BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

advertisement
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Subyek S,M, dan L terlibat dalam aktifitas seks sebelum terikat pernikahan, lebih
karena didorong pergaulan bebas yang membuat ketiga subyek mengalami kehamilan
diluar nikah.
Faktor yang cenderung dominan pada ketiga subyek penelitian dalam
mempertimbangkan memutuskan aborsi. Faktor yang paling dominan pada subyek S dan
M, dalam hal ini dipengaruhi oleh orang lain, yaitu pasangan dan ibu dari pihak laki-laki
yang tidak menginginkan kehamilan pada diri subyek. Begitupun pada subyek L,
ketidaksiapan menjadi ibu muda dan ambisi pribadinya yang menganggap kehamilannya
hanya akan membuat hidup subyek L semakin sulit. Hal itu menjadi ‘pembenaran’ bagi
ketiga subyek untuk melakukan aborsi. Subyek S dan M melakukan aborsi sebanyak satu
kali dan subyek L melakukan sebanyak dua kali.
Ketiga subyek mengalami gangguan psikologis pasca aborsi diantaranya
rasa rendah diri, perasaan bersalah, mimpi buruk berulang tentang bayi, dan
ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri.
5.2. Diskusi
Kenyataan menunjukkan bahwa pengguguran kandungan atau aborsi banyak
dilakukan meskipun praktek pengguguran kandungan selama ini dilarang di Indonesia.
Pelarangan ini justru berakibat tidak adanya kekuatan hukum, baik bagi pemberi layanan
aborsi seperti dokter maupun bagi perempuan yang membutuhkan layanan aborsi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Terjadinya kasus penangkapan dokter yang memberikan layanan aborsi membuat
timbulnya berbagai masalah. Dokter tidak bersedia memberikan layanan karena takut
dengan sanksi hukum. Dokter yang bersedia melakukan aborsi mengenakan biaya yang
sangat tinggi pada pasiennya, kesempatan ini digunakan untuk mengambil keuntungan
materi sebanyak-banyaknya oleh pihak-pihak tertentu. Di lain pihak pengguguran
kandungan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan yang terpaksa dilakukan oleh
tenaga non-medis membuat angka kesakitan dan angka kematian ibu melambung
tinggi. Masalah aborsi tidak aman memang memerlukan tanggapan dan penanganan
yang serius dari semua pihak, baik lembaga pemerintah maupun lembaga nonpemerintah. Secara moral kita akan dianggap tidak bertanggung jawab bila hal itu
dibiarkan berlangsung terus menerus dan membiarkan perempuan mati karenanya.
Dengan demikian, diperlukan perlindungan hukum dalam menyelenggarakan
pelayanan aborsi yang aman untuk menjamin hak perempuan dalam menentukan fungsi
reproduksi dan peran reproduksi tubuhnya sendiri. Pelayanan aborsi aman dapat
menurunkan angka kejadian aborsi bila dilengkapi dengan pelayanan konseling pra- dan
pasca tindakan yang menekankan kepada klien perlunya pemakaian kontrasepsi dalam
aktivitas seksual. Konseling merupakan syarat universal pelayanan aborsi aman, tidak
hanya berfungsi menyiapkan emosi pasien selama dan setelah proses, tetapi juga untuk
mencegah terjadinya aborsi berulang.
Ketidaksiapan diri dan mental membenarkan seseorang untuk melakukan tindakan
aborsi tersebut, dari ketiga subyek penelitian rata-rata ketiganya melakukan aborsi atas
permintaan orang lain, yakni pasangan atau pihak ke tiga (orang tua).Subyek pertama
dan kedua melakukan aborsi sebanyak satu kali, sedangkan subyek ketiga melakukan
aborsi sebanyak dua kali. Aborsi ketiganya dilakukan oleh dokter ahli yang menjalankan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
praktek aborsi ilegal. Gangguan-ganguan psikologis pada ketiganya terlihat pasca aborsi,
seperti adanya perasaan bersalah terus-menerus, ketidakmampuan memaafkan diri
sendiri, mimpi buruk akan sosok bayi, rasa rendah diri, dan menarik diri dari pergaulan
di masyarakat.
5.3. Saran
Untuk peneliti selanjutnya mengenai gambaran perilaku aborsi dewasa awal ini
diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih mendalam lagi. Apalagi topik yang dibahas
sangat sensisitif seperti perilaku aborsi. Data tidak hanya di peroleh dari satu pihak tetapi
dapat dilakukan pengembangan informasi dari pihak lain yang terkait dengan perilaku
aborsi. Kepedulian masyarakat dan lembaga-lembaga konseling baik lembaga
pemerintah – non pemerintah sangat diperlukan untuk menjadi wadah bagi kaum wanita
baik pra- pasca aborsi sebagai upaya pencegahan dan kontrol sosial baik bagi pelaku
maupun masyarakat umumnya supaya mampu memberi perhatian lebih pada kasuskasus aborsi yang terjadi. Dan diharapkan bagi lembaga pemerintah – non pemerintah
dapat memberi penyuluhan melalui seminar-seminar berkaitan dengan segala
permasalahan aborsi di masyarakat umum atau melalui penyuluhan di lembaga
pendidikan, sekolah, universitas, sebagai salah satu cara membuka wawasan bagi pelajar,
khususnya wanita dapat lebih peduli pada keselamatan diri dan mencegah wanita-wanita
untuk tidak melakukan seks bebas yang akan menimbulkan kehamilan, dimana
kehamilan yang tidak diinginkan dapat memicu seseorang untuk melakukan aborsi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download