPV = 0. B erikut adalah cara
praktis perhitungan IRR.
𝐼𝑅𝑅 = 𝐼𝑟 +
𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑟
𝑥(𝐼𝑟 − 𝐼𝑡)
𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑟 − 𝑁𝑃𝑉 𝐼𝑡
Sumber: Haming dan Basamalah (2010)
Dapat disimpulkan bahwa IRR merupakan indikator dari tingkat efisiensi
suatu investasi. IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dapat
dilaksanakan atau tidak, untuk itu digunakan acuan bahwa investasi yang
31
dialakukan harus lebih tinggi dari minimum acceptable rate of return atau
minimum attractive rate of return. Minimum acceptable rate of return
adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani
dilakukan investor.
2.5.3
Proyeksi Biaya dan Manfaat
Membuat proyeksi dengan metode kuantitatif dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah regresi sederhana, regresi berganda, dan analisis time
Berikut adalah penjelasan mengenai proyeksi dengan metode time series.
series.
Deanta (2009) menyatakan bahwa teknik proyeksi dengan analisis time series ini
digunakan untuk membuat proyeksi masa depan, berdasarkan pada data masa lalu
dan sekarang. Pada analisis ini, faktor-faktor dari sekumpulan data masa lalu
cenderung tidak banyak berubah. Dengan demikian, faktor-faktor tersebut dapat
diidentifikasi dan kemudian digunakan untuk membuat proyeksi masa depan.
Adapun metode-metode dalam analasis time series terdiri dari:
1. Metode moving average
Metode moving average termasuk salah satu metode smoothing. Metode
ini dilakukan dengan mengambil sekelompok hasil pengamatan untuk
mencari rata-ratanya dan kemudian menggunakan rata-rata tersebut
sebagai ramalan untuk periode yang akan datang.
2. Metode exsponential smoothing
Teknik proyeksi dengan exponential smoothing dilakukan dengan
perhitungan terus-menerus dengan menggunakan data terbaru. Setiap data
diberi bobot dan data yang lebih aktual diberi bobot yang lebih besar.
3. Metode auto regresi
Dalam metode ini, forecast dipengaruhi oleh data sebelumnya. Variabel
independen merupakan data yang terlebih dahulu, dan variabel
dependennya adalah data yang terjadi berikutnya.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam
memproyeksikan biaya ataupun manfaat dapat dilakukan dengan metode time
32
series yang terdiri dari moving average, exponential smoothing, dan auto regresi.
Adapun dalam analisis kelayakan investasi KSO aset pabrik akan digunakan
metode proyeksi dengan menggunakan metode time series exponential smoothing.
2.5.4
Jenis dan Klasifikasi Risiko
Griffin dan Elbert (2000) dalam Djohanputro (2004) menegaskan bahwa
risiko adalah adalah uncertainty about future events. Risiko dapat diartikan
sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi
nantinya
dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada
saat ini. Sedangkan Djohanputro (2004) menyatakan bahwa risiko keuangan
terdiri dari; risiko pasar yang meliputi risiko nilai tukar, komoditas, dan
ekuitas. Kemudian risiko operasional yang terdiri dari risiko SDM,
produktivitias, teknologi, inovasi, sistem, dan proses. Kemudian risiko
strategis terdiri dari risiko bisnis, laverage operasi, dan transaksi strategis.
Kemudian yang terakhir yaitu risiko eksternalitas terdiri dari risiko
lingkungan, regulasi, hukum, dan sosial. Berikut gambaran klasifikasi risiko;
Risiko Pasar
Risiko Nilai Tukar
Risiko Likuiditas
Risiko Komoditas
Risiko Permodalan
Risiko Ekuitas
Risiko Keuangan
Risiko Kredit
Risiko SDM
Risiko
Produktivitas
Risiko Teknologi
Risiko Operasional
Risiko Inovasi
Risiko Sistem
Risiko Korporat
Risiko Proses
Risiko Bisnis
Risiko Leverage
Operasi
Risiko Transaksi
Strategis
Risiko Strategis
Risiko Lingkungan
Risiko Reputasi
Risiko Eksternalitas
Risiko Hukum
Risiko Sosial
Sumber: Djohanputro (2004)
Gambar 2.2
Klasifikasi Risiko
33
Dalam penelitian yang dilakukan, analis tidak bermaksud untuk
membahas risiko secara menyeluruh, namun identifikasi risiko berdasarkan
pengklasifikasian risiko akan dilakukan secara sederhana. Penulis akan
membahas
secara rinci mengenai pengukuran risiko permodalan dan risiko
bisnis.
2.5.5
Mengukur Risiko
Dalam menjalankan bisnis kerjasama operasi aset pabrik terdapat risiko
akan mempengaruhi kinerja, oleh karena itu diperlukan pengukuran risiko
yang
yang akurat mengenai kaitan langsung dengan invesatasi yang akan dijalankan.
Adapun untuk lebih jelasnya yaitu.
1. Risiko Permodalan
Ukuran risiko permodalan disebut dengan tingkat leverage keuangan
(TLK) atau degree of financial leverage (DFL) yaitu rasio antara
perubahan laba bersih dengan EBIT. Berikut adalah rumusan DFL:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ1 − 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ0
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ0
𝐷𝐹𝐿 =
𝐸𝐵𝐼𝑇 1 − 𝐸𝐵𝐼𝑇 0
𝐸𝐵𝐼𝑇 0
Sumber: Djohanputro (2004)
2. Mengukur Risiko Bisnis
Besaran yang sering digunakan untuk mengukur risiko bisnis disebut
dengan tingkat ungkitan operasi, atau degree of operating leverage
(DOL).
(Djohanputro, 2004)
𝐸𝐵𝐼𝑇 1 − 𝐸𝐵𝐼𝑇 0
𝐸𝐵𝐼𝑇 0
𝐷𝑂𝐿 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛1 − 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛0
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛0
Dari hasil penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko
permodalan merupakan analisis pengukuran risiko yang menitik beratkan pada
modal investasi, hal ini dapat diperoleh dengan membagi laba bersih dengan laba
sebelum bunga dan pajak, nilai hasil perhitungan tersebut menunjukan apabila
34
setiap kenaikan laba bersih maka akan selalu bersamaan dengan kenaikan
pendapatan sebelum bunga dan pajak. Adapun mengenai risiko bisnis yaitu rasio
antara perubahan laba operasi dengan perubahan penjualan.
2.6
Analitik Hirarki Proses (AHP)
Metoda Analytical Hierrchy Process digunakan untuk mencari rangking
atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu
permasalahan. Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap
pilihan-pilihan
yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan
keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan
mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan. Menurut Thomas Lorie Saaty
(2000) AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk
menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun
kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau
skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. AHP
dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik
dan dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam suatu hirarki
(tingkatan). Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu
masalah yang begitu banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih
dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia.
Dengan kata lain AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu
susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang
pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan
bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
35
Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa AHP adalah
suatu metode pemilihan beberapa alternatif berdasarkan beberapa faktor yang
mempengaruhingan dengan cara membagi-bagi kedalam bentuk terstruktur
sehingga
mudah untuk diambil kesimpulan secara konsisten dan teruji. Menurut
Saaty (2000) AHP mempunyai landasan-landasarn aksiomatik yang terdiri dari:
1. Resiprocal
Comparison,
yang
mengandung
arti
bahwa
matriks
perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.
2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan.
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete
hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna
(incomplete hierarchy).
4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi
dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan
data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
Dari penjelasan mengenai landasan aksiomatik tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa AHP merupakan suatu metode pemilihan yang berlandaskan
pada resiprocal comparison, homogenity, dependence, dan
expectation. Hal
tersebut berarti bahwa hasil pilihan yang diperoleh pasti telah lulus uji konsistensi
dan validitas sehingga diperoleh hasil yang ilmiah. Adapun langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP menurut Saaty (2000) yaitu:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di
rangking.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing
tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan
36
menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen
lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di
dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak
konsisten pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector
yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh
dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk
mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat
hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100;
maka penilaian harus diulang kembali.
Rasio Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks
konsistensi (RI). Angka pembanding pada perbandingan berpasangan
adalah skala 1 sampai 9, dimana:
a. Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan
yang Lainnya
b. Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya
c. Skala 7 =
kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan
lainnya
d. Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan
lainnya. Sehingga diperoleh prioritas alternatif terbaik dari total
rangking yang diperoleh merupakan rangking yang dicari dalam AHP.
Berdasarkan
penjelasan
mengenai
langkah-langkah
pengambilan
keputusan dalam AHP dapat ditarik kesimpulan bahwa, proses decision making
dalam AHP sangat bersifat sistematis dan teruji akurasinya. Sehingga hasil yang
diperoleh pun telah melawati setiap ujian dalam tahapan-tahapan yang dilalui,
37
tentunya hasil yang diperoleh pun a kan sesuai dengan prioritas rangking dari
setiap alternatif.
2.5.1
Menurut Saaty (2000) terdapat prinsip-prinsip dasar dalam menyelesaikan
Prinsip-Prinsip dasar Analitik Hirarki Proses
persoalan dengan metode AHP, antara lain:
1. Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema
yang utuh menjadi unsur–unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan
keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Bentuk
struktur decomposition yakni :
a. Tingkat pertama : Tujuan keputusan
b. Tingkata kedua : Kriteria – kriteria
c. Tingkat ketiga : Alternatif – alternatif
Untuk lebih jelasnya, berikut ini tergambar struktur decomposition:
Tujuan
Kriteria 1
Alternatif 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria 2
Kriteria N
Kriteria N
Sumber: Saaty, 2000
Gambar 2.3
Struktur Hirarki yang Lengkap
Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete
dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen
yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete
kebalikan dari hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada
38
masing-masing jenjang mempunyai hubungan. Pada umumnya problem
nyata mempunyai karakteristik struktur yang incomplete.
2. Comparative Judgement
Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan
tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan
berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen–elemennya. Skala
preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang
paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang
menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method
untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan
keputusan. Hal ini dilakukan guna memperoleh bobot bagi setiap unsur
dalam pengambilan keputusan.
4. Logical Consistency
Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai
dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang diperoleh dari berbagai
tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite
tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, prinsipprinsip dasar AHP yang dimulai dari decomposition, comparative judgement,
synthesis of priority, dan logical consistency menunjukan prinsip yang baik dalam
pengambilan keputusan. Hal ini berarti setiap unsur akan diberi bobot sesuai
dengan porsinya, kemudian dilakukan uji konsistensi, hingga di komparasikan.
2.6.2
Penyusunan Prioritas
Menentukan
susunan
prioritas
elemen
adalah
dengan
menyusun
perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan
seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan
dalam bentuk matriks sebagai berikut. Terdapat n objek yang dinotasikan dengan
39
(A 1 , A 2 , …, A n ) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya
antara lain A i dan A j dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison.
Sumber : Sinaga, 2009
Gambar 2.4
Matriks Pair-wise Comparison
Nilai a 11 adalah nilai perbandingan elemen A 1 (baris) terhadap A 1 (kolom)
yang menyatakan hubungan :
1. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C
dibandingkan dengan A1 (kolom) atau
2. Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau
3. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan
dengan A1 (kolom).
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari
skala perbandingan 1 sampai 9, seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1
The Fundamental Scale of Absolute Numbers
Tingkat
Kepentingan
1
Definisi
Equal importance
(sama penting)
Weak importance of one
3
over another
(sedikit lebih penting)
5
Essential or strong
Importance
Keterangan
Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu
elemen dibandingkan dengan pasangannya
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis
dominasinya
40
sangat
nyata,
dibandingkan
(lebih penting)
7
Demonstrated importance
(sangat penting)
Extreme importance
9
(mutlak lebih penting)
2, 4, 6, 8
Intermediate values between
the two adjacent judgments
dengan elemen pasangannya
Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara
praktis
dominasinya
sangat,
dibandingkan
dengan elemen pasangannya
Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan
dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan
tertinggi
Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan
Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas
Resiprokal
Kebalikan
ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki
kebalikannya ketika dibanding elemen i
Sumber: Saaty, 2000
Model dalam AHP didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana
elemen-elemen pada matriks tersebut merupakan judgement dari decision maker.
Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun
memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks
tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu struktur model AHP
yang membagi habis suatu persoalan.
Dari penjelasan mengenai penyusunan prioritas tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap prioritas disusun dan diberikan bobot serta diberikan
garis tengah sebagai uji pembanding diantara unsur yang diberikan bobot dan
dilakukan dalam bentuk matriks.
2.6.3
Uji Konsistensi Indeks dan Rasio
Uji konsistensi dalam metode AHP ditentukan dengan pengukuran indeks
dan rasio. Sebelum menguji indeks dan rasio konsistensi, dilalukan terlebih
dahulu pengumpulan pendapat setiap faktor dari para responden. Pengumpulan
pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal
ini dapat mengarah pada ketidakkonsistenan jawaban yang diberikan responden.
Namun, terlalu banyak ketidakkonsistenan juga tidak diinginkan. Pengulangan
wawancara pada sejumlah responden yang sama kadang diperlukan apabila
41
derajat tidak konsistensinya besar. Adapun rumus untuk membuktikan bahwa
Indeks Konsistensi dari matriks berordo n yaitu:
𝐶𝐼 =
Keterangan :
CI
=
(𝜆𝑚𝑎𝑥 − 𝑛)
(𝑛 − 1)
Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi
(consistency index)
λ max
=
Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
N
=
Orde matriks
Apabila CI bernilai nol, pair wise comparison matrix tersebut konsisten.
Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) ditentukan dengan menggunakan Rasio
Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random
indeks (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio
Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐶𝐼
𝑅𝐼
Keterangan :
𝐶𝑅 =
Persamaan (16)
CR = rasio konsistensi
RI
= indeks random
Tabel 2.2
Nilai Random Indeks (RI)
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
RI
0,000
0,000
0,580
0,900
1,120
1,240
1,320
1,410
1,450
1,490
1,510
1,480
1,560
1,570
1,590
Sumber: Saaty, 2000
Bila matriks pair–wise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100
maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima jika
tidak maka penilaian perlu diulang. Berdasarkan pemasaran tersebut dapat
disimpulkan
bahwa
metode
pengambilan
keputusan
alternatif
terbaik
menggunakan AHP terbuki konsisten dan valid.
2.7
Landasan Normatif
Dalam suatu penelitian terapan, diperlukan landasan normatif sebagai
acuan pengerjaan demi kesusuaian antara kebutuhan rill yang diharapkan dengan
kepentingan akademis. Adapun landasan normatif yang menjadi dasar hukum
42
dalam penyelesaian masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Aset
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), bahwa aset adalah sumber daya
ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah s ebagai akibat
Berdasasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 T ahun 2005 t entang
dari peristiwa masa lalu dan manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa
depan, yang diharapkan dapat diperoleh baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat
umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya.
Berdasarkan dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aset adalah
sumber daya ekonomi berupa barang atau jasa yang dimiliki oleh
perorangan atau suatu badan yang mempunyai potensi serta dapat
memberikan manfaat di masa yang akan datang. Berdasarkan Peraturan
96/PMK.06/2007, berikut ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk
pemanfaatan asset:
a. Sewa
Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dan menerima imbalan berupa uang tunai.
b. Pinjam Pakai
Pinjam pakai Barang Milik Negara adalah penyerahan penggunaan
Barang Milik Negara antara pemerintah pusat, dengan pemerintah
daerah dalam jangka waktu tertentu, tanpa menerima imbalan dan
setelah jangka waktu berakhir, barang milik negara tersebut diserahkan
kembali kepada pemerintah pusat.
c. Kerjasama Pemanfaatan
Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara
oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka
peningkatan pendapatan dan sumber pembiayaan lainnya.
43
d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna
Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik
pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan
dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh
pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Berikut adalah bagan mengenai bentuk pemanfaatan aset:
Sewa
Pinjam Pakai
Bentuk Pemanfaatan
Aset
Kerjasama Pemanfaatan
Bangun Guna Serah dan
Bangun Serah Guna
Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2007.
Gambar 2.5
Bentuk Pemanfaatan Aset
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa,
bentuk-bentuk pemanfaatan aset dapat dilakukan dengan bentuk sewa,
pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun guna serah dan
bangun serah guna. Hal ini menunjukan adanya kesesuain antara
landasan normatif yang berlaku dengan kebutuhan penelitian. Oleh
karena itu diharapkan penelitian mengenai kerjasama opearasi aset
pabrik dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal.
2. Investasi
Kemudian menurut Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2008 ba hwa
kegiatan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri
dari:
a. Investasi langsung maupun tidak langsung;
Dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008
bahwa investasi langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian
44
pinjaman oleh badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan
usaha. Sedangkan menurut PMK No 181/PMK.05/2008 investasi
langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh
badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha.
b. Investasi dalam bentuk instrumen surat berharga termasuk ekuitas.
Terlepas dari Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2008, A nggaran dasar
PT PPA menjelaskan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c pasal ini, perseroan
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a. Investasi langsung maupun tidak langsung;
b. Investasi dalam bentuk instrumen surat berharga termasuk kuasi
ekuitas.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa menurut Keputusan RUPS PT PPA No
155/MBU/2010 yang dimaksud dengan kegiatan Investasi PPA adalah
sebagai berikut:
a. Investasi secara langsung atau penyertaan modal pada perseroan lain
atau penyertaan modal pada Perusahaan baru;
b. Investasi secara tidak langsung pada:
1) Saham yang tercatat di bursa;
2) Saham Perusahaan tertutup.
c. Investasi pada:
1) Surat berharga yang diperdagangkan di bursa
2) Surat berharga yang tidak diperdagangkan di bursa
Berdasarkan penjelasan tersebut, menunjukan kesesuaian bentuk investasi
secara normatif dengan rencana kerjasama operasi yang akan berlangsung.
Dengan adanya kesesuai ini, diharapkan penelitian mengenai investasi kerjasama
operasi dapat berjalan dengan lancar serta tidak keluar dari bentuk investasi yang
diizinkan, sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang informatif.
45
2.7
Kerangka Berpikir Penyelesaian Masalah
Definisi kerangka berpikir menurut Uma Sekaran dalam (Sugiyono, 2008)
adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kemudian
(Sugiama, 2008) menegaskan bahwa kerangka berpikir teoritikal model
konseptual yang ditujukan untuk menggambarkan kompleksitas hubungan antara
faktor-faktor atau variabel-variabel yang diidentifikasi penting dalam suatu
permasalahan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini mengkaitkan masing masing
variabel dengan teori yang ada. Berikut ini rangkaian langkah dalam
kerangka berfikir Studi Kelayakan Investasi Kerjasama Operasi (KSO);
1. Input
Input dari kerangka berfikir ini adalah hasil dari identifikasi masalah
mengenai kelayakan investasi kerjasama operasi (KSO).
Input dalam
proses ini adalah data primer yang didapatkan melalui tinjauan lapangan
pada saat akan melakukan penelitian dan data awal dari pengelola aset.
Pertanyaan penelitian ini ada 2 yaitu; bagaimanakah tingkat kelayakan
investasi kerjasama operasi aset pabrik polypropylene berdasarkan aspekaspek kelayakan bisnis, serta skema pembiayaan apakah yang paling tepat
untuk menjalankan kerjasama operasi aset pabrik polypropylene.
2. Proses dan Metode
Proses yang digunakan adalah dengan cara studi dokumentasi, melakukan
interview pada pengelola KSO dan observasi terhadap aset yang akan di
kaji. S etelah data terkumpul, kemudian data tersebut di analisis dengan
menggunakan analisis deskriptif dan penghitungan rasio-rasio keuangan.
Hal-hal Yang termasuk analisis deskriptif adalah penyajian data melalui
tabel, grafik, diagram, dan perhitungan persentase. Agar penelitian
berjalan secara terarah dan fokus pada ruang lingkup yang dikaji, penulis
selalu menggunakan landasan normatif dan teori yang berkaitan dengan
penelitian.
46
3. Output
Output adalah hasil yang ingin di capai dalam melakukan penelitian ini.
Output ini bisa menjawab identifikasi masalah yang sudah dibuat di dalam
input.
Output yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis tingkat kelayakan investasi, serta skema
pembiayaan apakah yang paling tepat untuk menjalankan kerjasama
operasi aset pabrik polypropylene, adapun gambaran kerangka berfikir
seperti berikut ini;
47
INPUT
PROSES
OUTPUT
Fenomena
1. Gangguan keuangan pada tahun
2008 akibat krisis
2. Ketidamampuan membayar hutang
sebesar USD 21.500.000
3. Terhentinya supply
4. Berhenti beroperasi
5. Adanya kebijakan M-BUMN
kepada PT PPA
6. Proposal KSO PT PPA kepada PT
Polytama
Metode Penelitian
Metode Deskriptif Kuantitatif
dengan
pendekatan Studi Kasus
Sumber Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Landasan Teori
Landasan Nofmatif
Lulus Uji
Aspek Hukum
Tereliminasi
Lulus Uji
Aspek Pasar dan Pemasaran
Tereliminasi
Lulus Uji
Aspek Teknik dan Produksi
Tereliminasi
Lulus Uji
Aspek Organisasi dan Manajemen
Tereliminasi
Lulus Uji
Aspek Sosial dan Ekonomi
Tereliminasi
Lulus Uji
Aspek-aspek Finansial
Tereliminasi
“ANALISIS INVESTASI DAN
PERANCANGAN PEMBIAYAAN
KERJASAMA OPERASI ASET PABRIK”
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat kelayakan
investasi kerjasama operasi aset
pabrik polypropylene, berdasarkan
aspek-aspek kelayakan bisnis,
meliputi;
a. Aspek hukum?
b. Aspek pasar dan pemasaran?
c. Aspek teknik dan produksi?
d. Aspek organisasi dan manajemen?
e. Aspek Sosial dan Ekonomi?
f. Aspek Finansial
2. Skema pembiayaan apakah yang
paling tepat untuk menjalankan
kerjasama operasi aset pabrik
polypropylene..
Analisis Kelayakan Investasi
Prediksi ∆P
Investasi Bebas Risiko
Risiko Bisnis
Pembiayaan Kerjasama Operasi yang Paling Tepat
Hukum
Paaar &
Pemasaran
Monthly Payment
Teknik &
Produksi
Keuangan
Stage Payment
Organisasi &
Manajemen
Gambar 2.6
Kerangka Berfikir Penyelesaian Masalah
48
Rekomendasi
Kelayakan dan skema
Investasi Kerjasma Operasi
Sosial &
Ekonomi
Contractor’s Full PreFinancing
Sumber: Hasil olah data penulis (2012)
Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan gambaran
yang sangat rinci mengenai tingkat
kelayakan investasi kerjasama
operasi, meliputi; aspek hukum,
aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknik dan produksi, aspek
organisasi dan manajemen, aspek
sosial dan ekonomi, dan aspek
finansial.
2. Untuk memperoleh gambaran yang
sangat rinci mengenai pembiayaan
yang paling tepat bagi kerjasama
operasi.
Download